SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sebagai tugas mata kuliah
Elusidasi Struktur yang berjudul “Spektroskopi Massa”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Analisis
Instrumen dan juga untuk melatih keterampilan penulis dalam menulis dan menyusun
makalah.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam
penulisan maupun kedalaman materi yang kami bahas di dalam isi makalah ini
dikarenakan keterbatasan waktu dan juga pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
pembelajaran Elusidasi Struktur khususnya pada pokok bahasan mengenai
“Spektroskopi Massa”.
Maka dari itu, kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk penyempurnaan dari makalah ini. Terima kasih.
Makassar, 16 Nopember 2014
Hormat Kami,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan spektrometer massa dimulai tahun 1960. Alat ini
sangat sensitif dan hanya memerlukan sampel dalam ukuran mikro gram,
berbeda dengan alat 1H-NMR atau 13C-NMR yang memerlukan beberapa
miligram. Penggunaan spektrometer massa berkembang dengan pesat
karena pertama banyak senyawa organik dapat diionisasi pada keadaan
uap dan dicatat berat molekulnya dengan mengukur perbandingan massa
terhadap muatan (m/e). Kedua ion molekul (m/e) dapat diputus – putus
lagi atau difragmentasi dalam fragmentasi lebih kecil yang didapat
berguna untuk penentuan struktur molekul (Hesse,2002).
Kebanyakan metoda spektroskopi yang telah dibahas timbul dari
penyerapan energi oleh molekul organik, tetapi spektroskopi massa
memiliki prinsip yang berbeda. Dalam sebuah spektrometer, suatu sampel
dalam keadaan gas dengan electron berenergi cukup untuk mengalahkan
potensial ionisasi pertama senyawa tersebut (potensial ionisasi
kebanyakan senyawa organik antara 185-300 kkal/mol). Tabrakan antara
sebuah molekul organik dan salah satu elektron berenergi tinggi
menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul itu dan terbentuknya
suatu ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh penembakan elektron
berenergi tinggi tersebut tidak stabil dan pecah menjadi fragmen kecil,
baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion lain. Dalam sebuah
spektrometer massa yang khas, fragmen yang bermuatan positif ini akan
dideteksi (Williams,1991).
Spektrum massa adalah alur kelimpahan (abundance) jumlah
relative fragmen bermuatan positif berlainan versus massa per muatan
(m/z atau m/e) dari fragmen-fragmen tersebut. Muatan ion dari
kebanyakan partikel yang dideteksi dalam suatu spektrometer massa
adalah +1; maka nilai m/z sama dengan massa molekulnya (M).
Bagaimana suatu molekul atau ion pecah menjadi fragmen-fragmennya
bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh
karena itu, struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai
struktur molekul induknya. Juga, mungkin seringkali untuk menentukan
bobot molekul suatu senyawa dari spektrum massanya. Pada makalah ini,
akan dibahas mengenai spektroskopi massa secara terperinci
(Hesse,2002).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Spektroskopi Massa ?
2. Bagaimana instrumen spektroskopi massa ?
3. Bagaimana Cara Kerja dari spektroskopi Massa ?
4. Bagaimana aplikasi metode spektroskopi untuk penentuan struktur
molekul senyawa.
5. Apa hasil kajian dari jurnal Spektroskopi Massa ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami konsep dasar Spektroskopi Massa,
instrumen spektroskopi massa, serta aplikasi metode spektroskopi
untuk penentuan struktur molekul senyawa dari jurnal yang dikaji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Spektroskopi Massa
Spektrometri massa adalah teknik analisis instrumental untuk
membantu identifikasi dan elusidasi struktur molekul senyawa murni
berdasarkan massa molekul relatif ionnya/ion fragmennya (m/e)
(Permanasari, 2003).
Pada tahun 1960 Penggunaan Spektrometri Massa (MS) mulai
meluas. Spektroskopi massa akan diketahui BM, Fragmen-fragmen IC
untuk menyusun reaksi fragmentasi yang terjadi sehingga diketahui
struktur molekulnya (Riyanto, 2005).
Perangkat yang digunakan untuk memproduksi ion-ion selalu
memberikan energi vibrasional yang cukup berlebih kepada ion-ion.
Selanjutnya digunakan berfragmentasi menghasilkan ion baru dengan
kehilangan fragmen netral (Riyanto, 2005).
A+ B+ + fragmen netral
C+ + fragmen netral
Bila energi vibrasional cukup maka B+ atau C+ dapat terurai lebih lanjut.
C+ D+ + fragmen netral
Fragmen netral tidak nampak dalam spektra, yang nampak hanya ion
yang bermuatan positif. Terjadinya fragmentasi merupakan usaha untuk
stabilitas akibat adanya pemberian energi yang berlebih (Riyanto,
2005).
Cara kerja spektroskopi massa
Untuk memahami cara kerja spektroskopi massa, perhatikan
gambar berikut:
Secara keseluruhan, tahap-tahap proses yang terjadi dalam
spektroskopi massa dapat dibagi menjadi injeksi, ionisasi, akselerasi,
defleksi (pembelokan), dan deteksi (Ilmu Kimia, 2013).
Prinsip Spektrometri Massa (Permanasari, 2003).
Dalam spektroskopi massa, molekul–molekul senyawa organik
ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion positif
yang bertenaga tinggi (ion-ion molekuler atau ion - ion induk), yang
dapat dipecah-pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil (ion- ion
pecahan). Lepasnya elektron dari molekul akan menghasilkan radikal
kation, yang dapat dituliskan sebagai berikut (Kristianingrum, 2008):
Sebagai contoh, methanol memberikan ion molekul sebagai berikut :
Ion molekuler M selanjutnya terurai menjadi sepasang pecahan /
fragmen, yang dapat berupa radikal dan ion atau molekul kecil radikal.
Ion-ion molekuler, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan
selanjutnya dipisahkan oleh pembelokan medan magnet yang dapat
berubah sesuai dengan massa dan muatannya, dan akan menimbulkan
arus pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif mereka.
Spektrum massa mengambarkan perbandingan limpahan relatif
terhadap m/e (massa/muatan). Partikel-partikel netral yang dihasilkan
dalam proses fragmentasi (m) atau radikal (m) tidak dapat dideteksi
dalam spektrometer massa. Spektrum massa akan menghasilkan
puncak-puncak yang tercatat dalam rekorder, yang dipaparkan sebagai
grafik batangan. Fragmen-fragmen disusun sedemikian sehingga peak-
peak ditata menurut kenaikan m/e dari kiri ke kanan dalam spektrum.
Intensitas peak sebanding dengan kelimpahan relatif fragmen-fragmen
yang bergantung pada stabilitas relatif mereka. Puncak yang paling
tinggi dinamakan base peak (puncak dasar) diberi nilai intensitas
sebesar 100%; peak-peak yang lebih kecil dilaporkan misalnya 20%,
30%, menurut nilainya relatif terhadap peak dasar. Puncak uang paling
tinggi pada spektrum methanol adalah puncak M-1pada m/e= 31.
Puncak ini timbul karena lepasnya atom hidrogen dari ion molekul
(Kristianingrum, 2008).
Ionisasi dan Fragmentasi dalam Spektroskopi massa
Dalam spektrofometer massa reaksi pertama suatu molekul adalah
ionisasi pelepasan sebuah elektron, yang menghasilkan ion molekul.
Peak untuk radikal ion ini biasanya adalah peak paling kanan dalam
spektrum, bobot molekul senyawa ini dapat ditentukan. Diduga bahwa
elektron dalam orbital berenergi tinggi adalah elektron yang pertama-
tama akan lepas. Jika sebuah molekul mempunyai elektron-elektron n
menyendiri, maka salah satunya akan dilepaskan. Jika tidak terdapat
elektron n, maka akan dilepaskan sebuah elektron pi. Jika tidak
terdapat elektron n maupun elektron pi, maka ion molekul yang akan
terbentuk sengan lepasnya sebuah elektron sigma (Kristianingrum,
2008).
Contoh :
Ilustrasi Ionisasi (Permanasari, 2003):
Setelah ionisasi awal ion molekul akan mengalami fragmentasi,
yaitu proses pelepasan radikal-radikal bebas atau molekul netral kecil
dilepaskan dari ion molekul itu. Sebuah ion molekul tidak pecah secara
acak, melainkan cenderung membentuk fragmen-fragmen yang paling
stabil. Beikut spektrum massa metanol pada gambar. Spektrum ini
terdiri dari tiga peak utama pada m/e = 29,31, dan 32. Struktur fragmen
sering dapat disimpulkan dari massa mereka. Peak M+ methanol (pada
32) (Kristianingrum, 2008).
Gambar. Spektrum massa metanol (CH3OH)
Adapun Ruang Ionisasi MS adalah (Permanasari, 2003):
1. Mengubah molekul-molekul cuplikan menjadi partikel bermuatan,
bisa + atau -, berbagai ukuran massa
2. caranya dengan menembakkan elektron berenergi tinggi 70 eV.
3. Ion + ditolak oleh pelat penolak, masuk ke sistem pemercepat ion,
lalu ke analyzer
Dua proses ionisasi pada MS (Permanasari, 2003):
1. Electron Impact Ionization (EII)
Prinsip dari elektron Impact adalah dengan cara menembak
molekul sampel dengan elektron (70 eV) lalu fragmen-fragmen
molekul yang pecah dikumpul berdasarkan beratnya hingga
diperoleh spectra (Riyanto, 2005).
Sampel dapat berupa padat, cair dan gas (senyawa dalam
bentuk larutan). Pada Elektron Impact, hanya ion-ion yang
bermuatan positif yang nampak pada spectra MS (Riyanto, 2005).
Ion yang telah terfragmentasi masuk kedalam Analisator
Magnetik sehingga fragmen yang terlalu berat tidak akan terbelokkan
sedangkan yang terlalu ringan akan sangat mudah terbelokkan
kearah yang tidak semestinya maka tidak akan sampai ke collector
sehingga tidak akan diketahui Bmnya. Fragmen yang dapat
dibelokkan dengan tepat akan masuk ke collector sesuai dengan
kelimpahannya (Riyanto, 2005).
Kelemahan dari Elektron Impact adalah energi yang diberikan
terlalu tinggi (50-70 Volt) sehingga molekul ion (M+) terfragmentasi
semua sehingga tidak diketahui Bmnya (Riyanto, 2005).
2. Chemical ionization (CI)
Pada Chemical Ionisasi energi yang digunakan tidak terlalu
tinggi sehingga fragmen yang terbentuk tidak terlalu banyak
(Kelimpahan M+ banyak). Tekanan yang digunakan tidak terlalu
tinggi yaitu 102 Nm-2. Jarak antar molekul dekat sehingga diperlukan
tumbukan antar ion pereaksi. Untuk CI spectra MS menunjukkan ion-
ion bermuatan positif maupun negatif. Untuk ion positif spectrum CI
mengguanakan gas pereaksi seperti metana, isobutana atau
ammonia sedangkan ion negatif spectrum CI menggunakan pereaksi
CH3O (Riyanto, 2005).
Kelemahan dari CI yaitu energinya rendah dibanding EI
sehingga fragmen-fragmennya tidak terlalu banyak sedangkan
M+nya banyak (Riyanto, 2005).
Energi potensial suatu ion dengan muatan e ditolak oleh medan
elektrostatik yang bernuatan V adalah sebesar eV.
E = eV
Energi knetik suatu ion dengan massa m bergerak dengan
kecepatan v (nu) E = ½ mv2.
½ mv2 = eV ................... (1)
a. Gaya sentrifugal =
𝑚𝑣2
𝑟
b. Gaya sentripetat = e B v
𝑚𝑣2
𝑟
= e B v ..................(2)
Sehingga diperoleh rumus:
m/e = m/z =
𝑟2𝐵2
2𝑉
Dimana, r = jari-jari pentalan ion; B = kuat medan magnet; v =
kecepatan dan V = beda vallensi (Riyanto, 2005).
Pada single focusing mass spectrometer setelah melewati ionisasi
chamber, ion akan melewati Acceleration rate untuk mempercepat
aliran ion. Jika kecepatan dan kuat medan magnetnya tetap maka
hanya ada 1 jenis m/z yang dapat masuk ke kolektor. Agar m/z dapat
terekam semua (dari yang paling kecil sampai paling besar) maka
(Riyanto, 2005):
a. B tetap, v berubah-ubah
b. v tetap, B berubah-ubah
Analisator Elekktrosatik
Ion-ion yang keluar dari ionisasi chamber memiliki energi translasi
atau kecepatan yang berbeda-beda. Analisator elektrostatik berfungsi
untuk menyamakan energi translasi yang berbeda-beda tersebut
sehingga diharapkan ion masuk ke analisator magnetik dengan
keceepatan yang sama. Karena jika energi translasinya tidak sama
maka ion yang energinya rendah memiliki kecepatan yang lambat
sehingga mudah dibelokkan medan magnet dan jatuh ke massa yang
lebih kecil. Dengan adanya analisator elektriostatik, analisator magnetik
menjadi lebih peka dan resolusi MS makin tinggi (Riyanto, 2005).
Analisator Magnetik
Hanya ada 1 macam magnet, dapat membedakan 1 unit saluran
massa. Analisator magnetik dapat dibuat lebih peka dengan adanya 4
kutub (biasanya 2 kutub) sehingga bisa membedakan m/z dengan lebih
peka, misal, membedakan m/z 27,9 dan 28,1 sehingga disebut High
Resolution Mode (Riyanto, 2005).
Isotop
Isotop adalah nomor atom sama, nomor massa berbeda. Isotop
memberikan konstribusi untuk menentukan struktur molekul dalam MS,
Misal: C : 12C
C : 13C  Kelimpahan di alam 1,1 % dari total jumlah 12C
dan 13C, namun kelimpahan yang sangat kecil tersebut ada
manfaatnya.
Cl : 35Cl  kelimpahan 75%
37Cl  kelimpahan 25%
Perbandingan 35Cl : 37Cl = 3:1, sehingga yang banyak dipakai adalah
35Cl
(Riyanto, 2005).
Beberapa aturan yang dapat digunakan dalam Interprestasi
Spektra MS (Kristianingrum, 2008):
1. Hukum nitrogen
Dalam identifikasi suatu rumus molekul maka hukum nitrogen
sangat banyak memberikan bantuan. Hukum nitrogen menyatakan
bahwa suatu molekul yang berat molekulnya genap, tidak mungkin
mengandung nitrogen, kalaupun mengandung nitrogen maka jumlah
nitrogennya harus genap. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa
pecahan kolekul-molekul biasanya bermasa ganjil kecuali kalau
terjadi rearrangement (penataan ulang).
2. Aturan elektron genap
Aturan elektron genap menyatakan bahwa species-species
elektron genap biasanya tidak akan pecah menjadi dua species yang
mengandung elektron ganjil, ia tidak akan pecah menjadi radikal dan
ion radikal, karena tenaga total dari campuran ini akan sangat tinggi.
3. Jumlah ketidakjenuhan
Jumlah ketidakjenuhan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Jumlah ketidakjenuhan = Karbon + (hidrogen /2) - (halogen /2) +
(nitrogen trivalent /2).
B. Instrumentasi Spektrofometer Massa
Dalam spektrofometer Massa terdapat lima komponen utama yaitu
sistem penanganan cuplikan, ruang pengionan dan pemercepat, tabung
analisator, pengumpul ion dan penguat, pencatat. Diagram
spektrofometer massa tersebut dapat dilihat dalam Gambar
(Kristianingrum, 2008).
Diagram Alat Spektrofometer Massa (Permanasari, 2003):
Gambar. Skema Instrumentasi Spektrometri Massa
C. Penentuan Struktur Molekul
Dalam penentuan struktur molekul suatu senyawa minimal
diperlukan tiga atau empat data, data spektra UV-VIS, IR, NMR dan
MS. Namun demikian kadang-kadang untuk senyawa yang kompleks
gabungan keempat data tersebut juga belum cukup untuk menentukan
struktur molekul suatu senyawa (Kristianingrum, 2008).
Teknik yang di gunakan dalam MS adalah dengan analisa
(Kristianingrum, 2008):
 Analisis kualitatif
Mengidentifikasi suatu senyawa yang tidak diketahui, dengan
mengkalibrasi terhadap senyawa yang telah diketahui dan Pola
fragmen dipergunakan untuk mengidentifikasi senyawa,
juga memungkinkan terdapat pengenalan gugus fungsi dengan
melihat puncak-puncak fragmentasi spesifik.
 Analisis kuantitatif
Analisis ini dapat dipergunakan untuk analisis campuran, baik
senyawa organik ataupun anorganik yang bertekanan uap rendah.
Persyaratan dasar analisisnya adalah setiap senyawa harus
mempunyai paling tidak 1 puncak yang spesifik, konstribusi puncak
harus aditif dan sensitif harus reproduksibel serta adanya senyawa
referens yang sesuai
D. Kajian Jurnal Penelitian Mengguanakan Metode Spektrometri
Massa
Judul: SINTESIS SENYAWA orto-FENILAZO-2-NAFTOL SEBAGAI
INDIKATOR DALAM TITRASI
Senyawa orto-fenilaso-2-naftol berbentuk kristal berwarna merah
dengan titik leleh 131OC dan berat molekul 248 g/mol. Senyawa ini
terbentuk dari reaksi antara anilin dengan asam klorida membentuk garam
diazonium klorida. Garam diazonium klorida mengalami reaksi kopling
dengan 2-naftol sehingga terbentuk seny erti aniline dengan asam nitrit
dingin dalam larutan asam klorida pada suhu 0OC. Asam nitrit ini
biasanya dibuat in situ oleh reaksi natrium nitrit dengan HCl. Penambahan
awa orto-fenilazo-2- naftol ( Fessenden dan Fessenden, 1992).
Garam diazonium klorida dihasilkan dari reaksi antara amina
aromatik primer sep natrium nitrit ke dalam aniline klorida disebut
diazotasi. Pada saat diazotasi suhu dijaga dibawah 10OC dengan
pendingin es, karena reaksi tersebut sangat eksotermis. Dalam reaksi ini
ion diazonium bertindak sebagai elektrofil. Struktur resonansiion
diazonium menunjukkan bahwa kedua nitrogen mengemban muatan
positif parsial. Nitrogen terminal menyerang posisi orto atau para dari
cincin benzene teraktifkan (cincin yang disubstitusi dengan suatu gugus
pelepas electron seperi NH2 atau OH). Garam diazonium klorida bereaksi
dengan 2-naftol pada suasana basa. Pada suasana basa 2-naftol akan
melepaskan H+ sehingga terbentuk ion fenoksida yang reaktif. Ion
fenoksida dari 2-naftol menyerang garam diazonium melalui reaksi kopling
sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2-naftol. Produk kopling
mengandung gugus azo (-N=N-) dan biasanya dirujuk sebagai senyawa
azo (Fessenden Fessenden, 1992).
Senyawa azo merupakan senyawa organic dengan rumus umum
ArN=NAr1 atau RN=NR1, dimana Ar dan Ar1 adalah gugus aromatic,
sedangkan R dan R1 adalah gugus alkil. Umumnya senyawa azo
berwarna yang disebabkan adanya gugus azo –N=N- dan karena itu
banyak digunakan sebagai zat warna (Fessenden dan Fessenden, 1984).
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik permasalahan
adalah apakah senyawa orto-fenilazo-2-naftol yang mempunyai struktur
menyerupai metil jingga dapat digunakan sebagai indicator seperti
senyawa matil jingga.
Bahan
Bahan yang digunakan berderajat pro analisis : aniline, 2-naftol,
asam klorida pekat, natrium nitrit, natrium asetat, asam asetat glacial,
natrium hidroksida, etanol, methanol, kalium bromide, kloroform, asam
oksalat, indicator fenolftalein, indicator metil jingga.
Peralatan
Alat penelitian yang digunakan : Melting point apparatus Buchii,
pH meter, spectrometer IR, H-NMR, MS, UV-Vis, alat-alat gelas.
Cara Kerja
1. Sintesis garam diazonium klorida
Sebanyak 5,0 gram (4,9 mL ; 0,0538 mol) aniline direaksikan
dengan 16,0 mL HCl pekat dan 16,0 mL akuades ke dalam beker
250 mL yang dilengkapi thermometer. Gelas beker tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es dan dijaga
suhunya kurang dari 50C. Sebanyak 4,0 gram NaNO2 dilarutkan
dalam 20 mL akuades dengan gelas beker 250mL. Kemudian gelas
beker dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es hingga dingin.
Larutan NaNO2 dingin ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam
larutan aniline klorida dingin sambil terus diaduk dan dijaga suhunya
dibawah 100C sehingga terbentuk larutan garam diazonium klorida.
2. Sintesis orto-fenilaso-2-naftol
Sebanyak 7,8 gram (0,0541 mol) 2- naftol dilarutkan dalam 45 mL
larutan NaOH 10% di dalam gelas beker 250 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es hingga suhunya 50C.
Larutan garam diazonium klorida ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam larutan 2-naftol sambil terus diaduk sehingga terbentuk kristal.
Bila penambahan larutan garam diazonium klorida telah selesai
maka campuran dibiarkan selama 30 menit sambil sesekali diaduk,
kemudian disaring dengan corong Buchner, dicuci dengan air dan
dikeringkan. Kristal kering direkristalisasi dengan asam asetat glacial
sebanyak 30 – 35 mL, dipanaskan, diaduk, disaring dalam keadaan
panas dengan corong Buchner dan didinginkan. Setelah terbentuk
kristal, disaring, kemudian dicuci dengan etanol, dikeringkan dalam
desikator. Hasil yang didapat kemudian ditimbang beratnya.
3. Penentuan titik leleh senyawa hasil sintesis
Tabung kapiler yang sudah diisi senyawa hasil sintesis (orto-
fenilazo-2-naftol) dimasukkan ke dalam alat melting point merk Buchi
530 , kemudian dicatat suhunya pada saat mulai meleleh sampai
meleleh semua.
4. Analisis dengan spectrometer massa
Ditimbang senyawa hasil sintesis sekitar 1 mg, kemudian
dikarakterisasi menggunakan spectrometer massa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
 Sintesis senyawa o-fenilazo-2-naftol
Sintesis senyawa o-fenilazo-2-naftol didasarkan pada reaksi
kopling antara garam diazonium klorida dengan 2-naftol pada
suasana basa. Hasil sintesis berbentuk kristal berwarna merah.
Setelah direkristalisai dengan asam asetat glacial didapat kristal
kering 8,34 gram. Secara teoritis diperoleh kristal kering 13,34
gram, sehingga rendemen hasil sintesis 62,51%
Analisis senyawa hasil sintesis
 Analisis senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi massa
Hasil pengukuran pada spektroskopi massa memberi petunjuk
terhadap fragmenfragmenyang terjadi dari ion molekulnya sehingga
dapat ditentukan struktur yang mungkin dan besar massa relative
dari senyawa hasil sintesis.
Hasil fragmentasi spectrum massa dengan waktu retensi 2,667
menit dan 3,008 menit dari senyawa hasil sintesis memberikan ion
molekul M+ pada m/z 248 , dengan puncak dasar pada m/z 143
yang mengindikasikan berat molekul hasil sintesis sama dengan
berat molekul senyawa o-fenilazo-2-naftol.
Gambar 3. Spektrum massa senyawa hasil sintesis
Simpulan
Hasil sintesis berupa kristal berwarna merah dengan rendemen
62,51%. Analisis IR menunjukkan adanya gugus-gugus OH, C-H aromatis,
C=C, N=N, CN, CO dan substitusi pada posisi orto. Analisis H-NMR
menunjukkan adanya tiga buah sinyal terpisah. Analisi MS pada waktu
retensi 2,667 menit dan 3,008 menit memberikan ion melekul
menunjukkan 128O – 131OC. Berdasarkan analisis spektroskopi dan titik
leleh dapat disimpulkan senyawa hasil sintesis adalah senyawa orto-
fenilazo-2-naftol. Hasil sintesis memberikan pKHin = 3,16 sehingga dapat
digunakan untuk titrasi basa lemah oleh asam kuat karena titrasi tersebut
mempunyai titik ekivalen pada pH (M+) pada m/z 248 yang menunjukkan
berat molekul hasil sintesis. Hasil penentuan titik leleh 5.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Spektrometri massa adalah teknik analisis instrumental untuk
membantu identifikasi dan elusidasi struktur molekul senyawa murni
berdasarkan massa molekul relatif ionnya/ion fragmennya (m/e).
2. Suatu senyawa dalam MS akan divibrasi menjadi fragmen-fragmen
agar lebih mudah dalam penentuan BM suatu sampel.
3. Pada Spektroskopi Massa fragmen netral tidak nampak dalam
spektra, yang nampak hanya ion yang bermuatan positif.
4. Ada Dua proses ionisasi pada MS yaitu Electron Impact Ionization
(EII) dan Chemical ionization.
5. Rumus pada Spektroskopi massa yaitu m/e = m/z =
𝑟2𝐵2
2𝑉
6. Dalam spektrofometer Massa terdapat lima komponen utama yaitu
sistem penanganan cuplikan, ruang pengionan dan pemercepat,
tabung analisator, pengumpul ion dan penguat, pencatat.
7. Dalam penentuan struktur molekul suatu senyawa minimal
diperlukan tiga atau empaat data, data spektra UV-VIS, IR, NMR
dan MS.
8. Dari kajian Jurnal dapat Analisi MS pada waktu retensi 2,667 menit
dan 3,008 menit memberikan ion melekul menunjukkan 128O –
131OC. Berdasarkan analisis spektroskopi dan titik leleh dapat
disimpulkan senyawa hasil sintesis adalah senyawa orto-fenilazo-2-
naftol. Hasil sintesis memberikan pKHin = 3,16 sehingga dapat
digunakan untuk titrasi basa lemah oleh asam kuat karena titrasi
tersebut mempunyai titik ekivalen pada pH (M+) pada m/z 248 yang
menunjukkan berat molekul hasil sintesis. Hasil penentuan titik leleh
B. Saran
Baiknya alat tentang spektroskopi massa dan lainnya beserta alat
yang membantu dalam penentuan berat molekul suatu sampel
diadakan dan bisa langsung di praktekkan agar lebih mudah dan
dipahami oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak hanya
berimajinasi terus.
DAFTAR PUSTAKA
Bogoriani, N.W. 2008. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GLIKOSIDA STEROID
DARI DAUN ANDONG (Cordyline terminalis Kunth). JURNAL KIMIA
2 (1), JANUARI 2008 : 40-44
Ilmu Kimia, 2013. Cara Kerja Spektroskopi Massa. Artikel dan Materi
Kimia.
Kristianingrum, Susila. 2008. HANDOUT PEKTROSKOPI MASSA.
Jakarta: UI Press.
Permanasari, Anna. 2003. SPEKTROMETRI MASSA (MASS
SPECTROMETRI, MS). Bandung: ITB.
Riyanto, Sugeng Dr. M.Si., Apt. 2005. Spektroscopy 1st edition.
Yogyakarta: UGM Press.
MATA KULIAH : INSTRUMEN FARMASI
DOSEN : HARTI WIDIASTUTI, S.Farm., M.Farm., Apt
MAKALAH
KAJIAN JURNAL SPEKTROSKOPI MASSA
OLEH
KELOMPOK III
MUHAMMAD SUBHAN (15020120286)
NINING SRIWAHYUNI (15020120260 )
AINUN ZAKIA (15020120 )
UMI KHARIMAH SIPAYUNG (15020120 )
AYU WARISKA (15020120 )
KOMALA SARI (15020120 )
CANTIKA (15020120 )
SUHARTINI DM (15020120 )
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014

More Related Content

What's hot

Laporan biokimia hidrolisis protein
Laporan biokimia   hidrolisis proteinLaporan biokimia   hidrolisis protein
Laporan biokimia hidrolisis proteinMifta Rahmat
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...UNESA
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIARaden Saputra
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiFransiska Puteri
 
Spektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merahSpektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merahSyarif Hamdani
 
Uji Protein Biokimia
Uji Protein BiokimiaUji Protein Biokimia
Uji Protein Biokimiapure chems
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonDwi Atika Atika
 
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatLaporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatFirda Shabrina
 
Analisis kation dan anion
Analisis kation dan anionAnalisis kation dan anion
Analisis kation dan anionEKO SUPRIYADI
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionDokter Tekno
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakErnalia Rosita
 
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoiddharma281276
 
Asam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, proteinAsam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, proteinNursa'id Fitria
 

What's hot (20)

Protein
ProteinProtein
Protein
 
Laporan biokimia hidrolisis protein
Laporan biokimia   hidrolisis proteinLaporan biokimia   hidrolisis protein
Laporan biokimia hidrolisis protein
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
 
Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7
 
Spektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merahSpektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merah
 
Uji Protein Biokimia
Uji Protein BiokimiaUji Protein Biokimia
Uji Protein Biokimia
 
Spektrofotometer
SpektrofotometerSpektrofotometer
Spektrofotometer
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatLaporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
 
Analisis kation dan anion
Analisis kation dan anionAnalisis kation dan anion
Analisis kation dan anion
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
 
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
 
Asam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, proteinAsam amino, peptida, protein
Asam amino, peptida, protein
 

Similar to Makalah ms

Similar to Makalah ms (20)

Spektrometri massa
Spektrometri massaSpektrometri massa
Spektrometri massa
 
SPEKTROMETER MASSA.ppt
SPEKTROMETER MASSA.pptSPEKTROMETER MASSA.ppt
SPEKTROMETER MASSA.ppt
 
Laporan kimia smster 1
Laporan kimia smster 1Laporan kimia smster 1
Laporan kimia smster 1
 
Analisis spektrometri
Analisis spektrometriAnalisis spektrometri
Analisis spektrometri
 
Ppt kimia kelompok 1
Ppt kimia kelompok 1Ppt kimia kelompok 1
Ppt kimia kelompok 1
 
Makalah atom dan radiasi
Makalah atom dan radiasiMakalah atom dan radiasi
Makalah atom dan radiasi
 
Aas 1
Aas 1Aas 1
Aas 1
 
MRI
MRIMRI
MRI
 
P 6 deteksi dan pengukuran radiasi inti
P 6 deteksi dan pengukuran radiasi intiP 6 deteksi dan pengukuran radiasi inti
P 6 deteksi dan pengukuran radiasi inti
 
Modul plpg kimia
Modul plpg kimiaModul plpg kimia
Modul plpg kimia
 
Modul plpg kimia
Modul plpg kimiaModul plpg kimia
Modul plpg kimia
 
Kimia
KimiaKimia
Kimia
 
Mass Spectrometry
Mass SpectrometryMass Spectrometry
Mass Spectrometry
 
Teori atom
Teori atomTeori atom
Teori atom
 
BAB 10_Inti Atonm dan Radioaktivitas.pdf
BAB 10_Inti Atonm dan Radioaktivitas.pdfBAB 10_Inti Atonm dan Radioaktivitas.pdf
BAB 10_Inti Atonm dan Radioaktivitas.pdf
 
kuliah fisika keperawatan radiasi dan fisika atom .ppt
kuliah fisika keperawatan radiasi dan fisika atom  .pptkuliah fisika keperawatan radiasi dan fisika atom  .ppt
kuliah fisika keperawatan radiasi dan fisika atom .ppt
 
Kimia dasar
Kimia dasarKimia dasar
Kimia dasar
 
Kimia dasar
Kimia dasarKimia dasar
Kimia dasar
 
acara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiaacara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimia
 
Inti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasInti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitas
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 

Makalah ms

  • 1. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sebagai tugas mata kuliah Elusidasi Struktur yang berjudul “Spektroskopi Massa”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Analisis Instrumen dan juga untuk melatih keterampilan penulis dalam menulis dan menyusun makalah. Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan maupun kedalaman materi yang kami bahas di dalam isi makalah ini dikarenakan keterbatasan waktu dan juga pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam pembelajaran Elusidasi Struktur khususnya pada pokok bahasan mengenai “Spektroskopi Massa”. Maka dari itu, kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan dari makalah ini. Terima kasih. Makassar, 16 Nopember 2014 Hormat Kami, Penulis
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Penggunaan spektrometer massa dimulai tahun 1960. Alat ini sangat sensitif dan hanya memerlukan sampel dalam ukuran mikro gram, berbeda dengan alat 1H-NMR atau 13C-NMR yang memerlukan beberapa miligram. Penggunaan spektrometer massa berkembang dengan pesat karena pertama banyak senyawa organik dapat diionisasi pada keadaan uap dan dicatat berat molekulnya dengan mengukur perbandingan massa terhadap muatan (m/e). Kedua ion molekul (m/e) dapat diputus – putus lagi atau difragmentasi dalam fragmentasi lebih kecil yang didapat berguna untuk penentuan struktur molekul (Hesse,2002). Kebanyakan metoda spektroskopi yang telah dibahas timbul dari penyerapan energi oleh molekul organik, tetapi spektroskopi massa memiliki prinsip yang berbeda. Dalam sebuah spektrometer, suatu sampel dalam keadaan gas dengan electron berenergi cukup untuk mengalahkan potensial ionisasi pertama senyawa tersebut (potensial ionisasi kebanyakan senyawa organik antara 185-300 kkal/mol). Tabrakan antara sebuah molekul organik dan salah satu elektron berenergi tinggi menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul itu dan terbentuknya suatu ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh penembakan elektron berenergi tinggi tersebut tidak stabil dan pecah menjadi fragmen kecil, baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion lain. Dalam sebuah spektrometer massa yang khas, fragmen yang bermuatan positif ini akan dideteksi (Williams,1991). Spektrum massa adalah alur kelimpahan (abundance) jumlah relative fragmen bermuatan positif berlainan versus massa per muatan (m/z atau m/e) dari fragmen-fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang dideteksi dalam suatu spektrometer massa adalah +1; maka nilai m/z sama dengan massa molekulnya (M). Bagaimana suatu molekul atau ion pecah menjadi fragmen-fragmennya
  • 3. bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh karena itu, struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai struktur molekul induknya. Juga, mungkin seringkali untuk menentukan bobot molekul suatu senyawa dari spektrum massanya. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai spektroskopi massa secara terperinci (Hesse,2002). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar Spektroskopi Massa ? 2. Bagaimana instrumen spektroskopi massa ? 3. Bagaimana Cara Kerja dari spektroskopi Massa ? 4. Bagaimana aplikasi metode spektroskopi untuk penentuan struktur molekul senyawa. 5. Apa hasil kajian dari jurnal Spektroskopi Massa ? C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar Spektroskopi Massa, instrumen spektroskopi massa, serta aplikasi metode spektroskopi untuk penentuan struktur molekul senyawa dari jurnal yang dikaji.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Spektroskopi Massa Spektrometri massa adalah teknik analisis instrumental untuk membantu identifikasi dan elusidasi struktur molekul senyawa murni berdasarkan massa molekul relatif ionnya/ion fragmennya (m/e) (Permanasari, 2003). Pada tahun 1960 Penggunaan Spektrometri Massa (MS) mulai meluas. Spektroskopi massa akan diketahui BM, Fragmen-fragmen IC untuk menyusun reaksi fragmentasi yang terjadi sehingga diketahui struktur molekulnya (Riyanto, 2005). Perangkat yang digunakan untuk memproduksi ion-ion selalu memberikan energi vibrasional yang cukup berlebih kepada ion-ion. Selanjutnya digunakan berfragmentasi menghasilkan ion baru dengan kehilangan fragmen netral (Riyanto, 2005). A+ B+ + fragmen netral C+ + fragmen netral Bila energi vibrasional cukup maka B+ atau C+ dapat terurai lebih lanjut. C+ D+ + fragmen netral Fragmen netral tidak nampak dalam spektra, yang nampak hanya ion yang bermuatan positif. Terjadinya fragmentasi merupakan usaha untuk stabilitas akibat adanya pemberian energi yang berlebih (Riyanto, 2005).
  • 5. Cara kerja spektroskopi massa Untuk memahami cara kerja spektroskopi massa, perhatikan gambar berikut: Secara keseluruhan, tahap-tahap proses yang terjadi dalam spektroskopi massa dapat dibagi menjadi injeksi, ionisasi, akselerasi, defleksi (pembelokan), dan deteksi (Ilmu Kimia, 2013). Prinsip Spektrometri Massa (Permanasari, 2003).
  • 6. Dalam spektroskopi massa, molekul–molekul senyawa organik ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion positif yang bertenaga tinggi (ion-ion molekuler atau ion - ion induk), yang dapat dipecah-pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil (ion- ion pecahan). Lepasnya elektron dari molekul akan menghasilkan radikal kation, yang dapat dituliskan sebagai berikut (Kristianingrum, 2008): Sebagai contoh, methanol memberikan ion molekul sebagai berikut : Ion molekuler M selanjutnya terurai menjadi sepasang pecahan / fragmen, yang dapat berupa radikal dan ion atau molekul kecil radikal. Ion-ion molekuler, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan selanjutnya dipisahkan oleh pembelokan medan magnet yang dapat berubah sesuai dengan massa dan muatannya, dan akan menimbulkan arus pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif mereka. Spektrum massa mengambarkan perbandingan limpahan relatif terhadap m/e (massa/muatan). Partikel-partikel netral yang dihasilkan dalam proses fragmentasi (m) atau radikal (m) tidak dapat dideteksi dalam spektrometer massa. Spektrum massa akan menghasilkan
  • 7. puncak-puncak yang tercatat dalam rekorder, yang dipaparkan sebagai grafik batangan. Fragmen-fragmen disusun sedemikian sehingga peak- peak ditata menurut kenaikan m/e dari kiri ke kanan dalam spektrum. Intensitas peak sebanding dengan kelimpahan relatif fragmen-fragmen yang bergantung pada stabilitas relatif mereka. Puncak yang paling tinggi dinamakan base peak (puncak dasar) diberi nilai intensitas sebesar 100%; peak-peak yang lebih kecil dilaporkan misalnya 20%, 30%, menurut nilainya relatif terhadap peak dasar. Puncak uang paling tinggi pada spektrum methanol adalah puncak M-1pada m/e= 31. Puncak ini timbul karena lepasnya atom hidrogen dari ion molekul (Kristianingrum, 2008). Ionisasi dan Fragmentasi dalam Spektroskopi massa Dalam spektrofometer massa reaksi pertama suatu molekul adalah ionisasi pelepasan sebuah elektron, yang menghasilkan ion molekul. Peak untuk radikal ion ini biasanya adalah peak paling kanan dalam spektrum, bobot molekul senyawa ini dapat ditentukan. Diduga bahwa elektron dalam orbital berenergi tinggi adalah elektron yang pertama- tama akan lepas. Jika sebuah molekul mempunyai elektron-elektron n menyendiri, maka salah satunya akan dilepaskan. Jika tidak terdapat elektron n, maka akan dilepaskan sebuah elektron pi. Jika tidak terdapat elektron n maupun elektron pi, maka ion molekul yang akan terbentuk sengan lepasnya sebuah elektron sigma (Kristianingrum, 2008).
  • 8. Contoh : Ilustrasi Ionisasi (Permanasari, 2003): Setelah ionisasi awal ion molekul akan mengalami fragmentasi, yaitu proses pelepasan radikal-radikal bebas atau molekul netral kecil dilepaskan dari ion molekul itu. Sebuah ion molekul tidak pecah secara acak, melainkan cenderung membentuk fragmen-fragmen yang paling stabil. Beikut spektrum massa metanol pada gambar. Spektrum ini terdiri dari tiga peak utama pada m/e = 29,31, dan 32. Struktur fragmen sering dapat disimpulkan dari massa mereka. Peak M+ methanol (pada 32) (Kristianingrum, 2008).
  • 9. Gambar. Spektrum massa metanol (CH3OH) Adapun Ruang Ionisasi MS adalah (Permanasari, 2003): 1. Mengubah molekul-molekul cuplikan menjadi partikel bermuatan, bisa + atau -, berbagai ukuran massa 2. caranya dengan menembakkan elektron berenergi tinggi 70 eV. 3. Ion + ditolak oleh pelat penolak, masuk ke sistem pemercepat ion, lalu ke analyzer Dua proses ionisasi pada MS (Permanasari, 2003): 1. Electron Impact Ionization (EII)
  • 10. Prinsip dari elektron Impact adalah dengan cara menembak molekul sampel dengan elektron (70 eV) lalu fragmen-fragmen molekul yang pecah dikumpul berdasarkan beratnya hingga diperoleh spectra (Riyanto, 2005). Sampel dapat berupa padat, cair dan gas (senyawa dalam bentuk larutan). Pada Elektron Impact, hanya ion-ion yang bermuatan positif yang nampak pada spectra MS (Riyanto, 2005). Ion yang telah terfragmentasi masuk kedalam Analisator Magnetik sehingga fragmen yang terlalu berat tidak akan terbelokkan sedangkan yang terlalu ringan akan sangat mudah terbelokkan kearah yang tidak semestinya maka tidak akan sampai ke collector sehingga tidak akan diketahui Bmnya. Fragmen yang dapat dibelokkan dengan tepat akan masuk ke collector sesuai dengan kelimpahannya (Riyanto, 2005). Kelemahan dari Elektron Impact adalah energi yang diberikan terlalu tinggi (50-70 Volt) sehingga molekul ion (M+) terfragmentasi semua sehingga tidak diketahui Bmnya (Riyanto, 2005). 2. Chemical ionization (CI) Pada Chemical Ionisasi energi yang digunakan tidak terlalu tinggi sehingga fragmen yang terbentuk tidak terlalu banyak (Kelimpahan M+ banyak). Tekanan yang digunakan tidak terlalu tinggi yaitu 102 Nm-2. Jarak antar molekul dekat sehingga diperlukan tumbukan antar ion pereaksi. Untuk CI spectra MS menunjukkan ion-
  • 11. ion bermuatan positif maupun negatif. Untuk ion positif spectrum CI mengguanakan gas pereaksi seperti metana, isobutana atau ammonia sedangkan ion negatif spectrum CI menggunakan pereaksi CH3O (Riyanto, 2005). Kelemahan dari CI yaitu energinya rendah dibanding EI sehingga fragmen-fragmennya tidak terlalu banyak sedangkan M+nya banyak (Riyanto, 2005). Energi potensial suatu ion dengan muatan e ditolak oleh medan elektrostatik yang bernuatan V adalah sebesar eV. E = eV Energi knetik suatu ion dengan massa m bergerak dengan kecepatan v (nu) E = ½ mv2. ½ mv2 = eV ................... (1) a. Gaya sentrifugal = 𝑚𝑣2 𝑟 b. Gaya sentripetat = e B v 𝑚𝑣2 𝑟 = e B v ..................(2) Sehingga diperoleh rumus: m/e = m/z = 𝑟2𝐵2 2𝑉 Dimana, r = jari-jari pentalan ion; B = kuat medan magnet; v = kecepatan dan V = beda vallensi (Riyanto, 2005).
  • 12. Pada single focusing mass spectrometer setelah melewati ionisasi chamber, ion akan melewati Acceleration rate untuk mempercepat aliran ion. Jika kecepatan dan kuat medan magnetnya tetap maka hanya ada 1 jenis m/z yang dapat masuk ke kolektor. Agar m/z dapat terekam semua (dari yang paling kecil sampai paling besar) maka (Riyanto, 2005): a. B tetap, v berubah-ubah b. v tetap, B berubah-ubah Analisator Elekktrosatik Ion-ion yang keluar dari ionisasi chamber memiliki energi translasi atau kecepatan yang berbeda-beda. Analisator elektrostatik berfungsi untuk menyamakan energi translasi yang berbeda-beda tersebut sehingga diharapkan ion masuk ke analisator magnetik dengan keceepatan yang sama. Karena jika energi translasinya tidak sama maka ion yang energinya rendah memiliki kecepatan yang lambat sehingga mudah dibelokkan medan magnet dan jatuh ke massa yang lebih kecil. Dengan adanya analisator elektriostatik, analisator magnetik menjadi lebih peka dan resolusi MS makin tinggi (Riyanto, 2005). Analisator Magnetik Hanya ada 1 macam magnet, dapat membedakan 1 unit saluran massa. Analisator magnetik dapat dibuat lebih peka dengan adanya 4 kutub (biasanya 2 kutub) sehingga bisa membedakan m/z dengan lebih
  • 13. peka, misal, membedakan m/z 27,9 dan 28,1 sehingga disebut High Resolution Mode (Riyanto, 2005). Isotop Isotop adalah nomor atom sama, nomor massa berbeda. Isotop memberikan konstribusi untuk menentukan struktur molekul dalam MS, Misal: C : 12C C : 13C  Kelimpahan di alam 1,1 % dari total jumlah 12C dan 13C, namun kelimpahan yang sangat kecil tersebut ada manfaatnya. Cl : 35Cl  kelimpahan 75% 37Cl  kelimpahan 25% Perbandingan 35Cl : 37Cl = 3:1, sehingga yang banyak dipakai adalah 35Cl (Riyanto, 2005). Beberapa aturan yang dapat digunakan dalam Interprestasi Spektra MS (Kristianingrum, 2008): 1. Hukum nitrogen Dalam identifikasi suatu rumus molekul maka hukum nitrogen sangat banyak memberikan bantuan. Hukum nitrogen menyatakan bahwa suatu molekul yang berat molekulnya genap, tidak mungkin mengandung nitrogen, kalaupun mengandung nitrogen maka jumlah nitrogennya harus genap. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa
  • 14. pecahan kolekul-molekul biasanya bermasa ganjil kecuali kalau terjadi rearrangement (penataan ulang). 2. Aturan elektron genap Aturan elektron genap menyatakan bahwa species-species elektron genap biasanya tidak akan pecah menjadi dua species yang mengandung elektron ganjil, ia tidak akan pecah menjadi radikal dan ion radikal, karena tenaga total dari campuran ini akan sangat tinggi. 3. Jumlah ketidakjenuhan Jumlah ketidakjenuhan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Jumlah ketidakjenuhan = Karbon + (hidrogen /2) - (halogen /2) + (nitrogen trivalent /2). B. Instrumentasi Spektrofometer Massa Dalam spektrofometer Massa terdapat lima komponen utama yaitu sistem penanganan cuplikan, ruang pengionan dan pemercepat, tabung analisator, pengumpul ion dan penguat, pencatat. Diagram spektrofometer massa tersebut dapat dilihat dalam Gambar (Kristianingrum, 2008).
  • 15. Diagram Alat Spektrofometer Massa (Permanasari, 2003): Gambar. Skema Instrumentasi Spektrometri Massa
  • 16. C. Penentuan Struktur Molekul Dalam penentuan struktur molekul suatu senyawa minimal diperlukan tiga atau empat data, data spektra UV-VIS, IR, NMR dan MS. Namun demikian kadang-kadang untuk senyawa yang kompleks gabungan keempat data tersebut juga belum cukup untuk menentukan struktur molekul suatu senyawa (Kristianingrum, 2008). Teknik yang di gunakan dalam MS adalah dengan analisa (Kristianingrum, 2008):  Analisis kualitatif Mengidentifikasi suatu senyawa yang tidak diketahui, dengan mengkalibrasi terhadap senyawa yang telah diketahui dan Pola fragmen dipergunakan untuk mengidentifikasi senyawa, juga memungkinkan terdapat pengenalan gugus fungsi dengan melihat puncak-puncak fragmentasi spesifik.  Analisis kuantitatif Analisis ini dapat dipergunakan untuk analisis campuran, baik senyawa organik ataupun anorganik yang bertekanan uap rendah. Persyaratan dasar analisisnya adalah setiap senyawa harus mempunyai paling tidak 1 puncak yang spesifik, konstribusi puncak harus aditif dan sensitif harus reproduksibel serta adanya senyawa referens yang sesuai
  • 17. D. Kajian Jurnal Penelitian Mengguanakan Metode Spektrometri Massa Judul: SINTESIS SENYAWA orto-FENILAZO-2-NAFTOL SEBAGAI INDIKATOR DALAM TITRASI Senyawa orto-fenilaso-2-naftol berbentuk kristal berwarna merah dengan titik leleh 131OC dan berat molekul 248 g/mol. Senyawa ini terbentuk dari reaksi antara anilin dengan asam klorida membentuk garam diazonium klorida. Garam diazonium klorida mengalami reaksi kopling dengan 2-naftol sehingga terbentuk seny erti aniline dengan asam nitrit dingin dalam larutan asam klorida pada suhu 0OC. Asam nitrit ini biasanya dibuat in situ oleh reaksi natrium nitrit dengan HCl. Penambahan awa orto-fenilazo-2- naftol ( Fessenden dan Fessenden, 1992). Garam diazonium klorida dihasilkan dari reaksi antara amina aromatik primer sep natrium nitrit ke dalam aniline klorida disebut diazotasi. Pada saat diazotasi suhu dijaga dibawah 10OC dengan pendingin es, karena reaksi tersebut sangat eksotermis. Dalam reaksi ini ion diazonium bertindak sebagai elektrofil. Struktur resonansiion diazonium menunjukkan bahwa kedua nitrogen mengemban muatan positif parsial. Nitrogen terminal menyerang posisi orto atau para dari cincin benzene teraktifkan (cincin yang disubstitusi dengan suatu gugus pelepas electron seperi NH2 atau OH). Garam diazonium klorida bereaksi dengan 2-naftol pada suasana basa. Pada suasana basa 2-naftol akan melepaskan H+ sehingga terbentuk ion fenoksida yang reaktif. Ion
  • 18. fenoksida dari 2-naftol menyerang garam diazonium melalui reaksi kopling sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2-naftol. Produk kopling mengandung gugus azo (-N=N-) dan biasanya dirujuk sebagai senyawa azo (Fessenden Fessenden, 1992). Senyawa azo merupakan senyawa organic dengan rumus umum ArN=NAr1 atau RN=NR1, dimana Ar dan Ar1 adalah gugus aromatic, sedangkan R dan R1 adalah gugus alkil. Umumnya senyawa azo berwarna yang disebabkan adanya gugus azo –N=N- dan karena itu banyak digunakan sebagai zat warna (Fessenden dan Fessenden, 1984). Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik permasalahan adalah apakah senyawa orto-fenilazo-2-naftol yang mempunyai struktur menyerupai metil jingga dapat digunakan sebagai indicator seperti senyawa matil jingga. Bahan Bahan yang digunakan berderajat pro analisis : aniline, 2-naftol, asam klorida pekat, natrium nitrit, natrium asetat, asam asetat glacial, natrium hidroksida, etanol, methanol, kalium bromide, kloroform, asam oksalat, indicator fenolftalein, indicator metil jingga. Peralatan Alat penelitian yang digunakan : Melting point apparatus Buchii, pH meter, spectrometer IR, H-NMR, MS, UV-Vis, alat-alat gelas.
  • 19. Cara Kerja 1. Sintesis garam diazonium klorida Sebanyak 5,0 gram (4,9 mL ; 0,0538 mol) aniline direaksikan dengan 16,0 mL HCl pekat dan 16,0 mL akuades ke dalam beker 250 mL yang dilengkapi thermometer. Gelas beker tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es dan dijaga suhunya kurang dari 50C. Sebanyak 4,0 gram NaNO2 dilarutkan dalam 20 mL akuades dengan gelas beker 250mL. Kemudian gelas beker dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es hingga dingin. Larutan NaNO2 dingin ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan aniline klorida dingin sambil terus diaduk dan dijaga suhunya dibawah 100C sehingga terbentuk larutan garam diazonium klorida. 2. Sintesis orto-fenilaso-2-naftol Sebanyak 7,8 gram (0,0541 mol) 2- naftol dilarutkan dalam 45 mL larutan NaOH 10% di dalam gelas beker 250 mL, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es hingga suhunya 50C. Larutan garam diazonium klorida ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan 2-naftol sambil terus diaduk sehingga terbentuk kristal. Bila penambahan larutan garam diazonium klorida telah selesai maka campuran dibiarkan selama 30 menit sambil sesekali diaduk, kemudian disaring dengan corong Buchner, dicuci dengan air dan dikeringkan. Kristal kering direkristalisasi dengan asam asetat glacial sebanyak 30 – 35 mL, dipanaskan, diaduk, disaring dalam keadaan
  • 20. panas dengan corong Buchner dan didinginkan. Setelah terbentuk kristal, disaring, kemudian dicuci dengan etanol, dikeringkan dalam desikator. Hasil yang didapat kemudian ditimbang beratnya. 3. Penentuan titik leleh senyawa hasil sintesis Tabung kapiler yang sudah diisi senyawa hasil sintesis (orto- fenilazo-2-naftol) dimasukkan ke dalam alat melting point merk Buchi 530 , kemudian dicatat suhunya pada saat mulai meleleh sampai meleleh semua. 4. Analisis dengan spectrometer massa Ditimbang senyawa hasil sintesis sekitar 1 mg, kemudian dikarakterisasi menggunakan spectrometer massa. HASIL DAN PEMBAHASAN  Sintesis senyawa o-fenilazo-2-naftol Sintesis senyawa o-fenilazo-2-naftol didasarkan pada reaksi kopling antara garam diazonium klorida dengan 2-naftol pada suasana basa. Hasil sintesis berbentuk kristal berwarna merah. Setelah direkristalisai dengan asam asetat glacial didapat kristal kering 8,34 gram. Secara teoritis diperoleh kristal kering 13,34 gram, sehingga rendemen hasil sintesis 62,51% Analisis senyawa hasil sintesis  Analisis senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi massa Hasil pengukuran pada spektroskopi massa memberi petunjuk terhadap fragmenfragmenyang terjadi dari ion molekulnya sehingga
  • 21. dapat ditentukan struktur yang mungkin dan besar massa relative dari senyawa hasil sintesis. Hasil fragmentasi spectrum massa dengan waktu retensi 2,667 menit dan 3,008 menit dari senyawa hasil sintesis memberikan ion molekul M+ pada m/z 248 , dengan puncak dasar pada m/z 143 yang mengindikasikan berat molekul hasil sintesis sama dengan berat molekul senyawa o-fenilazo-2-naftol. Gambar 3. Spektrum massa senyawa hasil sintesis Simpulan Hasil sintesis berupa kristal berwarna merah dengan rendemen 62,51%. Analisis IR menunjukkan adanya gugus-gugus OH, C-H aromatis, C=C, N=N, CN, CO dan substitusi pada posisi orto. Analisis H-NMR menunjukkan adanya tiga buah sinyal terpisah. Analisi MS pada waktu retensi 2,667 menit dan 3,008 menit memberikan ion melekul menunjukkan 128O – 131OC. Berdasarkan analisis spektroskopi dan titik leleh dapat disimpulkan senyawa hasil sintesis adalah senyawa orto-
  • 22. fenilazo-2-naftol. Hasil sintesis memberikan pKHin = 3,16 sehingga dapat digunakan untuk titrasi basa lemah oleh asam kuat karena titrasi tersebut mempunyai titik ekivalen pada pH (M+) pada m/z 248 yang menunjukkan berat molekul hasil sintesis. Hasil penentuan titik leleh 5.
  • 23. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Spektrometri massa adalah teknik analisis instrumental untuk membantu identifikasi dan elusidasi struktur molekul senyawa murni berdasarkan massa molekul relatif ionnya/ion fragmennya (m/e). 2. Suatu senyawa dalam MS akan divibrasi menjadi fragmen-fragmen agar lebih mudah dalam penentuan BM suatu sampel. 3. Pada Spektroskopi Massa fragmen netral tidak nampak dalam spektra, yang nampak hanya ion yang bermuatan positif. 4. Ada Dua proses ionisasi pada MS yaitu Electron Impact Ionization (EII) dan Chemical ionization. 5. Rumus pada Spektroskopi massa yaitu m/e = m/z = 𝑟2𝐵2 2𝑉 6. Dalam spektrofometer Massa terdapat lima komponen utama yaitu sistem penanganan cuplikan, ruang pengionan dan pemercepat, tabung analisator, pengumpul ion dan penguat, pencatat. 7. Dalam penentuan struktur molekul suatu senyawa minimal diperlukan tiga atau empaat data, data spektra UV-VIS, IR, NMR dan MS. 8. Dari kajian Jurnal dapat Analisi MS pada waktu retensi 2,667 menit dan 3,008 menit memberikan ion melekul menunjukkan 128O –
  • 24. 131OC. Berdasarkan analisis spektroskopi dan titik leleh dapat disimpulkan senyawa hasil sintesis adalah senyawa orto-fenilazo-2- naftol. Hasil sintesis memberikan pKHin = 3,16 sehingga dapat digunakan untuk titrasi basa lemah oleh asam kuat karena titrasi tersebut mempunyai titik ekivalen pada pH (M+) pada m/z 248 yang menunjukkan berat molekul hasil sintesis. Hasil penentuan titik leleh B. Saran Baiknya alat tentang spektroskopi massa dan lainnya beserta alat yang membantu dalam penentuan berat molekul suatu sampel diadakan dan bisa langsung di praktekkan agar lebih mudah dan dipahami oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak hanya berimajinasi terus.
  • 25. DAFTAR PUSTAKA Bogoriani, N.W. 2008. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GLIKOSIDA STEROID DARI DAUN ANDONG (Cordyline terminalis Kunth). JURNAL KIMIA 2 (1), JANUARI 2008 : 40-44 Ilmu Kimia, 2013. Cara Kerja Spektroskopi Massa. Artikel dan Materi Kimia. Kristianingrum, Susila. 2008. HANDOUT PEKTROSKOPI MASSA. Jakarta: UI Press. Permanasari, Anna. 2003. SPEKTROMETRI MASSA (MASS SPECTROMETRI, MS). Bandung: ITB. Riyanto, Sugeng Dr. M.Si., Apt. 2005. Spektroscopy 1st edition. Yogyakarta: UGM Press.
  • 26. MATA KULIAH : INSTRUMEN FARMASI DOSEN : HARTI WIDIASTUTI, S.Farm., M.Farm., Apt MAKALAH KAJIAN JURNAL SPEKTROSKOPI MASSA OLEH KELOMPOK III MUHAMMAD SUBHAN (15020120286) NINING SRIWAHYUNI (15020120260 ) AINUN ZAKIA (15020120 ) UMI KHARIMAH SIPAYUNG (15020120 ) AYU WARISKA (15020120 ) KOMALA SARI (15020120 ) CANTIKA (15020120 ) SUHARTINI DM (15020120 ) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2014