Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
OPTIMASI SABUN
1. REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN
TUJUAN
1. Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium
hidroksida (KOH) dan natrium hidroksida (NaOH)
2. Mempelajari perbedaan sifat sabun dan deterjen
DASAR TEORI
Saponifikasi(saponification) merupakan reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak
dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu
Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata
“sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun.
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak.
Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun juga mengandung beberapa
karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. (Fessenden, 1999)
Banyak
sabun
merupakan
campuran garam natrium atau kalium dari asam
lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu
proses
yang
dikenal
dengan saponifikasi.
Lemak
akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sabun)
Sabun dibagi menjadi 2 jenis yaitu sabun kalium dan sabun natrium. Sabun kalium
merwujud cair/lunak, biasanya digunakan untuk sabun bayi atau sabun mandi cair.
Sedangkan sabun natrium berwujud padat dan keras, biasanya digunakan untuk sabun
mandi batangan.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:
(Fessenden,1999)
Deterjen merupakan penyempurnaan dari sabun dan kelebihannya adalah bisa
mengatasi air sadah dan larutan asam, serta harganya lebih murah. Deterjen sering disebut
dengan istilah deterjen sintesis yaitu deterjen yang dibuat berasal dari bahan-bahan sintesis.
(Luis,S. 1994)
2. Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan
untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Yaitu
senyawa kimia bernama alkyl benzene sulfonat (ABS) yang direaksikan dengan natrium
hidroksida (NaOH).
Berikut merupakan reaksi pembentukan deterjen
(webkimia.blogspot.com)
Ada dua jenis karakteristik deterjen yang berbeda yaitu fosfat Deterjen dan surfaktan
Deterjen. Pada umumnya Deterjen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan,
sedangkan surfaktan adalah jenis Deterjen yang sangat beracun. Perbedaan kedua jenis
deterjen itu adalah Deterjen surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying Deterjen.
Disisi lain fosfat deterjen adalah Deterjen yang membantu menghentikan kotoran dalam air.
Zat yang terkandung didalam deterjen juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida.
Degradasi alkylphenol polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan pembentukan
alkylphenols (terutama nonylphenols) yang bertindak sebagai endokrin pengganggu jika
limbah deterjen bercampur dengan air limbah lain di saluran air.
Berdasarkan bentuk fisiknya, deterjen dibedakan menjadi deterjen cair, deterjen
krim, dan deterjen bubuk. Berdasarkan keadaan butiran pada deterjen bubuk dibedakan
menjadi:
1. Deterjen bubuk berongga, mempunyai ciri butirannya berongga seperti bola sepak
yang di dalamnya berongga. Butiran deterjen jenis berongga ini dihasilkan oleh
proses spray drying ( proses pengabutan dilanjutkan dengan proses pengeringan).
2. Deterjen bubuk padat, bentuknya seperti bola tolak peluru yaitu semua bagian
butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak berongga. Butiran deterjen yang padat
ini dihasilkan dari proses pencampuran kering (dry mixing).
(http://kimiadahsyat.blogspot.com)
Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ biasanya terbentuk dari
garam karbonat atau sulfat. Air sadah mempunyai sifat yaitu menyebabkan sabun sukar
berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak . Sabun sukar berbuih karena ion Ca2+ dan
Mg2+ mengendapkan sabun. Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. (chemistry35.blogspot.com)
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: kesadahan umum
(“general hardness” atau GH) dan kesadahan karbonat (“carbonate hardness” atau KH).
Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang
disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan
penjumlahan dari GH dan KH. Kesadahan umum atau “General Hardness” merupakan
3. ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air.
Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya
diketahui
sangat
kecil
dan
relatif
sulit
diukur
sehingga
diabaikan.
(chemistry35.blogspot.com)
METODE PERCOBAAN
1. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi 1 buah gelas beker 50
mL, 1 buah gelas beker 100 mL, 3 buah Gelas arloji, 2 buah Gelas corong, 2 buah
Pengaduk gelas, Kertas saring, 14 buah Tabung reaksi 14 buah, Pipet tetes, Gelas
ukur 10mL, gelas ukur 100 mL, Kertas lakmus, Kaki tiga, Pemanas, dan korek.
Sedangkan
bahan-bahan
yang diperlukan
meliputi minyak,
larutan KOH/etanol 10%, aquades, larutan NaCl jenuh, larutan HCl pengasaman,
aseton, sabun deterjen, larutan CaCl₂ 0,1%, Larutan MgCl₂ 0,1%, Larutan FeCl₂ 0,1%
5 ml, dan air kran.
2. CARA KERJA
Pembuatan Sabun Kalium dan Natrium
Ke dalam gelas beker 50 mL dimasukkan 3mL minyak. Kemudian,
ditambahkan 20 mL KOH/Etanol 10% dan dipanaskan sambil terus diaduk sampai
mendidih. Kesempurnaan saponifikasi diuji dengan meneteskan hasil reaksi ke dalam
air (dinyatakan berhasil jika tidak ada tetesan lemak). Sabun kalium terbentuk
sampai terjadi cairan kental dan liat. Ke dalam gelas beker lalu ditambahkan 50 mL
aquades. Campuran kemudian dibagi 2:25 mL sebagai sabun kalium dan yang
satunya untuk pembuatan sabun natrium.
Selanjutnya, dalam pembuatan sabun natrium, 25 mL sabun hasil sabun
kalium dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL dan ditambahkan 25 mL larutan
NaCl jenuh. Campuran diaduk sampai rata dan disaring. Padatan yang terbentuk
adalah sabun natrium.
Analisis Asam Lemak dari Sabun
Diambil 10 mL larutan sabun kalium dan dituangkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan HCl pengasaman bertetes-tetes dan dikocok kuat-kuat sampai larutan
bersifat asam dengan menguji larutan menggunakan kertas lakmus. Lalu larutan
disaring dan diambil padatannya dengan pengaduk dan ditetesi 20 tetes aseton
(pada tabung reaksi). Diamati kelarutannya dan diulang untuk sampel sabun
natrium.
Sifat Sabun dan Deterjen
Diambil 3 buah gelas arloji, masing-masing ditetesi 1 tetes minyak. Gelas
arloji pertama dibersihkan dengan 3 tetes larutan sabun natrium. Gelas kedua
4. dibersihkan dengan 3 tetes sabunn kalium. Sementara gelas ketiga dibersihkan
dengan 3 tetes larutan sabun deterjen.
Kemampuan Sebagai Surfaktan (Efek Ion-Ion Sadah)
Diambil 12 tabung reaksi. 4 tabung pertama diisi 1 mL larutan sabun natrium,
4 tabung kedua diisi 1 mL larutan sabun kalium, dan 4 tabung ketiga diisi 1 mL
larutan sabun deterjen. Kemudian, masing-masing tabung ditambahkan 1 mL larutan
CaCl₂ 0,1%, Larutan MgCl₂ 0,1%, Larutan FeCl₂ 0,1% 5 ml, dan air kran.
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PERCOBAAN
Pembuatan Sabun Kalium dan Natrium
Jenis Sabun
Wujud
Warna
Sabun Kalium
cair kental
kekuningan
Sabun Natrium
padatan
putih
Bau
menyengat
menyengat
Analisis Asam Lemak dari Sabun
Sifat Sabun dan Deterjen
Kemampuan Sebagai Surfaktan (Efek Ion-Ion Sadah)
2. PEMBAHASAN
Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Sabun dapat dibuat pula dari minyak
tumbuhan, seperti minyak zaitun. Minyak tumbuhan maupun lemak hewan
merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara
12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan
menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat
sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam
lemak yang akan menghasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai sabun. Asam
lemak yang digunakan yaitu asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda diantara atom-atom karbon penyusunnya dan bersifat kurang
stabil sehingga sangat mudah bereaksi dengan unsure lain. Sedangkan basa alkali
5. yang digunakan yaitu basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah. Pada
percobaan ini menggunakan jenis alkali KOH dan NaH dalam proses pembuatan
sabun kalium dan sabun natrium.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah
reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin. Berikut ini merupakan bentuk dari reaksi penyabunan.
Pada proses pembuatan sabun kalium, ke dalam 3 mL minyak dimasukkan
KOH/Etanol 10%. Penambahan Etanol disini berfungsi sebagai pelarut yang semakin lama
semakin habis karena menguap. Etanol dapat menguap dikarenakan etanol memiliki titik
didih yang lebih rendah daripada minyak, sehingga ketika dipanaskan memungkinkan Etanol
akan menguap.
Ketika campuran minyak dan Etanol dipanaskan, maka akan terjadi kenaikan suhu di
mana akan mempercepat laju reaksi dikarenakan pemanasan akan membuat energi kinetic
semakin cepat sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Proses saponifikasi dikatakan telah berlangsung sempurna dengan cara menguji
larutan ke dalam air. Apabila ketika beberapa sampel larutan dimasukkan ke dalam air dan
tidak terdapat minyak/lemak pada air itu berarti saponifikasi telah berhasil. Hasil dari
saponifikasi tersebut berupa cairan kental berwarna kuning keputihan dan berbau
menyengat. Hasil tersebut kemudian ditambah aquades sehingga kini terbentuk sabun
kalium yang memiliki wujud cair kental.
Sedangkan dalam pembuatan sabun natrium, sebagian sabun kalium yang dihasilkan
ditambahkan larutan NaCl jenuh. Penambahan larutan NaCl jenuh bertujuan untuk
memisahkan sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya, yaitu gliserol. Setelah itu
dari proses penyaringan campuran larutan tadi akan terbentuk sabun natrium yang memiliki
wujud padat dan berwarna putih.
Pada percobaan kedua yaitu analisis asam lemak dari sabun, sabun kalium diberi
tambahan larutan HCl pengasaman beberapa tetes. Penambahan larutan HCl pengasaman
ini bertujuan untuk membentuk suasana asam pada larutan. Keasaman larutan dapat diukur
dengan menggunakan kertas lakmus merah (kalau warna kertas lakmus merah tidak
berubah (tetap merah) berarti larutan sudah menjadi asam). Proses serupa juga dilakukan
pada sabun natrium.
Perlakuan larutan sabun dengan HCl pengasaman akan menghasilkan campuran
asam lemak. Reaksi pada proses tersebut adalah sebagai berikut.
6. Aseton merupakan senyawa yang memiliki sifat polar. Campuran asam lemak dari
sabun kalium dan natrium dapat larut dalam asetons esuai asas like dissolve like, yaitu
senyawa yang memiliki kemiripan kemolaran akan saling melarutkan.
Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa kalium akan lebih mudah larut dalam
aseton dibandingkan dengan natrium walaupun sebenarnya keduanya juga larut dalam
aseton. Hal ini disebabkan karena K⁺ yang lebih mudah lepas daripada Na⁺. Sehingga sabun
kalium akan lebih cepat larut.
Pada percobaan ketiga yakni sifat sabun dan deterjen di mana hel ini bertujuan
untuk mengetahui sifat dan kemampuan setiap sabun dalam membersihkan atau mengikat
lemak atau kotoran.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa sabun kalium dapat membersihkan
lemak namun kurang begitu bersih karena hanya mampu mengikat lemak dalam jumlah
yang sedikit. Sedangkan pada sabun natrium juga dapat membersihkan lemak tapi jika
dibandingkan dengan sabun kalium dalam membersihkan lemak lebih bersih. Fenomena di
mana sabun kalium dapat melarutkan minyak/lemak lebih banyak dari sabun natrium
disebabkan karena sabun kalium merupakan sabun cair sementara sabun natrium
merupakan sabun padatan, sehingga akan memiliki kemampuan melarutkan lemak lebih
tinggi dibandingkan dengan sabun natrium.
Sedangkan minyak yang dibersihkan menggunakan sabun deterjen memiliki tingkat
kebersihan yang paling tinngi karena sabun deterjen memiliki kemampuan mengikat lemak
paling tinggi. Hal ini disebabkan deterjen memiliki sifat dapat mengemulsi lemak secara
sempurna, yaitu bagian nonpolar dari ujung-ujung hidrokarbon pada deterjen megelilingi
tetesan minyak secara merata, sehingga deterjen dapat mengemulsikan lemak.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon yang panjang dengan
pada bagian ujung terdapat ion. Bagian hidrokarbon ini bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non polar, sedangkan ujung ion yang satunya bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena itulah secara keseluruhan sabun tidak sepenuhnya larut dalam air. Namun, sabun
mudah tersuspensi dalam ir karena membentuk misel, yakni segerombol mlekul sabun yang
rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
Kemampuan sabun yaitu dapat mengemulsi kotoran yang mengandung
minyak/lemak sehingga dapat dibungan dengan cara pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan leh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut
dalam zat non polar. Kedua, ujung anion mlekul sabun yang tertarik pada air, ditolak leh
ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolakmenolak antar tetes-tetes sabun minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung
tetapi tetap tersuspensi.
Pada percobaan kemampuan sebagai surfaktan (efek ion-ion sadah) dilakukan untuk
mengetahui kemampuan setiap sabun ketika berada dalam air sadah, yaitu air yang
mengandung kation divalent Ca²⁺, Mg²⁺, dan Fe²⁺. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa
pada sabun kalium dan sabun natrium meninggalkan endapan ketika dicampur dengan
larutan yang mengandung ion sadah. Di mana pada sabun kalium dan natrium adanya
7. kation divalent Ca²⁺, Mg²⁺, Fe²⁺ akan membentuk endapan dengan anion karboksilat dari
sabun.
Reaksinya
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun untuk membersihkan kotoran
menjadi kurang atau tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah ion-ion sadah yang
terdapat dalam air mengendap.
Hal ini berkebalikan dengan sabun deterjen tidak ditemukan adanya endapan ketika
dicampur dengan larutan yang mengandung in sadah. Fenomena ini terjadi karena sabun
deterjen tidak dapat bereaksi dengan ion-ion sadah, seperti Ca²⁺, Mg²⁺, dan Fe²⁺.
Berdasarkan bukti tersebut sehingga sabun deterjen masih dapat bekerja dengan sangat
efektif ketika berada dalam air sadah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Apa yang Dimaksud dengan Deterjen?. http://webkimia.blogspot.com.
Diakses pada 22 Maret 2013
Anonim. 2013. Kesadahan Air. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 21 Maret 2013
Anonim. 2013. Sabun. http://id.wikipedia.org. Diakses pada 21 Maret 2013
Fessenden & Fessenden. 1999. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Luis, S. 1994. Soap and Detergen, A Theoritical and Practical review. New York: AOCS Press
Putranto,D. 2009. Air Sadah. http://kimiadahsyat.blogspot.com. Diakses pada 22 Maret
2013
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik (Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, & Protein).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press