1. Seorang anak menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh wali kelasnya. Konon, katanya
sang guru sudah kewalahan dengan tingkah laku sang murid yang tidak bias diatur dan selalu
melanggar aturan. Tindak kekrasan pun dinilai sebagai salah satu cara yang bias membuat anak
didiknya berubah. Berhasilkah? Nyatanya, sang guru tersebut malah masuk penjara untuk
mempertanggungjawabkan perbutannya tersebut.
Kasus lain seorang guru tega melakukan tindakan amoral kepada anak didiknya hanya karena
anak didiknya sering terlambat. Padahal guru tersebut dikenal sebgai guru yang sabar dan baik.
Orang tua si anak tidak terima dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwajib dan
guru tersebut masuk penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut.
Kejadian diatas keduanya yang sering kita liat di akhir-akhir ini. Penyiksaan terhadap anak didik
yang dilakukan oleh pihak yang ditinggikan oleh masyarakat dan berpendidikan yaitu guru.
Tindakan guru tersebut jelas melanggar hokum. Seorang guru harusnya mengerti etika
pendidikan. Bagaimana pun juga kekerasan tidak menyelesaikan masalah dan malah
memperkeruh masalah.
Sekarang bukan jamanya lagi “penyiksaan” terhadap anak didik jika mereka tidak nurut terhadap
perintah guru. Guru bukanlah segalanya dan bukan “Tuhan” bagi murid. Bila dulu melakukan
dintakan kekerasan terhadap murid yang tidak mengerjakan PR itu wajar, namun sekarang
berbeda. Sedikit saja guru melukai si murid guru bias di tuntut dan bias juga masuk penjara.
Seorang guru harusnya mengerti tentang