6. KEHILANGAN/LOSS
Kehilangan adalah suatu keadaan
individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan
7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
8. TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh
orang lain (bisa dirasakan org lain), misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat
berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit
untuk dapat dibuktikan (orang lain tidak
bisa merasakan), misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja/PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
9. Tipe kehilangan yang lain
Fisik (Kehilangan secara fisik)
Misal Kehilangan anggota tubuh
Psikologis
misal : kehilangan rasa nyaman, kehilangan rasa
dicintai disayangi, kehilangan rasa senang
Anticipatory Loss (kehilangan yang bisa dicegah)
Misal hidup di daerah konflik, kehilangan dompet
dll sebenarnya bisa di cegah
10. JENIS KEHILANGAN
Kehilangan seseorang yang dicintai
Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss
of self)
Kehilangan objek eksternal
Kehilangan lingkungan yang sangat
dikenal
Kehilangan kehidupan/meninggal
11. Sumber kehilangan
A. Kehilangan aspek diri (biopsikososial)
- Perubahan citra tubuh kehilangan fungsi tubuh
- Kehilangan ide, perasaan
- Kehilangan peran sosial (pekerjaan, kedudukan)
- Kehilangan seksualitas
B. Kehilangan suatu obyek eksternal
- Kehilangan obyek yang mempunya arti penting
- Uang/harta benda
- Rumah
- Binatang kesayangan
C. Kehilangan dari lingkungan yang telah dikenal
- Tempat, pola, suasana baru
D. Kehilangan sesuatu yang dicintai
- Perpisahan
- Cerai
- Kematian
14. 1. Fase denial (penolakan)
- Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
- Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya
itu terjadi ”.’
- Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah.
2. Fase anger / marah
- Mulai sadar akan kenyataan
- Marah diproyeksikan pada orang lain
- Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal.
- Perilaku agresif (menyerang).
15. 3. Fase bergaining / tawar- menawar.
-Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “
kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya
hati-hati “.
4. Fase depresi
- Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara
atau putus asa.
- Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
- Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
- Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar
saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus
operasi “
16.
17. DEFINISI
Berduka adalah respon emosi yang
diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan
sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
18. Berduka diantisipasi adalah suatu
status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan
yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
19. Berduka disfungsional adalah suatu
status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
kadang-kadang menjurus ke tipikal
abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
20. TEORI PROSES BERDUKA
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai
beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang
yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan
mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa
tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa
istirahat, insomnia dan kelelahan.
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara
nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa.
Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
21. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan
perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan
masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru
dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan
kehilangan seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan
bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah
dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di
masa lalu terhadap almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya.
Kesadaran baru telah berkembang.
22. 2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969)
adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap,
yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan
dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi
kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum
dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin
“bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan
lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah.
Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa
kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
23. c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan
cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan.
Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat
orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak
nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi
ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.
Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila
seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada
hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa. (mis. Yaa Allah maha segalanya semua atas
kehendaNya, Ya akhirnya sy harus menjalani operasi,
dll)
24. 3. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi
3 katagori:
Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak
percaya.
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi
ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan
mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan
dirasakan paling akut.
Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan
kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara
emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan
mereka.
25. PERENCANAAN DAN TINDAKAN
1. Membina dan meningkatkan hubungan saling
percaya dengan cara:
- Mendengarkan pasien bicara
- Memberi dorongan agar pasien mau
mengungkapkan perasaannya
- Menjawab pertanyaan pasien secara langsung,
menunjukkan sikap menerima dan empati
26. 2. Mengenali faktor-faktor yang mungkin menghambat
dengan cara:
- Bersama pasien mendiskusikan hubungan pasien
dengan orang atau objek yang pergi atau hilang
- Menggali pola hubungan pasien dengan orang yang
berarti
27. 3. Mengurangi atau menghilangkan faktor penghambat
dengan cara:
- Bersama pasien mengingat kembali cara mengatasi
perasaan berduka di masa lalu
- Memperkuat dukungan serta kekuatan yang dimiliki
pasien dan keluarga
- Mengenali dan menghargai sosial budaya, agama serta
kepercayaan yang dianut oleh pasien dan keluarga
dalam mengatasi perasaan kehilangan
28. 4. Memberi dukungan terhadap repsons kehilangan
pasien dengan cara:
- Menjelaskan kepada pasien atau keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar menawar, depresi dan
menerima adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
- Memberi gambaran tentang tata cara mengungkapkan
perasaan yang bisa diterima
- Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang
berarti
29. 5. Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota
keluarga dengan cara:
- Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang
berarti
- Mendorong pasien untuk menggali perasaannya
bersama anggota keluarga lainnya
- Menjelaskan manfaat hubungan dengan orang lain
- Mendorong keluarga untuk mengevaluasi perasaan
dan sling mendukung satu sama lain.
30. 6. Menentukan tahap keberadaan pasien dengan cara:
- Mengamati perilaku pasien
- Menggali pikiran dan perasaan pasien yang selalu
timbul dalam dirinya
31. INTERVENSI KHUSUS PER TAHAP
RESPON KEHILANGAN
1. Tahap pengingkaran
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
b. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan
mendorong pasien untuk berbagi rasa
c. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan
pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian
32. 2. Tahap marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan
rasa marah secara verbal tanpa melawan kemarahan
tersebut, dengan cara:
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan
pasien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka
- Membiarkan pasien menangis
- Mendorong pasien untuk membicarakan
kemarahannya
33. 3. Tahap tawar menawar
Membantu pasien menungkapkan rasa bersalah dan
takut dengan cara:
- Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian
- Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut
atau rasa bersalahnya
- Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa
bersalah atau rasa takutnya
34. 4. Tahap depresi
a. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah
dan takut dengan perasaannya
- Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya
membahas perasaannya
- Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri
b. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah
- Menghargai perasaan pasien
- Membantu pasien menemukan dukungan yang
positif
- Memberi kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya
- Bersama pasien membahas pikiran negatif yang
selalu timbul
35. 5. Tahap penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa
dielakkan dengan cara:
- Membantu keluarga mengunjungi pasien secara
teratur
- Membantu keluarga berbagi rasa
- Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati
- Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien
dan keluarga
36. EVALUASI
Kemampuan untuk menghadapi atau memaknai arti
kehilangan
Reaksi terhadap kehilangan
Perubahan perilaku yang menerima arti kehilangan