Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
Materi dari Dosen (Pak Uca, Ph.D)
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya aliranpermukaan.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian limpasan, aliranmurni, aliranlangsung
b. Mahasiswa dapat menjelaskan sumber-sumber air yang dapat memberikan masukan kepada aliran sungai
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan faktor-faktor yang mem-pengaruhi limpasan
d. Mahasiswa dapat menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tempat pengukuran tinggi muka air
e. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja alat pengukur presipitasi serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alat.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan cara mengukur kecepatan aliran, luas penampang basah, perimeter basah, dan kemiringan aliran.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian hidrograf
h. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk hidrograf aliran.
Dalam pekerjaan perencanaan suatu bangunan-bangunan irigasi diperlukan bidang-bidang ilmu pengetahuan yang saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang ilmu pengetahuan itu antara lain geologi, hidrologi, hidrolika dan mekanika tanah (Soedibyo, 1993).
Setiap daerah aliran sungai mempunyai sifat-sifat khusus yang berbeda, hal ini memerlukan kecermatan dalam menerapkan suatu teori yang cocok pada daerah pengaliran. Oleh karena itu, sebelum memulai perencanaan konstruksi bangunan-bangunan irigasi, perlu adanya kajian pustaka untuk menentukan spesifikasi-spesifikasi yang akan menjadi acuan dalam perencanaan pekerjaan konstruksi tersebut.
Dalam melakukan analisis hidrologi sering dihadapkan pada kejadian ekstrim seperti banjir dan kekeringan. Banjir mempengaruhi bangunan-bangunan air seperti bendung, tanggul, jembatan, dsb. Bangunan-bangunan tersebut harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit banjir maksimum yang mungkin terjadi (Triadmodjo, 2009). Untuk mengetahui hubungan antara besaran kejadian ekstrem dan frekuensi kemungkinan terjadinya kejadian tersebut, maka diperlukan suatu analisis frekuensi. Dalam makalah ini juga dipaparkan mengenai analisa frekuensi.
Analisis frekuensi merupakan prakiraan (forecasting), dalam arti probabilitas untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rencana yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisis frekuensi ini dilakukan dengan menggunakan sebaran kemungkinan teori probability distribution. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data yang tersedia untuk memperoleh probabilitas besaran debit banjir di masa yang akan datang.
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
Materi dari Dosen (Pak Uca, Ph.D)
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar proses terjadinya aliranpermukaan.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian limpasan, aliranmurni, aliranlangsung
b. Mahasiswa dapat menjelaskan sumber-sumber air yang dapat memberikan masukan kepada aliran sungai
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan faktor-faktor yang mem-pengaruhi limpasan
d. Mahasiswa dapat menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tempat pengukuran tinggi muka air
e. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja alat pengukur presipitasi serta kelebihan dan kekurangan dari setiap alat.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan cara mengukur kecepatan aliran, luas penampang basah, perimeter basah, dan kemiringan aliran.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian hidrograf
h. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk hidrograf aliran.
Dalam pekerjaan perencanaan suatu bangunan-bangunan irigasi diperlukan bidang-bidang ilmu pengetahuan yang saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang ilmu pengetahuan itu antara lain geologi, hidrologi, hidrolika dan mekanika tanah (Soedibyo, 1993).
Setiap daerah aliran sungai mempunyai sifat-sifat khusus yang berbeda, hal ini memerlukan kecermatan dalam menerapkan suatu teori yang cocok pada daerah pengaliran. Oleh karena itu, sebelum memulai perencanaan konstruksi bangunan-bangunan irigasi, perlu adanya kajian pustaka untuk menentukan spesifikasi-spesifikasi yang akan menjadi acuan dalam perencanaan pekerjaan konstruksi tersebut.
Dalam melakukan analisis hidrologi sering dihadapkan pada kejadian ekstrim seperti banjir dan kekeringan. Banjir mempengaruhi bangunan-bangunan air seperti bendung, tanggul, jembatan, dsb. Bangunan-bangunan tersebut harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit banjir maksimum yang mungkin terjadi (Triadmodjo, 2009). Untuk mengetahui hubungan antara besaran kejadian ekstrem dan frekuensi kemungkinan terjadinya kejadian tersebut, maka diperlukan suatu analisis frekuensi. Dalam makalah ini juga dipaparkan mengenai analisa frekuensi.
Analisis frekuensi merupakan prakiraan (forecasting), dalam arti probabilitas untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rencana yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisis frekuensi ini dilakukan dengan menggunakan sebaran kemungkinan teori probability distribution. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data yang tersedia untuk memperoleh probabilitas besaran debit banjir di masa yang akan datang.
Beberapa permasalahan utama di bidang sumber daya air adalah banjir serta kurangnya konservasi, yang mana keduanya memberikan kerugian yang sangat besar bagi kita semua, baik secara materi maupun non-materi. Sebab-sebab serta solusi permasalahan tersebut akan dibahas secara ringkas dalam dokumen ini.
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaDidi Sadili
tambak udang di pantura jawa sudah lama tidak berproduksi yang disebabkan kerusakan lingkungannya. untuk revitalisasinya maka diperlukan penataan kawasan-nya sesuai dengan daya dukung lingkungannya
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Definisi Tekanan Tanah Lateral, Jenis-jenis tekanan tanah lateral, Keadaan tanah Lateral, Teori Rankine, teori Coulomb, Contoh aplikasi desain struktural yang mengalami tekanan tanah lateral (aktif dan pasif)
Beberapa permasalahan utama di bidang sumber daya air adalah banjir serta kurangnya konservasi, yang mana keduanya memberikan kerugian yang sangat besar bagi kita semua, baik secara materi maupun non-materi. Sebab-sebab serta solusi permasalahan tersebut akan dibahas secara ringkas dalam dokumen ini.
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaDidi Sadili
tambak udang di pantura jawa sudah lama tidak berproduksi yang disebabkan kerusakan lingkungannya. untuk revitalisasinya maka diperlukan penataan kawasan-nya sesuai dengan daya dukung lingkungannya
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pola Penanganan Drainase Perkotaan menjelaskan mengenai aspek hukum dan peraturan yang mendasarinya, strategi dan kebijakan penanganan drainase, paradigma baru dalam penanganan drainase, dan berbagai opsi teknologi drainase. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Definisi Tekanan Tanah Lateral, Jenis-jenis tekanan tanah lateral, Keadaan tanah Lateral, Teori Rankine, teori Coulomb, Contoh aplikasi desain struktural yang mengalami tekanan tanah lateral (aktif dan pasif)
Pengertian danau, ekosistem danau, komponen biotik dan abiotik danau, zona daerah danau, simbiosis mutualisme dalam danau, hubungan antar komponen danau.
Kawasan Sempadan Danau beserta pengelolaannya dalam memanfaatkan dan melindungi sumber daya alam serta kegiatan rehabilitasi secara kontinyu untuk menjaga agar fungsi ekologisnya tetap lestari
Global Warming menjadi isu global, sudah saatnya kita selaku insan yang berakal memikirkan hal yang berkaitan dengan konservasi lingkungan layaknya ekodrainase untuk pengelolaan banjir.
ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu masalah yang sering sekali terjadi di sekitar kita, karena semakin padatnya jumlah penduduk dan semakin padatnya pemukiman sehingga menyebabkan lamanya penyerapan air kedalam tanah. Salah satunya seperti banjir yang terjadi di Bandung Selatan. Banjir di Bandung Selatan disebabkan oleh meluapnya debit air Sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat. Sejarah mencatatkan sungai Citarum merupakan sumber penghidupan masyarakat di tanah sunda sejak masa prasejarah. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS di Indonesia yang dikategorikan sebagai DAS super kritis. Meningkatnya kejadian banjir di DAS Citarum banyak disebabkan oleh faktor-faktor non-alami karena ulah manusia. Deforestasi dan perubahan tata guna lahan di lanskap alami-binaan pada musim hujan telah meningkatkan air larian dan laju erosi yang memicu terjadinya banjir. Dampak yang diakibatkan oleh banjir, yaitu timbulnya penyakit-penyakit, melumpuhkan sektor perekonomian, pertanian, perikanan, transportasi, dan kerugian administratif. Banjir dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah seperti kesadaran tiap warga dengan tidak membuang sampah disembarang tempat, rutin membersihkan pintu air, memperdalam dan memperlebar ukuran sungai-sungai besar guna memperlancar aliran air di sungai tersebut, serta giat melakukan sosialisasi tentang sebab-akibat banjir. Cara menanggulangi banjir, yaitu memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya, larangan membuat rumah di dekat sungai, dan menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi.
1. TUGAS UJIAN TUMBUHAN AIR
PENGARUH BLOOMING ALGA BESERTA PENGENDALIANNYA
PADA PERAIRAN WADUK BENANGA DI LEMPAKE-SAMARINDA
Oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
2. TUGAS UJIAN TUMBUHAN AIR
PENGARUH BLOOMING ALGA BESERTA PENGENDALIANNYA
PADA PERAIRAN WADUK BENANGA DI LEMPAKE-SAMARINDA
Oleh :
Nira Ayu Anggida
:
1106035001
Randi Aditya
:
1106035002
Wiyogo Agus Sunarto
:
1106035003
Ichsanul Akbar
:
1106035004
Fudoh Nurhidayah
:
1106035005
Afnawiyah Paysal
:
1106035006
Rika Rozani
:
1106035007
Achmad Yani
:
1106035015
Dwi Andriani Nur
:
1106035009
Miftahul jannah
:
1106035018
M.Irwan Arisandi
:
0906035004
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
3. KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ujian akhir semester V mata kuliah
tumbuhan air dengan judul “Pengaruh Blooming Alga dan Sedimentasi pada
Perairan Waduk Benanga di Lempake-Samarinda”.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan laporan maupun
penulisannya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami
dapat memperbaiki Laporan manajemen Sumberdaya Perairan ini di masa
yang akan datang. Demikian laporan ini kami buat semoga Laporan
Praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda, 01 Januari 2014
Penyusun
Kelompok 1
4. DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ........................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................... v
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat Praktikum........................................ 2
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Waduk Benanga ................................................ 3
B. Pengelolaan Waduk Benanga .......................................... 8
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 10
B. Saran ...................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waduk adalah danau buatan manusia sebagai tempat menampung dan
tangkapan air yang umumnya dibentuk dari sungai atau rawa dengan tujuan
tertentu. Waduk dibangun dengan tujuan multi fungsi yaitu sebagai
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sumber air minum, kegiatan
pertanian, pengendali banjir, sarana olahraga air, budidaya perikanan, dan
untuk pariwisata. Indonesia mempunyai sekitar 800 danau serta 162 waduk
buatan besar dan kecil untuk kepentingan irigasi pertanian, bahan baku air
bersih, dan PLTA. Sekitar 500 danau dan waduk di Indonesia mulai terancam
punah akibat pengelolaan yang tidak optimal, dimulai dari hulu hingga hilir.
Waduk Benanga terletak di Kota Samarinda, selain sebagai bendungan
penampung air Kota Samarinda, waduk ini juga dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar untuk menangkap ikan baik memancing maupun menjala
ada juga budidaya ikan melalui karamba di sekitar waduk benanga tersebut.
Salah satu permasalahan yang dihadapi waduk di Indonesia saat ini
adalah tingginya sedimentasi yang telah menjadi faktor utama penyebab
penurunan daya dukung ekosistem waduk. Tidak terkecuali pada Waduk
Benanga Samarinda.
Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air dengan
nutrien atau unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer
perairan. Nutrient yang dimaksud adalah nitrogen dan fosfor.
6. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danaudanau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya,
kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun.
Seiring berjalannya waktu kondisi waduk benanga telah mengalami
pendangkalan karena terjadinya blooming tumbuhan air yang kian pesat.
Blooming tumbuhan yang kian tidak terkendali ini dapat mengganggu
ekosistem lainnya di waduk tersebut. Dengan kondis waduk Benanga yang
seperti ini perlu adanya tindakan dan perhatia langsung baik dari
pemerintah maupun penduduk setempat. Makalah ini akan membahas
bagaimana upaya pengendalian blooming tumbuhan air di waduk benanga
Samarinda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh laju pertumbuhan air diwaduk benanga.
2. Bagaiman kondisi perairan waduk benanga akibat blooming alga dan
sedimentasi.
3. Bagaimana pengelolaan waduk benanga akibat sedimentasi dan
blooming alga.
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan Manfaat dari penyusunan makalah yang berjudul
“Upaya Pengendalian Blooming Alga di Waduk Benanga Samarinda”
adalah
1) Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang dampak dari blooming
tumbuhan air yang terjadi di Waduk Benanga.
2) Agar Mahasiswa dapat mengambil tindakan dan turut ikut serta
dalam pengendalian Blooming tumbuhan air yang ada di Waduk
Benanga Samarinda.
7. II.
PEMBAHASAN
A. Kondisi Waduk Benanga
Waduk sering disebut danau buatan yang besar. Menurut Komisi DAM
dunia bendungan/waduk besar adalah bila tinggi bendungan lebih dari 15 m.
Sedangkan embung merupakan waduk kecil dan tinggi bendungannya kurang
dari 15 m. Sistem tata air waduk berbeda dengan danau alami. Pada waduk
komponen tata airnya pada umumnya telah direncanakan sedemikian rupa
sehingga volume, kedalaman, luas, presepitasi, debit inflow/outflow dan
waktu tinggal air diketahui dengan pasti.
Pengelolaan sumber daya air di dalam waduk/bendungan tertuang dalam
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang terdiri dari 3 komponen
yaitu konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air. Selain itu
masih ada peraturan lain seperti PP No 51 Tahun 1997 tentang Lingkungan
Hidup, PP No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian pencemaran Air, PP No 32 Tahun 1990 tentang Kawasan
Lindung, serta Keppres No 123 Tahun 2001 tentang koordinasi Pengelolaan
sumber Daya Air pada tingkat propinsi, wilayah sungai, kabupaten dan kota.
Berbagai produk hukum tersebut dapat dijadikan dasar hukum dalam upaya
konservasi air untuk kehidupan. Namun pada kenyataannya konservasi
sumberdaya air masih jauh dari harapan malah semakin rusak baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Permasalahan yang dialami waduk benanga seperti halnya waduk-waduk
lainnya yaitu pendangkalan dan penurunan luasan perairan akibat tingginya
sedimentasi. Peningkatan beban sedimentasi ini diduga disebabkan oleh
peningkatan laju pertumbuhan oleh tumbuhan-tumbuhan air yanga ada di
8. wilayah Waduk Benanga serta erosi akibat aktivitas-aktivitas di daratan.
Jumlah sedimen yang masuk ke waduk yang melebihi daya dukung akan
mengurangi kapasitas volume daya tampung air waduk, dan merusak
kualitas perairan pada akhirnya dapat memperpendek usia fungsional waduk
tersebut. Turunnya volume air waduk menyebabkan waduk tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, baik untuk keperluan irigasi maupun
pembangkit tenaga listrik.
Kondisi Waduk Benanga pada saat sekarang ini sangat jauh berbeda
dengan kondisi waduk sebelumnya. Banyaknya tumbuhan air di sekitar
waduk benanga maupun di kawasan waduk ini dapat berdampak buruk
apabila tidak di lakukan tindak lanjut yang cepat, karena hal ini dapat
berdampak eutrofikasi dan sedimentasi.
Suatu
perairan
dikatakan
blooming
fitoplankton
jika
kelimpahan
fitoplanktonnya mencapai 5 x 106 sel/l (Goldman dan Horne, 1983).
Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan danau/waduk yang
dikenal dengan algal bloom. Hal ini dikenali dengan warna air yang menjadi
kehijauan, berbau tidak sedap dan kekeruhannya menjadi semakin
meningkat serta banyak enceng gondok yang bertebaran di danau/waduk.
Banyak nya eceng gondok terlihat diwaduk benanga, bahkan bau dari waduk
benanga saat ini tidak sedap lagi, tentu hal ini menandakan menurunya
kualitas air waduk benanga.
Adanya eceng gondok yang menutupi badan perairan waduk benanga,
mengakibatkan
menurunnya
penetrasi
cahaya
untuk
fotosintesis
fitoplankton, apabila hal ini terjadi maka organisme di badan air akan
kekurangan oksigen dan hal ini dapat mengakibatkan kematian organisme.
Bakteri pembusuk akan menguraikan organisme yang mati, baik tanaman
maupun hewan yang ada di dasar perairan. Proses pembusukan ini atau
dekomposisi akan banyak menggunakan oksigen terlarut dalam air, sehingga
9. terjadi hypoksia atau kadar oksigen akan menurun secara drastis dan pada
akhirnya kehidupan biologis di perairan danau juga akan sangat berkurang.
Oleh karena itu peningkatan unsur hara yang sangat tinggi yang
mengakibatkan
terjadinya
perubahan
waduk
menjadi
eutrofik
dan
menimbulkan aroma tidak sedap yang akan mengakibatkan dampak negatif
dimana akan terjadi perubahan keseimbangan antara kehidupan tanaman
air dan hewan air yang ada di waduk tersebut.
Kematian ikan dan sisa biomasa organisme yang mengandung unsur hara
fosfor dan nitrogen dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga
dan meningkatkan produktivitas perairan. Sebaliknya, dalam keadaan
berlebihan akan memicu timbulnya blooming algae yang justru merugikan
kehidupan organisme yang ada dalam badan air. Penumpukan bahan nutrien
ini akan menjadi ancaman kehidupan ikan di badan danau pada saat musim
pancaroba. Adanya peningkatan suhu udara, pemanasan sinar matahari, dan
tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya golakan air danau. Hal
ini menyebabkan arus naik dari dasar danau yang mengangkat masa air yang
mengendap. Masa air yang membawa senyawa beracun dari dasar danau
hingga
mengakibatkan
kandungan
oksigen
di
badan
air berkurang.
Rendahnya oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan secara
mendadak. (Anonim, 2010)
Kondisi lingkungan Bendungan Benanga terletak di pemukiman penduduk
yang cukup padat. Biasanya penduduk sekitar memanfaatkan air bendungan
untuk kebutuhan MCK seperti kegiatan mencuci pakaian, dimana kegiatan
tersebut dilakukan dipinggiran waduk dan sisa pencucian berupa air
deterjen langsung dibuang ke badan air permukaan.
Menurut Morse et. al. (1993) sumber fosfor penyebab eutrofikasi 10 %
berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background
source), 7 % dari industri, 11 % dari detergen, 17 % dari pupuk pertanian, 23
10. % dari limbah manusia, dan yang terbesar, 32 %, dari limbah peternakan.
Paparan statistik di atas menunjukkan bagaimana besarnya jumlah populasi
dan beragamnya aktivitas masyarakat modern menjadi penyumbang yang
sangat besar bagi lepasnya fosfor ke lingkungan air.
Akibat eutrofikasi menyebabkan tingginya kandungan nutrient sehinga
fitoplankton juga mempunyai respon yang berbeda terhadap perbandingan
jenis nutrien yang terlarut dalam badan air (Kilham dan. Fenomena ini
menyebabkan komunitas fitoplankton dalam suatu badan air mempunyai
struktur dan dominasi jenis yang berbeda dengan badan air lainnya.
Selain merugikan dan mengancam keberlanjutan fauna akibat dominasi
fito-plankton yang tidak dapat dimakan dan beracun; blooming yang
menghasilkan biomasa (organik) tinggi juga merugikan fauna; karena
fenomena blooming selalu diikuti dengan penurunan oksigen terlarut secara
drastis akibat pe-manfaatan oksigen yang ber lebihan untuk de-komposisi
biomasa (organik) yang mati.
Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol,
menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa
tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan
lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (bluegreen algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko
kesehatan bagi manusia dan hewan. Algal bloom juga menyebabkan
hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga
dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya
(Anonim, 2009).
Kegiatan pembukaan lahan untuk permukiman merupakan sumber
sedimen dan pencemaran perairan waduk. Sedimen merupakan tempat
tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar. Sedimen terdiri dari bahan
11. organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang membusuk kemudian
tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur dan bahan anorganik
yang umumnya berasal dari pelapukan batuan (Sverdrup, 1966).
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan waduk dapat
meningkatkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju
fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menjadi
turun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai
makan (Haryani, 2001).
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran
dan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau
terhenti. Proses ini dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan. Asdak
(2002) menyatakan bahwa sedimen hasil erosi terjadi sebagai akibat proses
pengolahan
tanah
yang
tidak
memenuhi
kaidah-kaidah
konservasi.
Kandungan sedimen pada hampir semua perairan dapat meningkat terus
karena
erosi
dari
tanah
pertanian,
kehutanan,
konstruksi
dan
pertambangan. Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen
yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang dapat
diukur pada periode waktu dan tempat tertentu
Adanya akar-akar dari tumbuhan air yang tumbuh di kawasan waduk
dapat sebagai perangkap sedimen atau bahan pencemar yang selanjutnya
akan jatuh ke dasar periaran. Hal inilah yang menyebabkan sedimentasi
dapat terjadi di perairan. Adapun materi material yang terbawa akan
membentuk suspensi dan ada juga sedimen yang mengendap diwaduk,
pengendapan (sedimentation) bahan bawaan air pada suatu waduk, kolam,
bendungan maupun area lain yang mampu menahan bahan buangan
sehingga membentuk suatu lapisan lunak (rawa) pada suatu area.
Sedimen diwaduk banyak mempengaruhi keadaan waduk, yang bisa
mempengaruhi kuwalitas air, suspensi dari material-material yang dibawa
12. oleh runoff / akibat turunnya hujan dan sedimen yang sudah ada
mengakibatkan kekseruhan yang bisa mengakibatkan dampak buruk bagi
biota-biota
yang
memperlukan
kecerahan
dalam
menjalankan
kehidupannya, dan jika sedimen terlalu menumpuk pada waduk akan
mengakibatkan kebanjiran yang parah pada daerah yang lain, hal ini
disebabkan lambatnya aliran yang mengakibatkan waduk meluap pada
daerah yang ada disekitarnya
Gambar 1. Kondisi Waduk Benanga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfometrik luas waduk
mengalami perubahan secara mendasar yaitu terjadinya penyempitan
daerah genangan air (3,35 % dari luas total 387,10 ha), pendangkalan (1 – 2
m), dan meningkatnya tutupan gulma air (96,65 % dari luas total 387,10 ha).
Karakteristik fisika-kimia air melebihi baku mutu, dimana bahan pencemar
13. H2S, NH3-N, COD tinggi dan DO rendah. Sedangkan karateristik biologi
perairan dari plankton dan benthos tergolong rendah. Golongan nekton
didominasi oleh ibas testunideuskan rawa jenis labirin, seperti Betok
(Anabas testunideus).
B. Pengelolaan Waduk Benanga
Dalam pengelolaan waduk agar tetap lestari sebaiknya melibatkan multi
stakeholder, yaitu:
1. pelaku usaha, baik yang bergerak di dalam kawasan maupun di luar
kawasan waduk;
2. pemerintah, yakni Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perikanan;
3. perguruan tinggi;
4. lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat umum. Faktor lain yang
sangat menentukan keberhasilan dalam pengelolaan waduk, seperti
kualitas sumberdaya manusia, organisasi, kelembagaan, regulasi, dan
infrastruktur.
Pengelolaan waduk merupakan suatu kegiatan yang penting, kompleks
dan dinamis. Penting karena waduk memiliki fungsi ekologi, ekonomi,
sosial. dan budaya, menjadi kompleks karena melibatkan multi stakeholder
dengan karakteristik yang berbeda, dan dinamis karena tingkat pencemaran
dan sedimentasi selalu berubah seiring dengan perubahan waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa penanganan masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengelolaan waduk harus dilakukan secara integratif–holistik dengan
pendekatan
kesisteman,
bukan
secara
parsial–sektoral.
Pendekatan
kesisteman ini didasarkan pada sybernetic, holistic, and effectiveness
(SHE) dengan melibatkan seluruh stakeholder.
14. Salah
satu
pendekatan
kesisteman
yang
memungkinkan
teridentifikasinya seluruh variabel terkait, dan memudahkan untuk
mengetahui pola perkembangan ke depan seiring dengan perubahan waktu
adalah dengan sistem model dinamik. Pendekatan ini akan memudahkan
bagi pengambil kebijakan dalam pengelolaan waduk untuk menyiapkan
langkah–langkah strategis dalam menghadapi setiap perubahan yang akan
terjadi ke depan. Selanjutnya pendekatan ini juga dapat mengidentifikasi
faktor pengungkit dalam pengelolaan waduk, sehingga kebijakan strategis
yang akan diambil menjadi lebih efektif. Pendekatan sistem dinamik
merupakan bagian dari pendekatan kesisteman yang dapat menjadi salah
satu alternatif pendekatan dalam pengelolaan waduk karena pendekatan
sistem dinamik ini dapat menyederhanakan struktur sistem yang kompleks
dan rumit (Muhammadi et al. 2001).
Secara garis besar pengembangan sistem model dinamik meliputi 3
tahap, yaitu:
(a) cognitive map,
(b) construction model,
(c) simulation and policy analysis.
Cognitif map merupakan langkah pengenalan masalah secara mendasar,
dilakukan melalui studi literatur, wawancara pakar, dan diskusi dengan
stakeholder melalui diskusi kelompok terfokus (focus group discussion:
FGD). FGD merupakan forum diskusi stakeholder untuk mengidentifikasi
seluruh variabel, masalah, kendala, dan kebutuhannya dalam pengelolaan
waduk. Hasil dari FGD kemudian dibuat kedalam system conceptualization
dalam
bentuk
diagram
sebab
akibat
(causal
loop
diagram)
yang
menggambarkan hubungan sebab akibat dan feed back-nya satu variabel
terhadap lainnya, sehingga memudahkan pengendalian sesuai dengan yang
diinginkan.
15. Construction model merupakan tahap pengembangan model yang
didasarkan pada causal loop diagram. Pengembangan model menggunakan
software tool Powersim. Sebagai langkah akhir dari pengembangan model
dinamis adalah simulasi dan analisis kebijakan. Analisis kebijakan ini
dilakukan terhadap hasil simulasi model berdasarkan skenario yang
dikembangkan. Selanjutnya hasil analisis kebijakan akan menjadi bahan
rekomendasi kebijakan dalam pengelolaan waduk secara berkelanjutan.
III.
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
Waduk adalah danau buatan manusia sebagai tempat menampung dan
tangkapan air yang umumnya dibentuk dari sungai atau rawa dengan tujuan
tertentu. Banyak nya eceng gondok terlihat diwaduk benanga, bahkan bau
dari waduk benanga saat ini tidak sedap lagi, tentu hal ini menandakan
menurunya kualitas air waduk benanga dan berdampak negative yang
mengakibatkan perubahan keseimbangan antara kehidupan tanaman air dan
hewan air yang ada di waduk tersebut.
b. Saran
Mahasiswa diharapkan bisa memahami arti pentingnya waduk dan
berusaha ikut serta dalam menjaga kelestarian waduk setelah membuat
makalah ini.