1. Terdapat beberapa jenis krisis seperti krisis perkembangan, situasional, dan sosial yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda.
2. Individu yang mengalami krisis akan menunjukkan gejala fisik, kognitif, emosional, dan perilaku tertentu seperti gangguan tidur dan konsentrasi.
3. Pasien terminal akan mengalami berbagai tahapan seperti penolakan, kemarahan, depresi, hingga p
Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)Kaze Va
Makalah ini membahas tentang gangguan alam perasaan (mood) yang meliputi pengertian mood, rentang respon emosi normal maupun tidak normal, tipe-tipe gangguan mood seperti depresi dan mania, faktor risiko gangguan mood, serta gejala gangguan mood depresi. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami gangguan mood dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan lanjut usia yang sedang menghadapi ajal. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian kematian, tanda-tanda menjelang kematian, teori-teori kematian menurut beberapa ahli, tahapan kematian, dan asuhan keperawatan yang diberikan.
Mania merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan dan kegiatan motorik yang berlebihan. Dokumen ini membahas tentang diagnosa dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan gangguan mania, termasuk mengidentifikasi faktor risiko, tujuan perawatan, dan rencana tindakan untuk mencegah bunuh diri dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kematian dan kehilangan dalam perspektif keperawatan. Ia menjelaskan konsep dasar seperti tahapan berduka, faktor yang mempengaruhi respon terhadap kehilangan, diagnosa keperawatan yang relevan, serta intervensi dasar untuk membantu pasien menghadapi duka.
1. Terdapat beberapa jenis krisis seperti krisis perkembangan, situasional, dan sosial yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda.
2. Individu yang mengalami krisis akan menunjukkan gejala fisik, kognitif, emosional, dan perilaku tertentu seperti gangguan tidur dan konsentrasi.
3. Pasien terminal akan mengalami berbagai tahapan seperti penolakan, kemarahan, depresi, hingga p
Keperawatan jiwa askep gangguan alam perasaan (mood)Kaze Va
Makalah ini membahas tentang gangguan alam perasaan (mood) yang meliputi pengertian mood, rentang respon emosi normal maupun tidak normal, tipe-tipe gangguan mood seperti depresi dan mania, faktor risiko gangguan mood, serta gejala gangguan mood depresi. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami gangguan mood dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan lanjut usia yang sedang menghadapi ajal. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian kematian, tanda-tanda menjelang kematian, teori-teori kematian menurut beberapa ahli, tahapan kematian, dan asuhan keperawatan yang diberikan.
Mania merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan dan kegiatan motorik yang berlebihan. Dokumen ini membahas tentang diagnosa dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan gangguan mania, termasuk mengidentifikasi faktor risiko, tujuan perawatan, dan rencana tindakan untuk mencegah bunuh diri dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kematian dan kehilangan dalam perspektif keperawatan. Ia menjelaskan konsep dasar seperti tahapan berduka, faktor yang mempengaruhi respon terhadap kehilangan, diagnosa keperawatan yang relevan, serta intervensi dasar untuk membantu pasien menghadapi duka.
Dokumen tersebut membahas pendekatan PERSON dalam mengkaji klien dengan penyakit terminal secara psikososial, mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien, diagnosa keperawatan yang sering muncul, tujuan perawatan untuk membantu klien dan keluarga, serta intervensi dan evaluasi perawatan.
Dokumen tersebut membahas konsep kehilangan dan berduka. Terdapat 5 jenis kehilangan yang dijelaskan yaitu kehilangan objek eksternal, lingkungan, sesuatu/individu berharga, aspek diri, dan hidup. Dokumen juga menjelaskan 5 tahapan respon berduka yakni pengingkaran, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Selanjutnya dijelaskan tindakan yang dapat dilakukan terhad
Dokumen tersebut membahas tentang kehilangan dan berduka. Kehilangan dapat berupa kehilangan aktual, persepsi kehilangan, atau kehilangan yang diantisipasi. Berduka adalah respon terhadap kehilangan yang dapat berlangsung singkat atau maladaptif. Tahapan berduka menurut Kubler-Ross yaitu penolakan, marah, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.
Mata ajarn ini membahas konsep kehilangan dan berduka serta tahapan menjelang ajal. Topik utama mencakup definisi kehilangan dan berbagai jenisnya, dampak berduka pada berbagai kelompok umur, serta pendekatan keperawatan dalam merawat pasien menjelang ajal dan keluarganya.
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAmalia Senja
Berduka merupakan reaksi normal terhadap kehilangan yang memungkinkan individu untuk memecahkan masalah dan menerima kehilangan secara bertahap. Gangguan berduka dapat terjadi akibat kematian orang terdekat secara tiba-tiba dan ditandai dengan kesulitan menjalankan peran sosial dan rasa bersalah yang berlebihan."
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosis depresi. Secara garis besar makalah ini menjelaskan tentang definisi depresi, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya depresi, gejala klinis depresi, kriteria diagnosis depresi berat, pengobatan depresi, pengkajian keperawatan pasien depresi beserta diagnosis dan rencana tindakan keperawatan.
Mahasiswa mampu menerapkan berbagai konsep psikososial dalam praktik keperawatan yang mencakup konsep diri, kesehatan spiritual, seksualitas, stress adaptasi dan konsep kehilangan, kematian dan berduka
Dokumen tersebut membahas tentang intervensi krisis yang bertujuan untuk mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum terjadi krisis dengan memberikan bantuan cepat, mendukung sumber daya yang ada, dan membantu membangun kemampuan penanggulangan masalah. Tahapan intervensi krisis meliputi identifikasi masalah, menjelajahi emosi, merumuskan rencana tindakan, dan menindaklanjuti rencana tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kehilangan, berduka, dan kematian. Secara garis besar, kehilangan adalah kondisi dimana seseorang kehilangan sesuatu yang sebelumnya dimiliki, berduka adalah respon emosi atas kehilangan, dan kematian adalah proses alami yang dihadapi manusia namun dapat menimbulkan trauma.
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematianpjj_kemenkes
Modul ini membahas konsep kehilangan, berduka, sakaratul maut, dan kematian beserta asuhan keperawatan yang dibutuhkan. Topik-topik utama meliputi tahapan melewati masa berduka, tanda-tanda menjelang kematian, dan perubahan pasca kematian."
Dokumen tersebut membahas pendekatan PERSON dalam mengkaji klien dengan penyakit terminal secara psikososial, mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien, diagnosa keperawatan yang sering muncul, tujuan perawatan untuk membantu klien dan keluarga, serta intervensi dan evaluasi perawatan.
Dokumen tersebut membahas konsep kehilangan dan berduka. Terdapat 5 jenis kehilangan yang dijelaskan yaitu kehilangan objek eksternal, lingkungan, sesuatu/individu berharga, aspek diri, dan hidup. Dokumen juga menjelaskan 5 tahapan respon berduka yakni pengingkaran, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Selanjutnya dijelaskan tindakan yang dapat dilakukan terhad
Dokumen tersebut membahas tentang kehilangan dan berduka. Kehilangan dapat berupa kehilangan aktual, persepsi kehilangan, atau kehilangan yang diantisipasi. Berduka adalah respon terhadap kehilangan yang dapat berlangsung singkat atau maladaptif. Tahapan berduka menurut Kubler-Ross yaitu penolakan, marah, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.
Mata ajarn ini membahas konsep kehilangan dan berduka serta tahapan menjelang ajal. Topik utama mencakup definisi kehilangan dan berbagai jenisnya, dampak berduka pada berbagai kelompok umur, serta pendekatan keperawatan dalam merawat pasien menjelang ajal dan keluarganya.
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAmalia Senja
Berduka merupakan reaksi normal terhadap kehilangan yang memungkinkan individu untuk memecahkan masalah dan menerima kehilangan secara bertahap. Gangguan berduka dapat terjadi akibat kematian orang terdekat secara tiba-tiba dan ditandai dengan kesulitan menjalankan peran sosial dan rasa bersalah yang berlebihan."
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosis depresi. Secara garis besar makalah ini menjelaskan tentang definisi depresi, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya depresi, gejala klinis depresi, kriteria diagnosis depresi berat, pengobatan depresi, pengkajian keperawatan pasien depresi beserta diagnosis dan rencana tindakan keperawatan.
Mahasiswa mampu menerapkan berbagai konsep psikososial dalam praktik keperawatan yang mencakup konsep diri, kesehatan spiritual, seksualitas, stress adaptasi dan konsep kehilangan, kematian dan berduka
Dokumen tersebut membahas tentang intervensi krisis yang bertujuan untuk mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum terjadi krisis dengan memberikan bantuan cepat, mendukung sumber daya yang ada, dan membantu membangun kemampuan penanggulangan masalah. Tahapan intervensi krisis meliputi identifikasi masalah, menjelajahi emosi, merumuskan rencana tindakan, dan menindaklanjuti rencana tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kehilangan, berduka, dan kematian. Secara garis besar, kehilangan adalah kondisi dimana seseorang kehilangan sesuatu yang sebelumnya dimiliki, berduka adalah respon emosi atas kehilangan, dan kematian adalah proses alami yang dihadapi manusia namun dapat menimbulkan trauma.
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematianpjj_kemenkes
Modul ini membahas konsep kehilangan, berduka, sakaratul maut, dan kematian beserta asuhan keperawatan yang dibutuhkan. Topik-topik utama meliputi tahapan melewati masa berduka, tanda-tanda menjelang kematian, dan perubahan pasca kematian."
Komunikasi antara perawat atau tenaga kesehatan dengan seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu.
Berduka adalah respon normal terhadap kehilangan yang memungkinkan individu melakukan koping secara bertahap untuk menerima kehilangan. Berduka diwujudkan secara unik pada setiap orang dan dipengaruhi pengalaman pribadi, budaya, dan keyakinan. Teori Engel menjelaskan proses berduka melalui lima fase mulai dari penyangkalan hingga penerimaan.
Dokumen tersebut membahas tentang berduka dan kehilangan. Berduka didefinisikan sebagai respon fisik dan psikologis normal terhadap kehilangan, yang memungkinkan individu memutus ikatan dengan orang/benda yang hilang dan membangun ikatan baru. Proses berduka meliputi beberapa tahapan seperti penyangkalan, marah, depresi, hingga penerimaan. Tujuan perawatan adalah membantu pasien melalui proses berduka secara alami dan
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajalpjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal dan menjelang ajal. Topik yang dibahas meliputi konsep penyakit terminal, kehilangan dan berduka, perawatan klien yang menanti ajal, dan perawatan tubuh klien meninggal. Tujuannya adalah agar mahasiswa memahami konsep dan prinsip asuhan keperawatan untuk klien dalam kondisi tersebut.
Dokumen ini membahas tentang pengertian kehilangan dan berduka serta tahap-tahap reaksi berduka menurut para ahli. Kehilangan didefinisikan sebagai berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, sedangkan berduka adalah respons emosi sedih atas kehilangan. Tahapan reaksi berduka meliputi pengingkaran, marah, tawar menawar, depresi, hingga penerimaan. Dokumen juga menjelaskan diagnosis keperawatan ter
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien terminal yang mencakup empat hal utama: (1) tahap-tahap berduka pasien menjelang ajal, (2) diagnosa keperawatan yang meliputi ansietas, berduka, perubahan proses keluarga, dan risiko distres spiritual, (3) kriteria hasil untuk masing-masing diagnosa, dan (4) intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa untuk membantu pasien dan keluarga menghadapi proses ke
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJALpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal dan menjelang ajal. Terdapat penjelasan mengenai konsep penyakit terminal, jenis penyakit terminal, kehilangan dan berduka, faktor yang mempengaruhi berduka, gejala berduka, pengkajian kehilangan dan berduka. Dokumen ini juga menyoroti pentingnya perawat dalam merawat dan mendukung klien serta keluarganya selama proses ke
Mania merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan dan kegiatan motorik yang berlebihan. Dokumen ini membahas tentang diagnosa dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan gangguan mania, termasuk mengendalikan aktivitas motorik berlebihan dan mendukung ekspresi emosi secara adaptif.
1. Makalah Keperawatan IKD Mengenai KOnsep Berduka dan Kehilangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu yang
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih
banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk
mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang
tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks
kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka
akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
2. kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah kami antara lain:
1. Apakah arti dari kehilangan dan berduka?
2. Apa saja jenis-jenis berduka dan kehilangan?
3. Apa saja dampak dan respon dari berduka dan kehilangan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana berduka dan kehilangan itu
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui arti dari berduka dan kehilangan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis berduka dan kehilangan .
3. Untuk mengetahui dampak dan respon berduka dan kehilangan.
3. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Berduka
2.1.1 Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek
atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.
2.1.2 Jenis Berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menari diri dari aktivitas
untuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses‘melepaskan diri‘ yng muncul sebelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang
akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia sebelum ajalnya tiba
4. 3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan
dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri,
atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
2.1.3 Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
1. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas,
atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
2. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami
putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
3. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
5. 4. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
5. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti ―Tidak, tidak mungkin seperti
itu,‖ atau ―Tidak akan terjadi pada saya!‖ umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin ―bertindak lebih‖ pada setiap orang
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
6. Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan
sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah
pada pengunduran diri atau berputus asa.
8. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada
faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari
kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut
sampai 3-5 tahun.
9. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani
hidup dengan kehidupan mereka.
2.1.4 Respons Berduka
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap
berikut(Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997)
PengingkaranMarahTawar-MenawarDepresiPenerimaan
1. Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya, atau mengingkarikenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi.Reaksi fisik
yang terjadi pada tahap ini adalah letih,lemah,pucat,mual,diare,gangguan pernafasan,detak
7. jantung cepat,menangis,gelisah,dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa.Reaksi ini
dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa tahun.
2.Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.Orang yang mengalami kehilangan juga
tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak
pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak berkompeten. Respon fisik yang sering
terjadi antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan
seterusnya.
3.Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan
terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-
terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah.Individu mungkin berupaya untuk melakukan
tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4.Tahap depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang
bersikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan
bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah
tidur, letih, dan lain-lain.
5.Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau bahkan hilang.
Perhatiannya akan beralih pada objek yg baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara
tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan mempengaruhi kemampuannya dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
2.2 Kehilangan
2.2.1 Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
8. dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi kehilangan Antara lain :
a. Perkembangan
- Anak- anak.
1. Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
2.Belum menghambat perkembangan.
3.Bisa mengalami regresi
- Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup,tujuan hidup,
Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b. Keluarga.
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.
c. Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati
kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.
Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.
d. Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‗barat‘ menganggap kesedihan
adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak
ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.
e. Agama.
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa
9. kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan
kematian.
f. Penyebab Kematian.
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock
dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat
kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
Kebutuhan Keluarga yang Berduka membutuhkan :
1. Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
2. Berpartisipasi.
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf perawatan.
3. Support
a. Dengan support klien bisa melewati kemarahan, kesedihan, denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi.
4. Kebutuhan spiritual.
a. Berdoa sesuai kepercayaan.
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan
2.2.2 Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang
sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.
2.2.3 Jenis-jenis Kehilangan
10. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai ( ACTUAL LOSS )
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah
salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana
harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan
suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi.
Contoh : kehilangan anggota badan , kehilngan suami/ istri , kehilangan pekerjaan.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri ( LOSS OF SELF )
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik
dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang.
Contoh : misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda
yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen.
Contoh : pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
11. 5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan
dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon
berbeda tentang kematian
2.2.4 Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;‖ itu tidak mungkin‖, ― saya tidak percaya itu terjadi ‖.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; ― kenapa harus terjadi pada saya ? ― kalau saja yang sakit bukan saya ― seandainya
saya hati-hati ―.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;‖ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh‖, ― yah, akhirnya saya
harus operasi.
2.2.5 Dampak Kehilangan
12. 1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
2. Pada masa remaja atau dewas muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi
dalam keluarga
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan
13. BAB III
PEMBAHASAN
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
ENGEL (1964) KUBLER-ROSS MARTOCCHIO RANDO (1991)
(1969) (1985)
Shock dan tidak percaya Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
Berkembangnya kesadaran Marah Yearning and
protest
Restitusi Tawar-menawar Anguish, Konfrontasi
disorganization and
despair
Idealization Depresi Identification in
bereavement
Reorganization / the out Penerimaan Reorganization and akomodasi
come restitution
BAB IV
PENUTUP
14. 4.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan
kehilangan kehidupan/meninggal. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka
dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
4.2 Saran
Dari makalah ini kami memberikan saran antara lain:
1. Seseorang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau suatu benda dan
selalu berduka jika mendapat rejeki.
15. 2. Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang, khususnya perawat apabila
pasien mendapat musibah atau meninggal dunia.