2. Nyeri kepala
rasa nyeri atau rasa tidak enak pada bagian atas kepala dari daerah
orbita sampai ke daerah oksiput
3. Daerah sensitif nyeri kepala
A. Intra Cranial
1. Sinus Venosus, vena aff.
2. Arteri dari duramater (A. Meningea media)
3. A. di basis Cranii (mbent. Sirc. Willisii)
4. Duramater dekat p.d. besar fossa Cran, ant, post. dan meningen.
B. Extracranial
1. Kulit, scalp, otot, fascia, tendon kep. Dan leher.
2. Mukosa sin. Paranasal + cav. Nasi.
3. Gigi.
4. Telinga luar dan tengah.
5. Tulang tengkorak t’ut dan supraorbita, temporal, occipital bawah, rg.
Orbita dan isinya.
6. A. extracranial.
C. Saraf
1. Trigeminus, fasialis, glossoph, vagus.
2. N. Cervical 1,2,3.
4. Klasifikasi IHS 1988
A. Primary Headache
1. Migraine
2. Tension Type Headache
3. Cluster headache and other trigeminal-
autonomik cephalgia
4. Other primary head ache
B. Secondary Headache
5. Headache associated with head/neck
trauma
6. Headache associated with cranial
and/or cervical vascular disorder
7. Headache associated to non vascular
intracranial disorder
8. Headache associated with substance or
their withdrawal
9. Headache associated with infection
10. Headache associated with disorder of
homeostasis.
11. Headache or facial pain associated with
disorder of cranium, neck, eyes, ears,
nose, sinuses, teeth, mouth, or other
facial or cranial strukture
12. Head ache attribute to psychiatric disorder
13. Cranial neuralgia and central causes of
pain.
14. headache not classifiable
4
5. Migrain
Migrain adalah nyeri kepala yang heterogen dengan nyeri hebat dan
durasi lama dibandingkan dengan nyeri kepala lain.
Epidimiologi
- diderita oleh 18,2% wanita dan 6,5% laki-laki
- Terbanyak pada usia 8-40 th.
Etiologi
• Hormonal : Menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, hormonal replacemen
• Diet : Alkohol, monosodium glutamat (MSG), aspartame, coklat, keju
• Fisik/lingkungan: Flashing light, stimulasi visual, fluorecent, lighting,
perubahan cuaca, ketinggian
5
7. patogenesis migrain
1. Hipereksitabilitas neuronal saat fase inter-iktal
dan fase pre headache
2. Cortical spreading depression (CSD) sebagai dasar
timbulnya aura
3. Aktivasi perifer n. Trigeminal
4. Aktivasi sentral n. Trigeminal
5. Lesi kerusakan progresif periaquaductal gray
matter (PAG)
6. Dasar genetik
7
8. Migrain tanpa aura
Kriteria diagnosis
A. Terdapat min 5 serangan dg gex B-D
B. Nyeri kepala antara 4-72 jam
C. Nyeri kepala dengan karakterisik, sbb:
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas moderate s.d berat
4. Diperberat dengan berjalan dan naik tangga, atau aktifitas lain yang
sejenis
D. Pada saat nyeri kepala , ada salah satu gx:
1. Mual atau muntah
2. Photofobia atau fonofobia
E. Tidak ada tanda penyakit organik
8
9. Migrain dengan Aura
Kriteria diagnosa :
A. Minimal 2 serangan dengan gejala pd B
B. Terdapat 3 dari 4 karakteristik
1. Adanya gejala aura yang menunjukkan fokus di corteks atau
batang otak.
2. Gejala aura terjadi dalam min 4 menit atau terdapat 2 atau
lebih gejala yang muncul bersamaan
3. Gejala aura tidak lebih dari 60 menit
4. Nyeri kepala yang menyertai aura disertai hilangnya gejala
min 60 menit
9
10. TERAPI MIGREN
A. menghindari pencetus nyeri
B. Terapi abortif
- abortif non spesifik: serangan ringan sampai sedang atau serangan berat
atau berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai: analgetik
OTCs (Over The Counters), NSAID (oral)
- Abortif spesifik : bila tidak respon terhadap analgetik/NSAIDs, dipakai
obat spesifik seperti; triptans (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan,
zolmitriptan), Dihydroergotamin (DHE), obat golongan ergotamin
10
11. C. Terapi Preventif
Terapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau
tidak.
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek
(subakut) atau jangka panjang (kronik),
Terapi terapi episodik diberikan apabila faktor pencetus nyeri kepala
dikenal dengan baik sehingga dapat diberikan analgetik sebelumnya.
Terapi preventif jangka pendek berguna apabila pasien akan terkena faktor
risiko yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu seperti pada migren
menstrual.
Terapi preventif kronik akan diberikan dalam beberapa bulan bahkan
tahun tergantung respon pasien. Biasanya diambil patokan dua sampai
tiga bulan.
11
12. Tension type headache (TTH)
• Nyeri kepala yang sering dijumpai dalam dunia kedokteran
• Lebih dari 90% populasi pernah mengalami nyeri kepala
• TTH dikenal dengan nama-nama: muscle contraction headache,
psychomyogenic dan psychogenic headache
Epidemiologi
• Prevalensi TTH adalah berkisar antara30-80%
• Nyeri kepala tipe tegang episodik adalah 63% dari populasi (56% laki-laki
dan 71% wanita)
• Prevalensi TTH kronik adalah 3% (2% laki-laki dan 5% wanita)
• Prevalensi TTH akan menurun dengan meningkatnya umur
12
13. Etiologi
1. Disfungsi oromandibular
2. Stress psikologik
3. Anxietas
4. Depresi
5. Nyeri kepala sebagai delusi
6. Stress otot
7. Kelebihan minum obat pereda nyeri kepala tipe tegang.
Patofisiologi
• Kontraksi otot
• Teori vaskuler
• Teori humoral
13
14. Diagnosis
TTH yang Infrequent
• Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit
sampai beberapa hari.
• Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan
sampai sedang
• Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik rutin, tidak didapatkan mual
tapi bisaada fotofobia atau fonofobia.
Penatalaksanaan umum :
1. Life style yang baik dan teratur
2. Hindari faktor pencetus
3. Olah raga
4. Pengobatan medikamentosa dengan interaksi yang positif antar dokter
dan penderita
14
16. Cluster Headache
Sifat serangan :
Berulang, unilateral, lokasi orbital, supraorbital. Temporal
lama serangan 15 – 180 mnt ( bila tdk terapi )
Bila serangan diikuti salah satu :
unilateral conjuntival injection, lacrimasi, atau keduanya
ipsilateral hidung buntu, pilek, atau keduanya
oedema palpebra
ipsilateral, berkeringat pada dahi-muka
ipsilateral, myosis – ptosis, atau keduanya
resslessness
serangan pd malam hari, sifat seperti diiris
16
17. - Serangan 1 – 8 x / hari
- Prevalensi : 15 kasus / 100.000 penduduk
laki-laki : wanita = 5 : 1
- Patogenesis
adanya peningkatan aktivasi dr posterior
hipotalamus (dilihat dg (Positron
Emission Tomography (PET)
17
18. Kriteria diagnosa
A. 5 serangan dengan sifat B-D
B. Nyeri kepala berat pada orbita, supra orbita atau temporal selama 15-
180 menit
C. Pada daerah nyeri tdpt:
1. Conjunctival injection
2. Lacrimasi
3. Hidung buntu
4. Rhinorhea
5. Keringat pada wajah
6. Miosis
7. Ptosis
8. Edema palpebra
A. Frekwensi serangan 1-8 kali/hari
B. Tidak terdapat sebab organik
18
19. Faktor pencetus nyeri kepala klaster
• Vasodilator (nitrogliserin, histamin)
• Menghirup asap
• Stres
• Panas
• Perubahan cuaca
• Terlambat makan
• Tidur hingga siang
• Pernah trauma kepala atau operasi kepala
19
21. Terapi saat serangan
1. Oksigen 6-8 l/men
2. Preparasi oral tidak efektif
3. Dehidroergotamin 0,5-1,5 mg IV, IM atau SC diulang tiap jam
4. Sumaptriptan 6 mg SC
5. Corticosteroid/methyl prednisolon 80 mg
6. Verapamil 80 mg p.o
7. Lithium carbonat 300 mg PO
8. Divalproex sodium SR mulai 250 mg q8H
9. Bila gagal tx ~ status migrain
21