SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
BAB 1 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Walaupun prevelensi vaskulitis belum banyak dilaporkan,tetapi penyakit ini dapat di 
jumpai seiring dengan kemajuan pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan imunologi 
lainnya.Vaskulitis baru di curigai bila di jumpai gejala yang tidak dapat diterangkan dengan 
keadaan iskemia pada kelompok usia muda dan ditemukan kelainan berbagai orga,neuritis atau 
adanya kelainan pada kulit.Berbagai ahli mengemukakan kriteria diagnostik vaskulitis agar 
penyakit tersebut mudah diketahui supaya pengobatan dapat diakukan lebih dinin.Arti kata 
vaskulitis sendiri adalah suatu proses inflamasi pembuluh darah.Disebut vaskulitis primer bila 
kumpulan gejala (sindrom) yang ditemukan tidak diketahui penyebabnya dan ini merupakan 
kelompok terbanyak ,sedang vaskulitis sekunder penyebab dapat diketahui,misal oleh karena 
infeksi,virus,tumor,penyakit kolagen dan kerusakan pembuluh darah akibat obat,bahan kimia 
atau radiasi. 
Umumnya pembagian klinis vaskulitis primer didasarkan ukuran pembuluh darah,dan 
pembagian ini telah diterima oleh banyak klinisi.Masalah yang muncul untuk kepastian 
diagnosis dapat diatasi dengan diterimanya konsensus Chapell Hill tahun 1994.Kehadiran 
konsensus ini membuka peluang bila menemukan masalah diagnostic ,karena pembagian 
tersebut lebih lengkap.Penyakit Kawasaki ,poliarteritis mikroskopik (poliangiitis 
mokroskopik)dan vaskulitis esensial krioglobulinemia dimasukkan dalam konsensus tersebut,dan 
tidak ada pada kriteria American College of Rheumatology (ARA)tahun 1990.Walaupun 
demikian,criteria ARA masih dapat dipergunakan dalam upaya pendekatan diagnostic oleh 
karena criteria tersebut berdasarkan pada gejala klinis,pemeriksaan jasmani,pemeriksaan 
laboratorium,pemeriksaan penunjang (angiogram).biopsi jaringan,pengobatan,dan hasil 
pengobatan bahkan pemerisaan autopsy .Kriteria ARA 1990 hanya membahas 7(tujuh) penyakit, 
yaitu poliarteritis nodosa,sindrom Chung-Strauss, granulomatosa Wagener, vaskulitis 
hipersensitif,purpura Henoch-Schonlein,arteritis temporal,dan penyakit Takayasu. 
Dengan diterimanya kedua consensus tersebut terbuka peluan bagi klinisi untuk 
mendiagnosis vaskulitis sebaik mungkin sesuai dengan sarana yang ada. 
1.2 Rumusan Masalah 
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi pembuluh darah ? 
1.2.2 Apa definisi dari vaskulitis ? 
1.2.3 Apa etiologi dari vaskulitis ? 
1.2.4 Apa saja klasifikasi dari vaskulitis ? 
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari vaskulitis ? 
1.2.6 Apa saja manifestasi klinis dari vaskulitis ? 
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang dari vaskulitis ? 
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan medis dari vaskulitis ? 
1.2.9 Bagaimana prognosis dari vaskulitis ? 
1.2.10 Apa saja komplikasi dari vaskulitis ? 
1.2.11 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien vaskulitis ? 
1.3 Tujuan 
1.3.1 Tujuan Umum 
Agar mengetahui dan memahami tentang penyakit vaskulitis 
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui tentang anatomi fisiologi dari vaskulitis 
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi dari vaskulitis 
1.3.2.3 Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi dari vaskulitis 
1.3.2.4 Mahasiswa dapat mengetahui tentang klasifikasi dari vaskulitis 
1.3.2.5 Mahasiswa dapat mengetahui tentang patofisiologi dari vaskulitis 
1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestasi klinis dari vaskulitis 
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dari vaskulitis 
1.3.2.8 Mahasiswa dapat mengetahui tentang penatalaksanaan medis dari vaskulitis 
1.3.2.9 Mahasiswa dapat mengetahui tentang prognosis dari vaskulitis 
1.3.2.10 Mahasiswa dapat mengetahui tentang komplikasi dari vaskulitis 
1.3.2.11 Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien vaskulitis 
1.4 Manfaat 
1.4.1 Manfaat Teoritis 
Agar memahami tentang penyakit vaskulitis 
1.4.2 Manfaat Praktis 
Agar mengetahui penatalaksanaan dalam penanganan pada pasien vaskulitis serta melakukan 
asuhan keperawatan dengan benar kepada pasien veskulitis. 
BAB 2 
PEMBAHASAN 
2.1 Anatomi Fisiologi Vaskuler 
Tinjauan Fisiologi 
Perfusi yang adekuat menghasilkan oksigenasi dan nutrisi terhadap jaringan tubuh dan 
sebagian bergantung pada sistem kardiovaskuler yang berfungsi baik. Aliran darah yang 
memadai bergantung pada kerja pemompaan jantung yang efisien. Pembuluh darah yang paten 
dan respon, serta volume sirkulasi darah yang cukup. Aktifitas sistem saraf, kekentaalan darah, 
dan kebutuhan metabolisme jaringan, menentukan kecepatan aliran darah mempengaruhi juga 
aliran darah yang adekuat. Sistem vaskuler terdiri 2 sistem yang saling bergantung : Jantung
kanan memompa darah ke paru melalui sirkulasi paru dan jantung kiri memompa darah ke semua 
jaringan tubuh melalui sirkulasi sistemik. Pembuluh darah kedua sistem merupakan saluran 
pengangkutan darah dari jantung ke jaringan dan kembali ke jantung. Kontraksi ventrikel 
menyuplai tenaga dorong untuk mengalirkan darah melalui sistem vaskuler. Arteri 
mendistribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan, sementara vena 
mengangkut darah yang terdioksigenasi dari jaringan ke sisi kanan jantung. Pembuluh kapiler 
yang terletak diantara jaringan menghubungkan sistem arteri dan vena dan merupakan tempat 
pertukaran nutrisi dan sisa metabilisme antara sistem sirkulasi dan jaringan. Arteriol dan venula 
yang terletak disebelah kapiler, bersama dengan kapiler, menyusun sirkulasi mikro. Sistem limfa 
melengkapi sistem sirkulasi. Pembuluh limfa mengangkut limfa (cairan serupa plasma) dan 
cairan jaringan . ( Brunner & Suddarth, 2006) 
Anatomi system vaskuler 
Arteri dan arteriol. Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah 
dari jantung ke jaringan. Aorta,yang diameternya sekitar 25mm (1 inci) memiliki banyak sekali 
cabang, yang pada gilirannya terbagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil, arteri dan arteriol, 
yang berukuran 4 ( 0,16) saat mereka mencapai jaringan. Di dalam jaringan, pembuluh darah 
terbagi lebih lanjut, mencapai diameter yang lebih kecil, kira-kira 30 um, pembuluh ini 
dinamakan arteriole. 
Dinamakan arteri dan arteriola tersusun atas tiga lapisan; lapisan dalam sel endotel 
yangdisebut intima; lapisan tengah jaringan elastic halus disebut media dan lapisan luar jaringan 
ikat yang disebut adventisia. Intima, merupakan lapisan yang sangat tipis, merupakan 
permukaan halus yang berhubungan langsung dengan darah yang mengalir. 
Lapisan media merupakan bagian terbesar dinding pembulubh di aorta dan arteri besar 
lainnya dalam tubuh, lapisan ini terutama tersusun atas serabut jaringan elastic dan jaringan ikat 
yang memberi kekuatan pada pembuluh darah dan memungkinkannya berkontriksi dan dilatasi 
untuk mengakomodasi darah yang diinjeksikan dari jantung (volume sekuncup) dan menjaga 
aliran darah agar teratur dan tetap. Lapisan adventisia adalah lapisan jaringan ikat yang 
mengikat pembuluh darah dari jaringan sekitarnya. Kandungan jaringan elastic pada arteri yang 
kecil dan arteriola jauh lebih sedikit, dan lapisan media pada pembuluh darah ini tersusun 
terutama oleh otot polos. ( Brunner & Suddarth, 2006) 
Otot polos mengontrol diameter dengan cara berkontriksi dan berelaksasi. Faktor kimia, 
hormone dan system saraf mempengaruhi aktifitas otot polos. Karena arteriola dapat berubah 
diameternya, maka mereka dapat memberikan tehanan terhadap aliran darah, dan sering 
dianggap sebagai pembuluh penahan. Arteriola mengatur volume dan tekanan dalam system 
arteri dan kecepatan darah ke kapiler. 
Karena banyaknya otot, maka dinding arteri relatif tebal, terhitung sekitar 25% total 
diameter arteri. Dinding merupakan sekitar 67 % total diameter arteriola. 
Lapisan intima dan sepertiga tengah lapisan otot polos berhubungan sangat erat dengan 
darah sehingga pembuluh darah menerima nutrisi melalui difusi langsung. Adventisia dan 
lapisan media di sebelah luar mempunyai system vaskuler yang relative sedikit untuk nutrisi dan 
memerlukan suplai darah tersendiri untuk kebutuhan metabolismenya. 
Kapiler, dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan tersususn 
hanya oleh satu lapis sel endotel. Struktur berdinding tipis ini memungkinkan transport nutrisi 
yang cepat dan efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme. Diameter kapiler berkisar antara 
5 sampai 10 um, sehingga sel darah merah harus menyesuaikan bentuknya untuk melalui 
pembuluh darah ini. Perubahan diameter kapiler bersifat pasif dan dipengaruhi oleh perubahan
kontriksi pembuluh darah yang mengalirkan ke darah dan dari kapiler. Diameter kapiler juga 
berubah sebagai respon rangsangan kimia. Pada beberapa jaringan, suatu cincin otot polos 
dinamakan sfigter prekapiler, yang terletak diakhir arteriola kapiler dan bertanggung jawab, 
bersama dengan arteriola, untuk mengatur aliran darah kapiler. Beberapa dasar kapiler, seperti 
dalam ujung jari, mempunyai anastomose ateriovenosa, dimana darah dapat langsung melintas 
dari sitem arteri ke vena. Pembuluh in dipercaya mengatur perpindahan panas antara tubuh dan 
lingkungan luar. Penyebaran kapiler sepanjang jaringan, bervariasi tergantung jenis jaringannya 
misalnya jaringan skelet, yang metabolismenya aktif, mempunyai jaringan kapiler yang lebih 
padat disbanding jaringan yang kurang aktif seperti kartilago. ( Brunner & Suddarth, 2006) 
Vena dan venula. Kapiler kemudian bergabung menjadi satu pembuluh besar yang 
dinamakan venula, yang pada gilirannya menyatu membentuk vena, maka sistem vena secara 
structural merupakan analogi sistem arteri dan vena cava sesuai dengan aorta. Jenis analogi pada 
sistem arteri dan vena mempunyai yang kurang lebih sama. 
Dinding vena, berbeda dengan dinding arteri, lebih sedikit ototnya. Dinding vena 
kebanyakan hanya merupakan 10 % dari diameter vena, arteri 25 %. Dinding vena seperti 
halnya arteri tersusun atas tiga lapisan, namun ketiga lapisan tersebut tidak jelas batasannya. 
Struktur dinding vena yang tipis dan sedikit ototnya tersebut memungkinkan dinding 
vena mengalami distensi lebih besar disbanding arteri; kemampuan berdistensi dan kompliens 
yang lebih besar memungkinsejumlah besar darah dapat “tersimpan” didalam vena dibawah 
tekanan rendah. Dengan alasan ini maka vena dianggap sebagai pembuluh kapasitan. Kurang 
lebih 75 % volume darah total tersimpan dalam vena. Sistem saraf simpatis, yang mempersarafi 
otot vena, dapat merangsang vena untuk berkontriksi (vena kontriksi), sehingga menurunkan 
volume vena dan menaikkan volume darah dalam sirkulasi umum. 
Beberapa vena tidak seperti arteri, dilengkap dengan katup. Secara umum vena yang 
mengalirkan darah melawan tekanan gravitasi seperti pada ekstremitas bawah, memiliki katup 
satu arah yang memisahkan kolom darah, sehingga darah tidak mengalir balik saat didorong kea 
rah jantung. Katup tersusun atas bila-bila endotel, yang kemampuannya tergantung pada 
integritas dinding vena. ( Brunner & Suddarth, 2006) 
Pembuluh limfa. pembuluh limfa merupakan sistem komplek pembuluh berdinding tipis 
yang mirip dengan kapiler darah. Jaringan ini bertugas mengumpulkan cairan limfa dari jaringan 
dan organ dan mengangkut cairan tersebut ke sirkulasi vena. Pembuluh limfe bergabung 
menjadi dua trunkus utama, duktu toraksikus berjalan dari sisa tubuh lainnya. Pembuluh limfa 
perifer bergabung menjadi pembuluh limfa yang lebih besar dan melintasi nodus limfatikus 
regional sebelum memasuki sirkulasi vena. Nodus limfatikus berperan pentig dalam 
penyaringan partikel asing. 
Pembuluh limfa dapat ditembus oleh molekul besar dan merupakan satu-satunya cara 
dimana protei intertisial dapat kembali ke sistem vena. Dengan adanya kontraksi otot, pembuluh 
limfa berubah bentuk, menciptakan rongga diantara sel endotel, yang memungkinkan protein dan 
partikel dapat memasuki pembuluh darah tersebut. Kontraksi otot dinding limfa dan jaringan 
sekitarnya membantu mendorong cairan limfa ke aliran vena. 
Kebutuhan sirkulasi jaringan 
Jumlah darah yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh selalu berubah. Prosentasi aliran 
darah yang diterima oleh organ atau jaringan tertentu ditentukan oleh jaringan oleh kecepatan 
metabolisme jaringan, ketersediaan itu sendiri. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan 
metabolisme, pembuluh darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi ke 
jaringan akan berkontriksi dan darah yang mengalir ke jaringan akan berkurang. Kebutuhan
metabolism jaringan meningkat pada aktifitas fisik atau latihan, pemberian panas local, demam 
dan infeksi, penurunan kebutuhan metabolisme. ( Brunner & Suddarth, 2006) 
Metabolisme jaringan terjadi saat istirahat atau pengurangan aktivitas fisik, pemberian 
pendinginan lokal, dan pendinginan badan. Bila pembuluh darah gagal berdilatasi sebgai respon 
peningkatan kebutuhan aliran darah, akan terjadi iskemia jaringan(kekurangan suplai darah). 
Mekanisme dimana pembuluh darah berdilatasi dan berkontraksi untuk menyesuaikan perubahan 
metabolisme menunjukkan bahwa tekanan arteri yang normal tetap terjaga. 
Ketika darah melintasi kapiler jaringan, oksigen dikeluarkan dan karbondioksida 
dimasukkan. Jumlah oksigen yang diekstrasi pada berbagai jaringan berbeda. Misalnya, jantung 
cenderung mengekstraksi sekitar 50% oksigen dari darah arteri setiap kali darah melintasi 
jaringan kapilernya, sementara ginjal hanya mengekstraksi 7 % oksigen dari darah yang 
melintasinya. Jumlah rata-rata oksigen yang dikeluarkan secara bersama oleh seluruh jaringan 
tubuh sekitar 20%, artinya darah dalam vena kava mengandung sekitar 25% oksigen lebih sedikit 
disbanding darah aorta. Hal ini dikenal sebagai perbedaan oksigen arterio-vena sistemik. 
Kadarnya akan meningkat bila jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan menurun karena 
kebutuhan metabolismenya menurun. 
Aliran Darah 
Aliran darah melalui sistem kardiovaskuler selalu mengikuti arah yang sama, jantung kiri 
ke aorta ,arteri,arteriola,kapiler,venula,vena, vena kava dan akhirnya ke jantung kanan. Aliran 
satu arah ini disebabkan karena perbedaan tekanan yang terjadi antara sistem arteri dan vena. 
Karena tekanan arteri(sekitar 100 mmHg) lebih tinggi disbanding takanan vena(sekitar 4 
mmHg), dan cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, 
maka darah selalu mengalir dari sistem arteri ke sistem vena. 
Perbedaan tekanan ( P) antara kedua aliran pembuluh darah tersebut merupakan daya dorong 
darah tersebut merupakan daya dorong darah ke depan. Hambatan terhadap aliran darah 
menghasilkan tenaga balik, yang dikenal sebagai tahanan(R). Jadi kecepatan aliran darah 
ditentukan dengan membagi perbedaan tekanan dengan tahanan : 
Aliran = P/R 
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa bila tahanannya menigkat maka diperlukan 
tekanan pendorong yang lebih besar untuk menjaga aliran darah yang tetap. Secara fisiologis 
peningkatan tekanan tekanan pendorong diperoleh dengan menigkatkan tenaga kontraksi 
jantung. Bila tahanan arteri meningkat secara kronis, jantung akan mengalami hipertropi untuk 
mempertahankan tenaga kontraksi yang besar. ( Brunner & Suddarth, 2006) 
Pada kebanyakan pembuluh darah halus yang panjang, aliran bersifat laminer atau 
sejajar, dengan darah ditengah pembuluh bergerak sedikit lebih cepat dari darah yang berada 
dekat pembuluh,aliran laminer menjadi turbulen bila kecepatan aliran darah meningkat, bila 
kekentalan darah meningkat, bila diameter pembuluh lebih besar dari normal atau bila suatu 
segmen pembuluh mengalami penyempitan atau konstruksi. Aliran darah turbulen menghasilkan 
suara, yang dinamakan bruits, yang terdengar dari luar dengan stetoskop. 
Filtrasi dan reabsorbsi kapiler 
pertukaran cairan melalui dinding kapiler berlangsung terus-menerus. Cairan tersebut, 
yang mempunyai komposisi sama dengan plasma tanpa protein, merupakan cairan interstisial. 
Kesetimbangan antara tekanan hidrostatik dan osmotic darah dan interstisium, seperti 
permiabelitas kapiler, mengatur jumlah dan arah perpindahan cairan melintasi kapiler. Tekanan
hidrostatik adalah tekanan pendorong yang dibangkitkan oleh tekanan darah. Tekanan osmotic 
adalah tenaga penarik yang dihasilkan oleh protein plasma. Normalnya tekanan hidrostatik pada 
ujung arteri kapiler relative lebih tinggi disbanding vena. Tekanan yang tinggi pada ujung arteri 
kapiler ini cenderung mendorong cairan keluar dari kapiler kerongga-rongga jaringan. Tekanan 
osmotic cenderung menarik kembali cairan kedalam dari ruangan diantara jaringan, namun 
tekanan osmotic ini tak mampu melawan tekanan hidrostatik yang tinggi pada ujung kapiler. 
Tetapi pada ujung vena kapiler, tekanan osmotic akan mendominasi tekanan hidrostatik yang 
rendah dan terjadilah reabsorbsi bersih cairan dari rongga antar jaringan kembali ke kapiler. 
Tampaknya semua cairan yang difiltrasi di ujung arteri kapiler diabsorbsi kembali pada 
akhiran vena, kecuali sejumlah kecilsaja yang tidak diabsorbsi. Kelebihan cairan filtrasi tersebut 
akan masuk kedalam sirkulasi limfatik. Proses filtrasi, reabsorbsi dan pembentukan limfa 
tersebut membantu mempertahankan volume cairan dan mengangkut sampah dari debris 
jaringan. Permeabilitas kapiler, pada kondisi normal tetap konstan. 
Pada beberapa keadaan abnormal, cairan yang difiltrasi keluar dari kapiler, jauh melebihi 
jumlah yang diabsorbsi dan yang diangkut oleh pembuluh limfa. Ketidakseimbangan tersebut 
dapat terjadi akibat kerusakan dinding kapiler dan kenaikan permeabilitas, sumbatan aliran limfa, 
peningkatan tekanan vena, atau penurunan tekanan osmotic protein plasma. Penimbunan cairan 
yang terjadi pada proses ini dinamakan edema. 
Tekanan hemodinamika 
Factor terpenting pada sistem vaskuler yang menentukan tahanan adalah jari-jari 
pembuluh darah. Sedikit saja perubahan jari-jari dapat mengakibatkan perubahan besar pada 
tahanannya. Tempat dominan untuk terjadi perubahan diameter atau lebar pembuluh darah dan 
pada gilirannya tahanan, adalah arteriola dan sfingter prekapiler. ( Brunner & Suddarth, 2006) 
Tahanan vaskuler perifer adalah perlawanan pembuluh darah terhadap aliran darah. 
Hokum poiseuille memudahkan perhitungan tekanan. 
R = 8  L/r4 
Dimana R = tahanan, r = jari-jari pembuluh darah, L = panjang pembuluh,  = kekentalan 
darah, dan 8/ = konstanta. 
Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa tahanan berbanding lurus dengan kekentalan 
darah dan panjang pembuluh darah, tetapi berbanding terbalik dengan pangkat empat jari-jari 
pembuluh darah. 
Kekentalan darah dan panjang pembuluh darah, pada kondisi normal, tidak ada perbedaan 
secara bermakna. Maka, biasanya kedua factor tadi tidak banyak berperan terhadap aliran darah. 
Namun peningkatan hematocrit yang sangat tinggi, dapat meningkatkan kekentalan darah dan 
menurunkan aliran darah kapiler. 
Mekanisme regulasi vaskuler perifer 
Karena kebutuhan metabolism jaringan tubuh selalu berubah meskipun dalam keadaan 
istirahat, maka perlu adanya sistem regulasi yang integral dan terkoordinasi sehingga aliran 
darah kesetiap bagian tetap dapat dipertahankan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. 
Seperti yang diduga, mekanisme regulasi ini sangat kompleks dan terdiri atas pengaruh saraf 
pusat, hormone dan sirkulasi bahan kimia, dan aktivita independen dinding arteri itu sendiri. 
Aktivitas sistem saraf simpatis (adrenergik), yang diperantarai oleh hipotalamus, adalah factor 
terpenting dalam regulasi diameter, demikian juga regulasi aliran darah pembuluh darah perifer. 
Semua pembuluh darah dipersarafi oleh sistem saraf simpatis kecuali kapiler dan sfingter 
prekapiler. Stimulasi saraf simpatis mengakibatkan vasokonstruksi. Neurotransmiter yang 
bertanggung jawab pada vasokonstruksi simpatis adalah norepinefrin. Aktivasi simpatis terjadi
sebagai respons terhadap berbagai stresor fisiologi dan fisiologis. Penghilangan aktivitas 
simpatis dengan obat-obatan atau simpatektomi mengakibatkan vasodilatasi. 
Hormon lain juga mempengaruhi tahanan vaskuler perifer Epinefrin, yang dihasilkan 
oleh medula adrenal, bekerja mirip dengan norepinefrin pada konstruksi pembuluh darah perifer 
pada kebanyakan jaringan.Terapi pada konsentrasi rendah, epinefrin menyebabkan vasodilatasi 
pada otot skelet, jantung dan otak. Angiotensin, zat yang kuat yang terbentuk dari interaksi 
antara rennin (desintesa di ginjal) dan protein dalam sirkulasi, menstimulasi konstriksi arteri. 
Meskipun konsentrasi angiotensin dalam darah biasanya rendah,namun efek vasokonstruktornya 
yang kuat menjadi penting hanya pada beberapa keadaan patofisiologi tertentu, seperti gagal 
jantung kongestif dan hipovolemia. 
Perubahan aliran darah local dipengaruhi berbagai zat yang beredar yang mempunyai 
sifat vasoaktif. Zat vasodilatasi kuat mencakup histamine,bradikinin,prostaglandin dan beberapa 
metabolit otot. Turunnya persediaan oksigen dan nutrisi dan perubahan pH local juga 
mempengaruhi aliran darah. Serotonin, suatu zat yang dibebaskan dari trombosit yang 
teragregasi di sekitar tempat kerusakan dinding pembuluh darah, membuat arteiol berkonstriksi. 
Pemberian panas pada bagian permukaan tubuh mengakibatkan vasodilatasi local, sedangkan 
pemberian dingin menyebabkan vasokontriksi. 
Patofisiologi system vaskuler 
Penurunan aliran darah melalui pembuluh darah perifer merupakan tanda pada semua 
penyakit vaskuler perifer. Efek fisiologi berubahnya aliran darah tergantung pada besarnya 
kebutuhan jaringan yang melebihi suplai oksigen dan nutrisi yang tersedia.Bila kebutuhan 
jaringan tinggi,maka bila terjadi sedikit penurunan aliran darah dapat mengganggu pemeliharaan 
integritas jaringan sehingga jaringan menjadi iskemi (kekurangan suplai darah),malnutrisi dan 
kematian apabila kekurangan aliran darah tersebut tidak diperbaiki. 
Gagal jantung. 
Aliran darah perifer yang tidak memadai terjdi bila kerja pemompaan jantung tidak 
efisien.Gagal jantung kiri menyebabkan penimbunan darah di paru dan penurunan aliran kedeoan 
atau curah jantung.Gagal jantung kanan menyebabkan kongesti vena sistemik dan penurunan 
aliran kedepan. 
perubahan pembuluh darah dan pembuluh limfa. Pembuluh darah yang utuh, paten dan 
responsive diperlukan untuk menyalurkan oksigen yang cukup ke jaringan dan mengangkut 
sampah metabolisme. Arteri dapat mengalami obstruksi akibat plak aterosklerosis, thrombus atau 
embolus. Arteri dapat rusak atau mengalami obstruksi akibat trauma kimia atau mekanis, infeksi 
atau proses radang, gangguan vasospatik dan malformasi congenital. Oklusi arteri yang 
mendadak menyebabkan iskemia berat pada jaringan, sering ireversibel dan berakhir dengan 
kematian jaringan.Bila oklusi arteri berlangsung secara bertahap, resiko kematian jaringan 
mendadak menjadi lebih rendah karena sirkulasi kolateral mempunyai kesempatan untuk 
berkembang. 
Aliran darah vena menurun akibat thrombus yang menyumbat vena, katup vena yang 
inkompeten, atau oleh penurunnya efektifitas kerja pemompaan otot di sekitarnya.Penurunan 
aliran darah vena mengakibatkan peningkatan tekana vena, di ikuti peningkatan tekanan 
hidrostalik kapiler, filtrasi bersih cairan keluar dari kapiler ke rongga interstisial, dan selanjutnya 
terjadi edema .Jaringan edema tidak mampu mernerima nutrisi yang memadai dari darah sebagi 
konsekuensinya jaringan tersebut labih peka terhadap kematian atau edema dan infeksi.
Sumbatan pembuluh limfa juga mengakibatkan edema. Pembuluh limfa dapat mengalami 
penyumbatan oleh tumor atau kerusakan akibat trauma mekanis atau proses radang. 
Pertimbangan gerontologist Proses penuaan menghasilkan perubahan dinding pembuluh darah 
yang mempengaruhi tranportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan.Lapisan intima menebal sebagai 
akibat poliferasi seluler dan fibrosis. Serabut elastic di lapisan media mengalami kalsifikasi , 
tipis dan terpotong dan kolagen tertimbun di lapisan intima maupun media. Perubahan tersebut 
menyebabkan kekakuan pembuluh darah, yang mengakibatkan peningkatan tekanan perifer 
gangguan aliran darah, dan peningkatan beban kerja ventrikel kiri. 
2.2 Definisi Vaskulitis 
Vaskulitis adalah suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang di tandai adanya proses 
inflamasi dan nekrosis dinding pembuluh darah.Pembuluh darah yang terkena dapat arteri atau 
vena dengan berbagai ukuran (tjokronegoro,2001) 
2.3 Etiologi Vaskulitis 
Sampai saat ini penyebab penyakit ini belum di ketahui dengan jelas, namun ada 
beberapa yang memegang peranan yang memicu timbulnya penyakit ini(http://ep rikenzu. 
Blogspo t.com/2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html) ,, yaitu: 
a. Komplek imun 
b. Infeksi bakteri atau virus 
c. Elergi terhadap obat atau akibat pajanan terhadap bakteri, virus dan parasit. 
d. Genetik 
e. Nekrosis granulomatosa 
2.4 Klasifikasi Vaskulitis 
Walaupun banyak pembagian mengenai vaskulitis akan tetapi klasifikasi yang banyak 
dianut adalah pembagian menurut Consensus Chapel Hill (1994) yang melibatkan berbagai ahli 
sehingga dapat diterima dari berbagai susdut pandang. (tjokronegoro,2001) 
1. Vaskulitis Primer 
a. Vaskulitis Pembuluh Darah Besar 
a) Arteritis Takayasu 
Adalah penyakit kronik yang tidak diketahui etiologinya yang sering muncul pda wanita 
muda. Prepalensi lebih banyak ditemukan pada orang asia . penyempitan , sumbatan bervariasi 
tergantung kepada tingkat kelainan penyakit tersebut sehingga gejala klinisnya akan berbeda 
tergantung derajat penyumbatan dan kerusakan .
Umumnya 80-90% arteritis takayasu mengenai wanita . dapat dimulai pada umur 10-40 
tahun . Gejala awal umumnya berupa kelelahan , penurunan berat badan , dan panas yang tidak 
terlalu tinggi . Gejala artralgia atau pun nyeri otot ditemukan pada separuh pasien dan jarang 
disertai sinovitis. Nyeri daerah sendi dapat hilang timbul atau menetap . (tjokronegoro,2001) 
Tanda dan gejala lainnya asimetris denyut arteri dan hilangnya pulsus arteri , bruit di 
arteri , hipertensi (reno vascular) , sakit kepala , sinkop atau postural dizziness dan klaudikasio 
Criteria diagnosis arteritis takayasu ( ditemukan 3 dari 6 kriteria ) 
No Kriteria Definisi 
1 Usia awal penyakit < 40 
tahun 
Timbul gejala ditemukan 
pada umur 40 tahun atau 
kurang 
2 Gejala klaudikasio 
ekstremitas 
Perburukan kelemahan , 
perasaan tidak enak pada 
otot (pegal) satu atau lebih 
terutama bila melakukan 
aktivitas terutam ekstremitas 
bagian atas 
3 Penurunan pulsasi arteri 
brakialis 
Adanya penurunan pulsasi 
salah satu atau kedua arteri 
brakialis 
4 Perbedaan TD > 10 mmHg Adanya pebedaan TD 
sistolik >10 mmHg antara 
kedua lengan 
5 Bruit pada daerah A . 
subklavia atau aorta 
Ditemukan bruit pada 
pemeriksaan auskultasi
diatas kedua daerah atau 
salah satu arteri subklavia 
atau pun aorta abdominalis 
6 Angiografi yang abnormal Ditemukan arteriogram 
dengan penyempitan atau 
penyumbatan aorta dan 
cabang – cabangnya . 
b) Arteritis Temporal (giant cell arteritis) 
Suatu penyakit yang kausanya tidak diketahui,terjadi pada pembuluh arteri besar dan 
medium.Gejala akan muncul pada umur 50 tahun atau lebih (90% didapatkan pada umur 60 
tahun atau lebih), insidensi terbanyak pada usia 70 tahun.Dua pertiga pasien adalah wanita.Pada 
umumnya gejala dapat muncul beberapa minggu sebelum diagnosis ditegakkan. Gejala dapat 
berupa kelelahan, pana, dan berat badan menurun. Keluhan panas ditemukan pada setengah 
pasien arteritis temporal. Suhu dapat tinggi lebih dari 40 derajat Celsius dan disertai gejala yang 
mirip sepsis. Gejala lainnya yang sering di jumpai adalah polimialgia reumatika dan keluhan 
sakit kepala dan gejala local yang berhubungan dengan lesi kelainan berupa nyeri tekan di arteri 
temporal, pembengkakan dan kadang ditemukan bruit. Kadang ditemukan gangguan penglihatan 
yang dapat menetap. 
Criteria diagnostic arteritis temporal.(ditemukan 3 dari 5 kriteria) 
(Kriteria American college of rheumatology tahun 1990) 
Kriteria Definisi
1 Usia saat awitan ≥ 50 tahun Timbul tanda dan gejala 
pertama kali pada usia 50 
tahun atau lebih 
2 Sakit kepala (baru) Nyeri yang baru pada lokasi 
3 Kelainan A.temporalis A.temporalis yang lemah 
pada palpasi atau ditemukan 
pulsasi yang menurun, tidak 
ada hubungannya dengan 
aterossklerosis a.cervicals 
4 Kenaikan LED LED ≥50mm/jam 
(westergen) 
5 Kelainan pada biopsi Menunjukkan predominansi 
infiltrasi mononuclear atau 
infragranulomatosa 
umumnya dengan multi-nuklear 
giant cell 
b. Vaskulitis Pembuluh Darah Sedang 
a) Poliarteritis nodosa (Poliarteritis nodosa klasik) 
Suatu penyakit kompleks imun arteri muskularis dan arteriol. Penyakit ini jarang mengenai 
paru dan etiologinya tidak diketahui. Gejala yang dapat ditemukan ialah : artralgia , mialgia , 
gangguan saraf perifer , kemerahan pada kulit ,nodul di kulit , nyeri abdomen , hipertensi ,dan 
gangguan pada jantung ( gagal jantung ). 
Untuk memudahkan pendekatan diagnosis perlu diingat hal sebagai berikut : 
 
Vaskulitis yang mengenai pembuluh darah sedang, organ yang terkena kulit , otot, saraf perifer , 
lambung , ginjal , sedang paru –paru tidak terkena. 
 
Dihubungkan dengan HBsAg (kurang lebih 20 %) 
 
Diagnosis ditegakkan dengan angiografi dan biopsi jaringan . 
Arteriografi menunjukkan adanya aneurisma atau oklusi arteri visera yang bukan 
disebabkan oleh arteriosklerosis atau sebab noninflamasi lainnya.Pada biopsi didapatkan adanya 
gambaran granulosit dan mononuklear pada dinding arteri.
b) Penyakit Kawasaki 
Beberapa buku menyebut istilah poliarteritis infantile , karena berhubungan dengan usia 
yang terjadi pada anak-anak . Penyakit ini jarang mengenai orang dewasa. 
Kriteria diagnosis : 
1. Panas > 5 hari 
2. Ditemukan 4dari 5 keadaan ini : 
A. Injeksi konjungtiva non eksudatif bilateral . 
B. Ditemukan salah satu kelainan di orofaring : 
1. Injected atau fisura di bibir 
2. Injected farings 
3. Strawberry tongue 
C. Satu atau lebih kelainan di ekstremitas. 
1. Eritema di telapak tangan 
2. Edema di tangan atau kaki 
3. Deskuamasi periungual 
4. Eksantema polimorfi 
5. Kelenjar getah bening servikal akut non supuratif inflamasi 
4. Penyakitnya tidak dapat diterangkan oleh sebab lain . 
c. Vaskulitis Pembuluh Darah kecil 
a) Granulomatosis Wagener 
Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran nafas bagian atas dan bawah serta ginjal 
yang etiologinya tidak di ketahui .Proses inflamasi yang terjadi dapat mengenai system arteri dan
vena terbukti dengan ditemukannya deposit sel limfosit dan sel fagosit lainnya . Dari keadaan ini 
dapat disimpulkan bahwa yang bertanggung jawab pada proses diatas adalah system imun . 
Hubungannya dengan ANCA (merupakan suatu keadaan kompleks imun)yang dapat 
merusak pembuluh darah banyak dilaporkan peneliti , walaupun pada beberapa kasus belum 
terbukti hubungannya. Bila mengenai ginjal akan menimbulkan glomerulonefritis kresentik . 
Kriteria diagnostik granulomatosa wagener (ditemukan 2 dari 4 kriteria di bawah ini ) 
No Kriteria Definisi 
1 Inflamasi oral atau 
nasal 
Timbulnya ulkus di mulut yang 
nyeri atau tidak di temukannya 
sekret hidung yang purulen atau 
hemoragik 
2 Foto dada abnormal Dapat di lihat gambaran nodul , 
infiltrat yang menetap atau kavitas 
3 Sedimen urin Ditemukan mikrohematuria (> 5 
sel darah merah / LPB) atau 
silinder eritrosit 
4 Biopsi , adanya 
inflamasi 
Inflamasi granulomatosa di 
temukan pada granulomatosa 
dinding arteri atau daerah 
perivaskuler/ekstravaskuler 
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa granulomatosis wagener sangat berhubungan erat 
dengan ANCA , sehingga pemeriksaan ini sekarang dapat di pakai sebagai pemeriksaan penapis 
untuk penyakit wagener. 
b) Sindrom Churg-Strauss 
Keadaan yang perlu diketahui mengenai sindrom churg strauss ialah : 
1. Vaskulitis yang mengenai arteri dan vena pembuluh darah sedang dan dapat mengenai paru, 
saluran nafas bagian atas , usus, susunan saraf perifer , kulit ,dan ginjal.
2. Diawali gejala vase alergi (gejal asma). 
3. Eosinofilia dan peninggian eosinofil di paru 
Kriteria diagnostik sindrom churg-strauss (ditemukan 4 dari 6 kriteria) 
No Kriteria Definisi 
1 Asma Riwayat wheezing atau ronki kering nyaring 
pada ekspirasi 
2 Eosinofilia Eosinofil >10% hitung jenis 
3 Riwayat alergi Riwayat alergi musim,dan makanan serta 
kontak lainnya kecuali alergi obat. 
4 Mononeuropati Berhubungan dengan vaskulitis sistemik atau 
poli neuropati 
5 Infiltrat paru yang tidak menetap 
6 Kelainan sinus 
7 Eosinofil ekstra vascular Biopsi arteri , arteriol atau venul menunjukkan 
penumpukan eosinofil ekstra vaskular 
c) Poliarteritis mikroskopik 
Poliarteritis mikroskopik (PM) adalah suatu vaskulitis sistemik yang mengenai arteriol 
dan kapiler dengan gejala prodromal panas, lelah , dan mialgia, yaitu suatu sindrom yang 
menyerupai infeksi virus.Pada PM ini tidak ada hubungannya ddengan infeksi. Gejale tersebut 
dapat berlangsung 1 bulan sebelum tanda dan gejala penuh poliarteritis mikroskopik terlihat. 
Kelainan akut GN kresentik dapat disebabkan oleh poliarteritis mikroskopik selain 
granulomatosa wagener. 
Walaupun penyakit tersebut hampir serupa akan tetapi gejala di luar ginjal berbeda. Poliarteritis 
mikroskopik dapat menyebabkangagal ginjal akut (GGA) sehingga bila menemukan gejala GGA 
tanpa sebab tidak jelas perlu dipikirkan PM. Perbedaan yang lain dengan granulomatosis 
wagener adalah bahwa pada PM, ANCA jarang ditemukan. Penyakit ini bila tidak segera di obati 
akan berakibat fatal, oleh karena itu penemuan secara cepat akan memberikan prognosis yang 
lebih baik.
d) Purpura Henoch-Schonlein 
Suatu sindrom tanpa trombositopenia nyeri abdomen , kadang ditemukan perdarahan 
saluran cerna , dan kelaina ginjal. Ditemukannya kompleks imun lgA di jaringan merupakan hal 
yang patognomonik . Umumnya pasien adalah anak-anak dan kadang-kadang penyakit ini self 
limiting yang tidak menemukan pengobatan. 
Kriteria diagnostik (ditemukan 2 dari 4 kriteria) 
1. Pulpura palpable 
2. Umur mulai kena kurang atau sama dengan 20 tahun 
3. Bowel angina 
4. 
Pada biopsi ditemukan granulosit pada dinding pembuluh darah (arterio maupun venul) 
e) Vaskulitis krioglobulinemia esensial 
Tanda dan gejal yang perlu diketahui : 
Vaskulitis pada pembuluh darah kecil umumnya mengenai kulit, saraf perifer, sendi dan 
ginjal dan umumnya karena infeksi hepatitis C. 
f) Angitis kutaneus leukositoklastik
Vaskulitis yang mengenai pembuluh darah kecil ini sering juga disebut hypersensitivity 
vasculitis, oleh karena gejala lebih banyak pada daerah kulit , jarang / tidak ditemukan kelainan 
pada visceral . Nama lain ialah allergic vasculitis, cutaneus systemic vasculitis, leucocytoclastic 
vasculitis atau small vessel vasculitis. 
Walaupun banyak nama , akan tetapi semua sependapat bahwa kelainan hanya pada kulit 
saja yaitu pada biopsi akan terlihat suatu endapan (deposit) kompleks imun dengan suatu aktivasi 
komplemen 
Kriteria diagnostik Angitis Leukositoklastik(ditemukan 3 dari 5 kriteria) 
No Kriteria Definisi 
1 Usia saat awitan penyakit >16 tahun 
2 Pengobatan saat awitan 
penyakit 
Pengobatan yang didapat yang 
mungkin menjadi faktor presipitasi 
3 Pulpura palpabel Tidak berhubungan dengan 
trombositopenia 
4 Ruam makulopapular 
5 Gambaran biopsi arteriol 
dan venul 
Adanya gambaran granulosit pada 
perivaskular dan ekstra vascular 
2. Vaskulitis Sekunder 
a. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit infeksi (endokarditis bacterial,viral,mikobakterial 
dan riketsia). 
b. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit kolagen(lupus eritematosus sistemik,arthritis 
rheumatoid,sindrom Sjogren’s,dermatomiositis) 
c. Vaskulitis oleh karena obat(drug induced vasculitis) 
d. Vaskulitis yang berhubungan dengan keganasan 
e. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik(hepatitis kronik aktif,sirosis biliaris 
primer).
2.5 Patofisiologi dan WOC Vaskulitis 
Vaskulitis terjadinya akibat aktivitas proses imunologi pada dinding pembuluh 
darah.Bebeapa pertanyaan yang banyak dikemukakan misalnya ,kenapa vaskulitis itu terjadi 
,keadaan apa saja yang dapat mencetuskan kerusakan pembuluh darah,atau jenis allergen apa 
saja yang dapat menyebabkan vaskulitis,dan mengapa proses inflamasi tersebut hanya terjadi 
pada pembuluh darah tertentus saja tanpa melibatkan pembuluh darah lainnya,serta mediator-mediator 
yang dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah.Kondisi tersebut hanya 
sebagian dapat diterangkan sedangkan mekanisme lainnya masih dalam penelitian. 
Keadaan imunologi yang dapat menerangkan timbulnya aktivasi imunologi ditentukan oleh 
beberapa keadaan,yaitu jumlah antigen,kemampuan tubuh mengenal antigen,kemampuan 
respons imun untuk mengiliminasi antigen dan route(target organ)yang dirusak. 
Beberapa mediator yang dapat terlibat dalam vaskulitis ini,misal:interleukin(sitokin)yaitu 
suatu molekul yang dihasilkan oleh sel yang teraktivasi oleh respons imun yang dpat 
berpengaruh terhadap mekanisme imunolgi selanjutnya.Interleukin yang berperan pada vaskulitis 
ialah: IL-1,IL-2,IL-6,IL-4,TNF alfa,dan interferon gama.S edangkan mediator inflamasi lainnya 
yang terlibat dalam terjadinya vaskulitis misalnya histamine,serotonin,PAF dan endotelin. 
Dengan ditemukannya ANCA (Anti Neutrophilic Cytoplasmic Antibody) pathogenesis 
beberapa vaskulitis dapat diterangkan,dan dari beberpa laporan penelitian pemeriksaan ini erat 
kaitannya dengan arteritis Wegener. (tjokronegoro,2001). 
Vaskulitis Reumatoid dan Poliarteritis Nodosa 
Patologi pada penyakit ini yaitu: adanya inflamasi nekrotik fokal, panmural mengenai 
arteri otot berukuran kecil dan sedang. Seluruh arteri tubuh dapat terkena dengan berbagai 
tingkatan inflamasi. Lesi awal berupa nekrosis fibrinoid bersebukan sel radang. Perubahan 
kronik tampak sebagai parut yang tebal dan menyebabkan oklusi pembuluh darah. Pada tahap 
awal tampak adanya deposit komplek imun baik immunoglobulin maupun komplemen dan sulit 
di temukan pada fase kronik. 
Vaskulitis Hipersensitif 
Proses inflamasi dapat di cetuskan oleh reaksi alergi terhadap obat atau akibat pajanan 
terhadap bakteri, virus atau parasit. Reaksi di perantarai sel maupun komplek imun dapat terlihat 
pada penyakit ini. Pada fese akut tampak pembengkakan endotel pembuluh darah di sertai oklusi 
lumen, sebukan sel radang polimurfonuklear dan tampak adanya fragmentasi nucleus serta 
leukositoklasik. Tampak pula nekrosis fibrinoid dan ekstrafasasieritrosit. Fase lanjut akan 
mengenai jaringan ikat yang lebih luas dari dermis. (http://ep rikenzu. Blogspo t.com /2011/04/a 
skep-pada-pasien-vaskulitis.html) 
Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss) 
Pada pembuluh darah dapat di jumpai deposit imunoglobulin. Nekrosis granulomatosa di 
jumpai baik pada arteri kecil dan sedang maupun pada vena. Granuloma berukuran 1 mm yang 
terletak dekat arteri kecil mengandung banyak eusinofil yang di kelilingi oleh makrofag dan sel 
raksasa epiteloid. Pada fese akut sebukan sel radang lebih banyak di dominasi oleh eusinofil dan 
pada fese kronik lebih banyak di jumpai makrofag dan sel raksasa. Pada kulit, ginjal gambaran 
patologi lebih karakteristik dimana terlihat granuloma eusinofilik serta infiltrasi eusinofil. 
Arteritis Takayasu 
Proses patofisiologi penyakit ini di kaitkan dengan adanya infeksi oleh spirochaeta, basil 
tuberculosis dan streptococcus. Di jumpai adanya antibodi terhadap aorta. 
Purpura Henoch-Schonlein
Sepertihalnya vaskulitis hipersensitif, pada penyakit ini memberikan gambaran 
patofisisologi yang hampir sama. Kebanyakan immunoglobulin yang di jumpai adalah Ig A. 
proses aktivasi komplemen lebih banyak melalui jalur alternatif. 
Granulomatosis Wegener 
Pada tahap awal terlihat keterlibatan paru dan di ikuti oleh berbagai proses inflamasi 
sistemik di banyak jaringan lain termasuk ginjal. Terdapat gangguan imunitas yang di perantarai 
sel dan di curigai berkaitan dengan faktor genetik berkaitan dengan HLA-DR2 dan HLA-B8. 
pada fase awal tampak adanya granuloma nekrotik yang di kelilingi oleh histiosid yang 
membentuk palisade 
2.6 Manifestasi Vaskulitis 
a. Vaskulitis Reumatoid 
Manifestasi klinis yang merupakan gabungan dengan arthritis rheumatoid sering di 
jumpai pada pasien ini, baik laki-laki maupun wanita, dapat di jumpai gejala konstitusional 
seperti demam dan kelelahan, Infark ujung jari merupakan kelaininan yang mudah di temukan di 
sertai dengan neuropati sensorimotor. Penyakit ini tidak berkaitan dengan gangguan ginjal. Di 
jumpai peningkatan titer factor rheumatoid, rendahnya kadar komplemen serum, krioglobulin 
dan meteri komplek imun dalam serum, juga terdapat peningkatan laju endapan rendah, anemia, 
trombosit dan menurunnya kadar albumin serum (http://ep rikenzu. Blogspo t.com /2011/04/a 
skep-pada-pasien-vaskulitis.html) 
b. Poliarteritis Nodosa (Poliarteritis nodosa klasik) 
Suatu penyakit kompleks imunarteri muskularis dan arteriol. Penyakit ini jarang mengenai 
paru dan etiologinya belum diketahui. Gejala yang dapat di temukan ialah: artralgia, mialgia, 
gangguan saraf perifer, kemerahan pada kulit, nodul di kulit, nyeri abdomen, hipertensi, dan 
gangguan pada jantung (gagal jantung). Pada beberapa kasus terdapat perforasi usus dan 
instususepsi ileoilel yang disebabkan oleh vaskulitis dinding usus yang menyebabkan udema dan 
pendarahan submukosa. 
c. Vaskulitis Hipersensitif 
Demam merupakan gejala sistemik yang paling sering pada penyakit ini, di duga demam 
terjadi akibat pelepasan mediator sitokin yang bersifat vasokontriktor yang menghambat 
pengeluaran panas tubuh. Gejala lain pada penyakit ini yaitu purpura yang dapat di raba, nyeri 
abdominal dan arthritis. Edema pada kaki, tangan, periorbital seringkali di jumpai. Artritis 
terutama mengenai sendi lutut dan pergelangan kaki. Hipertensi di jumpai pada 13% pasien, dan 
jarang terjadi kelainan fungsi ginjal. (http://eprikenzu.Blogspot.com/2011/04/askep-pada-pasien-vask 
ulitis .h tml ) 
d. Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss) 
Keadaan yang perlu di ketahui mengenai penyakit ini ialah: 
1. Peradangan granulomatosa di mana vaskulitis yang mengenai arteri dan vena pembuluh darah 
sedang dan dapat mengenai paru, saluran nafas bagian atas, usus, susunan saraf perifer, dan kulit. 
2. Di awali gejala fase alergi (gejala asma) 
3. Eosinofilia dan peninggian eosinofil di paru. 
e. Arteritis Takayasu 
Adalah suatu penyakit kronik yang tidak di ketahui etiologinya yang sering muncul pada 
perempuan muda. Awalnya dominansi gejala sistemik lebih manonjol seperti: demam ringan, 
kelelahan, penurunan BB, artalgia maupun artritis dan panas yang tidak terlalu tinggi. Kemudian 
di ikuti oleh infusisinensi vaskuler akibat sumbatan atau penyempitan arteri besar. Klaudikasio, 
penurunan suhu ekstremitas sering di jimpai. Hipertensi di jumpai lebih dari 50% pasien.
Apabila kelaini ini mengenai arteri pulmonalis dapat timbul gejala sesak nafas, hemoptisis atau 
hipertensi pulmonal. Kelainan akibat stenosis arteri mesentrika dapat menimbulkan nyeri 
abdominal atau pendarahan gastrointestinal. Pada arteri koronaria yang manyempit dapat timbul 
gejala angina pectoris. 
f. Purpura Henoch Schonlein 
Berawal berupa ruam macula erterimatosa pada kulit yang disertai rasa gatal dan 
berlanjut menjadi palpable purpura tanpa adanya trombosotopenia. Purpura dapat timbul dalam 
12-24 jam. Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan. Penyakit ini 
merupakan suatu sindrom tanpa trombositopenia, nyeri abdomen, kadang ditemukan perdarahan 
saluran cerrna, dan kelainan ginjal. Ditemukannya kompleks imun IgA di jaringan merupakan 
hal yang patognomonik. Umumnya pasien adalah anak-anak dan kadang-kadang penyakit ini self 
limiting yang tidak memerlukan pengobatan. 
g. Granulomatosa Wegener 
Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran nafas bagian atas seperti: rinorea, 
sinusitis, ulkus mukosa hidung, otitis media bahkan sampai ketulian dengan gejala seperti: batuk, 
hemoptisis, sesak nafas, bahkan sampai terjadi efusi pleura.pada stadium lanjut biasanya dapat di 
jumpai kegagalan ginjal yang progresif. Proses inflamasi yang terjadi dapat mengenai system 
arteri dan vena terbukti dengan di temukannya deposit sel limfosit dan sel fagosit lainnya. Dari 
keadaan ini dapat di simpulkan bahwa yang bertanggung jawab pada proses ini adalah system 
imun. Kelainan sendi berupa artalgia, kelainan seraf cranial dapat di jumpai pula pada penyakit 
ini. 
2.7 Pemeriksaan Penunjang Vaskulitis 
a. Laboratorium (sampel urin) 
Gejala keterlibatan ginjal mungkin tidak diperhatikan oleh pasien, tetapi dapat dievaluasi 
dengan melihat sampel urin untuk sejumlah kecil darah dan protein. Gagal ginjal tidak umum, 
tetapi dapat terjadi terutama dengan paparan berat atau berkepanjangan terhadap obat yang 
dicurigai atau infeksi. Gagal ginjal dapat 'akut', yang berarti ada kerugian cepat fungsi ginjal, 
tetapi terapi suportif dengan dialisis (pembersihan mekanik darah) bisa dilakukan selama 
beberapa hari atau minggu dan kembali fungsi ginjal. Dalam beberapa kasus, gagal ginjal 'kronis' 
terjadi, yang berarti bahwa ada kebutuhan yang sedang berlangsung untuk cuci darah karena 
ginjal tidak memulihkan fungsi normal mereka. http://www.news-medical.net/health/What-is- 
Vasculitis-%28Indonesian%29.aspx. 
b. Biopsi kulit 
Biopsi kulit paling sering dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Selama prosedur, 
contoh kecil dari jaringan kulit akan dihapus dan dianalisis di bawah mikroskop di laboratorium. 
Analisis ini akan menentukan apakah vaskulitis hadir. 
c. ESR 
Sebuah tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) tes dapat dilakukan untuk memantau kondisi 
pasien. Tes satu jam mengukur jarak (dalam milimeter) yang sel darah merah mengendap dalam 
darah unclotted ke bagian bawah tabung reaksi. 
2.8 Penatalaksanaan Medis Vaskulitis 
Pemberian steroid dalam dosis terbagi dapat dimulai bla menemukan vaskulitis, karena 
efek anti-inflamasi steroid dapat segera terlihat lebih cepat dibanding pemberian siklofospamid. 
Dosis prednison dimulai 1 mg/kg BB/hari, dapat diberikan tiap 6-8 jam .Dosis permulaan 
diberikan antara 7-10 hari dan setelah itu dapat diberikan pagi hari sampai 2 minggu berikutnya. 
Pemberian ini umumnya disebut sebagai dosis induksi . Setelah dosis induksi, pemberian steroid
diturunkan secara bertahap dosis 60 mg diberikan secara selang sehari untuk waktu 1-2 bulan 
berikutnya . Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan sampai dosis pemeliharaan yang 
tergantung pada gambaran klinis . 
Pada keadaan khusus seperti pada penyakit granulomatosis wagener, serta poliarteris 
nodosa, arteritis takayasu , dan vaskulitis susunan saraf pusat yang resisten terhadap steroid 
diberikan kombinasi dengan siklofosfamid. Umumnya pemberian siklofosfamid secara oral tiap 
hari yang digabung dengan steroid dosis kecil selang sehari untuk menghindari terjadinya infeksi 
sekunder akibat pemakaian steroid jangka lama. Lama pemberian siklosfosfamid berkisar antara 
18-24 bulan , sedang lama pemberian steroid tergantung pada aktivitas penyakitnya. 
Pemberian pulse methyl prednisolon 0,5-1 g/ hari selama 3 hari berturut-turut 
diberikan pada permulaan pengobatan kasus-kasus yang mengancam nyawa (life threatening 
vasculitis syndrome) atau vasculitis yang progresif. Intervensi pembedahan hanya dimungkinkan 
pada penyakit takayasu setelah aktivitas penyakitnya tenang, sedang pada arteritis temporal 
jarang dilakukan tindakan pembedahan . (tjokronegoro,2001). 
Vaskulitis Reumatoid dan Poliarteritis Nodosa 
Pengobatan bergantung pada jenis dan luasnya lesi. Pada dasarnya pengobatan pada 
penyakit ini tidak memerlukan pengobatan tambahan selain dari penggunaan anti inflamasi non 
steroid. Penggunaan dipiridamolpada beberapa penelitian memberikan harapan yang baik, 
walaupun belum di lakukan penelitian acak terkontrol dalam hal ini. Seperti halnya arthritis 
rheumatoid, glukokortikoid dapat di berikan pada kelainan yang progresif seperti: manifestasi 
infak ujung jari atau neuropati sensorik dan motorik. Panggunaan prosedur transfusi tukar 
walaupun telah di gunakan, saat ini masih merupakan pengobatan alternatifdalam tahap 
eksperimantal. (tjokronegoro,2001). 
Vaskulitis Hipersensitif 
Dalam penatalaksanaan vaskulitis hipersensitif, suatu hal yang harus di lakukan pertama 
kali adalah menyingkirkan seluruh obat-obatan atau antigen yang di duga sebagai penyebabnya. 
Pada kasus yang ringan hanya di jumpai purpura pada kulit tanpa dijumpainya gejala sistemik 
atau keterlibatan organ internal, umumnya tidak di perlukan pengobatan spesifik. Pada kasus 
dengan gejala sistemik atau keterlibatan organ vital dapat di berikan pengobatan glukokortikoid 
yang setara dengan 20-60 mg/hari tergantung pada beratnya gejala klinis. Jika glukokortikoid 
tidak memberikan perbaikan yang bermakna atau timbul efek samping pada penggunaan obat, 
penggunaan sitostatika dapat di pertimbangkan walaupun belum jelas bahwa pemberian 
sitostatika merupakan cara pengobatan yang lebih baik. Pada kasus vaskulitis hipersensitif kronik 
dimana factor pencetus sulit di tentukan, penggunaan dopsone, OAINS atau colchicines dapat di 
coba, walaupun hasil pengobatan dengan penggunaan modalitas ini umumnya masih bervariasi. 
Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss) 
Pengobatan utama penyakit ini adalah: pemberian kartikosteroid serta dengan prednisone 
20-40 mg/hari, dalam dosis yang terbagi. Penggunaan kartikosteroid bersama pulse 
siklofosfamid atau pertukaran plasma bersama sitostatika pada kelainan ini belum jelas 
manfaatnya. Prognosis pasien pada penyakit ini umumnya lebih baik dari jenis poliarteritis yang 
lain. 
Arteritis Takayasu 
Pada tahap awal pemberian steroid sangat membantu dalam menekan gejala sistemik 
serta mengatasi timbulnya stenosis pembuluh darah. Pemberian dengan teknik pulse dapat 
dengan cepat memperbaiki keadaan penyakit terutama keluhan klaudikasio. Dosis yang di 
anjurkan adalah: 45-60 mg prednison dalam dosis ekuivalen. Parameter laboratorik saperti laju
endapan darah (LED) di pakai untuk menentukan aktifitas penyakit, serta dosis steroid dapat di 
turunkan sampai dosis minimum yang tetap memberikan efek supresi terhadap gejala klinisnya. 
Selanjutnya di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan (dosis kecil) jangka panjang. Penggunaan 
sitostatik, vasodilator atau anti koagulan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Penyakit ini 
dapat mengalami remisi spontan atau menjadi lebih buruk dan menimbulkan kematian. 
(tjokronegoro,2001). 
Purpura Henoch Schonlein 
Penyakit ini bersifat self-limited dan berfariasi antara 6-16 minggu. Untuk kasus ringan 
pengobatan soportif biasanya mencukupi, sedangkan pada kusu yang lebih berat di perlukan 
steroid selama fase akut untuk mencegah perburukan maupun kelainan ginjal. 
Granulomatosa Wegener 
Pada beberapa kasus penggunaan glukokortikoid memberikan hasil yang baik, di samping 
penggunaan siklofosfamid, azatioprin, metotreksat, klorambusil, dan nitrogen mustard. 
Siklofosfamid labih baik dari azatioprin dalam menginduksi timbulnya remisi. Di pakai dosis 2 
mg/kbBB secara oral. Pada pasien yang menunjukkan reaksi elergi terhadap siklofosfamid dapat 
di pakai azatioprin atau dengan penambahan kotrimoksazol. Apabila di jumpai manifastsi 
sistemik yang berat, harus di berikan pula prednison secara bersamaan dengan siklofosfamid 
dengan dosis 1 mg/kgBB dalam dosis terbagi. Dosis prednison dapat di turnkan apabila gejala 
sistemik telah teratasi. 
Evaluasi penyakit dapat di lakukan dengan pemeriksaan terhadap laju endapan darah, 
kadar c-reactive protein (CRP). Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal biasanya 
prognosisnya lebih buruk dan bila terjadi gagal ginjal di perlukan tindakan cuci darah. (http://ep 
rikenzu. Blogspo t.com /2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html 
2.9 Prognosis Vaskulitis 
HSP adalah penyakit vaskulitis yang sembuh sendiri dengan prognosis semuanya yang 
sempurna. Penyakit ginjal kronis dapat menghasilkan morbiditas : studi dasar populasi 
mengindikasikan bahwa kebih sedikit dari 1% pasien dengan HSP menjadi penyakit ginjal 
persisten dan kurang dari 0.1% menimbulkan penyakit ginjal yang serius. Jarangnya, kematian 
dapat timbul selama fase akut penyakit sebagai hasil dari infark usus, keterlibatan CNS, atau 
penyakit ginjal. Sesuai keadaan, anak-anak yang menampakkan sindrom seperti HSP membawa 
karakteristik dari penyakit jaringan ikat lain. 
Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam beberapa 
hari atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset).Rekurensi dapat tejadi pada 50% 
kasus.Pada beberapa kasus terjadi nefritis kronik, bahkan pada 2% kasus menderita gagal ginjal. 
Bila manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal yang berat, maka perlu dilakukan pemantauan 
fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga 2 tahun pasca-sakit. Sepertiga sampai setengah anak-anak 
dapat mengalami setidaknya satu kali rekurensi yang terdiri dari ruam merah atau nyeri 
abdomen, namun lebih ringan dan lebih pendek dibandingkan episode sebelumnya. Eksaserbasi 
umumnya dapat terjadi antara 6 minggu sampai 2 tahun setelah onset pertama, dan dapat 
berhubungan dengan infeksi saluran nafas berulang. 
Prognosis buruk ditandai dengan penyakit ginjal dalam 3 minggu setelah onset, 
eksaserbasi yang dikaitkan dengan nefropati, penurunan aktivitas faktor XIII, hipertensi, adanya 
gagal ginjal dan pada biosi ginjal ditemukan badan kresens pada glomeruli, infiltrasi makrofag 
dan penyakit tubulointerstisial. http://www.news-medical.net/health/What-is-Vasculitis- 
%28Indonesian%29.aspx 
2.10 Komplikasi Vaskulitis
Organ keterlibatan selain ruam kulit sangat jarang, tetapi mungkin parah. Radang 
ginjal dan bahkan lebih jarang luka hati, paru, jantung dan otak telah terjadi pada pasien dengan 
vaskulitis hipersensitif. Peradangan ginjal biasanya ringan. Komplikasi mungkin termasuk 
kerusakan permanen pada pembuluh darah atau kulit dengan jaringan parut, (http://ep rikenzu. 
Blogspo t.com /2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html 
BAB 3 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VASKULITIS 
3.1 Pengkajian 
a. Identitas Klien 
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaaan, pendidikan terakhir, alamat 
b. Riwayat Kesehatan 
1. Riwayat kesehatan sekarang 
seperti gelisah, bingung, cemas dan demam 
2. Riwayat kesehatan dahulu 
Apakah pernah mengalami asma, pneumonia dll. 
3. Riwayat kesehatan keluarga 
Apakah ada diantara anggota keluarga pasien ada yang mengalami penyakit yang sama dengan 
pasien. 
4. Pemeriksaan Fisik 
a. Breath 
Gejala: batuk, sesak napas 
Tanda: distress pernapasan 
b. Blood 
Gejala: proses penyembuhan luka yang lambat 
Tanda: Sianosis 
c. Brain 
Gejala : Nyeri local, sakit, rasa terbakar pada daerah yang terkontaminasi, sertarasa nyeri yang 
kronis. 
Tanda : penurunan rentang gerak, gerak otot melindungi bagian yang sakit 
d. Bladder 
Normal 
e. Bowel 
Gejala : tidak napsu makan, mual, anoreksia 
Tanda : penurunan BB, kekeringan pada membran mukosa, dan dapat menunjukkan adanya 
bising usus hiperaktif 
f. Bone 
Gejala: limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, kelemahan, kelelahan 
Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan rentang gerak, kelainan pada kulit 
dan pembuluh darah 
3.2 Diagnosa Keperawatan 
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi dan pelepasan termoregulator 
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,anoreksia 
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diare, peningkatan asam lambung 
4. Gaungguan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis dinding pembuluh darah
5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan kebocoran kapiler glomerolus 
3.3 RENCANA INTERVENSI 
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 
Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan, 1x24 jam hipertermi berkurang dan tidak terjadi panas 
Kriteria hasil : - Pasien tidak mengeluh badannya panas 
- Suhu tubuh pasien 37 C 
Rencana Intervensi Rasional 
Mandiri 
1. Monitor Tandaa-Tanda Vital : Suhu 
Badan 
2. Berikan Kompres Padsa Aksila Dan 
Kepala Serta Lipatan Paha 
HE 
Ajarkan Klien Pentingnya 
Mempertahankan Cairan Yang 
Adekuat 
Menjelaskan 
Kolaborasi 
Pemberian Obat Antiperatik. 
Observasi 
Monitor tanda-tanda vital 
Mandiri 
1. Sebagai indikator untuk 
mengetauhi status hipertensi. 
2. Menghambat pusat simpatisdi 
hipotalamus sehingga terjadi 
vasodilatasi kulit dengan 
merangsang kelenjar keringat untuk 
mengurangi panas tubuh melalui 
penguapan. 
HE 
Dalam kondisi demam terjadi 
peningkatan evapourarasi yang 
memicu timbulnya dehidrasi. 
Kolaborasi 
Antipiretik dapat membantu 
menurunkan suhu tubuh. 
Observasi 
Untuk mengetahui perubahan tubuh
pasien dari pengobatan 
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia 
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam , kebutuhan nutrisi klien terpenuhi 
Kriteria hasil : - Pasien tidak merasakan mual dan muntah 
- Pasien mengalami peningkatan frekuensi makan 
- Pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi 
Rencana Intervensi Rasional 
Mandiri 
1. Awasi pemasukan diet/jumlah 
kalori 
2. Berikan makan sedikit dalam 
frekuensi sering dan tawarkan 
makan pagi paling besar 
Mandiri 
1. Makan banyak sulit untuk mengatur 
bila pasien anoreksia 
2. Anoreksia sulit makan pada siang 
hari 
3. Menghilangkan rasa tidak enak dapat
3. Berikan perawatan mulut sebelum 
makan 
HE 
1. Anjurkan makan pada posisi 
duduk 
2. Beritahu manfaat pemberian 
nutrisi 
Kolaborasi 
Konsul pada ahli diet, dukungan 
tim nutrisi untuk memberikan diet 
sesuai kebutuhan pasien dengan 
masukan lemak dan protein sesuai 
toleransi 
Observasi 
Observasi BB, ukur lungkar lengan 
meningkatkan nafsu makan 
HE 
1. Meunurunkan rasa penuh pada 
abdomen dan dapat meningkatkan 
pemasukan 
2. Agar mengetahui manfaat 
pemenuhan nutrisi dapat 
meningkatkan daya tahan tubuh 
Kolaborasi 
Berguna dalam membuat program 
diet untuk memenuhi kebutuhan 
individu. Bila toleran, masukan 
normal/lebih protein akan membantu 
regenerasi hati. 
Observasi 
Untuk mengetahui peningkatan BB 
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diare, peningkatan asam lambung 
Tujuan : 
Kriteria : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit 
baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran urine adekuat secara pribadi. 
Tindakan intervensi : 
Intervensi Rasional 
Pantau tanda-tanda vital, termasuk 
CVP bila terpasang. Catat 
hipertensi, termasuk perubahan 
postural. 
Indikator dari volume cairan 
sirkulasi. 
Catat peningkatan suhu dan durasi 
demam. Berikan kompres hangat 
sesuai indikasi. Pertahankan 
pakaian tetap kering. Pertahankan 
kenyamanan suhu lingkungan 
Meningkatkan kebutuhan 
metabolisme dan diaforesis yang 
berlebihan yang dihubungkan 
dengan demam dalam meningkatkan 
kehilangan cairan tak kasatmata. 
Kaji turgor kulit, membran mukosa, 
dan rasa haus. 
Indikator tidak langsung dari status 
cairan. 
Kaji haluaran urine dan berat jenis 
urine. Ukur/kaji jumlah kehilangan 
diarea. Catat kehilangan tak 
kasatmata. 
Peningkatan berat jenis 
urine/penurunan haluaran urine 
menunjukkan perubahan perfusi 
ginjal/volume sirkulasi. Catatan: 
pemanyauan keseimbangan cairan 
sulit karena kehilangan melalui
gastrointestinal yang berlebihan/tak 
kasatmata. 
Timbang berat badan sesuai 
indikasi 
Meskipun kehilangan berat badan 
dapat menunjukkan penggunaan 
otot, fluktuasi tiba-tiba 
menunjukkan status hidrasi. 
Kehilangan cairan berkenaan 
dengan diare dapat dengan cepat 
menyebabkan krisis dan mengancam 
hidup. 
Pantau pemasukan oral dan 
memasukkan cairan sedikitnya 
2500ml/hari. 
Mempertahankan keseimbangan 
cairan, mengurangi rasa haus, dan 
melembabkan membran mukosa. 
Buat cairan mudah diberikan pada 
pasien; gunakan cairan yang mudah 
ditoleransi oleh pasien dan yang 
menggantikan elektrolit yang 
dibutuhkan, mis : gatorade, air 
daging. 
Meningkatkan pemasukan. Cairan 
tertentu mungkin terlalu 
meninmbulakan nyeri untuk 
dikonsumsi (mis: jeruk asam karena 
lesi pada mulut) 
Hilangkan makanan yang potensial 
menyebabkan diare yakni yang 
pedas/makanan berkadar lemak 
tinggi, kacang, kubis, 
susu.mengatur 
kecepatan/konsentrasi makanan 
yang diberikan perselang jika 
diperlukan. 
Meungkin dapat mengurangi diare. 
Kolaborasi: 
Berikan cairan/elektrolit melalui 
selang pemberi makanan/IV 
Pantau hasil pemeriksaan 
laboratorium sesuai indikasi, mis: 
Hb/Ht 
Elektrolit serum/urine 
BUN/Kr 
Berikan obat-obatan sesuai 
indikasi: 
Mungkin diperlukan untuk 
mendukung/memperbesar volume 
sirkulasi, terutama jika pemasukan 
oral tak adekuat, mual/muntah terus 
menerus. 
Bermanfaat dalam memperkirakan 
kebutuhan cairan. 
Mewaspadakan kemungkinan 
adanya gangguan elektrolit dan 
menentukan kebutuhan elektrolit 
tersebut. 
Mengevaluasi perfusi/fungsi ginjal.
Antiemetik, mis: proklorperazin 
maleat (Compasine); 
trimetobenzamid (Tigan); 
metoklopramid (Reglan); 
Antidiarea, mis: difenoksilat 
(Lomotil), loperamid imodium, 
paregorik, atau antispasmodik, mis: 
mepenzolat bromida (Cantil): 
Antipiretik, mis: asetaminofen 
(Tylenol). 
Pertahankan selimut hipotermia 
bila digunakan. 
Mengurangi insiden muntah untuk 
mengurangi kehilangan 
cairan/elektrolit lebih lanjut. 
Menurunkan jumlah dan keenceran 
feses; mungkin mengurangi kejang 
usus dan peristaltik. Catatan: 
antibiotik mungkin digunakan untuk 
mengobati diare jika disebabkan 
oleh infeksi. 
Membantu mengurangi demam dan 
respons hipermetabolisme, 
menurunkan kehilangan cairan tak 
kasatmata. 
Mungkin diperlukan bila tindakan 
lain gagal mengurangi demam yang 
berlebihan. 
4. Gaungguan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis dinding pembuluh darah 
Tujuan : 
Kriteria Hasil : 
1) Menunjukkan regenerasi jaringan 
2) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar 
Intervensi keperawatan: 
Intervensi Rasional 
Kaji/catat ukuran, warna, 
kedalaman luka, perhatikan 
jaringan nekrotik dan kondisi 
sekitar luka. 
Memberikan informasi dasar tentang 
kebutuhan penanaman kulit dan 
kemungkinan petunjuk tentang 
sirkulasi pada area graft. 
Berikan perawatan luka bakar 
yang tepat dan tindakan kontorl 
infeksi 
Menyiapkan jaringan untuk 
penanaman dan menurunkan risiko 
infeksi/kegagalan graft. 
Tinggikan area graft bila 
mungkin/tepat. Pertahankan posisi 
yang diinginkan dan mobilisasi 
area bila diindikasikan. 
Menurunkan 
pembengkakan/membatasi risiko 
pemisahan graft. Gerakan jaringan 
dibawah graft dapat mengubah posisi 
yang mempengaruhi penyembuhan 
optimal. 
Evaluasi warna sisi graft dan 
donor; perhatikan adanya/tak 
adanya penyembuhan. 
Mengevaluasi keefektifan sirkulasi 
dan mengidentifikasi terjadinya 
komplikasi. 
Kolaborasi: 
Siapkan/bantu prosedur 
bedah/balutan biologis. Contoh:
homograft (alograft) 
Heterograft (xenografi, poreine) 
Autograft 
Graft kulit diambil dari kulit orang 
itu sendiri atau orang yang sudah 
meninggal (donor mati) digunakan 
untuk menutupi sementara pada luka 
bakar luas sampai kulit orang itu siap 
ditanam (tes graft), untuk menutup 
luka terbuka secara cepat setelah 
eskarotomi untuk melindungi 
jaringan granulasi. 
Kulit graft diambil mungkin dari 
binatang dengan penggunaan yang 
sama untuk hemograft atau untuk 
menutup autograft yang berlubang. 
Kulit graft diambil dari bagian pasien 
yang tak cedera mungkin ketebalan 
penuh atau ketebalan parsial. 
5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan kebocoran kapiler glomerolus 
Tujuan: 
Kriteria Hasil : 
1) Berkemih dengan jumlah normal 
2) Menunjukkan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih/urine. 
Intervensi keperawatan: 
Intervensi Rasional 
Kaji haluaran urine dan sistem 
kateter/drainase, khususnya selama 
irigasi kandung kemih. 
Retensi dapat terjadi karena edema area 
bedah, bekuan darah, dan spasme 
kandung kemih. 
Perhatikan waktu, jumlah berkemih, 
dan ukuran aliran setelah kateter 
dilepas. Perhatikan keluhan rasa penuh 
kandung kemih; ketidakmampuan 
berkemih, urgensi. 
Kateter biasanya dilepas 2-5 hari 
setelah bedah, tetapi berkemih dapat 
berlanjut menjadi masalah untuk 
beberapa waktu karena edema uretral 
dan kehilangan tonus. 
Dorong pasien untuk berkemih bila 
terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 
2-4 jam per protokol. 
Berkemih dengan dorongan mencegah 
retensi urine. Keterebatasan berkemih 
untuk tiap 4 jam (bila ditoleransi) 
meningkatkan tonus kandung kemih 
dan membantu latihan ulang kandung 
kemih. 
Ukur volume residu bila ada kateter 
suprapubik. 
Mengawasi keefektifan pengosongan 
kandung kemih. Residu lebih dari 50 ml 
menunjukkan perlunya kontinuitas 
kateter sampai tonus kandung kemih 
membaik. 
Kolaborasi: 
Pertahankan irigasi kandung kemih 
kontinu (continuous bladder irrigation 
[CBI]) sesuai indikasi pada periode 
Mencuci kandung kemih dari bekuan 
darah dan debris untuk 
mempertahankan patensi kateter/aliran
pascaoperasi dini. urine. 
BAB 4 
PENUTUP 
4.1 Kesimpulan 
6. Vaskulitis adalah suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang di tandai adanya proses 
inflamasi dan nekrosis dinding pembuluh darah.Pembuluh darah yang terkena dapat arteri atau 
vena dengan berbagai ukuran (Tjokronegoro,2001). Masalah keperawatan yang mungkin timbul 
yaitu Hipertermi,Nutrisi kurang dari kebutuhan,resiko kekurangan cairan,gangguan integritas 
kulit,gangguan pola.

More Related Content

What's hot

SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIA
SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIASISTEM SIRKULASI PADA MANUSIA
SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIADeybi Wasida
 
Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasiSistem sirkulasi
Sistem sirkulasiEva Utami
 
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darahBhyna ChelaLu
 
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)Wulung Gono
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiaSistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiaFajar Hartanto
 
Laporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularLaporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularFerdiana Agustin
 
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koronerTinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koronerOperator Warnet Vast Raha
 
Sistem Sirkulasi dengan video pembelajaran
Sistem Sirkulasi dengan video pembelajaranSistem Sirkulasi dengan video pembelajaran
Sistem Sirkulasi dengan video pembelajaranWahyu PM
 
Kardiovaskuler 01
Kardiovaskuler 01 Kardiovaskuler 01
Kardiovaskuler 01 Dedi Kun
 
Alat peredaran darah
Alat peredaran darahAlat peredaran darah
Alat peredaran darahchie chie
 
Artikel oksigenisasi
Artikel oksigenisasiArtikel oksigenisasi
Artikel oksigenisasiItho Supril
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia KarthikKarthikeya2
 
Bab 4 sistem peredaran darah
Bab 4 sistem peredaran darahBab 4 sistem peredaran darah
Bab 4 sistem peredaran daraharpidaningsi
 
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskulerNonkq Frederic
 

What's hot (20)

SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIA
SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIASISTEM SIRKULASI PADA MANUSIA
SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIA
 
Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasiSistem sirkulasi
Sistem sirkulasi
 
Sistem Sirkulasi
Sistem Sirkulasi Sistem Sirkulasi
Sistem Sirkulasi
 
Askep kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Askep kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA Askep kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Askep kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
 
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darah
 
Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasiSistem sirkulasi
Sistem sirkulasi
 
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
Sistem sirkulasi (sistem peredaran darah manusia)
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiaSistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia
 
Kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA Kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
Kardiovaskuler AKPER PEMKAB MUNA
 
Laporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularLaporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascular
 
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koronerTinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung koroner
 
Sistem Sirkulasi dengan video pembelajaran
Sistem Sirkulasi dengan video pembelajaranSistem Sirkulasi dengan video pembelajaran
Sistem Sirkulasi dengan video pembelajaran
 
Kardiovaskuler 01
Kardiovaskuler 01 Kardiovaskuler 01
Kardiovaskuler 01
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiaSistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia
 
Sistem Sirkulasi
Sistem SirkulasiSistem Sirkulasi
Sistem Sirkulasi
 
Alat peredaran darah
Alat peredaran darahAlat peredaran darah
Alat peredaran darah
 
Artikel oksigenisasi
Artikel oksigenisasiArtikel oksigenisasi
Artikel oksigenisasi
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia
 
Bab 4 sistem peredaran darah
Bab 4 sistem peredaran darahBab 4 sistem peredaran darah
Bab 4 sistem peredaran darah
 
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
 

Viewers also liked

Nescafé Innovation - Consumer Behaviour Class
Nescafé Innovation - Consumer Behaviour ClassNescafé Innovation - Consumer Behaviour Class
Nescafé Innovation - Consumer Behaviour ClassInez Kusuma Dewandani
 
Handbook of the code.pptx ppt
Handbook of the code.pptx pptHandbook of the code.pptx ppt
Handbook of the code.pptx pptKarima Afifah
 
Summer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, Noida
Summer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, NoidaSummer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, Noida
Summer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, NoidaTarun Parashar
 
سر الافخارستيا
سر الافخارستياسر الافخارستيا
سر الافخارستياDodiOshaSam
 
Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12nandaezio1
 
Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12nandaezio1
 
Power point kode etik
Power point kode etikPower point kode etik
Power point kode etikKarima Afifah
 
Power point kode etik
Power point kode etikPower point kode etik
Power point kode etikKarima Afifah
 
Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12nandaezio1
 
מסמך ייזום Connection
מסמך ייזום Connectionמסמך ייזום Connection
מסמך ייזום ConnectionRoy Peled
 
Surat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riama
Surat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riamaSurat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riama
Surat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riamaRiama Desy Sibuea
 
Persentasi wirausaha
Persentasi wirausahaPersentasi wirausaha
Persentasi wirausahaKarima Afifah
 

Viewers also liked (17)

Nescafé Innovation - Consumer Behaviour Class
Nescafé Innovation - Consumer Behaviour ClassNescafé Innovation - Consumer Behaviour Class
Nescafé Innovation - Consumer Behaviour Class
 
Información intecambios2016
Información intecambios2016Información intecambios2016
Información intecambios2016
 
1.introduccion
1.introduccion1.introduccion
1.introduccion
 
Jornadas de puertas abiertas 2015
Jornadas de puertas abiertas 2015Jornadas de puertas abiertas 2015
Jornadas de puertas abiertas 2015
 
SHELF's Company Profile
SHELF's Company ProfileSHELF's Company Profile
SHELF's Company Profile
 
Handbook of the code.pptx ppt
Handbook of the code.pptx pptHandbook of the code.pptx ppt
Handbook of the code.pptx ppt
 
Summer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, Noida
Summer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, NoidaSummer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, Noida
Summer Training Report on Jaypee Greens Wish Town Sector 128, Noida
 
سر الافخارستيا
سر الافخارستياسر الافخارستيا
سر الافخارستيا
 
Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12
 
Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12
 
Power point kode etik
Power point kode etikPower point kode etik
Power point kode etik
 
Power point kode etik
Power point kode etikPower point kode etik
Power point kode etik
 
Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12Makala penagihan pajak.doc12
Makala penagihan pajak.doc12
 
מסמך ייזום Connection
מסמך ייזום Connectionמסמך ייזום Connection
מסמך ייזום Connection
 
Alfi ranita sinaga
Alfi ranita sinagaAlfi ranita sinaga
Alfi ranita sinaga
 
Surat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riama
Surat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riamaSurat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riama
Surat ketetapan pajak dan surat keputusan paper riama
 
Persentasi wirausaha
Persentasi wirausahaPersentasi wirausaha
Persentasi wirausaha
 

Similar to Bab 1

Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)Yesi Tika
 
Bab 4 Sistem Peredaran Darah.pptx
Bab 4 Sistem Peredaran Darah.pptxBab 4 Sistem Peredaran Darah.pptx
Bab 4 Sistem Peredaran Darah.pptxDekaMuliya1
 
CARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.pptCARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.pptPancaBio1
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihanpjj_kemenkes
 
Presentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prinPresentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prinEko Deswanto
 
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATASISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATAnurahlina08
 
Seminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptx
Seminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptxSeminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptx
Seminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptxDewiSintaWK
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihanpjj_kemenkes
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)KANDA IZUL
 
BIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptx
BIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptxBIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptx
BIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptxRachmatMeydi
 
sistem peredaran darah.ppt
sistem peredaran darah.pptsistem peredaran darah.ppt
sistem peredaran darah.pptDekaMuliya1
 
Sistem peredaran Darah
Sistem peredaran Darah Sistem peredaran Darah
Sistem peredaran Darah Ria Astariyan
 
Peredaran Darah - Salsabila Abidah Aziz
Peredaran Darah - Salsabila Abidah AzizPeredaran Darah - Salsabila Abidah Aziz
Peredaran Darah - Salsabila Abidah AzizSatria
 
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASISTRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASIM Ikram
 
Deteksi vaskulitis dengan pemeriksaan anca
Deteksi vaskulitis dengan pemeriksaan ancaDeteksi vaskulitis dengan pemeriksaan anca
Deteksi vaskulitis dengan pemeriksaan ancaSalesIndogen
 

Similar to Bab 1 (20)

Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
 
5. syok kardiogenik
5. syok kardiogenik5. syok kardiogenik
5. syok kardiogenik
 
Bab 4 Sistem Peredaran Darah.pptx
Bab 4 Sistem Peredaran Darah.pptxBab 4 Sistem Peredaran Darah.pptx
Bab 4 Sistem Peredaran Darah.pptx
 
CARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.pptCARDIOVASKULER.ppt
CARDIOVASKULER.ppt
 
Kb 5(1)
Kb 5(1)Kb 5(1)
Kb 5(1)
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Presentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prinPresentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prin
 
Askep kardiovaskuler
Askep kardiovaskulerAskep kardiovaskuler
Askep kardiovaskuler
 
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATASISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
 
Askep chv (gagal jantung)
Askep chv (gagal jantung)Askep chv (gagal jantung)
Askep chv (gagal jantung)
 
Seminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptx
Seminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptxSeminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptx
Seminar 1 Kardiovaskuler_Pernafasan_Integumen.pptx
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
BIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptx
BIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptxBIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptx
BIOLOGI_PPT_peredaran_darah.pptx
 
sistem peredaran darah.ppt
sistem peredaran darah.pptsistem peredaran darah.ppt
sistem peredaran darah.ppt
 
Sistem peredaran Darah
Sistem peredaran Darah Sistem peredaran Darah
Sistem peredaran Darah
 
Peredaran Darah - Salsabila Abidah Aziz
Peredaran Darah - Salsabila Abidah AzizPeredaran Darah - Salsabila Abidah Aziz
Peredaran Darah - Salsabila Abidah Aziz
 
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASISTRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL PENYUSUN JARINGAN PADA SISTEM SIRKULASI
 
Deteksi vaskulitis dengan pemeriksaan anca
Deteksi vaskulitis dengan pemeriksaan ancaDeteksi vaskulitis dengan pemeriksaan anca
Deteksi vaskulitis dengan pemeriksaan anca
 
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskulerAnatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
 

Bab 1

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Walaupun prevelensi vaskulitis belum banyak dilaporkan,tetapi penyakit ini dapat di jumpai seiring dengan kemajuan pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan imunologi lainnya.Vaskulitis baru di curigai bila di jumpai gejala yang tidak dapat diterangkan dengan keadaan iskemia pada kelompok usia muda dan ditemukan kelainan berbagai orga,neuritis atau adanya kelainan pada kulit.Berbagai ahli mengemukakan kriteria diagnostik vaskulitis agar penyakit tersebut mudah diketahui supaya pengobatan dapat diakukan lebih dinin.Arti kata vaskulitis sendiri adalah suatu proses inflamasi pembuluh darah.Disebut vaskulitis primer bila kumpulan gejala (sindrom) yang ditemukan tidak diketahui penyebabnya dan ini merupakan kelompok terbanyak ,sedang vaskulitis sekunder penyebab dapat diketahui,misal oleh karena infeksi,virus,tumor,penyakit kolagen dan kerusakan pembuluh darah akibat obat,bahan kimia atau radiasi. Umumnya pembagian klinis vaskulitis primer didasarkan ukuran pembuluh darah,dan pembagian ini telah diterima oleh banyak klinisi.Masalah yang muncul untuk kepastian diagnosis dapat diatasi dengan diterimanya konsensus Chapell Hill tahun 1994.Kehadiran konsensus ini membuka peluang bila menemukan masalah diagnostic ,karena pembagian tersebut lebih lengkap.Penyakit Kawasaki ,poliarteritis mikroskopik (poliangiitis mokroskopik)dan vaskulitis esensial krioglobulinemia dimasukkan dalam konsensus tersebut,dan tidak ada pada kriteria American College of Rheumatology (ARA)tahun 1990.Walaupun demikian,criteria ARA masih dapat dipergunakan dalam upaya pendekatan diagnostic oleh karena criteria tersebut berdasarkan pada gejala klinis,pemeriksaan jasmani,pemeriksaan laboratorium,pemeriksaan penunjang (angiogram).biopsi jaringan,pengobatan,dan hasil pengobatan bahkan pemerisaan autopsy .Kriteria ARA 1990 hanya membahas 7(tujuh) penyakit, yaitu poliarteritis nodosa,sindrom Chung-Strauss, granulomatosa Wagener, vaskulitis hipersensitif,purpura Henoch-Schonlein,arteritis temporal,dan penyakit Takayasu. Dengan diterimanya kedua consensus tersebut terbuka peluan bagi klinisi untuk mendiagnosis vaskulitis sebaik mungkin sesuai dengan sarana yang ada. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi pembuluh darah ? 1.2.2 Apa definisi dari vaskulitis ? 1.2.3 Apa etiologi dari vaskulitis ? 1.2.4 Apa saja klasifikasi dari vaskulitis ? 1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari vaskulitis ? 1.2.6 Apa saja manifestasi klinis dari vaskulitis ? 1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang dari vaskulitis ? 1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan medis dari vaskulitis ? 1.2.9 Bagaimana prognosis dari vaskulitis ? 1.2.10 Apa saja komplikasi dari vaskulitis ? 1.2.11 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien vaskulitis ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Agar mengetahui dan memahami tentang penyakit vaskulitis 1.3.2 Tujuan Khusus
  • 2. 1.3.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui tentang anatomi fisiologi dari vaskulitis 1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi dari vaskulitis 1.3.2.3 Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi dari vaskulitis 1.3.2.4 Mahasiswa dapat mengetahui tentang klasifikasi dari vaskulitis 1.3.2.5 Mahasiswa dapat mengetahui tentang patofisiologi dari vaskulitis 1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestasi klinis dari vaskulitis 1.3.2.7 Mahasiswa dapat mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dari vaskulitis 1.3.2.8 Mahasiswa dapat mengetahui tentang penatalaksanaan medis dari vaskulitis 1.3.2.9 Mahasiswa dapat mengetahui tentang prognosis dari vaskulitis 1.3.2.10 Mahasiswa dapat mengetahui tentang komplikasi dari vaskulitis 1.3.2.11 Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien vaskulitis 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Agar memahami tentang penyakit vaskulitis 1.4.2 Manfaat Praktis Agar mengetahui penatalaksanaan dalam penanganan pada pasien vaskulitis serta melakukan asuhan keperawatan dengan benar kepada pasien veskulitis. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Fisiologi Vaskuler Tinjauan Fisiologi Perfusi yang adekuat menghasilkan oksigenasi dan nutrisi terhadap jaringan tubuh dan sebagian bergantung pada sistem kardiovaskuler yang berfungsi baik. Aliran darah yang memadai bergantung pada kerja pemompaan jantung yang efisien. Pembuluh darah yang paten dan respon, serta volume sirkulasi darah yang cukup. Aktifitas sistem saraf, kekentaalan darah, dan kebutuhan metabolisme jaringan, menentukan kecepatan aliran darah mempengaruhi juga aliran darah yang adekuat. Sistem vaskuler terdiri 2 sistem yang saling bergantung : Jantung
  • 3. kanan memompa darah ke paru melalui sirkulasi paru dan jantung kiri memompa darah ke semua jaringan tubuh melalui sirkulasi sistemik. Pembuluh darah kedua sistem merupakan saluran pengangkutan darah dari jantung ke jaringan dan kembali ke jantung. Kontraksi ventrikel menyuplai tenaga dorong untuk mengalirkan darah melalui sistem vaskuler. Arteri mendistribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan, sementara vena mengangkut darah yang terdioksigenasi dari jaringan ke sisi kanan jantung. Pembuluh kapiler yang terletak diantara jaringan menghubungkan sistem arteri dan vena dan merupakan tempat pertukaran nutrisi dan sisa metabilisme antara sistem sirkulasi dan jaringan. Arteriol dan venula yang terletak disebelah kapiler, bersama dengan kapiler, menyusun sirkulasi mikro. Sistem limfa melengkapi sistem sirkulasi. Pembuluh limfa mengangkut limfa (cairan serupa plasma) dan cairan jaringan . ( Brunner & Suddarth, 2006) Anatomi system vaskuler Arteri dan arteriol. Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan. Aorta,yang diameternya sekitar 25mm (1 inci) memiliki banyak sekali cabang, yang pada gilirannya terbagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil, arteri dan arteriol, yang berukuran 4 ( 0,16) saat mereka mencapai jaringan. Di dalam jaringan, pembuluh darah terbagi lebih lanjut, mencapai diameter yang lebih kecil, kira-kira 30 um, pembuluh ini dinamakan arteriole. Dinamakan arteri dan arteriola tersusun atas tiga lapisan; lapisan dalam sel endotel yangdisebut intima; lapisan tengah jaringan elastic halus disebut media dan lapisan luar jaringan ikat yang disebut adventisia. Intima, merupakan lapisan yang sangat tipis, merupakan permukaan halus yang berhubungan langsung dengan darah yang mengalir. Lapisan media merupakan bagian terbesar dinding pembulubh di aorta dan arteri besar lainnya dalam tubuh, lapisan ini terutama tersusun atas serabut jaringan elastic dan jaringan ikat yang memberi kekuatan pada pembuluh darah dan memungkinkannya berkontriksi dan dilatasi untuk mengakomodasi darah yang diinjeksikan dari jantung (volume sekuncup) dan menjaga aliran darah agar teratur dan tetap. Lapisan adventisia adalah lapisan jaringan ikat yang mengikat pembuluh darah dari jaringan sekitarnya. Kandungan jaringan elastic pada arteri yang kecil dan arteriola jauh lebih sedikit, dan lapisan media pada pembuluh darah ini tersusun terutama oleh otot polos. ( Brunner & Suddarth, 2006) Otot polos mengontrol diameter dengan cara berkontriksi dan berelaksasi. Faktor kimia, hormone dan system saraf mempengaruhi aktifitas otot polos. Karena arteriola dapat berubah diameternya, maka mereka dapat memberikan tehanan terhadap aliran darah, dan sering dianggap sebagai pembuluh penahan. Arteriola mengatur volume dan tekanan dalam system arteri dan kecepatan darah ke kapiler. Karena banyaknya otot, maka dinding arteri relatif tebal, terhitung sekitar 25% total diameter arteri. Dinding merupakan sekitar 67 % total diameter arteriola. Lapisan intima dan sepertiga tengah lapisan otot polos berhubungan sangat erat dengan darah sehingga pembuluh darah menerima nutrisi melalui difusi langsung. Adventisia dan lapisan media di sebelah luar mempunyai system vaskuler yang relative sedikit untuk nutrisi dan memerlukan suplai darah tersendiri untuk kebutuhan metabolismenya. Kapiler, dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan tersususn hanya oleh satu lapis sel endotel. Struktur berdinding tipis ini memungkinkan transport nutrisi yang cepat dan efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme. Diameter kapiler berkisar antara 5 sampai 10 um, sehingga sel darah merah harus menyesuaikan bentuknya untuk melalui pembuluh darah ini. Perubahan diameter kapiler bersifat pasif dan dipengaruhi oleh perubahan
  • 4. kontriksi pembuluh darah yang mengalirkan ke darah dan dari kapiler. Diameter kapiler juga berubah sebagai respon rangsangan kimia. Pada beberapa jaringan, suatu cincin otot polos dinamakan sfigter prekapiler, yang terletak diakhir arteriola kapiler dan bertanggung jawab, bersama dengan arteriola, untuk mengatur aliran darah kapiler. Beberapa dasar kapiler, seperti dalam ujung jari, mempunyai anastomose ateriovenosa, dimana darah dapat langsung melintas dari sitem arteri ke vena. Pembuluh in dipercaya mengatur perpindahan panas antara tubuh dan lingkungan luar. Penyebaran kapiler sepanjang jaringan, bervariasi tergantung jenis jaringannya misalnya jaringan skelet, yang metabolismenya aktif, mempunyai jaringan kapiler yang lebih padat disbanding jaringan yang kurang aktif seperti kartilago. ( Brunner & Suddarth, 2006) Vena dan venula. Kapiler kemudian bergabung menjadi satu pembuluh besar yang dinamakan venula, yang pada gilirannya menyatu membentuk vena, maka sistem vena secara structural merupakan analogi sistem arteri dan vena cava sesuai dengan aorta. Jenis analogi pada sistem arteri dan vena mempunyai yang kurang lebih sama. Dinding vena, berbeda dengan dinding arteri, lebih sedikit ototnya. Dinding vena kebanyakan hanya merupakan 10 % dari diameter vena, arteri 25 %. Dinding vena seperti halnya arteri tersusun atas tiga lapisan, namun ketiga lapisan tersebut tidak jelas batasannya. Struktur dinding vena yang tipis dan sedikit ototnya tersebut memungkinkan dinding vena mengalami distensi lebih besar disbanding arteri; kemampuan berdistensi dan kompliens yang lebih besar memungkinsejumlah besar darah dapat “tersimpan” didalam vena dibawah tekanan rendah. Dengan alasan ini maka vena dianggap sebagai pembuluh kapasitan. Kurang lebih 75 % volume darah total tersimpan dalam vena. Sistem saraf simpatis, yang mempersarafi otot vena, dapat merangsang vena untuk berkontriksi (vena kontriksi), sehingga menurunkan volume vena dan menaikkan volume darah dalam sirkulasi umum. Beberapa vena tidak seperti arteri, dilengkap dengan katup. Secara umum vena yang mengalirkan darah melawan tekanan gravitasi seperti pada ekstremitas bawah, memiliki katup satu arah yang memisahkan kolom darah, sehingga darah tidak mengalir balik saat didorong kea rah jantung. Katup tersusun atas bila-bila endotel, yang kemampuannya tergantung pada integritas dinding vena. ( Brunner & Suddarth, 2006) Pembuluh limfa. pembuluh limfa merupakan sistem komplek pembuluh berdinding tipis yang mirip dengan kapiler darah. Jaringan ini bertugas mengumpulkan cairan limfa dari jaringan dan organ dan mengangkut cairan tersebut ke sirkulasi vena. Pembuluh limfe bergabung menjadi dua trunkus utama, duktu toraksikus berjalan dari sisa tubuh lainnya. Pembuluh limfa perifer bergabung menjadi pembuluh limfa yang lebih besar dan melintasi nodus limfatikus regional sebelum memasuki sirkulasi vena. Nodus limfatikus berperan pentig dalam penyaringan partikel asing. Pembuluh limfa dapat ditembus oleh molekul besar dan merupakan satu-satunya cara dimana protei intertisial dapat kembali ke sistem vena. Dengan adanya kontraksi otot, pembuluh limfa berubah bentuk, menciptakan rongga diantara sel endotel, yang memungkinkan protein dan partikel dapat memasuki pembuluh darah tersebut. Kontraksi otot dinding limfa dan jaringan sekitarnya membantu mendorong cairan limfa ke aliran vena. Kebutuhan sirkulasi jaringan Jumlah darah yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh selalu berubah. Prosentasi aliran darah yang diterima oleh organ atau jaringan tertentu ditentukan oleh jaringan oleh kecepatan metabolisme jaringan, ketersediaan itu sendiri. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme, pembuluh darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi ke jaringan akan berkontriksi dan darah yang mengalir ke jaringan akan berkurang. Kebutuhan
  • 5. metabolism jaringan meningkat pada aktifitas fisik atau latihan, pemberian panas local, demam dan infeksi, penurunan kebutuhan metabolisme. ( Brunner & Suddarth, 2006) Metabolisme jaringan terjadi saat istirahat atau pengurangan aktivitas fisik, pemberian pendinginan lokal, dan pendinginan badan. Bila pembuluh darah gagal berdilatasi sebgai respon peningkatan kebutuhan aliran darah, akan terjadi iskemia jaringan(kekurangan suplai darah). Mekanisme dimana pembuluh darah berdilatasi dan berkontraksi untuk menyesuaikan perubahan metabolisme menunjukkan bahwa tekanan arteri yang normal tetap terjaga. Ketika darah melintasi kapiler jaringan, oksigen dikeluarkan dan karbondioksida dimasukkan. Jumlah oksigen yang diekstrasi pada berbagai jaringan berbeda. Misalnya, jantung cenderung mengekstraksi sekitar 50% oksigen dari darah arteri setiap kali darah melintasi jaringan kapilernya, sementara ginjal hanya mengekstraksi 7 % oksigen dari darah yang melintasinya. Jumlah rata-rata oksigen yang dikeluarkan secara bersama oleh seluruh jaringan tubuh sekitar 20%, artinya darah dalam vena kava mengandung sekitar 25% oksigen lebih sedikit disbanding darah aorta. Hal ini dikenal sebagai perbedaan oksigen arterio-vena sistemik. Kadarnya akan meningkat bila jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan menurun karena kebutuhan metabolismenya menurun. Aliran Darah Aliran darah melalui sistem kardiovaskuler selalu mengikuti arah yang sama, jantung kiri ke aorta ,arteri,arteriola,kapiler,venula,vena, vena kava dan akhirnya ke jantung kanan. Aliran satu arah ini disebabkan karena perbedaan tekanan yang terjadi antara sistem arteri dan vena. Karena tekanan arteri(sekitar 100 mmHg) lebih tinggi disbanding takanan vena(sekitar 4 mmHg), dan cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, maka darah selalu mengalir dari sistem arteri ke sistem vena. Perbedaan tekanan ( P) antara kedua aliran pembuluh darah tersebut merupakan daya dorong darah tersebut merupakan daya dorong darah ke depan. Hambatan terhadap aliran darah menghasilkan tenaga balik, yang dikenal sebagai tahanan(R). Jadi kecepatan aliran darah ditentukan dengan membagi perbedaan tekanan dengan tahanan : Aliran = P/R Dari persamaan tersebut terlihat bahwa bila tahanannya menigkat maka diperlukan tekanan pendorong yang lebih besar untuk menjaga aliran darah yang tetap. Secara fisiologis peningkatan tekanan tekanan pendorong diperoleh dengan menigkatkan tenaga kontraksi jantung. Bila tahanan arteri meningkat secara kronis, jantung akan mengalami hipertropi untuk mempertahankan tenaga kontraksi yang besar. ( Brunner & Suddarth, 2006) Pada kebanyakan pembuluh darah halus yang panjang, aliran bersifat laminer atau sejajar, dengan darah ditengah pembuluh bergerak sedikit lebih cepat dari darah yang berada dekat pembuluh,aliran laminer menjadi turbulen bila kecepatan aliran darah meningkat, bila kekentalan darah meningkat, bila diameter pembuluh lebih besar dari normal atau bila suatu segmen pembuluh mengalami penyempitan atau konstruksi. Aliran darah turbulen menghasilkan suara, yang dinamakan bruits, yang terdengar dari luar dengan stetoskop. Filtrasi dan reabsorbsi kapiler pertukaran cairan melalui dinding kapiler berlangsung terus-menerus. Cairan tersebut, yang mempunyai komposisi sama dengan plasma tanpa protein, merupakan cairan interstisial. Kesetimbangan antara tekanan hidrostatik dan osmotic darah dan interstisium, seperti permiabelitas kapiler, mengatur jumlah dan arah perpindahan cairan melintasi kapiler. Tekanan
  • 6. hidrostatik adalah tekanan pendorong yang dibangkitkan oleh tekanan darah. Tekanan osmotic adalah tenaga penarik yang dihasilkan oleh protein plasma. Normalnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri kapiler relative lebih tinggi disbanding vena. Tekanan yang tinggi pada ujung arteri kapiler ini cenderung mendorong cairan keluar dari kapiler kerongga-rongga jaringan. Tekanan osmotic cenderung menarik kembali cairan kedalam dari ruangan diantara jaringan, namun tekanan osmotic ini tak mampu melawan tekanan hidrostatik yang tinggi pada ujung kapiler. Tetapi pada ujung vena kapiler, tekanan osmotic akan mendominasi tekanan hidrostatik yang rendah dan terjadilah reabsorbsi bersih cairan dari rongga antar jaringan kembali ke kapiler. Tampaknya semua cairan yang difiltrasi di ujung arteri kapiler diabsorbsi kembali pada akhiran vena, kecuali sejumlah kecilsaja yang tidak diabsorbsi. Kelebihan cairan filtrasi tersebut akan masuk kedalam sirkulasi limfatik. Proses filtrasi, reabsorbsi dan pembentukan limfa tersebut membantu mempertahankan volume cairan dan mengangkut sampah dari debris jaringan. Permeabilitas kapiler, pada kondisi normal tetap konstan. Pada beberapa keadaan abnormal, cairan yang difiltrasi keluar dari kapiler, jauh melebihi jumlah yang diabsorbsi dan yang diangkut oleh pembuluh limfa. Ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi akibat kerusakan dinding kapiler dan kenaikan permeabilitas, sumbatan aliran limfa, peningkatan tekanan vena, atau penurunan tekanan osmotic protein plasma. Penimbunan cairan yang terjadi pada proses ini dinamakan edema. Tekanan hemodinamika Factor terpenting pada sistem vaskuler yang menentukan tahanan adalah jari-jari pembuluh darah. Sedikit saja perubahan jari-jari dapat mengakibatkan perubahan besar pada tahanannya. Tempat dominan untuk terjadi perubahan diameter atau lebar pembuluh darah dan pada gilirannya tahanan, adalah arteriola dan sfingter prekapiler. ( Brunner & Suddarth, 2006) Tahanan vaskuler perifer adalah perlawanan pembuluh darah terhadap aliran darah. Hokum poiseuille memudahkan perhitungan tekanan. R = 8  L/r4 Dimana R = tahanan, r = jari-jari pembuluh darah, L = panjang pembuluh,  = kekentalan darah, dan 8/ = konstanta. Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa tahanan berbanding lurus dengan kekentalan darah dan panjang pembuluh darah, tetapi berbanding terbalik dengan pangkat empat jari-jari pembuluh darah. Kekentalan darah dan panjang pembuluh darah, pada kondisi normal, tidak ada perbedaan secara bermakna. Maka, biasanya kedua factor tadi tidak banyak berperan terhadap aliran darah. Namun peningkatan hematocrit yang sangat tinggi, dapat meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan aliran darah kapiler. Mekanisme regulasi vaskuler perifer Karena kebutuhan metabolism jaringan tubuh selalu berubah meskipun dalam keadaan istirahat, maka perlu adanya sistem regulasi yang integral dan terkoordinasi sehingga aliran darah kesetiap bagian tetap dapat dipertahankan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Seperti yang diduga, mekanisme regulasi ini sangat kompleks dan terdiri atas pengaruh saraf pusat, hormone dan sirkulasi bahan kimia, dan aktivita independen dinding arteri itu sendiri. Aktivitas sistem saraf simpatis (adrenergik), yang diperantarai oleh hipotalamus, adalah factor terpenting dalam regulasi diameter, demikian juga regulasi aliran darah pembuluh darah perifer. Semua pembuluh darah dipersarafi oleh sistem saraf simpatis kecuali kapiler dan sfingter prekapiler. Stimulasi saraf simpatis mengakibatkan vasokonstruksi. Neurotransmiter yang bertanggung jawab pada vasokonstruksi simpatis adalah norepinefrin. Aktivasi simpatis terjadi
  • 7. sebagai respons terhadap berbagai stresor fisiologi dan fisiologis. Penghilangan aktivitas simpatis dengan obat-obatan atau simpatektomi mengakibatkan vasodilatasi. Hormon lain juga mempengaruhi tahanan vaskuler perifer Epinefrin, yang dihasilkan oleh medula adrenal, bekerja mirip dengan norepinefrin pada konstruksi pembuluh darah perifer pada kebanyakan jaringan.Terapi pada konsentrasi rendah, epinefrin menyebabkan vasodilatasi pada otot skelet, jantung dan otak. Angiotensin, zat yang kuat yang terbentuk dari interaksi antara rennin (desintesa di ginjal) dan protein dalam sirkulasi, menstimulasi konstriksi arteri. Meskipun konsentrasi angiotensin dalam darah biasanya rendah,namun efek vasokonstruktornya yang kuat menjadi penting hanya pada beberapa keadaan patofisiologi tertentu, seperti gagal jantung kongestif dan hipovolemia. Perubahan aliran darah local dipengaruhi berbagai zat yang beredar yang mempunyai sifat vasoaktif. Zat vasodilatasi kuat mencakup histamine,bradikinin,prostaglandin dan beberapa metabolit otot. Turunnya persediaan oksigen dan nutrisi dan perubahan pH local juga mempengaruhi aliran darah. Serotonin, suatu zat yang dibebaskan dari trombosit yang teragregasi di sekitar tempat kerusakan dinding pembuluh darah, membuat arteiol berkonstriksi. Pemberian panas pada bagian permukaan tubuh mengakibatkan vasodilatasi local, sedangkan pemberian dingin menyebabkan vasokontriksi. Patofisiologi system vaskuler Penurunan aliran darah melalui pembuluh darah perifer merupakan tanda pada semua penyakit vaskuler perifer. Efek fisiologi berubahnya aliran darah tergantung pada besarnya kebutuhan jaringan yang melebihi suplai oksigen dan nutrisi yang tersedia.Bila kebutuhan jaringan tinggi,maka bila terjadi sedikit penurunan aliran darah dapat mengganggu pemeliharaan integritas jaringan sehingga jaringan menjadi iskemi (kekurangan suplai darah),malnutrisi dan kematian apabila kekurangan aliran darah tersebut tidak diperbaiki. Gagal jantung. Aliran darah perifer yang tidak memadai terjdi bila kerja pemompaan jantung tidak efisien.Gagal jantung kiri menyebabkan penimbunan darah di paru dan penurunan aliran kedeoan atau curah jantung.Gagal jantung kanan menyebabkan kongesti vena sistemik dan penurunan aliran kedepan. perubahan pembuluh darah dan pembuluh limfa. Pembuluh darah yang utuh, paten dan responsive diperlukan untuk menyalurkan oksigen yang cukup ke jaringan dan mengangkut sampah metabolisme. Arteri dapat mengalami obstruksi akibat plak aterosklerosis, thrombus atau embolus. Arteri dapat rusak atau mengalami obstruksi akibat trauma kimia atau mekanis, infeksi atau proses radang, gangguan vasospatik dan malformasi congenital. Oklusi arteri yang mendadak menyebabkan iskemia berat pada jaringan, sering ireversibel dan berakhir dengan kematian jaringan.Bila oklusi arteri berlangsung secara bertahap, resiko kematian jaringan mendadak menjadi lebih rendah karena sirkulasi kolateral mempunyai kesempatan untuk berkembang. Aliran darah vena menurun akibat thrombus yang menyumbat vena, katup vena yang inkompeten, atau oleh penurunnya efektifitas kerja pemompaan otot di sekitarnya.Penurunan aliran darah vena mengakibatkan peningkatan tekana vena, di ikuti peningkatan tekanan hidrostalik kapiler, filtrasi bersih cairan keluar dari kapiler ke rongga interstisial, dan selanjutnya terjadi edema .Jaringan edema tidak mampu mernerima nutrisi yang memadai dari darah sebagi konsekuensinya jaringan tersebut labih peka terhadap kematian atau edema dan infeksi.
  • 8. Sumbatan pembuluh limfa juga mengakibatkan edema. Pembuluh limfa dapat mengalami penyumbatan oleh tumor atau kerusakan akibat trauma mekanis atau proses radang. Pertimbangan gerontologist Proses penuaan menghasilkan perubahan dinding pembuluh darah yang mempengaruhi tranportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan.Lapisan intima menebal sebagai akibat poliferasi seluler dan fibrosis. Serabut elastic di lapisan media mengalami kalsifikasi , tipis dan terpotong dan kolagen tertimbun di lapisan intima maupun media. Perubahan tersebut menyebabkan kekakuan pembuluh darah, yang mengakibatkan peningkatan tekanan perifer gangguan aliran darah, dan peningkatan beban kerja ventrikel kiri. 2.2 Definisi Vaskulitis Vaskulitis adalah suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang di tandai adanya proses inflamasi dan nekrosis dinding pembuluh darah.Pembuluh darah yang terkena dapat arteri atau vena dengan berbagai ukuran (tjokronegoro,2001) 2.3 Etiologi Vaskulitis Sampai saat ini penyebab penyakit ini belum di ketahui dengan jelas, namun ada beberapa yang memegang peranan yang memicu timbulnya penyakit ini(http://ep rikenzu. Blogspo t.com/2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html) ,, yaitu: a. Komplek imun b. Infeksi bakteri atau virus c. Elergi terhadap obat atau akibat pajanan terhadap bakteri, virus dan parasit. d. Genetik e. Nekrosis granulomatosa 2.4 Klasifikasi Vaskulitis Walaupun banyak pembagian mengenai vaskulitis akan tetapi klasifikasi yang banyak dianut adalah pembagian menurut Consensus Chapel Hill (1994) yang melibatkan berbagai ahli sehingga dapat diterima dari berbagai susdut pandang. (tjokronegoro,2001) 1. Vaskulitis Primer a. Vaskulitis Pembuluh Darah Besar a) Arteritis Takayasu Adalah penyakit kronik yang tidak diketahui etiologinya yang sering muncul pda wanita muda. Prepalensi lebih banyak ditemukan pada orang asia . penyempitan , sumbatan bervariasi tergantung kepada tingkat kelainan penyakit tersebut sehingga gejala klinisnya akan berbeda tergantung derajat penyumbatan dan kerusakan .
  • 9. Umumnya 80-90% arteritis takayasu mengenai wanita . dapat dimulai pada umur 10-40 tahun . Gejala awal umumnya berupa kelelahan , penurunan berat badan , dan panas yang tidak terlalu tinggi . Gejala artralgia atau pun nyeri otot ditemukan pada separuh pasien dan jarang disertai sinovitis. Nyeri daerah sendi dapat hilang timbul atau menetap . (tjokronegoro,2001) Tanda dan gejala lainnya asimetris denyut arteri dan hilangnya pulsus arteri , bruit di arteri , hipertensi (reno vascular) , sakit kepala , sinkop atau postural dizziness dan klaudikasio Criteria diagnosis arteritis takayasu ( ditemukan 3 dari 6 kriteria ) No Kriteria Definisi 1 Usia awal penyakit < 40 tahun Timbul gejala ditemukan pada umur 40 tahun atau kurang 2 Gejala klaudikasio ekstremitas Perburukan kelemahan , perasaan tidak enak pada otot (pegal) satu atau lebih terutama bila melakukan aktivitas terutam ekstremitas bagian atas 3 Penurunan pulsasi arteri brakialis Adanya penurunan pulsasi salah satu atau kedua arteri brakialis 4 Perbedaan TD > 10 mmHg Adanya pebedaan TD sistolik >10 mmHg antara kedua lengan 5 Bruit pada daerah A . subklavia atau aorta Ditemukan bruit pada pemeriksaan auskultasi
  • 10. diatas kedua daerah atau salah satu arteri subklavia atau pun aorta abdominalis 6 Angiografi yang abnormal Ditemukan arteriogram dengan penyempitan atau penyumbatan aorta dan cabang – cabangnya . b) Arteritis Temporal (giant cell arteritis) Suatu penyakit yang kausanya tidak diketahui,terjadi pada pembuluh arteri besar dan medium.Gejala akan muncul pada umur 50 tahun atau lebih (90% didapatkan pada umur 60 tahun atau lebih), insidensi terbanyak pada usia 70 tahun.Dua pertiga pasien adalah wanita.Pada umumnya gejala dapat muncul beberapa minggu sebelum diagnosis ditegakkan. Gejala dapat berupa kelelahan, pana, dan berat badan menurun. Keluhan panas ditemukan pada setengah pasien arteritis temporal. Suhu dapat tinggi lebih dari 40 derajat Celsius dan disertai gejala yang mirip sepsis. Gejala lainnya yang sering di jumpai adalah polimialgia reumatika dan keluhan sakit kepala dan gejala local yang berhubungan dengan lesi kelainan berupa nyeri tekan di arteri temporal, pembengkakan dan kadang ditemukan bruit. Kadang ditemukan gangguan penglihatan yang dapat menetap. Criteria diagnostic arteritis temporal.(ditemukan 3 dari 5 kriteria) (Kriteria American college of rheumatology tahun 1990) Kriteria Definisi
  • 11. 1 Usia saat awitan ≥ 50 tahun Timbul tanda dan gejala pertama kali pada usia 50 tahun atau lebih 2 Sakit kepala (baru) Nyeri yang baru pada lokasi 3 Kelainan A.temporalis A.temporalis yang lemah pada palpasi atau ditemukan pulsasi yang menurun, tidak ada hubungannya dengan aterossklerosis a.cervicals 4 Kenaikan LED LED ≥50mm/jam (westergen) 5 Kelainan pada biopsi Menunjukkan predominansi infiltrasi mononuclear atau infragranulomatosa umumnya dengan multi-nuklear giant cell b. Vaskulitis Pembuluh Darah Sedang a) Poliarteritis nodosa (Poliarteritis nodosa klasik) Suatu penyakit kompleks imun arteri muskularis dan arteriol. Penyakit ini jarang mengenai paru dan etiologinya tidak diketahui. Gejala yang dapat ditemukan ialah : artralgia , mialgia , gangguan saraf perifer , kemerahan pada kulit ,nodul di kulit , nyeri abdomen , hipertensi ,dan gangguan pada jantung ( gagal jantung ). Untuk memudahkan pendekatan diagnosis perlu diingat hal sebagai berikut :  Vaskulitis yang mengenai pembuluh darah sedang, organ yang terkena kulit , otot, saraf perifer , lambung , ginjal , sedang paru –paru tidak terkena.  Dihubungkan dengan HBsAg (kurang lebih 20 %)  Diagnosis ditegakkan dengan angiografi dan biopsi jaringan . Arteriografi menunjukkan adanya aneurisma atau oklusi arteri visera yang bukan disebabkan oleh arteriosklerosis atau sebab noninflamasi lainnya.Pada biopsi didapatkan adanya gambaran granulosit dan mononuklear pada dinding arteri.
  • 12. b) Penyakit Kawasaki Beberapa buku menyebut istilah poliarteritis infantile , karena berhubungan dengan usia yang terjadi pada anak-anak . Penyakit ini jarang mengenai orang dewasa. Kriteria diagnosis : 1. Panas > 5 hari 2. Ditemukan 4dari 5 keadaan ini : A. Injeksi konjungtiva non eksudatif bilateral . B. Ditemukan salah satu kelainan di orofaring : 1. Injected atau fisura di bibir 2. Injected farings 3. Strawberry tongue C. Satu atau lebih kelainan di ekstremitas. 1. Eritema di telapak tangan 2. Edema di tangan atau kaki 3. Deskuamasi periungual 4. Eksantema polimorfi 5. Kelenjar getah bening servikal akut non supuratif inflamasi 4. Penyakitnya tidak dapat diterangkan oleh sebab lain . c. Vaskulitis Pembuluh Darah kecil a) Granulomatosis Wagener Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran nafas bagian atas dan bawah serta ginjal yang etiologinya tidak di ketahui .Proses inflamasi yang terjadi dapat mengenai system arteri dan
  • 13. vena terbukti dengan ditemukannya deposit sel limfosit dan sel fagosit lainnya . Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa yang bertanggung jawab pada proses diatas adalah system imun . Hubungannya dengan ANCA (merupakan suatu keadaan kompleks imun)yang dapat merusak pembuluh darah banyak dilaporkan peneliti , walaupun pada beberapa kasus belum terbukti hubungannya. Bila mengenai ginjal akan menimbulkan glomerulonefritis kresentik . Kriteria diagnostik granulomatosa wagener (ditemukan 2 dari 4 kriteria di bawah ini ) No Kriteria Definisi 1 Inflamasi oral atau nasal Timbulnya ulkus di mulut yang nyeri atau tidak di temukannya sekret hidung yang purulen atau hemoragik 2 Foto dada abnormal Dapat di lihat gambaran nodul , infiltrat yang menetap atau kavitas 3 Sedimen urin Ditemukan mikrohematuria (> 5 sel darah merah / LPB) atau silinder eritrosit 4 Biopsi , adanya inflamasi Inflamasi granulomatosa di temukan pada granulomatosa dinding arteri atau daerah perivaskuler/ekstravaskuler Beberapa penelitian mengemukakan bahwa granulomatosis wagener sangat berhubungan erat dengan ANCA , sehingga pemeriksaan ini sekarang dapat di pakai sebagai pemeriksaan penapis untuk penyakit wagener. b) Sindrom Churg-Strauss Keadaan yang perlu diketahui mengenai sindrom churg strauss ialah : 1. Vaskulitis yang mengenai arteri dan vena pembuluh darah sedang dan dapat mengenai paru, saluran nafas bagian atas , usus, susunan saraf perifer , kulit ,dan ginjal.
  • 14. 2. Diawali gejala vase alergi (gejal asma). 3. Eosinofilia dan peninggian eosinofil di paru Kriteria diagnostik sindrom churg-strauss (ditemukan 4 dari 6 kriteria) No Kriteria Definisi 1 Asma Riwayat wheezing atau ronki kering nyaring pada ekspirasi 2 Eosinofilia Eosinofil >10% hitung jenis 3 Riwayat alergi Riwayat alergi musim,dan makanan serta kontak lainnya kecuali alergi obat. 4 Mononeuropati Berhubungan dengan vaskulitis sistemik atau poli neuropati 5 Infiltrat paru yang tidak menetap 6 Kelainan sinus 7 Eosinofil ekstra vascular Biopsi arteri , arteriol atau venul menunjukkan penumpukan eosinofil ekstra vaskular c) Poliarteritis mikroskopik Poliarteritis mikroskopik (PM) adalah suatu vaskulitis sistemik yang mengenai arteriol dan kapiler dengan gejala prodromal panas, lelah , dan mialgia, yaitu suatu sindrom yang menyerupai infeksi virus.Pada PM ini tidak ada hubungannya ddengan infeksi. Gejale tersebut dapat berlangsung 1 bulan sebelum tanda dan gejala penuh poliarteritis mikroskopik terlihat. Kelainan akut GN kresentik dapat disebabkan oleh poliarteritis mikroskopik selain granulomatosa wagener. Walaupun penyakit tersebut hampir serupa akan tetapi gejala di luar ginjal berbeda. Poliarteritis mikroskopik dapat menyebabkangagal ginjal akut (GGA) sehingga bila menemukan gejala GGA tanpa sebab tidak jelas perlu dipikirkan PM. Perbedaan yang lain dengan granulomatosis wagener adalah bahwa pada PM, ANCA jarang ditemukan. Penyakit ini bila tidak segera di obati akan berakibat fatal, oleh karena itu penemuan secara cepat akan memberikan prognosis yang lebih baik.
  • 15. d) Purpura Henoch-Schonlein Suatu sindrom tanpa trombositopenia nyeri abdomen , kadang ditemukan perdarahan saluran cerna , dan kelaina ginjal. Ditemukannya kompleks imun lgA di jaringan merupakan hal yang patognomonik . Umumnya pasien adalah anak-anak dan kadang-kadang penyakit ini self limiting yang tidak menemukan pengobatan. Kriteria diagnostik (ditemukan 2 dari 4 kriteria) 1. Pulpura palpable 2. Umur mulai kena kurang atau sama dengan 20 tahun 3. Bowel angina 4. Pada biopsi ditemukan granulosit pada dinding pembuluh darah (arterio maupun venul) e) Vaskulitis krioglobulinemia esensial Tanda dan gejal yang perlu diketahui : Vaskulitis pada pembuluh darah kecil umumnya mengenai kulit, saraf perifer, sendi dan ginjal dan umumnya karena infeksi hepatitis C. f) Angitis kutaneus leukositoklastik
  • 16. Vaskulitis yang mengenai pembuluh darah kecil ini sering juga disebut hypersensitivity vasculitis, oleh karena gejala lebih banyak pada daerah kulit , jarang / tidak ditemukan kelainan pada visceral . Nama lain ialah allergic vasculitis, cutaneus systemic vasculitis, leucocytoclastic vasculitis atau small vessel vasculitis. Walaupun banyak nama , akan tetapi semua sependapat bahwa kelainan hanya pada kulit saja yaitu pada biopsi akan terlihat suatu endapan (deposit) kompleks imun dengan suatu aktivasi komplemen Kriteria diagnostik Angitis Leukositoklastik(ditemukan 3 dari 5 kriteria) No Kriteria Definisi 1 Usia saat awitan penyakit >16 tahun 2 Pengobatan saat awitan penyakit Pengobatan yang didapat yang mungkin menjadi faktor presipitasi 3 Pulpura palpabel Tidak berhubungan dengan trombositopenia 4 Ruam makulopapular 5 Gambaran biopsi arteriol dan venul Adanya gambaran granulosit pada perivaskular dan ekstra vascular 2. Vaskulitis Sekunder a. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit infeksi (endokarditis bacterial,viral,mikobakterial dan riketsia). b. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit kolagen(lupus eritematosus sistemik,arthritis rheumatoid,sindrom Sjogren’s,dermatomiositis) c. Vaskulitis oleh karena obat(drug induced vasculitis) d. Vaskulitis yang berhubungan dengan keganasan e. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik(hepatitis kronik aktif,sirosis biliaris primer).
  • 17. 2.5 Patofisiologi dan WOC Vaskulitis Vaskulitis terjadinya akibat aktivitas proses imunologi pada dinding pembuluh darah.Bebeapa pertanyaan yang banyak dikemukakan misalnya ,kenapa vaskulitis itu terjadi ,keadaan apa saja yang dapat mencetuskan kerusakan pembuluh darah,atau jenis allergen apa saja yang dapat menyebabkan vaskulitis,dan mengapa proses inflamasi tersebut hanya terjadi pada pembuluh darah tertentus saja tanpa melibatkan pembuluh darah lainnya,serta mediator-mediator yang dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah.Kondisi tersebut hanya sebagian dapat diterangkan sedangkan mekanisme lainnya masih dalam penelitian. Keadaan imunologi yang dapat menerangkan timbulnya aktivasi imunologi ditentukan oleh beberapa keadaan,yaitu jumlah antigen,kemampuan tubuh mengenal antigen,kemampuan respons imun untuk mengiliminasi antigen dan route(target organ)yang dirusak. Beberapa mediator yang dapat terlibat dalam vaskulitis ini,misal:interleukin(sitokin)yaitu suatu molekul yang dihasilkan oleh sel yang teraktivasi oleh respons imun yang dpat berpengaruh terhadap mekanisme imunolgi selanjutnya.Interleukin yang berperan pada vaskulitis ialah: IL-1,IL-2,IL-6,IL-4,TNF alfa,dan interferon gama.S edangkan mediator inflamasi lainnya yang terlibat dalam terjadinya vaskulitis misalnya histamine,serotonin,PAF dan endotelin. Dengan ditemukannya ANCA (Anti Neutrophilic Cytoplasmic Antibody) pathogenesis beberapa vaskulitis dapat diterangkan,dan dari beberpa laporan penelitian pemeriksaan ini erat kaitannya dengan arteritis Wegener. (tjokronegoro,2001). Vaskulitis Reumatoid dan Poliarteritis Nodosa Patologi pada penyakit ini yaitu: adanya inflamasi nekrotik fokal, panmural mengenai arteri otot berukuran kecil dan sedang. Seluruh arteri tubuh dapat terkena dengan berbagai tingkatan inflamasi. Lesi awal berupa nekrosis fibrinoid bersebukan sel radang. Perubahan kronik tampak sebagai parut yang tebal dan menyebabkan oklusi pembuluh darah. Pada tahap awal tampak adanya deposit komplek imun baik immunoglobulin maupun komplemen dan sulit di temukan pada fase kronik. Vaskulitis Hipersensitif Proses inflamasi dapat di cetuskan oleh reaksi alergi terhadap obat atau akibat pajanan terhadap bakteri, virus atau parasit. Reaksi di perantarai sel maupun komplek imun dapat terlihat pada penyakit ini. Pada fese akut tampak pembengkakan endotel pembuluh darah di sertai oklusi lumen, sebukan sel radang polimurfonuklear dan tampak adanya fragmentasi nucleus serta leukositoklasik. Tampak pula nekrosis fibrinoid dan ekstrafasasieritrosit. Fase lanjut akan mengenai jaringan ikat yang lebih luas dari dermis. (http://ep rikenzu. Blogspo t.com /2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html) Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss) Pada pembuluh darah dapat di jumpai deposit imunoglobulin. Nekrosis granulomatosa di jumpai baik pada arteri kecil dan sedang maupun pada vena. Granuloma berukuran 1 mm yang terletak dekat arteri kecil mengandung banyak eusinofil yang di kelilingi oleh makrofag dan sel raksasa epiteloid. Pada fese akut sebukan sel radang lebih banyak di dominasi oleh eusinofil dan pada fese kronik lebih banyak di jumpai makrofag dan sel raksasa. Pada kulit, ginjal gambaran patologi lebih karakteristik dimana terlihat granuloma eusinofilik serta infiltrasi eusinofil. Arteritis Takayasu Proses patofisiologi penyakit ini di kaitkan dengan adanya infeksi oleh spirochaeta, basil tuberculosis dan streptococcus. Di jumpai adanya antibodi terhadap aorta. Purpura Henoch-Schonlein
  • 18. Sepertihalnya vaskulitis hipersensitif, pada penyakit ini memberikan gambaran patofisisologi yang hampir sama. Kebanyakan immunoglobulin yang di jumpai adalah Ig A. proses aktivasi komplemen lebih banyak melalui jalur alternatif. Granulomatosis Wegener Pada tahap awal terlihat keterlibatan paru dan di ikuti oleh berbagai proses inflamasi sistemik di banyak jaringan lain termasuk ginjal. Terdapat gangguan imunitas yang di perantarai sel dan di curigai berkaitan dengan faktor genetik berkaitan dengan HLA-DR2 dan HLA-B8. pada fase awal tampak adanya granuloma nekrotik yang di kelilingi oleh histiosid yang membentuk palisade 2.6 Manifestasi Vaskulitis a. Vaskulitis Reumatoid Manifestasi klinis yang merupakan gabungan dengan arthritis rheumatoid sering di jumpai pada pasien ini, baik laki-laki maupun wanita, dapat di jumpai gejala konstitusional seperti demam dan kelelahan, Infark ujung jari merupakan kelaininan yang mudah di temukan di sertai dengan neuropati sensorimotor. Penyakit ini tidak berkaitan dengan gangguan ginjal. Di jumpai peningkatan titer factor rheumatoid, rendahnya kadar komplemen serum, krioglobulin dan meteri komplek imun dalam serum, juga terdapat peningkatan laju endapan rendah, anemia, trombosit dan menurunnya kadar albumin serum (http://ep rikenzu. Blogspo t.com /2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html) b. Poliarteritis Nodosa (Poliarteritis nodosa klasik) Suatu penyakit kompleks imunarteri muskularis dan arteriol. Penyakit ini jarang mengenai paru dan etiologinya belum diketahui. Gejala yang dapat di temukan ialah: artralgia, mialgia, gangguan saraf perifer, kemerahan pada kulit, nodul di kulit, nyeri abdomen, hipertensi, dan gangguan pada jantung (gagal jantung). Pada beberapa kasus terdapat perforasi usus dan instususepsi ileoilel yang disebabkan oleh vaskulitis dinding usus yang menyebabkan udema dan pendarahan submukosa. c. Vaskulitis Hipersensitif Demam merupakan gejala sistemik yang paling sering pada penyakit ini, di duga demam terjadi akibat pelepasan mediator sitokin yang bersifat vasokontriktor yang menghambat pengeluaran panas tubuh. Gejala lain pada penyakit ini yaitu purpura yang dapat di raba, nyeri abdominal dan arthritis. Edema pada kaki, tangan, periorbital seringkali di jumpai. Artritis terutama mengenai sendi lutut dan pergelangan kaki. Hipertensi di jumpai pada 13% pasien, dan jarang terjadi kelainan fungsi ginjal. (http://eprikenzu.Blogspot.com/2011/04/askep-pada-pasien-vask ulitis .h tml ) d. Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss) Keadaan yang perlu di ketahui mengenai penyakit ini ialah: 1. Peradangan granulomatosa di mana vaskulitis yang mengenai arteri dan vena pembuluh darah sedang dan dapat mengenai paru, saluran nafas bagian atas, usus, susunan saraf perifer, dan kulit. 2. Di awali gejala fase alergi (gejala asma) 3. Eosinofilia dan peninggian eosinofil di paru. e. Arteritis Takayasu Adalah suatu penyakit kronik yang tidak di ketahui etiologinya yang sering muncul pada perempuan muda. Awalnya dominansi gejala sistemik lebih manonjol seperti: demam ringan, kelelahan, penurunan BB, artalgia maupun artritis dan panas yang tidak terlalu tinggi. Kemudian di ikuti oleh infusisinensi vaskuler akibat sumbatan atau penyempitan arteri besar. Klaudikasio, penurunan suhu ekstremitas sering di jimpai. Hipertensi di jumpai lebih dari 50% pasien.
  • 19. Apabila kelaini ini mengenai arteri pulmonalis dapat timbul gejala sesak nafas, hemoptisis atau hipertensi pulmonal. Kelainan akibat stenosis arteri mesentrika dapat menimbulkan nyeri abdominal atau pendarahan gastrointestinal. Pada arteri koronaria yang manyempit dapat timbul gejala angina pectoris. f. Purpura Henoch Schonlein Berawal berupa ruam macula erterimatosa pada kulit yang disertai rasa gatal dan berlanjut menjadi palpable purpura tanpa adanya trombosotopenia. Purpura dapat timbul dalam 12-24 jam. Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan. Penyakit ini merupakan suatu sindrom tanpa trombositopenia, nyeri abdomen, kadang ditemukan perdarahan saluran cerrna, dan kelainan ginjal. Ditemukannya kompleks imun IgA di jaringan merupakan hal yang patognomonik. Umumnya pasien adalah anak-anak dan kadang-kadang penyakit ini self limiting yang tidak memerlukan pengobatan. g. Granulomatosa Wegener Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran nafas bagian atas seperti: rinorea, sinusitis, ulkus mukosa hidung, otitis media bahkan sampai ketulian dengan gejala seperti: batuk, hemoptisis, sesak nafas, bahkan sampai terjadi efusi pleura.pada stadium lanjut biasanya dapat di jumpai kegagalan ginjal yang progresif. Proses inflamasi yang terjadi dapat mengenai system arteri dan vena terbukti dengan di temukannya deposit sel limfosit dan sel fagosit lainnya. Dari keadaan ini dapat di simpulkan bahwa yang bertanggung jawab pada proses ini adalah system imun. Kelainan sendi berupa artalgia, kelainan seraf cranial dapat di jumpai pula pada penyakit ini. 2.7 Pemeriksaan Penunjang Vaskulitis a. Laboratorium (sampel urin) Gejala keterlibatan ginjal mungkin tidak diperhatikan oleh pasien, tetapi dapat dievaluasi dengan melihat sampel urin untuk sejumlah kecil darah dan protein. Gagal ginjal tidak umum, tetapi dapat terjadi terutama dengan paparan berat atau berkepanjangan terhadap obat yang dicurigai atau infeksi. Gagal ginjal dapat 'akut', yang berarti ada kerugian cepat fungsi ginjal, tetapi terapi suportif dengan dialisis (pembersihan mekanik darah) bisa dilakukan selama beberapa hari atau minggu dan kembali fungsi ginjal. Dalam beberapa kasus, gagal ginjal 'kronis' terjadi, yang berarti bahwa ada kebutuhan yang sedang berlangsung untuk cuci darah karena ginjal tidak memulihkan fungsi normal mereka. http://www.news-medical.net/health/What-is- Vasculitis-%28Indonesian%29.aspx. b. Biopsi kulit Biopsi kulit paling sering dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Selama prosedur, contoh kecil dari jaringan kulit akan dihapus dan dianalisis di bawah mikroskop di laboratorium. Analisis ini akan menentukan apakah vaskulitis hadir. c. ESR Sebuah tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) tes dapat dilakukan untuk memantau kondisi pasien. Tes satu jam mengukur jarak (dalam milimeter) yang sel darah merah mengendap dalam darah unclotted ke bagian bawah tabung reaksi. 2.8 Penatalaksanaan Medis Vaskulitis Pemberian steroid dalam dosis terbagi dapat dimulai bla menemukan vaskulitis, karena efek anti-inflamasi steroid dapat segera terlihat lebih cepat dibanding pemberian siklofospamid. Dosis prednison dimulai 1 mg/kg BB/hari, dapat diberikan tiap 6-8 jam .Dosis permulaan diberikan antara 7-10 hari dan setelah itu dapat diberikan pagi hari sampai 2 minggu berikutnya. Pemberian ini umumnya disebut sebagai dosis induksi . Setelah dosis induksi, pemberian steroid
  • 20. diturunkan secara bertahap dosis 60 mg diberikan secara selang sehari untuk waktu 1-2 bulan berikutnya . Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan sampai dosis pemeliharaan yang tergantung pada gambaran klinis . Pada keadaan khusus seperti pada penyakit granulomatosis wagener, serta poliarteris nodosa, arteritis takayasu , dan vaskulitis susunan saraf pusat yang resisten terhadap steroid diberikan kombinasi dengan siklofosfamid. Umumnya pemberian siklofosfamid secara oral tiap hari yang digabung dengan steroid dosis kecil selang sehari untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder akibat pemakaian steroid jangka lama. Lama pemberian siklosfosfamid berkisar antara 18-24 bulan , sedang lama pemberian steroid tergantung pada aktivitas penyakitnya. Pemberian pulse methyl prednisolon 0,5-1 g/ hari selama 3 hari berturut-turut diberikan pada permulaan pengobatan kasus-kasus yang mengancam nyawa (life threatening vasculitis syndrome) atau vasculitis yang progresif. Intervensi pembedahan hanya dimungkinkan pada penyakit takayasu setelah aktivitas penyakitnya tenang, sedang pada arteritis temporal jarang dilakukan tindakan pembedahan . (tjokronegoro,2001). Vaskulitis Reumatoid dan Poliarteritis Nodosa Pengobatan bergantung pada jenis dan luasnya lesi. Pada dasarnya pengobatan pada penyakit ini tidak memerlukan pengobatan tambahan selain dari penggunaan anti inflamasi non steroid. Penggunaan dipiridamolpada beberapa penelitian memberikan harapan yang baik, walaupun belum di lakukan penelitian acak terkontrol dalam hal ini. Seperti halnya arthritis rheumatoid, glukokortikoid dapat di berikan pada kelainan yang progresif seperti: manifestasi infak ujung jari atau neuropati sensorik dan motorik. Panggunaan prosedur transfusi tukar walaupun telah di gunakan, saat ini masih merupakan pengobatan alternatifdalam tahap eksperimantal. (tjokronegoro,2001). Vaskulitis Hipersensitif Dalam penatalaksanaan vaskulitis hipersensitif, suatu hal yang harus di lakukan pertama kali adalah menyingkirkan seluruh obat-obatan atau antigen yang di duga sebagai penyebabnya. Pada kasus yang ringan hanya di jumpai purpura pada kulit tanpa dijumpainya gejala sistemik atau keterlibatan organ internal, umumnya tidak di perlukan pengobatan spesifik. Pada kasus dengan gejala sistemik atau keterlibatan organ vital dapat di berikan pengobatan glukokortikoid yang setara dengan 20-60 mg/hari tergantung pada beratnya gejala klinis. Jika glukokortikoid tidak memberikan perbaikan yang bermakna atau timbul efek samping pada penggunaan obat, penggunaan sitostatika dapat di pertimbangkan walaupun belum jelas bahwa pemberian sitostatika merupakan cara pengobatan yang lebih baik. Pada kasus vaskulitis hipersensitif kronik dimana factor pencetus sulit di tentukan, penggunaan dopsone, OAINS atau colchicines dapat di coba, walaupun hasil pengobatan dengan penggunaan modalitas ini umumnya masih bervariasi. Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss) Pengobatan utama penyakit ini adalah: pemberian kartikosteroid serta dengan prednisone 20-40 mg/hari, dalam dosis yang terbagi. Penggunaan kartikosteroid bersama pulse siklofosfamid atau pertukaran plasma bersama sitostatika pada kelainan ini belum jelas manfaatnya. Prognosis pasien pada penyakit ini umumnya lebih baik dari jenis poliarteritis yang lain. Arteritis Takayasu Pada tahap awal pemberian steroid sangat membantu dalam menekan gejala sistemik serta mengatasi timbulnya stenosis pembuluh darah. Pemberian dengan teknik pulse dapat dengan cepat memperbaiki keadaan penyakit terutama keluhan klaudikasio. Dosis yang di anjurkan adalah: 45-60 mg prednison dalam dosis ekuivalen. Parameter laboratorik saperti laju
  • 21. endapan darah (LED) di pakai untuk menentukan aktifitas penyakit, serta dosis steroid dapat di turunkan sampai dosis minimum yang tetap memberikan efek supresi terhadap gejala klinisnya. Selanjutnya di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan (dosis kecil) jangka panjang. Penggunaan sitostatik, vasodilator atau anti koagulan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Penyakit ini dapat mengalami remisi spontan atau menjadi lebih buruk dan menimbulkan kematian. (tjokronegoro,2001). Purpura Henoch Schonlein Penyakit ini bersifat self-limited dan berfariasi antara 6-16 minggu. Untuk kasus ringan pengobatan soportif biasanya mencukupi, sedangkan pada kusu yang lebih berat di perlukan steroid selama fase akut untuk mencegah perburukan maupun kelainan ginjal. Granulomatosa Wegener Pada beberapa kasus penggunaan glukokortikoid memberikan hasil yang baik, di samping penggunaan siklofosfamid, azatioprin, metotreksat, klorambusil, dan nitrogen mustard. Siklofosfamid labih baik dari azatioprin dalam menginduksi timbulnya remisi. Di pakai dosis 2 mg/kbBB secara oral. Pada pasien yang menunjukkan reaksi elergi terhadap siklofosfamid dapat di pakai azatioprin atau dengan penambahan kotrimoksazol. Apabila di jumpai manifastsi sistemik yang berat, harus di berikan pula prednison secara bersamaan dengan siklofosfamid dengan dosis 1 mg/kgBB dalam dosis terbagi. Dosis prednison dapat di turnkan apabila gejala sistemik telah teratasi. Evaluasi penyakit dapat di lakukan dengan pemeriksaan terhadap laju endapan darah, kadar c-reactive protein (CRP). Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal biasanya prognosisnya lebih buruk dan bila terjadi gagal ginjal di perlukan tindakan cuci darah. (http://ep rikenzu. Blogspo t.com /2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html 2.9 Prognosis Vaskulitis HSP adalah penyakit vaskulitis yang sembuh sendiri dengan prognosis semuanya yang sempurna. Penyakit ginjal kronis dapat menghasilkan morbiditas : studi dasar populasi mengindikasikan bahwa kebih sedikit dari 1% pasien dengan HSP menjadi penyakit ginjal persisten dan kurang dari 0.1% menimbulkan penyakit ginjal yang serius. Jarangnya, kematian dapat timbul selama fase akut penyakit sebagai hasil dari infark usus, keterlibatan CNS, atau penyakit ginjal. Sesuai keadaan, anak-anak yang menampakkan sindrom seperti HSP membawa karakteristik dari penyakit jaringan ikat lain. Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam beberapa hari atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset).Rekurensi dapat tejadi pada 50% kasus.Pada beberapa kasus terjadi nefritis kronik, bahkan pada 2% kasus menderita gagal ginjal. Bila manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal yang berat, maka perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga 2 tahun pasca-sakit. Sepertiga sampai setengah anak-anak dapat mengalami setidaknya satu kali rekurensi yang terdiri dari ruam merah atau nyeri abdomen, namun lebih ringan dan lebih pendek dibandingkan episode sebelumnya. Eksaserbasi umumnya dapat terjadi antara 6 minggu sampai 2 tahun setelah onset pertama, dan dapat berhubungan dengan infeksi saluran nafas berulang. Prognosis buruk ditandai dengan penyakit ginjal dalam 3 minggu setelah onset, eksaserbasi yang dikaitkan dengan nefropati, penurunan aktivitas faktor XIII, hipertensi, adanya gagal ginjal dan pada biosi ginjal ditemukan badan kresens pada glomeruli, infiltrasi makrofag dan penyakit tubulointerstisial. http://www.news-medical.net/health/What-is-Vasculitis- %28Indonesian%29.aspx 2.10 Komplikasi Vaskulitis
  • 22. Organ keterlibatan selain ruam kulit sangat jarang, tetapi mungkin parah. Radang ginjal dan bahkan lebih jarang luka hati, paru, jantung dan otak telah terjadi pada pasien dengan vaskulitis hipersensitif. Peradangan ginjal biasanya ringan. Komplikasi mungkin termasuk kerusakan permanen pada pembuluh darah atau kulit dengan jaringan parut, (http://ep rikenzu. Blogspo t.com /2011/04/a skep-pada-pasien-vaskulitis.html BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VASKULITIS 3.1 Pengkajian a. Identitas Klien Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaaan, pendidikan terakhir, alamat b. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, bingung, cemas dan demam 2. Riwayat kesehatan dahulu Apakah pernah mengalami asma, pneumonia dll. 3. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada diantara anggota keluarga pasien ada yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien. 4. Pemeriksaan Fisik a. Breath Gejala: batuk, sesak napas Tanda: distress pernapasan b. Blood Gejala: proses penyembuhan luka yang lambat Tanda: Sianosis c. Brain Gejala : Nyeri local, sakit, rasa terbakar pada daerah yang terkontaminasi, sertarasa nyeri yang kronis. Tanda : penurunan rentang gerak, gerak otot melindungi bagian yang sakit d. Bladder Normal e. Bowel Gejala : tidak napsu makan, mual, anoreksia Tanda : penurunan BB, kekeringan pada membran mukosa, dan dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif f. Bone Gejala: limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, kelemahan, kelelahan Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan rentang gerak, kelainan pada kulit dan pembuluh darah 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi dan pelepasan termoregulator 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,anoreksia 3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diare, peningkatan asam lambung 4. Gaungguan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis dinding pembuluh darah
  • 23. 5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan kebocoran kapiler glomerolus 3.3 RENCANA INTERVENSI 1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan, 1x24 jam hipertermi berkurang dan tidak terjadi panas Kriteria hasil : - Pasien tidak mengeluh badannya panas - Suhu tubuh pasien 37 C Rencana Intervensi Rasional Mandiri 1. Monitor Tandaa-Tanda Vital : Suhu Badan 2. Berikan Kompres Padsa Aksila Dan Kepala Serta Lipatan Paha HE Ajarkan Klien Pentingnya Mempertahankan Cairan Yang Adekuat Menjelaskan Kolaborasi Pemberian Obat Antiperatik. Observasi Monitor tanda-tanda vital Mandiri 1. Sebagai indikator untuk mengetauhi status hipertensi. 2. Menghambat pusat simpatisdi hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan. HE Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evapourarasi yang memicu timbulnya dehidrasi. Kolaborasi Antipiretik dapat membantu menurunkan suhu tubuh. Observasi Untuk mengetahui perubahan tubuh
  • 24. pasien dari pengobatan 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam , kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria hasil : - Pasien tidak merasakan mual dan muntah - Pasien mengalami peningkatan frekuensi makan - Pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi Rencana Intervensi Rasional Mandiri 1. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori 2. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar Mandiri 1. Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia 2. Anoreksia sulit makan pada siang hari 3. Menghilangkan rasa tidak enak dapat
  • 25. 3. Berikan perawatan mulut sebelum makan HE 1. Anjurkan makan pada posisi duduk 2. Beritahu manfaat pemberian nutrisi Kolaborasi Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi Observasi Observasi BB, ukur lungkar lengan meningkatkan nafsu makan HE 1. Meunurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan 2. Agar mengetahui manfaat pemenuhan nutrisi dapat meningkatkan daya tahan tubuh Kolaborasi Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu. Bila toleran, masukan normal/lebih protein akan membantu regenerasi hati. Observasi Untuk mengetahui peningkatan BB 3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan diare, peningkatan asam lambung Tujuan : Kriteria : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran urine adekuat secara pribadi. Tindakan intervensi : Intervensi Rasional Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi, termasuk perubahan postural. Indikator dari volume cairan sirkulasi. Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan tak kasatmata. Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus. Indikator tidak langsung dari status cairan. Kaji haluaran urine dan berat jenis urine. Ukur/kaji jumlah kehilangan diarea. Catat kehilangan tak kasatmata. Peningkatan berat jenis urine/penurunan haluaran urine menunjukkan perubahan perfusi ginjal/volume sirkulasi. Catatan: pemanyauan keseimbangan cairan sulit karena kehilangan melalui
  • 26. gastrointestinal yang berlebihan/tak kasatmata. Timbang berat badan sesuai indikasi Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi. Kehilangan cairan berkenaan dengan diare dapat dengan cepat menyebabkan krisis dan mengancam hidup. Pantau pemasukan oral dan memasukkan cairan sedikitnya 2500ml/hari. Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa. Buat cairan mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan yang mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menggantikan elektrolit yang dibutuhkan, mis : gatorade, air daging. Meningkatkan pemasukan. Cairan tertentu mungkin terlalu meninmbulakan nyeri untuk dikonsumsi (mis: jeruk asam karena lesi pada mulut) Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare yakni yang pedas/makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.mengatur kecepatan/konsentrasi makanan yang diberikan perselang jika diperlukan. Meungkin dapat mengurangi diare. Kolaborasi: Berikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan/IV Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, mis: Hb/Ht Elektrolit serum/urine BUN/Kr Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Mungkin diperlukan untuk mendukung/memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/muntah terus menerus. Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan. Mewaspadakan kemungkinan adanya gangguan elektrolit dan menentukan kebutuhan elektrolit tersebut. Mengevaluasi perfusi/fungsi ginjal.
  • 27. Antiemetik, mis: proklorperazin maleat (Compasine); trimetobenzamid (Tigan); metoklopramid (Reglan); Antidiarea, mis: difenoksilat (Lomotil), loperamid imodium, paregorik, atau antispasmodik, mis: mepenzolat bromida (Cantil): Antipiretik, mis: asetaminofen (Tylenol). Pertahankan selimut hipotermia bila digunakan. Mengurangi insiden muntah untuk mengurangi kehilangan cairan/elektrolit lebih lanjut. Menurunkan jumlah dan keenceran feses; mungkin mengurangi kejang usus dan peristaltik. Catatan: antibiotik mungkin digunakan untuk mengobati diare jika disebabkan oleh infeksi. Membantu mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata. Mungkin diperlukan bila tindakan lain gagal mengurangi demam yang berlebihan. 4. Gaungguan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis dinding pembuluh darah Tujuan : Kriteria Hasil : 1) Menunjukkan regenerasi jaringan 2) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar Intervensi keperawatan: Intervensi Rasional Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area graft. Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontorl infeksi Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan risiko infeksi/kegagalan graft. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan mobilisasi area bila diindikasikan. Menurunkan pembengkakan/membatasi risiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal. Evaluasi warna sisi graft dan donor; perhatikan adanya/tak adanya penyembuhan. Mengevaluasi keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi. Kolaborasi: Siapkan/bantu prosedur bedah/balutan biologis. Contoh:
  • 28. homograft (alograft) Heterograft (xenografi, poreine) Autograft Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri atau orang yang sudah meninggal (donor mati) digunakan untuk menutupi sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam (tes graft), untuk menutup luka terbuka secara cepat setelah eskarotomi untuk melindungi jaringan granulasi. Kulit graft diambil mungkin dari binatang dengan penggunaan yang sama untuk hemograft atau untuk menutup autograft yang berlubang. Kulit graft diambil dari bagian pasien yang tak cedera mungkin ketebalan penuh atau ketebalan parsial. 5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan kebocoran kapiler glomerolus Tujuan: Kriteria Hasil : 1) Berkemih dengan jumlah normal 2) Menunjukkan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih/urine. Intervensi keperawatan: Intervensi Rasional Kaji haluaran urine dan sistem kateter/drainase, khususnya selama irigasi kandung kemih. Retensi dapat terjadi karena edema area bedah, bekuan darah, dan spasme kandung kemih. Perhatikan waktu, jumlah berkemih, dan ukuran aliran setelah kateter dilepas. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih; ketidakmampuan berkemih, urgensi. Kateter biasanya dilepas 2-5 hari setelah bedah, tetapi berkemih dapat berlanjut menjadi masalah untuk beberapa waktu karena edema uretral dan kehilangan tonus. Dorong pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2-4 jam per protokol. Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine. Keterebatasan berkemih untuk tiap 4 jam (bila ditoleransi) meningkatkan tonus kandung kemih dan membantu latihan ulang kandung kemih. Ukur volume residu bila ada kateter suprapubik. Mengawasi keefektifan pengosongan kandung kemih. Residu lebih dari 50 ml menunjukkan perlunya kontinuitas kateter sampai tonus kandung kemih membaik. Kolaborasi: Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu (continuous bladder irrigation [CBI]) sesuai indikasi pada periode Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris untuk mempertahankan patensi kateter/aliran
  • 29. pascaoperasi dini. urine. BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan 6. Vaskulitis adalah suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang di tandai adanya proses inflamasi dan nekrosis dinding pembuluh darah.Pembuluh darah yang terkena dapat arteri atau vena dengan berbagai ukuran (Tjokronegoro,2001). Masalah keperawatan yang mungkin timbul yaitu Hipertermi,Nutrisi kurang dari kebutuhan,resiko kekurangan cairan,gangguan integritas kulit,gangguan pola.