SlideShare a Scribd company logo
1 of 135
Download to read offline
Metode Numerik
                             Imam Fachruddin
               (Departemen Fisika, Universitas Indonesia)


Daftar Pustaka:
 •   P. L. DeVries, A First Course in Computational Physics (John Wiley &
     Sons, Inc., New York, 1994)
 •   W. H. Press, et. al., Numerical Recipes in Fortran 77, 2nd Ed. (Cambridge
     University Press, New York, 1992)
     (online / free download: http://www.nrbook.com/a/bookfpdf.php)
 •   R. H. Landau & M. J. Páez, Computational Physics: Problem Solving with
     Computers (John Wiley & Sons, Inc., New York, 1997)
 •   S. E. Koonin, Computational Physics (Addison-Wesley Publishing Co., Inc.,
     Redwood City, 1986)
Isi


•   akar fungsi
•   solusi sistem persamaan linear
•   fitting dengan least square
•   interpolasi
•   integrasi
•   persamaan differensial
Akar Fungsi

      f(x) = 0                    x=?

                                                    akar fungsi f(x)


                    1
    Contoh:    x-     =0            x2 = 1                   x = 1 dan -1
                    x

               3x2 = 6 - 7x                 3x2 + 7x - 6 = (3x - 2)(x + 3) = 0


Pada dua contoh di atas akar fungsi dapat
                                                         x = 2/3 dan -3
dicari secara analitik.
Secara umum, tidak selalu begitu keadaannya.
Problem:
    Sebuah lampu dipasang di pinggir sebuah piringan berjari-jari 10 cm.
    Sebuah plat bercelah sempit diletakkan di dekat piringan itu. Tepat di
    belakang celah itu dipasang sebuah sensor cahaya yang menghadap tegak
    lurus ke celah. Piringan diputar konstan 1 rad/s dan plat beserta sensor
    digeser lurus konstan 10 cm/s. Saat ini posisi celah dan lampu seperti pada
    gambar 1. Kapan sensor cahaya menerima cahaya terbanyak?
    Sensor menerima cahaya terbanyak pada saat posisi lampu dan celah
    membentuk garis tegak lurus terhadap plat, seperti pada gambar 2.

                                                           x = r cos (ωt) = vt
             r
                       lampu



gambar 1                            gambar 2
                       ω                                       cos (t) = t
           celah



             sensor
                           plat
                              v                                      ?
Plot cos(x) dan x:

                                    Grafik ini
                                   menunjukkan
                                 bahwa cos(x) = x
                                  pada x sedikit
                                 kurang dari 0.75.




                             Bisakah lebih akurat lagi?




                     Cari secara numerik akar fungsi dari
                               f(x) = cos(x) - x
Bisection

  Prinsip: Kurung akar fungsi di antara dua batas, lalu paruh batas itu
          terus menerus sampai batas itu sedemikian sempit dan dengan
           demikian lokasi akar fungsi diketahui dengan keakuratan tertentu.

Langkah:
 1. Perkirakan akar fungsi (bisa                 akar fungsi
    dengan cara memplot fungsi).
 2. Tentukan batas awal yang
    mengurung akar fungsi.
                                             a      df e c            b
 3. Belah dua daerah berisi akar fungsi
    itu.
 4. Tentukan daerah yang berisi akar
    fungsi.                                                    Batas e, f atau
                                                                   nilai di
 5. Ulangi langkah 3 dan 4 sampai                              tengahnya bisa
    dianggap cukup.                                            dipilih sebagai
 6. Tentukan akar fungsi.                                       akar fungsi.
•   Menentukan daerah yang berisi akar fungsi:
                                                             a         c   b
       Jika z merupakan akar fungsi, maka
       f(x < z) dan f(x > z) saling berbeda           f(x)
       tanda.
       f(a)*f(c) negatif, berarti di antara a & c                              x
                                                                   z
       ada akar fungsi.
       f(b)*f(c) positif, berarti di antara b & c
       tidak ada akar fungsi

•   Menentukan kapan proses pencarian akar fungsi berhenti:
       Proses pencarian akar fungsi dihentikan setelah keakuratan yang
       diinginkan dicapai, yang dapat diketahui dari kesalahan relatif semu.


                                    perkiraan sebelum - perkiraan berikut
         kesalahan relatif semu =
                                               perkiraan berikut
Kesalahan

               kesalahan mutlak = | perkiraan – nilai sebenarnya |

                                     perkiraan – nilai sebenarnya
               kesalahan relatif =
                                           nilai sebenarnya


Dalam perhitungan numerik, nilai sebenarnya justru sering tidak diketahui, yang
didapat hanya perkiraan terbaik. Karena perkiraan langkah berikut dianggap lebih
akurat, yaitu lebih mendekati nilai sebenarnya, maka kesalahan yang dihitung
yaitu:


      kesalahan mutlak semu = | perkiraan sebelum – perkiraan berikut |

                                 perkiraan sebelum - perkiraan berikut
      kesalahan relatif semu =
                                          perkiraan berikut
False Position

Prinsip: Di sekitar akar fungsi yang diperkirakan, anggap fungsi merupakan
        garis lurus. Titik tempat garis lurus itu memotong garis nol
         ditentukan sebagai akar fungsi.


         f(x)                         akar fungsi sebenarnya


                                                    x



                                                 garis lurus sebagai
                                                   pengganti f(x)
      akar fungsi yang diperoleh
f(x)
                                          b

                                                        x
                             c
                   a


                                                p(x)



                        x −b        x−a
Diperoleh:      p(x) =       f(a) +     f(b)
                        a −b        b−a 

                                        af(b) − bf(a)
                p(c) = 0           c=
                                         f(b) − f(a)
Langkah:
 1. Perkirakan akar fungsi (bisa                                akar fungsi
                                     f(x)
    dengan cara memplot fungsi).
                                                                         b
 2. Tentukan batas awal yang
    mengurung akar fungsi.                                                    x
                                                            c
 3. Tarik garis lurus penghubung
                                                a
    nilai fungsi pada kedua batas,
    lalu cari titik potongnya
    dengan garis nol.
 4. Geser salah satu batas ke
    titik potong itu, sementara
    batas lain tidak berubah.        f(x)
    Ulangi langkah 3.
                                                                         b
 5. Ulangi langkah 4 sampai
    dianggap cukup.                                                           x
                                                                c
 6. Titik potong garis nol dan                              a
    garis lurus yang terakhir               af(b) − bf(a)
    dinyatakan sebagai akar          c=
    fungsi.                                  f(b) − f(a)
f(x)
                                                       af(b) − bf(a)
                                                  c=
                                                        f(b) − f(a)

                                              b
                                          c
                                                                       x
Metode false position juga
menggunakan dua batas seperti        a
metode bisection. Namun, berbeda
dari metode bisection, pada
metoda false position hanya satu
batas yang berubah.                f(x)
Pada contoh sebelum ini, batas a
berubah sementara batas b tetap.
Pada contoh berikut terjadi                                  b
sebaliknya.                                   c
                                                                       x
                                     a
Menghitung akar fungsi dengan metode false position,
menggunakan a dan b sebagai batas awal:
 •   jika batas a tetap, batas b berubah:

                  af(xi ) − xif(a)
         xi+1 =                           (i = 0, 1, 2, ...;   x0 = b)
                   f(xi ) − f(a)

 •   jika batas b tetap, batas a berubah:

                  bf(xi ) − xif(b)
         xi+1 =                           (i = 0, 1, 2, ...;   x0 = a )
                   f(xi ) − f(b)

 •   kesalahan relatif semu:


                                       xi − xi+1
                             ∆ rel =
                                          xi+1

Penghitungan dihentikan jika kesalahan relatif semu sudah
mencapai / melampaui batas yang diinginkan.
Newton-Raphson

Prinsip: Buat garis singgung kurva f(x) di titik di sekitar akar fungsi.
        Titik tempat garis singgung itu memotong garis nol ditentukan
         sebagai akar fungsi.




 f(x)                                 akar fungsi yang diperoleh


                                              x
                   a                        p(x) = garis singgung kurva
                                                   f(x) di titik f(a)
           akar fungsi sebenarnya
f(x)


                            c
                                                 x

              a
                                          p(x)




Diperoleh:   p(x) = f(a) + (x − a)f'(a)

             (f’(a) turunan pertama f(x) pada x = a)


                                           f(a)
             p(c) = 0               c=a−
                                           f'(a)
Langkah:                             f(x)
 1. Perkirakan akar fungsi.
                                                              c
 2. Buat garis singgung pada titik                                x
    sesuai akar fungsi yang                    a
    diperkirakan itu, lalu cari
    titik potongnya dengan garis                akar fungsi
    nol.                                        sebenarnya
 3. Titik potong itu merupakan
    perkiraan akar fungsi baru.
 4. Ulangi langkah 2 dan 3 sampai
    dianggap cukup.                  f(x)
 5. Titik potong garis nol dan                                a
    garis singgung kurva yang
                                                                  x
    terakhir dinyatakan sebagai                     c
    akar fungsi.                            f(a)
                                     c=a−
                                            f'(a)
1
                          f(x)
Contoh perkiraan akar
fungsi awal yang baik
  perkiraan akar fungsi                          x
  makin mendekati akar
  fungsi sebenarnya.


                                         2

                                 1
                          f(x)
Contoh perkiraan akar
fungsi awal yang buruk
  perkiraan akar fungsi                          x
  makin menjauhi akar
  fungsi sebenarnya.



                                             2
Menghitung akar fungsi dengan metode Newton-Raphson:

                        f(xi )
          xi+1 = xi −                  (i = 0, 1, 2, ...;   x0 = a )
                        f'(xi )



kesalahan relatif semu:


                                       xi − xi+1
                             ∆ rel =
                                          xi+1



Penghitungan dihentikan jika kesalahan relatif semu sudah
mencapai / melampaui batas yang diinginkan.
Secant

Kembali ke metode False Position, untuk contoh batas b tetap, akar fungsi
dicari sebagai berikut:

       bf(x0 ) − x0 f(b)          bf(x1 ) − x1f(b)          bf(x2 ) − x2f(b)
x1 =                       x2 =                      x3 =
        f(x0 ) − f(b)              f(x1 ) − f(b)             f(x2 ) − f(b)


Pada metode Secant, batas tidak dijaga tetap, melainkan berubah. Akar
fungsi dicari sebagai berikut:

       bf(x0 ) − x0 f(b)          bf(x1 ) − x1f(b)          x1f(x2 ) − x2f(x1 )
x1 =                       x2 =                      x3 =
        f(x0 ) − f(b)              f(x1 ) − f(b)              f(x2 ) − f(x1 )


                                                            xi-2f(xi-1 ) − xi-1f(xi-2 )
Jadi, mulai dari i = 3, akar fungsi dihitung dengan: xi =
                                                                f(xi-1 ) − f(xi-2 )
f(x)                                f(x)
                            b                                   b
                                x                                   x
       a                                    x1

            x1                                   x2

   I                                  II


           false position                   secant
                                                           x3
f(x)                                f(x)
                            b
                                x                                   x
                   x2                       x1        x2

                   x3

  III                                 III
Akar fungsi pada metode Secant untuk i = 1, 2 bisa dihitung dengan metode
yang lain atau ditebak. Mulai i = 3, akar fungsi dihitung dengan rumus:
                                                                                  -1
       x f(x ) − xi-1f(xi-2 )                               f(xi-1 ) − f(xi-2 ) 
   xi = i-2 i-1                                xi = xi-1 − 
                                                            x −x                 f(xi-1 )
                                                                                 
           f(xi-1 ) − f(xi-2 )                                   i-1    i-2     


Yang menarik, jika i makin besar, maka beda antar dua akar fungsi yang
berturutan semakin kecil, sehingga

   f(xi-1 ) − f(xi-2 ) df(xi-1 )                                              f(xi-1 )
                      ≅          = f'(xi-1 )                    xi ≅ xi-1 −
      xi-1 − xi-2       dxi-1                                                 f'(xi-1 )


Dengan begitu, metode Secant menyerupai metode Newton-Raphson. Jika
turunan fungsi f(x) sulit diperoleh / dihitung, maka metode Secant menjadi
alternatif yang baik bagi metode Newton-Raphson.

Kesalahan relatif semu dihitung sama seperti pada metode False Position
atau Newton-Raphson.
Kecepatan Konvergensi

Pencarian akar fungsi dimulai dengan perkiraan akar fungsi yang
pertama, lalu diikuti oleh perkiraan berikutnya dan seterusnya sampai
perkiraan yang terakhir, yang kemudian dinyatakan sebagai akar fungsi
hasil perhitungan tersebut. Proses itu harus bersifat konvergen yaitu,
selisih perkiraan sebelum dari yang setelahnya makin lama makin kecil.
Setelah dianggap cukup, proses pencarian akar fungsi berhenti.


              x2 − x1 > x3 − x2 > x4 − x3 ... xn − xn −1 ≤ ε
                          (ε = bilangan kecil)


Kecepatan konvergensi sebuah proses yaitu, kecepatan proses itu untuk
sampai pada hasil akhir.
Contoh pencarian akar fungsi dengan metode Bisection:

                              akar fungsi



                                                            x

  a                                                  b
                         x1
                                         x2
                               x3
                                    x4

Jika εi ≡ xi+1 − xi , maka dari gambar diperoleh:

       ε1 = x2 − x1 , ε2 = x3 − x2 , ε3 = x4 − x3
                   ε2 = 2 ε1 , ε3 = 2 ε2
                        1           1




Kecepatan konvergensi bersifat linear:        εi+1 = 2 εi
                                                     1
Pada metode False Position, Newton-Raphson dan Secant akar fungsi dicari
dengan rumus yang bentuknya serupa:

                                                     -1
                                      f(xi ) − f(a) 
   False Position:     xi+1   = xi − 
                                      x − a  f(xi )            (atau a diganti b)
                                           i        

                                     f(xi )
   Newton-Raphson:     xi+1 = xi −
                                     f'(xi )
                                                          -1
                                    f(xi ) − f(xi-1 ) 
   Secant:             xi+1 = xi − 
                                    x −x               f(xi )
                                                       
                                         i    i-1     


Mengingat dengan berjalannya proses pencarian akar fungsi rumus pada
metode False Position dan terlebih lagi Secant semakin mendekati rumus
pada metode Newton-Raphson, maka akan dibahas kecepatan konvergen
pada metode Newton-Raphson.
f(xi )                               f(xi )                   f(xi+1 )
xi+1 = xi −                     εi ≡ xi − xi+1 =                   εi+1 =             =?
              f'(xi )                              f'(xi )                  f'(xi+1 )

ekspansi deret Taylor:

              f(xi+1 ) = f(xi − εi ) = f(xi ) − εif'(xi ) + 2 εi2f''(xi ) − ...
                                                            1



          f'(xi+1 ) = f'(xi − εi ) = f'(xi ) − εif''(xi ) + ...

                     f(xi ) − εif'(xi ) + 2 εi2f''(xi ) − ...
                                          1
              εi+1 =
                            f'(xi ) − εif''(xi ) + ...
                     f(xi ) − εif'(xi ) + 2 εi2f''(xi )
                                          1
                   ≅
                                  f'(xi )
                       f''(xi ) 2
                   ≅            εi
                       2f'(xi )

Kecepatan konvergensi pada metode Newton-                                         f''(xi ) 2
Raphson (kira-kira demikian juga False Position                         εi+1 ≅             εi
                                                                                  2f'(xi )
dan Secant) bersifat kurang lebih kuadratik:

Dengan begitu, metode metode Newton-Raphson, False Position dan
Secant lebih cepat dari metode Bisection.
Contoh hasil pencarian akar fungsi untuk soal cos(x) = x:


     metode               akar           f(akar)        jumlah langkah


Bisection             0.7390795       9.3692161E-06           12


False Position         0.7390851    -7.7470244E-09             3


Newton-Raphson         0.7390851    -7.7470244E-09             4


Secant                 0.7390851    -7.7470244E-09             3


Keterangan:      •   Pencarian akar berhenti jika kesalahan relatif semu
                     sama atau kurang dari 1.0E-05.
                 •   Batas awal kiri dan kanan untuk metode Bisection,
                     False Position dan Secant 0.72 dan 0.75.
                 •   Perkiraan akar fungsi pertama untuk metode
                     Newton-Raphson 0.72.
Solusi Sistem
                  Persamaan Linear

Sistem persamaan linear:
                                                   n buah
                                                 persamaan
a11x1   + a12x2   + a13x3 ⋯ + a1n xn     = b1   dengan n buah
                                                  unknown
a21x1   + a22x2   + a23x3 ⋯ + a2n xn     = b2          xj
a31x1   + a32x2   + a33x3 ⋯ + a3n xn     = b3
  ⋮        ⋮        ⋮      ⋱    ⋮         ⋮       aij dan bi
                                                  diketahui
an1x1   + an2x2   + an3x3 ⋯ + ann xn     = bn
                                                i, j = 1, 2, …, n

                                xj = ?
Soal:     2x − 3y + 2z = −6      (1)
                                               3 persamaan dan
          − x + 2y − 3z = 2      (2)           3 unknown
            x+ y− z =0           (3)

Jawab:   2x −     3y + 2z = −6   (1)
                                               eliminasi x:
                0.5y − 2z = −1   (2)           pers. (2) + 0.5 pers. (1)
                2.5y − 2z = 3    (3)           pers. (3) – 0.5 pers. (1)


         2x −    3y + 2z = −6    (1)
                                               eliminasi y:
                0.5y − 2z = −1   (2)           pers. (3) – 5 pers. (2)
                      8z = 8     (3)

                       z =1
                                               substitusi mundur:
                          − 1 + 2z             pers. (3)   mencari z
                        y=         =2
                            0.5                pers. (2)   mencari y
                          − 6 + 3y − 2z        pers. (1)   mencari x
                       x=               = −1
                                 2
Dalam bentuk matriks:

          Soal:          2 −3   2  x   − 6 
                                     
                         −1 2 − 3  y  =  2 
                         1  1 − 1  z   0 
                                     

          Jawab:        2 −3     2  x   − 6 
                                      
                         0 0.5 − 2  y  =  − 1 
                         0 2.5 − 2  z   3 
                                      
                        2 −3     2  x   − 6 
                                      
                         0 0.5 − 2  y  =  − 1 
                        0    0   8  z   8 
                                      
                          z =1
                             − 1 + 2z
                          y=           =2
                                0.5
                              − 6 + 3y − 2z
                          x=                = −1
                                    2
Eliminasi Gauss
Metode Eliminasi Gauss mencari solusi sebuah sistem persamaan linear
dengan cara seperti ditunjukkan pada contoh sebelum ini:

    a11     a12    a13 ⋯ a1n  x1   b1              aij = aij , bi(0) = bi
                                                           (0)
                                
    a21     a22    a23 ⋯ a2n  x2   b2 
                                                                              aik -1) (k-1)
                                                                                (k
   a        a32    a33 ⋯ a3n  x3  =  b3            a (k)
                                                          ij     =a (k -1)
                                                                   ij        − (k-1) akj
    31                                                                  akk
    ⋮        ⋮      ⋮ ⋱ ⋮  ⋮   ⋮ 
   a                                                                         aik -1) (k −1)
                                                                               (k

                    an3 ⋯ ann  xn   bn 
                                                           (k)      (k −1)
    n1      an2                                    bi      =bi         − (k-1) bk
                                                                              akk
                                                         (k = 1, ..., n − 1;
                                                         i = k + 1, ..., n; j = k, ..., n)
 a(0)
           a(0)
                   a(0)
                          ⋯ a  x1   b 
                                 (0)             (0)
  11       12
            (1)
                    13
                    (1)
                                 1n
                                     
                                 (1)
                                                 1
                                                  (1)
                                                     
  0       a       a      ⋯ a  x2   b 
 
            22      23           2n
                                          
                                                 2
                                                             aij , bi(m) ≡ aij , bi
                                                                (m)


  0        0      a(2)
                          ⋯ a  x3  =  b 
                                 (2)             (2)
                    33           3n            3           pada langkah ke m
  ⋮         ⋮       ⋮    ⋱   ⋮  ⋮   ⋮ 
                                                
  0        0       0     ⋯ ann-1)  xn   bn(n-1) 
                             (n
                                                                       halaman berikut
Substitusi mundur:


           a11
             (0)      (0)
                     a12         (0)
                                a13 ⋯                  x1   b1(0) 
                                                         (0)
                                                        a1n
                     (1)        (1)
                                                         (1) 
                                                         (1)
           0        a22        a23 ⋯                  x2   b2 
                                                        a2n
                                (2)                   x  =  (2) 
                                                         (2)
           0         0         a33 ⋯                   a3n
                                                       3   b3 
           ⋮            ⋮      ⋮            ⋱   ⋮  ⋮   ⋮ 
                                                                   
           0            0      0            ⋯ ann-1)  xn   bn(n-1) 
                                                (n




              bn(n-1)
          xn = (n-1)
              ann
                                        n
                     (n- j-1)
                     b
                     n-j        −     ∑a
                                    k =n- j+1
                                                  (n- j-1)
                                                        x
                                                  n - j,k  k

          xn − j =                  (n- j-1)
                                                               (j = 1, ..., n − 1)
                                a   n - j,n - j
A       X = B        atau    AX = B




Jadi, metode Eliminasi Gauss terdiri dari dua tahap:


  1. triangulasi: mengubah matriks A menjadi matriks segitiga
     (matriks B dengan begitu juga berubah)



                     =                                 =




  2. substitusi mundur: menghitung x mengikuti urutan terbalik,
     dari yang terakhir ( xn ) sampai yang pertama ( x1 )
LU Decomposition



                    A       X = B         atau   AX = B



Pada metode LU Decomposition, matriks A ditulis ulang sebagai perkalian
matriks L dan U (matriks A diurai menjadi matriks L dan U). Matriks L dan
U merupakan matriks segitiga. Matriks B tidak berubah, karena matriks A
tidak berubah, melainkan hanya ditulis ulang.



                                                      U
       A       X = B                                       X = B
                                      L
Langkah:

1. Cari matriks L dan U sehingga A = LU. Matriks B tetap.


                                    U                                  U
          A     =                                                             X = B
                     L                              L


2. Definisikan sebuah matriks kolom baru, misalnya Y, yaitu Y = UX, sehingga
   LY = B. Lalu hitung y dengan substitusi maju (mulai dari y1 sampai yn ).


               U
    Y =              X                              Y = B
                                        L


3. Hitung x dengan substitusi mundur (mulai dari xn sampai x1 ).

                                   Jelas bahwa metode LU Decomposition pada prinsipnya
           U                       sama dengan metode Eliminasi Gauss: matriks U
               X = Y               merupakan hasil triangulasi matriks A, yang juga
                                   mengakibatkan B berubah menjadi Y.
Mencari matriks L dan U:

 l11 0 0         ⋯ 0         1 u12 u13     ⋯ u1n   a11         a12     a13    ⋯        a1n 
                                                                                           
l21 l22 0        ⋯ 0         0 1 u23       ⋯ u2n   a21         a22     a23    ⋯        a2n 
l l      l       ⋯ 0        0 0     1      ⋯ u3n  =  a31       a32     a33    ⋯        a3n 
 31 32 33                                                                                  
⋮ ⋮ ⋮            ⋱ ⋮        ⋮ ⋮     ⋮      ⋱ ⋮   ⋮              ⋮       ⋮     ⋱         ⋮ 
                                                      
 ln1 ln2 ln3     ⋯ lnn      0 0 0
                                             ⋯ 1   an1
                                                                   an2     an3    ⋯        ann 
                                                                                                

Diperoleh:

      ai1 = li1                        → li1 = ai1                        (i = 1, ..., n)
                                                a1j
      a1j = l11u1j                     → u1j =                            (j = 2, ..., n)
                                                 l11
      ai2 = li1u12 + li2               → li2 = ai2 − li1u12               (i = 2, ..., n)
                                                 a2j − l21u1j
      a2j = l21u1j + l22u2j            → u2j =                            (j = 3, ..., n)
                                                     l22
      ai3 = li1u13 + li2u23 + li3      → li3 = ai3 − li1u13 − li2u23      (i = 3, ..., n)
                                                 a3j − l31u1j − l32u2j
      a3j = l31u1j + l32u2j + l33u3j   → u3j =                            (j = 4, ..., n)
                                                          l33
      …
Jadi, elemen matriks L dan U dicari menurut:

       li1 = ai1               (i = 1, ..., n)
               a1j
       u1j =                   (j = 2, ..., n)
               l11
                     j−1
       lij = aij − ∑ likukj    (i = j, ..., n; j = 2, ..., n)
                     k =1
                       i−1
               aij − ∑likukj
                      k =1
       uij =                   (j = i + 1, ..., n; i = 2, ..., n - 1)
                       lii

secara bergantian:
       1. matriks L kolom 1, matriks U baris 1
       2. matriks L kolom 2, matriks U baris 2
       3. …
       4. matriks L kolom (n-1), matriks U baris (n-1)
       5. matriks L kolom n
Substitusi maju untuk menghitung y:


    l11 0 0       ⋯ 0  y1   b1                     b1
                                            y1 =
   l21 l22 0      ⋯ 0  y2   b2                     l11
   l l      l     ⋯ 0  y3  =  b3                          i−1
    31 32 33                                       bi − ∑ lij yj
   ⋮ ⋮ ⋮          ⋱ ⋮  ⋮   ⋮                              j=1
                                            yi =                               (i = 2, ..., n)
    ln1 ln2 ln3   ⋯ lnn  yn   bn                           lii



Substitusi mundur untuk menghitung x:


   1 u12 u13      ⋯ u1n  x1   y1 
                           
   0 1 u23        ⋯ u2n  x2   y2      xn = yn
  0 0     1       ⋯ u3n  x3  =  y3                        n
  
  ⋮ ⋮     ⋮
                            
                   ⋱ ⋮  ⋮   ⋮ 
                                            xn-i = yn −i −     ∑u
                                                             j=n −i+1
                                                                        n −i, j   xj (i = 1, ..., n − 1)
  0 0 0                     
                  ⋯ 1  xn   yn 
                         
 2 −3    2        − 6
                                                      
Kembali ke soal AX = B , dengan A =  − 1 2 − 3 , B =  2  .
                                     1   1 − 1        0
                                                      


Jawab:                      2 0     0        1 − 1.5   1
                                                        
          A = LU       L =  − 1 0.5 0 , U =  0   1   − 4
                            1 2.5 8         0    0     1
                                                        

                                        − 3
                                        
          Y = UX, LY = B           Y =  − 2
                                        1
                                        

                            −1
                            
          UX = Y       X =  2
                            1
                            
Kasus Beberapa Sistem Persamaan Linear
Pada kasus yang lebih umum bisa saja terdapat beberapa sistem
persamaan linear dengan nilai B yang berlainan, namun memiliki nilai A
yang sama.


Dalam bentuk matriks sistem seperti ini dituliskan sebagai:



                     A        X    =    B     atau AX = B



Keterangan: •    A matriks n x n, X dan B matriks n x m, dengan m =
                 jumlah sistem persamaan linear, n = jumlah persamaan
                 / unknown dalam tiap sistem persamaan tersebut
             •   Tiap kolom matriks X merupakan solusi untuk kolom
                 yang sama pada matriks B.

Langkah dan rumus pada metode Eliminasi Gauss dan LU Decomposition
berlaku sama untuk kasus ini. Hanya saja, di sini matriks X dan B terdiri
dari beberapa kolom, bukan hanya satu.
Contoh dua sistem persamaan linear yang memiliki nilai A sama tapi B berbeda.



 a11   a12   a13     ⋯ a1n  x11   b11       a11     a12   a13   ⋯ a1n  x12   b12 
                                                                             
 a21   a22   a23     ⋯ a2n  x21   b21       a21     a22   a23   ⋯ a2n  x22   b22 
a      a32   a33     ⋯ a3n  x31  =  b31    a        a32   a33   ⋯ a3n  x32  =  b32 
 31                                         31                               
 ⋮      ⋮     ⋮      ⋱ ⋮  ⋮   ⋮             ⋮        ⋮     ⋮    ⋱ ⋮  ⋮   ⋮ 
a      an2   an3     ⋯ ann  xn1   bn1      a        an2   an3   ⋯ ann  xn2   bn2 
 n1                                         n1                               




                     a11   a12   a13 ⋯ a1n  x11       x12   b11 b12 
                                                                      
                     a21   a22   a23 ⋯ a2n  x21       x22   b21 b22 
                    a      a32   a33 ⋯ a3n  x31       x32  =  b31 b32 
                     31                                               
                     ⋮      ⋮     ⋮ ⋱ ⋮  ⋮             ⋮   ⋮       ⋮ 
                    a      an2   an3 ⋯ ann  xn1       xn2   bn1 bn2 
                     n1                                               
Metode Eliminasi Gauss:

•     rumus triangulasi:
      (0)         (0)
    aij = aij , bir = bir                   (i, j = 1, ..., n; r = 1, ..., m)

                                                                                                        (m)   (m)
                       a  (k -1)                                                                      aij , bir ≡ aij , bir
    aij = aij -1) −
      (k)   (k           ik
                          (k -1)
                                   akj -1) (k = 1, ..., n − 1;i = k + 1, ..., n;
                                    (k
                                                                                                    pada langkah ke m
                       a kk

      (k)              aik -1) (k −1)
                         (k
    bir     = bir −1) − (k-1) bkr
                (k
                                                j = k, ..., n;r = 1, ..., m)
                       akk

•     rumus substitusi mundur:

                          bnr -1)
                           (n
                     xnr = (n-1)                                                 (r = 1, ..., m)
                          ann
                                                        n
                                    b(n- j-1)
                                     n- j,r     −     ∑a
                                                    k =n - j+1
                                                                   (n- j-1)
                                                                   n- j,kx  kr

                     xn − j,r =                      (n- j-1)
                                                                                 (j = 1, ..., n − 1; r = 1, ..., m)
                                                 a   n - j,n - j
Metode LU Decomposition:

•   rumus substitusi maju untuk menghitung y (kini Y matriks n x m):


                           b1r
                   y1r =                                 (r = 1, ..., m)
                           l11
                                   i−1
                           bir − ∑ lij yjr
                                   j=1
                   yir =                                 (i = 2, ..., n; r = 1, ..., m)
                                   lii


•   rumus substitusi mundur untuk menghitung x:


             xnr = ynr                                       (r = 1, ..., m)
                                     n
             xn-i,r = yn −i,r −    ∑u
                                  j=n −i+1
                                             n −i, j   xjr (i = 1, ..., n − 1;r = 1, ..., m)
Perhatikan metode LU Decomposition, anggap matriks L dan U
telah diperoleh. Jika kemudian terdapat lagi sistem persamaan
linear dengan A sama dan B berbeda, maka matriks L dan U
yang telah diperoleh itu bisa langsung dipakai untuk sistem
persamaan yang baru tersebut.
Kini perhatikan metode Eliminasi Gauss, anggap triangulasi
matriks A sudah dikerjakan. Jika kemudian terdapat lagi
sistem persamaan linear dengan A sama dan B berbeda, maka
hasil triangulasi matriks A yang sudah diperoleh tidak dapat
dipakai untuk sistem persamaan yang baru. Untuk sistem yang
baru tersebut proses triangulasi matriks A harus dilakukan
lagi dari awal.
Hal ini disebabkan, matriks B harus berubah mengikuti proses
triangulasi matriks A, sementara proses penguraian matriks A
menjadi matriks L dan U tidak melibatkan matriks B.
Catatan:
   Dalam rumus-rumus baik pada metode Eliminasi Gauss
   maupun LU Decomposition terdapat pembagian oleh elemen
   diagonal matriks yaitu, oleh elemen diagonal matriks A pada
   metode Eliminasi Gauss, dan elemen diagonal matriks L pada
   metode LU Decomposition.
   Jika secara kebetulan elemen diagonal itu nol, maka akan
   timbul error.
   Karena itu, pada setiap langkah dalam proses triangulasi
   matriks A (metode Eliminasi Gauss) atau pencarian matriks L
   dan U (metode LU Decomposition) perlu dilakukan
   pemeriksaan, apakah elemen matriks A atau L yang
   bersangkutan sama dengan nol.
   Jika bernilai nol, maka baris berisi elemen diagonal nol itu
   harus ditukar dengan salah satu baris setelahnya, sehingga
   elemen diagonal menjadi bukan nol. Perubahan baris pada
   matriks A (metode Eliminasi Gauss) harus disertai
   perubahan baris yang sama pada matriks B. Perubahan baris
   pada matriks L (metode LU Decomposition) harus disertai
   perubahan baris yang sama pada matriks A dan B.
Soal:     2 −4   1  3  x1   2 
                                                        baris 2 ditukar
          −1  2 3 − 2  x2   2 
          3 −4         x  =  2                          dengan baris 3
                  1  2 3
                         
          1 − 3 −1  5  x4   2 
                         
Jawab:
         2 − 4    1     3  x1   2           2 − 4    1     3  x1   2 
                                                                  
         0   0    3.5 − 0.5  x2   3         0   2 − 0.5 − 2.5  x2   − 1
         0   2 − 0.5 − 2.5 3 x  =  − 1      0                   x  =  3 
                                                 0    3.5 − 0.5 3
          0 − 1 − 1 .5                                                 
                        3.5  x4   1
                                              0 − 1 − 1 .5
                                                                 3.5  x4   1
                                                                         
   2 − 4   1     3  x1   2           2 − 4   1     3  x1   2 
                                                                 
   0   2 − 0.5 − 2.5  x2   − 1       0   2 − 0.5 − 2.5  x2   − 1 
                             =                                       =
   0   0   3.5 − 0.5  x3   3         0   0   3.5 − 0.5  x3   3 
                                                                 
   0             2  x4   2           0   0 − 1.75        x   0.5 
       0   0                                       2.25  4       

                   x4 = 1                       − 1 + 0.5x3 + 2.5x4
                                           x2 =                     =1
                                                         2
                          3 + 0.5x4
                   x3 =             =1          2 + 4x2 − x3 − 3x4
                             3.5           x1 =                    =1
                                                         2
 2 −4   1  3       2        2 0 0 0                 1 − 2 0.5 1.5 
                                                                    
   −1  2 3 − 2       2        − 1 l22 0 0            0    1 u23 u24 
A=              B =  2     L=
                                    3 l32 l33 0 
                                                         U=
  
     3 −4  1  2
                                                        0   0 1   u34 
   1 − 3 −1          2        1 l                                    
             5                     42 l43 l44 
                                                          0
                                                                0 0 1    
    2 −4   1  3          2 0 0 0                 2 0 0 0
                                                              
    3 −4   1  2          3 2 0 0                −1 0 0 0
 A=                    L=                       L=
     −1  2 3 − 2           − 1 0 l33 0              3 2 l33 0 
                                                              
    1 − 3 −1              1 −1 l    l44           1 −1 l   l44 
              5
                                 43                     43     

         2        1 −2   0.5   1.5                    2 0     0      0
                                                                       
         2       0   1 − 0.25 − 1.25                  3 2     0      0
      B=       U=                                   L=
          2          0  0   1        u34                  − 1 0 3.5      0
                                                                       
         2       0   0   0      1                     1 − 1 − 1.75 l 
                                                                    44 


               2 0     0      0         1 −2   0.5    1.5 
         ¨                                                 
       2         3 2    0      0        0   1 − 0.25 − 1.25 
   r is 3 L =                         U=
 ba ris        − 1 0 3.5      0          0  0   1    − 1/7 
   ba         
               1 − 1 − 1.75
                                                            
                              2
                                
                                         0
                                             0   0      1    
                                                              
Data Fitting dengan
       Metode Least Square

f(x)                  Keterangan:

           p(x)         •   f(xi ) mewakili data;
                            i = 1, …, N;
                            N = jumlah data
                        •   p(x) merupakan fungsi
                            yang dicocokkan (fitted)
                            terhadap data f( xi )



                       Sifat fitting:
                           tidak selalu p(xi ) = f( xi )
                           untuk semua xi .
                  x
Prinsip penentuan fungsi p(x):


  •   p(x) merupakan polinomial orde m:
                                                                m
               p(x) = a0 + a1x + a2x + a3x + ... + amx = ∑ ajx j
                                       2       3          m

                                                               j= 0

      (Secara umum, p(x) juga bisa merupakan polinomial bentuk yang
      lain seperti, polinomial Legendre.)

  •   Selisih antara p(x) dan f(x) untuk titik data tertentu:
                                              m
               ∆i = f(xi ) − p(xi ) = f(xi ) − ∑ ajxij    (i = 1, ..., N )
                                             j= 0

  •   Jumlah kuadrat selisih antara p(x) dan f(x) untuk semua titik data:
                                                                             2
                   N         N                      
                                                    N           m      
              S = ∑ ∆i = ∑ (f(xi ) − p(xi ) ) = ∑   f(xi ) − ∑ ajxij 
                      2                      2

                                                i=1 
                                                                       
                  i=1    i=1                                   j= 0    


Fungsi p(x) ditentukan dengan mencari nilai aj (j = 0, …, m) yang membuat
S bernilai minimum.
Titik Minimum


                        g(x)

                                           g(a) merupakan titik minimum jika:
                               dg(x)
                                            dg(x)             d2g(x)
                                dx x = a              = 0 dan     2
                                                                        >0
                                             dx x = a          dx x = a


                                 x
                a


Spesial: fungsi kuadratik g(x) = ax2 + bx + c

     dg(x)             
           = 2ax + b
      dx                g(x) memiliki satu titik minimun jika a > 0 atau
      2
     d g(x)             sebaliknya satu titik maksimum jika a < 0.
            = 2a       
      dx 2             
S merupakan fungsi kuadratik dalam aj (j = 0, …, m):

                                          2
                   N                m         N  m                         
  S(a0 , ..., am ) = ∑                   j
                                                     (  2
                                                                      )
                          f(xi ) − ∑ ajxi  = ∑  ∑ aj xi2j + ... + f2 (xi ) 
                                                                              
                     i=1           j= 0      i=1  j= 0                     

                         N                    
  ∂S(a0 , ..., am )                     m
                    = −2∑   f(xi ) − ∑ ajxij xik
                                                           (k = 0, ..., m)
      ∂ak               i=1           j= 0    


  ∂ 2S(a0 , ..., am )     N

             2
                      = 2∑ xi2k > 0       (k = 0, ..., m)
       ∂ak               i=1




S memiliki satu titik minimum pada nilai aj (j = 0, …, m) tertentu.
Mencari aj (j = 0, …, m):

                           N                    
    ∂S(a0 , ..., am )                     m
                      = −2∑   f(xi ) − ∑ ajxij xik = 0
                                                                  (k = 0, ..., m)
        ∂ak               i=1           j= 0    
                   m
                        N j+k   N

                  ∑  ∑ xi aj = ∑ f(xi )xik
                  j= 0  i=1    i=1
                                                              (k = 0, ..., m)

                         N                      N
Definisikan:      ckj ≡ ∑ x    i
                                j +k
                                           bk ≡ ∑ f(xi )xik
                         i=1                    i=1


                                                                       m
maka diperoleh sebuah sistem persamaan linear:                        ∑c
                                                                      j= 0
                                                                              a = bk
                                                                             kj j      (k = 0, ..., m)


dalam bentuk matrik:                   C         A = B           atau        CA = B



Jadi, aj (j = 0, …, m) diperoleh sebagai solusi persamaan linear CA = B.
Contoh: Terdapat tiga data f(x) yaitu, f(1) = 30, f(2) = 70 dan f(3) = 120.
        Cari fungsi p(x) yang dapat melukiskan data itu.


Dari data itu jelas p(x) bukan fungsi linear.                    f(x)           p(x)
Jadi, dicoba fungsi kuadratik:
                                                           120
             p(x) = a0 + a1x + a2x2

Sistem persamaan linier untuk mencari aj :                  70

          3 6 14  a0   220 
                                                      30
           6 14 36  a1  =  530 
          14 36 98  a   1390                                                     x
                    2          
                                                                        1   2    3
 3 6 14  a0   220           a0   0 
                              
 0 1 4  a1  =  45           a1  =  25 
 0 0 1  a   5              a   5 
         2                  2  


Jadi,     p(x) = 5x(x + 5 )            Cek:        p(1) = 30, p(2) = 70,
                                                                                 OK!
                                                         p(3) = 120
Contoh: Kuat medan listrik E di sekitar sebuah benda berbentuk lempeng
        diukur pada jarak 10 cm dari pusat massanya dan arah yang
        bervariasi. Arah dinyatakan dalam sudut θ terhadap sumbu y yang
        ditetapkan sebelum pengukuran. Diperoleh data sebagai berikut:


             θ [derajat]       E [V/cm]
                                                           y

                  10         0.01794775
                  15         0.03808997
                  20         0.05516225                        θ   E
                  25         0.05598281
                  30         0.04795629
                  35         0.04807485
                  40         0.06273566
                  45         0.07853982
                  50         0.07395442
                  55         0.04201338


        Cari fungsi p(x) yang dapat melukiskan data itu.
Dicoba beberapa polinomial dengan orde berbeda, diperoleh:

                                                  a0 = - 3.557800654975570E - 02
         a0 = 8.983713484853211E - 03             a1 = 1.061996221844471E - 03
         a1 = 1.324478388111303E - 03             a2 = 8.802185976358352E - 04
m = 3: a2 = 3.487808787880805E - 05       m = 5: a3 = - 5.862332690401015E - 05
         a3 = - 8.085809790211842E - 07           a4 = 1.362046192596346E - 06
         S = 1.0339E - 03                         a5 = - 1.063951754163944E - 08

                                                  S = 8.1573E - 05

         a0 = - 1.757260839248139E - 02
         a1 = 1.596300085173997E - 02             a0 = 1.864754537649403E - 01
         a2 = - 3.402768734407800E - 03           a1 = - 4.631839872868015E - 02
         a3 = 3.358961098305538E - 04             a2 = 4.007658091692495E - 03
         a4 = - 1.368895999268855E - 05           a3 = - 8.985715636865594E - 05
m = 9:   a5 = 1.132254508386570E - 07     m = 7: a4 = - 3.230489224228010E - 06
         a6 = 8.262829873458547E - 09             a5 = 1.912806006890119E - 07
         a7 = - 2.741786330789355E - 10           a6 = - 3.252863805243949E - 09
         a8 = 3.317446724324134E - 12             a7 = 1.876184315740421E - 11
         a9 = - 1.459511835946927E - 14
                                                  S = 3.1629E - 07
         S = 1.7528E - 11
Interpolasi

f(x)              Keterangan:

       p(x)         •    f(xi ) mewakili data;
                         i = 1, …, N;
                         N = jumlah data
                    •    p(x) merupakan fungsi
                         interpolasi berdasarkan
                         data f(xi )



                        Sifat interpolasi:
                            p(xi ) = f(xi )
                            untuk semua xi .
              x
Interpolasi Lagrange

Digunakan p(x), suatu polinomial berorde m = N – 1, dengan N = jumlah data:

                       p(x) = a0 + a1x + a2x2 + ... + aN-1x N-1 ≅ f(x)

Nilai ai (i = 0, …, N-1) ditetukan dengan menetapkan bahwa untuk semua titik
data:
                            p(xi ) = f(xi ) (i = 1, ..., N )
Jadi, diperoleh persamaan linear:

                 p(x1 ) = a0 + a1 x1 + a2 x12 + ... + aN-1 x1N-1 = f(x1 )
                 p(x2 ) = a0 + a1x2 + a2 x2 + ... + aN-1x2 -1 = f(x2 )
                                          2              N


                 p(x3 ) = a0 + a1x3 + a2x3 + ... + aN-1x3 -1 = f(x3 )
                                         2              N


                 ...
                 p(xN ) = a0 + a1xN + a2xN + ... + aN-1 xN -1 = f(xN )
                                         2               N




dan ai (i = 0, …, N-1) diperoleh sebagai solusi dari persamaan linear itu.
N = 2:                             p(x1 ) = a0 + a1x1 = f(x1 )
                                   p(x2 ) = a0 + a1 x2 = f(x2 )
                               x2f(x1 ) − x1f(x2 )              f(x1 ) − f(x2 )
                      a0 = −                             a1 =
                                    x1 − x2                        x1 − x2
                                  x − x2           x − x1 
                          p(x) = 
                                 x −x   f(x1 ) + 
                                                     x − x f(x2 )
                                                              
                                  1    2           2     1 



N = 3:                          p(x1 ) = a0 + a1 x1 + a2 x12 = f(x1 )
                                                         2
                                p(x2 ) = a0 + a1x2 + a2 x2 = f(x2 )
                                                        2
                                p(x3 ) = a0 + a1x3 + a2x3 = f(x3 )

                   (x2 − x3 )x2 x3f(x1 ) + (x3 − x1 )x3x1f(x2 ) + (x1 − x2 )x1x2f(x3 )
            a0 =
                               (x2 − x3 )x12 + (x3 − x1 )x2 + (x1 − x2 )x3
                                                          2              2


                   (x2 − x3 )f(x1 ) + (x3 − x12 )f(x2 ) + (x12 − x2 )f(x3 )
                     2    2             2                         2
            a1 = −
                        (x2 − x3 )x12 + (x3 − x1 )x2 + (x1 − x2 )x3
                                                    2               2


                   (x2 − x3 )f(x1 ) + (x3 − x1 )f(x2 ) + (x1 − x2 )f(x3 )
            a2 =
                       (x2 − x3 )x12 + (x3 − x1 )x2 + (x1 − x2 )x3
                                                   2               2



        x − x2  x − x3           x − x1  x − x3            x − x1  x − x2 
p(x) =         
        x − x  x − x  f(x1 ) +         
                                     x − x  x − x   f(x2 ) + 
                                                                   x − x  x − x f(x3 )
                                                                                    
        1    2  1    3           2 1  2        3           3 1  3        2 
N
Secara umum, untuk N data                p(x) = ∑ l(x, xi )f(xi )
                                                 i=1
rumus interpolasi Lagrange:

                                                          x − xj 
                                         l(x, xi ) = ∏            
                                                          xi − xj 
                                                     j≠i          


Untuk x = xk (k = 1, …, N):
                                      xi − xj 
                                    ∏                 = 1, (i = k)
                         xk − xj   j≠i  xi − xj 
      l(xk , xi ) = ∏            =              
                                 
                    j≠i  xi − xj  ...  xk − xk  ... = 0, (i ≠ k)
                                                  
                                      x −x 
                                      i        j 


                   l(xk , xi ) = δik   p(xk ) = f(xk )
Perlukah memakai semua N data yang ada?

Pada bagian sebelum ini interpolasi menggunakan seluruh N data f( xi ) yang
tersedia, yang berarti menggunakan polinomial p(x) berorde N-1.

Kini, misal N = 4 dan x berada di sekitar x4 , maka diperoleh:

             x − x2  x − x3  x − x4                    x − x1  x − x3  x − x4 
             x − x  x − x  x − x 
l(x, x1 ) =                                            x − x  x − x  x − x 
                                                l(x, x2 ) =                          
             1    2  1    3  1    4                    2     1  2    3  2    4 


             x − x1  x − x2  x − x4                     x − x1  x − x2  x − x3 
l(x, x3 ) = 
             x − x  x − x  x − x 
                                            l(x, x4 ) = 
                                                              x − x  x − x  x − x 
                                                                                       
             3 1  3        2  3    4                    4     1  4    2  4    3 


Dapat dilihat bahwa, l(x, x1 ) < l(x, x2 ) < l(x, x3 ) < l(x, x4 ) .

Ini berarti, semakin jauh dari x pengaruh data f( xi ) semakin kecil dalam
menentukan nilai p(x). Data yang penting yaitu yang berada di sekitar titik x.
Karena itu, cukup data-data di sekitar titik x yang digunakan.

Dengan kata lain, untuk interpolasi cukup digunakan polinomial p(x) berorde
rendah, contoh berorde 3 (fungsi kubik).
Interpolasi Lagrange Kubik

Interpolasi Lagrange Kubik menggunakan polinomial p(x) berorde 3 sebagai
fungsi interpolasi:

                          p(x) = a0 + a1x + a2x2 + a3x3 ≅ f(x)

Untuk mencari nilai aj (j = 0, 1, 2, 3) diperlukan 4 data f( xi ) di sekitar x:

 f(x0 ), f(x1 ), f(x2 ), f(x3 )    (xi ≤ x ≤ xi+1 ;   x0 = xi-1 , x1 = xi , x2 = xi+1 , x3 = xi+2 )

untuk membentuk sistem persamaan linear:
                                  2      3
                   a0 + a1xj + a2xj + a3xj = f(xj )           (j = 0, 1, 2, 3)
Langkah pertama dengan begitu, menentukan xj (j = 0, 1, 2, 3) dengan
melihat posisi x di antara titik data xi (i = 1, …, N).

Diperoleh
                            3                                      x − xk    
                  p(x) = ∑ l(x, xj )f(xj )      l(x, xj ) = ∏                
                                                                  
                                                            k ≠ j  xj − xk
                                                                              
                           j= 0                                               
Catatan:
Karena fungsi interpolasi p(x) dicocokkan dengan data f(x0 = xi-1 ), ..., f(x3 = xi+2 )
maka p(x) berlaku hanya untuk daerah xi-1 ≤ x ≤ xi+2 . Untuk daerah x yang lain
berlaku fungsi interpolasi p(x) yang lain.

Pada batas antara dua daerah yang bersebelahan, masing-masing fungsi
interpolasi p(x) dari kedua daerah berbeda itu menunjukan nilai yang sama,
karena dalam menentukan p(x) selalu dibuat agar p(x) cocok dengan setiap titik
data dalam daerah itu.



                    pI (x2 ) = f(xi+2 )              II


                               xi-1           xi+2           xi+5

                                          I          pII (x0 ) = f(xi+2 )



Dengan kata lain, p(x) bersifat kontinyu. Tetapi, tidak begitu dengan turunannya:
p’(x) bersifat diskontinyu pada batas dua daerah yang bersebelahan.
Interpolasi Hermite Kubik

Dengan menggunakan polinomial p(x) berorde 3 (kubik), interpolasi
dilakukan di antara dua titik data yang berurutan, yaitu dalam interval
xi ≤ x ≤ xi+1:
                        p(x) = a0 + a1x + a2x2 + a3x3 ≅ f(x)

Jadi, yang pertama dilakukan yaitu, menentukan posisi x di antara titik
data xi (i = 1, …, N).

Untuk mencari aj (j = 0, 1, 2, 3) diperlukan 4 persamaan, yang ditetapkan
sebagai berikut:

   p(x1 ) = a0 + a1 x1 + a2x12 + a3x13 = f(x1 )
                           2      3
   p(x2 ) = a0 + a1x2 + a2x2 + a3x2 = f(x2 )
                               2
                                                  (xi ≤ x ≤ xi+1 ; x1 = xi , x2 = xi+1 )
   p'(x1 ) = a1 + 2a2x1 + 3a x = f'(x1 )
                             3 1
                              2
   p'(x2 ) = a1 + 2a2x2 + 3a3x2 = f'(x2 )

Jadi, pada interpolasi Hermite diperlukan sebagai data bukan saja f(x)
namun juga turunannya f’(x).
Diperoleh aj (j = 0, 1, 2, 3) sebagai berikut:


                    x12 (3x2 − x1 )f(x2 ) + x2 (x2 − 3x1 )f(x1 ) 
                                                 2
          a0   =   
                                                                 
                                                                  
                                     (x2 − x1 )3                 
                            x f'(x2 ) + x2 f'(x1 ) 
                   − x2 x1  1
                                             2
                                                       
                                                       
                                  (x2 − x1 )          
                              f(x2 ) − f(x1 ) 
          a1   =   − 6x2 x1  (x − x )3       
                                   2    1      
                      x1 (2x2 + x1 )f'(x2 ) + x2 (x2 + 2x1 )f'(x1 ) 
                   +                                2
                                                                     
                                                                     
                                         (x2 − x1 )                 
                                 f(x2 ) − f(x1 ) 
          a2   =   3(x2 + x1 )  (x − x )3        
                                     2     1       
                      (x + 2x1 )f'(x2 ) + (2x2 + x1 )f'(x1 ) 
                   − 2
                                                  2
                                                                
                                                                
                                     (x2 − x1 )                
                        f(x2 ) − f(x1 )   f'(x2 ) + f'(x1 ) 
          a3   =   − 2 (x − x )3  +  (x − x )2 
                                                             
                             2     1               2  1     
Dengan aj (j = 0, 1, 2, 3) yang sudah diperoleh, didapat fungsi
         interpolasi p(x) sebagai berikut:

                                2
                                     (
                       p(x) = ∑ h1 (x, xj )f(xj ) + h2 (x, xj )f'(xj )    )
                               j=1

                                                                      2
                                             (x − x1 )  x − x2 
                       h1 (x, x1 ) =  1 − 2
                                                       
                                                         x − x 
                                            (x1 − x2 )  1    2 
                                                                      2
                                            (x − x2 )  x − x1 
                                     
                       h1 (x, x2 ) =  1 − 2            
                                                         x − x 
                                            (x2 − x1 )  2    1 
                                                           2
                                               x − x2 
                       h2 (x, x1 ) = (x − x1 )
                                              x −x   
                                               1    2 
                                                            2
                                               x − x1 
                       h2 (x, x2 ) = (x − x2 )
                                              x −x    
                                               2     1 




Pada interpolasi Hermite bukan saja p(x) yang dicocokkan dengan data f(x) namun
juga turunannya p’(x) dicocokkan dengan data f’(x). Karena itu, baik p(x) maupun
p’(x) bersifat kontinyu. Ini berbeda dari yang ditemui pada interpolasi Lagrange.
Interpolasi Hermite Orde Lebih Tinggi

Interpolasi Hermite tidak terbatas hanya menggunakan polinomial p(x) berorde
3 (kubik), namun dapat juga yang berorde lebih tinggi. Untuk itu diperlukan
lebih banyak data, bukan hanya f(x) dan f’(x) pada titik xi dan xi+1 .

Secara umum fungsi interpolasi Hermite p(x) berupa polinomial berorde (2n - 1)
memerlukan n data f(x) dan n data f’(x):
                             n
                                  (
                    p(x) = ∑ h1 (x, xj )f(xj ) + h2 (x, xj )f'(xj )     )
                            j=1


dengan:

                                      (                    )
                      h1 (x, xj ) = 1 − 2(x − xj )l'(xj ) l2 (x, xj )
                      h2 (x, xj ) = (x − xj )l2 (x, xj )
                                          x − xk 
                      l(x, xj ) = ∏               
                                                  
                                   k ≠ j  xj − xk 

                                           1
                      l'(xj ) = ∑
                                k ≠ j (xj − xk )
Interpolasi Hermite Kubik tanpa Data f’(x)

Interpolasi Hermite memerlukan sebagai data selain f(x) juga f’(x). Pada
beberapa kasus bisa saja data f’(x) tidak tersedia, melainkan hanya data f(x).
Pada kasus ini sebenarnya interpolasi Hermite tidak bisa dipakai. Tetapi, jika
f’(x) bisa diperoleh melalui pendekatan (approximation) maka, interpolasi
Hermite bisa dipakai.

f’( xi ) dapat dihitung sebagai turunan sebuah fungsi kuadratik g(x), yang
dicocokkan dengan data f(x) pada titik-titik xi-1 , xi , xi+1 :

                         g(xi-1 ) = f(xi-1 ) 
                                             
g(x) = ax 2 + bx + c      g(xi ) = f(xi )  (a, b, c)
                         g(xi+1 ) = f(xi+1 ) 
                                             
                                                        f'(xi ) ≅ g'(xi ) = 2axi + b


Dapat dilihat bahwa, proses pencarian f’(x) ini berdiri sendiri, berada di luar
atau bukan bagian dari proses interpolasi Hermite. Dengan begitu, sifat
kontinyu fungsi interpolasi Hermite p(x) dan turunannya p’(x) tidak berubah.
Dari sistem persamaan linear:

                                 axi21 + bxi-1 + c = f(xi-1 )
                                    -

                                axi2 + bxi + c = f(xi )
                                axi2 1 + bxi+1 + c = f(xi+1 )
                                   +


diperoleh:

                     f(xi−1 )                   f(xi )                   f(xi+1 )
        a=                             +                        +
             (xi−1 − xi )(xi−1 − xi+1 ) (xi − xi−1 )(xi − xi+1 ) (xi+1 − xi−1 )(xi+1 − xi )
                 (xi + xi+1 )f(xi−1 )      (xi-1 + xi+1 )f(xi )      (xi-1 + xi )f(xi+1 )
        b=−                              −                        −
               (xi−1 − xi )(xi−1 − xi+1 ) (xi − xi−1 )(xi − xi+1 ) (xi+1 − xi−1 )(xi+1 − xi )

sehingga:


             xi − xi+1  f(xi−1 )         1            1               x − x  f(xi+1 )
            
  f'(xi ) ≅                           +          +          f(xi ) +  i i-1 
             xi−1 − xi+1  (xi−1 − xi )  xi − xi+1 xi − xi−1 
                                                             
                                                                          x − x  (x − x )
                                                                          i +1 i−1  i +1 i
Jika diaplikasikan pada interpolasi Hermite kubik:
                                  2
                                       (
                         p(x) = ∑ h1 (x, xj )f(xj ) + h2 (x, xj )f'(xj )   )
                                 j=1


maka diperoleh fungsi interpolasi Hermite kubik p(x) sebagai berikut:


           3
   p(x) = ∑ h(x, xj )f(xj )    (xi ≤ x ≤ xi+1 ; x0 = xi-1 , x1 = xi , x2 = xi+1 , x3 = xi+2 )
          j= 0



                          x1 − x2    1
  h(x, x0 ) = h2 (x, x1 )         
                          x − x  (x − x )
                          0     2  0   1

                                        1        1                  x − x3     1
  h(x, x1 ) = h1 (x, x1 ) + h2 (x, x1 )      +
                                       x −x x −x     + h2 (x, x2 ) 2      
                                                                      x − x  (x − x )
                                        1  2   1   0                1    3   1   2

                                        1        1                  x − x0     1
  h(x, x2 ) = h1 (x, x2 ) + h2 (x, x2 )      +
                                       x −x x −x     + h2 (x, x1 ) 1      
                                                                      x − x  (x − x )
                                        2  1   2   3                2    0   2   1

                          x − x1    1
  h(x, x3 ) = h2 (x, x2 ) 2      
                          x − x  (x − x )
                          3 1 3        2
Interpolasi Spline Kubik
Seperti interpolasi Lagrange, interpolasi Spline kubik juga memerlukan hanya
f(x) sebagai data. Namun, turunan fungsi interpolasi Spline kubik p’(x) dibuat
bersifat kontinyu.

Interpolasi Spline kubik menggunakan polinomial p(x) orde 3, untuk xi ≤ x ≤ xi+1 :

                    p(x) = di + ci (x − xi ) + bi (x − xi )2 + ai (x − xi )3 ≅ f(x)

Turunan pertama dan kedua p(x) yaitu:

                             p'(x) = ci + 2bi (x − xi ) + 3ai (x − xi )2
                             p''(x) = 2bi + 6ai (x − xi )

Evaluasi pada titik x = xi menghasilkan:

                         pi ≡ p(xi ) = di = f(xi )       p'' ≡ p''(xi ) = 2bi
                                                           i


dan pada titik x = xi+1:

p''+1 ≡ p''(xi+1 ) = 2bi + 6aihi pi+1 ≡ p(xi+1 ) = di + cihi + bihi2 + aihi3 = f(xi+1 ) hi ≡ xi+1 − xi
  i
Jadi,
                             p''i           p''+1 −p''
                                               i     i             pi+1 − pi hip''+1 +2hip''
                                                                                  i        i
        di = pi       bi =           ai =                   ci =            −
                              2                  6hi                  hi             6

sehingga diperoleh:


                 p − p h p''    h p''           p''              p'' −p'' 
    p(x) = pi +  i+1 i − i i+1 − i i (x − xi ) + i (x − xi )2 +  i+1
                 h
                                                                           i
                                                                             (x − xi )3
                    i     6       3             2               6h 
                                                                        i   

                     pi+1 − pi hip''+1 hip''                    p'' −p'' 
          p'(x) =             −     i
                                      −    i
                                             + p'' (x − xi ) +  i+1
                                                 i              2h 
                                                                        i
                                                                          (x − xi )2
                        hi        6      3                           i   

p(x) telah dicocokkan dengan data f(x) di titik-titik batas interval, sehingga
bersifat kontinyu. Untuk membuat p’(x) kontinyu maka dicari ekspresi p’(x)
untuk daerah sebelumnya xi-1 ≤ x ≤ xi :

                  pi − pi-1 hi-1p'' hi-1p''-1                        p'' −p''-1 
        p'(x) =            −      i
                                    −      i
                                              + p''-1 (x − xi-1 ) +  i
                                                   i                 2h
                                                                               i
                                                                                 (x − xi-1 )2
                                                                                 
                     hi-1      6        3                                 i-1   

dan disamakan dengan p’(x) untuk daerah xi ≤ x ≤ xi+1 di titik x = xi .
Untuk N = jumlah data, diperoleh:

                                                pi+1 − pi pi − pi-1 
       hi-1p''-1 +2(hi-1 + hi )p'' +hip''+1 = 6
              i                  i       i      h − h               
                                                                        (i = 2, ..., N - 1)
                                                     i        i-1   

Untuk menghitung p(x) diperlukan p’’(x) di semua N titik data. (N-2) buah
persamaan di atas tidak cukup untuk mendapatkan p’’(x) di semua titik data.
Masih diperlukan 2 persamaan lagi, yang diperoleh dengan mengevaluasi p’(x) di
titik awal x = x1 (memakai ekspresi p’(x) untuk x1 ≤ x ≤ x2 ) dan akhir x = xN
(memakai ekspresi p’(x) untuk xN-1 ≤ x ≤ xN ). Didapat:

                                                    p −p          
                    (i = 1)      2h1p'' +h1p'' = 6 2 1 − p' 
                                       1       2     h           1
                                                        1         
                                                                  p −p 
                    (i = N)       hN-1p''N-1 +2hN-1p''N = 6 p'N − N N-1 
                                                           
                                                                    hN-1 
                                                                          

Masalah: p’(x) di titik awal x = x1 dan akhir x = xN tidak diketahui,                          ??

Ada dua cara. Pertama yang disebut spline alamiah yaitu, menetapkan p’’(x) di
titik awal x = x1 dan akhir x = xN sama dengan nol. Kedua, menebak nilai p’(x) di
titik awal x = x1 dan akhir x = xN .
Interpolasi Multidimensi

Jika data bergantung pada lebih dari satu variabel, maka dilakukan interpolasi
multidimensi. Metode interpolasi yang telah disampaikan bisa dipakai untuk
melakukan interpolasi multidimensi. Sebagai contoh di sini ditunjukkan
interpolasi 2 dimensi. Untuk dimensi lebih tinggi berlaku cara yang sama.


                                   n           m
                        p(x, y) = ∑ S(x, xi )∑ S(y, yj )f(xi , yj )
                                  i=1         j=1




Pada contoh di atas, interpolasi menggunakan (n x m) data f(x,y). Interpolasi
dilakukan per dimensi: Untuk satu titik data x tertentu dilakukan interpolasi di
sepanjang sumbu y, hal yang sama dilakukan untuk semua titik data x yang lain.
Prinsip yang sama berlaku untuk interpolasi berdimensi lebih tinggi.
Contoh, interpolasi Lagrange kubik:


                  3            3
     p(x, y) = ∑ l(x, xi )∑ l(y, yj )f(xi , yj )
                 i= 0         j= 0

                        x − xk 
     l(x, xi ) = ∏    x −x    
                 k ≠i  i      k 

                        y − ys 
     l(y, yj ) = ∏              
                                
                 s ≠ j  yj − ys 
Kembali ke contoh problem least square:
       Kuat medan listrik E di sekitar sebuah benda berbentuk lempeng
       diukur pada jarak 10 cm dari pusat massanya dan arah yang
       bervariasi. Arah dinyatakan dalam sudut θ terhadap sumbu y yang
       ditetapkan sebelum pengukuran. Diperoleh data sebagai berikut:


              θ [derajat]      E [V/cm]
                                                         y

                  10         0.01794775
                  15         0.03808997
                  20         0.05516225                      θ       E
                  25         0.05598281
                  30         0.04795629
                  35         0.04807485
                  40         0.06273566
                  45         0.07853982
                  50         0.07395442
                  55         0.04201338


      Dengan interpolasi, cari nilai p(x) di sepanjang titik data.
Integrasi
Menghitung luas daerah di bawah kurva:


f(x)                                      f(x)
                analitik                                     numerik




                b

                ∫ f(x) dx                               ∑ w f(x )
                                                         i
                                                               i   i
                a


                                     x                                         x
       a                       b                 a                         b

           b        N              Integral numerik sering disebut juga sebagai
 I = ∫ f(x) dx ≅ ∑ wif(xi )        quadrature; integrasi numerik disebut sebagai
           a        i=1            integrasi dgn menjumlah quadrature.
Meski tidak terlihat pada rumus akhir, pada integrasi numerik integrand
f(x) diinterpolasi dengan suatu polinomial:

                         b           N
                     I = ∫ f(x) dx ≅ ∑ wif(xi )
                         a           i=1




                             f(x) ≅ p(x)           polinomial



Dilihat dari titik-titik xi tempat integrand f(x) dihitung, ada teknik integrasi
numerik yang menggunakan xi berjarak tetap dan ada yang memakai xi
berjarak tidak tetap.

Contoh (akan dibahas):
 •   quadrature trapezoid, Simpson menggunakan xi berjarak sama,
 •   quadrature Gaussian menggunakan xi berjarak tidak sama.
Quadrature Trapezoid

Kurva integrand f(x) diinterpolasi dengan sebuah garis lurus (f(x) diinterpolasi
dengan fungsi linier / polinomial orde 1):

                   b            b          N
               I = ∫ f(x) dx ≅ ∫ p(x) dx = ∑ wip(xi ),   p(x) = r + sx
                   a            a          i=1


                                           f(x)

    Untuk menarik garis lurus                                  p(x)
    diperlukan minimal 2 titik,
    dipilih titik f(a) dan f(b):


     p(a) = f(a), p(b) = f(b)
                                                          b

                                                          ∫ p(x) dx
                                                          a


                                                                              x
                                                  a                       b
Dengan diketahui hanya p(a) dan p(b) (r dan s tidak dicari), maka integrasi
numerik dikerjakan untuk N = 2:
  b             2

  ∫ p(x) dx = ∑ w p(x ) = w p(x ) + w p(x ) = w p(a) + w p(b)
  a             i=1
                      i   i    1   1      2       2   1         2                 w1 , w2 = ?


Mencari w1 dan w2 :
                                   b

                                   ∫ (r + sx) dx = w (r + sa) + w (r + sb)
                                                      1             2
p(x) = r + sx                       a
                                    1
                          r(b - a) + s(b2 − a2 ) = r(w1 + w2 ) + s(aw1 + bw2 )
                                    2

                                         w1 + w2 = b - a                                 1
                                                   1                         w1 = w2 =     (b − a)
                                        aw1 + bw2 = (b2 − a2 )                           2
                                                   2

                                              b
                                                          h
Rumus quadrature trapezoid:             I = ∫ f(x) dx ≅     (f(a) + f(b) )    (h = b − a)
                                              a
                                                          2


                                                          luas trapezoid (lihat gambar)
Quadrature Simpson & Boole

Cara yang sama seperti pada quadrature trapezoid bisa dipakai untuk polinomial
p(x) orde lebih tinggi. Contoh, quadrature Simpson memakai p(x) fungsi
kuadratik / polinomial orde 2 untuk menginterpolasi integrand f(x):
                 c           c           N
             I = ∫ f(x) dx ≅ ∫ p(x) dx = ∑ wip(xi ),             p(x) = r + sx + tx2
                 a           a           i=1

                                               f(x)

    Untuk membuat kurva
    kuadratik diperlukan
    minimal 3 titik, dipilih titik                        p(x)
    f(a), f(b) dan f(c):

     p(a) = f(a), p(b) = f(b),
                                                                     b
             p(c) = f(c)                                             ∫ p(x) dx
                                                                     a

                     a+c
    dengan     b=                                                                          x
                      2                               a                   b            c
Integrasi numerik dikerjakan untuk N = 3:
       c              3

       ∫ p(x) dx = ∑ w p(x ) = w p(a) + w p(b) + w p(c)
       a             i=1
                               i   i   1       2         3                  w1 , w2 , w3 = ?

Mencari w1 , w2 , w3:

p(x) = r + sx + tx2
                           c

                           ∫
                           a
                             (r + sx + tx2 ) dx = w1 (r + sa + ta2 ) + w2 (r + sb + tb2 )

                                                    + w3 (r + sc + tc2 )
                 1              1
    r(c - a) +     s(c2 − a2 ) + t(c3 − a3 ) =      r(w1 + w2 + w3 ) + s(aw1 + bw2 + cw3 )
                 2              3
                                                    + t(a2w1 + b2w2 + c2w3 )


        w1 + w2 + w3 = c - a                                                    1
                                                                   w1 = w3 =      (c − a)
                         1                                                      6
       aw1 + bw2 + cw3 = (c2 − a2 )
                         2                                                 2
                         1                                         w2 =      (c − a)
     a2w1 + b2w2 + c2w3 = (c3 − a3 )                                       3
                         3
c
                                                                      h
Diperoleh Rumus quadrature Simpson:                 I = ∫ f(x) dx ≅     (f(a) + 4f(b) + f(c) )
                                                        a
                                                                      3

             c−a
dengan h =       yaitu jarak antar titik xi tempat f(x) dihitung: h = b − a = c − b
              2


Dengan cara yang sama, menggunakan p(x) polinomial orde 3 diperoleh rumus
quadrature Simpson 3 8 :

        d
                    3h                                          d-a                        
  I = ∫ f(x) dx ≅      (f(a) + 3f(b) + 3f(c) + f(d) )       h =     = b − a = c − b = d − c
        a
                     8                                           3                         

dan dengan p(x) polinomial orde 4 rumus quadrature Boole:

    e
                2h                                                          e-a            
I = ∫ f(x) dx ≅    (7f(a) + 32f(b) + 12f(c) + 32f(d) + 7f(e) )           h=         = b− a
                45                                                           4             
    a
                                                                                    = c −b
                                                                                    = d−c
                                                                        
                                                                                           
                                                                                    = e − d
                                                                                            
Integrasi Komposit

Polinomial orde rendah memadai untuk menginterpolasi sebuah fungsi dalam
daerah yang sempit. Untuk daerah yang lebar diperlukan orde yang lebih tinggi.
Alternatif lain yaitu, membagi daerah fungsi yang lebar itu dalam beberapa
daerah yang sempit, lalu di tiap daerah yang sempit itu digunakan polinomial
orde rendah untuk interpolasi.
Quadrature trapezoid dan Simpson pada dasarnya memadai untuk daerah
integrasi yang sempit, namun dengan membagi daerah integrasi dalam beberapa
daerah yang sempit, maka quadrature trapezoid dan Simpson bisa dipakai juga
untuk daerah integrasi yang lebar. Integral total merupakan jumlah semua
integral untuk daerah yang sempit. Integrasi seperti ini disebut integrasi
komposit.
Bergantung pada integrand f(x), daerah integrasi yang lebar bisa dibagi dalam
beberapa daerah sempit yang sama atau berbeda panjang. Juga, semua integral
untuk daerah yang sempit bisa dihitung menurut rumus quadrature yang sama,
misal semuanya trapezoid, atau berbeda-beda, sesuai kurva di tiap daerah
sempit itu. Kasus sederhana yaitu, bila daerah integrasi dibagi sama panjang
dan untuk tiap daerah digunakan rumus quadrature yang sama.
Contoh, daerah integrasi [a,b] dibagi dalam N bagian sama panjang.
     b             a +d            a +2d                 b -d             b
                                                                                                b−a
 I = ∫ f(x) dx =    ∫ f(x) dx +      ∫ f(x) dx + ... +    ∫ f(x) dx + ∫ f(x) dx              d=    
     a              a               a +d                 b-2d            b -d                    N 



 •   integrasi komposit menggunakan quadrature trapezoid
                              b
                          I = ∫ f(x) dx ≅ h[2 (f + f ) + f + f + ... + f −1 ]
                                            1
                                                0   N     1   2         N
                              a
                                   b−a
                              h=       , f = f(a + ih), i = 0, ..., N
                                          i
                                    N

 •   integrasi komposit menggunakan quadrature Simpson
            b
                             2h 1
         I = ∫ f(x) dx ≅        [2 (f0 + f2N ) + 2(f1 + f3 + ... + f2N−1 ) + f2 + f4 + ... + f2N−2 ]
             a
                              3
                                  b−a
                             h=       , f = f(a + ih), i = 0, ..., 2N
                                         i
                                  2N
Integrasi komposit trapezoid untuk daerah integrasi [a,b] yang dibagi 8
  sama panjang:

                 b
             I = ∫ f(x) dx ≅ h[2 (f0 + f ) + f + f + f + f4 + f + f + f ]
                               1
                                        8     1   2   3        5   6   7
                 a


f(x)




                                                                                x
       a                                                                    b
                                   h
Integrasi komposit yang menggunakan quadrature trapezoid dan Simpson;
  daerah integrasi [a,b] yang dibagi 3:

                b
                              h1
            I = ∫ f(x) dx ≅      (fa + 2fa +h1 + fc ) + h2 (fc + 4fc+h2 + fb )
                a
                              2                          3
f(x)
                                                                                 Simpson
                     trapezoid




                                                                                       x
       a                                                 c                       b
                h1                        h1                       2h2
Quadrature Gaussian

Quadrature Gaussian memanfaatkan polinomial yang memiliki sifat orthogonal
dan ternormalisasi sebagai berikut:

                       b                                              n

                       ∫ v(x)O (x)O
                               n     m   (x) dx = δnm ,   On (x) = ∑ bixi
                       a                                             i= 0



Contoh:
                                                                1

   On =   2n +1
           2 nP , P = polinomial Legendre
                   n                                            ∫ O (x)O
                                                                -1
                                                                      n         m   (x) dx = δnm

                                                                ∞
   On = n! Ln , Ln =
        1
                           polinomial Laguerre                  ∫e
                                                                      -x
                                                                            On (x)Om (x) dx = δnm
                                                                0



Dengan quadrature Gaussian, dievaluasi integral berbentuk:
                  b                N

                  ∫ v(x)f(x)dx = ∑ w f(x )
                  a                i=1
                                          i   i              wi , xi = ?
Mencari xi :
Anggap integrand f(x) merupakan polinomial orde 2N-1 (atau katakan saja f(x)
diinterpolasi dengan polinomial p(x) orde 2N-1):
                  2N -1                                                                    N -1              2N -1
  f(x) ≅ p(x) =   ∑ aix = r(x) + s(x)
                  i= 0
                              i
                                                        dengan                r(x) = ∑ aix , s(x) =
                                                                                           i= 0
                                                                                                         i
                                                                                                             ∑ aixi
                                                                                                             i =N


s(x) bisa ditulis sebagai s(x) = q(x)ON (x) dengan q(x) polinomial orde N-1:

                                             N -1               N -1
                                   q(x) = ∑ dix = ∑ ciOi (x)i

                                             i= 0               i= 0

                          b             N -1            b                                         N -1
Maka:                     ∫ v(x)s(x)dx = ∑ c ∫ v(x)O (x)O
                          a             i= 0
                                                i
                                                        a
                                                                  i           N   (x)dx = ∑ ciδiN = 0
                                                                                                  i= 0

                          b              N                            N
Secara numerik:           ∫ v(x)s(x)dx = ∑ w s(x ) = ∑ w q(x )O
                          a             i=1
                                                    i       i
                                                                  i=1
                                                                          i        i   N   (xi ) = 0


Mengingat q(x) fungsi sembarang, persamaan terakhir dipenuhi hanya jika
ON (xi ) = 0 (i = 1, ..., N) .
                                  xi = akar polinomial ON (x) (i = 1, ..., N)
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10
Metodenumerik math10

More Related Content

What's hot

Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )
Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )
Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )
satria hutomo jaty
 
15044 9-594441735220
15044 9-59444173522015044 9-594441735220
15044 9-594441735220
fitra010592
 
Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)
amy_soul89
 
Bab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunanBab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunan
Daud Sulaeman
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsi
aansyahrial
 
Met num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruMet num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baru
Alvin Setiawan
 

What's hot (20)

Fungsi relasi
Fungsi relasiFungsi relasi
Fungsi relasi
 
Fungsi
FungsiFungsi
Fungsi
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1
 
terapan turunan
 terapan turunan  terapan turunan
terapan turunan
 
Penggunaan turunan
Penggunaan turunanPenggunaan turunan
Penggunaan turunan
 
Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )
Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )
Terjemahan Kalkulus MTK Sub Bab 4 ( hal. 19-20 )
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Contoh soal & penyelesaian metode biseksi
Contoh soal & penyelesaian metode biseksiContoh soal & penyelesaian metode biseksi
Contoh soal & penyelesaian metode biseksi
 
Matdis-optimisasi
Matdis-optimisasiMatdis-optimisasi
Matdis-optimisasi
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Penerapan turunan
Penerapan turunanPenerapan turunan
Penerapan turunan
 
15044 9-594441735220
15044 9-59444173522015044 9-594441735220
15044 9-594441735220
 
Aplikasi dari derivatif dan pasti integral
Aplikasi dari derivatif dan pasti integralAplikasi dari derivatif dan pasti integral
Aplikasi dari derivatif dan pasti integral
 
Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)
 
Python 101: Recursion
Python 101: RecursionPython 101: Recursion
Python 101: Recursion
 
Bab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunanBab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunan
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsi
 
Met num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruMet num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baru
 
Met num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruMet num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baru
 
Fungsi Rekursif
Fungsi RekursifFungsi Rekursif
Fungsi Rekursif
 

Viewers also liked

Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasional
Henry Guns
 
Guia 8 yamile diaz
Guia 8 yamile diazGuia 8 yamile diaz
Guia 8 yamile diaz
marlenydiaz
 
Pageant 13th Ch 15 lecture pp
Pageant 13th Ch 15 lecture ppPageant 13th Ch 15 lecture pp
Pageant 13th Ch 15 lecture pp
Deborah Robbins
 
2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version
2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version
2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version
KYMCO
 
Blogville stm-2012
Blogville stm-2012Blogville stm-2012
Blogville stm-2012
Mark Frary
 
2150.presentation on advertising
2150.presentation on advertising2150.presentation on advertising
2150.presentation on advertising
nishadani
 
Keddi csoport
Keddi csoportKeddi csoport
Keddi csoport
aromoj
 

Viewers also liked (20)

interpolasi
interpolasiinterpolasi
interpolasi
 
Tugas final geokomputasi
Tugas final geokomputasiTugas final geokomputasi
Tugas final geokomputasi
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasional
 
Guia 8 yamile diaz
Guia 8 yamile diazGuia 8 yamile diaz
Guia 8 yamile diaz
 
Pageant 13th Ch 15 lecture pp
Pageant 13th Ch 15 lecture ppPageant 13th Ch 15 lecture pp
Pageant 13th Ch 15 lecture pp
 
2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version
2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version
2012 KYMCO EICMA Presentazione_Italian Version
 
Blogville stm-2012
Blogville stm-2012Blogville stm-2012
Blogville stm-2012
 
2150.presentation on advertising
2150.presentation on advertising2150.presentation on advertising
2150.presentation on advertising
 
___1
  ___1  ___1
___1
 
Đến một lúc
Đến một lúcĐến một lúc
Đến một lúc
 
La valentina
La valentinaLa valentina
La valentina
 
Instructional 1
Instructional 1Instructional 1
Instructional 1
 
12 month loans
12 month loans12 month loans
12 month loans
 
Ten Top Tips for Figure Skating Competitions
Ten Top Tips for Figure Skating CompetitionsTen Top Tips for Figure Skating Competitions
Ten Top Tips for Figure Skating Competitions
 
WTM Fresh 2013, The Escape List pitch
WTM Fresh 2013, The Escape List pitchWTM Fresh 2013, The Escape List pitch
WTM Fresh 2013, The Escape List pitch
 
Evaluation 2
Evaluation 2Evaluation 2
Evaluation 2
 
Keddi csoport
Keddi csoportKeddi csoport
Keddi csoport
 
Guia 10 yamile
Guia 10 yamileGuia 10 yamile
Guia 10 yamile
 
Weekly Clipping 1 - 8 Nov
Weekly Clipping 1 - 8 NovWeekly Clipping 1 - 8 Nov
Weekly Clipping 1 - 8 Nov
 
52342176
5234217652342176
52342176
 

Similar to Metodenumerik math10

fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
 fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
mfebri26
 
Bab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiBab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsi
Eko Supriyadi
 
Praktikum2 7
Praktikum2 7Praktikum2 7
Praktikum2 7
Alen Pepa
 
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integralKeterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Kurcaci Kecil
 

Similar to Metodenumerik math10 (20)

Fungsi Pecah
Fungsi PecahFungsi Pecah
Fungsi Pecah
 
Fungsi pecah pada aljabar
Fungsi pecah pada aljabarFungsi pecah pada aljabar
Fungsi pecah pada aljabar
 
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linear
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linearBab 3 penyelesaian persamaan tak linear
Bab 3 penyelesaian persamaan tak linear
 
FUNGSI DAN RELASI.pptx
FUNGSI DAN RELASI.pptxFUNGSI DAN RELASI.pptx
FUNGSI DAN RELASI.pptx
 
R5 h kel 1 kalk1 1
R5 h kel 1 kalk1 1R5 h kel 1 kalk1 1
R5 h kel 1 kalk1 1
 
fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
 fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
 
Bab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiBab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsi
 
Praktikum2 7
Praktikum2 7Praktikum2 7
Praktikum2 7
 
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integralKeterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
 
Pert 3 Persamaan Non Linier .ppt
Pert 3 Persamaan Non Linier .pptPert 3 Persamaan Non Linier .ppt
Pert 3 Persamaan Non Linier .ppt
 
Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )
Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )
Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )
 
Pertemuan 12 deret fourier
Pertemuan 12  deret fourierPertemuan 12  deret fourier
Pertemuan 12 deret fourier
 
konsep dasar numerik.pptx
konsep dasar numerik.pptxkonsep dasar numerik.pptx
konsep dasar numerik.pptx
 
Metnum p 2 compressed
Metnum p 2 compressedMetnum p 2 compressed
Metnum p 2 compressed
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 
PPT Fungsi.ppt
PPT Fungsi.pptPPT Fungsi.ppt
PPT Fungsi.ppt
 
Kontinuitas
KontinuitasKontinuitas
Kontinuitas
 
Sub bab 3 kontinuitas
Sub bab 3 kontinuitasSub bab 3 kontinuitas
Sub bab 3 kontinuitas
 
akarakarpersamaannonlinier-140220044419-phpapp01 (1).ppt
akarakarpersamaannonlinier-140220044419-phpapp01 (1).pptakarakarpersamaannonlinier-140220044419-phpapp01 (1).ppt
akarakarpersamaannonlinier-140220044419-phpapp01 (1).ppt
 
Diskret V Relasi Fungsi
Diskret V Relasi FungsiDiskret V Relasi Fungsi
Diskret V Relasi Fungsi
 

Metodenumerik math10

  • 1. Metode Numerik Imam Fachruddin (Departemen Fisika, Universitas Indonesia) Daftar Pustaka: • P. L. DeVries, A First Course in Computational Physics (John Wiley & Sons, Inc., New York, 1994) • W. H. Press, et. al., Numerical Recipes in Fortran 77, 2nd Ed. (Cambridge University Press, New York, 1992) (online / free download: http://www.nrbook.com/a/bookfpdf.php) • R. H. Landau & M. J. Páez, Computational Physics: Problem Solving with Computers (John Wiley & Sons, Inc., New York, 1997) • S. E. Koonin, Computational Physics (Addison-Wesley Publishing Co., Inc., Redwood City, 1986)
  • 2. Isi • akar fungsi • solusi sistem persamaan linear • fitting dengan least square • interpolasi • integrasi • persamaan differensial
  • 3. Akar Fungsi f(x) = 0 x=? akar fungsi f(x) 1 Contoh: x- =0 x2 = 1 x = 1 dan -1 x 3x2 = 6 - 7x 3x2 + 7x - 6 = (3x - 2)(x + 3) = 0 Pada dua contoh di atas akar fungsi dapat x = 2/3 dan -3 dicari secara analitik. Secara umum, tidak selalu begitu keadaannya.
  • 4. Problem: Sebuah lampu dipasang di pinggir sebuah piringan berjari-jari 10 cm. Sebuah plat bercelah sempit diletakkan di dekat piringan itu. Tepat di belakang celah itu dipasang sebuah sensor cahaya yang menghadap tegak lurus ke celah. Piringan diputar konstan 1 rad/s dan plat beserta sensor digeser lurus konstan 10 cm/s. Saat ini posisi celah dan lampu seperti pada gambar 1. Kapan sensor cahaya menerima cahaya terbanyak? Sensor menerima cahaya terbanyak pada saat posisi lampu dan celah membentuk garis tegak lurus terhadap plat, seperti pada gambar 2. x = r cos (ωt) = vt r lampu gambar 1 gambar 2 ω cos (t) = t celah sensor plat v ?
  • 5. Plot cos(x) dan x: Grafik ini menunjukkan bahwa cos(x) = x pada x sedikit kurang dari 0.75. Bisakah lebih akurat lagi? Cari secara numerik akar fungsi dari f(x) = cos(x) - x
  • 6. Bisection Prinsip: Kurung akar fungsi di antara dua batas, lalu paruh batas itu terus menerus sampai batas itu sedemikian sempit dan dengan demikian lokasi akar fungsi diketahui dengan keakuratan tertentu. Langkah: 1. Perkirakan akar fungsi (bisa akar fungsi dengan cara memplot fungsi). 2. Tentukan batas awal yang mengurung akar fungsi. a df e c b 3. Belah dua daerah berisi akar fungsi itu. 4. Tentukan daerah yang berisi akar fungsi. Batas e, f atau nilai di 5. Ulangi langkah 3 dan 4 sampai tengahnya bisa dianggap cukup. dipilih sebagai 6. Tentukan akar fungsi. akar fungsi.
  • 7. Menentukan daerah yang berisi akar fungsi: a c b Jika z merupakan akar fungsi, maka f(x < z) dan f(x > z) saling berbeda f(x) tanda. f(a)*f(c) negatif, berarti di antara a & c x z ada akar fungsi. f(b)*f(c) positif, berarti di antara b & c tidak ada akar fungsi • Menentukan kapan proses pencarian akar fungsi berhenti: Proses pencarian akar fungsi dihentikan setelah keakuratan yang diinginkan dicapai, yang dapat diketahui dari kesalahan relatif semu. perkiraan sebelum - perkiraan berikut kesalahan relatif semu = perkiraan berikut
  • 8. Kesalahan kesalahan mutlak = | perkiraan – nilai sebenarnya | perkiraan – nilai sebenarnya kesalahan relatif = nilai sebenarnya Dalam perhitungan numerik, nilai sebenarnya justru sering tidak diketahui, yang didapat hanya perkiraan terbaik. Karena perkiraan langkah berikut dianggap lebih akurat, yaitu lebih mendekati nilai sebenarnya, maka kesalahan yang dihitung yaitu: kesalahan mutlak semu = | perkiraan sebelum – perkiraan berikut | perkiraan sebelum - perkiraan berikut kesalahan relatif semu = perkiraan berikut
  • 9. False Position Prinsip: Di sekitar akar fungsi yang diperkirakan, anggap fungsi merupakan garis lurus. Titik tempat garis lurus itu memotong garis nol ditentukan sebagai akar fungsi. f(x) akar fungsi sebenarnya x garis lurus sebagai pengganti f(x) akar fungsi yang diperoleh
  • 10. f(x) b x c a p(x)  x −b  x−a Diperoleh: p(x) =  f(a) +  f(b)  a −b  b−a  af(b) − bf(a) p(c) = 0 c= f(b) − f(a)
  • 11. Langkah: 1. Perkirakan akar fungsi (bisa akar fungsi f(x) dengan cara memplot fungsi). b 2. Tentukan batas awal yang mengurung akar fungsi. x c 3. Tarik garis lurus penghubung a nilai fungsi pada kedua batas, lalu cari titik potongnya dengan garis nol. 4. Geser salah satu batas ke titik potong itu, sementara batas lain tidak berubah. f(x) Ulangi langkah 3. b 5. Ulangi langkah 4 sampai dianggap cukup. x c 6. Titik potong garis nol dan a garis lurus yang terakhir af(b) − bf(a) dinyatakan sebagai akar c= fungsi. f(b) − f(a)
  • 12. f(x) af(b) − bf(a) c= f(b) − f(a) b c x Metode false position juga menggunakan dua batas seperti a metode bisection. Namun, berbeda dari metode bisection, pada metoda false position hanya satu batas yang berubah. f(x) Pada contoh sebelum ini, batas a berubah sementara batas b tetap. Pada contoh berikut terjadi b sebaliknya. c x a
  • 13. Menghitung akar fungsi dengan metode false position, menggunakan a dan b sebagai batas awal: • jika batas a tetap, batas b berubah: af(xi ) − xif(a) xi+1 = (i = 0, 1, 2, ...; x0 = b) f(xi ) − f(a) • jika batas b tetap, batas a berubah: bf(xi ) − xif(b) xi+1 = (i = 0, 1, 2, ...; x0 = a ) f(xi ) − f(b) • kesalahan relatif semu: xi − xi+1 ∆ rel = xi+1 Penghitungan dihentikan jika kesalahan relatif semu sudah mencapai / melampaui batas yang diinginkan.
  • 14. Newton-Raphson Prinsip: Buat garis singgung kurva f(x) di titik di sekitar akar fungsi. Titik tempat garis singgung itu memotong garis nol ditentukan sebagai akar fungsi. f(x) akar fungsi yang diperoleh x a p(x) = garis singgung kurva f(x) di titik f(a) akar fungsi sebenarnya
  • 15. f(x) c x a p(x) Diperoleh: p(x) = f(a) + (x − a)f'(a) (f’(a) turunan pertama f(x) pada x = a) f(a) p(c) = 0 c=a− f'(a)
  • 16. Langkah: f(x) 1. Perkirakan akar fungsi. c 2. Buat garis singgung pada titik x sesuai akar fungsi yang a diperkirakan itu, lalu cari titik potongnya dengan garis akar fungsi nol. sebenarnya 3. Titik potong itu merupakan perkiraan akar fungsi baru. 4. Ulangi langkah 2 dan 3 sampai dianggap cukup. f(x) 5. Titik potong garis nol dan a garis singgung kurva yang x terakhir dinyatakan sebagai c akar fungsi. f(a) c=a− f'(a)
  • 17. 1 f(x) Contoh perkiraan akar fungsi awal yang baik perkiraan akar fungsi x makin mendekati akar fungsi sebenarnya. 2 1 f(x) Contoh perkiraan akar fungsi awal yang buruk perkiraan akar fungsi x makin menjauhi akar fungsi sebenarnya. 2
  • 18. Menghitung akar fungsi dengan metode Newton-Raphson: f(xi ) xi+1 = xi − (i = 0, 1, 2, ...; x0 = a ) f'(xi ) kesalahan relatif semu: xi − xi+1 ∆ rel = xi+1 Penghitungan dihentikan jika kesalahan relatif semu sudah mencapai / melampaui batas yang diinginkan.
  • 19. Secant Kembali ke metode False Position, untuk contoh batas b tetap, akar fungsi dicari sebagai berikut: bf(x0 ) − x0 f(b) bf(x1 ) − x1f(b) bf(x2 ) − x2f(b) x1 = x2 = x3 = f(x0 ) − f(b) f(x1 ) − f(b) f(x2 ) − f(b) Pada metode Secant, batas tidak dijaga tetap, melainkan berubah. Akar fungsi dicari sebagai berikut: bf(x0 ) − x0 f(b) bf(x1 ) − x1f(b) x1f(x2 ) − x2f(x1 ) x1 = x2 = x3 = f(x0 ) − f(b) f(x1 ) − f(b) f(x2 ) − f(x1 ) xi-2f(xi-1 ) − xi-1f(xi-2 ) Jadi, mulai dari i = 3, akar fungsi dihitung dengan: xi = f(xi-1 ) − f(xi-2 )
  • 20. f(x) f(x) b b x x a x1 x1 x2 I II false position secant x3 f(x) f(x) b x x x2 x1 x2 x3 III III
  • 21. Akar fungsi pada metode Secant untuk i = 1, 2 bisa dihitung dengan metode yang lain atau ditebak. Mulai i = 3, akar fungsi dihitung dengan rumus: -1 x f(x ) − xi-1f(xi-2 )  f(xi-1 ) − f(xi-2 )  xi = i-2 i-1 xi = xi-1 −   x −x  f(xi-1 )  f(xi-1 ) − f(xi-2 )  i-1 i-2  Yang menarik, jika i makin besar, maka beda antar dua akar fungsi yang berturutan semakin kecil, sehingga f(xi-1 ) − f(xi-2 ) df(xi-1 ) f(xi-1 ) ≅ = f'(xi-1 ) xi ≅ xi-1 − xi-1 − xi-2 dxi-1 f'(xi-1 ) Dengan begitu, metode Secant menyerupai metode Newton-Raphson. Jika turunan fungsi f(x) sulit diperoleh / dihitung, maka metode Secant menjadi alternatif yang baik bagi metode Newton-Raphson. Kesalahan relatif semu dihitung sama seperti pada metode False Position atau Newton-Raphson.
  • 22. Kecepatan Konvergensi Pencarian akar fungsi dimulai dengan perkiraan akar fungsi yang pertama, lalu diikuti oleh perkiraan berikutnya dan seterusnya sampai perkiraan yang terakhir, yang kemudian dinyatakan sebagai akar fungsi hasil perhitungan tersebut. Proses itu harus bersifat konvergen yaitu, selisih perkiraan sebelum dari yang setelahnya makin lama makin kecil. Setelah dianggap cukup, proses pencarian akar fungsi berhenti. x2 − x1 > x3 − x2 > x4 − x3 ... xn − xn −1 ≤ ε (ε = bilangan kecil) Kecepatan konvergensi sebuah proses yaitu, kecepatan proses itu untuk sampai pada hasil akhir.
  • 23. Contoh pencarian akar fungsi dengan metode Bisection: akar fungsi x a b x1 x2 x3 x4 Jika εi ≡ xi+1 − xi , maka dari gambar diperoleh: ε1 = x2 − x1 , ε2 = x3 − x2 , ε3 = x4 − x3 ε2 = 2 ε1 , ε3 = 2 ε2 1 1 Kecepatan konvergensi bersifat linear: εi+1 = 2 εi 1
  • 24. Pada metode False Position, Newton-Raphson dan Secant akar fungsi dicari dengan rumus yang bentuknya serupa: -1  f(xi ) − f(a)  False Position: xi+1 = xi −   x − a  f(xi ) (atau a diganti b)  i  f(xi ) Newton-Raphson: xi+1 = xi − f'(xi ) -1  f(xi ) − f(xi-1 )  Secant: xi+1 = xi −   x −x  f(xi )   i i-1  Mengingat dengan berjalannya proses pencarian akar fungsi rumus pada metode False Position dan terlebih lagi Secant semakin mendekati rumus pada metode Newton-Raphson, maka akan dibahas kecepatan konvergen pada metode Newton-Raphson.
  • 25. f(xi ) f(xi ) f(xi+1 ) xi+1 = xi − εi ≡ xi − xi+1 = εi+1 = =? f'(xi ) f'(xi ) f'(xi+1 ) ekspansi deret Taylor: f(xi+1 ) = f(xi − εi ) = f(xi ) − εif'(xi ) + 2 εi2f''(xi ) − ... 1 f'(xi+1 ) = f'(xi − εi ) = f'(xi ) − εif''(xi ) + ... f(xi ) − εif'(xi ) + 2 εi2f''(xi ) − ... 1 εi+1 = f'(xi ) − εif''(xi ) + ... f(xi ) − εif'(xi ) + 2 εi2f''(xi ) 1 ≅ f'(xi ) f''(xi ) 2 ≅ εi 2f'(xi ) Kecepatan konvergensi pada metode Newton- f''(xi ) 2 Raphson (kira-kira demikian juga False Position εi+1 ≅ εi 2f'(xi ) dan Secant) bersifat kurang lebih kuadratik: Dengan begitu, metode metode Newton-Raphson, False Position dan Secant lebih cepat dari metode Bisection.
  • 26. Contoh hasil pencarian akar fungsi untuk soal cos(x) = x: metode akar f(akar) jumlah langkah Bisection 0.7390795 9.3692161E-06 12 False Position 0.7390851 -7.7470244E-09 3 Newton-Raphson 0.7390851 -7.7470244E-09 4 Secant 0.7390851 -7.7470244E-09 3 Keterangan: • Pencarian akar berhenti jika kesalahan relatif semu sama atau kurang dari 1.0E-05. • Batas awal kiri dan kanan untuk metode Bisection, False Position dan Secant 0.72 dan 0.75. • Perkiraan akar fungsi pertama untuk metode Newton-Raphson 0.72.
  • 27. Solusi Sistem Persamaan Linear Sistem persamaan linear: n buah persamaan a11x1 + a12x2 + a13x3 ⋯ + a1n xn = b1 dengan n buah unknown a21x1 + a22x2 + a23x3 ⋯ + a2n xn = b2 xj a31x1 + a32x2 + a33x3 ⋯ + a3n xn = b3 ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⋮ aij dan bi diketahui an1x1 + an2x2 + an3x3 ⋯ + ann xn = bn i, j = 1, 2, …, n xj = ?
  • 28. Soal: 2x − 3y + 2z = −6 (1) 3 persamaan dan − x + 2y − 3z = 2 (2) 3 unknown x+ y− z =0 (3) Jawab: 2x − 3y + 2z = −6 (1) eliminasi x: 0.5y − 2z = −1 (2) pers. (2) + 0.5 pers. (1) 2.5y − 2z = 3 (3) pers. (3) – 0.5 pers. (1) 2x − 3y + 2z = −6 (1) eliminasi y: 0.5y − 2z = −1 (2) pers. (3) – 5 pers. (2) 8z = 8 (3) z =1 substitusi mundur: − 1 + 2z pers. (3) mencari z y= =2 0.5 pers. (2) mencari y − 6 + 3y − 2z pers. (1) mencari x x= = −1 2
  • 29. Dalam bentuk matriks: Soal:  2 −3 2  x   − 6        −1 2 − 3  y  =  2   1 1 − 1  z   0       Jawab: 2 −3 2  x   − 6        0 0.5 − 2  y  =  − 1   0 2.5 − 2  z   3       2 −3 2  x   − 6        0 0.5 − 2  y  =  − 1  0 0 8  z   8       z =1 − 1 + 2z y= =2 0.5 − 6 + 3y − 2z x= = −1 2
  • 30. Eliminasi Gauss Metode Eliminasi Gauss mencari solusi sebuah sistem persamaan linear dengan cara seperti ditunjukkan pada contoh sebelum ini:  a11 a12 a13 ⋯ a1n  x1   b1  aij = aij , bi(0) = bi (0)       a21 a22 a23 ⋯ a2n  x2   b2  aik -1) (k-1) (k a a32 a33 ⋯ a3n  x3  =  b3  a (k) ij =a (k -1) ij − (k-1) akj  31     akk  ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮  ⋮   ⋮  a aik -1) (k −1) (k an3 ⋯ ann  xn   bn  (k) (k −1)  n1 an2     bi =bi − (k-1) bk akk (k = 1, ..., n − 1; i = k + 1, ..., n; j = k, ..., n) a(0) a(0) a(0) ⋯ a  x1   b  (0) (0)  11 12 (1) 13 (1) 1n    (1) 1 (1)   0 a a ⋯ a  x2   b   22 23 2n   2  aij , bi(m) ≡ aij , bi (m)  0 0 a(2) ⋯ a  x3  =  b  (2) (2) 33 3n   3 pada langkah ke m  ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮  ⋮   ⋮        0 0 0 ⋯ ann-1)  xn   bn(n-1)  (n halaman berikut
  • 31. Substitusi mundur:  a11 (0) (0) a12 (0) a13 ⋯  x1   b1(0)  (0) a1n  (1) (1)    (1)  (1)  0 a22 a23 ⋯  x2   b2  a2n  (2)  x  =  (2)  (2)  0 0 a33 ⋯ a3n  3   b3   ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮  ⋮   ⋮        0 0 0 ⋯ ann-1)  xn   bn(n-1)  (n bn(n-1) xn = (n-1) ann n (n- j-1) b n-j − ∑a k =n- j+1 (n- j-1) x n - j,k k xn − j = (n- j-1) (j = 1, ..., n − 1) a n - j,n - j
  • 32. A X = B atau AX = B Jadi, metode Eliminasi Gauss terdiri dari dua tahap: 1. triangulasi: mengubah matriks A menjadi matriks segitiga (matriks B dengan begitu juga berubah) = = 2. substitusi mundur: menghitung x mengikuti urutan terbalik, dari yang terakhir ( xn ) sampai yang pertama ( x1 )
  • 33. LU Decomposition A X = B atau AX = B Pada metode LU Decomposition, matriks A ditulis ulang sebagai perkalian matriks L dan U (matriks A diurai menjadi matriks L dan U). Matriks L dan U merupakan matriks segitiga. Matriks B tidak berubah, karena matriks A tidak berubah, melainkan hanya ditulis ulang. U A X = B X = B L
  • 34. Langkah: 1. Cari matriks L dan U sehingga A = LU. Matriks B tetap. U U A = X = B L L 2. Definisikan sebuah matriks kolom baru, misalnya Y, yaitu Y = UX, sehingga LY = B. Lalu hitung y dengan substitusi maju (mulai dari y1 sampai yn ). U Y = X Y = B L 3. Hitung x dengan substitusi mundur (mulai dari xn sampai x1 ). Jelas bahwa metode LU Decomposition pada prinsipnya U sama dengan metode Eliminasi Gauss: matriks U X = Y merupakan hasil triangulasi matriks A, yang juga mengakibatkan B berubah menjadi Y.
  • 35. Mencari matriks L dan U:  l11 0 0 ⋯ 0  1 u12 u13 ⋯ u1n   a11 a12 a13 ⋯ a1n        l21 l22 0 ⋯ 0  0 1 u23 ⋯ u2n   a21 a22 a23 ⋯ a2n  l l l ⋯ 0 0 0 1 ⋯ u3n  =  a31 a32 a33 ⋯ a3n   31 32 33      ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮   ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮      ln1 ln2 ln3 ⋯ lnn  0 0 0  ⋯ 1   an1  an2 an3 ⋯ ann   Diperoleh: ai1 = li1 → li1 = ai1 (i = 1, ..., n) a1j a1j = l11u1j → u1j = (j = 2, ..., n) l11 ai2 = li1u12 + li2 → li2 = ai2 − li1u12 (i = 2, ..., n) a2j − l21u1j a2j = l21u1j + l22u2j → u2j = (j = 3, ..., n) l22 ai3 = li1u13 + li2u23 + li3 → li3 = ai3 − li1u13 − li2u23 (i = 3, ..., n) a3j − l31u1j − l32u2j a3j = l31u1j + l32u2j + l33u3j → u3j = (j = 4, ..., n) l33 …
  • 36. Jadi, elemen matriks L dan U dicari menurut: li1 = ai1 (i = 1, ..., n) a1j u1j = (j = 2, ..., n) l11 j−1 lij = aij − ∑ likukj (i = j, ..., n; j = 2, ..., n) k =1 i−1 aij − ∑likukj k =1 uij = (j = i + 1, ..., n; i = 2, ..., n - 1) lii secara bergantian: 1. matriks L kolom 1, matriks U baris 1 2. matriks L kolom 2, matriks U baris 2 3. … 4. matriks L kolom (n-1), matriks U baris (n-1) 5. matriks L kolom n
  • 37. Substitusi maju untuk menghitung y:  l11 0 0 ⋯ 0  y1   b1  b1      y1 = l21 l22 0 ⋯ 0  y2   b2  l11 l l l ⋯ 0  y3  =  b3  i−1  31 32 33     bi − ∑ lij yj ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮  ⋮   ⋮  j=1      yi = (i = 2, ..., n)  ln1 ln2 ln3 ⋯ lnn  yn   bn  lii Substitusi mundur untuk menghitung x:  1 u12 u13 ⋯ u1n  x1   y1        0 1 u23 ⋯ u2n  x2   y2  xn = yn 0 0 1 ⋯ u3n  x3  =  y3  n  ⋮ ⋮ ⋮     ⋱ ⋮  ⋮   ⋮  xn-i = yn −i − ∑u j=n −i+1 n −i, j xj (i = 1, ..., n − 1) 0 0 0      ⋯ 1  xn   yn  
  • 38.  2 −3 2  − 6     Kembali ke soal AX = B , dengan A =  − 1 2 − 3 , B =  2  .  1 1 − 1  0     Jawab:  2 0 0  1 − 1.5 1     A = LU L =  − 1 0.5 0 , U =  0 1 − 4  1 2.5 8  0 0 1      − 3   Y = UX, LY = B Y =  − 2  1    −1   UX = Y X =  2  1  
  • 39. Kasus Beberapa Sistem Persamaan Linear Pada kasus yang lebih umum bisa saja terdapat beberapa sistem persamaan linear dengan nilai B yang berlainan, namun memiliki nilai A yang sama. Dalam bentuk matriks sistem seperti ini dituliskan sebagai: A X = B atau AX = B Keterangan: • A matriks n x n, X dan B matriks n x m, dengan m = jumlah sistem persamaan linear, n = jumlah persamaan / unknown dalam tiap sistem persamaan tersebut • Tiap kolom matriks X merupakan solusi untuk kolom yang sama pada matriks B. Langkah dan rumus pada metode Eliminasi Gauss dan LU Decomposition berlaku sama untuk kasus ini. Hanya saja, di sini matriks X dan B terdiri dari beberapa kolom, bukan hanya satu.
  • 40. Contoh dua sistem persamaan linear yang memiliki nilai A sama tapi B berbeda.  a11 a12 a13 ⋯ a1n  x11   b11   a11 a12 a13 ⋯ a1n  x12   b12             a21 a22 a23 ⋯ a2n  x21   b21   a21 a22 a23 ⋯ a2n  x22   b22  a a32 a33 ⋯ a3n  x31  =  b31  a a32 a33 ⋯ a3n  x32  =  b32   31      31      ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮  ⋮   ⋮   ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮  ⋮   ⋮  a an2 an3 ⋯ ann  xn1   bn1  a an2 an3 ⋯ ann  xn2   bn2   n1      n1      a11 a12 a13 ⋯ a1n  x11 x12   b11 b12        a21 a22 a23 ⋯ a2n  x21 x22   b21 b22  a a32 a33 ⋯ a3n  x31 x32  =  b31 b32   31      ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮  ⋮ ⋮   ⋮ ⋮  a an2 an3 ⋯ ann  xn1 xn2   bn1 bn2   n1    
  • 41. Metode Eliminasi Gauss: • rumus triangulasi: (0) (0) aij = aij , bir = bir (i, j = 1, ..., n; r = 1, ..., m) (m) (m) a (k -1) aij , bir ≡ aij , bir aij = aij -1) − (k) (k ik (k -1) akj -1) (k = 1, ..., n − 1;i = k + 1, ..., n; (k pada langkah ke m a kk (k) aik -1) (k −1) (k bir = bir −1) − (k-1) bkr (k j = k, ..., n;r = 1, ..., m) akk • rumus substitusi mundur: bnr -1) (n xnr = (n-1) (r = 1, ..., m) ann n b(n- j-1) n- j,r − ∑a k =n - j+1 (n- j-1) n- j,kx kr xn − j,r = (n- j-1) (j = 1, ..., n − 1; r = 1, ..., m) a n - j,n - j
  • 42. Metode LU Decomposition: • rumus substitusi maju untuk menghitung y (kini Y matriks n x m): b1r y1r = (r = 1, ..., m) l11 i−1 bir − ∑ lij yjr j=1 yir = (i = 2, ..., n; r = 1, ..., m) lii • rumus substitusi mundur untuk menghitung x: xnr = ynr (r = 1, ..., m) n xn-i,r = yn −i,r − ∑u j=n −i+1 n −i, j xjr (i = 1, ..., n − 1;r = 1, ..., m)
  • 43. Perhatikan metode LU Decomposition, anggap matriks L dan U telah diperoleh. Jika kemudian terdapat lagi sistem persamaan linear dengan A sama dan B berbeda, maka matriks L dan U yang telah diperoleh itu bisa langsung dipakai untuk sistem persamaan yang baru tersebut. Kini perhatikan metode Eliminasi Gauss, anggap triangulasi matriks A sudah dikerjakan. Jika kemudian terdapat lagi sistem persamaan linear dengan A sama dan B berbeda, maka hasil triangulasi matriks A yang sudah diperoleh tidak dapat dipakai untuk sistem persamaan yang baru. Untuk sistem yang baru tersebut proses triangulasi matriks A harus dilakukan lagi dari awal. Hal ini disebabkan, matriks B harus berubah mengikuti proses triangulasi matriks A, sementara proses penguraian matriks A menjadi matriks L dan U tidak melibatkan matriks B.
  • 44. Catatan: Dalam rumus-rumus baik pada metode Eliminasi Gauss maupun LU Decomposition terdapat pembagian oleh elemen diagonal matriks yaitu, oleh elemen diagonal matriks A pada metode Eliminasi Gauss, dan elemen diagonal matriks L pada metode LU Decomposition. Jika secara kebetulan elemen diagonal itu nol, maka akan timbul error. Karena itu, pada setiap langkah dalam proses triangulasi matriks A (metode Eliminasi Gauss) atau pencarian matriks L dan U (metode LU Decomposition) perlu dilakukan pemeriksaan, apakah elemen matriks A atau L yang bersangkutan sama dengan nol. Jika bernilai nol, maka baris berisi elemen diagonal nol itu harus ditukar dengan salah satu baris setelahnya, sehingga elemen diagonal menjadi bukan nol. Perubahan baris pada matriks A (metode Eliminasi Gauss) harus disertai perubahan baris yang sama pada matriks B. Perubahan baris pada matriks L (metode LU Decomposition) harus disertai perubahan baris yang sama pada matriks A dan B.
  • 45. Soal:  2 −4 1 3  x1   2       baris 2 ditukar  −1 2 3 − 2  x2   2   3 −4  x  =  2  dengan baris 3 1 2 3       1 − 3 −1 5  x4   2       Jawab: 2 − 4 1 3  x1   2  2 − 4 1 3  x1   2            0 0 3.5 − 0.5  x2   3  0 2 − 0.5 − 2.5  x2   − 1 0 2 − 0.5 − 2.5 3 x  =  − 1 0  x  =  3       0 3.5 − 0.5 3  0 − 1 − 1 .5       3.5  x4   1      0 − 1 − 1 .5  3.5  x4   1     2 − 4 1 3  x1   2  2 − 4 1 3  x1   2            0 2 − 0.5 − 2.5  x2   − 1 0 2 − 0.5 − 2.5  x2   − 1  = = 0 0 3.5 − 0.5  x3   3  0 0 3.5 − 0.5  x3   3            0 2  x4   2  0 0 − 1.75  x   0.5   0 0      2.25  4    x4 = 1 − 1 + 0.5x3 + 2.5x4 x2 = =1 2 3 + 0.5x4 x3 = =1 2 + 4x2 − x3 − 3x4 3.5 x1 = =1 2
  • 46.  2 −4 1 3  2  2 0 0 0  1 − 2 0.5 1.5           −1 2 3 − 2  2  − 1 l22 0 0  0 1 u23 u24  A=  B =  2 L= 3 l32 l33 0  U=  3 −4 1 2      0 0 1 u34   1 − 3 −1   2  1 l    5    42 l43 l44   0  0 0 1    2 −4 1 3  2 0 0 0  2 0 0 0        3 −4 1 2  3 2 0 0 −1 0 0 0 A= L= L= −1 2 3 − 2 − 1 0 l33 0  3 2 l33 0         1 − 3 −1  1 −1 l l44   1 −1 l l44   5   43   43   2  1 −2 0.5 1.5   2 0 0 0        2 0 1 − 0.25 − 1.25   3 2 0 0 B=  U= L= 2 0 0 1 u34  − 1 0 3.5 0        2 0 0 0 1   1 − 1 − 1.75 l       44   2 0 0 0  1 −2 0.5 1.5  ¨     2 3 2 0 0 0 1 − 0.25 − 1.25  r is 3 L =  U= ba ris  − 1 0 3.5 0 0 0 1 − 1/7  ba   1 − 1 − 1.75     2  0  0 0 1  
  • 47. Data Fitting dengan Metode Least Square f(x) Keterangan: p(x) • f(xi ) mewakili data; i = 1, …, N; N = jumlah data • p(x) merupakan fungsi yang dicocokkan (fitted) terhadap data f( xi ) Sifat fitting: tidak selalu p(xi ) = f( xi ) untuk semua xi . x
  • 48. Prinsip penentuan fungsi p(x): • p(x) merupakan polinomial orde m: m p(x) = a0 + a1x + a2x + a3x + ... + amx = ∑ ajx j 2 3 m j= 0 (Secara umum, p(x) juga bisa merupakan polinomial bentuk yang lain seperti, polinomial Legendre.) • Selisih antara p(x) dan f(x) untuk titik data tertentu: m ∆i = f(xi ) − p(xi ) = f(xi ) − ∑ ajxij (i = 1, ..., N ) j= 0 • Jumlah kuadrat selisih antara p(x) dan f(x) untuk semua titik data: 2 N N  N m  S = ∑ ∆i = ∑ (f(xi ) − p(xi ) ) = ∑   f(xi ) − ∑ ajxij  2 2 i=1   i=1 i=1 j= 0  Fungsi p(x) ditentukan dengan mencari nilai aj (j = 0, …, m) yang membuat S bernilai minimum.
  • 49. Titik Minimum g(x) g(a) merupakan titik minimum jika: dg(x) dg(x) d2g(x) dx x = a = 0 dan 2 >0 dx x = a dx x = a x a Spesial: fungsi kuadratik g(x) = ax2 + bx + c dg(x)  = 2ax + b dx  g(x) memiliki satu titik minimun jika a > 0 atau 2 d g(x)  sebaliknya satu titik maksimum jika a < 0. = 2a  dx 2 
  • 50. S merupakan fungsi kuadratik dalam aj (j = 0, …, m): 2 N  m  N  m  S(a0 , ..., am ) = ∑  j   ( 2 )  f(xi ) − ∑ ajxi  = ∑  ∑ aj xi2j + ... + f2 (xi )   i=1  j= 0  i=1  j= 0  N   ∂S(a0 , ..., am ) m = −2∑   f(xi ) − ∑ ajxij xik  (k = 0, ..., m) ∂ak i=1  j= 0  ∂ 2S(a0 , ..., am ) N 2 = 2∑ xi2k > 0 (k = 0, ..., m) ∂ak i=1 S memiliki satu titik minimum pada nilai aj (j = 0, …, m) tertentu.
  • 51. Mencari aj (j = 0, …, m): N   ∂S(a0 , ..., am ) m = −2∑   f(xi ) − ∑ ajxij xik = 0  (k = 0, ..., m) ∂ak i=1  j= 0  m  N j+k  N ∑  ∑ xi aj = ∑ f(xi )xik j= 0  i=1  i=1 (k = 0, ..., m) N N Definisikan: ckj ≡ ∑ x i j +k bk ≡ ∑ f(xi )xik i=1 i=1 m maka diperoleh sebuah sistem persamaan linear: ∑c j= 0 a = bk kj j (k = 0, ..., m) dalam bentuk matrik: C A = B atau CA = B Jadi, aj (j = 0, …, m) diperoleh sebagai solusi persamaan linear CA = B.
  • 52. Contoh: Terdapat tiga data f(x) yaitu, f(1) = 30, f(2) = 70 dan f(3) = 120. Cari fungsi p(x) yang dapat melukiskan data itu. Dari data itu jelas p(x) bukan fungsi linear. f(x) p(x) Jadi, dicoba fungsi kuadratik: 120 p(x) = a0 + a1x + a2x2 Sistem persamaan linier untuk mencari aj : 70  3 6 14  a0   220       30  6 14 36  a1  =  530   14 36 98  a   1390  x   2    1 2 3  3 6 14  a0   220   a0   0            0 1 4  a1  =  45   a1  =  25   0 0 1  a   5  a   5    2     2   Jadi, p(x) = 5x(x + 5 ) Cek: p(1) = 30, p(2) = 70, OK! p(3) = 120
  • 53. Contoh: Kuat medan listrik E di sekitar sebuah benda berbentuk lempeng diukur pada jarak 10 cm dari pusat massanya dan arah yang bervariasi. Arah dinyatakan dalam sudut θ terhadap sumbu y yang ditetapkan sebelum pengukuran. Diperoleh data sebagai berikut: θ [derajat] E [V/cm] y 10 0.01794775 15 0.03808997 20 0.05516225 θ E 25 0.05598281 30 0.04795629 35 0.04807485 40 0.06273566 45 0.07853982 50 0.07395442 55 0.04201338 Cari fungsi p(x) yang dapat melukiskan data itu.
  • 54. Dicoba beberapa polinomial dengan orde berbeda, diperoleh: a0 = - 3.557800654975570E - 02 a0 = 8.983713484853211E - 03 a1 = 1.061996221844471E - 03 a1 = 1.324478388111303E - 03 a2 = 8.802185976358352E - 04 m = 3: a2 = 3.487808787880805E - 05 m = 5: a3 = - 5.862332690401015E - 05 a3 = - 8.085809790211842E - 07 a4 = 1.362046192596346E - 06 S = 1.0339E - 03 a5 = - 1.063951754163944E - 08 S = 8.1573E - 05 a0 = - 1.757260839248139E - 02 a1 = 1.596300085173997E - 02 a0 = 1.864754537649403E - 01 a2 = - 3.402768734407800E - 03 a1 = - 4.631839872868015E - 02 a3 = 3.358961098305538E - 04 a2 = 4.007658091692495E - 03 a4 = - 1.368895999268855E - 05 a3 = - 8.985715636865594E - 05 m = 9: a5 = 1.132254508386570E - 07 m = 7: a4 = - 3.230489224228010E - 06 a6 = 8.262829873458547E - 09 a5 = 1.912806006890119E - 07 a7 = - 2.741786330789355E - 10 a6 = - 3.252863805243949E - 09 a8 = 3.317446724324134E - 12 a7 = 1.876184315740421E - 11 a9 = - 1.459511835946927E - 14 S = 3.1629E - 07 S = 1.7528E - 11
  • 55.
  • 56. Interpolasi f(x) Keterangan: p(x) • f(xi ) mewakili data; i = 1, …, N; N = jumlah data • p(x) merupakan fungsi interpolasi berdasarkan data f(xi ) Sifat interpolasi: p(xi ) = f(xi ) untuk semua xi . x
  • 57. Interpolasi Lagrange Digunakan p(x), suatu polinomial berorde m = N – 1, dengan N = jumlah data: p(x) = a0 + a1x + a2x2 + ... + aN-1x N-1 ≅ f(x) Nilai ai (i = 0, …, N-1) ditetukan dengan menetapkan bahwa untuk semua titik data: p(xi ) = f(xi ) (i = 1, ..., N ) Jadi, diperoleh persamaan linear: p(x1 ) = a0 + a1 x1 + a2 x12 + ... + aN-1 x1N-1 = f(x1 ) p(x2 ) = a0 + a1x2 + a2 x2 + ... + aN-1x2 -1 = f(x2 ) 2 N p(x3 ) = a0 + a1x3 + a2x3 + ... + aN-1x3 -1 = f(x3 ) 2 N ... p(xN ) = a0 + a1xN + a2xN + ... + aN-1 xN -1 = f(xN ) 2 N dan ai (i = 0, …, N-1) diperoleh sebagai solusi dari persamaan linear itu.
  • 58. N = 2: p(x1 ) = a0 + a1x1 = f(x1 ) p(x2 ) = a0 + a1 x2 = f(x2 ) x2f(x1 ) − x1f(x2 ) f(x1 ) − f(x2 ) a0 = − a1 = x1 − x2 x1 − x2  x − x2   x − x1  p(x) =  x −x  f(x1 ) +   x − x f(x2 )   1 2   2 1  N = 3: p(x1 ) = a0 + a1 x1 + a2 x12 = f(x1 ) 2 p(x2 ) = a0 + a1x2 + a2 x2 = f(x2 ) 2 p(x3 ) = a0 + a1x3 + a2x3 = f(x3 ) (x2 − x3 )x2 x3f(x1 ) + (x3 − x1 )x3x1f(x2 ) + (x1 − x2 )x1x2f(x3 ) a0 = (x2 − x3 )x12 + (x3 − x1 )x2 + (x1 − x2 )x3 2 2 (x2 − x3 )f(x1 ) + (x3 − x12 )f(x2 ) + (x12 − x2 )f(x3 ) 2 2 2 2 a1 = − (x2 − x3 )x12 + (x3 − x1 )x2 + (x1 − x2 )x3 2 2 (x2 − x3 )f(x1 ) + (x3 − x1 )f(x2 ) + (x1 − x2 )f(x3 ) a2 = (x2 − x3 )x12 + (x3 − x1 )x2 + (x1 − x2 )x3 2 2  x − x2  x − x3   x − x1  x − x3   x − x1  x − x2  p(x) =    x − x  x − x  f(x1 ) +    x − x  x − x  f(x2 ) +   x − x  x − x f(x3 )    1 2  1 3   2 1  2 3   3 1  3 2 
  • 59. N Secara umum, untuk N data p(x) = ∑ l(x, xi )f(xi ) i=1 rumus interpolasi Lagrange:  x − xj  l(x, xi ) = ∏    xi − xj  j≠i   Untuk x = xk (k = 1, …, N):   xi − xj  ∏   = 1, (i = k)  xk − xj   j≠i  xi − xj  l(xk , xi ) = ∏  =     j≠i  xi − xj  ...  xk − xk  ... = 0, (i ≠ k)     x −x    i j  l(xk , xi ) = δik p(xk ) = f(xk )
  • 60. Perlukah memakai semua N data yang ada? Pada bagian sebelum ini interpolasi menggunakan seluruh N data f( xi ) yang tersedia, yang berarti menggunakan polinomial p(x) berorde N-1. Kini, misal N = 4 dan x berada di sekitar x4 , maka diperoleh:  x − x2  x − x3  x − x4   x − x1  x − x3  x − x4   x − x  x − x  x − x  l(x, x1 ) =      x − x  x − x  x − x  l(x, x2 ) =      1 2  1 3  1 4   2 1  2 3  2 4   x − x1  x − x2  x − x4   x − x1  x − x2  x − x3  l(x, x3 ) =   x − x  x − x  x − x     l(x, x4 ) =   x − x  x − x  x − x      3 1  3 2  3 4   4 1  4 2  4 3  Dapat dilihat bahwa, l(x, x1 ) < l(x, x2 ) < l(x, x3 ) < l(x, x4 ) . Ini berarti, semakin jauh dari x pengaruh data f( xi ) semakin kecil dalam menentukan nilai p(x). Data yang penting yaitu yang berada di sekitar titik x. Karena itu, cukup data-data di sekitar titik x yang digunakan. Dengan kata lain, untuk interpolasi cukup digunakan polinomial p(x) berorde rendah, contoh berorde 3 (fungsi kubik).
  • 61. Interpolasi Lagrange Kubik Interpolasi Lagrange Kubik menggunakan polinomial p(x) berorde 3 sebagai fungsi interpolasi: p(x) = a0 + a1x + a2x2 + a3x3 ≅ f(x) Untuk mencari nilai aj (j = 0, 1, 2, 3) diperlukan 4 data f( xi ) di sekitar x: f(x0 ), f(x1 ), f(x2 ), f(x3 ) (xi ≤ x ≤ xi+1 ; x0 = xi-1 , x1 = xi , x2 = xi+1 , x3 = xi+2 ) untuk membentuk sistem persamaan linear: 2 3 a0 + a1xj + a2xj + a3xj = f(xj ) (j = 0, 1, 2, 3) Langkah pertama dengan begitu, menentukan xj (j = 0, 1, 2, 3) dengan melihat posisi x di antara titik data xi (i = 1, …, N). Diperoleh 3  x − xk  p(x) = ∑ l(x, xj )f(xj ) l(x, xj ) = ∏    k ≠ j  xj − xk  j= 0 
  • 62. Catatan: Karena fungsi interpolasi p(x) dicocokkan dengan data f(x0 = xi-1 ), ..., f(x3 = xi+2 ) maka p(x) berlaku hanya untuk daerah xi-1 ≤ x ≤ xi+2 . Untuk daerah x yang lain berlaku fungsi interpolasi p(x) yang lain. Pada batas antara dua daerah yang bersebelahan, masing-masing fungsi interpolasi p(x) dari kedua daerah berbeda itu menunjukan nilai yang sama, karena dalam menentukan p(x) selalu dibuat agar p(x) cocok dengan setiap titik data dalam daerah itu. pI (x2 ) = f(xi+2 ) II xi-1 xi+2 xi+5 I pII (x0 ) = f(xi+2 ) Dengan kata lain, p(x) bersifat kontinyu. Tetapi, tidak begitu dengan turunannya: p’(x) bersifat diskontinyu pada batas dua daerah yang bersebelahan.
  • 63. Interpolasi Hermite Kubik Dengan menggunakan polinomial p(x) berorde 3 (kubik), interpolasi dilakukan di antara dua titik data yang berurutan, yaitu dalam interval xi ≤ x ≤ xi+1: p(x) = a0 + a1x + a2x2 + a3x3 ≅ f(x) Jadi, yang pertama dilakukan yaitu, menentukan posisi x di antara titik data xi (i = 1, …, N). Untuk mencari aj (j = 0, 1, 2, 3) diperlukan 4 persamaan, yang ditetapkan sebagai berikut: p(x1 ) = a0 + a1 x1 + a2x12 + a3x13 = f(x1 ) 2 3 p(x2 ) = a0 + a1x2 + a2x2 + a3x2 = f(x2 ) 2 (xi ≤ x ≤ xi+1 ; x1 = xi , x2 = xi+1 ) p'(x1 ) = a1 + 2a2x1 + 3a x = f'(x1 ) 3 1 2 p'(x2 ) = a1 + 2a2x2 + 3a3x2 = f'(x2 ) Jadi, pada interpolasi Hermite diperlukan sebagai data bukan saja f(x) namun juga turunannya f’(x).
  • 64. Diperoleh aj (j = 0, 1, 2, 3) sebagai berikut:  x12 (3x2 − x1 )f(x2 ) + x2 (x2 − 3x1 )f(x1 )  2 a0 =      (x2 − x1 )3   x f'(x2 ) + x2 f'(x1 )  − x2 x1  1  2    (x2 − x1 )   f(x2 ) − f(x1 )  a1 = − 6x2 x1  (x − x )3    2 1   x1 (2x2 + x1 )f'(x2 ) + x2 (x2 + 2x1 )f'(x1 )  + 2    (x2 − x1 )   f(x2 ) − f(x1 )  a2 = 3(x2 + x1 )  (x − x )3    2 1   (x + 2x1 )f'(x2 ) + (2x2 + x1 )f'(x1 )  − 2  2    (x2 − x1 )   f(x2 ) − f(x1 )   f'(x2 ) + f'(x1 )  a3 = − 2 (x − x )3  +  (x − x )2      2 1   2 1 
  • 65. Dengan aj (j = 0, 1, 2, 3) yang sudah diperoleh, didapat fungsi interpolasi p(x) sebagai berikut: 2 ( p(x) = ∑ h1 (x, xj )f(xj ) + h2 (x, xj )f'(xj ) ) j=1 2  (x − x1 )  x − x2  h1 (x, x1 ) =  1 − 2    x − x   (x1 − x2 )  1 2  2  (x − x2 )  x − x1   h1 (x, x2 ) =  1 − 2   x − x   (x2 − x1 )  2 1  2  x − x2  h2 (x, x1 ) = (x − x1 ) x −x    1 2  2  x − x1  h2 (x, x2 ) = (x − x2 ) x −x    2 1  Pada interpolasi Hermite bukan saja p(x) yang dicocokkan dengan data f(x) namun juga turunannya p’(x) dicocokkan dengan data f’(x). Karena itu, baik p(x) maupun p’(x) bersifat kontinyu. Ini berbeda dari yang ditemui pada interpolasi Lagrange.
  • 66. Interpolasi Hermite Orde Lebih Tinggi Interpolasi Hermite tidak terbatas hanya menggunakan polinomial p(x) berorde 3 (kubik), namun dapat juga yang berorde lebih tinggi. Untuk itu diperlukan lebih banyak data, bukan hanya f(x) dan f’(x) pada titik xi dan xi+1 . Secara umum fungsi interpolasi Hermite p(x) berupa polinomial berorde (2n - 1) memerlukan n data f(x) dan n data f’(x): n ( p(x) = ∑ h1 (x, xj )f(xj ) + h2 (x, xj )f'(xj ) ) j=1 dengan: ( ) h1 (x, xj ) = 1 − 2(x − xj )l'(xj ) l2 (x, xj ) h2 (x, xj ) = (x − xj )l2 (x, xj )  x − xk  l(x, xj ) = ∏     k ≠ j  xj − xk  1 l'(xj ) = ∑ k ≠ j (xj − xk )
  • 67. Interpolasi Hermite Kubik tanpa Data f’(x) Interpolasi Hermite memerlukan sebagai data selain f(x) juga f’(x). Pada beberapa kasus bisa saja data f’(x) tidak tersedia, melainkan hanya data f(x). Pada kasus ini sebenarnya interpolasi Hermite tidak bisa dipakai. Tetapi, jika f’(x) bisa diperoleh melalui pendekatan (approximation) maka, interpolasi Hermite bisa dipakai. f’( xi ) dapat dihitung sebagai turunan sebuah fungsi kuadratik g(x), yang dicocokkan dengan data f(x) pada titik-titik xi-1 , xi , xi+1 : g(xi-1 ) = f(xi-1 )   g(x) = ax 2 + bx + c g(xi ) = f(xi )  (a, b, c) g(xi+1 ) = f(xi+1 )   f'(xi ) ≅ g'(xi ) = 2axi + b Dapat dilihat bahwa, proses pencarian f’(x) ini berdiri sendiri, berada di luar atau bukan bagian dari proses interpolasi Hermite. Dengan begitu, sifat kontinyu fungsi interpolasi Hermite p(x) dan turunannya p’(x) tidak berubah.
  • 68. Dari sistem persamaan linear: axi21 + bxi-1 + c = f(xi-1 ) - axi2 + bxi + c = f(xi ) axi2 1 + bxi+1 + c = f(xi+1 ) + diperoleh: f(xi−1 ) f(xi ) f(xi+1 ) a= + + (xi−1 − xi )(xi−1 − xi+1 ) (xi − xi−1 )(xi − xi+1 ) (xi+1 − xi−1 )(xi+1 − xi ) (xi + xi+1 )f(xi−1 ) (xi-1 + xi+1 )f(xi ) (xi-1 + xi )f(xi+1 ) b=− − − (xi−1 − xi )(xi−1 − xi+1 ) (xi − xi−1 )(xi − xi+1 ) (xi+1 − xi−1 )(xi+1 − xi ) sehingga:  xi − xi+1  f(xi−1 )  1 1   x − x  f(xi+1 )  f'(xi ) ≅   +  + f(xi ) +  i i-1   xi−1 − xi+1  (xi−1 − xi )  xi − xi+1 xi − xi−1      x − x  (x − x )  i +1 i−1  i +1 i
  • 69. Jika diaplikasikan pada interpolasi Hermite kubik: 2 ( p(x) = ∑ h1 (x, xj )f(xj ) + h2 (x, xj )f'(xj ) ) j=1 maka diperoleh fungsi interpolasi Hermite kubik p(x) sebagai berikut: 3 p(x) = ∑ h(x, xj )f(xj ) (xi ≤ x ≤ xi+1 ; x0 = xi-1 , x1 = xi , x2 = xi+1 , x3 = xi+2 ) j= 0  x1 − x2  1 h(x, x0 ) = h2 (x, x1 )   x − x  (x − x )  0 2  0 1  1 1   x − x3  1 h(x, x1 ) = h1 (x, x1 ) + h2 (x, x1 ) + x −x x −x   + h2 (x, x2 ) 2   x − x  (x − x )  1 2 1 0   1 3  1 2  1 1   x − x0  1 h(x, x2 ) = h1 (x, x2 ) + h2 (x, x2 ) + x −x x −x   + h2 (x, x1 ) 1   x − x  (x − x )  2 1 2 3   2 0  2 1  x − x1  1 h(x, x3 ) = h2 (x, x2 ) 2   x − x  (x − x )  3 1 3 2
  • 70. Interpolasi Spline Kubik Seperti interpolasi Lagrange, interpolasi Spline kubik juga memerlukan hanya f(x) sebagai data. Namun, turunan fungsi interpolasi Spline kubik p’(x) dibuat bersifat kontinyu. Interpolasi Spline kubik menggunakan polinomial p(x) orde 3, untuk xi ≤ x ≤ xi+1 : p(x) = di + ci (x − xi ) + bi (x − xi )2 + ai (x − xi )3 ≅ f(x) Turunan pertama dan kedua p(x) yaitu: p'(x) = ci + 2bi (x − xi ) + 3ai (x − xi )2 p''(x) = 2bi + 6ai (x − xi ) Evaluasi pada titik x = xi menghasilkan: pi ≡ p(xi ) = di = f(xi ) p'' ≡ p''(xi ) = 2bi i dan pada titik x = xi+1: p''+1 ≡ p''(xi+1 ) = 2bi + 6aihi pi+1 ≡ p(xi+1 ) = di + cihi + bihi2 + aihi3 = f(xi+1 ) hi ≡ xi+1 − xi i
  • 71. Jadi, p''i p''+1 −p'' i i pi+1 − pi hip''+1 +2hip'' i i di = pi bi = ai = ci = − 2 6hi hi 6 sehingga diperoleh:  p − p h p'' h p''  p''  p'' −p''  p(x) = pi +  i+1 i − i i+1 − i i (x − xi ) + i (x − xi )2 +  i+1  h i (x − xi )3  i 6 3   2  6h   i  pi+1 − pi hip''+1 hip''  p'' −p''  p'(x) = − i − i + p'' (x − xi ) +  i+1 i  2h  i (x − xi )2 hi 6 3  i  p(x) telah dicocokkan dengan data f(x) di titik-titik batas interval, sehingga bersifat kontinyu. Untuk membuat p’(x) kontinyu maka dicari ekspresi p’(x) untuk daerah sebelumnya xi-1 ≤ x ≤ xi : pi − pi-1 hi-1p'' hi-1p''-1  p'' −p''-1  p'(x) = − i − i + p''-1 (x − xi-1 ) +  i i  2h i (x − xi-1 )2  hi-1 6 3  i-1  dan disamakan dengan p’(x) untuk daerah xi ≤ x ≤ xi+1 di titik x = xi .
  • 72. Untuk N = jumlah data, diperoleh:  pi+1 − pi pi − pi-1  hi-1p''-1 +2(hi-1 + hi )p'' +hip''+1 = 6 i i i  h − h   (i = 2, ..., N - 1)  i i-1  Untuk menghitung p(x) diperlukan p’’(x) di semua N titik data. (N-2) buah persamaan di atas tidak cukup untuk mendapatkan p’’(x) di semua titik data. Masih diperlukan 2 persamaan lagi, yang diperoleh dengan mengevaluasi p’(x) di titik awal x = x1 (memakai ekspresi p’(x) untuk x1 ≤ x ≤ x2 ) dan akhir x = xN (memakai ekspresi p’(x) untuk xN-1 ≤ x ≤ xN ). Didapat: p −p  (i = 1) 2h1p'' +h1p'' = 6 2 1 − p'  1 2  h 1  1   p −p  (i = N) hN-1p''N-1 +2hN-1p''N = 6 p'N − N N-1    hN-1   Masalah: p’(x) di titik awal x = x1 dan akhir x = xN tidak diketahui, ?? Ada dua cara. Pertama yang disebut spline alamiah yaitu, menetapkan p’’(x) di titik awal x = x1 dan akhir x = xN sama dengan nol. Kedua, menebak nilai p’(x) di titik awal x = x1 dan akhir x = xN .
  • 73. Interpolasi Multidimensi Jika data bergantung pada lebih dari satu variabel, maka dilakukan interpolasi multidimensi. Metode interpolasi yang telah disampaikan bisa dipakai untuk melakukan interpolasi multidimensi. Sebagai contoh di sini ditunjukkan interpolasi 2 dimensi. Untuk dimensi lebih tinggi berlaku cara yang sama. n m p(x, y) = ∑ S(x, xi )∑ S(y, yj )f(xi , yj ) i=1 j=1 Pada contoh di atas, interpolasi menggunakan (n x m) data f(x,y). Interpolasi dilakukan per dimensi: Untuk satu titik data x tertentu dilakukan interpolasi di sepanjang sumbu y, hal yang sama dilakukan untuk semua titik data x yang lain. Prinsip yang sama berlaku untuk interpolasi berdimensi lebih tinggi.
  • 74. Contoh, interpolasi Lagrange kubik: 3 3 p(x, y) = ∑ l(x, xi )∑ l(y, yj )f(xi , yj ) i= 0 j= 0  x − xk  l(x, xi ) = ∏  x −x   k ≠i  i k   y − ys  l(y, yj ) = ∏     s ≠ j  yj − ys 
  • 75. Kembali ke contoh problem least square: Kuat medan listrik E di sekitar sebuah benda berbentuk lempeng diukur pada jarak 10 cm dari pusat massanya dan arah yang bervariasi. Arah dinyatakan dalam sudut θ terhadap sumbu y yang ditetapkan sebelum pengukuran. Diperoleh data sebagai berikut: θ [derajat] E [V/cm] y 10 0.01794775 15 0.03808997 20 0.05516225 θ E 25 0.05598281 30 0.04795629 35 0.04807485 40 0.06273566 45 0.07853982 50 0.07395442 55 0.04201338 Dengan interpolasi, cari nilai p(x) di sepanjang titik data.
  • 76.
  • 77. Integrasi Menghitung luas daerah di bawah kurva: f(x) f(x) analitik numerik b ∫ f(x) dx ∑ w f(x ) i i i a x x a b a b b N Integral numerik sering disebut juga sebagai I = ∫ f(x) dx ≅ ∑ wif(xi ) quadrature; integrasi numerik disebut sebagai a i=1 integrasi dgn menjumlah quadrature.
  • 78. Meski tidak terlihat pada rumus akhir, pada integrasi numerik integrand f(x) diinterpolasi dengan suatu polinomial: b N I = ∫ f(x) dx ≅ ∑ wif(xi ) a i=1 f(x) ≅ p(x) polinomial Dilihat dari titik-titik xi tempat integrand f(x) dihitung, ada teknik integrasi numerik yang menggunakan xi berjarak tetap dan ada yang memakai xi berjarak tidak tetap. Contoh (akan dibahas): • quadrature trapezoid, Simpson menggunakan xi berjarak sama, • quadrature Gaussian menggunakan xi berjarak tidak sama.
  • 79. Quadrature Trapezoid Kurva integrand f(x) diinterpolasi dengan sebuah garis lurus (f(x) diinterpolasi dengan fungsi linier / polinomial orde 1): b b N I = ∫ f(x) dx ≅ ∫ p(x) dx = ∑ wip(xi ), p(x) = r + sx a a i=1 f(x) Untuk menarik garis lurus p(x) diperlukan minimal 2 titik, dipilih titik f(a) dan f(b): p(a) = f(a), p(b) = f(b) b ∫ p(x) dx a x a b
  • 80. Dengan diketahui hanya p(a) dan p(b) (r dan s tidak dicari), maka integrasi numerik dikerjakan untuk N = 2: b 2 ∫ p(x) dx = ∑ w p(x ) = w p(x ) + w p(x ) = w p(a) + w p(b) a i=1 i i 1 1 2 2 1 2 w1 , w2 = ? Mencari w1 dan w2 : b ∫ (r + sx) dx = w (r + sa) + w (r + sb) 1 2 p(x) = r + sx a 1 r(b - a) + s(b2 − a2 ) = r(w1 + w2 ) + s(aw1 + bw2 ) 2 w1 + w2 = b - a 1 1 w1 = w2 = (b − a) aw1 + bw2 = (b2 − a2 ) 2 2 b h Rumus quadrature trapezoid: I = ∫ f(x) dx ≅ (f(a) + f(b) ) (h = b − a) a 2 luas trapezoid (lihat gambar)
  • 81. Quadrature Simpson & Boole Cara yang sama seperti pada quadrature trapezoid bisa dipakai untuk polinomial p(x) orde lebih tinggi. Contoh, quadrature Simpson memakai p(x) fungsi kuadratik / polinomial orde 2 untuk menginterpolasi integrand f(x): c c N I = ∫ f(x) dx ≅ ∫ p(x) dx = ∑ wip(xi ), p(x) = r + sx + tx2 a a i=1 f(x) Untuk membuat kurva kuadratik diperlukan minimal 3 titik, dipilih titik p(x) f(a), f(b) dan f(c): p(a) = f(a), p(b) = f(b), b p(c) = f(c) ∫ p(x) dx a a+c dengan b= x 2 a b c
  • 82. Integrasi numerik dikerjakan untuk N = 3: c 3 ∫ p(x) dx = ∑ w p(x ) = w p(a) + w p(b) + w p(c) a i=1 i i 1 2 3 w1 , w2 , w3 = ? Mencari w1 , w2 , w3: p(x) = r + sx + tx2 c ∫ a (r + sx + tx2 ) dx = w1 (r + sa + ta2 ) + w2 (r + sb + tb2 ) + w3 (r + sc + tc2 ) 1 1 r(c - a) + s(c2 − a2 ) + t(c3 − a3 ) = r(w1 + w2 + w3 ) + s(aw1 + bw2 + cw3 ) 2 3 + t(a2w1 + b2w2 + c2w3 ) w1 + w2 + w3 = c - a 1 w1 = w3 = (c − a) 1 6 aw1 + bw2 + cw3 = (c2 − a2 ) 2 2 1 w2 = (c − a) a2w1 + b2w2 + c2w3 = (c3 − a3 ) 3 3
  • 83. c h Diperoleh Rumus quadrature Simpson: I = ∫ f(x) dx ≅ (f(a) + 4f(b) + f(c) ) a 3 c−a dengan h = yaitu jarak antar titik xi tempat f(x) dihitung: h = b − a = c − b 2 Dengan cara yang sama, menggunakan p(x) polinomial orde 3 diperoleh rumus quadrature Simpson 3 8 : d 3h  d-a  I = ∫ f(x) dx ≅ (f(a) + 3f(b) + 3f(c) + f(d) ) h = = b − a = c − b = d − c a 8  3  dan dengan p(x) polinomial orde 4 rumus quadrature Boole: e 2h  e-a  I = ∫ f(x) dx ≅ (7f(a) + 32f(b) + 12f(c) + 32f(d) + 7f(e) )  h= = b− a 45  4  a  = c −b  = d−c     = e − d 
  • 84. Integrasi Komposit Polinomial orde rendah memadai untuk menginterpolasi sebuah fungsi dalam daerah yang sempit. Untuk daerah yang lebar diperlukan orde yang lebih tinggi. Alternatif lain yaitu, membagi daerah fungsi yang lebar itu dalam beberapa daerah yang sempit, lalu di tiap daerah yang sempit itu digunakan polinomial orde rendah untuk interpolasi. Quadrature trapezoid dan Simpson pada dasarnya memadai untuk daerah integrasi yang sempit, namun dengan membagi daerah integrasi dalam beberapa daerah yang sempit, maka quadrature trapezoid dan Simpson bisa dipakai juga untuk daerah integrasi yang lebar. Integral total merupakan jumlah semua integral untuk daerah yang sempit. Integrasi seperti ini disebut integrasi komposit. Bergantung pada integrand f(x), daerah integrasi yang lebar bisa dibagi dalam beberapa daerah sempit yang sama atau berbeda panjang. Juga, semua integral untuk daerah yang sempit bisa dihitung menurut rumus quadrature yang sama, misal semuanya trapezoid, atau berbeda-beda, sesuai kurva di tiap daerah sempit itu. Kasus sederhana yaitu, bila daerah integrasi dibagi sama panjang dan untuk tiap daerah digunakan rumus quadrature yang sama.
  • 85. Contoh, daerah integrasi [a,b] dibagi dalam N bagian sama panjang. b a +d a +2d b -d b  b−a I = ∫ f(x) dx = ∫ f(x) dx + ∫ f(x) dx + ... + ∫ f(x) dx + ∫ f(x) dx  d=  a a a +d b-2d b -d  N  • integrasi komposit menggunakan quadrature trapezoid b I = ∫ f(x) dx ≅ h[2 (f + f ) + f + f + ... + f −1 ] 1 0 N 1 2 N a b−a h= , f = f(a + ih), i = 0, ..., N i N • integrasi komposit menggunakan quadrature Simpson b 2h 1 I = ∫ f(x) dx ≅ [2 (f0 + f2N ) + 2(f1 + f3 + ... + f2N−1 ) + f2 + f4 + ... + f2N−2 ] a 3 b−a h= , f = f(a + ih), i = 0, ..., 2N i 2N
  • 86. Integrasi komposit trapezoid untuk daerah integrasi [a,b] yang dibagi 8 sama panjang: b I = ∫ f(x) dx ≅ h[2 (f0 + f ) + f + f + f + f4 + f + f + f ] 1 8 1 2 3 5 6 7 a f(x) x a b h
  • 87. Integrasi komposit yang menggunakan quadrature trapezoid dan Simpson; daerah integrasi [a,b] yang dibagi 3: b h1 I = ∫ f(x) dx ≅ (fa + 2fa +h1 + fc ) + h2 (fc + 4fc+h2 + fb ) a 2 3 f(x) Simpson trapezoid x a c b h1 h1 2h2
  • 88. Quadrature Gaussian Quadrature Gaussian memanfaatkan polinomial yang memiliki sifat orthogonal dan ternormalisasi sebagai berikut: b n ∫ v(x)O (x)O n m (x) dx = δnm , On (x) = ∑ bixi a i= 0 Contoh: 1 On = 2n +1 2 nP , P = polinomial Legendre n ∫ O (x)O -1 n m (x) dx = δnm ∞ On = n! Ln , Ln = 1 polinomial Laguerre ∫e -x On (x)Om (x) dx = δnm 0 Dengan quadrature Gaussian, dievaluasi integral berbentuk: b N ∫ v(x)f(x)dx = ∑ w f(x ) a i=1 i i wi , xi = ?
  • 89. Mencari xi : Anggap integrand f(x) merupakan polinomial orde 2N-1 (atau katakan saja f(x) diinterpolasi dengan polinomial p(x) orde 2N-1): 2N -1 N -1 2N -1 f(x) ≅ p(x) = ∑ aix = r(x) + s(x) i= 0 i dengan r(x) = ∑ aix , s(x) = i= 0 i ∑ aixi i =N s(x) bisa ditulis sebagai s(x) = q(x)ON (x) dengan q(x) polinomial orde N-1: N -1 N -1 q(x) = ∑ dix = ∑ ciOi (x)i i= 0 i= 0 b N -1 b N -1 Maka: ∫ v(x)s(x)dx = ∑ c ∫ v(x)O (x)O a i= 0 i a i N (x)dx = ∑ ciδiN = 0 i= 0 b N N Secara numerik: ∫ v(x)s(x)dx = ∑ w s(x ) = ∑ w q(x )O a i=1 i i i=1 i i N (xi ) = 0 Mengingat q(x) fungsi sembarang, persamaan terakhir dipenuhi hanya jika ON (xi ) = 0 (i = 1, ..., N) . xi = akar polinomial ON (x) (i = 1, ..., N)