Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang salep mata kloramfenikol, termasuk definisi salep mata, persyaratan untuk salep mata, formulasi salep kloramfenikol, serta bahan-bahan dan uji yang digunakan dalam salep tersebut.
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesMusrin Salila
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan kadar parasetamol dalam sediaan obat. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis dan teori terkait spektroskopi serta struktur kimia parasetamol dijelaskan sebagai dasar untuk menganalisis kadar parasetamol.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang salep mata kloramfenikol, termasuk definisi salep mata, persyaratan untuk salep mata, formulasi salep kloramfenikol, serta bahan-bahan dan uji yang digunakan dalam salep tersebut.
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesMusrin Salila
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan kadar parasetamol dalam sediaan obat. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis dan teori terkait spektroskopi serta struktur kimia parasetamol dijelaskan sebagai dasar untuk menganalisis kadar parasetamol.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang uji toksisitas yang digunakan untuk mengetahui efek berbahaya zat kimia terhadap sistem biologi, termasuk uji toksisitas akut, subkronis, dan kronis.
2. Uji toksisitas akut digunakan untuk mendeteksi efek toksik dalam waktu singkat setelah pemberian zat secara tunggal, sedangkan uji subkronis dan kronis unt
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
The document provides three formulations for calamin lotion. The first contains calamin, zinc oxide, glycerin, bentonite magma, and calcium hydroxide in quantities to make 1000 ml. The second is similar but contains the ingredients in quantities to make 100 ml. The third contains calamin, zinc oxide, bentonite, sodium citrate, liquified phenol, and glycerin in quantities to make 100 ml.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Nesha Mutiara
Dokumen tersebut merangkum tentang pembuatan vial anestesi lokal lidokain yang meliputi formula, cara pembuatan, evaluasi, dan kemasan. Vial lidokain dibuat mengandung 10 mg lidokain HCl per mL dan dimasukkan ke dalam vial 5,3 mL sebanyak 5 buah. Proses pembuatan melalui sterilisasi otoklaf dan uji kualitas untuk memastikan keamanan dan efektivitas produk.
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Pasien mengalami infeksi saluran kemih akibat bakteri E. coli selama 5 hari dengan gejala nyeri perut dan sakit saat buang air kecil. Pemeriksaan urine menunjukkan bakteriuria, urine keruh, dan hasil mikroskopis positif E. coli. Pasien diberi antibiotik ampisilin atau amoxicillin untuk mengobati infeksi tersebut.
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganAnna Lisstya
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar tentang antibiotik, meliputi definisi, penggolongan, dan metode identifikasi antibiotik secara umum dan khusus. Diuraikan pula ciri khas beberapa golongan antibiotik melalui sifat fisik dan reaksi kimia."
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan LD50 supermetrin pada tikus. Tiga ekor tikus diberi supermetrin secara oral dengan tiga dosis berbeda, yaitu 25 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB. Perilaku tikus diamati selama 60 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa dosis 25 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB tidak menyebabkan kematian tikus, sedangkan dosis 400 mg/kgBB menyebabkan ke
Model kompartemen farmokinetik menggambarkan distribusi obat dalam tubuh. Model satu kompartemen mengasumsikan distribusi cepat ke seluruh jaringan, sedangkan model dua kompartemen membedakan kompartemen sentral dan perifer berdasarkan kecepatan perfusi darah. Model intravena dapat satu atau dua kompartemen, sementara model ekstravaskular dapat satu atau dua kompartemen dengan mempertimbangkan fase absorpsi, distribusi,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang uji toksisitas yang digunakan untuk mengetahui efek berbahaya zat kimia terhadap sistem biologi, termasuk uji toksisitas akut, subkronis, dan kronis.
2. Uji toksisitas akut digunakan untuk mendeteksi efek toksik dalam waktu singkat setelah pemberian zat secara tunggal, sedangkan uji subkronis dan kronis unt
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
The document provides three formulations for calamin lotion. The first contains calamin, zinc oxide, glycerin, bentonite magma, and calcium hydroxide in quantities to make 1000 ml. The second is similar but contains the ingredients in quantities to make 100 ml. The third contains calamin, zinc oxide, bentonite, sodium citrate, liquified phenol, and glycerin in quantities to make 100 ml.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Nesha Mutiara
Dokumen tersebut merangkum tentang pembuatan vial anestesi lokal lidokain yang meliputi formula, cara pembuatan, evaluasi, dan kemasan. Vial lidokain dibuat mengandung 10 mg lidokain HCl per mL dan dimasukkan ke dalam vial 5,3 mL sebanyak 5 buah. Proses pembuatan melalui sterilisasi otoklaf dan uji kualitas untuk memastikan keamanan dan efektivitas produk.
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Pasien mengalami infeksi saluran kemih akibat bakteri E. coli selama 5 hari dengan gejala nyeri perut dan sakit saat buang air kecil. Pemeriksaan urine menunjukkan bakteriuria, urine keruh, dan hasil mikroskopis positif E. coli. Pasien diberi antibiotik ampisilin atau amoxicillin untuk mengobati infeksi tersebut.
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganAnna Lisstya
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar tentang antibiotik, meliputi definisi, penggolongan, dan metode identifikasi antibiotik secara umum dan khusus. Diuraikan pula ciri khas beberapa golongan antibiotik melalui sifat fisik dan reaksi kimia."
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan LD50 supermetrin pada tikus. Tiga ekor tikus diberi supermetrin secara oral dengan tiga dosis berbeda, yaitu 25 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB. Perilaku tikus diamati selama 60 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa dosis 25 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB tidak menyebabkan kematian tikus, sedangkan dosis 400 mg/kgBB menyebabkan ke
Model kompartemen farmokinetik menggambarkan distribusi obat dalam tubuh. Model satu kompartemen mengasumsikan distribusi cepat ke seluruh jaringan, sedangkan model dua kompartemen membedakan kompartemen sentral dan perifer berdasarkan kecepatan perfusi darah. Model intravena dapat satu atau dua kompartemen, sementara model ekstravaskular dapat satu atau dua kompartemen dengan mempertimbangkan fase absorpsi, distribusi,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Obat-obat yang bekerja pada saluran pencernaan dibahas, termasuk yang bekerja pada mulut, lambung, dan usus besar. Jenis obat seperti stimulan nafsu makan, antidiare, emetik, dan antasida dijelaskan beserta contoh dan mekanisme kerjanya.
Dokumen tersebut membahas tentang penghambat pompa proton (PPI) dan antihistamin. PPI bekerja dengan menghambat enzim pompa proton pada sel parietal lambung untuk menghambat sekresi asam lambung, sedangkan antihistamin bekerja dengan menghambat reseptor histamin. Dokumen ini juga menjelaskan mekanisme kerja, indikasi, efek samping, dan interaksi obat dari beberapa jenis PPI seperti omeprazol, ranitidin,
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis obat sistem pencernaan seperti obat ulkus dan gastritis, anti spasmodika, obat diare, digestan, dan obat pencahar beserta indikasi, kontraindikasi, dosis, dan efek sampingnya."
Sistem pencernaan dan obat obat sistem pencernaanMina Audina
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pencernaan dan berbagai gangguan yang dapat terjadi pada sistem pencernaan manusia beserta penjelasan mengenai beberapa jenis obat-obatan untuk menangani gangguan tersebut.
Dokumen tersebut merangkum pengertian gangguan sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis, diare, dan konstipasi serta pengobatan menggunakan berbagai jenis obat sistem pencernaan seperti antasida, antidiare, obat konstipasi, dan anti tukak. Dibahas pula mekanisme kerja, indikasi, efek samping dari beberapa obat tersebut seperti vometa yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah.
2. Kelompok IV
♪ Ana Septashary
♪ Dita Apiska
♪ Fety Fathonah
♪ Nadia
♪ Robih Ahdi
“Obat Anti
Diare”
Adsorben
Adstringen
sia
Zat
Penekan
Pristaltik
3. Pengertian
• Anti diare adalah obat-obat yang digunakan
untuk menanggulangi atau mengobati penyakit
diare yang disebabkan oleh bakteri atau kuman,
virus, cacing atau keracunan makanan.
• Gejala diare adalah buang air besar berulang kali
dengan banyak cairan kadang-kadang disertai
mulas (kejang-kejang perut) kadang-kadang
disertai darah atau lendir.
4. • Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap
saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus.
5. Penggolongan
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare
ini dapat berupa:
• Kemoterapi : untuk terapi kausal yaitu
memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan
obat golongan sulfonamida atau antibiotika.
6. • Obstipansia : Untuk terapi simpatomatis dengan
tujuan untuk menghentikan diare,yaitu dengan cara :
• Menekan peristaltik usus, misalnya Loperamid
• Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya
Tannin
• Pemberian absorben untuk menyerap racun yang
dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang
lain misalnya, Carboadsorben, Pectin
• Pemberian mucilago untuk melindungi selaput
lendir usus yang luka
7. • Spasmolitik : Zat yang dapat melemaskan kejang-
kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya
Atropin sulfat.
8. Obstipansia
• Zat penekan peristaltik
obat tersebut digunakan sehingga memberikan lebih
banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh
mukosa usus seperti Derivat Petidin (Difenoksilat
dan Loperamida), Antikolinergik
(Atropine, Ekstrak belladonna)
9. Derivat Petidin
Pethidin (Meperidin =
Dolantin)
• Penyerapan dalam saluran
cerna cukup baik
• 40-50% diikat oleh protein
plasma
• Kadar plasma tertinggi
dicapai dlm 1-2 jam
•Waktu paro plasma 5 jam
• Dosis oral, i.m dan s.c.: 50-
100mg,
dapat diulang setiap 3 -4 jam
10. • Difenoksilat (Lomotil)
Penyerapan obat pd sal
cerna cukup baik
Kdr plasma tertinggi 2
jam stlh pemberian
Waktu paro plasma 2,5
jam
Dosis : 5 mg 4dd
11. • Loperamid (Imodium)
Kadar plasma tertinggi
dalam 4 jam setelah
pemberian oral
Waktu paro 40 jam
Dosis awal oral :
4mg, diikuti dgn dosis
pemeliharaan 2mg, sampai
diare berhenti.
12. • Sintesis dari senyawa turunan opioid dan morfin
adalah dengan pemindahan jembatan eter dan gugus
fungsi pada cicin sikloheksana dan pemanjangan
pada levomethorphan and dextromethorphan.
• Proses pembentukan petidin (meperidin) dimana
struktur morfin berubah menjadi lebih
sederhana, petidin merupakan golongan opiat
sintetis yang digunakan secara luas. Hanya ada
cincin arimatis dan piperidin yang menjadi kerangka
utamanya.
13. Antikolinergik
• Anti Kolinergik (penghambat kolinergik) atau
Parasimpatolitik yakni obat yang digunakan untuk
menghambat timbulnya efek akibat susunan syaraf
parasimpatis dan merupakan antagonis dari obat-
obat parasimpatomimetik.
14. • Atropin
Atropine adalah alkaloid
belladonna yang mempunyai
afinitas kuat terhadap
reseptor muskarinik. Obat ini
bekerja kompetitif antagonis
dengan Ach untuk
menempati kolinoreseptor.
Umumnya massa kerja obat
ini sekitar 4 jam.
16. Tanin
Tanin diketahui
mempunyai beberapa
khasiat, yaitu sebagai
astringen, anti diare, anti
bakteri dan antioksidan.
Tanin bersifat sebagai
astringent, yaitu melapisi
mukosa usus, khususnya
usus besar. Serta sebagai
penyerap racun dan dapat
menggumpalkan protein.
18. Adsorbensia
• Adsorben digunakan sebagai terapi simptomatik pada diare.
Aksi kerja adsorben tidak spesifik. Obat ini mempunyai
kemampuan mengikat dan mengaktivasi toksin bakteri,
mengadsorbsi nutrient, toksin (racun), dan obat-obat
penyebab diare.
• Penggunaan adsorben harus dipisahkan dengan obat oral
lainnya selama 2-3jam.
• Adsorben yang digunakan dalam terapi simptomatik diare
antara lain karbon aktif, attapulgit
19. • Karbon Aktif
Permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat
beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau
yang adakalanya berasal dari makanan.
20. Karbon aktif dibuat di dalam tungku yang terbuat
dari baja tahan karat yang dilengkapi pemanas listrik dan
termokopel, dengan kapasitas 400 gram.
Mula-mula serbuk gergaji sengon dipanaskan
sampai suhu 300oC selama 5 jam, arang serbuk sengon
yang dihasilkan kemudian dipanaskan sampai suhu
mencapai 850oC yang selanjutnya diaktivasi dengan jalan
mengalirkan uap H2O selama 30, 60, 90 dan 120 menit
pada suhu uap 100oC dengan tekanan 0,5 kg/cm2
Tungku dipanaskan dengan jalan mengalirkan arus
listrik, kenaikan suhu diatur dengan cara mengatur
termokopel sampai dicapai suhu yang diinginkan.
21. • Atapulgit
Attapulgit bekerja dengan cara
mengikat bakteri dan toksin
dalam jumlah besar sekaligus
mengurangi pengeluaran air.
Atapulgit mengurangi
pergerakan
usus, memperbaiki
konsistensi tinja yang
terlalu keras atau terlalu
lembek, dan meredakan
kram perut yang berkaitan
dengan diare.
22. • Pectin
Pectin merupakan senyawa polisakarida yang bisa
larut dalam air dan membentuk cairan kental (jelly)
yang disebut mucilage/ mucilagines.
Cairan ini dapat berfungsi sebagai pelindung yang
melapisi dinding lambung dan usus, sehingga akan
terlindungi bila terdapat luka, toksin kuman atau
asam lambung yang berlebih.
Karena termasuk serat larut air, kelebihan pectin
adalah tidak ikut terbuang bersama feces (kotoran)
dan akan tetap berada dalam system pencernaan.