Tinjauan dokumen menggambarkan perjalanan pandangan hidup manusia dari Abad Pertengahan hingga Abad Modern. Pada Abad Pertengahan, agama dan gereja mendominasi dan menekan perkembangan filsafat dan sains. Pada Abad Modern, zaman Renaisans menandai bangkitnya pemikiran individualisme dan pengetahuan antik yang menentang dominasi gereja.
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialismeradenkuning
Filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Dalam Filsafat terdapat beberapa aliran filsafat seperti aliran Empirisme, Rasionalisme dan materialisme.
Sumber :
Seri kajian Filsafat Barat
Epistemologi fundasional
Isu-isu teori pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan dan metodologi
Dr.Akhyar Yusuf Lubis
Bogor : Akademia, 2009
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialismeradenkuning
Filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Dalam Filsafat terdapat beberapa aliran filsafat seperti aliran Empirisme, Rasionalisme dan materialisme.
Sumber :
Seri kajian Filsafat Barat
Epistemologi fundasional
Isu-isu teori pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan dan metodologi
Dr.Akhyar Yusuf Lubis
Bogor : Akademia, 2009
PendekatanFenomenologis
Dosen Pembimbing
Indah Wahyuni
Statistik Pemeluk agama di dunia
Agama agama yang diSAHKAN DI indonesia
ISLAM
CIRI-CIRI PENDEKATAN FENOMENOLOGIS
Epoche
Mengkaji agama dengan sikap empati dan tidak membela agama tertentu.
Taxonomic Scheme Of Religion
Dalam pembahasan tentang keyakinan agama-agama besar di dunia ini bukan pada aspek perbedaan-perbedaan yang ditonjolkan, namun harus sebaliknya, yang selayaknya ditonjolkan adalah aspek persamaan-persamaan yang ada di dalamnya. Kesamaan-kesamaan dari ajaran doktrin, dan keyakinan dari agama-agama inilah yang disebut taxonomic scheme of religion.
sekian &terima kasih
Materi ini menjelaskan mengenai sejarah filsafat yang dimulai dari masa tales dari miletus hingga aristoteles
Sebagai sebuah ilmu, filsafat lahir dari peradaban dan kebudayaan Yunani
PendekatanFenomenologis
Dosen Pembimbing
Indah Wahyuni
Statistik Pemeluk agama di dunia
Agama agama yang diSAHKAN DI indonesia
ISLAM
CIRI-CIRI PENDEKATAN FENOMENOLOGIS
Epoche
Mengkaji agama dengan sikap empati dan tidak membela agama tertentu.
Taxonomic Scheme Of Religion
Dalam pembahasan tentang keyakinan agama-agama besar di dunia ini bukan pada aspek perbedaan-perbedaan yang ditonjolkan, namun harus sebaliknya, yang selayaknya ditonjolkan adalah aspek persamaan-persamaan yang ada di dalamnya. Kesamaan-kesamaan dari ajaran doktrin, dan keyakinan dari agama-agama inilah yang disebut taxonomic scheme of religion.
sekian &terima kasih
Materi ini menjelaskan mengenai sejarah filsafat yang dimulai dari masa tales dari miletus hingga aristoteles
Sebagai sebuah ilmu, filsafat lahir dari peradaban dan kebudayaan Yunani
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
ArsipKuliahTarbiyah.Blogspot.Com
by : Haristian Sahroni Puta
Mahasiswa S1 Pendidikan Agama Islam
STAI Al-Hidayah Bogor
Banyak orangtua yang bingung menghadapi anak-anaknya yang akan menempuh Unas dan setelah lulusnya. Presentasi ini memberi sikap yg bagaimana yg harus dilakukan para orangtua.
Di setiap organisasi, bisnis atau sosial, pasti memiliki program kerja. Namun, seringkali program kerja tsb masih sebatas formalitas semata, tanpa dipahami peranannya dalam sebuah organisasi. Slide ini menguraikan seluk-beluk program kerja.
Presentasi ini menguraikan penghambat utama bagi seorang sales dan kiat-kiat menanganinya.
Presentasi ini banyak mengambil sumber dari buku advanced Selling Strategies, oleh Brian Tracy.
1. MANUSIA DAN ABSURDITAS
A. Pendahuluan
Memahami karya seni lukis hasil karya seorang seniman, bisa dari bermacam-macam sudut
tinjauan. Bisa dari sisi artistik, tehnik, objek, gaya, aliran, maupun pandangan hidup penciptanya. Tulisan ini
akan meninjau karya seni Wahyu Nugroho dari sisi pandangan hidup yang menjadi dasar berkeseniannya.
Alasan dipilihnya tinjauan ini karena Wahyu Nugroho mencoba mengusung pandangan baru dalam
berkesenian, yang dinamainya dengan Plural Art.
Memahami pandangan hidup seseorang akan tidak lengkap jika hanya dilihat dari sisi pandangan
hidup orang tersebut an sich. Karena akan menghasilkan kesimpulan yang parsial. Untuk itu, diperlukan
pembandingan dengan pandangan-pandangan yang telah ada dan situasi kontemporer yang melatari lahirnya
pandangan hidup seseorang. Dengan cara ini, akan bisa diketahui dalam posisi bagaimana pandangan hidup
tersebut lahir dan , yang penting, pandangan yang dimaksud apakah lahir karena sebuah penghayatan
terhadap kehidupan ataukah sekadar asal beda saja.
B. Pertarungan Antara Akal dan Hati
Lahirnya berbagai pandangan hidup yang ada sebagaian besar didorong oleh keinginan manusia
untuk memahami eksistensinya di alam ini. Titik pandang yang digunakan juga bisa berbeda-beda antara satu
dan lainnya. Ada yang menyoroti peranannya dalam kehidupan ini sebagaimana dilakukan oleh filosof-
filosof religius, ada yang menyoal tenatng kemadiriannya seperti dilakukan Karl Jaspers dan Albert Camus,
atau proses perkembangannya seperti dilakukan Charles Darwin maupun Hegel, dan masih banyak lainnya.
Dan jika boleh disimplifikasikan, sejarah pemikiran tersebut selalu diwarnai oleh pertarungan dua
kubu, yakni pertarungan antara akal versus hati ( agama ). Di dalam sejarah filsafat, akal pernah menang,
juga pernah kalah ; hati pun pernah berkuasa, pernah pula kalah. Sesuai dengan tujuan pembahasan di sini,
yakni mencoba menguak pandangan hidup yang didiskursuskan oleh Wahyu Nugroho, maka yang akan
diangkat hanyalah dua masa, yakni abad pertengahan dan abad modern saja. Karena, dua masa ini dianggap
tampak relevan dengan proses kelahiran pandangan hidup yang menjadi pijakan lahirnya Plural Art.
C. ABAD PERTENGAHAN
Salah satu tokoh penting masa ini ialah Plotinus ( 204-270 ). Plotinus merupakan filsuf pertama
yang mengemukakan teori penciptaan, yakni teori emanasi. Teori ini merupakan jawaban atas pertanyaan
Thales delapan abad sebelumnya : “Apa bahan alam semesta ini ?” dan dijawab oleh Plotinus : “Bahannya
ialah Tuhan.” Filsafat Plotinus bersifat mistik. Karena itu, tujuan filsafat, menurutnya, adalah mencapai
pemahaman mistik.
Pada masa ini, kedudukan akal tersubordinasikan di bawah agama, iman, hati. Masa ini bisa
dikatakan merupakan masa balas dendam terhadap dominasi akal yang menguasai Yunani sebelumnya, yakni
pada zaman sofis. Pemikiran Plotinus jelas merupakan cerminan pemasungan akal. Ia mengatakan bahwa
Tuhan bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Rasa inilah yang dituntun oleh Kitab Suci. Karena
itu, rasa merupakan pedoman hidup manusia. Filsafat rasional dan sains dianggap tidak penting.
Pengembangan intelektual adalah tindakan mubazir. Cinta kepada Tuhan merupakan yang terpenting.
Pandangan Plotinus tersebut diperkuat oleh Saint Anselmus. Karakteristi filsafat abad pertengahan
terletak pada rumusan yang diajukan oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam. Artinya, kira-kira, iman
2. lebih dulu, setelah itu mengerti. Misalnya, imanilah dulu bahwa pusat jagad raya ini adalah bumi, setelah itu
susunlah argumen untuk memahaminya. Anggapan yang berkembang saat itu, pemikiran yang dimulai dari
akal akan berakibat pada kemusyrikan. Sebaliknya, jika dimulai dari iman, justru akan mempertebal iman itu
sendiri.
Kalau sebelumnya kaum sofistik beranggapan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak, maka
Augustinus - salah seorang filsof yang juga banyak memberi warna masa tersebut - berpendapat bahwa
kebenaran itu harus mutlak, yaitu kebenaran yang berasal dari ajaran agama. Ia juga berpendapat bahwa
mempelajari hukum alam adalah mubadzir. Keyakinan yang berkembang pada masa ini adalah kebenaran
hanyalah dari Tuhan yang tertulis dalam kitab suci Injil. Bukan dari pemikiran-pemikiran filsafati yang
dikembangkan oleh para filosof.
Augustinus mengatakan “Outside the Church no salvation can be found”. Satu-satunya
penyelamatan adalah melalui gereja, untuk itu dalam segala perilaku dan pemikirannya harus mengikuti
ajaran-ajaran Gereja. Sebaliknya, segala macam perbuatan manusia haruslah untuk Gereja. Bisa dikatakan
bahwa kebudayaan masa ini adalah gereja sentris.
Mulai dari situlah, filsafat sains mengalami kejumudan luar biasa selama lima belas abad pada
periode Abad Pertengahan, kurun waktu yang dikuasai oleh semangat Kristen. Sesungguhnya filsafat credo
ut intelligam tidak akan merugikan filsafat sains andai saja Kitab Suci yang dijadikan landasan memang
Kitab Suci yang berasal dari wahyu ilahi. Karena, wahyu tidak akan berbenturan dengan akal logis.
Kejumudan terjadi manakala wilayah kerja masing-masing tidak jelas. Sains, filsafat, dan iman
merupakan totalitas pengetahuan manusia. Masing-masing memiliki wilayah kerja sendiri-sendiri. Sains
bekerja pada bidang-bidang empiris, filsafat pada objek-objek yang abstrak logis, dan hati ( iman ) berdiri di
daerah supra logis. Ketidak jelasan masing-masing bidang menjadi penyebab terjadinya bentrokan antara
sains, filsafat, dan iman.
Tampaknya, faktor kekurang-jelasan wilayah kerja masing-masing bidang itulah yang menjadi
sebab macetnya perkembangan filsafat sains pada masa itu. Mengapa hal ini terjadi ?
Sebab yang pokok barangkali ialah sifatnya yang terlalu yakin pada penafsiran teks Kitab Suci oleh
para santo. Para santo ini melarang orang berfilsafat. Mereka lupa bahwa pada saat mereka menafsirkan kitab
suci, hakikatnya mereka berfilsafat juga. Karena itu, kebenaran versi mereka ini sifatnya juga relatif, seperti
pemikiran-pemikiran filsafat pada umumnya, bukan kebenaran absolut.
Tapi, para santo ini dengan sangat percaya diri menyatakan bahwa hasil penafsirannya merupakan
pengertian agama yang absolut. Barangkali inilah pangkal musabab terjadinya tekanan-tekanan psikologis
dan fisik terhadap filosof lain yang berbeda pemikiran dengan mereka. Misalnya, Copernicus dan Galileo.
Akibat pikiran kedua filosof tersebut berbeda dengan pemikiran tokoh-tokoh Gereja, maka mereka
mendapatkan hukuman karena dianggap bertentangan dengan Gereja, yang berarti bertentangan dengan
Kitab Suci Padahal, pendapat keduanya bukanlah bertentangan dengan Kitab Suci, melainkan berbeda
dengan pendapat tokoh Gereja yang mengatasnamakan Kitab Suci. Andaikata betul-betul berlawanan dengan
Kitab Suci, maka berarti Kitab Suci itu yang salah karena bukti-bukti menunjukkan bahwa kedua ilmuwan
itulah yang benar.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa segala aktivitas manusia harus berpusat pada Gereja. Karena,
hanya melalui Gereja manusia bisa terselamatkan. Aquinas mengatakan bahwa manusia tidak akan selamat
tanpa perantaraan Gereja. Ini sama benar dengan pendapat Augustinus : outside the Church no salvation can
be found. ( Frederick Mayer, 1950 ). Sayangnya, yang dimaksud Gereja di sini pada kenyataannya adalah
para pendapat-pendapat para Santo, bukan wahyu yang tertuang dalam Kitab Suci.
3. C. Kecenderungan Seni Rupa Pada Abad Pertengahan
Kecenderungan dalam wilayah filsafat pada waktu itu tentu membawa pengaruh pada wilayah hidup
yang lain, termasuk pada seni rupa. Segala aktivitas berkesenian harus berorientasi pada Gereja. Objek
kesenian tidak boleh lepas dari ajaran-ajaran gereja.
Sebetulnya, pada mulanya agama Kristen belum dapat menciptakan bahasa seni sebagai sarana
mengekspresikan perasaan-perasaan religiusitas. Untuk mengekspresikan perasaan ini dipergunakan bahasa
seni Hellenisme. Konon, lukisan-lukisan masa ini ditemukan di dinding-dinding gua tempat menguburkan
mayat. Kuburan-kuburan ini,barangkali akibat pengaruh agama Yahudi disebut katakombe. Orang-orang
Kristen sendiri menyebutnya “coemeteria”. Katakombe ini disebut-sebut sebagai peninggalan seni Kristen
Awal.
Sebagai peninggalan tertua, katakombe banyak menyimpan pusaka-pusaka seni. Di dalam
katakombe sering diketemukan sarcophag-sarcophag yang dihiasi relief-relief yang menggambarkan motif-
motif historis-allegories. Lukisan-lukisan dengan menggunakan tehnik lepa basah yang terdapat di dinding-
dinding gua juga merupakan peninggalan seni yang sangat berharga.
Seperti dikemukakan di atas, bahwa orang-orang Kristen awal tidak memiliki bentuk sendiri dalam
mengekspresikan berkeseniannya. Mereka mempergunakan bentuk-bentuk lama ( Hellenisme ) untuk
menyatakan dorongan-dorongan seninya. Bentuk lama diisi dengan pandangan-pandangan baru, yakni
pandangan agama Kristen. Simbol-simbol khas ciptaan seniman Kristen, antara lain : lambang burung
merpati dengan tangkai zaitun melambangkan kehidupan abadi, simbol jangkar melambangkan harapan, dan
anak domba dimaksudkan untuk melambangkan jiwa Kristen.
Ada juga gambar-gambar yang sifatnya historis-allegoris dan murni historis. Dalam hal thema,
kebenyakan dikutip dari kitab perjanjian lama dan kitab perjanjian baru. Dari kitab perjanjian lama dikutip
misalnya, adegan-adegan yang menggambarkan Nabi Nuh di dalam perahu, Nabi Musa memukul batu
karang dengan tongkatnya sehingga keluar air, Nabi Ibrahim dengan pengorbanannya dan sebagainya. Dari
kitab perjanjian baru dikutip antara lain : pembabtisan Kristus, adegan yang menggambarkan Kristus dan
para Apostyl dan sebagainya. ( I Made Sunu, 1982 ).
Pada masa ini, perasaan religiusitas dirupakan dalam simbol-simbol keagamaan yang relatif
diseragamkan. Misalnya, cerita tentang nabi-nabi atau ritual-ritual keagamaan. Padahal, perasaan religiusitas
itu merupakan sesuatu yang amat kompleks dan kaya. Ia tidak bisa dibatas-batasi seperti itu.
D. Abad Modern
Abad Modern ini diawali sebuah masa yang dinamakan renaissance. Istilah ini berasal dari bahasa
Perancis, re dan nasci. Renasci berarti kelahiran kembali. Istilah ini biasa digunakan untuk menandai periode
kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, lebih-lebih di Itali, abad ke 15 dan 16. Istilah ini mula-mula
digunakan oleh sejarawan Michelet, dan dilanjutkan oleh J. Burckhardt untuk menunjuk peride yang bersifat
individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia manusia, sebagai periode yang dilawankan
dengan periode Abad Pertengahan. ( Runes, 1971 ).
Sebagiamana dikemukakan di atas, abad pertengahan merupakan periode terjadinya hegemoni
agama atas akal. ( hal 102 )