SlideShare a Scribd company logo
Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DEPRESI
Kelompok 5
Desty Hestyanna Maini (P200901072 )
Asni Santo
Noviyanti Eka Putri (P200901095)
Ilham Mamala T
Waode Maea
Novi Oktaviani
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2012
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Ada beberapa definisi depresi menurut para ahli, diantaranya :
1. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.
(Hawari, 2001, hal.19)
2. Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah
diri, putus asa, biasanya disertai tanda–tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang
agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetatif seperti insomnia dan anoreksia
(Kaplan Sadock,2003).
3. Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil hati,
perasaan bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs,
2004, hal. 121)
4. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik),
kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of
personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang,
2006).
5. Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu,
yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat
cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak
berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008,
hal.388)
6. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal. 130)
Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam
perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi akibat
kesedihan yang panjang.
Gambar pasien depresi :
B. RENTANG RESPON EMOSIONAL
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima
dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu
dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami
kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses
kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri,
berlangsung tidak lama.
2. Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3
tingkatan yaitu :
a. Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau
menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan.
b. Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang  mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c. Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.
C. KLASIFIKASI
1. Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi social dan rasa
tidak nyaman.
2. Depresi Sedang
a. Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
b. Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi
non verbal meningkat.
c. Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal
meningkat.
d. Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung.
3. Depresi Berat
a. Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang
b. Gangguan proses pikir
c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba – tiba hiperaktif,
kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan
lingkungan.
D. ETIOLOGI
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada
orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan
harapannya.
1) Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak
dapat berfikir sehat atau kejam pada saat – saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar
dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat
kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus – menerus akan
menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
2) Kurang Rasa Harga Diri
Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri,
sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih – lebihkan menjadi estrim, karena harapan –
harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar
khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi
yang dicapainya.
3) Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik
dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.
4) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh individu yang
mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
5) Aktivitas mental yang berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
6) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi
maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)
E. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Genetik
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.
Frekwensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dari dizigote.
2. Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri
sendiri.
Diawali dengan proses kehilangan  terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang 
tidak mampu mengekspresikan kemarahan  marah pada diri sendiri.
3. Teori Kehilangan
Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang tua pada masa
anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak
berdaya mengatasi kehilangan.
4. Teori kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami
depresi atau mania.
5. Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh
penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
6. Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjadi pasif
dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan
ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon
yang adaptif.
7. Model perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement) positif
selama berinteraksi dengan lingkungan.
8. Model Biologis
Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi
katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
b. Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor biologis,
psikologis dan social budaya. Factor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh
obat – obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan
metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta,
seseorang, dan kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi kehilangan peran,
perceraian, kehilangan pekerjaan.
F. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan
dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan
pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari
tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi,
supresi, denial dan disosiasi.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Purwaningsih (2009)
adalah :
Komponen Perilaku
Afektif Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya,
putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak
berharga
Kognitif Ambivalen, bingung, ragu-rgu, Tidak mampu konsentrasi,
Hilang perhatian dan motivasi, Menyalahkan diri sendiri,
Pikiran merusak diri, Rasa tidak menentu dan Pesimis
Fisik Sakit perut, anoreksi, mual, muntah, Gangguan pencernaan,
konstipasi, Lemas, lesu, nyeri, kepala pusing
Insomnia, nyeri dada, over acting, Perubahan berat badan,
gangguan selera makan, Gangguan menstruasi, impotensi
dan Tidak berespon terhadap seksual
Tingkah Laku Agresif, agitasi, tidak toleran, Gangguan tingkat aktifitas,
Kemunduran psikomotor, Menarik diri, isolasi sosial,
Irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), Berkesan
menyedihkan, Kurang spontan dan Gangguan kebersihan
G. DAMPAK DEPRESI
Depresi tidak hanya menyerang psikis seseorang, tetapi juga dapat menimbulkan efek-
efek lain bagi tubuh yang secara langsung dapat mengganggu aktifitas dan kesehatan penderita.
Efek paling berat paling dirasakan pada orang yang mengalami depresi berat, karena pada
tingkatan depresi ini sebagian besar harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa.
Lingkungan rumah sakit maupun efek obat untuk terapi tentu akan berpengaruh secara langsung
terhadap fisik pasien depresi di rumah sakit. Ada berbagai macam dampak depresi dari yang
paling ringan hingga yang sangat berat bahkan menimbulkan kematian. Dampak-dampak
tersebut antara lain :
a. Depresi biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma, jantung koroner, sakit
kepala dan maag
b. Menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice, depesi akan
meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi depresi cenderung
meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol sehingga menurunkan tingkat kekebalan
tubuhnya. Jika sistem kekebalan tubuh menjadi lemah maka penyakit akan mudah untuk
menyerang penderita depresi
c. Penyakit mudah hinggap karena orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu
makan, kebiasaan makannya jadi berubah (terlalu banyak makan atau sulit makan),
kurang berolah raga, mudah lelah dan sulit tidur
d. Selain penurunan daya tahan tubuh, depresi dipandang berbahaya bagi kesehatan psikis
dan fisik karena bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif, emosi dan produktifitas
dalam pekerjaan.
e. Dampak depresi tidak hanya akan mempengaruhi diri sendiri penderita tersebut tapi juga
akan berdampak bagi “lingkungan” sekitarnya. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini
adalah orang lain di sekitar penderita. Seperti halnya jika kita terserang flu, maka seluruh
tubuh kita merasa lemas dan tidak enak . bukan hanya itu, orang lain yang ada disekitar
kita juga berpotensi untuk tertular oleh penyakit flu kita. Menurut miner (1992), seorang
professor dari The State University di New York, di dalam konteks organisasi situasi
demikian dikenal dengan konsep the sick organization. Sebab, seorang karyawan yang
mengalami gangguan emosional seperti hanya depresi, akan membawa implikasi tidak
hanya pada kinerja dan kepuasan kerjanya sendiri melainkan juga pada kinerja dan
atmosphere organisasi
f. Ada pula dimana depresi tidak menyebabkan penyakit, tetapi justru penyakit yang tak
kunjung sembuh yang akhirnya menyebabka depresi sehingga akan memperparah
penyakit tersebut. Contoh kasus adalah depresi yang dialami penderita kanker, asma,
sakit punggung yang biasanya berlangsung bertahun-tahun.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut (Tomb, 2003, hal.61), semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan
beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
1. Terapi Psikologik
a. Psikoterapi suportif
Selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistic. Bantu
pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal – hal yang membuatnya prihatin dan
melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah
memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama
selama periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal tanda –
tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin (mula – mula 1 – 3 kali
per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui
kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan
jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien
dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
b. Terapi Kognitif
Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan. Diyakini oleh
sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan
pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman – pengalaman sukses. Dari perspektif
kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran negative dan
harapan – harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.
c. Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai
malam berikutnya),
Dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik
(berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum
dimengerti dengan baik.
2. Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak membaik
membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap antidepresan), meskipun yang
mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu
antidepresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI
(terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat pertama
tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan
episode manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah,
tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari
episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan,
meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan
obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi
psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin bermanfaat
dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif
pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar.
Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut,
meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama –
sama dan litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi
membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan, litium atau ECT –
antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
b. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut),
c. Pada beberapa depresi psikotik,
d. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.
I. PENCEGAHAN
Depresi memang dapat diobati namun depresi juga dapat dicegah, ingat mencegah lebih
baik daripada mengobati. Berikut adalah cara mencegah depresi :
a. Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan pernah
untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat memperburuk depresi
yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi
b. Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik, hal ini dapat
mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Ingat kita bkan
lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih siap
untuk menghadapinya lagi nanti.
c. Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata “seandainya
saya…” dalam hidup kita
d. Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut membuat
kita lebih jarang melamun
e. Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira karena
hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri
f. Jangan banyak berpengharapan
g. Berpikir positif
h. Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri kita
dari depresi
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara. Sering mengemukakan
keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup,
merasa putus asa dan cenderung ingin bunuh diri.
2. Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar
tidur dan sering menangis. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal. Pada
pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional),
waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap
bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
3. Koping maladaptif
a. DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Adapun masalah keperawatan dari depresi antara lain :
1. Resiko mencederai diri
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
4. Koping individu tak efektif
C. POHON MASALAH DAN ANALISA DATA
1. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri
( Effect )
Gangguan alam perasaan: depresi
( Core problem )
Koping maladaptif
( Causa )
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan alam perasaan : Depresi
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
 Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
 Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
c. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai
bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
d. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
e. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
f. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan :
a. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat
memahami apa yang dirasakan pasien.
b. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
c. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
d. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
e. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat
diterima
f. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
g. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
a. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
b. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai
dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
c. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
d. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
a. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
b. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama).
c. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
a. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
d. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP)
Diagnosa
Keperawatan
Pasien Keluarga
Gangguan alam
perasaan : Depresi
SP 1
a. Identifikasi penyebab
 Siapa yang satu
rumah dengan
pasien ?
 Siapa yang dekat
dengan pasien ?
 Siapa yang tidak
dekat dengan pasien
?
b. Keuntungan dan
kerugian berinterkasi
dengan orang lain
c. Latih berkenalan
d. Masukan jadwal
kegiatan pasien
SP 1
a. Identifikasi masalah
yang di hadapi
keluarga dalam
merawat pasien
b. Penjelasan depresi
c. Cara merawat
depresi
d. Latihan
e. Jadwal keluarga
merawat pasien
SP 2
a. Evaluasi SP 1
b. Latihan berhubungan
SP 2
a. Evaluasi SP 1
b. Latih langsung kep
berinteraksi secara
bertahap (pasien dan
keluarga)
c. Masukan jadwal
kegiatan
pasien
c. Jadwal keluarga
merawat pasien
SP 3
a. Evaluasi SP (1,2)
b. Latih ADL sehari-
hari
c. Masukan jadwal
kegiatan pasien
SP 3
a. Evaluasi SP 1
b. Latih langsung ke
pasien
c. Jadwal keluarga
merawat pasiens
SP 4
a. Evaluasi SP 1,2,3
b. Latih ADL sehari-
hari cara bicara
c. Masukan jadwal
kegiatan
SP 4
a. Evaluasi kemampuan
keluarga
b. Evaluasi kemampuan
pasien
c. Rencana tindak
lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Nanda. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika.
Purwaningsih, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri, Edisi 6. Jakarta : EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
hhtp://www.e-psikologi.com/masalah/index.htm

More Related Content

What's hot

134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
nanang aw aw
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
Masben27
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
Ulfa Pradipta
 
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
Satya Wijaya
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Amalia Senja
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
MeidaElliaPuspita
 
Askep pada gangguan jiwa dewasa
Askep pada gangguan jiwa dewasaAskep pada gangguan jiwa dewasa
Askep pada gangguan jiwa dewasa
Amalia Senja
 
Asuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbdAsuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbd
Iriani Setiawan
 
Hipoglikemi
HipoglikemiHipoglikemi
Hipoglikemi
CinthiaDewi
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
f' yagami
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
pjj_kemenkes
 
Persepsi sensori
Persepsi sensoriPersepsi sensori
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatan
adeputra93
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Amalia Senja
 
DHF
DHFDHF
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
Novita Novita
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakarAsuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Septian Muna Barakati
 

What's hot (20)

134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Askep pada gangguan jiwa dewasa
Askep pada gangguan jiwa dewasaAskep pada gangguan jiwa dewasa
Askep pada gangguan jiwa dewasa
 
Asuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbdAsuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbd
 
Hipoglikemi
HipoglikemiHipoglikemi
Hipoglikemi
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
 
Persepsi sensori
Persepsi sensoriPersepsi sensori
Persepsi sensori
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatan
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
Askep ards
Askep ardsAskep ards
Askep ards
 
Asuhan keperawatan hipotiroid
Asuhan keperawatan hipotiroidAsuhan keperawatan hipotiroid
Asuhan keperawatan hipotiroid
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakarAsuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
 

Viewers also liked

Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
Septian Muna Barakati
 
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwaStrategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwalutfinurariffani
 
Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa
STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro
 
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-bukuAsuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-bukurasya_wirayudha
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 

Viewers also liked (8)

Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNAAskep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
 
Askep depresi kel.6
Askep depresi kel.6Askep depresi kel.6
Askep depresi kel.6
 
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwaStrategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
 
Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa Asuhan keperawatan jiwa
Asuhan keperawatan jiwa
 
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-bukuAsuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 

Similar to Askep depresi AKPER PEMDA MUNA (20)

Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Depresi AKPER PEMKAB MUNA
Depresi AKPER PEMKAB MUNA Depresi AKPER PEMKAB MUNA
Depresi AKPER PEMKAB MUNA
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1
 
Depresi
DepresiDepresi
Depresi
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Gangguan alam perasaan
Gangguan alam perasaanGangguan alam perasaan
Gangguan alam perasaan
 
Reply AKPER PEMKAB MUNA
Reply AKPER PEMKAB MUNA Reply AKPER PEMKAB MUNA
Reply AKPER PEMKAB MUNA
 
Reply
ReplyReply
Reply
 
Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA
Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA
Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA
 
Tugas jiwaku mimi
Tugas jiwaku mimiTugas jiwaku mimi
Tugas jiwaku mimi
 
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
 
Depresi AKPER PEMDA MUNA
Depresi AKPER PEMDA MUNADepresi AKPER PEMDA MUNA
Depresi AKPER PEMDA MUNA
 
Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)
 
Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)
 
Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)
 
Mania
ManiaMania
Mania
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep depresi AKPER PEMDA MUNA

  • 1. Tugas Kelompok Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEPRESI Kelompok 5 Desty Hestyanna Maini (P200901072 ) Asni Santo Noviyanti Eka Putri (P200901095) Ilham Mamala T Waode Maea Novi Oktaviani SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI
  • 2. 2012 KONSEP MEDIS A. DEFINISI Ada beberapa definisi depresi menurut para ahli, diantaranya : 1. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19) 2. Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda–tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetatif seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan Sadock,2003). 3. Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121) 4. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang, 2006). 5. Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388) 6. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal. 130)
  • 3. Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang. Gambar pasien depresi : B. RENTANG RESPON EMOSIONAL Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu: 1. Reaksi Emosi Adaptif Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif : a) Respon emosi yang responsive Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. b) Reaksi kehilangan yang wajar Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama. 2. Reaksi Emosi Maladaptif
  • 4. Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3 tingkatan yaitu : a. Supresi Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan. b. Reaksi kehilangan yang memanjang Supresi memanjang  mengganggu fungsi kehidupan individu Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri. c. Mania/ Depesi Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social. C. KLASIFIKASI 1. Depresi Ringan Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi social dan rasa tidak nyaman. 2. Depresi Sedang a. Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis b. Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat. c. Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat. d. Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung. 3. Depresi Berat a. Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang b. Gangguan proses pikir c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba – tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan. D. ETIOLOGI
  • 5. Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya. 1) Kekecewaan Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat – saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus – menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan. 2) Kurang Rasa Harga Diri Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri, sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih – lebihkan menjadi estrim, karena harapan – harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya. 3) Perbandingan yang tidak adil Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi. 4) Penyakit Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi. 5) Aktivitas mental yang berlebihan Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi. 6) Penolakan Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004) E. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI a. Faktor Predisposisi 1. Faktor Genetik
  • 6. Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekwensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dari dizigote. 2. Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Diawali dengan proses kehilangan  terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang  tidak mampu mengekspresikan kemarahan  marah pada diri sendiri. 3. Teori Kehilangan Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. 4. Teori kepribadian Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania. 5. Teori Kognitif Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan. 6. Teori Belajar Ketidakberdayaan Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif. 7. Model perilaku Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan. 8. Model Biologis Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol. b. Faktor Presipitasi Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor biologis, psikologis dan social budaya. Factor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh
  • 7. obat – obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan. F. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Purwaningsih (2009) adalah : Komponen Perilaku Afektif Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga Kognitif Ambivalen, bingung, ragu-rgu, Tidak mampu konsentrasi, Hilang perhatian dan motivasi, Menyalahkan diri sendiri, Pikiran merusak diri, Rasa tidak menentu dan Pesimis Fisik Sakit perut, anoreksi, mual, muntah, Gangguan pencernaan, konstipasi, Lemas, lesu, nyeri, kepala pusing Insomnia, nyeri dada, over acting, Perubahan berat badan, gangguan selera makan, Gangguan menstruasi, impotensi dan Tidak berespon terhadap seksual Tingkah Laku Agresif, agitasi, tidak toleran, Gangguan tingkat aktifitas, Kemunduran psikomotor, Menarik diri, isolasi sosial, Irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), Berkesan menyedihkan, Kurang spontan dan Gangguan kebersihan
  • 8. G. DAMPAK DEPRESI Depresi tidak hanya menyerang psikis seseorang, tetapi juga dapat menimbulkan efek- efek lain bagi tubuh yang secara langsung dapat mengganggu aktifitas dan kesehatan penderita. Efek paling berat paling dirasakan pada orang yang mengalami depresi berat, karena pada tingkatan depresi ini sebagian besar harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa. Lingkungan rumah sakit maupun efek obat untuk terapi tentu akan berpengaruh secara langsung terhadap fisik pasien depresi di rumah sakit. Ada berbagai macam dampak depresi dari yang paling ringan hingga yang sangat berat bahkan menimbulkan kematian. Dampak-dampak tersebut antara lain : a. Depresi biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma, jantung koroner, sakit kepala dan maag b. Menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice, depesi akan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi depresi cenderung meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol sehingga menurunkan tingkat kekebalan tubuhnya. Jika sistem kekebalan tubuh menjadi lemah maka penyakit akan mudah untuk menyerang penderita depresi c. Penyakit mudah hinggap karena orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu makan, kebiasaan makannya jadi berubah (terlalu banyak makan atau sulit makan), kurang berolah raga, mudah lelah dan sulit tidur d. Selain penurunan daya tahan tubuh, depresi dipandang berbahaya bagi kesehatan psikis dan fisik karena bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif, emosi dan produktifitas dalam pekerjaan. e. Dampak depresi tidak hanya akan mempengaruhi diri sendiri penderita tersebut tapi juga akan berdampak bagi “lingkungan” sekitarnya. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah orang lain di sekitar penderita. Seperti halnya jika kita terserang flu, maka seluruh tubuh kita merasa lemas dan tidak enak . bukan hanya itu, orang lain yang ada disekitar kita juga berpotensi untuk tertular oleh penyakit flu kita. Menurut miner (1992), seorang professor dari The State University di New York, di dalam konteks organisasi situasi demikian dikenal dengan konsep the sick organization. Sebab, seorang karyawan yang mengalami gangguan emosional seperti hanya depresi, akan membawa implikasi tidak
  • 9. hanya pada kinerja dan kepuasan kerjanya sendiri melainkan juga pada kinerja dan atmosphere organisasi f. Ada pula dimana depresi tidak menyebabkan penyakit, tetapi justru penyakit yang tak kunjung sembuh yang akhirnya menyebabka depresi sehingga akan memperparah penyakit tersebut. Contoh kasus adalah depresi yang dialami penderita kanker, asma, sakit punggung yang biasanya berlangsung bertahun-tahun. H. PENATALAKSANAAN Menurut (Tomb, 2003, hal.61), semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya. 1. Terapi Psikologik a. Psikoterapi suportif Selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal – hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin (mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik. b. Terapi Kognitif Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman – pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan – harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.
  • 10. c. Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam berikutnya), Dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik. 2. Terapi Fisik Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan episode manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis unipolar. Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan, litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif. ECT mungkin merupakan terapi terpilih : a. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan, b. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut), c. Pada beberapa depresi psikotik,
  • 11. d. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons. I. PENCEGAHAN Depresi memang dapat diobati namun depresi juga dapat dicegah, ingat mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikut adalah cara mencegah depresi : a. Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan pernah untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat memperburuk depresi yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi b. Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik, hal ini dapat mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Ingat kita bkan lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih siap untuk menghadapinya lagi nanti. c. Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata “seandainya saya…” dalam hidup kita d. Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut membuat kita lebih jarang melamun e. Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri f. Jangan banyak berpengharapan g. Berpikir positif h. Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri kita dari depresi
  • 12. KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Data subyektif: Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara. Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung ingin bunuh diri. 2. Data obyektif: Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret. Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal. Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. 3. Koping maladaptif a. DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan. b. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
  • 13. B. MASALAH KEPERAWATAN Adapun masalah keperawatan dari depresi antara lain : 1. Resiko mencederai diri 2. Harga diri rendah 3. Isolasi sosial 4. Koping individu tak efektif C. POHON MASALAH DAN ANALISA DATA 1. Pohon Masalah Resiko mencederai diri ( Effect ) Gangguan alam perasaan: depresi ( Core problem ) Koping maladaptif ( Causa ) D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • 14. Gangguan alam perasaan : Depresi E. INTERVENSI KEPERAWATAN  Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.  Tujuan khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: a. Perkenalkan diri dengan klien b. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati c. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan. d. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya e. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti f. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain. 2. Klien dapat menggunakan koping adaptif Tindakan : a. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien. b. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan c. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan d. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
  • 15. e. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima f. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih g. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah. 3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri Tindakan: a. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri. b. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci. c. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien. d. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas. 4. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan: a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu. c. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). 5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial Tindakan: a. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut). b. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama). c. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
  • 16. 6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat Tindakan: a. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat). b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan. d. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga Gangguan alam perasaan : Depresi SP 1 a. Identifikasi penyebab  Siapa yang satu rumah dengan pasien ?  Siapa yang dekat dengan pasien ?  Siapa yang tidak dekat dengan pasien ? b. Keuntungan dan kerugian berinterkasi dengan orang lain c. Latih berkenalan d. Masukan jadwal kegiatan pasien SP 1 a. Identifikasi masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat pasien b. Penjelasan depresi c. Cara merawat depresi d. Latihan e. Jadwal keluarga merawat pasien SP 2 a. Evaluasi SP 1 b. Latihan berhubungan SP 2 a. Evaluasi SP 1 b. Latih langsung kep
  • 17. berinteraksi secara bertahap (pasien dan keluarga) c. Masukan jadwal kegiatan pasien c. Jadwal keluarga merawat pasien SP 3 a. Evaluasi SP (1,2) b. Latih ADL sehari- hari c. Masukan jadwal kegiatan pasien SP 3 a. Evaluasi SP 1 b. Latih langsung ke pasien c. Jadwal keluarga merawat pasiens SP 4 a. Evaluasi SP 1,2,3 b. Latih ADL sehari- hari cara bicara c. Masukan jadwal kegiatan SP 4 a. Evaluasi kemampuan keluarga b. Evaluasi kemampuan pasien c. Rencana tindak lanjut
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Nanda. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika. Purwaningsih, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri, Edisi 6. Jakarta : EGC Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC hhtp://www.e-psikologi.com/masalah/index.htm