3. Contoh pembacaan di buku register BKI 2004Contoh pembacaan di buku register BKI 2004
4.
5. METODE MERANCANG RENCANA GARIS
Merancang Rencana Garis dapat dilakukan dengan :Merancang Rencana Garis dapat dilakukan dengan :
Merancang sendiri berdasar pengalaman atau gambarMerancang sendiri berdasar pengalaman atau gambar
rencana garis kapal yang telah adarencana garis kapal yang telah ada
Dengan metode “Scheltema de Heere” dari bukuDengan metode “Scheltema de Heere” dari buku
“Buoyancy and Stability of Ship”, Ir. Scheltema de Heere“Buoyancy and Stability of Ship”, Ir. Scheltema de Heere
and Drs. A.R. Baker, 1969,1970.and Drs. A.R. Baker, 1969,1970.
Dengan metode NSP berdasar hasil percobaan tangkiDengan metode NSP berdasar hasil percobaan tangki
tarik pada laboratorium di Wageningen, Belandatarik pada laboratorium di Wageningen, Belanda
NSP: Nederlandsche Scheepsbouw ProefstasioenNSP: Nederlandsche Scheepsbouw Proefstasioen
Dengan metode program Software dengan komputerDengan metode program Software dengan komputer
Dan dengan metode lainnya.Dan dengan metode lainnya.
8. PENGGUNAAN DIAGRAM NSP
1. Dari speed constant ( Vs/√L ),1. Dari speed constant ( Vs/√L ), Vs = VVs = V servisservis [ knot ] dan L = L[ knot ] dan L = L displdispl
[ feet ],[ feet ], dapat ditentukan prosentase luas dari tiap station terhadapdapat ditentukan prosentase luas dari tiap station terhadap
luas midship (Aluas midship (Amm) dan letak titik tekan keatas (LCB) sebagai) dan letak titik tekan keatas (LCB) sebagai
prosentase dari panjang Lprosentase dari panjang Ldispdisp
Untuk single screwUntuk single screw LLdispdisp = ½ (L= ½ (Lwlwl + L+ Lpppp) [feet]) [feet]
Untuk twin screw LUntuk twin screw Ldispdisp = L= Lwlwl [feet][feet]
Bila hanya LBila hanya Lpppp yang diketahui maka Lyang diketahui maka Lwlwl = L= Lpppp + …..% L+ …..% Lpppp , atau panjang, atau panjang
LLwlwl ditentukan.ditentukan.
Luas midship Am = B x T x β [mLuas midship Am = B x T x β [m22
]]
ββ diperoleh dari diagram NSP (diperiksa:diperoleh dari diagram NSP (diperiksa: φφ == δδ // ββ ))
2. Letak titik tekan keatas (LCB) diperoleh dengan pertolongan garis2. Letak titik tekan keatas (LCB) diperoleh dengan pertolongan garis
lengkunglengkung bb, sebagai prosentase dari panjang L, sebagai prosentase dari panjang Ldispdisp dan diukur daridan diukur dari
tengah panjang Ltengah panjang Ldispdisp ( disp ). Titik tekan keatas pada lengkung b
memberikan bentuk kapal dengan hambatan yang kecil dan
propulsive coefficient yang baik. Jika diperlukan pergeseran LCB
memanjang maka lengkung a dan c merupakan batas yang
diperbolehkan.
9. DIAGRAM NSP
MERANCANG RENCANA GARIS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM NSP
(NEDERLANDSCHE SCHEEPSBOUW PROEFSTASIOEN)
CN
GC
BC
Am
10. 33. Menggambar Curve of Sectional Areas (CSA)
Panjang displasement ( Ldisp ) dengan skala tertentu (1 cm = ….m),
dibagi menjadi 20 bagian yang sama, dan pada titik-titik bagi ini
dibuat garis tegaktegak , lalu diukurkan luas station dalam skala luas
yang tertentu (1cm = ….. m2
). Skala luas dipilih agar ketinggian
pada station 10 ( disp) kurang lebih ½ panjang Ldisp .
Dengan demikian CSA dapat digambar.
Ldisp = ½ (Lpp + Lwl) 2
0
Skalaluas1
cm≈…m2
Skala panjang 1 cm ≈ ….. m
11. 4. Volume dan LCB menurut CSA yang telah digambar harus diperiksa
(dihitung dengan cara Simpson) terhadap volume displasemen dari
rumus dan LCB dari NSP (lengkung b).
Perbedaan volume tidak boleh lebih dari ± 0,5 % volume dari rumus
dan perbedaan LCB tidak boleh lebih dari ± 0,1 % Ldisp.
Volume displasemen kapal : VVolume displasemen kapal : Vdispdisp = L= Ldispdisp. B. T.. B. T. δδdispdisp [m[m33
]]
h = Lh = Ldispdisp / 20/ 20
VVSimpSimp = 1/3 h. ∑ A.s= 1/3 h. ∑ A.s
LCBLCBsimpsimp = h. ∑ A.s.n /= h. ∑ A.s.n / ∑ A.s
Vsimp - Vdisp ≤ ± 0,5 % Vdisp
LCBsimp –LCBNSP ≤ 0,1% LPP
Stat % Am A s A.s n A.s.n
0 1 -5
1 4 -4
2 2 -3
3 4 -2
4 2 -1
5 4 0
6 2 +1
7 4 +2
8 2 +3
9 4 +4
10 1 +5
∑ A.s ±∑ A.s.n
12. HARGA KOEFISIEN BEBERAPA TIPE KAPAL NORMAL
( sebagai pembanding )
No TIPE KAPAL Cb Cp Cm
1 Crude oil carrier 0,82-0,86 0,82-0,90 0,98-0,99
2 Product tanker 0,78-0,83 0,80-0,85 0,96-0,98
3 Dry bulk carrier 0,75-0,84 0,76-0,85 0,97-0,98
4 General cargo 0,60-0,75 0,61-0,76 0,97-0,98
5 Passenger ship 0,58-0,62 0,60-0,67 0,90-0,95
6 Container ship 0,60-0,64 0,60-0,68 0,97-0,98
7 Ferries 0,55-0,60 0,62-0,68 0,90-0,95
8 Frigate 0,45-0,48 0.60-0,64 0,75-0,78
9 Tug 0,54-0,58 0,62-0,64 0,90-0,92
10 Yacht 0,15-0,20 0,50-0,54 0,30-0,35
11 Icebreaker 0,60-0,70
13. -Dari tengah-tengah L displasement ( ) diukurkan kekiri dan
kekanan garis yang panjangnya = 0,5 Lwl.( = )
-Ujung-ujung Curve of Sectional Areas yang sudah dibuat diatas di ”fair”
kan hingga melalui titik ujung-ujung dari Lwl.dengan sedikit mengurangi
bagian lain agar volume tetap seperti semula.
-Sekarang letak FP kapal tertentu yaitu diujung depan Lwl.
-Ukurkan panjang Lpp dari FP hingga letak AP tertentu pula,
-Lpp dibagi menjadi 20 bagian yang sama, dan dilakukan pembacaan luas
station lagi pada titik pembagian yang baru, dimana station nomor 10
adalah midship kapal ( ) .
-Selanjutnya dengan perhitungan ( Simpson dll) dapat dihitung letak titik
tekan dengan memperhatikan cant-part dan demikian juga besarnya
displasemen volume kapal . Displasement perhitungan ini dicek dengan
displasemen yang didapat dengan rumus: V = Lwl x B x T x δwl [m3].
Perbedaan yang diijinkan sebesar ± 0,5% dari V rumus.
Maka Curve of Sectional Areas (CSA) selesai.
Penyesuaian CSA dari panjang Ldisp menjadi Lpp dan Lwl
disp
Pp
dispwl
pp
14. Penggambaran CSA dari L disp ke L wl dan L pp
L disp
½ L wl
L pp
FP
FPAP
disp
wl
pp
½ L wl
Main part Main part
Cant part
16. Menghitung faktor Simpson gabungan Cant-part dan Main-part
L wl
L pp
Main part Main part
Cant part
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 12 2 2 2 2 2 22 2FS-MP
1 14FS-CP
Jarak ordinat MP: h =
Lpp/20Jarak ordinat CP: h’ = (Lwl – Lpp)/2
Jarak ordinat CP: Lwl = Lpp + a% Lpp maka h’ = 0,5.( a /100 ). Lpp , jadi h’ = 0,005. a. Lpp
Jarak ordinat MP: h = Lpp / 20 = 0,05 Lpp , maka Lpp = h / 0,05 , jadi h’ = 0,005.a. h / 0,05 = 0,1a. h.
maka : h’ /h = z = ( 0,1a ) selanjutnya harga z dikalikan pada faktor Simpson dar CP.
-1-2
17. Pada pembuatan Curve of Sectional Areas denganPada pembuatan Curve of Sectional Areas dengan
menggunakan metode NSP ini kadang-kadang letakmenggunakan metode NSP ini kadang-kadang letak
titik tekan kapal tak dapat diambil seperti yangtitik tekan kapal tak dapat diambil seperti yang
ditentukan oleh diagram (lengkung b) .ditentukan oleh diagram (lengkung b) .
Dalam hal ini dilakukan transformasi dengan cara sebagaiDalam hal ini dilakukan transformasi dengan cara sebagai
berikut :berikut :
a. Pada Curve of Sectional Areas, gambarkan letak titika. Pada Curve of Sectional Areas, gambarkan letak titik
tekan keatas memanjang P sesuai hasil NSPtekan keatas memanjang P sesuai hasil NSP
(lengkung b, berjarak dari(lengkung b, berjarak dari ΦΦdispdisp) dan letak titik tekan) dan letak titik tekan
keatas memanjang Q seperti yang dikehendakikeatas memanjang Q seperti yang dikehendaki
(dengan tinggi sama dengan P).(dengan tinggi sama dengan P).
b. Tinggi titik tekan tersebut diatas secara vertikal dapatb. Tinggi titik tekan tersebut diatas secara vertikal dapat
ditentukan menggunakan rumus Johow atauditentukan menggunakan rumus Johow atau
Prohaska seperti berikut ini.Prohaska seperti berikut ini.
CARA TRANSFORMASI CSA
18. ββ 11
Johow : a = --------- .X = ( -------- ).XJohow : a = --------- .X = ( -------- ).X
δδ ++ ββ φφ + 1+ 1
44φφ - 1- 1
Prohaska : b = ---------- .X , untuk CSA bentuk concavProhaska : b = ---------- .X , untuk CSA bentuk concav
66φφ (cekung)(cekung)
33φφ - 1- 1
b = --------- .X , untuk CSA bentuk convexb = --------- .X , untuk CSA bentuk convex
44φφ (cembung)(cembung)
X = 1 = tinggi CSA dalam skala panjang.X = 1 = tinggi CSA dalam skala panjang.
a = jarak vertikal titik berat ke bagian atas CSAa = jarak vertikal titik berat ke bagian atas CSA
b = jarak vertikal titik berat ke garis dasar CSA.b = jarak vertikal titik berat ke garis dasar CSA.
c. RUMUS JOHOW atau PROHASKA
19. d. Tarik garis tegak melalui P, memotong garis dasar di titikd. Tarik garis tegak melalui P, memotong garis dasar di titik
R. Hubungkan titik R dengan titik Q (garis RQ).R. Hubungkan titik R dengan titik Q (garis RQ).
e. Tarik garis-garis sejajar RQ melalui titik dasar tiap station,e. Tarik garis-garis sejajar RQ melalui titik dasar tiap station,
kemudian melalui titik perpotongan tiap garis stationkemudian melalui titik perpotongan tiap garis station
dengan CSA ditarik garis datar hingga memotong garisdengan CSA ditarik garis datar hingga memotong garis
sejajar garis RQ pada titik potongnya.sejajar garis RQ pada titik potongnya.
f. Titik-titik potong tersebut selanjutnya dihubungkan danf. Titik-titik potong tersebut selanjutnya dihubungkan dan
menjadi CSA yang baru dengan letak titik tekan keatas Q.menjadi CSA yang baru dengan letak titik tekan keatas Q.
g. Selanjutnya CSA yang baru diperiksa volume dan letakg. Selanjutnya CSA yang baru diperiksa volume dan letak
titik tekannya. Bila telah memenuhi syarat ( < 0,5% untuktitik tekannya. Bila telah memenuhi syarat ( < 0,5% untuk
volume dan < 0,1% untuk letak titik tekan keatas).volume dan < 0,1% untuk letak titik tekan keatas).
CSA yang baru dapat dipakai untuk selanjutnya.CSA yang baru dapat dipakai untuk selanjutnya.
20. TRANSFORMASI TITIK TEKAN P ke Q
20
P
Q = titik tekan baru/NSP
R
CSA lama CSA baru
0
a =Johow
b=Prohaska
Jarak titik tekan
simpson
Φdisp
Φpp
21. 5. Cara menggambar bidang garis air (pada L5. Cara menggambar bidang garis air (pada Lwlwl))
Luas bidang garis air:Luas bidang garis air:
AAww = L= Lwlwl x B xx B x αα [m[m33
], dimana], dimana αα = 0,248 + 0,778= 0,248 + 0,778 δδ
Tentukan besar sudut masuk (angle of entrance) denganTentukan besar sudut masuk (angle of entrance) dengan
memakai gambar berikut. Sudut masuk merupakan fungsimemakai gambar berikut. Sudut masuk merupakan fungsi
φφff.. φφff dapat dihitung dengan membagi volume displ. bagiandapat dihitung dengan membagi volume displ. bagian
depan (Simpson dll) dengan luas midship Am x ½ Ldepan (Simpson dll) dengan luas midship Am x ½ Ldispldispl. atau. atau
rumus :rumus : φφff == φφLPPLPP + (1,40 -+ (1,40 - φφLPPLPP)x e)x e
e = perbandingan jarak titik tekan memanjang dibelakange = perbandingan jarak titik tekan memanjang dibelakang
atau didepan ½Latau didepan ½Ldispl.displ. terhadap Lterhadap Ldispl.displ..(dari diagram NSP).(dari diagram NSP)
Pada daerah dengan panjang ordinat sama dengan diPada daerah dengan panjang ordinat sama dengan di
midship harus lebih panjang daripada parallel-middle bodymidship harus lebih panjang daripada parallel-middle body
Luas bidang garis air dihitung dengan planimeter atauLuas bidang garis air dihitung dengan planimeter atau
Simpson, diperiksa dengan rumus ASimpson, diperiksa dengan rumus Awlwl = L= Lwlwl. B.. B. αα..
Kesalahan yang diijinkan kurang dari 0,5%Kesalahan yang diijinkan kurang dari 0,5%
22. Penggambaran B/2 dan A/2T
B/2
A/2T
- Gambarkan A/2T dimana A = luas masing-masing station, skala sama dengan Lpp
- Gambar B/2 dengan memperhatikan bentuk CSA dan A/2T, skala sama dengan Lpp
- Pada daerah parallel midlle-body(CSA datar),B/2 ditambah panjang
23. Penentuan sudut masuk berdasar
koefisien prismatik depan φf
φf
Sudutmasuk
Bentuk V, untuk Cb kecil
Bentuk U, untuk Cb besar
Ditambah panjangnya untuk
membulatkan garis air di FP
(bentuk linggi haluan)
FP
Sudut masuk
Garis B/2
24. 6. Merencanakan bentuk linggi haluan (stem) dan linggi
buritan (stern) kapal.
Bentuk dari stem harus disesuaikan bentuk dari bow line.
Dewasa ini linggi haluan dibuat dari pelat dan bentuknya
makin keatas makin membesar jari-jarinya. Sudut
kemiringan ± 150
. Linggi haluan dengan bulbous-bow
digambar dengan teknik tertentu.
Bentuk linggi buritan tergantung dari diameter propeler
yang dapat diambil = 0,6T – 0,7 T, sedang diameter boss
=1/6 diameter propeler. Untuk besarnya clearance didapat
pada Lloyd Register , Norske Veritas , dll.
Bentuk linggi buritan tergantung konstruksinya, untuk single
atau twin-screw, dengan atau tanpa sepatu linggi, bentuk
sendok (cruiser) atau terpotong (transom) dsb.
25. Linggi haluan (stem)
FP
Garis dasar
Garis air
± 150
Geladak agil
(forecastle deck)
Geladak utama (main deck)
Sekat tubrukan
(collision bulkhead)
Kubu-kubu (bulwark)
Ceruk depan
Lunas (keel)
29. 6. Merencanakan bentuk linggi buritan (stern)
Diameter propeller:Diameter propeller:
D = ( 0,6~0,7 ) TD = ( 0,6~0,7 ) T
a = ± 0,35 Ta = ± 0,35 T
b = ± 0,35 Tb = ± 0,35 T
c = ± 0,10 Tc = ± 0,10 T
d = ± 0,04 Td = ± 0,04 T
e = ± 0,12 Te = ± 0,12 T
T = sarat air [m]T = sarat air [m]
t = kedalaman badan kapalt = kedalaman badan kapal
tercelup air di station APtercelup air di station AP
a. Bentuk linggi buritan memakai sepatu linggi (sole-piece)
12°
12°
b
d
>(0,6~0,7)T
T
a
c
Garis air
Sumbu poros kemudi
AP
e
t
Lpp
Lwl
30. b. Bentuk linggi buritan tanpa sepatu linggi
Diameter propeller:Diameter propeller:
D = ( 0,6~0,7 ) TD = ( 0,6~0,7 ) T
a = ± 0,33 Ta = ± 0,33 T
e = ± 0,12 Te = ± 0,12 T
b = ± 0,35 Tb = ± 0,35 T
>(0,6~0,7)T
T
Garis air
Sumbu poros kemudi
AP
e
a
b
LPP
LWL
31. 7. Selanjutnya dibuat bentuk setiap station (0=AP s/d 20=FP))
Karena bagian kiri dan kanan kapal adalah simetri maka gambarKarena bagian kiri dan kanan kapal adalah simetri maka gambar
station 0 s/d 10 (bagian belakang dari midship) diletakkan sebelah kiri danstation 0 s/d 10 (bagian belakang dari midship) diletakkan sebelah kiri dan
gambar station 10 s/d 20 (bagian depan dari midship) diletakkan sebelahgambar station 10 s/d 20 (bagian depan dari midship) diletakkan sebelah
kanan. Misalkan untuk station no.2 digambarkan dengan cara sebagaikanan. Misalkan untuk station no.2 digambarkan dengan cara sebagai
berikut:berikut:
CL
Gambar 4 persegipanjang dengan
sisi B/2 dan T.
Ukurkan b = A/2T, A adalah luas
station 2 dari CSA,luas ABCD=A/2
Ukurkan y = Bstation2 /2, didapat dari
gambar B/2.
Buat lengkung EOB dimana luas
A1 = luas A2. Luas dihitung dengan
planimeter, Simpson atau excel.
Demikian dibuatkan untuk tiap
station (0 s/d 10 dan 10 s/d 20)
b=A/2T
y=Bstation 2 /2
B/2
A2
A1
T
A B
CDE
O
32. PENGGAMBARAN BODY - PLAN
Bagian depan dari ppBagian belakang dari pp CL
A
B
C
D A’ B’ C’ D’ E’
Titik A, B, C, D, E dan F adalah perpotongan bodyplan station
dengan garis A/2T, bila dihubungkan harus selaras (fair)
E
F F’
A4/2T
B4/2
A15/2T
B15/2
Bagian
kapal di
bawah
garis air T
Bagian
kapal di
atas garis
air T
T T
33. PERHITUNGAN JARI-JARI BILGA DI MIDSHIP
(bila telah ditentukan harga β dari NSP)
Bila harga β telah diambil dari diagram NSP, maka harus dihitung besar
jari-jari bilga R. Misalnya untuk kapal dengan dasar rata:
A1
R
R
A2
A1 = ¼. π. R2
A2 = ½. { (BxT) – Am } dan A2 = R2 – A1
maka : ½. { (BxT) – Am } = R2
- ¼. π. R2
= R2
( 1 – ¼ π )
Jadi R = √ ½. { (BxT) – Am } / ( 1 – ¼ π )
34. JARI-JARI BILGA DENGAN DASAR KAPAL YANG DINAIKKAN RiseRise
of floor = Tilling :of floor = Tilling : Untuk kapal dengan koefisien blokUntuk kapal dengan koefisien blok δδ kecilkecil
AEB : tg φ = AE/BE = B/2a
Luas ABCD = ½ B/2 {(T +(T-a)}
= ¼ B (2T – a )
Luas AFGHCDA = ½ . Am =
= ½. B x T x β
Luas FGHBF = luas
ABCD – luas AFGHCDA = ¼ B
(2T – a) - ½ B x T x β
Luas FBG = ½ luas FBHGF
= ½ {¼ B (2T – a ) - ½ B x T x β} … (1)
Luas FBM=½.(MF x FB) =½(R xR.tg φ)
= ½ R2. tg φ.
T - a
R
R
aA
B
CD
E
HM
Gφ
φ
F
B/2
Luas jereng MFG = φ /3600
x π.R2
,
Luas FBG = luas FBM – luas MFG = ½ R2. tg φ.- φ /3600
x π.R2 … (2) ,
maka : (1) = (2) : ½ {¼ B (2T – a ) - ½ B x T x β} = ½ R2. tg φ.- φ /3600 x π.R2 ,
R = √ B (2T - a) – 2.BxTxβ
. 8 ( ½ tg φ – π φ / 3600
)
35. PENGGAMBARAN BODYPLAN PADA STATION 0 = AP
Umumnya bentuk bodyplan pada
station 0 = AP adalah cembung.
Harga t diperoleh saat merancang
buritan kapal, Bo/2 diperoleh saat
merancang setengah bidang garis air.
Luas Δ ABC = ½ .AB x BC
= ½ .(Bo/2) x t.
Supaya gambar bodyplan station AP
berbentuk cembung, maka :
½ luas station 0 yaitu A0 / 2 harus lebih
besar daripada luas Δ ABC, maka :
A0 /2 > ½ .(Bo/2) x t.
C
BO / 2
A
B
t
Bila A0/2 < ½ (B0/2) x t , bentuk bodyplan station 0 adalah cekung
A1
A2
A0/2T
CL
B/2
T
37. PENGGAMBARAN HALF-BREADTH PLAN (WATER–LINES)
Setelah body plan selesai digambar dan di-check denganSetelah body plan selesai digambar dan di-check dengan
sent-line, selanjutnya dibuat gambar halfbreadth-plan,sent-line, selanjutnya dibuat gambar halfbreadth-plan,
yang merupakan garis-garis potongan badan kapalyang merupakan garis-garis potongan badan kapal
dengan bidang horisontal pada setiap ketinggian garis airdengan bidang horisontal pada setiap ketinggian garis air
yang telah ditentukan oleh dosen pembimbing (water-yang telah ditentukan oleh dosen pembimbing (water-
lines).lines).
Pada setiap garis air diukur panjang setengah lebar dariPada setiap garis air diukur panjang setengah lebar dari
garis tengah (centre-line) sampai dengan tiap-tiap stationgaris tengah (centre-line) sampai dengan tiap-tiap station
(AP s/d FP). Panjang setengah lebar ini diukurkan pada(AP s/d FP). Panjang setengah lebar ini diukurkan pada
tiap garis tegak station yang selanjutnya dihubungkan dantiap garis tegak station yang selanjutnya dihubungkan dan
membentuk garis lengkung garis air (water-lines) padamembentuk garis lengkung garis air (water-lines) pada
garis air yang bersangkutan.garis air yang bersangkutan.
Demikian dilanjutkan untuk setiap garis air sehinggaDemikian dilanjutkan untuk setiap garis air sehingga
secara keseluruhan membentuk gambar halfbreadth-plan.secara keseluruhan membentuk gambar halfbreadth-plan.
38. Tentukan jarak tiap garis air (dengan dosen pembimbing).
Sarat air dapat dibagi rata misal WL 0; WL 1; WL2: WL 3; WL 4; WL 5; WL 6 atau
dengan ukuran dalam meter misal 0m WL; 1m WL; 2m WL; 3m WL; 4m WL; 6m WL;
8m WL
Sent
Sent
0m WL
1m WL
2m WL
4m WL
6m WL
8m WL
3m WL
WL 0
WL 1
WL 2
WL 4
WL 5
WL 6
WL 3
Untuk memeriksa keselarasan body plan dari semua station maka dibuat garis sent
dengan menarik garis diagonal dari titik atas centreline hingga pojok bilga.
sent sent
1
2
0
0 1 2
39. Menggambar half-breadth plan bagian buritan,
station 0 s/d 10, misalkan untuk 1m WL
Untuk satu garis air, setengah lebar station dari
centreline diukurkan pada masing-masing station.
sent
0m WL
1m WL
2m
WL
4m WL
6m WL
8m WL
3m WL
0 1
2
1
234
1 2 3
4
Jarak antara garis air telah ditetapkan
40. Sent
0m WL
1m WL
2m WL
4m WL
6m WL
8m WL
Bagian haluan, station 10 s/d 20
3m WL
Cara yang sama dilakukan untuk
menggambar half-breadth plan
bagian haluan
41.
42. MENGGAMBAR SHEER PLAN (BUTTOCK - LINES)
• Setelah half-breadth plan selesai digambar dan di-check dengan
body plan, selanjutnya dibuat gambar sheer plan, yang merupakan
garis-garis potongan badan kapal dengan bidang vertikal
memanjang yang telah ditentukan jaraknya dari tengah kapal /
centre-line ( tergantung pada ½ lebar kapal, dibagi 3, 4 atau lebih)
yang disebut buttock-lines (BL)
43. MENGGAMBAR SHEER-PLAN BAGIAN HALUAN
Misalkan untuk menggambar BL 2
BL 1 BL 2 BL 3
BL 3 BL 2 BL 1
BL 1
BL 2
BL 3
Perpotongan
BL 2 dengan
WL
Perpotongan
BL 2 dengan
station
1617
18
19
Deck sideline
F’cle deck sideline
Bulwark
44. MENGGAMBAR LENGKUNG MEMBUJUR GELADAK UTAMA
(MAIN DECK)
a = 5,6 ( Lpp/3 + 10 )
b = 22,2 ( Lpp/3 + 10 )
c = 50,0 ( Lpp/3 + 10 )
x = 2,8 ( Lpp/3 + 10 )
y = 11,1 ( Lpp/3 + 10 )
z = 25,0 ( Lpp/3 + 10 )
Rumus sheer standar :
Lpp
c
b
axy
z
Lpp/6 Lpp/6 Lpp/6 Lpp/6 Lpp/6 Lpp/6
Panjang Lpp dibagi 6 sama besar = 1/6 Lpp
AP F
P
H
Saat ini banyak perancang memakai geladak utama tanpa sheer yaitu mendatar,
dalam hal ini perlu diperhitungkan akibatnya terhadap syarat perhitungan lambung
timbul (freeboard) yaitu koreksi sheer dan tinggi haluan (bow-height)
45. LENGKUNG MELINTANG GELADAK UTAMA
Kubu-kubu (bulwark) untuk melindungi ABK jatuh kelaut dan menahan
hempasan ombak ke atas kapal. Tinggi 1 meter.
penyangga
( stay )
100-200mm
1m
Untuk Cb kecil, dasar kapal dinaikkan miring (rise of floor)
Untuk Cb besar, dasar kapal datar (flat bottom)
Deck sideline
Deck centreline
rise of floor
(kalau ada)
Kubu-kubu (bulwark)
CL
f
TH
Camber = 1/50 B
Kapal tangki umumnya tidak memakai kubu-kubu melainkan memakai
pagar (railling), tetapi di geladak akil (forecastle deck) tetap dipakai kubu-
47. MENGGAMBAR GELADAK AKIL (FORECASTLE DECK) dan
KUBU- KUBU (BULWARK)
Tinggi geladak akil dari geladak utama, a = +/- 2,4 ~ 2,5 meter, sejajar
Tinggi kubu-kubu dari geladak utama dan akil, b = 1 meter,
sejajar Ujung kubu-kubu dibuat lengkungan agar tidak
terjadi keretakan Lebar geladak akil di 0,05L adalah (0,5 ~ 0,6) B.
FP
(0,05 – 0,08) Lc
Lc = Lpp
Garis dasar
Garis air
Geladak akil
(forecastle
deck)
Geladak utama (main deck)
Sekat tubrukan
(collision bulkhead)
Kubu-kubu
(bulwark)
Ceruk
haluan
Lunas (keel)
Kubu-kubu
(bulwark)
a
b
b
Jarak gading
di ceruk ≤
600 mm
Jarak gading di ruang muat ≤ 1000 mm
48. Kubu-kubu di geladak akil (forecastle deck)
Kubu-kubu di geladak utama (main deck)
Geladak utama (main deck)
KUBU-KUBU di GELADAK UTAMA
dan GELADAK AKIL
Geladak Akil (forecastle deck)
49. MENGGAMBAR GELADAK KIMBUL (POOP DECK)
Tinggi geladak kimbul dari geladak utama +/- 2,4 ~ 2,5 meter ( = a ), sejajar
Tambahan tinggi pelat sisi di atas geladak kimbul 100 ~ 200
mm(=b),sejajar Lebar ujung depan geladak kimbul, bila tidak paralel, (0,80 ~
0,95) B
Lihat gambar
bentuk stern
b= ± 0,35 T
AP
b
a
Sekat tabung poros
(sterntube bulkhead)
Sekat kamar mesin
(17~20%) Lpp dari
gading 0 (AP)
Kubu-kubu
Tambahan tinggi pelat sisi, 100 ~ 200 mm
Geladak utama
Geladak kimbul
Ceruk buritan
Jarak gading
≤ 600 mm
min. 3 jarak
gading
Jarak gading di kamar
mesin ≤ 1000 mm
Panjang kamar mesin
kelipatan jarak gading
Jarak gading di ruang
muat ≤ 1000 mm
50. MENENTUKAN LETAK SEKAT KAMAR MESIN
dan SEKAT TUBRUKAN
1.1. Prinsip : letak sekat di nomor gading, bukan station !Prinsip : letak sekat di nomor gading, bukan station !
2.2. Dari bentuk stren kapal, tentukan letak ujung belakang tabungDari bentuk stren kapal, tentukan letak ujung belakang tabung
poros (sterntube). AP dapat diambil sebagai nomor gading 0.poros (sterntube). AP dapat diambil sebagai nomor gading 0.
3.3. Dari ujung belakang tabung poros ke sekat tabung poros berjarakDari ujung belakang tabung poros ke sekat tabung poros berjarak
minimum 3 (tiga) jarak gading ( jarak gading ≤ 600 mm ).minimum 3 (tiga) jarak gading ( jarak gading ≤ 600 mm ).
4.4. Letak sekat kamar mesin tergantung pada panjang kamar mesin,Letak sekat kamar mesin tergantung pada panjang kamar mesin,
tergantung ukuran motor induk dan permesinan bantunya, dapattergantung ukuran motor induk dan permesinan bantunya, dapat
dilihat pada gambar kapal yang ada ( jarak gading ≤ 1000 mm ).dilihat pada gambar kapal yang ada ( jarak gading ≤ 1000 mm ).
5.5. Letak sekat kamar mesin menentukan panjang ruang akomodasiLetak sekat kamar mesin menentukan panjang ruang akomodasi
bila ruang akomodasi terletak pada geladak kimbul (poop deck).bila ruang akomodasi terletak pada geladak kimbul (poop deck).
Sebagai pendekatan terletak (17% ~ 20%) Lpp dari APSebagai pendekatan terletak (17% ~ 20%) Lpp dari AP
6.6. Letak sekat tubrukan ( collision bulkhead ) pada jarakLetak sekat tubrukan ( collision bulkhead ) pada jarak
(0,05 ~ 0,08) Lc dari FP, Lc = 96% L(0,05 ~ 0,08) Lc dari FP, Lc = 96% Lwlwl atau Latau Lpppp pada 0,85 H, (BKI)pada 0,85 H, (BKI)
diambil yang lebih besar, sebagai pendekatan Lc = Lpp.diambil yang lebih besar, sebagai pendekatan Lc = Lpp.
7.7. Tentukan panjang ruang muat sebagai kelipatan jarak gadingTentukan panjang ruang muat sebagai kelipatan jarak gading
( jarak gading ≤ 1000 mm ).( jarak gading ≤ 1000 mm ).
8.8. Jarak gading ruang muat tergantung pada panjang kapal.Jarak gading ruang muat tergantung pada panjang kapal.
Untuk ancar-ancar : BKI – 1989 aUntuk ancar-ancar : BKI – 1989 a00 = L / 500 + 0,480 [m],= L / 500 + 0,480 [m],
51. Contoh menentukan letak sekat kamar mesin
Misalkan L = 100 m, B = 19 m, T = 8,5 m, Jarak gading di ceruk = 600 mm = 0,6 m,
jarak gading di kamar mesin dan ruang muat ao = L/500 + 0,48 = 0,68 m diambil 0,7 m
Lihat gambar
bentuk stern
min. 3 jarak
gading
Letak sekat KM : (17 ~ 20)% Lpp dari AP, antara
17 ~ 20 m , panjang KM dikurangi 5,4 m = antara
(11,6~14,6) m, dibagi 0,7m = (16,5~20,8) jg, misal
diambil 19 jg (13,3 m), maka sekat KM terletak di
gading 28, berjarak 13,3 + 5,4 = 18,7 m dari AP
b = 0,35 T =2,975 m
jadi 5 jg = 3 m
AP
Sekat tabung poros
(sterntube bulkhead)
Sekat kamar mesin
Jarak gading
= 600 mm
Jarak gading di kamar
mesin = 0,7 m
Nomor gading 0 5
4 jg = 2,4 m
9 28
52. Letak sekat tubrukan :
(0,05 – 0,08) Lpp =
antara 5 ~ 8 m dari FP
FP
Sekat tubrukan
(collision bulkhead) Jarak gading
di ceruk =
600 mm
Jarak gading di ruang muat =0,7 m
28
Sekat kamar mesin berjarak 18,7 m dari AP, jadi
berjarak 81,3 m dari FP, berarti sekat tubrukan
berjarak antara 81,3 dikurangi 5 ~ 8 m = 76,3 ~ 73,3 m.
Dibagi jarak gading 0,7 m = 109 ~104,7 jg dari gading
28. Misal diambil 106 jg atau 74,2 m, jadi sekat
tubrukan berada di gading 134 atau berjarak 74,2 m
dari sekat kamar mesin.
Atau berjarak (100 – 74,2 – 18,7) = 7,1 m dari FP
134
Sekat kamar
mesin
Contoh menentukan letak sekat tubrukan
53. Menggambar lengkung bulwark dengan bantuan station bantu
1.Buat lengkung bulwark
pada gambar sheer-plan
2.Tarik garis station
bantu, misal 4 garis, terus
kan ke halfbreadth-plan,
memotong tiap waterlines
3.Buat body-plan dari
station bantu ini dengan
mengukur halfbreadth
pada setiap waterline
4.Tarik garis horisontal
dari tiap tiap perpotongan
station bantu dengan
bulwark di sheer-plan ke
body-plan station bantu
5.Hubungkan tiap titik
potongnya pada body-
plan6.Ukur setengah lebar tiap station bantu dan ukurkan pada halfbreadth-plan,
hubungkan titik-titiknya. Lengkung bulwark pada body-plan dan halfbreadth-plan
selesai.
4 station bantu
54. a
b
c
d
a
b
c
d
x
y
z
xyz
a, b, c dan d = station bantu
Jarak station bantu tidak
selalu sama, pada lengkung
bulwark ekstrem dibuat lebih
rapat.
x. y dan z = setengah lebar
station bantu pada gambar
halfbreadth plan.
Ketinggian station bantu c
dan d hampir sama maka
pada body plan hampir
berimpit
Menggambar lengkung bulwark dengan bantuan station bantu