SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
Download to read offline
BAB II
LEGALITAS BISNIS MLM DI INDONESIA SERTA KAITANNYA
TERHADAP BISNIS BERKEDOK MLM
A. Sejarah Sistem Multi Level Marketing
Penjualan langsung telah dikenal sejak manusia melakukan pertukaran
dalam bentuk natura (barter barang dengan barang) hingga manusia mengenal
uang sebagai alat pembayaran yang dapat diterima secara umum. Pertukaran
natura merupakan aktivitas ekonomi yang diterapkan dalam sistem ekonomi
pasar. Sistem ini sebagai bentuk pertukaran ekonomi yang mengiringi
pertumbuhan perusahaan telah berkembang pesat hingga menampilkan wajahnya
yang paling modern yaitu Multi Level Marketing (MLM).23
Sistem MLM berasal dari Amerika Serikat dan mulai diperkenalkan secara
ilmiah oleh dua orang Profesor Pemasaran dari Universitas Chicago, yaitu Karl
Ramburg dan Robert Metcalt pada tahun 1945.24
Menurut sejarahnya embrio atau cikal bakal sistem MLM berasal dari
sistem penjualan langsung (direct selling) yang dipopulerkan oleh perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat pada abad ke-18. Perusahaan pada masa itu
menerapkan sistem penjualan langsung karena belum tersedia sarana seperti
televisi, radio, atau internet untuk mengiklankan sebuah produk. Perusahaan
umumnya mengirim tenaga penjual (sales) ke kota-kota untuk memasarkan
23
M. Fachrur Rozi, op.cit., hlm. 14-15.
24
Jabbar Ibrahim, 2009, MLM Bikin Saya Kaya Raya, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama, hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
produk secara langsung kepada konsumen dari rumah ke rumah (knock on doors
to market and sell products).25
Sistem penjualan langsung mulai dikembangkan oleh Henry Heinz di
perusahaan Heinz Company yang ia dirikan di Sharpsburg, Pennsylvania, AS pada
tahun 1869.26
Heinz membangun sebuah organisasi penjualan beranggotakan 400
orang salesman untuk menjual secara langsung berbagai produk sayuran seperti
kecap, saus, dan acar kepada orang-orang yang tidak membuatnya untuk
kebutuhan sendiri.27
Sistem penjualan langsung selanjutnya lebih dipopulerkan lagi oleh David
McConnel di perusahaan The California Perfume Company yang ia dirikan pada
tahun 1886 di New York. McConnel sampai tahun 1906 berhasil membangun
armada bisnisnya mencapai 10.000 sales representatives untuk memasarkan 117
jenis produk hingga ke mancanegara. Seiring dengan perkembangan usaha dan
semakin beragamnya produk yang dipasarkan, maka pada tahun 1939 The
California Perfume Company diganti namanya menjadi Avon The Company For
Women.28
Sistem penjualan langsung selanjutnya dikembangkan oleh Carl F
Rehnborg melalui perusahaan Nutrilite Products Company, Inc yang ia dirikan
pada tahun 1934 di California. Nutrilite menerapkan sistem bonus sebesar 2% dari
total volume penjualan kepada setiap penjual (distributor) yang berhasil merekrut,
melatih dan membantu penjual baru untuk menjual vitamin dan makanan
25
http://www.articlesnatch.com/Article/Marketing-Multilevel---A-Guide-To-Growing-
Your-Multi-Level-Marketing-Business/1615595, diakses tanggal 13 Januari 2012.
26
http://en.wikipedia.org/wiki/Henry_J._Heinz, diakses tanggal 13 Januari 2012.
27
http://www.articlesnatch.com/, op.cit.
28
Jabbar Ibrahim, op.cit., hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
kesehatan Nutrilite kepada konsumen. Ini merupakan pertama kalinya vitamin dan
makanan kesehatan Nutrilite dijual melalui sistem Multi Level Marketing
(MLM).29
Pada tahun 1950-an Nutrilite mengalami persoalan internal dalam
manajemen perusahaan sehingga Forrest Shaklee memutuskan untuk keluar dari
keanggotaan distributor. Shaklee kemudian mendirikan Shaklee Corporation pada
tahun 1956 dengan meniru pola bisnis (MLM) yang diterapkan Nutrilite. Shaklee
adalah seorang ilmuwan dan ahli riset yang menyebabkannya mampu
mengembangkan Shaklee dengan memproduksi berbagai jenis makanan kesehatan
(nutrisi). Shaklee memiliki sekitar 200 item produk yang berhasil dipasarkan ke
beberapa negara di luar AS seperti Kanada, Meksiko, Filiphina, Malaysia,
Singapura dan Jepang.30
Richard DeVos dan Jay Van Andel, dua orang mantan distributor Nutrilite
yang lain mendirikan Amway Corporation di Ada, Michigan, California pada
tahun 1959. Produk awal yang mereka jual adalah LOC (Liquid Organic Cleaner),
yaitu cairan pembersih serbaguna (biodegradable) yang aman bagi lingkungan.
Amway sebagaimana halnya Shaklee menerapkan sistem penjualan langsung
dengan komisi berjenjang yang mereka pelajari selama menjadi distributor
Nutrilite.31
29
Jabbar Ibrahim, loc.cit.
30
Andrias Harefa, 2007, Menapaki Jalan DS-MLM, Yogyakarta, Gradien Books, hlm. 18.
31
Jabbar Ibrahim, op.cit., hlm. 17.
Sistem MLM tersebut kemudian membesarkan nama Amway, bahkan
melebihi popularitas Shaklee di mancanegara. Amway sampai tahun 1980 telah
dikenal di sebelas negara di luar AS, yaitu Kanada (1962), Australia (1971),
Ireland (1973), Inggris (1973), Hongkong (1974), Jerman (1975), Malaysia
Universitas Sumatera Utara
(1976), Perancis (1977), Belanda (1978), Jepang (1979) dan Switzerland (1980).32
Amway juga membeli perusahaan Nutrilite pada tahun 1972 dan membuatnya
menjadi salah satu lini produk yang diandalkan hingga kini. Kesuksesan Amway
kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis perusahaan berbasis MLM di
seluruh dunia.33
Keberadaan MLM sendiri di Indonesia diawali dengan berdirinya Creative
Network International (CNI) pada tahun 1986 di Bandung dengan nama PT
Nusantara Sun-Chlorella Tama (NSCT). Perusahaan ini didirikan oleh keluarga
Wirawan Chondro, Ginawan Chondro, S. Abrian Natan, dan seorang sahabat
mereka dari Malaysia Yanki Regan. PT NSCT pada waktu itu mengadopsi sistem
MLM untuk mendistribusikan produk tunggal, yaitu makanan kesehatan Sun
Chlorela buatan Jepang. Seiring dengan perkembangan usaha dan semakin
banyaknya produk yang dipasarkan, maka pada tahun 1992 PT NSCT diganti
namanya menjadi PT Centranusa Insancemerlang. CNI tergolong cukup berhasil
dalam mengembangkan bisnisnya hingga ke mancanegara, seperti Malaysia,
Singapura, India, dan negeri leluhur MLM Amerika Serikat. Kesuksesan CNI
kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis perusahaan berbasis MLM di
tanah air.34
Bisnis MLM di Indonesia kian tumbuh dan berkembang setelah adanya
krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia MLM memanfaatkan
momentum dan situasi krisis untuk menawarkan solusi bisnis bagi pemain asing
32
Amway, 2008, Pedoman Bisnis, Jakarta, PT Amindoway Jaya, hlm. 38.
33
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 20.
34
Ibid., hlm. 30.
Universitas Sumatera Utara
maupun lokal seperti CNI, Amway, Avon, Tupperware, Sophie Martin, Oriflame,
Herbalife International, Prime & First New, Greenlite, DXN, dll.35
B. Pengertian Multi Level Marketing
Multi Level Marketing (MLM) jika ditinjau dari segi kata terdiri dari kata
multi, level, dan marketing. Multi berarti banyak, level berarti jenjang atau tingkat,
sedangkan marketing berarti pemasaran. Marketing dalam pengertiannya
mencakup beberapa aspek antara lain produk, harga, distribusi dan promosi,
sedangkan Multi Level dalam pengertiannya menyangkut peran organisasi
distributor secara berjenjang atau bertingkat. MLM oleh sebab itu dapat diartikan
sebagai metode pemasaran yang menggunakan organisasi distributor secara
berjenjang.36
Menurut Peter J. Clothier, MLM adalah suatu metode penjualan barang
secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para
distributor lepas.37
Menurut David Roller, MLM adalah sistem melalui mana sebuah induk
perusahaan mendistribusikan barang dan/atau jasanya lewat suatu jaringan orang-
orang bisnis yang independen. Orang-orang bisnis atau para wiraswastawan ini
kemudian mensponsori orang-orang lain lagi untuk membantu mendistribusikan
barang dan/atau jasa tersebut.38
35
Jabbar Ibrahim, loc.cit.
36
http://firdaustuble.wordpress.com/2010/05/04/multi-level-marketing-perspektif-etika-
bisnis/, diakses tanggal 26 September 2011.
37
Peter J Clothier, 1994, Meraup Uang dengan MLM, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama, hlm. 33.
38
David Roller, loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
MLM dalam Wikipedia (ensiklopedia bebas) bahasa Indonesia diartikan
sebagai sistem penjualan yang memanfaatkan konsumen sekaligus sebagai tenaga
penyalur (distributor) secara langsung.39
MLM disebut juga sebagai pemasaran jaringan (network marketing) yang
berarti sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja. Istilah pemasaran
jaringan menunjuk pada metode dan mekanisme pemasarannya. Pemasaran
jaringan merupakan salah satu cara yang dapat dipilih perusahaan atau produsen
untuk memasarkan produknya kepada konsumen melalui pengembangan tenaga-
tenaga pemasarnya secara independen, tanpa campur tangan perusahaan.40
MLM dikenal pula sebagai bisnis penjualan langsung (direct selling),
karena pelaksanaan penjualan produk dilakukan secara langsung oleh wiraniaga
kepada konsumen, tidak melalui perantara, tidak melalui swalayan, kedai atau
warung, tetapi langsung kepada pembeli.41
Penjualan langsung (direct selling) merupakan istilah formal yang
digunakan di dunia internasional dalam penyelenggaraan kegiatan usaha MLM.
Hal ini selain disebabkan karena faktor sejarah, juga karena perusahaan MLM
pada umumnya memiliki reputasi tergabung dalam Asosiasi Penjualan Langsung.
Asosiasi Penjualan Langsung tersebut misalnya APLI (Asosiasi Penjualan
Langsung Indonesia) yang sekaligus termasuk anggota Asosiasi Penjualan
Langsung dunia yaitu WFDSA (World Federation of Direct Selling
39
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemasaran_berjenjang, diakses tanggal 21 September 2011.
40
M. Fachrur Rozi, op.cit., hlm. 11.
41
Yusuf Tamizi, 2000, Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal, Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo, hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
Association).42
Penjualan langsung (direct selling) adalah metode penjualan barang
dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan
mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan
hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan penjualan langsung di
Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
(Permendag) No. 32/M-DAG/PER/8/2008. Adapun definisi dari penjualan
langsung berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Permendag No. 32/M-DAG/PER/8/2008
adalah sebagai berikut:
Penjualan langsung (direct selling) menurut rumusan WFDSA, “is the
marketing and selling of products directly to consumers away from a fixed retail
location”, yang artinya adalah pemasaran dan penjualan produk (barang/jasa)
secara langsung kepada konsumen di tempat yang terpisah dari lokasi tetap
penjualan eceran.43
Penjualan langsung (direct selling) dalam arti luas dibagi ke dalam dua
jenis, yaitu: 44
a. Penjualan langsung satu tingkat (single/unilevel), yaitu program
pemasaran barang dan/atau jasa dimana mitra usaha mendapatkan
komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang
dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri;
b. Penjualan langsung lebih dari satu tingkat (multi-level), yaitu program
pemasaran barang dan/atau jasa dimana mitra usaha mendapatkan
42
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 25.
43
http://www.wfdsa.org/about_dir_sell/?fa=whatisds, diakses tanggal 20 November 2011.
44
http://apli.or.id/website/index.php?view=article&catid=45%3Ads-dan-
mlm&id=129%3Apengertian-direct-selling&format=pdf&option=com_content&Itemid=59,
diakses tanggal 16 Oktober 2011.
Universitas Sumatera Utara
komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang
dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam
kelompoknya.
MLM oleh sebab itu tidak dapat dikatakan sebagai penjualan langsung
secara mutlak karena hanya merupakan salah satu cabang dari penjualan langsung.
Sistem MLM berbeda dengan sistem distribusi biasa pada pemasaran
konvensional. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Pemasaran konvensional mendistribusikan produk-produknya secara
tidak langsung kepada konsumen, yaitu menjual produk secara tunai
atau secara kredit pada lembaga-lembaga perantara seperti toko grosir,
toko semi grosir, toko eceran, toko agen/sub-agen, swalayan dll. Hal
ini mengakibatkan perjalanan produk hingga sampai pada tangan
konsumen membutuhkan waktu yang tidak singkat. Pemasaran MLM
menghilangkan berbagai tingkat mekanisme dalam pemasaran
konvensional dengan memanfaatkan peran para distributor
independennya untuk memasarkan produk secara langsung kepada
konsumen.45
b. Proses perpindahan barang dari produsen ke saluran distribusi hingga
ke konsumen akhir dalam pemasaran konvensional menimbulkan
penambahan biaya, seperti anggaran periklanan yang digunakan
sebagai cara menaikkan omzet, melakukan berbagai macam promosi
misalnya memajang produk di dalam toko (display contest);
45
Frans M Royan, 2001, Rahasia Sukses Menjual, Yogyakarta, Penerbit ANDI, hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
melakukan promosi dalam ruangan sebuah supermarket atau
minimarket (media store); membagi sample produk di tempat-tempat
tertentu, dsb. MLM menggunakan metode periklanan dari mulut ke
mulut (mouth to mouth) atau secara pribadi antara distributor dengan
konsumen.46
c. Biaya distribusi pemasaran konvensional yang total mencapai sekitar
60% dari harga jual, melalui pemasaran MLM dialihkan kepada
distributor independen dengan suatu sistem perjenjangan atau
pelevelan yang disesuaikan dengan pencapaian target atau omzet
distributor yang bersangkutan.47
d. Konsumen dalam pemasaran konvensional dirangsang untuk mencari
atau membeli produk. Hal yang sebaliknya dalam sistem MLM,
produk melalui distributor yang mencari konsumen.48
Sistem MLM juga berbeda dengan sistem waralaba (franchising),
meskipun dalam beberapa hal keduanya sering kali dipersamakan. Franchising
adalah sistem melalui mana seseorang (franchiser) mengembangkan produk yaitu
barang dan/atau jasa dengan memberikan lisensi atau hak jual (franchise) kepada
penerima hak jual (franchisee) yang telah membayar sejumlah harga dan adanya
pembagian tingkat prosentase tertentu dari seluruh hasil yang diperoleh.49
46
Franchising adalah konsep yang memungkinkan seseorang membeli sebuah
sistem usaha yang telah terbukti berhasil dan jika diterapkan kecenderungan
http://imgv21.scribdassets.com/img/word_document/56140801/164x212/67f6541069/1
312611410, diakses tanggal 14 Oktober 2011.
47
M Fachrur Rozi, op.cit., hlm 14.
48
http://imgv21.scribdassets.com/, op.cit.
49
David Roller, op.cit., hlm. 7.
Universitas Sumatera Utara
berhasilnya tetap tinggi, atau dengan kata lain seorang franchisee mengikuti apa
yang telah dilakukan oleh pendiri (franchiser). Contoh usaha franchising yang
sudah mendunia seperti McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut,
Breadtalk, dll.50
Sistem MLM jika dipersamakan dengan franchising ada
benarnya dalam segi pembelian usaha baru oleh seseorang yang produk dan
sistemnya sudah ada atau telah disediakan produsen, namun demikian sistem
MLM tetap berbeda dengan sistem franchising. Adapun perbedaan dari kedua
sistem tersebut menurut David Roller adalah sebagai berikut:51
a. Seorang distributor MLM tidak mengeluarkan biaya atau modal yang
besar sebagaimana halnya seorang franchisee yang membeli hak
lisensi dari seorang franchiser;
b. Seorang distributor MLM tidak memerlukan suatu standar tertentu
sebagaimana halnya seorang franchisee yang harus memenuhi suatu
standar tertentu sesuai ketentuan dari franchiser, misalnya harus
berpengalaman dan berpengetahuan bisnis;
c. Seorang distributor MLM memiliki keleluasaan maksimum dalam
memutuskan bentuk manajemen bagi pemasaran produk perusahaan,
tidak seperti halnya seorang franchisee yang harus menaati semua
prosedur pelaksanaan baku yang amat dituntut oleh franchiser;
d. Seorang distributor MLM dapat secara bebas merekrut pihak lain
menjadi seorang distributor baru untuk membantunya dalam
memasarkan produk perusahaan, sedangkan seorang franchisee tidak
50
Pindi Kisata, 2005, Why Not MLM?, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 4-5.
51
David Roller, loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
dapat menjual hak franchise-nya kepada pihak lain, sebab hanya
franchiser yang memegang hak penjualan lisensi, kecuali diperjanjikan
lain secara khusus.
Menurut Andrias Harefa, banyak alasan yang menyebabkan sistem MLM
dipilih oleh sebagian banyak perusahaan. Alasan-alasan tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:52
a. Keyakinan bahwa sebuah produk yang baik dapat dipasarkan langsung
kepada konsumen tanpa melewati jalur distribusi yang rumit dan nyaris
tidak mengandalkan promosi kecuali mouth to mouth (getok-tular),
dengan cara ini banyak biaya bisa dihemat dan dialihkan menjadi
komisi penjualan bagi distributor independen. Perusahaan MLM
menolak cara-cara pemasaran yang ruwet dan boros. Mereka lebih
mengandalkan common sense (akal sehat) saja dengan cara quality talk
loudly dan mengesampingkan trik-trik membangun brand produk yang
overcompromise. Perusahaan MLM terkemuka (seperti CNI dan
Amway) dengan berani memberikan jaminan uang kembali (money
back guarantee) pada konsumen yang merasa tidak puas, berlaku
selama 30-90 hari sejak tanggal pembeliannya;
b. Keyakinan pada prinsip perkembangbiakan jaringan distributor melalui
kontak-kontak pribadi;
c. Keyakinan terhadap hak konsumen untuk mendapat informasi terbaik
melalui penjelasan langsung dari distributor yang juga berperan
52
Andrias Harefa, op.cit., hlm.vii-viii.
Universitas Sumatera Utara
sebagai konsumen produk yang dijualnya. Keyakinan ini membuat
perusahaan MLM yang baik tidak merasa perlu memasang iklan secara
besar-besaran untuk menciptakan brand image yang sering kali justru
menyesatkan konsumen;
d. Perusahaan MLM yang baik meletakkan etika bisnis sebagai panglima.
Keyakinan bahwa jiwa perusahaan bukan pada ilmu pemasaran tetapi
lebih kepada prinsip-prinsip, nilai-nilai, motivasi yang menggerakkan
the man behind the marketing science.
C. Ruang Lingkup Sistem MLM
Ruang lingkup sistem MLM mencakup unsur produsen atau perusahaan,
distributor, konsumen, sistem kerja, dan komisi. Unsur-unsur ini akan dibahas
satu persatu dalam uraian dibawah ini:
1. Perusahaan MLM
Perusahaan MLM adalah unit kegiatan yang melakukan aktivitas
pengolahan faktor-faktor produksi guna menghasilkan produk yaitu barang
dan/atau jasa yang ditujukan kepada konsumen melalui mekanisme
pemasaran MLM. Produk tersebut harus jelas keberadaannya, sebab inti
dari sistem MLM adalah penjualan barang dan/atau jasa secara langsung
kepada konsumen.53
Produk-produk yang diperdagangkan dalam perusahaan MLM meliputi
berbagai jenis, mulai dari produk suplemen kesehatan, peralatan
kesehatan, peralatan rumah-tangga, produk perawatan tubuh, kosmetik,
53
M. Fuad, et.al., op.cit., hlm. 7.
Universitas Sumatera Utara
sampai kebutuhan non primer seperti fashion, souvenir, peralatan
konveksi, pembuatan website, dll. Perusahaan MLM bisa saja hanya
memperdagangkan satu jenis produk, namun bisa pula memperdagangkan
lebih dari satu jenis produk. Hal ini tergantung dari kebijakan perusahaan
MLM itu sendiri.54
Produk yang diperdagangkan dalam perusahaan MLM umumnya
memiliki nilai dan manfaat tertentu yang khas. Hal inilah yang menjadi
daya saing terhadap produk-produk sejenis yang diperdagangkan oleh
perusahaan-perusahaan non-MLM. Nilai atau manfaat tersebut dapat
dikategorikan sebagai berikut:55
a. Nilai jual, produk yang diperjualbelikan harus unik dan menarik
sehingga membuat orang yang mendengarkan atau melihat menjadi
tertarik. Produk MLM yang baik adalah produk yang tidak terlalu
banyak memiliki subsitusi (produk pengganti) di pasaran;
b. Nilai manfaat, jika perusahaan memperdagangkan suatu produk
barang maka barang tersebut harus memberi manfaat bagi
penggunanya, dan begitu pula bila perusahaan bergerak di bidang
jasa maka jasa tersebut harus memberi manfaat bagi penggunanya;
c. Nilai ekonomis, harga dari produk harus sesuai dengan fungsi dan
manfaatnya sehingga nilai yang dibayarkan oleh konsumen setara
dengan manfaat yang diperoleh dari produk tersebut, atau dengan
kata lain harga produk tersebut harus bersifat realistis.
54
http://ridlo.info/network-marketing/produk-mlm.html, diakses tanggal 21 November
2011.
55
MLM Leaders, op.cit., hlm. 189-190.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan MLM dalam operasinya harus memiliki standar peraturan
atau tata tertib yang jelas seperti kode etik untuk mengatur para distributor
perusahaan dalam menjalankan pemasaran. Kode etik merupakan kontrak
lengkap (perjanjian) yang mengikat antara perusahaan dengan para
distributornya. Kode etik tersebut berisi keterangan-keterangan mengenai
perusahaan, kedudukan hak, kewajiban, fasilitas, dan pengaturan sanksi
apabila salah satu pihak yang terikat melakukan pelanggaran (wan
prestasi). Kode etik juga berfungsi sebagai acuan bagi distributor
perusahaan maupun calon distributor untuk memberi informasi mengenai
rencana dasar pemasaran perusahaan (marketing plan/business plan).56
Istilah marketing plan atau business plan dalam perusahaan MLM
mencakup keterangan hal mengenai visi dan misi perusahaan, kedudukan
hierarkhi posisi distributor, rancangan sistem pembagian pendapatan dari
perusahaan yang meliputi keuntungan, penghargaan, prosedur dan
persentase yang akan dibagikan melalui sistem jaringan.57
2. Distributor Perusahaan MLM
Distributor dalam perusahaan MLM adalah orang-perorangan yang
bersedia bergabung menjadi mitra usaha dengan cara mendaftarkan diri
melalui perjanjian tertulis antara perusahaan dengan dirinya sebagai
pribadi, kemudian dengan itu ia disetujui dan diakui keanggotaannya oleh
suatu perusahaan MLM.58
56
http://www.greenlite.co.id/ethic-code, diakses tanggal 21 November 2011.
57
MLM Leaders, op.cit., hlm. 195.
58
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
Distributor perusahaan MLM sering disebut sebagai agen resmi atau
sales yang bertugas melakukan penjualan produk secara langsung kepada
konsumen. Istilah agen resmi atau sales sesungguhnya kurang tepat untuk
dipergunakan, sebab kedua istilah tersebut secara luas dapat diartikan
sebagai pegawai tetap, pegawai lepas, pegawai harian, atau honorer yang
mempunyai ikatan jam kerja dengan suatu perusahaan. Distributor
perusahaan MLM lebih tepat disebut sebagai mitra usaha, sebab kerja
sama yang dijalin antara keduanya bersifat lebih independen (sukarela).
Seorang distributor MLM tidak memperoleh penghasilan berkala berupa
gaji atau upah sebagaimana yang diperoleh pekerja, pegawai atau
karyawan dari suatu perusahaan, akan tetapi ia memperoleh penghasilan
dalam bentuk komisi berupa imbalan yang berkaitan dengan omzet
penjualan. Dengan demikian distributor MLM dapat dikatakan sebagai
pengusaha yang mandiri.59
Distributor perusahaan MLM dapat memiliki tiga segi peranan. yaitu:
a. Menjual produk perusahaan secara langsung kepada konsumen;
b. Mengembangkan pemasaran dengan cara membangun jaringan
distributor, yaitu merekrut orang lain untuk menjadi distributor
baru dalam perusahaan;
c. Sebagai konsumen perusahaan, yaitu pengguna produk perusahaan
dengan tujuan untuk pemakaian pribadi dan tidak bermaksud untuk
memperjualbelikan produk tersebut kepada orang lain.
59
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Setiap distributor dalam perusahaan MLM tergabung dalam organisasi
distributor yang membentuk jaringan kerja atau satuan networking
tertentu. Hubungan yang dimiliki antara masing-masing distributor dalam
satuan networking yang sama adalah sebagai berikut:60
a. upline, yaitu distributor yang menjadi sponsor bagi distributor lain;
b. downline, yaitu orang yang disponsori oleh distributor lain, atau
orang yang direkrut oleh distributor yang sudah lebih dahulu
terdaftar menjadi distributor perusahaan.
Setiap distributor dalam networking-nya memiliki kesempatan atau
peluang yang sama untuk mengembangkan karirnya berdasarkan sistem
peringkat (ranking) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jenjang
peringkat tersebut bervariasi, namun umumnya berkisar antara 7-8
peringkat dari peringkat terendah misalnya distributor biasa, distributor
langsung, dst sampai ke peringkat tertinggi misalnya Diamond Distributor,
President’s Team, Crown Agency Manager, dll. Kemungkinan untuk
sampai ke posisi puncak relatif lebih terbuka sebab jumlahnya tidak harus
satu sebagaimana halnya presiden direktur pada perusahaan-perusahaan
non-MLM.61
Masing-masing distributor untuk setiap peringkat berhak mendapatkan
prosentase potongan harga tertentu seperti komisi, bonus atau rabat dari
total penjualan yang dilakukan kelompoknya, juga berbagai hadiah atau
60
MLM Leaders, op.cit., hlm. 196-203.
61
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 191.
Universitas Sumatera Utara
penghargaan lain, seperti pin penghargaan, kesempatan bertamasya ke
mancanegara, mendapat rumah, mobil mewah, dsb.62
3. Konsumen
Konsumen dalam konteks MLM adalah masyarakat pengguna atau
pembeli produk perusahaan MLM yang bertujuan untuk mengkonsumsi
produk secara pribadi.63
Konsumen dalam konteks MLM dapat berarti 2 (dua), pertama orang
yang membeli dan menggunakan produk melalui penjualan langsung yang
dilakukan oleh seorang distributor perusahaan MLM, kedua distributor
secara pribadi berhak menjadi konsumen bagi perusahaan MLM yang
bersangkutan. Konsumen non-distributor maupun konsumen distributor
dapat dilihat dalam satu kesatuan, sebab tujuannya sama-sama
mengkonsumsi produk secara pribadi.64
Pemakaian produk memberi dampak positif bagi seorang distributor,
misalnya memudahkan dirinya untuk memberi kesaksian pada calon
pelanggan yang berminat dengan produk tersebut ataupun calon anggota
baru yang ingin direkrut. Disamping itu, pemakaian produk bisa saja
memang ditujukan untuk keperluan pribadi distributor.65
62
Ibid.
63
http://priyadi.net/archives/2006/09/24/bedah-sistem-mlm/, diakses tanggal 21
November 2011.
64
http://www.apli.or.id/website/index.php?view=article&catid=36%3Awawancara&
amp;id=104%3Asaatnya-mlm-menggali-dan-mengedepankan-value, diakses tanggal 21 September
2011.
65
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 237.
Universitas Sumatera Utara
Konsumen non-distributor hanya dapat membeli produk MLM melalui
distributor perusahaan, sebab produk tersebut tidak dapat dibeli di tempat-
tempat umum seperti toko, pasar swalayan, department store, salon,
bengkel, apotek, dll.66
Konsumen non-distributor umumnya mengetahui
suatu produk MLM dari distributor perusahaan yang dikenalnya sendiri
sebagai teman, rekomendasi, kerabat atau anggota keluarga yang
mempresentasikan produk tersebut kepada dirinya. Presentasi ini
memberikannya pengetahuan mengenai produk dari suatu perusahaan
MLM, dan apabila ia tertarik dengan produk tersebut, ia dapat langsung
memesan serta mendapatkan produk yang dimaksud dari distributor yang
mempresentasikannya.67
Konsumen non-distributor tidak dapat membeli atau memesan
langsung produk MLM dari perusahaan yang bersangkutan, dengan
maksud untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari harga yang
ditawarkan oleh seorang distributor. Perusahaan MLM hanya menjual
produk melalui distributor yang menjadi anggota atau mitra usahanya.68
Alasan inilah yang terkadang menyebabkan seseorang bergabung dalam
suatu perusahaan MLM, yaitu untuk mendapat potongan harga dari
produk-produk yang dikonsumsinya sendiri.69
66
Ibid., hlm. 4.
67
Amway, op.cit., hlm. 5.
68
Amway, 2008, Panduan Pemesanan dan Pengembalian Produk, Jakarta, PT.
Amindoway Jaya, hlm. 6.
69
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 43.
Universitas Sumatera Utara
4. Sistem Kerja
Perusahaan MLM dibangun berdasarkan konsep kemitraan sehingga
sistem MLM baru dapat berjalan apabila terdapat mitra usaha. Kemitraan
dalam sebuah perusahaan MLM diawali dari kemitraan diantara pendiri
perusahaan MLM itu sendiri. Artinya, distributor yang pertama kali
bergabung sebagai mitra usaha disponsori langsung oleh pendiri
perusahaan.70
Distributor inilah yang nantinya mengembangkan jaringan
dan melahirkan distributor-distributor baru melalui perekrutan yang
dilakukan oleh dirinya sendiri maupun anggotanya. Pengembangan
jaringan tersebut selanjutnya akan membentuk satuan networking diantara
organisasi distributor.71
Langkah pertama yang dilakukan oleh setiap mitra usaha dalam sistem
MLM adalah bergabung dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang
telah disediakan oleh perusahaan. Calon distributor harus menuliskan
keterangan mengenai siapa sponsornya di dalam formulir pendaftaran
tersebut. Hal ini berguna untuk menentukan keberadaan dirinya dalam
suatu jaringan kerja (networking).72
Setiap mitra usaha pada saat awal bergabung di suatu perusahaan
MLM akan dikenakan biaya pendaftaran (administrasi). Biaya pendaftaran
ini nilainya relatif kecil dan umumnya dapat dijangkau oleh semua orang.
Biaya tersebut dikenakan untuk memperoleh apa yang biasanya disebut
starter kit, starter pack, sales kit atau business pack. Starter kit adalah
70
Amway (Buku I), op.cit., hlm. 14.
71
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 192-198.
72
Amway (Buku I), op.cit., hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
peralatan yang disediakan oleh perusahaan MLM bagi setiap
distributornya sebagai peralatan untuk menawarkan produk kepada
konsumen. Starter kit biasanya berisi sekumpulan brosur/katalog produk
dan daftar harga, rancangan bisnis (marketing plan), kaset audio video
tentang company profile perusahaan, produk dan kisah-kisah orang yang
sukses dari perusahaan tersebut.73
Distributor berbekal starter kit menawarkan produk dengan cara
mempresentasikan serta menjelaskan produk kepada konsumen yang
umumnya adalah orang-orang yang dikenalnya sendiri. Jika distributor
tersebut kemudian berhasil menawarkan suatu produk kepada seseorang,
maka langkah berikutnya adalah memesan langsung produk yang
dimaksud melalui upline-nya atau perusahaan yang bersangkutan.
Selanjutnya ketika produk yang dipesan telah disediakan, maka distributor
tadi bertanggungjawab untuk mengambil dan menyerahkannya langsung
kepada si pembeli (konsumen).74
Distributor perusahaan MLM disamping menjual produk secara eceran
(langsung) kepada konsumen, ia juga dapat membangun jaringannya
dengan cara merekrut orang lain untuk menjadi distributor baru
perusahaan. Distributor yang baru direkrut tersebut disebut sebagai
downline, dan downline ini kemudian dapat merekrut orang lain lagi untuk
menjadi distributor baru perusahaan.75
73
MLM Leaders, op.cit., hlm. 202.
74
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 11.
75
Amway (Buku I), op.cit., hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
Sistem kerja MLM juga meliputi sistem pelatihan (support system)
berupa pengajaran materi serta motivasi yang bertujuan untuk
memudahkan setiap distributor dalam menjalani sistem.76
Pelatihan
biasanya dilakukan oleh pembangun jaringan (network builder/achiever)
yang telah berhasil mencetak prestasi tertentu.77
Hal yang paling mendasar dan perlu digarisbawahi dalam sistem
MLM, bahwa kegiatan penjualan produk adalah yang utama, sebab omzet
perusahaan dan komisi para distributor bergantung pada banyaknya
penjualan produk yang berhasil dilakukan para distributor ke konsumen
akhir. Kegiatan perekrutan atau pembangunan jaringan adalah ciri khas
dari sistem MLM, namun hal ini tidak lain ditujukan untuk memasarkan
produk kepada konsumen.78
5. Komisi
Kesimpulannya, antara perusahaan sebagai
unit penghasil dan penyedia produk dengan organisasi distributor dan
konsumen akhir merupakan subsistem yang saling berhubungan dan tidak
dapat dipisahkan dalam proses kerja sistem MLM untuk mencapai tujuan
dari masing-masing subsistem tersebut.
Komisi dalam sistem MLM berkaitan dengan penghasilan yang
diperoleh mitra usaha atas jasanya dalam penjualan produk perusahaan
kepada konsumen akhir. Besarnya komisi seorang distributor ditentukan
dari target penjualan yang dilakukannya sendiri dan yang dilakukan oleh
76
Mark Yarnell & Rene Reid Yarnell, op.cit., hlm. 207.
77
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 194.
78
Pindi Kisata, op.cit., hlm. 26-27.
Universitas Sumatera Utara
jaringannya. Komisi tersebut berupa potongan harga, bonus, atau insentif
yang ditetapkan perusahaan secara berjenjang sesuai dengan nilai
penjualan (biasanya disebut volume point, business point, volume grup)
yang diberitahukan kepada setiap mitra usaha sejak mereka mendaftar
menjadi anggota.79
Keuntungan eceran adalah keuntungan dasar yang dapat diperoleh oleh
mitra usaha melalui perbedaan antara harga distributor dengan harga
eceran yang ditujukan pada konsumen. Masing-masing dari harga tersebut
ditetapkan oleh perusahaan. Ilustrasinya, misalkan harga distributor yang
ditetapkan suatu perusahaan MLM untuk produk XYZ adalah Rp 100 ribu,
sedangkan harga konsumennya Rp 120 ribu, maka seorang distributor
akan mendapat keuntungan eceran sebesar Rp 20 ribu dari hasil penjualan
langsung produk XYZ ke konsumen.
Disamping itu, perusahaan juga akan memberikan diskon apabila
seorang distributor membeli produk dalam jumlah tertentu, misalkan
produk XYZ seharga Rp 100 ribu tadi jika dibeli sebanyak 5 buah akan
diberi diskon sebesar 3%, dengan demikian distributor akan memperoleh
diskon sebesar 3% x Rp 500 ribu = Rp 15 ribu, sehingga total keuntungan
yang diperolehnya dari penjualan langsung 5 buah produk XYZ ke
konsumen adalah keuntungan eceran ditambah diskon, yaitu (Rp 20 ribu x
5) + Rp 15 ribu = Rp 115 ribu.80
79
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 3.
80
Amway (Buku I), op.cit., hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan distributor selain dari penjualan eceran, juga dapat
diperoleh melalui prestasi penjualan yang dilakukan oleh kelompoknya
(volume grup). Perusahaan akan memberi komisi kepada setiap mitra
usaha yang anggota jaringannya telah berhasil menjual produk dalam
jumlah tertentu pada suatu periode kepada konsumen akhir. Komisi ini
ditetapkan perusahaan dalam bentuk tabel prosentase yang dicantumkan
dalam marketing plan. Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa
komisi tersebut didasarkan atas prestasi seorang mitra usaha dalam hal
penjualan produk kepada konsumen akhir. Seorang mitra usaha yang
sukses membangun, melatih, dan membantu kelompoknya dalam
memasarkan produk kepada konsumen akhir dianggap berjasa bagi
perusahaan, sehingga atas kerja kerasnya tersebut perusahaan memberi
imbalan yang sesuai baginya.81
Mitra usaha juga diberi kesempatan untuk meraih imbalan (bonus)
lainnya seperti pin, kesempatan bertamasya ke mancanegara, rumah, mobil
mewah, ataupun penghargaan-penghargaan lainnya. Pemberian bonus
tersebut diberikan apabila seorang mitra mencapai jenjang (ranking)
tertentu. Jenjang peringkat dalam suatu perusahaan MLM bervariasi,
namun umumnya berkisar 7-8 peringkat dari yang paling rendah (biasanya
disebut distributor, distributor langsung, dll) sampai yang paling tinggi
(biasanya disebut Diamond Distributor, President’s Team, Crown Agency
Manager, dll). Jenjang ini tidak banyak berbeda dengan jenjang karier di
81
Ibid. hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan konvensional (dari karyawan, supervisor, manajer, general
manager, deputi director, direktur sampai presiden direktur).
Perbedaannya dalam sistem MLM adalah dalam hal kemungkinan untuk
mencapai posisi puncak relatif lebih terbuka, sebab jumlahnya tidak harus
satu−seperti halnya presiden direktur dalam perusahaan konvensional.82
Bonus yang didasarkan atas jenjang tertentu dalam sistem MLM masih
berkaitan dengan prestasi penjualan (business point) seorang mitra usaha
dalam periode tertentu, namun prestasi tersebut harus dapat dipertahankan
olehnya dalam beberapa periode secara berturut-turut. Dengan kata lain,
untuk mencapai jenjang kesuksesan tersebut, seorang mitra usaha
memerlukan kerja yang lebih keras dan cerdas lagi dalam hal keterampilan
komunikasi (termasuk penguasaan bahasa asing), penguasaan teknologi,
wawasan yang lebih luas, serta kepedulian yang lebih mendalam terhadap
kebutuhan anggota jaringan dan masyarakat sekitarnya.83
Mitra usaha sebagai people business dalam sistem MLM adalah sistem
duplikasi orang. Seseorang akan berhasil dalam bisnis ini bukan saja
karena ia berhasil mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus berhasil
mendidik downliners di dalam garis sponsorisasinya (vertikal) agar dapat
berkembang bersama-sama dengannya.84
82
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 191.
83
Ibid., hlm. 196
84
Ibid., hlm. 183-184.
Sekalipun awalnya bisnis MLM
bisa dijalankan sebagai usaha paruh waktu, namun bagi mereka yang
memiliki komitmen kuat untuk sukses dalam bisnis ini harus
menginvestasikan waktu dan dirinya sendiri untuk mendidik dan melatih
Universitas Sumatera Utara
kelompoknya yang masih baru belajar. Ia perlu mengusahakan sinergi
dalam kelompoknya agar hasil yang diperoleh lebih baik bila dilakukan
secara tim daripada dilakukan sendiri.85
D. Sejarah Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM
Musuh industri MLM adalah program Skema Piramid. Program Skema
Piramid selalu muncul di saat industri DS-MLM mengalami perkembangan. Hal
ini terjadi di negara mana pun, dimana pada saat industri MLM berkembang dan
menaruh minat banyak orang, maka Skema Piramid memanfaatkan trend tersebut
untuk menghimpun keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu sesingkat-
singkatnya dari masyarakat.86
Penyelewengan sistem MLM tampak dalam Skema Piramid, dan menurut
Patric Sullivan, Presiden Direktur Amway Indonesia, “beberapa perusahaan telah
menggunakan Skema Piramid dan juga Investasi Surat Berantai pada tahun 1960-
an, seperti Koscot, Bestline, Nutribio, Dare-to-be-Great dan lain-lain”.87
Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi atau dikenal juga dengan
nama Charles Ponzi adalah seorang imigran asal Italia yang lahir pada tanggal 03
Ada
pendapat bahwa hal ini telah dilakukan sejak tahun 1920-an dan mengaitkannya
dengan Skema Ponzi (ponzi scheme) yang diambil dari nama pelaku utamanya
Carlo Ponzi.
85
Edy Zaqeus (editor), “5 Prinsip Investasi di DS/MLM”, INFO APLI Edisi XXVI (Nov-
Des, 2004), hlm. 9.
86
Edy Zaqeus (editor), “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, INFO
APLI Edisi XXX (Okt-Des, 2005), hlm. 8.
87
Andrias Harefa, op.cit., hlm 87.
Universitas Sumatera Utara
Maret 1882. Ponzi dikenal sebagai salah satu penipu terbesar dalam sejarah
Amerika Serikat.88
Ponzi mulai pindah dari Italia dan menetap di Kanada pada tahun 1903,
disana ia pernah dua kali masuk penjara karena terlibat kasus pemalsuan dan
penipuan. Setelah dibebaskan dari penjara Kanada, Ponzi kemudian pindah ke
Boston pada tahun 1920. Ia kemudian menemukan sebuah cara untuk
mendapatkan banyak uang dengan cara menjual Postal Reply Coupons (PRC).89
PRC diterbitkan di bawah Universal Postal Convention (Konvensi Pos
Sedunia) yang pada masa itu digunakan dalam surat menyurat internasional
sebagai pengganti perangko untuk pengiriman surat atau barang.90
Misalkan A di
sebuah negara mengirim surat kepada B (biasanya perusahaan atau badan lainnya)
yang berada di negara lain untuk memesan suatu barang, B mensyaratkan setiap
pemesanan barang harus disertai PRC. PRC tersebut bisa ditukarkan dengan
perangko untuk mengirim barang-barang yang diminta kliennya melalui jasa pos,
maksudnya agar B tidak terbebani biaya perangko karena A sudah
menyediakannya dalam bentuk PRC. PRC tersebut juga bisa diuangkan.91
Inflasi di Eropa cukup tinggi pasca Perang Dunia II, sehingga terjadi
perbedaan biaya pengiriman lewat pos dari Amerika Serikat ke Eropa dengan dari
Eropa ke Amerika Serikat. Akibatnya, PRC yang dijual di Italia atau di Eropa
88
http://belajarline.blogspot.com/2011/05/sejarah-skema-ponzi.html, diakses tanggal 26
September 2011.
89
Ibid.
90
Debra A Valentine, General Counsel For The U.S. Federal Trade Commission,
“Pyramid Schemes”, presented at the International Monetary Fund’s Seminar on Current Legal
Issues Affecting Central Banks, Washington DC, 13 May 1998.
91
http://bayuhebat.wordpress.com/2009/06/22/skema-ponzi-mlm-dan-kaya-cepat/, diakses
tanggal 26 September 2011.
Universitas Sumatera Utara
harganya lebih rendah dibandingkan dengan di AS. Ide Ponzi adalah membeli
PRC dari Italia, kemudian diuangkan di AS.92
Ponzi selanjutnya mendirikan The Security Exchange Company (1920) di
Boston dan memperkenalkannya sebagai usaha spekulasi perangko. Ia
menggalang dana melalui agen-agen yang diberinya komisi tinggi untuk mengajak
masyarakat menginvestasikan uang dengan janji pembayaran bunga sebesar 40%
dalam waktu 90 hari, sementara pada saat itu bank hanya mampu memberi bunga
sebesar 5% per tahun.93
Tawaran Ponzi berhasil memikat banyak orang dan hanya
dalam waktu 4 bulan, Ponzi mampu mengumpulkan dana sebesar $420.000
(setara dengan 620 kg emas) dari para investornya. Perusahaan Ponzi semakin
terkenal dan mendapatkan banyak dana investasi setelah harian The Boston Post
menerbitkan artikel yang berisi pandangan positif terhadap bisnis Ponzi.94
Ide Ponzi sesungguhnya telah gagal sejak awal. Hal ini disebabkan karena
jumlah investasi yang diterima Ponzi tidak sesuai dengan PRC yang beredar, dan
PRC sendiri tidak dapat dibeli dalam jumlah banyak. Ponzi kemudian menemukan
ide baru, yaitu membayar uang investor lama dari uang investor baru. Metode ini
diberinya nama bubble burst..95
92
Ide tersebut pada mulanya berjalan dengan lancar,
sebab jumlah investor di perusahaan Ponzi mengalami peningkatan. Dana baru
yang masuk bisa menutup pembayaran bunga kepada investor lama, dan
kebanyakan dari investor Ponzi tidak mengambil bunga dari investasinya
http://belajarline.blogspot.com/, op.cit.
93
http://finance.detik.com/madoff-dan-tipu-tipu-investasi-ala-skema-ponzi, diakses
tanggal 26 September 2011.
94
Ibid.
95
http://www.sunaryohadi.info/charles-k-ponzi-penemu-money-game-asal-mula-mlm-
dan-bisnis-piramida, diakses tanggal 26 September 2011.
Universitas Sumatera Utara
melainkan menanamnya kembali. Ponzi selanjutnya menyimpan seluruh uang
nasabahnya di sebuah bank bernama Hanover Trust Bank, dan dengan uang
tersebut ia dapat menerima bunga sebesar 5% yang merupakan keuntungan riil
dari Security Exchange Company (SEC).96
Pola bisnis Ponzi ternyata telah menarik perhatian Clarence Barron,
seorang analis keuangan. Berdasarkan penelitiannya, Barron kemudian
menuliskan sebuah artikel dalam harian The Boston Post yang berisi analisa
bahwa pola bisnis Ponzi di SEC secara finansial tidak mungkin menguntungkan.
Tidak ada kecocokan antara volume PRC dengan keuntungan yang dijanjikan
Ponzi kepada nasabahnya. Berita ini sempat membuat beberapa investor menarik
dananya dari SEC, dan mereka mendapat pengembalian dana dari cek Hanover
Trust Bank.97
William McMasters, seorang Public Relation (PR) di SEC juga
menyimpan kecurigaan terhadap bisnis Ponzi, terutama mengenai pendepositoan
uang nasabah di Hanover Trust Bank yang hanya mendapat bunga sebesar 5%
pertahun, sedangkan SEC sendiri memberi bunga sebesar 40% dalam waktu 90
hari. Kecurigaan tersebut mendorong McMasters untuk mengundurkan diri dari
SEC. McMasters juga menuliskan sebuah artikel dalam harian The Boston Post
yang berisi pernyataan bahwa SEC sesungguhnya telah pailit, sebab asetnya tidak
mencukupi jumlah yang harus dibayarkan kepada para nasabah. Berita ini kembali
membuat para investor melakukan penarikan dana secara besar-besaran.
96
http://belajarline.blogspot.com/, op.cit.
97
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Penarikan ini kemudian terhenti ketika jumlah saldo Ponzi di Hanover Trust Bank
tidak lagi mencukupi pembayaran kepada para investor SEC.98
Pemerintah AS kemudian menginvestigasi usaha Ponzi, dan hasilnya
menyatakan bahwa Ponzi telah bangkrut. Aset yang dimiliki Ponzi hanya sekitar
US$ 1,6 juta jauh dibawah nilai hutangnya pada para investor.99
Ponzi akhirnya
dijatuhi hukuman penjara selama 5 (lima) tahun oleh Pengadilan Federal dengan
tuduhan penipuan melalui surat.100
Skema Ponzi menjadi sangat terkenal dan sekaligus mengilhami orang-
orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengadopsinya ke dalam berbagai
jenis bisnis, tidak terkecuali bisnis MLM. Pengadopsian Skema Ponzi ke dalam
bisnis MLM kemudian melahirkan skema jenis baru, yaitu Skema Piramid.
Skema Piramid mulai dipraktekkan oleh Glenn Wesley Turner di
perusahaan Kosmetics Company of Tommorow (Koscot) Interplanetary, Inc yang
ia dirikan pada tahun 1967 di Florida, Amerika Serikat. Turner memperkenalkan
Koscot sebagai perusahaan berbasis MLM yang memperjualbelikan alat-alat
kosmetik. Program MLM Turner memiliki empat tingkat distributor dari tingkatan
paling rendah adalah peserta potensial yang dimungkinkan untuk masuk pada
salah satu dari tiga tingkat diatasnya yaitu beauty advisor, supervisor dan
director.101
Setiap anggota diharuskan berinvestasi awal dalam jumlah tertentu yang
nilainya relatif besar. Investasi tersebut memberikan hak bagi setiap anggota
98
Ibid.
99
http://finance.detik.com/, op.cit.
100
http://belajarline.blogspot.com/, op.cit.
101
86 F.T.C. 1106, “In The Matter of Koscot Interplanetary, Inc.”, Order, Opinion Etc., in
Regard to Alleged Violation of The Federal Trade Commission Act and Sec. 2 of Clayton Act.
Universitas Sumatera Utara
untuk dapat merekrut anggota baru. Perusahaan selanjutnya memberikan sejumlah
produk kosmetik untuk dipasarkan ke konsumen dari investasi awal yang
dibayarkan dan menjanjikan komisi kepada setiap anggota yang berhasil merekrut
anggota baru. Pemberian komisi tersebut ternyata diperoleh dari investasi yang
dibayarkan oleh anggota baru. Akibatnya, para anggota lebih fokus melakukan
perekrutan terus-menerus demi mendapat komisi daripada harus menjual produk
ke konsumen. Produk yang gagal dipasarkan ke konsumen akhirnya menjadi
penumpukan stok bagi distributor. Koscot sendiri tidak memberi jaminan untuk
membeli kembali stok yang tidak berhasil dipasarkan oleh distributor, sebab
pembayaran komisi dibayarkan dari investasi anggota. Artinya, para distributor
bertanggung jawab atas produk kosmetik yang diinvestasikan harus dapat dijual
ke konsumen.102
Turner juga mendirikan perusahaan Dare To Be Great sebagai badan
pelatihan para anggota atau calon anggota Koscot yang ‘memaparkan kesuksesan
dan kekayaan yang menanti mereka’. Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah
membujuk para anggota atau calon anggota untuk membeli paket kosmetik yang
tersedia di Koscot.103
Bisnis MLM Turner selanjutnya diinvestigasi pada tahun 1972
berdasarkan pengaduan dari para distributor Koscot ke Federal Trade Commission
(FTC), yaitu sebuah Komisi Perdagangan di AS yang melakukan fungsi inti
pemerintahan dalam mengawasi penyelenggaraan pasar bebas. Pada tanggal 18
November 1975, FTC akhirnya memutuskan sistem yang digunakan Koscot
102
Ibid.
103
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
adalah ilegal (Pyramid Scheme).104
Keputusan FTC tersebut (Koscot 86 F.T.C. at
1106) kemudian menjadi sumber hukum (common law) di AS untuk menentukan
karakteristik suatu perusahaan yang tergolong pyramid.105
Praktek bisnis dengan konsep Skema Piramid di Indonesia juga berasal
dari Skema Ponzi yang pertama kali diterapkan Jusup Handojo Ongkowidjaja
dalam Yayasan Keluarga Adil Makmur (YKAM) yang didirikannya pada tahun
1987 di Jakarta. Ongko memperkenalkan YKAM sebagai usaha ‘tabung-pinjam
gotong-royong’ yang menawarkan paket kredit sebesar Rp 5 juta tanpa bersusah
payah. Syaratnya para peserta cukup membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 50
ribu, dan menyetor tabungan Rp 30 ribu sebanyak tujuh kali dalam waktu satu
bulan. Pengembalian pinjaman Rp 5 juta tersebut dapat diangsur selama 15 tahun,
dan jika sudah lunas peminjam juga dijanjikan bonus sebesar Rp 9,6 juta.
Tawaran ini berhasil memikat banyak orang, anggota YKAM sampai bulan
Februari 1988 mencapai lebih dari 44.000 orang dengan paket terdaftar sebanyak
70.000 buah, tersebar di Jakarta dan 27 kota lainnya.106
Selanjutnya, usaha YKAM hanya bertahan sampai bulan Februari 1988.
Pada saat itu Ongko sedang mengalami kesulitan dalam mencairkan paket kredit
yang sudah jatuh tempo. Rencana pencairan sekitar 291 paket kredit yang
berjumlah lebih dari Rp 1 milyar gagal, sebab pada saat itu uang yang ada di kas
YKAM hanya Rp 30 juta. Para anggota menjelang hari jatuh tempo seperti
biasanya mendatangi kantor YKAM untuk meminta pembagian paket pinjaman.
104
Ibid.
105
Debra A Valentine, op.cit.
106
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1988/12/31/HK/mbm.19881231.HK29078.i
d.html, diakses tanggal 04 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
Ongko yang pada saat itu tidak dapat mengabulkan pencairan paket terpaksa
menyerahkan diri ke polisi. Ia ditahan dan kemudian kasusnya disidangkan di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.107
Hasil pemeriksaan di pengadilan menyatakan Ongko telah menghimpun
dana sebesar Rp 18 milyar melalui YKAM, tetapi yang sempat menikmati paket
kredit Ongko hanya 2337 orang yang totalnya Rp 12 milyar, sehingga sisanya Rp
6 milyar dinyatakan telah dikorupsi oleh Ongko. Ongko akhirnya divonis 15 tahun
penjara dengan tuduhan melakukan penipuan tindak pidana korupsi, sampai di
tingkat kasasi vonis yang dijatuhkan tetap tidak berubah.108
Skema Ponzi terapan Ongko ternyata juga telah mengilhami sejumlah
orang yang tidak bermoral untuk mengadopsinya ke dalam berbagai jenis bisnis di
Indonesia. Praktek bisnis dengan metode serupa yang pernah beroperasi di
Indonesia seperti PT Multi Jaya Indovesco (1992), PT Suti Kelola (1992), Arisan
Danasonik (1995), PT Banyumas Mulya Abadi (1996), Kospin (1998), PT Qurnia
Subur Alam Raya (2001), PT Adess Sumber Hidup Dinamika (2003), IBIST
(2007), dll.109
107
Ibid.
108
Ibid.
109
Adler Haymans Manurung, 2009, Berinvestasi dan Perlindungan Investor di Pasar
Modal, Jakarta, IKPIA Perbanas, hlm. 15.
Selanjutnya praktek bisnis berkedok MLM yang diadopsi dari
Skema Ponzi tersebut (Skema Piramid) adalah Yoshihiro (1998), PT Era Catur
Wicaksana atau New Era 21 (1999), PT Inter Jasa Perkasa (1999), Citra Keluarga
Sejahtera Sentosa (1999), Hidup Gembira Awet Muda atau Higam Net (1999), PT
Rosindo (1999), PT Promail (2000), PT Probest International (2000), YAMI
(2002), PT Goldquest (2003), Golden Saving (2003), TV1 Express (2011), dll.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Indonesia yang menjadi korban praktek-praktek ilegal tersebut
diperkirakan berjumlah lebih dari puluhan ribu jiwa dengan total kerugian
mencapai puluhan triliun rupiah.110
E. Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM
Skema Piramid (pyramid scheme) jika ditinjau dari segi kata terdiri dari
kata skema dan piramid. Skema merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa
Inggris, yaitu schema yang berarti bagan, rancangan, atau rangka-rangka.
Perluasan makna skema dijelaskan dalam kamus A Dictionary of Reading (1981)
yaitu suatu rencana terstruktur atau sistem yang konseptual untuk memahami
sesuatu.111
Sedangkan kata piramid berasal dari nama bangunan makam raja-raja
mesir kuno (fir’aun) yang berbentuk limas atau menyerupai bentuk segitiga sama-
kaki.112
Skema Piramid menurut WFDSA (World Federation Of Direct Selling
Association) diartikan sebagai berikut:
Skema Piramid dalam konteks ini dikaitkan dengan praktek bisnis ilegal,
yang berarti metode bisnis ilegal terstruktur, dimana melibatkan sejumlah orang
dan menempatkannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan bentuk piramid.
Tujuan penggunaan skema ini adalah untuk mendapat kekayaan atau keuntungan
yang besar dalam waktu singkat dengan cara-cara yang melanggar hukum.
113
Pyramid selling is a fraud. It is a mechanism by which promoters of so-
called ‘investment’ or ‘trading’ schemes enrich themselves in a geometric
110
http://bravo9682.wordpress.com/2008/08/07/, op.cit.
111
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/
196012161986032-LILIS_ST._SULISTYANINGSIH/TEORI__SKEMA.pdf, diakses tanggal 04
Desember 2011.
112
http://id.wikipedia.org/wiki/Piramida, diakses tanggal 04 Desember 2011.
113
http://www.wfdsa.org/index.cfm%20pyramid%20schemes_files/subArchive, diakses
tanggal 20 September 2011.
Universitas Sumatera Utara
progression through the payments made by recruits to such schemes.
Related deceitful schemes have been described in various international
jurisdictions as chain letters, chain selling, money games, referral selling,
and investment lotteries.
Artinya, metode penjualan piramid adalah sebuah bentuk penipuan yang
dilakukan promotor dalam kegiatan yang disebutnya ‘investasi’ atau ‘perdagangan
(bisnis)’ dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Kekayaan tersebut
diperoleh dari pembayaran dana oleh barisan orang yang dibentuk melalui sistem
rekruitmen, dan menempatkannya sedemikian rupa hingga membentuk sebuah
piramid. Skema Piramid dalam berbagai yurisdiksi internasional dikenal dalam
praktik surat berantai, penjualan berantai, permainan uang, penjualan bujukan dan
investasi perjudian.
Menurut Andrias Harefa, Skema Piramid merupakan sistem bisnis ilegal,
dimana keuntungan yang diperoleh sejumlah orang yang berada pada posisi atas
piramid (anggota lama) dibayarkan dari dana sejumlah orang yang berada pada
posisi bawah piramid (anggota baru).114
Skema Piramid diartikan pula sebagai sistem investasi palsu yang
membayar peserta lama dari uang peserta baru yang direkrutnya, bukan dari laba
yang riil. Skema ini ditakdirkan untuk runtuh, sebab pendapatan jika ada, akan
kurang untuk pembayaran para peserta. Keilegalan Skema Piramid terletak pada
timbulnya kerugian nasabah pada level terbawah atas hilangnya sejumlah uang
yang diinvestasikan ke dalam bisnis tersebut.115
114
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 84.
115
http://www.jurnalmedan.co.id/, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Skema Piramid berasal dari Skema Ponzi yang dimodifikasi. Kedua
Skema apabila digambarkan akan mirip bentuk piramid, karena keuntungan yang
dijanjikan pada para peserta diperoleh dari sejumlah dana yang dibayarkan oleh
peserta baru. Posisi peserta baru yang jumlahnya lebih banyak ditempatkan di
bagian bawah piramid, sebaliknya posisi peserta lama yang jumlahnya lebih
sedikit ditempatkan di bagian atas piramid, sedangkan promotor atau founder
(pendiri) dari skema ini berada pada posisi paling atas (puncak) piramid. Setiap
dana yang ditempatkan dalam skema akan disisihkan lebih banyak untuk
promotor dan sisanya untuk diputar pada peserta yang berada dibawahnya.116
Skema Piramid meskipun terkait erat dengan Skema Ponzi, keduanya
masih dapat dibedakan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A Valentine,
bahwa “A Ponzi Scheme is closely related to a Pyramid because it revolves
around continuous recruiting, but in a Ponzi scheme the promoter generally has
no product to sell and pays no commission to investors who recruit new members.
Instead, the promoter collects payments from a stream of people, promising them
all the same high rate of return on a short-term investment”.117
Penjelasan
tersebut dikuatkan pula Andrias Harefa sebagai berikut:118
Skema Ponzi sebenarnya berbentuk piramida, tetapi juga mempunyai
beberapa perbedaan penting dengan skema piramida. Persyaratan Skema
Ponzi adalah dengan promosi akan adanya awal, atau seolah-olah ada,
suatu peluang investasi yang riil. Seringkali hal ini melibatkan
pembangunan sumber daya yang bernilai tinggi seperti minyak bumi, gas
alam, mineral, pertambangan, real estate, dan sebagainya, dan apa yang
dipromosikan sering memang benar-benar ada. Sang promotor memiliki
sebuah pertambangan, atau mempunyai investasi di bidang properti,
namun jika sumber daya itu memang betul ada, si promotor telah
116
http://speedlineinc.info/live/, diakses tanggal 26 September 2011.
117
Debra A Valentine, op.cit.
118
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 128-129.
Universitas Sumatera Utara
melipatgandakan nilainya (overvalued), di sisi lain, aset dan sumber daya
yang menjadi dasar peluang investasi sesungguhnya hanya khayalan
semata si promotor. Skenario berikutnya, promotor mencoba meyakinkan
investor bahwa aset tersebut dapat lebih dikembangkan dengan tambahan
modal, dan si promotor akan berbagi keuntungan dengan investor. Hal ini
memberikan gambaran bahwa dividen tersebut merupakan keuntungan
yang diperoleh dari suksesnya pengembangan investasi yang dilakukan,
padahal yang sesungguhnya terjadi adalah promotor hanya
mengembalikan sebagian uang investor kepada mereka. Langkah ini akan
menimbulkan dua hal, pertama para investor awal akan menambah saham
operasinya, kedua akan ada investor baru yang tertarik dengan skema ini.
Proses pembayaran dividen terus berlanjut dan semakin banyak investor
baru yang berdatangan sampai penipuan ini terbuka atau promotor diam-
diam melarikan diri dengan membawa dana investasi. Sedangkan Skema
Piramida mencakup seseorang yang membuat investasi dengan hak untuk
memperoleh kompensasi dalam menemukan dan memperkenalkan
partisipan lain ke dalam skema. Ada saling pengertian yang jelas
antarpartisipan bahwa suksesnya peluang yang ada tergantung pada
bergabungnya partisipan-partisipan lain.
Inti dari kedua penjelasan tersebut adalah seorang anggota dalam Skema
Ponzi tidak diharuskan untuk merekrut anggota baru, juga tidak dijanjikan komisi
meskipun ia melakukan perekrutan. Setiap orang memperoleh janji keuntungan
yang tingkatnya sama, namun yang sungguh-sungguh mendapat keuntungan
hanya orang yang bergabung lebih awal. Sebaliknya, dalam Skema Piramid
keuntungan seseorang dikaitkan dengan banyaknya jumlah anggota baru yang
direkrut oleh dirinya dan downline-nya. Semakin banyak downline seseorang,
maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Kedua skema meskipun
berbeda dalam hal besarnya pembagian keuntungan, namun dipastikan akan
runtuh dan merugikan banyak orang secara finansial. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Debra A Valentine, sebagai berikut:119
Both Ponzi schemes and Pyramids are quite seductive because they may
be able to deliver a high rate of return to a few early investors for a short
119
Debra A Valentine, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
period of time. Yet, both pyramid and Ponzi schemes are illegal because
they inevitably must fall apart. No program can recruit new members
forever. Every pyramid or Ponzi scheme collapses because it cannot
expand beyond the size of the earth's population. When the scheme
collapses, most investors find themselves at the bottom, unable to recoup
their losses.
Istilah lain dari program Skema Piramid adalah praktik penggandaan uang,
money game, arisan berantai, bisnis berkedok MLM, investasi berantai, dll. Skema
Piramid umumnya diterapkan dalam bisnis berkedok MLM, dimana Skema
Piramid tersebut disembunyikan dengan menggunakan kedok MLM untuk menipu
masyarakat agar promotor dapat mencapai tujuannya.120
Bisnis MLM murni dan bisnis berkedok MLM sering kali diidentikkan
karena keduanya sama-sama menerapkan sistem perekrutan anggota baru dalam
praktiknya, namun demikian terdapat perbedaan mendasar antara keduanya terkait
dengan sistem perekrutan tersebut. Perusahaan MLM murni menggunakan sistem
perekrutan sebagai sarana untuk membangun jaringan pelanggan melalui kinerja
mitra usahanya dalam pemasaran produk. Penerapan sistem perekrutan dalam
bisnis MLM murni ditujukan untuk membentuk sebuah organisasi bisnis yang
solid dan produktif. Berdasarkan produktivitas dalam penjualan produk kepada
konsumen akhir inilah perusahaan MLM murni memberikan penghasilan yang
layak kepada mitra usahanya. Hal tersebut bertolak belakang dalam bisnis
berkedok MLM yang menggunakan biaya pendaftaran peserta yang direkrut
sebagai satu-satunya sumber penghasilan. Akibatnya, bukan jaringan pelanggan
atau organisasi penjualan yang hendak dibentuk, tetapi jaringan korban. Bisnis
120
http://bravo9682.wordpress.com/2008/08/07/, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
berkedok MLM dapat bertahan hanya apabila peserta selalu menambah member-
member baru atau membuat membernya terus-menerus menanamkan uangnya.121
Biaya pendaftaran dalam bisnis berkedok MLM merupakan komoditi yang
dituju promotor untuk menghimpun keuntungan sebesar-besarnya dari
masyarakat. Biaya tersebut dipatok dalam jumlah yang relatif tinggi, namun
jumlah tersebut akan menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan keuntungan
yang dijanjikan. Promotor bisnis berkedok MLM umumnya adalah ahli psikologi
kelompok, mereka menciptakan suasana hingar bingar dan antusias dimana terjadi
tekanan kelompok serta janji-janji kemudahan memperoleh uang sehingga
menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya suatu peluang baik.122
Seorang mitra usaha dalam perusahaan MLM murni juga dikenakan biaya
pendaftaran pada saat awal bergabung, namun jumlahnya relatif kecil dan
umumnya dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut lebih bersifat
administratif dan sangat realistis untuk sebuah starter kit (katalog produk, kaset,
marketing plan, buku pedoman distributor, sample produk, dan lain-lain), yaitu
peralatan yang diberikan perusahaan untuk keperluan mitra usaha dalam
memasarkan produk kepada konsumen.123
Setiap mitra usaha yang mensponsori
anggota baru tidak memperoleh keuntungan sepeser pun dari biaya pendaftaran
yang dikeluarkan oleh anggotanya tersebut. Artinya, biaya pendaftaran dalam
bisnis MLM murni bukanlah wadah keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.124
121
Edy Zaqeus, “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, loc.cit.
122
http://bizyonline.com/skema-piramida-tidak-seindah-janjinya-bagian-kedua, diakses 28
September 2011.
123
http://cutenbeauty.wordpress.com/2011/04/25/mlm-vs-money-game/, diakses 16
Oktober 2011.
124
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 88.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan suatu perusahaan MLM diperoleh dari omset penjualan,
sedangkan komisi mitra usaha didasarkan atas jasanya dalam menjual produk
kepada konsumen. Setiap mitra usaha dalam perusahaan MLM memiliki peluang
yang sama untuk meraih kesuksesan sesuai dengan hasil kerja keras mereka
masing-masing. Hal ini seperti yang pernah dinyatakan oleh Debra A Valentine
sebagai berikut:125
Multilevel marketing programs are known as MLM's, and unlike pyramid
or Ponzi schemes, MLM's have a real product to sell. More importantly,
MLM's actually sell their product to members of the general public,
without requiring these consumers to pay anything extra or to join the
MLM system. MLM's may pay commissions to a long string of distributors,
but these commission are paid for real retail sales, not for new recruits.
Bisnis berkedok MLM pada mulanya diselenggarakan tanpa produk yang
jelas, namun dalam perkembangan selanjutnya juga menyertakan produk-produk
tertentu untuk lebih meyakinkan calon anggota, sekaligus untuk menyamarkan
Skema Piramidnya. Serangkaian produk disediakan dan diklaim untuk dipasarkan
langsung ke konsumen, namun harga yang ditetapkan untuk produk tersebut
terlalu tinggi dan tidak realistis. Produk tersebut sama sekali tidak bisa bersaing
dengan produk sejenis yang dijual dipasaran, sebab harganya tak sebanding
dengan mutunya. Bisnis berkedok MLM yang tidak terlalu mudah diidentifikasi
sering menggunakan produk yang biaya produksinya rendah. Produk tersebut
diklaim sebagai produk ajaib hasil inovasi atau pengobatan eksotik yang pada
intinya kualitas produk terlalu dilebih-lebihkan oleh promotor, tidak sesuai
dengan kualitas asli, bahkan sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi. Produk
dalam bisnis berkedok MLM biasanya diberikan sebagai ganti biaya pendaftaran
125
Debra A Valentine, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
yang telah dibayar oleh setiap anggota. Pada kenyataannya modal yang
dikeluarkan oleh anggota jauh lebih tinggi dibanding nilai produk, dan dipastikan
tidak ada orang yang bersedia membeli produk tersebut seharga modal yang telah
dikeluarkan.126
Berbeda dengan perusahaan berkedok MLM, perusahaan MLM murni
tidak pernah mewajibkan distributornya untuk membeli produk secara berlebihan
dalam jumlah besar, hanya menganjurkan untuk mempertahankan sejumlah stok
sesuai dengan kemampuan distributor yang memasarkannya dalam periode
tertentu (anjuran ini hanya demi kepentingan si distributor sendiri, agar mudah
memasarkan produk dan tidak membuat konsumen yang berminat harus
menunggu lama). Perusahaan MLM murni memberikan jaminan untuk membeli
Ilustrasinya, seorang anggota mungkin harus membeli produk
obat-obatan yang dikatakan mujarab tetapi sesungguhnya tidak bermanfaat senilai
Rp 2 juta. Ia dipastikan tidak akan berhasil menjual obat tersebut pada orang lain,
sebab tidak rasional sama sekali untuk mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta
untuk obat yang belum jelas khasiatnya. Ia juga tidak mungkin mengembalikan
obat tersebut kepada perusahaan untuk meminta kembali uang Rp 2 juta-nya,
sebab perusahaan tidak memberikan jaminan untuk membeli kembali dan produk
tersebut memang tidak dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan manfaatnya.
Satu-satunya cara untuk mengembalikan modal atau mendapat keuntungan yang
lebih besar adalah dengan merekrut banyak peserta baru.
126
http://bizyonline.com/, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
kembali atau menukar produk yang sulit dipasarkan oleh mitra usaha. Dengan
demikian mitra usaha tidak akan dirugikan atas modal yang dikeluarkannya.127
Perusahaan MLM yang terkemuka (seperti CNI atau Amway) bahkan
lebih mengutamakan kepuasan pelanggan (consumer satisfaction) dengan
memberi jaminan uang kembali (money back guarantee), dimana konsumen dapat
mengembalikan atau menukar produk yang telah dibeli dalam waktu tertentu pada
distributor yang memasarkan, apabila produk tersebut ternyata tidak memuaskan.
Garansi uang kembali bagi konsumen yang tidak puas, dengan alasan apapun,
menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi terhadap kualitas produk perusahaan.
Hal ini menggambarkan bahwa produk-produk yang diperdagangkan dalam bisnis
MLM tidak hanya dapat dijual, tetapi sungguh-sungguh dapat dijual kepada
publik.128
Perusahaan MLM yang sah dan bertanggung jawab dimungkinkan untuk
berumur panjang. Perusahaan MLM terkemuka seperti Amway dan CNI telah
beroperasi selama puluhan tahun hingga sekarang karena memang terbukti
merupakan usaha yang tidak saja patuh hukum (legal), tetapi juga memegang
teguh etika bisnis (kode etik dan aturan perilaku yang berlaku secara
internasional). Sebaliknya pada perusahaan-perusahaan berkedok MLM
dipastikan berumur singkat. Tidak satupun perusahaan dengan Skema Piramid di
dunia ini yang berumur panjang, sebab tidak ada program yang bisa merekrut
anggota selamanya. Kebanyakan dari perusahaan Skema Piramid hanya dapat
127
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 91.
128
Ibid., hlm. 167.
Universitas Sumatera Utara
bertahan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, tergantung seberapa jauh
penegakan hukum benar-benar dijalankan aparat yang berwenang untuk itu.129
F. Sistem Kerja Skema Piramid
Skema Piramid adalah metode yang digunakan dalam bisnis ilegal dengan
melibatkan pertukaran uang terutama untuk mendaftarkan orang lain ke dalam
skema. Bisnis dengan Skema Piramid umumnya tidak menyediakan produk
berupa barang dan/atau jasa untuk ditawarkan. Adakalanya bisnis ini juga
menyediakan produk, namun produk tersebut hanya untuk menyamarkan
penipuan agar terlihat seperti bisnis yang riil. Sistem kerja Skema Piramid dapat
digambarkan seperti contoh dibawah ini:130
(biaya pendaftaran Rp 5 jt) #
Level 1 Rp 1,5 jt x 3 = Rp 4,5 jt # # #
Level 2 Rp 300rb x 9 = Rp 2,7 jt # # # # # # # # #
Level 3 Rp 300rb x 27 = Rp 8,1 jt # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
Level 4 Rp 300rb x 81 = Rp 24,3 jt (27#) (27#) (27#)
___________+
Rp 39,6 jt
Ilustrasi diatas menggambarkan bahwa setiap peserta harus membayar
sebesar Rp 5jt untuk bergabung, dan setiap peserta dapat merekrut beberapa
peserta baru. Contoh skema diatas terdiri dari lima level, dan setiap peserta
sampai level keempat masing-masing berhasil merekrut 3 downline. Setiap peserta
akan dibayar Rp 1,5 jt dari setiap downline yang direkrutnya sendiri, dan akan
diberikan bonus Rp 300rb untuk setiap peserta baru yang berhasil direkrut oleh
jaringannya.131
129
Ibid., hlm. 85-86.
130
Debra A Valentine, op.cit.
131
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Peserta pada level pertama berdasarkan skema diatas terlihat mendapat
peluang yang lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Promotor (pendiri
perusahaan) Skema Piramid selalu meyakinkan setiap peserta bahwa mereka bisa
menduduki level pertama, dan bahwa ia harus mempertimbangkan dirinya berada
di bagian atas matriks. Perspektif ini menunjukkan bahwa orang yang berada pada
level pertama dapat memperoleh Rp 39,6 jt dari investasi sebesar Rp 5jt,
keuntungan ini berarti ada sebesar 792%. Tawaran ini sangat menggiurkan dan
patut dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut menjadi alasan utama mengapa
banyak orang memilih untuk bergabung.132
Analisa selanjutnya dari skema diatas ialah dengan melihat puncak
matriks. Puncak matriks diduduki peserta level pertama, tetapi sesungguhnya
promotor berada di tempat yang lebih atas dari peserta level pertama. Promotor
memandang setiap anggota baru sebagai alat spekulasi keuntungan, dan
membayarkan sedikit beban untuk sebagian peserta dari pendapatan yang
mengalir padanya. Promotor akan menerima Rp 5jt untuk setiap pendaftaran
peserta baru, dan paling banyak ia harus membayar Rp 2,4jt untuk setiap peserta
(komisi ditambah bonus). Jadi, promotor akan menerima Rp 5jt dari setiap
anggota, akan tetapi ia hanya harus membayar Rp 1,5 jt untuk setiap anggota baru
yang berhasil direkrut langsung oleh peserta, dan membayar bonus Rp 300rb
kepada upline yang jaringannya berhasil merekrut seorang anggota baru.
132
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulannya, promotor akan mengantongi lebih dari setengah jumlah biaya
pendaftaran keanggotaan.133
Analisa selanjutnya jika diasumsikan skema ini ambruk setelah level
kelima terisi, maka promotor akan menerima keuntungan sebagai berikut:
a. Rp 5jt dari biaya pendaftaran yang dikeluarkan peserta level pertama;
b. Rp 10,5jt dari 3 orang peserta level kedua (3 x Rp 5jt dikurangi komisi
peserta level pertama 3 x Rp 1,5jt);
c. Rp 28,8jt dari 9 orang peserta level ketiga (9 x Rp 5jt dikurangi komisi
level kedua 9 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level pertama 9 x Rp 300rb);
d. Rp 78,3jt dari 27 orang peserta level keempat (27 x Rp 5jt dikurangi
komisi level ketiga 27 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level kedua 27 x Rp
300rb dikurangi bonus level pertama 27 x Rp 300rb);
e. Rp 210,6jt dari 81 orang peserta level kelima (81 x Rp 5jt dikurangi
komisi level keempat 81 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level ketiga 81 x
Rp 300rb dikurangi bonus level kedua 81 x Rp 300rb dikurangi bonus
level pertama 81 x Rp 300rb).
Total dana yang berhasil mengalir ke promotor adalah Rp. 333,2jt dan
dana tersebut diperolehnya hanya dengan merekrut peserta level pertama saja.134
Analisa selanjutnya adalah dengan melihat dari sudut pandang korban,
setelah seluruh Skema Piramid runtuh. Korban pada level kelima (paling bawah
piramida) yang awalnya merasa memiliki peluang untuk menjadi level pertama
seketika menyadari bahwa sebenarnya ia berada di bagian bawah. Ia tidak mampu
133
Ibid.
134
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menemukan orang yang tertarik untuk direkrut sebagai downline-nya. Hitungan
matematis menunjukkan bahwa korban terbanyak dari keruntuhan Skema Piramid
adalah orang yang berada pada level terbawah, setidaknya 70% anggota berada
pada level terbawah tanpa sarana untuk memperoleh keuntungan. Masing-masing
dari mereka akan kehilangan Rp 5jt, bahkan sering kali orang yang berada satu
tingkat diatas level terbawah piramida tidak dapat mengembalikan modalnya
secara utuh. Hal ini semakin menambahkan jumlah korban menjadi sekitar 89%
dari anggota Skema Piramid (dalam contoh skema diatas ialah 108 orang dari 121
anggota) ditakdirkan untuk kehilangan uangnya.135
Mengenai Skema Piramid diatas, Andrias Harefa pernah mengemukakan
tiga hal sebagai berikut:136
a. Skema ini menempatkan pesertanya sebagai pecundang (loser),
sejumlah besar pecundang membayar kepada sedikit pemenang
(winner). Hal ini sangat mirip, bahkan lebih kejam dari permainan judi
(terutama karena peserta tidak sadar dilibatkan dalam semacam
pertaruhan).
b. Perusahaan dan peserta (yang sadar maupun tidak sadar) harus menipu
orang yang mereka rekrut, sebab bila sistem ini dijelaskan secara logis
dan tuntas, tidak akan banyak orang yang berminat mengikutinya.
c. Sistem ini bersifat melawan hukum (ilegal) dan di banyak negara,
pemilik perusahaan dan peserta ditangkap, di denda, dan dipenjara
karena menjalankan sistem ini.
135
Ibid.
136
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 86.
Universitas Sumatera Utara
G. Perspektif Hukum Sistem MLM
Legalitas sistem bisnis MLM pertama kali diakui di Amerika Serikat
melalui penyidikan dan investigasi resmi US FTC (United State Federal Trade
Commission) pada tahun 1978 di perusahaan Amway. Hakim Timoty melalui
penyidikan dan investigasi resmi menegaskan bahwa pola penjualan dan
pemasaran Amway (sebagai wakil dari perusahaan MLM yang sah) bukanlah pola
piramid. Pertimbangannya dijelaskan sebagai berikut:137
…the Amway system does not involve an 'investment' in inventory by a new
distributor. A kit of sales literature costing only $15.60 is the only
requisite. And that amount will be returned if the distributor decides to
leave Amway. The Amway system is based on retail sales to consumers.
Respondents have avoided the abuses of pyramid schemes by (1) not
having a 'headhunting' fee; (2) making product sales a precondition to
receiving the performance bonus; (3) buying back excessive inventory;
and (4) requiring that products be sold to consumers. Amway's buyback,
70% and ten customer rules deter unlawful inventory loading. Amway is
not in business to sell distributorships and is not a pyramid distribution
scheme.
Pertimbangan diatas menyatakan bahwa Perusahaan Amway tidak
tergolong jenis piramid karena sistem Amway tidak melibatkan sebuah eksploitasi
investasi distributor baru. Sebuah starter kit yaitu peralatan untuk memasarkan
produk ke konsumen seharga $15,60 satu-satunya syarat yang diperlukan untuk
menjadi distributor Amway. Biaya tersebut akan dikembalikan apabila seorang
distributor Amway memutuskan untuk meninggalkan perusahaan. Sistem Amway
didasarkan pada penjualan retail (eceran) ke konsumen. Para petinggi Amway
(penanggung jawab perusahaan) telah menghindari penyalahgunaan Skema
Piramid karena: (1) tidak memberi komisi berdasarkan perekrutan; (2) penjualan
137
93 F.T.C. 618, “In The Matter Of Amway Corporation, Inc.”, Final Order, Opinion,
etc., In Regard To Alleged Violation Of The Federal Trade Commission Act.
Universitas Sumatera Utara
produk adalah prasyarat untuk menerima bonus kinerja; (3) membeli kembali
(garansi) persediaan produk distributor yang berlebihan; (4) mensyaratkan komisi
atau bonus akan diberikan apabila distributor dapat membuktikan bahwa produk
sungguh-sungguh telah dijual ke konsumen.
Pandangan hukum dalam menilai kelayakan sistem bisnis MLM
dinyatakan dengan menguji sifat sistem itu sendiri, apakah ia bersifat etis, logis
dan profesional.138
Hakim Timoty dalam pertimbangannya pada penyidikan dan
investigasi pemasaran Amway (wakil dari perusahaan MLM yang sah),
menyatakan sebagai berikut:139
138
Amway Is a Substantial Industrial Company. Amway's United States
sales have grown from $4.3 million in 1963 to $169.1 million in 1976.
Worldwide sales of Amway products in 1976 amounted to about $205
million. Amway employed over 1,500 persons in 1976 at its plant in Ada,
Michigan, with an annual payroll of $19 million. The plant represents a
capital investment of $56 million. In 1976, Amway paid over $60 million
to its distributors, over $41 million for raw materials, and $11 million to
third parties for transportation of Amway products.
All but a few of the regularline products sold under the Amway name
are manufactured by Amway or its subsidiary, Nutrilite Products, Inc.
Amway's plant and equipment are modern and efficient. Amway follows
recognized industry standards of good manufacturing practice. It has a
substantial research and development operation and expends generally as
much per sales dollar as larger competitors in the personal care products
field.
Amway's products have very high consumer acceptance. A market
study in the record shows that of 37 brands of laundry detergent, Amway's
product, with only a very small market share and no national advertising,
was third in brand loyalty. Amway's dishwashing liquid soap led all 16
brands surveyed in consumer acceptance. In each of the markets for
automatic dishwasher detergents, detergents for fine clothing, bleaches,
rug cleaners, and laundry additives, Amway's products were second in
brand loyalty. Professor Cady, a marketing specialist from the Harvard
Graduate School of Business Administration, testified that:
http://www.profitclinic.com/MLM/whats-mlm/faq.html, diakses tanggal 08 Desember
2011.
139
93 F.T.C. 618, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
What this means overall is that consumers are obviously well served by
the products that Amway supplies them with. In fact, they are so well-
served, in the face of a large number of available substitutes, they
purchase Amway products to a degree which is almost unknown to other
brands in the market.
Amway has achieved this consumer acceptance for its products while
having no more than 1.7% of any market in which it competes and while
spending a total of about two million dollars for advertising and sales
promotion for the years 1972 through 1975, while its top five competitors
were spending about 2.3 billion dollars for that purpose.
Amway, through its distributors, provides services to consumers not
readily available when products are purchased at a retail store. Amway
has a 100% moneyback guarantee which permits a customer who is not
satisfied with an Amway product to return it with the choice of
replacement, repair, credit, or refund of full purchase price. Distributors
provide the service of home or commercial delivery at the time convenient
to the customer, including weekends and evenings. Amway ditributors
demonstrate and explain product use. Distributors perform water hardness
tests and recommend the use of a dishwashing detergent for hard or soft
water. Amway and its distributors provide advice for safe product use.
Distributors leave sample products with customers for trial use before
purchase.
Pertimbangan Hakim Timoty diatas antara lain menyatakan bahwa dalam
waktu kurang dari 20 tahun Amway telah berhasil mendirikan sebuah perusahaan
pabrikasi yang besar dengan sistem distribusi yang efisien (MLM), dan mampu
memperkenalkan produk-produk baru ke pasaran. Pelanggan mendapat
keuntungan dari penyediaan sumber baru tersebut dan memberikan reaksi dengan
cara menunjukkan kesetiaan terhadap produk Amway. Perusahaan Amway harus
dipahami sebagai wakil dari perusahaan MLM yang sah. Pengalaman sejarah
membuktikan bahwa keberhasilan Amway telah mendorong tumbuhnya berbagai
perusahaan berbasis MLM di seluruh dunia. Keputusan 93 F.T.C. 618 (common
law) ini telah dijadikan landasan kukuh bagi perusahaan MLM yang sah untuk
Universitas Sumatera Utara
terus berkembang dan sekaligus membantu pemberantasan Skema Piramid di
Amerika Serikat.140
Menurut Andrias Harefa, untuk dapat menguji keabsahan bisnis MLM
harus didasarkan pada dua aspek. Aspek pertama mengenai rancangan yang
dikemukakan dalam dokumen perusahaan (marketing plan) harus jelas
menyatakan bahwa seseorang tidak mendapatkan komisi, bonus, atau
penghargaan jika ia membeli produk untuk dipergunakan secara pribadi. Aplikasi
dari tes ini adalah sama sekali tidak ada sesuatu yang salah atau ilegal dalam
konsumsi pribadi. Aspek kedua adalah dalam penerapan rencana dari marketing
plan tadi, bahwa seorang mitra dalam perusahaan MLM dapat memperoleh
komisi, bahkan tanpa melakukan sponsorisasi (perekrutan downline). Penerapan
marketing plan yang baik dan sah dari suatu perusahaan MLM adalah
menyediakan suatu peluang single level untuk memperoleh keuntungan bagi mitra
usaha yang memilih untuk tidak mensponsori orang lain. Kesempatan untuk
mendapat komisi tambahan jika seorang mitra mensponsori orang lain tetap ada
saat terjadi peningkatan penjualan (prestasi penjualan produk yang dilakukan
kelompok jaringan yang dibangunnya).141
Aturan baku atau perundangan yang melindungi usaha MLM di Indonesia
sebelum tahun 2000 tidak mengenal aturan tentang izin usaha khusus. Penjualan
H. Legalitas Bisnis MLM di Indonesia Serta Kaitannya Terhadap Bisnis
Berkedok MLM
140
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 113-114.
141
Ibid., hlm. 126-127.
Universitas Sumatera Utara
Langsung (istilah formal yang digunakan untuk menyebut bisnis MLM) sebelum
tahun 2000 cukup menggunakan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang pada
masa itu merupakan surat izin untuk semua jenis usaha perdagangan di Indonesia.
SIUP dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang yaitu Departemen Perdagangan.
Tidak adanya pengaturan khusus dalam penyelenggaraan industri MLM sebelum
tahun 2000 telah memicu tumbuhnya berbagai jenis usaha ilegal berkedok MLM
yang banyak merugikan masyarakat secara finansial.
Penyelenggaraan bisnis DS-MLM di Indonesia kemudian mulai diatur
secara khusus oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI dengan terbitnya
Keputusan Menteri No. 73/MPP/Kep/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha
Penjualan Berjenjang (IUPB). Ketentuan khusus tersebut kemudian sudah pernah
beberapa kali diganti, dan yang sekarang dipakai adalah Permendag No. 32/M-
DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan
Sistem Penjualan Langsung serta perubahannya pada Permendag No. 47/M-
DAG/9/2009, dan Permendag No. 55/M-DAG/PER/10/2009 tentang
Pendelegasian Wewenang Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung
kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Sejak diterbitkannya ketentuan khusus tersebut, perusahaan DS-MLM di
Indonesia selain harus memiliki surat izin yang bersifat umum, juga harus
memiliki surat izin khusus. Surat izin yang bersifat umum sebagaimana berlaku
pada semua kegiatan usaha di Indonesia meliputi: (a) Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), (b) Tanda Daftar Perusahaan (TDP), (c) Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), sedangkan surat izin khusus adalah Surat Izin Penjualan
Universitas Sumatera Utara
Langsung (SIUPL). Perusahaan DS-MLM yang tidak memiliki SIUPL di
Indonesia dapat digolongkan sebagai perusahaan berkedok MLM.142
Masyarakat di Indonesia yang hendak bergabung dalam bisnis DS-MLM
harus berhati-hati saat memilih perusahaan DS-MLM. Cara yang paling aman
adalah dengan menanyakan ada tidaknya SIUPL di perusahaan DS-MLM yang
bersangkutan kepada pihak yang berwenang yaitu: (a) Kementrian Perdagangan
RI; Dirjen Perdagangan Dalam Negeri; Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran
Perusahan, (b) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan (c) Asosiasi
Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Ketiga lembaga tersebutlah yang paling
mengetahui perihal proses penerbitan SIUPL sehingga dianggap layak untuk
dimintai konfirmasi.143
Penyelenggaraan industri bisnis MLM di Indonesia meskipun sudah diatur
dalam suatu aturan yang khusus, namun ternyata belum cukup efektif untuk
menghilangkan kesalahpahaman masyarakat terhadap bisnis MLM. Bisnis MLM
masih saja menuai pro dan kontra. Sebagian banyak masyarakat yang kurang
memahami perbedaan bisnis MLM dengan bisnis berkedok MLM cenderung
menyamaratakan keduanya, bahkan tidak sedikit yang sangat anti jika mendengar
kata MLM. Hal ini tidak terlepas dari lemahnya penegakan hukum pidana dalam
menanggulangi praktek bisnis berkedok MLM dan juga minimnya peran aktif
pemerintah. Tidak adanya pengaturan yang secara tegas melarang praktek-praktek
bisnis berkedok MLM akan selalu membuat masyarakat kesulitan dalam
memahami perbedaan antara bisnis MLM murni dengan bisnis berkedok MLM.
142
R. Serfianto D. Purnomo, Iswi Hariyani, Cita Yustisia, op.cit., hlm 155.
143
Ibid., hlm. 156.
Universitas Sumatera Utara
Peran aktif pemerintah dalam mengedukasi masyarakat tentang seluk-beluk dan
bahaya program Skema Piramid juga sangat dibutuhkan untuk meluruskan
kesalahpahaman masyarakat terhadap industri bisnis MLM, namun hal ini juga
sangat minim di Indonesia.144
Legalitas industri bisnis MLM di Indonesia tidak akan cukup diakui oleh
masyarakat apabila praktek bisnis berkedok MLM masih tetap marak. Penerbitan
pengaturan khusus dalam penyelenggaraan industri bisnis MLM di Indonesia yang
ditujukan untuk menyaring dan mencegah munculnya praktek-praktek ilegal
berkedok MLM dinilai masih mempunyai banyak kelemahan dan membutuhkan
penyempurnaan. Seperti yang diketahui hampir setiap tahun kasus-kasus penipuan
berkedok MLM selalu terjadi berulang kali, dan hal ini telah berlangsung selama
puluhan tahun di Indonesia. Akibatnya, masyarakat yang menjadi korban maupun
yang hanya mengetahui berita-berita kasus penipuan berkedok MLM melalui
media massa menjadi terpola untuk tidak lagi mempercayai industri bisnis MLM.
Hal ini dikuatkan pula oleh Jhon Tafbu Ritonga, seorang pengamat ekonomi dari
Universitas Sumatera Utara (USU), yang menyatakan bisnis berkedok MLM atau
money game baru berpengaruh pada industri bisnis MLM murni setelah bisnis
tersebut ditutup, “pada saat bisnis money game tersebut ditutup, pasar tentu sudah
jenuh, itu membuat perspektif masyarakat terhadap MLM menjadi buruk”.145
Upaya konkrit yang selayaknya dilakukan pemerintah dan DPR dalam
menanggulangi hal tersebut adalah dengan menerbitkan Undang-Undang khusus
semacam Undang-Undang Anti-Piramid atau Undang-Undang Anti-Money Game.
144
Edy Zaqeus, “Mengapa Orang ‘Mau Jadi Korban’ Money Game atau Skema Piramid?,
loc.cit.
145
http://www.medanbisnisdaily.com/, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya Undang-Undang khusus ini diharapkan dapat menjadi sarana
pencegahan dan pemberantasan praktek-praktek bisnis berkedok MLM. Hal yang
tidak kalah pentingnya bahwa dengan adanya Undang-Undang khusus tersebut,
kesalahpahaman masyarakat terhadap industri bisnis MLM dapat dihilangkan. Hal
ini tentu saja harus didukung oleh peran aktif pemerintah serta media massa dalam
menyosialisasikan pengetahuan tentang seluk-beluk dan bahaya program Skema
Piramid kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatHubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatArif Arif
 
Apa itu Prospecting?
Apa itu Prospecting?Apa itu Prospecting?
Apa itu Prospecting?Andhika Arya
 
Duplikasi itu penting
Duplikasi itu pentingDuplikasi itu penting
Duplikasi itu pentingsuprianta
 
10 bai hoc_tren_chiec_khan_an
10 bai hoc_tren_chiec_khan_an10 bai hoc_tren_chiec_khan_an
10 bai hoc_tren_chiec_khan_antinhban269
 
Fiqih tentang waqaf, hibah, dan sadaqah
Fiqih  tentang waqaf, hibah, dan  sadaqahFiqih  tentang waqaf, hibah, dan  sadaqah
Fiqih tentang waqaf, hibah, dan sadaqahYola Deviani
 
Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...
Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...
Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...Yudhi Indradiningrat
 
Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2
Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2
Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2sihitetioma94
 
7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketing7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketingIrsan Widyawan
 

What's hot (12)

Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatHubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
 
Apa itu Prospecting?
Apa itu Prospecting?Apa itu Prospecting?
Apa itu Prospecting?
 
Duplikasi itu penting
Duplikasi itu pentingDuplikasi itu penting
Duplikasi itu penting
 
MLM Business Plan
MLM Business PlanMLM Business Plan
MLM Business Plan
 
10 bai hoc_tren_chiec_khan_an
10 bai hoc_tren_chiec_khan_an10 bai hoc_tren_chiec_khan_an
10 bai hoc_tren_chiec_khan_an
 
Fiqih tentang waqaf, hibah, dan sadaqah
Fiqih  tentang waqaf, hibah, dan  sadaqahFiqih  tentang waqaf, hibah, dan  sadaqah
Fiqih tentang waqaf, hibah, dan sadaqah
 
Modul Powerpoint
Modul PowerpointModul Powerpoint
Modul Powerpoint
 
Perbankan syariah tugas sebelum uts
Perbankan syariah tugas sebelum uts Perbankan syariah tugas sebelum uts
Perbankan syariah tugas sebelum uts
 
Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...
Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...
Ekonomi Islam dalam Perspektif Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik untuk Menja...
 
Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2
Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2
Sejarah minat kelas XI tentang pengaruh perang dunia 1 dan 2
 
7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketing7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketing
 
Quantum selling
Quantum selling Quantum selling
Quantum selling
 

Similar to MLM Legalitas

Makalah digital marketing
Makalah digital marketingMakalah digital marketing
Makalah digital marketingulfameilia
 
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...ApriliaSafitri2
 
Ppt Teks Prosedur tentang SNMPTN
Ppt Teks Prosedur tentang SNMPTNPpt Teks Prosedur tentang SNMPTN
Ppt Teks Prosedur tentang SNMPTNlailatul qodriyah
 
sim pemasaran
sim pemasaransim pemasaran
sim pemasaranJangqie
 
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxYusufMuhammad65
 
Marketing Mix Indomie
Marketing Mix IndomieMarketing Mix Indomie
Marketing Mix IndomieAndori San
 
Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)
Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)
Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)irma_rahma
 
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...Deby Anggreani Br Sembiring
 
Maketing mix, promotion mix dan periklanan
Maketing mix, promotion mix dan periklananMaketing mix, promotion mix dan periklanan
Maketing mix, promotion mix dan periklananMahad Alzaytun
 
STRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptx
STRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptxSTRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptx
STRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptxDediPratmoSihite
 
MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARANMANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARANTika Nafisah
 
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...soeswono
 
Ppt tugas pemasaran internasional pak alam
Ppt tugas pemasaran internasional pak alamPpt tugas pemasaran internasional pak alam
Ppt tugas pemasaran internasional pak alamPutriSukmaTari
 
Strategi Pemasaran Internasional
Strategi Pemasaran Internasional Strategi Pemasaran Internasional
Strategi Pemasaran Internasional gustiawan123
 

Similar to MLM Legalitas (20)

Materi Kewirausahaan
Materi KewirausahaanMateri Kewirausahaan
Materi Kewirausahaan
 
Makalah digital marketing
Makalah digital marketingMakalah digital marketing
Makalah digital marketing
 
Manajemen Pemasaran
Manajemen PemasaranManajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran
 
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
 
Ppt Teks Prosedur tentang SNMPTN
Ppt Teks Prosedur tentang SNMPTNPpt Teks Prosedur tentang SNMPTN
Ppt Teks Prosedur tentang SNMPTN
 
sim pemasaran
sim pemasaransim pemasaran
sim pemasaran
 
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
 
Marketing Mix Indomie
Marketing Mix IndomieMarketing Mix Indomie
Marketing Mix Indomie
 
Pemasaran
PemasaranPemasaran
Pemasaran
 
Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)
Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)
Tugas Akhir Semester II (Teknologi Informasi)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
 
Maketing mix, promotion mix dan periklanan
Maketing mix, promotion mix dan periklananMaketing mix, promotion mix dan periklanan
Maketing mix, promotion mix dan periklanan
 
STRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptx
STRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptxSTRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptx
STRATEGI_PROMOSI_PEMASARAN.pptx
 
MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARANMANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARAN
 
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
FRANCHISE, MLM, ECO PRENEUR, TECHNO PRENEUR, CREATIVE PRENEUR DAN DIGITAL PRE...
 
Ppt tugas pemasaran internasional pak alam
Ppt tugas pemasaran internasional pak alamPpt tugas pemasaran internasional pak alam
Ppt tugas pemasaran internasional pak alam
 
Pemasaran2
Pemasaran2Pemasaran2
Pemasaran2
 
marketing-promotion
marketing-promotionmarketing-promotion
marketing-promotion
 
Strategi Pemasaran Internasional
Strategi Pemasaran Internasional Strategi Pemasaran Internasional
Strategi Pemasaran Internasional
 

More from Rumah Studio

Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)
Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)
Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)Rumah Studio
 
PERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTURE
PERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTUREPERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTURE
PERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTURERumah Studio
 
Process aware information system at amikom oct 2015
Process aware information system at amikom oct 2015Process aware information system at amikom oct 2015
Process aware information system at amikom oct 2015Rumah Studio
 
Evaluasi Windows 8 dari Sisi HCI
Evaluasi Windows 8 dari Sisi HCIEvaluasi Windows 8 dari Sisi HCI
Evaluasi Windows 8 dari Sisi HCIRumah Studio
 
Rekayasa Kebutuhan Kuliah RPL
Rekayasa Kebutuhan Kuliah RPLRekayasa Kebutuhan Kuliah RPL
Rekayasa Kebutuhan Kuliah RPLRumah Studio
 
Desain dan Manajemen Jaringan
Desain dan Manajemen JaringanDesain dan Manajemen Jaringan
Desain dan Manajemen JaringanRumah Studio
 
Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)
Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)
Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)Rumah Studio
 
Promotion (part of Marketing Mix)
Promotion (part of Marketing Mix)Promotion (part of Marketing Mix)
Promotion (part of Marketing Mix)Rumah Studio
 
Cara Mereview Jurnal
Cara Mereview JurnalCara Mereview Jurnal
Cara Mereview JurnalRumah Studio
 
Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRM
Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRMPemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRM
Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRMRumah Studio
 
ERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSI
ERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSIERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSI
ERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSIRumah Studio
 
eTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain Sistem
eTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain SistemeTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain Sistem
eTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain SistemRumah Studio
 
Analisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam Medik
Analisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam MedikAnalisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam Medik
Analisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam MedikRumah Studio
 
RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1
RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1
RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1Rumah Studio
 
Rapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPL
Rapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPLRapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPL
Rapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPLRumah Studio
 
Analisis primary-activity-perbandingan-csf
Analisis primary-activity-perbandingan-csfAnalisis primary-activity-perbandingan-csf
Analisis primary-activity-perbandingan-csfRumah Studio
 
Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)
Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)
Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)Rumah Studio
 
Teori Display Komunikasi Pemasaran
Teori Display Komunikasi PemasaranTeori Display Komunikasi Pemasaran
Teori Display Komunikasi PemasaranRumah Studio
 

More from Rumah Studio (18)

Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)
Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)
Materi Kuliah RBTI (Rekayasa Bisnis TI)
 
PERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTURE
PERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTUREPERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTURE
PERKEMBANGAN SERVICE ORIENTED ARCHITECTURE
 
Process aware information system at amikom oct 2015
Process aware information system at amikom oct 2015Process aware information system at amikom oct 2015
Process aware information system at amikom oct 2015
 
Evaluasi Windows 8 dari Sisi HCI
Evaluasi Windows 8 dari Sisi HCIEvaluasi Windows 8 dari Sisi HCI
Evaluasi Windows 8 dari Sisi HCI
 
Rekayasa Kebutuhan Kuliah RPL
Rekayasa Kebutuhan Kuliah RPLRekayasa Kebutuhan Kuliah RPL
Rekayasa Kebutuhan Kuliah RPL
 
Desain dan Manajemen Jaringan
Desain dan Manajemen JaringanDesain dan Manajemen Jaringan
Desain dan Manajemen Jaringan
 
Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)
Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)
Proposal Teknis Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG)
 
Promotion (part of Marketing Mix)
Promotion (part of Marketing Mix)Promotion (part of Marketing Mix)
Promotion (part of Marketing Mix)
 
Cara Mereview Jurnal
Cara Mereview JurnalCara Mereview Jurnal
Cara Mereview Jurnal
 
Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRM
Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRMPemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRM
Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Organisasi : Kuliah ICT HRM
 
ERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSI
ERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSIERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSI
ERD SISNEXT : Analisis dan Desain Sistem ANSI
 
eTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain Sistem
eTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain SistemeTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain Sistem
eTAX Pelayanan Pajak Online : Analisis dan Desain Sistem
 
Analisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam Medik
Analisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam MedikAnalisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam Medik
Analisis Perbandingan 2 Aplikasi Rekam Medik
 
RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1
RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1
RPL : Analisis Aplikasi Rekam-medik-v1
 
Rapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPL
Rapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPLRapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPL
Rapid Apllication Development RAD Rekayasa Perangkat Lunak RPL
 
Analisis primary-activity-perbandingan-csf
Analisis primary-activity-perbandingan-csfAnalisis primary-activity-perbandingan-csf
Analisis primary-activity-perbandingan-csf
 
Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)
Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)
Elearning System - Kuliah Sistem Informasi Strategis (SIS)
 
Teori Display Komunikasi Pemasaran
Teori Display Komunikasi PemasaranTeori Display Komunikasi Pemasaran
Teori Display Komunikasi Pemasaran
 

Recently uploaded

ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 

Recently uploaded (20)

ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 

MLM Legalitas

  • 1. BAB II LEGALITAS BISNIS MLM DI INDONESIA SERTA KAITANNYA TERHADAP BISNIS BERKEDOK MLM A. Sejarah Sistem Multi Level Marketing Penjualan langsung telah dikenal sejak manusia melakukan pertukaran dalam bentuk natura (barter barang dengan barang) hingga manusia mengenal uang sebagai alat pembayaran yang dapat diterima secara umum. Pertukaran natura merupakan aktivitas ekonomi yang diterapkan dalam sistem ekonomi pasar. Sistem ini sebagai bentuk pertukaran ekonomi yang mengiringi pertumbuhan perusahaan telah berkembang pesat hingga menampilkan wajahnya yang paling modern yaitu Multi Level Marketing (MLM).23 Sistem MLM berasal dari Amerika Serikat dan mulai diperkenalkan secara ilmiah oleh dua orang Profesor Pemasaran dari Universitas Chicago, yaitu Karl Ramburg dan Robert Metcalt pada tahun 1945.24 Menurut sejarahnya embrio atau cikal bakal sistem MLM berasal dari sistem penjualan langsung (direct selling) yang dipopulerkan oleh perusahaan- perusahaan di Amerika Serikat pada abad ke-18. Perusahaan pada masa itu menerapkan sistem penjualan langsung karena belum tersedia sarana seperti televisi, radio, atau internet untuk mengiklankan sebuah produk. Perusahaan umumnya mengirim tenaga penjual (sales) ke kota-kota untuk memasarkan 23 M. Fachrur Rozi, op.cit., hlm. 14-15. 24 Jabbar Ibrahim, 2009, MLM Bikin Saya Kaya Raya, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 10. Universitas Sumatera Utara
  • 2. produk secara langsung kepada konsumen dari rumah ke rumah (knock on doors to market and sell products).25 Sistem penjualan langsung mulai dikembangkan oleh Henry Heinz di perusahaan Heinz Company yang ia dirikan di Sharpsburg, Pennsylvania, AS pada tahun 1869.26 Heinz membangun sebuah organisasi penjualan beranggotakan 400 orang salesman untuk menjual secara langsung berbagai produk sayuran seperti kecap, saus, dan acar kepada orang-orang yang tidak membuatnya untuk kebutuhan sendiri.27 Sistem penjualan langsung selanjutnya lebih dipopulerkan lagi oleh David McConnel di perusahaan The California Perfume Company yang ia dirikan pada tahun 1886 di New York. McConnel sampai tahun 1906 berhasil membangun armada bisnisnya mencapai 10.000 sales representatives untuk memasarkan 117 jenis produk hingga ke mancanegara. Seiring dengan perkembangan usaha dan semakin beragamnya produk yang dipasarkan, maka pada tahun 1939 The California Perfume Company diganti namanya menjadi Avon The Company For Women.28 Sistem penjualan langsung selanjutnya dikembangkan oleh Carl F Rehnborg melalui perusahaan Nutrilite Products Company, Inc yang ia dirikan pada tahun 1934 di California. Nutrilite menerapkan sistem bonus sebesar 2% dari total volume penjualan kepada setiap penjual (distributor) yang berhasil merekrut, melatih dan membantu penjual baru untuk menjual vitamin dan makanan 25 http://www.articlesnatch.com/Article/Marketing-Multilevel---A-Guide-To-Growing- Your-Multi-Level-Marketing-Business/1615595, diakses tanggal 13 Januari 2012. 26 http://en.wikipedia.org/wiki/Henry_J._Heinz, diakses tanggal 13 Januari 2012. 27 http://www.articlesnatch.com/, op.cit. 28 Jabbar Ibrahim, op.cit., hlm. 12. Universitas Sumatera Utara
  • 3. kesehatan Nutrilite kepada konsumen. Ini merupakan pertama kalinya vitamin dan makanan kesehatan Nutrilite dijual melalui sistem Multi Level Marketing (MLM).29 Pada tahun 1950-an Nutrilite mengalami persoalan internal dalam manajemen perusahaan sehingga Forrest Shaklee memutuskan untuk keluar dari keanggotaan distributor. Shaklee kemudian mendirikan Shaklee Corporation pada tahun 1956 dengan meniru pola bisnis (MLM) yang diterapkan Nutrilite. Shaklee adalah seorang ilmuwan dan ahli riset yang menyebabkannya mampu mengembangkan Shaklee dengan memproduksi berbagai jenis makanan kesehatan (nutrisi). Shaklee memiliki sekitar 200 item produk yang berhasil dipasarkan ke beberapa negara di luar AS seperti Kanada, Meksiko, Filiphina, Malaysia, Singapura dan Jepang.30 Richard DeVos dan Jay Van Andel, dua orang mantan distributor Nutrilite yang lain mendirikan Amway Corporation di Ada, Michigan, California pada tahun 1959. Produk awal yang mereka jual adalah LOC (Liquid Organic Cleaner), yaitu cairan pembersih serbaguna (biodegradable) yang aman bagi lingkungan. Amway sebagaimana halnya Shaklee menerapkan sistem penjualan langsung dengan komisi berjenjang yang mereka pelajari selama menjadi distributor Nutrilite.31 29 Jabbar Ibrahim, loc.cit. 30 Andrias Harefa, 2007, Menapaki Jalan DS-MLM, Yogyakarta, Gradien Books, hlm. 18. 31 Jabbar Ibrahim, op.cit., hlm. 17. Sistem MLM tersebut kemudian membesarkan nama Amway, bahkan melebihi popularitas Shaklee di mancanegara. Amway sampai tahun 1980 telah dikenal di sebelas negara di luar AS, yaitu Kanada (1962), Australia (1971), Ireland (1973), Inggris (1973), Hongkong (1974), Jerman (1975), Malaysia Universitas Sumatera Utara
  • 4. (1976), Perancis (1977), Belanda (1978), Jepang (1979) dan Switzerland (1980).32 Amway juga membeli perusahaan Nutrilite pada tahun 1972 dan membuatnya menjadi salah satu lini produk yang diandalkan hingga kini. Kesuksesan Amway kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis perusahaan berbasis MLM di seluruh dunia.33 Keberadaan MLM sendiri di Indonesia diawali dengan berdirinya Creative Network International (CNI) pada tahun 1986 di Bandung dengan nama PT Nusantara Sun-Chlorella Tama (NSCT). Perusahaan ini didirikan oleh keluarga Wirawan Chondro, Ginawan Chondro, S. Abrian Natan, dan seorang sahabat mereka dari Malaysia Yanki Regan. PT NSCT pada waktu itu mengadopsi sistem MLM untuk mendistribusikan produk tunggal, yaitu makanan kesehatan Sun Chlorela buatan Jepang. Seiring dengan perkembangan usaha dan semakin banyaknya produk yang dipasarkan, maka pada tahun 1992 PT NSCT diganti namanya menjadi PT Centranusa Insancemerlang. CNI tergolong cukup berhasil dalam mengembangkan bisnisnya hingga ke mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, India, dan negeri leluhur MLM Amerika Serikat. Kesuksesan CNI kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis perusahaan berbasis MLM di tanah air.34 Bisnis MLM di Indonesia kian tumbuh dan berkembang setelah adanya krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia MLM memanfaatkan momentum dan situasi krisis untuk menawarkan solusi bisnis bagi pemain asing 32 Amway, 2008, Pedoman Bisnis, Jakarta, PT Amindoway Jaya, hlm. 38. 33 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 20. 34 Ibid., hlm. 30. Universitas Sumatera Utara
  • 5. maupun lokal seperti CNI, Amway, Avon, Tupperware, Sophie Martin, Oriflame, Herbalife International, Prime & First New, Greenlite, DXN, dll.35 B. Pengertian Multi Level Marketing Multi Level Marketing (MLM) jika ditinjau dari segi kata terdiri dari kata multi, level, dan marketing. Multi berarti banyak, level berarti jenjang atau tingkat, sedangkan marketing berarti pemasaran. Marketing dalam pengertiannya mencakup beberapa aspek antara lain produk, harga, distribusi dan promosi, sedangkan Multi Level dalam pengertiannya menyangkut peran organisasi distributor secara berjenjang atau bertingkat. MLM oleh sebab itu dapat diartikan sebagai metode pemasaran yang menggunakan organisasi distributor secara berjenjang.36 Menurut Peter J. Clothier, MLM adalah suatu metode penjualan barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas.37 Menurut David Roller, MLM adalah sistem melalui mana sebuah induk perusahaan mendistribusikan barang dan/atau jasanya lewat suatu jaringan orang- orang bisnis yang independen. Orang-orang bisnis atau para wiraswastawan ini kemudian mensponsori orang-orang lain lagi untuk membantu mendistribusikan barang dan/atau jasa tersebut.38 35 Jabbar Ibrahim, loc.cit. 36 http://firdaustuble.wordpress.com/2010/05/04/multi-level-marketing-perspektif-etika- bisnis/, diakses tanggal 26 September 2011. 37 Peter J Clothier, 1994, Meraup Uang dengan MLM, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 33. 38 David Roller, loc.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 6. MLM dalam Wikipedia (ensiklopedia bebas) bahasa Indonesia diartikan sebagai sistem penjualan yang memanfaatkan konsumen sekaligus sebagai tenaga penyalur (distributor) secara langsung.39 MLM disebut juga sebagai pemasaran jaringan (network marketing) yang berarti sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja. Istilah pemasaran jaringan menunjuk pada metode dan mekanisme pemasarannya. Pemasaran jaringan merupakan salah satu cara yang dapat dipilih perusahaan atau produsen untuk memasarkan produknya kepada konsumen melalui pengembangan tenaga- tenaga pemasarnya secara independen, tanpa campur tangan perusahaan.40 MLM dikenal pula sebagai bisnis penjualan langsung (direct selling), karena pelaksanaan penjualan produk dilakukan secara langsung oleh wiraniaga kepada konsumen, tidak melalui perantara, tidak melalui swalayan, kedai atau warung, tetapi langsung kepada pembeli.41 Penjualan langsung (direct selling) merupakan istilah formal yang digunakan di dunia internasional dalam penyelenggaraan kegiatan usaha MLM. Hal ini selain disebabkan karena faktor sejarah, juga karena perusahaan MLM pada umumnya memiliki reputasi tergabung dalam Asosiasi Penjualan Langsung. Asosiasi Penjualan Langsung tersebut misalnya APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) yang sekaligus termasuk anggota Asosiasi Penjualan Langsung dunia yaitu WFDSA (World Federation of Direct Selling 39 http://id.wikipedia.org/wiki/Pemasaran_berjenjang, diakses tanggal 21 September 2011. 40 M. Fachrur Rozi, op.cit., hlm. 11. 41 Yusuf Tamizi, 2000, Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara
  • 7. Association).42 Penjualan langsung (direct selling) adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap. Ketentuan mengenai penyelenggaraan penjualan langsung di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Permendag) No. 32/M-DAG/PER/8/2008. Adapun definisi dari penjualan langsung berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Permendag No. 32/M-DAG/PER/8/2008 adalah sebagai berikut: Penjualan langsung (direct selling) menurut rumusan WFDSA, “is the marketing and selling of products directly to consumers away from a fixed retail location”, yang artinya adalah pemasaran dan penjualan produk (barang/jasa) secara langsung kepada konsumen di tempat yang terpisah dari lokasi tetap penjualan eceran.43 Penjualan langsung (direct selling) dalam arti luas dibagi ke dalam dua jenis, yaitu: 44 a. Penjualan langsung satu tingkat (single/unilevel), yaitu program pemasaran barang dan/atau jasa dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri; b. Penjualan langsung lebih dari satu tingkat (multi-level), yaitu program pemasaran barang dan/atau jasa dimana mitra usaha mendapatkan 42 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 25. 43 http://www.wfdsa.org/about_dir_sell/?fa=whatisds, diakses tanggal 20 November 2011. 44 http://apli.or.id/website/index.php?view=article&catid=45%3Ads-dan- mlm&id=129%3Apengertian-direct-selling&format=pdf&option=com_content&Itemid=59, diakses tanggal 16 Oktober 2011. Universitas Sumatera Utara
  • 8. komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam kelompoknya. MLM oleh sebab itu tidak dapat dikatakan sebagai penjualan langsung secara mutlak karena hanya merupakan salah satu cabang dari penjualan langsung. Sistem MLM berbeda dengan sistem distribusi biasa pada pemasaran konvensional. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut: a. Pemasaran konvensional mendistribusikan produk-produknya secara tidak langsung kepada konsumen, yaitu menjual produk secara tunai atau secara kredit pada lembaga-lembaga perantara seperti toko grosir, toko semi grosir, toko eceran, toko agen/sub-agen, swalayan dll. Hal ini mengakibatkan perjalanan produk hingga sampai pada tangan konsumen membutuhkan waktu yang tidak singkat. Pemasaran MLM menghilangkan berbagai tingkat mekanisme dalam pemasaran konvensional dengan memanfaatkan peran para distributor independennya untuk memasarkan produk secara langsung kepada konsumen.45 b. Proses perpindahan barang dari produsen ke saluran distribusi hingga ke konsumen akhir dalam pemasaran konvensional menimbulkan penambahan biaya, seperti anggaran periklanan yang digunakan sebagai cara menaikkan omzet, melakukan berbagai macam promosi misalnya memajang produk di dalam toko (display contest); 45 Frans M Royan, 2001, Rahasia Sukses Menjual, Yogyakarta, Penerbit ANDI, hlm. 14. Universitas Sumatera Utara
  • 9. melakukan promosi dalam ruangan sebuah supermarket atau minimarket (media store); membagi sample produk di tempat-tempat tertentu, dsb. MLM menggunakan metode periklanan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau secara pribadi antara distributor dengan konsumen.46 c. Biaya distribusi pemasaran konvensional yang total mencapai sekitar 60% dari harga jual, melalui pemasaran MLM dialihkan kepada distributor independen dengan suatu sistem perjenjangan atau pelevelan yang disesuaikan dengan pencapaian target atau omzet distributor yang bersangkutan.47 d. Konsumen dalam pemasaran konvensional dirangsang untuk mencari atau membeli produk. Hal yang sebaliknya dalam sistem MLM, produk melalui distributor yang mencari konsumen.48 Sistem MLM juga berbeda dengan sistem waralaba (franchising), meskipun dalam beberapa hal keduanya sering kali dipersamakan. Franchising adalah sistem melalui mana seseorang (franchiser) mengembangkan produk yaitu barang dan/atau jasa dengan memberikan lisensi atau hak jual (franchise) kepada penerima hak jual (franchisee) yang telah membayar sejumlah harga dan adanya pembagian tingkat prosentase tertentu dari seluruh hasil yang diperoleh.49 46 Franchising adalah konsep yang memungkinkan seseorang membeli sebuah sistem usaha yang telah terbukti berhasil dan jika diterapkan kecenderungan http://imgv21.scribdassets.com/img/word_document/56140801/164x212/67f6541069/1 312611410, diakses tanggal 14 Oktober 2011. 47 M Fachrur Rozi, op.cit., hlm 14. 48 http://imgv21.scribdassets.com/, op.cit. 49 David Roller, op.cit., hlm. 7. Universitas Sumatera Utara
  • 10. berhasilnya tetap tinggi, atau dengan kata lain seorang franchisee mengikuti apa yang telah dilakukan oleh pendiri (franchiser). Contoh usaha franchising yang sudah mendunia seperti McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Breadtalk, dll.50 Sistem MLM jika dipersamakan dengan franchising ada benarnya dalam segi pembelian usaha baru oleh seseorang yang produk dan sistemnya sudah ada atau telah disediakan produsen, namun demikian sistem MLM tetap berbeda dengan sistem franchising. Adapun perbedaan dari kedua sistem tersebut menurut David Roller adalah sebagai berikut:51 a. Seorang distributor MLM tidak mengeluarkan biaya atau modal yang besar sebagaimana halnya seorang franchisee yang membeli hak lisensi dari seorang franchiser; b. Seorang distributor MLM tidak memerlukan suatu standar tertentu sebagaimana halnya seorang franchisee yang harus memenuhi suatu standar tertentu sesuai ketentuan dari franchiser, misalnya harus berpengalaman dan berpengetahuan bisnis; c. Seorang distributor MLM memiliki keleluasaan maksimum dalam memutuskan bentuk manajemen bagi pemasaran produk perusahaan, tidak seperti halnya seorang franchisee yang harus menaati semua prosedur pelaksanaan baku yang amat dituntut oleh franchiser; d. Seorang distributor MLM dapat secara bebas merekrut pihak lain menjadi seorang distributor baru untuk membantunya dalam memasarkan produk perusahaan, sedangkan seorang franchisee tidak 50 Pindi Kisata, 2005, Why Not MLM?, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 4-5. 51 David Roller, loc.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 11. dapat menjual hak franchise-nya kepada pihak lain, sebab hanya franchiser yang memegang hak penjualan lisensi, kecuali diperjanjikan lain secara khusus. Menurut Andrias Harefa, banyak alasan yang menyebabkan sistem MLM dipilih oleh sebagian banyak perusahaan. Alasan-alasan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:52 a. Keyakinan bahwa sebuah produk yang baik dapat dipasarkan langsung kepada konsumen tanpa melewati jalur distribusi yang rumit dan nyaris tidak mengandalkan promosi kecuali mouth to mouth (getok-tular), dengan cara ini banyak biaya bisa dihemat dan dialihkan menjadi komisi penjualan bagi distributor independen. Perusahaan MLM menolak cara-cara pemasaran yang ruwet dan boros. Mereka lebih mengandalkan common sense (akal sehat) saja dengan cara quality talk loudly dan mengesampingkan trik-trik membangun brand produk yang overcompromise. Perusahaan MLM terkemuka (seperti CNI dan Amway) dengan berani memberikan jaminan uang kembali (money back guarantee) pada konsumen yang merasa tidak puas, berlaku selama 30-90 hari sejak tanggal pembeliannya; b. Keyakinan pada prinsip perkembangbiakan jaringan distributor melalui kontak-kontak pribadi; c. Keyakinan terhadap hak konsumen untuk mendapat informasi terbaik melalui penjelasan langsung dari distributor yang juga berperan 52 Andrias Harefa, op.cit., hlm.vii-viii. Universitas Sumatera Utara
  • 12. sebagai konsumen produk yang dijualnya. Keyakinan ini membuat perusahaan MLM yang baik tidak merasa perlu memasang iklan secara besar-besaran untuk menciptakan brand image yang sering kali justru menyesatkan konsumen; d. Perusahaan MLM yang baik meletakkan etika bisnis sebagai panglima. Keyakinan bahwa jiwa perusahaan bukan pada ilmu pemasaran tetapi lebih kepada prinsip-prinsip, nilai-nilai, motivasi yang menggerakkan the man behind the marketing science. C. Ruang Lingkup Sistem MLM Ruang lingkup sistem MLM mencakup unsur produsen atau perusahaan, distributor, konsumen, sistem kerja, dan komisi. Unsur-unsur ini akan dibahas satu persatu dalam uraian dibawah ini: 1. Perusahaan MLM Perusahaan MLM adalah unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengolahan faktor-faktor produksi guna menghasilkan produk yaitu barang dan/atau jasa yang ditujukan kepada konsumen melalui mekanisme pemasaran MLM. Produk tersebut harus jelas keberadaannya, sebab inti dari sistem MLM adalah penjualan barang dan/atau jasa secara langsung kepada konsumen.53 Produk-produk yang diperdagangkan dalam perusahaan MLM meliputi berbagai jenis, mulai dari produk suplemen kesehatan, peralatan kesehatan, peralatan rumah-tangga, produk perawatan tubuh, kosmetik, 53 M. Fuad, et.al., op.cit., hlm. 7. Universitas Sumatera Utara
  • 13. sampai kebutuhan non primer seperti fashion, souvenir, peralatan konveksi, pembuatan website, dll. Perusahaan MLM bisa saja hanya memperdagangkan satu jenis produk, namun bisa pula memperdagangkan lebih dari satu jenis produk. Hal ini tergantung dari kebijakan perusahaan MLM itu sendiri.54 Produk yang diperdagangkan dalam perusahaan MLM umumnya memiliki nilai dan manfaat tertentu yang khas. Hal inilah yang menjadi daya saing terhadap produk-produk sejenis yang diperdagangkan oleh perusahaan-perusahaan non-MLM. Nilai atau manfaat tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:55 a. Nilai jual, produk yang diperjualbelikan harus unik dan menarik sehingga membuat orang yang mendengarkan atau melihat menjadi tertarik. Produk MLM yang baik adalah produk yang tidak terlalu banyak memiliki subsitusi (produk pengganti) di pasaran; b. Nilai manfaat, jika perusahaan memperdagangkan suatu produk barang maka barang tersebut harus memberi manfaat bagi penggunanya, dan begitu pula bila perusahaan bergerak di bidang jasa maka jasa tersebut harus memberi manfaat bagi penggunanya; c. Nilai ekonomis, harga dari produk harus sesuai dengan fungsi dan manfaatnya sehingga nilai yang dibayarkan oleh konsumen setara dengan manfaat yang diperoleh dari produk tersebut, atau dengan kata lain harga produk tersebut harus bersifat realistis. 54 http://ridlo.info/network-marketing/produk-mlm.html, diakses tanggal 21 November 2011. 55 MLM Leaders, op.cit., hlm. 189-190. Universitas Sumatera Utara
  • 14. Perusahaan MLM dalam operasinya harus memiliki standar peraturan atau tata tertib yang jelas seperti kode etik untuk mengatur para distributor perusahaan dalam menjalankan pemasaran. Kode etik merupakan kontrak lengkap (perjanjian) yang mengikat antara perusahaan dengan para distributornya. Kode etik tersebut berisi keterangan-keterangan mengenai perusahaan, kedudukan hak, kewajiban, fasilitas, dan pengaturan sanksi apabila salah satu pihak yang terikat melakukan pelanggaran (wan prestasi). Kode etik juga berfungsi sebagai acuan bagi distributor perusahaan maupun calon distributor untuk memberi informasi mengenai rencana dasar pemasaran perusahaan (marketing plan/business plan).56 Istilah marketing plan atau business plan dalam perusahaan MLM mencakup keterangan hal mengenai visi dan misi perusahaan, kedudukan hierarkhi posisi distributor, rancangan sistem pembagian pendapatan dari perusahaan yang meliputi keuntungan, penghargaan, prosedur dan persentase yang akan dibagikan melalui sistem jaringan.57 2. Distributor Perusahaan MLM Distributor dalam perusahaan MLM adalah orang-perorangan yang bersedia bergabung menjadi mitra usaha dengan cara mendaftarkan diri melalui perjanjian tertulis antara perusahaan dengan dirinya sebagai pribadi, kemudian dengan itu ia disetujui dan diakui keanggotaannya oleh suatu perusahaan MLM.58 56 http://www.greenlite.co.id/ethic-code, diakses tanggal 21 November 2011. 57 MLM Leaders, op.cit., hlm. 195. 58 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 9. Universitas Sumatera Utara
  • 15. Distributor perusahaan MLM sering disebut sebagai agen resmi atau sales yang bertugas melakukan penjualan produk secara langsung kepada konsumen. Istilah agen resmi atau sales sesungguhnya kurang tepat untuk dipergunakan, sebab kedua istilah tersebut secara luas dapat diartikan sebagai pegawai tetap, pegawai lepas, pegawai harian, atau honorer yang mempunyai ikatan jam kerja dengan suatu perusahaan. Distributor perusahaan MLM lebih tepat disebut sebagai mitra usaha, sebab kerja sama yang dijalin antara keduanya bersifat lebih independen (sukarela). Seorang distributor MLM tidak memperoleh penghasilan berkala berupa gaji atau upah sebagaimana yang diperoleh pekerja, pegawai atau karyawan dari suatu perusahaan, akan tetapi ia memperoleh penghasilan dalam bentuk komisi berupa imbalan yang berkaitan dengan omzet penjualan. Dengan demikian distributor MLM dapat dikatakan sebagai pengusaha yang mandiri.59 Distributor perusahaan MLM dapat memiliki tiga segi peranan. yaitu: a. Menjual produk perusahaan secara langsung kepada konsumen; b. Mengembangkan pemasaran dengan cara membangun jaringan distributor, yaitu merekrut orang lain untuk menjadi distributor baru dalam perusahaan; c. Sebagai konsumen perusahaan, yaitu pengguna produk perusahaan dengan tujuan untuk pemakaian pribadi dan tidak bermaksud untuk memperjualbelikan produk tersebut kepada orang lain. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara
  • 16. Setiap distributor dalam perusahaan MLM tergabung dalam organisasi distributor yang membentuk jaringan kerja atau satuan networking tertentu. Hubungan yang dimiliki antara masing-masing distributor dalam satuan networking yang sama adalah sebagai berikut:60 a. upline, yaitu distributor yang menjadi sponsor bagi distributor lain; b. downline, yaitu orang yang disponsori oleh distributor lain, atau orang yang direkrut oleh distributor yang sudah lebih dahulu terdaftar menjadi distributor perusahaan. Setiap distributor dalam networking-nya memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mengembangkan karirnya berdasarkan sistem peringkat (ranking) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jenjang peringkat tersebut bervariasi, namun umumnya berkisar antara 7-8 peringkat dari peringkat terendah misalnya distributor biasa, distributor langsung, dst sampai ke peringkat tertinggi misalnya Diamond Distributor, President’s Team, Crown Agency Manager, dll. Kemungkinan untuk sampai ke posisi puncak relatif lebih terbuka sebab jumlahnya tidak harus satu sebagaimana halnya presiden direktur pada perusahaan-perusahaan non-MLM.61 Masing-masing distributor untuk setiap peringkat berhak mendapatkan prosentase potongan harga tertentu seperti komisi, bonus atau rabat dari total penjualan yang dilakukan kelompoknya, juga berbagai hadiah atau 60 MLM Leaders, op.cit., hlm. 196-203. 61 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 191. Universitas Sumatera Utara
  • 17. penghargaan lain, seperti pin penghargaan, kesempatan bertamasya ke mancanegara, mendapat rumah, mobil mewah, dsb.62 3. Konsumen Konsumen dalam konteks MLM adalah masyarakat pengguna atau pembeli produk perusahaan MLM yang bertujuan untuk mengkonsumsi produk secara pribadi.63 Konsumen dalam konteks MLM dapat berarti 2 (dua), pertama orang yang membeli dan menggunakan produk melalui penjualan langsung yang dilakukan oleh seorang distributor perusahaan MLM, kedua distributor secara pribadi berhak menjadi konsumen bagi perusahaan MLM yang bersangkutan. Konsumen non-distributor maupun konsumen distributor dapat dilihat dalam satu kesatuan, sebab tujuannya sama-sama mengkonsumsi produk secara pribadi.64 Pemakaian produk memberi dampak positif bagi seorang distributor, misalnya memudahkan dirinya untuk memberi kesaksian pada calon pelanggan yang berminat dengan produk tersebut ataupun calon anggota baru yang ingin direkrut. Disamping itu, pemakaian produk bisa saja memang ditujukan untuk keperluan pribadi distributor.65 62 Ibid. 63 http://priyadi.net/archives/2006/09/24/bedah-sistem-mlm/, diakses tanggal 21 November 2011. 64 http://www.apli.or.id/website/index.php?view=article&catid=36%3Awawancara& amp;id=104%3Asaatnya-mlm-menggali-dan-mengedepankan-value, diakses tanggal 21 September 2011. 65 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 237. Universitas Sumatera Utara
  • 18. Konsumen non-distributor hanya dapat membeli produk MLM melalui distributor perusahaan, sebab produk tersebut tidak dapat dibeli di tempat- tempat umum seperti toko, pasar swalayan, department store, salon, bengkel, apotek, dll.66 Konsumen non-distributor umumnya mengetahui suatu produk MLM dari distributor perusahaan yang dikenalnya sendiri sebagai teman, rekomendasi, kerabat atau anggota keluarga yang mempresentasikan produk tersebut kepada dirinya. Presentasi ini memberikannya pengetahuan mengenai produk dari suatu perusahaan MLM, dan apabila ia tertarik dengan produk tersebut, ia dapat langsung memesan serta mendapatkan produk yang dimaksud dari distributor yang mempresentasikannya.67 Konsumen non-distributor tidak dapat membeli atau memesan langsung produk MLM dari perusahaan yang bersangkutan, dengan maksud untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari harga yang ditawarkan oleh seorang distributor. Perusahaan MLM hanya menjual produk melalui distributor yang menjadi anggota atau mitra usahanya.68 Alasan inilah yang terkadang menyebabkan seseorang bergabung dalam suatu perusahaan MLM, yaitu untuk mendapat potongan harga dari produk-produk yang dikonsumsinya sendiri.69 66 Ibid., hlm. 4. 67 Amway, op.cit., hlm. 5. 68 Amway, 2008, Panduan Pemesanan dan Pengembalian Produk, Jakarta, PT. Amindoway Jaya, hlm. 6. 69 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 43. Universitas Sumatera Utara
  • 19. 4. Sistem Kerja Perusahaan MLM dibangun berdasarkan konsep kemitraan sehingga sistem MLM baru dapat berjalan apabila terdapat mitra usaha. Kemitraan dalam sebuah perusahaan MLM diawali dari kemitraan diantara pendiri perusahaan MLM itu sendiri. Artinya, distributor yang pertama kali bergabung sebagai mitra usaha disponsori langsung oleh pendiri perusahaan.70 Distributor inilah yang nantinya mengembangkan jaringan dan melahirkan distributor-distributor baru melalui perekrutan yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun anggotanya. Pengembangan jaringan tersebut selanjutnya akan membentuk satuan networking diantara organisasi distributor.71 Langkah pertama yang dilakukan oleh setiap mitra usaha dalam sistem MLM adalah bergabung dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh perusahaan. Calon distributor harus menuliskan keterangan mengenai siapa sponsornya di dalam formulir pendaftaran tersebut. Hal ini berguna untuk menentukan keberadaan dirinya dalam suatu jaringan kerja (networking).72 Setiap mitra usaha pada saat awal bergabung di suatu perusahaan MLM akan dikenakan biaya pendaftaran (administrasi). Biaya pendaftaran ini nilainya relatif kecil dan umumnya dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut dikenakan untuk memperoleh apa yang biasanya disebut starter kit, starter pack, sales kit atau business pack. Starter kit adalah 70 Amway (Buku I), op.cit., hlm. 14. 71 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 192-198. 72 Amway (Buku I), op.cit., hlm. 19. Universitas Sumatera Utara
  • 20. peralatan yang disediakan oleh perusahaan MLM bagi setiap distributornya sebagai peralatan untuk menawarkan produk kepada konsumen. Starter kit biasanya berisi sekumpulan brosur/katalog produk dan daftar harga, rancangan bisnis (marketing plan), kaset audio video tentang company profile perusahaan, produk dan kisah-kisah orang yang sukses dari perusahaan tersebut.73 Distributor berbekal starter kit menawarkan produk dengan cara mempresentasikan serta menjelaskan produk kepada konsumen yang umumnya adalah orang-orang yang dikenalnya sendiri. Jika distributor tersebut kemudian berhasil menawarkan suatu produk kepada seseorang, maka langkah berikutnya adalah memesan langsung produk yang dimaksud melalui upline-nya atau perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya ketika produk yang dipesan telah disediakan, maka distributor tadi bertanggungjawab untuk mengambil dan menyerahkannya langsung kepada si pembeli (konsumen).74 Distributor perusahaan MLM disamping menjual produk secara eceran (langsung) kepada konsumen, ia juga dapat membangun jaringannya dengan cara merekrut orang lain untuk menjadi distributor baru perusahaan. Distributor yang baru direkrut tersebut disebut sebagai downline, dan downline ini kemudian dapat merekrut orang lain lagi untuk menjadi distributor baru perusahaan.75 73 MLM Leaders, op.cit., hlm. 202. 74 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 11. 75 Amway (Buku I), op.cit., hlm. 19. Universitas Sumatera Utara
  • 21. Sistem kerja MLM juga meliputi sistem pelatihan (support system) berupa pengajaran materi serta motivasi yang bertujuan untuk memudahkan setiap distributor dalam menjalani sistem.76 Pelatihan biasanya dilakukan oleh pembangun jaringan (network builder/achiever) yang telah berhasil mencetak prestasi tertentu.77 Hal yang paling mendasar dan perlu digarisbawahi dalam sistem MLM, bahwa kegiatan penjualan produk adalah yang utama, sebab omzet perusahaan dan komisi para distributor bergantung pada banyaknya penjualan produk yang berhasil dilakukan para distributor ke konsumen akhir. Kegiatan perekrutan atau pembangunan jaringan adalah ciri khas dari sistem MLM, namun hal ini tidak lain ditujukan untuk memasarkan produk kepada konsumen.78 5. Komisi Kesimpulannya, antara perusahaan sebagai unit penghasil dan penyedia produk dengan organisasi distributor dan konsumen akhir merupakan subsistem yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan dalam proses kerja sistem MLM untuk mencapai tujuan dari masing-masing subsistem tersebut. Komisi dalam sistem MLM berkaitan dengan penghasilan yang diperoleh mitra usaha atas jasanya dalam penjualan produk perusahaan kepada konsumen akhir. Besarnya komisi seorang distributor ditentukan dari target penjualan yang dilakukannya sendiri dan yang dilakukan oleh 76 Mark Yarnell & Rene Reid Yarnell, op.cit., hlm. 207. 77 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 194. 78 Pindi Kisata, op.cit., hlm. 26-27. Universitas Sumatera Utara
  • 22. jaringannya. Komisi tersebut berupa potongan harga, bonus, atau insentif yang ditetapkan perusahaan secara berjenjang sesuai dengan nilai penjualan (biasanya disebut volume point, business point, volume grup) yang diberitahukan kepada setiap mitra usaha sejak mereka mendaftar menjadi anggota.79 Keuntungan eceran adalah keuntungan dasar yang dapat diperoleh oleh mitra usaha melalui perbedaan antara harga distributor dengan harga eceran yang ditujukan pada konsumen. Masing-masing dari harga tersebut ditetapkan oleh perusahaan. Ilustrasinya, misalkan harga distributor yang ditetapkan suatu perusahaan MLM untuk produk XYZ adalah Rp 100 ribu, sedangkan harga konsumennya Rp 120 ribu, maka seorang distributor akan mendapat keuntungan eceran sebesar Rp 20 ribu dari hasil penjualan langsung produk XYZ ke konsumen. Disamping itu, perusahaan juga akan memberikan diskon apabila seorang distributor membeli produk dalam jumlah tertentu, misalkan produk XYZ seharga Rp 100 ribu tadi jika dibeli sebanyak 5 buah akan diberi diskon sebesar 3%, dengan demikian distributor akan memperoleh diskon sebesar 3% x Rp 500 ribu = Rp 15 ribu, sehingga total keuntungan yang diperolehnya dari penjualan langsung 5 buah produk XYZ ke konsumen adalah keuntungan eceran ditambah diskon, yaitu (Rp 20 ribu x 5) + Rp 15 ribu = Rp 115 ribu.80 79 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 3. 80 Amway (Buku I), op.cit., hlm. 19. Universitas Sumatera Utara
  • 23. Keuntungan distributor selain dari penjualan eceran, juga dapat diperoleh melalui prestasi penjualan yang dilakukan oleh kelompoknya (volume grup). Perusahaan akan memberi komisi kepada setiap mitra usaha yang anggota jaringannya telah berhasil menjual produk dalam jumlah tertentu pada suatu periode kepada konsumen akhir. Komisi ini ditetapkan perusahaan dalam bentuk tabel prosentase yang dicantumkan dalam marketing plan. Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa komisi tersebut didasarkan atas prestasi seorang mitra usaha dalam hal penjualan produk kepada konsumen akhir. Seorang mitra usaha yang sukses membangun, melatih, dan membantu kelompoknya dalam memasarkan produk kepada konsumen akhir dianggap berjasa bagi perusahaan, sehingga atas kerja kerasnya tersebut perusahaan memberi imbalan yang sesuai baginya.81 Mitra usaha juga diberi kesempatan untuk meraih imbalan (bonus) lainnya seperti pin, kesempatan bertamasya ke mancanegara, rumah, mobil mewah, ataupun penghargaan-penghargaan lainnya. Pemberian bonus tersebut diberikan apabila seorang mitra mencapai jenjang (ranking) tertentu. Jenjang peringkat dalam suatu perusahaan MLM bervariasi, namun umumnya berkisar 7-8 peringkat dari yang paling rendah (biasanya disebut distributor, distributor langsung, dll) sampai yang paling tinggi (biasanya disebut Diamond Distributor, President’s Team, Crown Agency Manager, dll). Jenjang ini tidak banyak berbeda dengan jenjang karier di 81 Ibid. hlm. 21. Universitas Sumatera Utara
  • 24. perusahaan konvensional (dari karyawan, supervisor, manajer, general manager, deputi director, direktur sampai presiden direktur). Perbedaannya dalam sistem MLM adalah dalam hal kemungkinan untuk mencapai posisi puncak relatif lebih terbuka, sebab jumlahnya tidak harus satu−seperti halnya presiden direktur dalam perusahaan konvensional.82 Bonus yang didasarkan atas jenjang tertentu dalam sistem MLM masih berkaitan dengan prestasi penjualan (business point) seorang mitra usaha dalam periode tertentu, namun prestasi tersebut harus dapat dipertahankan olehnya dalam beberapa periode secara berturut-turut. Dengan kata lain, untuk mencapai jenjang kesuksesan tersebut, seorang mitra usaha memerlukan kerja yang lebih keras dan cerdas lagi dalam hal keterampilan komunikasi (termasuk penguasaan bahasa asing), penguasaan teknologi, wawasan yang lebih luas, serta kepedulian yang lebih mendalam terhadap kebutuhan anggota jaringan dan masyarakat sekitarnya.83 Mitra usaha sebagai people business dalam sistem MLM adalah sistem duplikasi orang. Seseorang akan berhasil dalam bisnis ini bukan saja karena ia berhasil mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus berhasil mendidik downliners di dalam garis sponsorisasinya (vertikal) agar dapat berkembang bersama-sama dengannya.84 82 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 191. 83 Ibid., hlm. 196 84 Ibid., hlm. 183-184. Sekalipun awalnya bisnis MLM bisa dijalankan sebagai usaha paruh waktu, namun bagi mereka yang memiliki komitmen kuat untuk sukses dalam bisnis ini harus menginvestasikan waktu dan dirinya sendiri untuk mendidik dan melatih Universitas Sumatera Utara
  • 25. kelompoknya yang masih baru belajar. Ia perlu mengusahakan sinergi dalam kelompoknya agar hasil yang diperoleh lebih baik bila dilakukan secara tim daripada dilakukan sendiri.85 D. Sejarah Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM Musuh industri MLM adalah program Skema Piramid. Program Skema Piramid selalu muncul di saat industri DS-MLM mengalami perkembangan. Hal ini terjadi di negara mana pun, dimana pada saat industri MLM berkembang dan menaruh minat banyak orang, maka Skema Piramid memanfaatkan trend tersebut untuk menghimpun keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu sesingkat- singkatnya dari masyarakat.86 Penyelewengan sistem MLM tampak dalam Skema Piramid, dan menurut Patric Sullivan, Presiden Direktur Amway Indonesia, “beberapa perusahaan telah menggunakan Skema Piramid dan juga Investasi Surat Berantai pada tahun 1960- an, seperti Koscot, Bestline, Nutribio, Dare-to-be-Great dan lain-lain”.87 Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi atau dikenal juga dengan nama Charles Ponzi adalah seorang imigran asal Italia yang lahir pada tanggal 03 Ada pendapat bahwa hal ini telah dilakukan sejak tahun 1920-an dan mengaitkannya dengan Skema Ponzi (ponzi scheme) yang diambil dari nama pelaku utamanya Carlo Ponzi. 85 Edy Zaqeus (editor), “5 Prinsip Investasi di DS/MLM”, INFO APLI Edisi XXVI (Nov- Des, 2004), hlm. 9. 86 Edy Zaqeus (editor), “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, INFO APLI Edisi XXX (Okt-Des, 2005), hlm. 8. 87 Andrias Harefa, op.cit., hlm 87. Universitas Sumatera Utara
  • 26. Maret 1882. Ponzi dikenal sebagai salah satu penipu terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.88 Ponzi mulai pindah dari Italia dan menetap di Kanada pada tahun 1903, disana ia pernah dua kali masuk penjara karena terlibat kasus pemalsuan dan penipuan. Setelah dibebaskan dari penjara Kanada, Ponzi kemudian pindah ke Boston pada tahun 1920. Ia kemudian menemukan sebuah cara untuk mendapatkan banyak uang dengan cara menjual Postal Reply Coupons (PRC).89 PRC diterbitkan di bawah Universal Postal Convention (Konvensi Pos Sedunia) yang pada masa itu digunakan dalam surat menyurat internasional sebagai pengganti perangko untuk pengiriman surat atau barang.90 Misalkan A di sebuah negara mengirim surat kepada B (biasanya perusahaan atau badan lainnya) yang berada di negara lain untuk memesan suatu barang, B mensyaratkan setiap pemesanan barang harus disertai PRC. PRC tersebut bisa ditukarkan dengan perangko untuk mengirim barang-barang yang diminta kliennya melalui jasa pos, maksudnya agar B tidak terbebani biaya perangko karena A sudah menyediakannya dalam bentuk PRC. PRC tersebut juga bisa diuangkan.91 Inflasi di Eropa cukup tinggi pasca Perang Dunia II, sehingga terjadi perbedaan biaya pengiriman lewat pos dari Amerika Serikat ke Eropa dengan dari Eropa ke Amerika Serikat. Akibatnya, PRC yang dijual di Italia atau di Eropa 88 http://belajarline.blogspot.com/2011/05/sejarah-skema-ponzi.html, diakses tanggal 26 September 2011. 89 Ibid. 90 Debra A Valentine, General Counsel For The U.S. Federal Trade Commission, “Pyramid Schemes”, presented at the International Monetary Fund’s Seminar on Current Legal Issues Affecting Central Banks, Washington DC, 13 May 1998. 91 http://bayuhebat.wordpress.com/2009/06/22/skema-ponzi-mlm-dan-kaya-cepat/, diakses tanggal 26 September 2011. Universitas Sumatera Utara
  • 27. harganya lebih rendah dibandingkan dengan di AS. Ide Ponzi adalah membeli PRC dari Italia, kemudian diuangkan di AS.92 Ponzi selanjutnya mendirikan The Security Exchange Company (1920) di Boston dan memperkenalkannya sebagai usaha spekulasi perangko. Ia menggalang dana melalui agen-agen yang diberinya komisi tinggi untuk mengajak masyarakat menginvestasikan uang dengan janji pembayaran bunga sebesar 40% dalam waktu 90 hari, sementara pada saat itu bank hanya mampu memberi bunga sebesar 5% per tahun.93 Tawaran Ponzi berhasil memikat banyak orang dan hanya dalam waktu 4 bulan, Ponzi mampu mengumpulkan dana sebesar $420.000 (setara dengan 620 kg emas) dari para investornya. Perusahaan Ponzi semakin terkenal dan mendapatkan banyak dana investasi setelah harian The Boston Post menerbitkan artikel yang berisi pandangan positif terhadap bisnis Ponzi.94 Ide Ponzi sesungguhnya telah gagal sejak awal. Hal ini disebabkan karena jumlah investasi yang diterima Ponzi tidak sesuai dengan PRC yang beredar, dan PRC sendiri tidak dapat dibeli dalam jumlah banyak. Ponzi kemudian menemukan ide baru, yaitu membayar uang investor lama dari uang investor baru. Metode ini diberinya nama bubble burst..95 92 Ide tersebut pada mulanya berjalan dengan lancar, sebab jumlah investor di perusahaan Ponzi mengalami peningkatan. Dana baru yang masuk bisa menutup pembayaran bunga kepada investor lama, dan kebanyakan dari investor Ponzi tidak mengambil bunga dari investasinya http://belajarline.blogspot.com/, op.cit. 93 http://finance.detik.com/madoff-dan-tipu-tipu-investasi-ala-skema-ponzi, diakses tanggal 26 September 2011. 94 Ibid. 95 http://www.sunaryohadi.info/charles-k-ponzi-penemu-money-game-asal-mula-mlm- dan-bisnis-piramida, diakses tanggal 26 September 2011. Universitas Sumatera Utara
  • 28. melainkan menanamnya kembali. Ponzi selanjutnya menyimpan seluruh uang nasabahnya di sebuah bank bernama Hanover Trust Bank, dan dengan uang tersebut ia dapat menerima bunga sebesar 5% yang merupakan keuntungan riil dari Security Exchange Company (SEC).96 Pola bisnis Ponzi ternyata telah menarik perhatian Clarence Barron, seorang analis keuangan. Berdasarkan penelitiannya, Barron kemudian menuliskan sebuah artikel dalam harian The Boston Post yang berisi analisa bahwa pola bisnis Ponzi di SEC secara finansial tidak mungkin menguntungkan. Tidak ada kecocokan antara volume PRC dengan keuntungan yang dijanjikan Ponzi kepada nasabahnya. Berita ini sempat membuat beberapa investor menarik dananya dari SEC, dan mereka mendapat pengembalian dana dari cek Hanover Trust Bank.97 William McMasters, seorang Public Relation (PR) di SEC juga menyimpan kecurigaan terhadap bisnis Ponzi, terutama mengenai pendepositoan uang nasabah di Hanover Trust Bank yang hanya mendapat bunga sebesar 5% pertahun, sedangkan SEC sendiri memberi bunga sebesar 40% dalam waktu 90 hari. Kecurigaan tersebut mendorong McMasters untuk mengundurkan diri dari SEC. McMasters juga menuliskan sebuah artikel dalam harian The Boston Post yang berisi pernyataan bahwa SEC sesungguhnya telah pailit, sebab asetnya tidak mencukupi jumlah yang harus dibayarkan kepada para nasabah. Berita ini kembali membuat para investor melakukan penarikan dana secara besar-besaran. 96 http://belajarline.blogspot.com/, op.cit. 97 Ibid. Universitas Sumatera Utara
  • 29. Penarikan ini kemudian terhenti ketika jumlah saldo Ponzi di Hanover Trust Bank tidak lagi mencukupi pembayaran kepada para investor SEC.98 Pemerintah AS kemudian menginvestigasi usaha Ponzi, dan hasilnya menyatakan bahwa Ponzi telah bangkrut. Aset yang dimiliki Ponzi hanya sekitar US$ 1,6 juta jauh dibawah nilai hutangnya pada para investor.99 Ponzi akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 5 (lima) tahun oleh Pengadilan Federal dengan tuduhan penipuan melalui surat.100 Skema Ponzi menjadi sangat terkenal dan sekaligus mengilhami orang- orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengadopsinya ke dalam berbagai jenis bisnis, tidak terkecuali bisnis MLM. Pengadopsian Skema Ponzi ke dalam bisnis MLM kemudian melahirkan skema jenis baru, yaitu Skema Piramid. Skema Piramid mulai dipraktekkan oleh Glenn Wesley Turner di perusahaan Kosmetics Company of Tommorow (Koscot) Interplanetary, Inc yang ia dirikan pada tahun 1967 di Florida, Amerika Serikat. Turner memperkenalkan Koscot sebagai perusahaan berbasis MLM yang memperjualbelikan alat-alat kosmetik. Program MLM Turner memiliki empat tingkat distributor dari tingkatan paling rendah adalah peserta potensial yang dimungkinkan untuk masuk pada salah satu dari tiga tingkat diatasnya yaitu beauty advisor, supervisor dan director.101 Setiap anggota diharuskan berinvestasi awal dalam jumlah tertentu yang nilainya relatif besar. Investasi tersebut memberikan hak bagi setiap anggota 98 Ibid. 99 http://finance.detik.com/, op.cit. 100 http://belajarline.blogspot.com/, op.cit. 101 86 F.T.C. 1106, “In The Matter of Koscot Interplanetary, Inc.”, Order, Opinion Etc., in Regard to Alleged Violation of The Federal Trade Commission Act and Sec. 2 of Clayton Act. Universitas Sumatera Utara
  • 30. untuk dapat merekrut anggota baru. Perusahaan selanjutnya memberikan sejumlah produk kosmetik untuk dipasarkan ke konsumen dari investasi awal yang dibayarkan dan menjanjikan komisi kepada setiap anggota yang berhasil merekrut anggota baru. Pemberian komisi tersebut ternyata diperoleh dari investasi yang dibayarkan oleh anggota baru. Akibatnya, para anggota lebih fokus melakukan perekrutan terus-menerus demi mendapat komisi daripada harus menjual produk ke konsumen. Produk yang gagal dipasarkan ke konsumen akhirnya menjadi penumpukan stok bagi distributor. Koscot sendiri tidak memberi jaminan untuk membeli kembali stok yang tidak berhasil dipasarkan oleh distributor, sebab pembayaran komisi dibayarkan dari investasi anggota. Artinya, para distributor bertanggung jawab atas produk kosmetik yang diinvestasikan harus dapat dijual ke konsumen.102 Turner juga mendirikan perusahaan Dare To Be Great sebagai badan pelatihan para anggota atau calon anggota Koscot yang ‘memaparkan kesuksesan dan kekayaan yang menanti mereka’. Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah membujuk para anggota atau calon anggota untuk membeli paket kosmetik yang tersedia di Koscot.103 Bisnis MLM Turner selanjutnya diinvestigasi pada tahun 1972 berdasarkan pengaduan dari para distributor Koscot ke Federal Trade Commission (FTC), yaitu sebuah Komisi Perdagangan di AS yang melakukan fungsi inti pemerintahan dalam mengawasi penyelenggaraan pasar bebas. Pada tanggal 18 November 1975, FTC akhirnya memutuskan sistem yang digunakan Koscot 102 Ibid. 103 Ibid. Universitas Sumatera Utara
  • 31. adalah ilegal (Pyramid Scheme).104 Keputusan FTC tersebut (Koscot 86 F.T.C. at 1106) kemudian menjadi sumber hukum (common law) di AS untuk menentukan karakteristik suatu perusahaan yang tergolong pyramid.105 Praktek bisnis dengan konsep Skema Piramid di Indonesia juga berasal dari Skema Ponzi yang pertama kali diterapkan Jusup Handojo Ongkowidjaja dalam Yayasan Keluarga Adil Makmur (YKAM) yang didirikannya pada tahun 1987 di Jakarta. Ongko memperkenalkan YKAM sebagai usaha ‘tabung-pinjam gotong-royong’ yang menawarkan paket kredit sebesar Rp 5 juta tanpa bersusah payah. Syaratnya para peserta cukup membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 50 ribu, dan menyetor tabungan Rp 30 ribu sebanyak tujuh kali dalam waktu satu bulan. Pengembalian pinjaman Rp 5 juta tersebut dapat diangsur selama 15 tahun, dan jika sudah lunas peminjam juga dijanjikan bonus sebesar Rp 9,6 juta. Tawaran ini berhasil memikat banyak orang, anggota YKAM sampai bulan Februari 1988 mencapai lebih dari 44.000 orang dengan paket terdaftar sebanyak 70.000 buah, tersebar di Jakarta dan 27 kota lainnya.106 Selanjutnya, usaha YKAM hanya bertahan sampai bulan Februari 1988. Pada saat itu Ongko sedang mengalami kesulitan dalam mencairkan paket kredit yang sudah jatuh tempo. Rencana pencairan sekitar 291 paket kredit yang berjumlah lebih dari Rp 1 milyar gagal, sebab pada saat itu uang yang ada di kas YKAM hanya Rp 30 juta. Para anggota menjelang hari jatuh tempo seperti biasanya mendatangi kantor YKAM untuk meminta pembagian paket pinjaman. 104 Ibid. 105 Debra A Valentine, op.cit. 106 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1988/12/31/HK/mbm.19881231.HK29078.i d.html, diakses tanggal 04 Desember 2011. Universitas Sumatera Utara
  • 32. Ongko yang pada saat itu tidak dapat mengabulkan pencairan paket terpaksa menyerahkan diri ke polisi. Ia ditahan dan kemudian kasusnya disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.107 Hasil pemeriksaan di pengadilan menyatakan Ongko telah menghimpun dana sebesar Rp 18 milyar melalui YKAM, tetapi yang sempat menikmati paket kredit Ongko hanya 2337 orang yang totalnya Rp 12 milyar, sehingga sisanya Rp 6 milyar dinyatakan telah dikorupsi oleh Ongko. Ongko akhirnya divonis 15 tahun penjara dengan tuduhan melakukan penipuan tindak pidana korupsi, sampai di tingkat kasasi vonis yang dijatuhkan tetap tidak berubah.108 Skema Ponzi terapan Ongko ternyata juga telah mengilhami sejumlah orang yang tidak bermoral untuk mengadopsinya ke dalam berbagai jenis bisnis di Indonesia. Praktek bisnis dengan metode serupa yang pernah beroperasi di Indonesia seperti PT Multi Jaya Indovesco (1992), PT Suti Kelola (1992), Arisan Danasonik (1995), PT Banyumas Mulya Abadi (1996), Kospin (1998), PT Qurnia Subur Alam Raya (2001), PT Adess Sumber Hidup Dinamika (2003), IBIST (2007), dll.109 107 Ibid. 108 Ibid. 109 Adler Haymans Manurung, 2009, Berinvestasi dan Perlindungan Investor di Pasar Modal, Jakarta, IKPIA Perbanas, hlm. 15. Selanjutnya praktek bisnis berkedok MLM yang diadopsi dari Skema Ponzi tersebut (Skema Piramid) adalah Yoshihiro (1998), PT Era Catur Wicaksana atau New Era 21 (1999), PT Inter Jasa Perkasa (1999), Citra Keluarga Sejahtera Sentosa (1999), Hidup Gembira Awet Muda atau Higam Net (1999), PT Rosindo (1999), PT Promail (2000), PT Probest International (2000), YAMI (2002), PT Goldquest (2003), Golden Saving (2003), TV1 Express (2011), dll. Universitas Sumatera Utara
  • 33. Masyarakat Indonesia yang menjadi korban praktek-praktek ilegal tersebut diperkirakan berjumlah lebih dari puluhan ribu jiwa dengan total kerugian mencapai puluhan triliun rupiah.110 E. Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM Skema Piramid (pyramid scheme) jika ditinjau dari segi kata terdiri dari kata skema dan piramid. Skema merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu schema yang berarti bagan, rancangan, atau rangka-rangka. Perluasan makna skema dijelaskan dalam kamus A Dictionary of Reading (1981) yaitu suatu rencana terstruktur atau sistem yang konseptual untuk memahami sesuatu.111 Sedangkan kata piramid berasal dari nama bangunan makam raja-raja mesir kuno (fir’aun) yang berbentuk limas atau menyerupai bentuk segitiga sama- kaki.112 Skema Piramid menurut WFDSA (World Federation Of Direct Selling Association) diartikan sebagai berikut: Skema Piramid dalam konteks ini dikaitkan dengan praktek bisnis ilegal, yang berarti metode bisnis ilegal terstruktur, dimana melibatkan sejumlah orang dan menempatkannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan bentuk piramid. Tujuan penggunaan skema ini adalah untuk mendapat kekayaan atau keuntungan yang besar dalam waktu singkat dengan cara-cara yang melanggar hukum. 113 Pyramid selling is a fraud. It is a mechanism by which promoters of so- called ‘investment’ or ‘trading’ schemes enrich themselves in a geometric 110 http://bravo9682.wordpress.com/2008/08/07/, op.cit. 111 http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/ 196012161986032-LILIS_ST._SULISTYANINGSIH/TEORI__SKEMA.pdf, diakses tanggal 04 Desember 2011. 112 http://id.wikipedia.org/wiki/Piramida, diakses tanggal 04 Desember 2011. 113 http://www.wfdsa.org/index.cfm%20pyramid%20schemes_files/subArchive, diakses tanggal 20 September 2011. Universitas Sumatera Utara
  • 34. progression through the payments made by recruits to such schemes. Related deceitful schemes have been described in various international jurisdictions as chain letters, chain selling, money games, referral selling, and investment lotteries. Artinya, metode penjualan piramid adalah sebuah bentuk penipuan yang dilakukan promotor dalam kegiatan yang disebutnya ‘investasi’ atau ‘perdagangan (bisnis)’ dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Kekayaan tersebut diperoleh dari pembayaran dana oleh barisan orang yang dibentuk melalui sistem rekruitmen, dan menempatkannya sedemikian rupa hingga membentuk sebuah piramid. Skema Piramid dalam berbagai yurisdiksi internasional dikenal dalam praktik surat berantai, penjualan berantai, permainan uang, penjualan bujukan dan investasi perjudian. Menurut Andrias Harefa, Skema Piramid merupakan sistem bisnis ilegal, dimana keuntungan yang diperoleh sejumlah orang yang berada pada posisi atas piramid (anggota lama) dibayarkan dari dana sejumlah orang yang berada pada posisi bawah piramid (anggota baru).114 Skema Piramid diartikan pula sebagai sistem investasi palsu yang membayar peserta lama dari uang peserta baru yang direkrutnya, bukan dari laba yang riil. Skema ini ditakdirkan untuk runtuh, sebab pendapatan jika ada, akan kurang untuk pembayaran para peserta. Keilegalan Skema Piramid terletak pada timbulnya kerugian nasabah pada level terbawah atas hilangnya sejumlah uang yang diinvestasikan ke dalam bisnis tersebut.115 114 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 84. 115 http://www.jurnalmedan.co.id/, op.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 35. Skema Piramid berasal dari Skema Ponzi yang dimodifikasi. Kedua Skema apabila digambarkan akan mirip bentuk piramid, karena keuntungan yang dijanjikan pada para peserta diperoleh dari sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta baru. Posisi peserta baru yang jumlahnya lebih banyak ditempatkan di bagian bawah piramid, sebaliknya posisi peserta lama yang jumlahnya lebih sedikit ditempatkan di bagian atas piramid, sedangkan promotor atau founder (pendiri) dari skema ini berada pada posisi paling atas (puncak) piramid. Setiap dana yang ditempatkan dalam skema akan disisihkan lebih banyak untuk promotor dan sisanya untuk diputar pada peserta yang berada dibawahnya.116 Skema Piramid meskipun terkait erat dengan Skema Ponzi, keduanya masih dapat dibedakan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A Valentine, bahwa “A Ponzi Scheme is closely related to a Pyramid because it revolves around continuous recruiting, but in a Ponzi scheme the promoter generally has no product to sell and pays no commission to investors who recruit new members. Instead, the promoter collects payments from a stream of people, promising them all the same high rate of return on a short-term investment”.117 Penjelasan tersebut dikuatkan pula Andrias Harefa sebagai berikut:118 Skema Ponzi sebenarnya berbentuk piramida, tetapi juga mempunyai beberapa perbedaan penting dengan skema piramida. Persyaratan Skema Ponzi adalah dengan promosi akan adanya awal, atau seolah-olah ada, suatu peluang investasi yang riil. Seringkali hal ini melibatkan pembangunan sumber daya yang bernilai tinggi seperti minyak bumi, gas alam, mineral, pertambangan, real estate, dan sebagainya, dan apa yang dipromosikan sering memang benar-benar ada. Sang promotor memiliki sebuah pertambangan, atau mempunyai investasi di bidang properti, namun jika sumber daya itu memang betul ada, si promotor telah 116 http://speedlineinc.info/live/, diakses tanggal 26 September 2011. 117 Debra A Valentine, op.cit. 118 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 128-129. Universitas Sumatera Utara
  • 36. melipatgandakan nilainya (overvalued), di sisi lain, aset dan sumber daya yang menjadi dasar peluang investasi sesungguhnya hanya khayalan semata si promotor. Skenario berikutnya, promotor mencoba meyakinkan investor bahwa aset tersebut dapat lebih dikembangkan dengan tambahan modal, dan si promotor akan berbagi keuntungan dengan investor. Hal ini memberikan gambaran bahwa dividen tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh dari suksesnya pengembangan investasi yang dilakukan, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah promotor hanya mengembalikan sebagian uang investor kepada mereka. Langkah ini akan menimbulkan dua hal, pertama para investor awal akan menambah saham operasinya, kedua akan ada investor baru yang tertarik dengan skema ini. Proses pembayaran dividen terus berlanjut dan semakin banyak investor baru yang berdatangan sampai penipuan ini terbuka atau promotor diam- diam melarikan diri dengan membawa dana investasi. Sedangkan Skema Piramida mencakup seseorang yang membuat investasi dengan hak untuk memperoleh kompensasi dalam menemukan dan memperkenalkan partisipan lain ke dalam skema. Ada saling pengertian yang jelas antarpartisipan bahwa suksesnya peluang yang ada tergantung pada bergabungnya partisipan-partisipan lain. Inti dari kedua penjelasan tersebut adalah seorang anggota dalam Skema Ponzi tidak diharuskan untuk merekrut anggota baru, juga tidak dijanjikan komisi meskipun ia melakukan perekrutan. Setiap orang memperoleh janji keuntungan yang tingkatnya sama, namun yang sungguh-sungguh mendapat keuntungan hanya orang yang bergabung lebih awal. Sebaliknya, dalam Skema Piramid keuntungan seseorang dikaitkan dengan banyaknya jumlah anggota baru yang direkrut oleh dirinya dan downline-nya. Semakin banyak downline seseorang, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Kedua skema meskipun berbeda dalam hal besarnya pembagian keuntungan, namun dipastikan akan runtuh dan merugikan banyak orang secara finansial. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A Valentine, sebagai berikut:119 Both Ponzi schemes and Pyramids are quite seductive because they may be able to deliver a high rate of return to a few early investors for a short 119 Debra A Valentine, op.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 37. period of time. Yet, both pyramid and Ponzi schemes are illegal because they inevitably must fall apart. No program can recruit new members forever. Every pyramid or Ponzi scheme collapses because it cannot expand beyond the size of the earth's population. When the scheme collapses, most investors find themselves at the bottom, unable to recoup their losses. Istilah lain dari program Skema Piramid adalah praktik penggandaan uang, money game, arisan berantai, bisnis berkedok MLM, investasi berantai, dll. Skema Piramid umumnya diterapkan dalam bisnis berkedok MLM, dimana Skema Piramid tersebut disembunyikan dengan menggunakan kedok MLM untuk menipu masyarakat agar promotor dapat mencapai tujuannya.120 Bisnis MLM murni dan bisnis berkedok MLM sering kali diidentikkan karena keduanya sama-sama menerapkan sistem perekrutan anggota baru dalam praktiknya, namun demikian terdapat perbedaan mendasar antara keduanya terkait dengan sistem perekrutan tersebut. Perusahaan MLM murni menggunakan sistem perekrutan sebagai sarana untuk membangun jaringan pelanggan melalui kinerja mitra usahanya dalam pemasaran produk. Penerapan sistem perekrutan dalam bisnis MLM murni ditujukan untuk membentuk sebuah organisasi bisnis yang solid dan produktif. Berdasarkan produktivitas dalam penjualan produk kepada konsumen akhir inilah perusahaan MLM murni memberikan penghasilan yang layak kepada mitra usahanya. Hal tersebut bertolak belakang dalam bisnis berkedok MLM yang menggunakan biaya pendaftaran peserta yang direkrut sebagai satu-satunya sumber penghasilan. Akibatnya, bukan jaringan pelanggan atau organisasi penjualan yang hendak dibentuk, tetapi jaringan korban. Bisnis 120 http://bravo9682.wordpress.com/2008/08/07/, op.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 38. berkedok MLM dapat bertahan hanya apabila peserta selalu menambah member- member baru atau membuat membernya terus-menerus menanamkan uangnya.121 Biaya pendaftaran dalam bisnis berkedok MLM merupakan komoditi yang dituju promotor untuk menghimpun keuntungan sebesar-besarnya dari masyarakat. Biaya tersebut dipatok dalam jumlah yang relatif tinggi, namun jumlah tersebut akan menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan keuntungan yang dijanjikan. Promotor bisnis berkedok MLM umumnya adalah ahli psikologi kelompok, mereka menciptakan suasana hingar bingar dan antusias dimana terjadi tekanan kelompok serta janji-janji kemudahan memperoleh uang sehingga menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya suatu peluang baik.122 Seorang mitra usaha dalam perusahaan MLM murni juga dikenakan biaya pendaftaran pada saat awal bergabung, namun jumlahnya relatif kecil dan umumnya dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut lebih bersifat administratif dan sangat realistis untuk sebuah starter kit (katalog produk, kaset, marketing plan, buku pedoman distributor, sample produk, dan lain-lain), yaitu peralatan yang diberikan perusahaan untuk keperluan mitra usaha dalam memasarkan produk kepada konsumen.123 Setiap mitra usaha yang mensponsori anggota baru tidak memperoleh keuntungan sepeser pun dari biaya pendaftaran yang dikeluarkan oleh anggotanya tersebut. Artinya, biaya pendaftaran dalam bisnis MLM murni bukanlah wadah keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.124 121 Edy Zaqeus, “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, loc.cit. 122 http://bizyonline.com/skema-piramida-tidak-seindah-janjinya-bagian-kedua, diakses 28 September 2011. 123 http://cutenbeauty.wordpress.com/2011/04/25/mlm-vs-money-game/, diakses 16 Oktober 2011. 124 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 88. Universitas Sumatera Utara
  • 39. Keuntungan suatu perusahaan MLM diperoleh dari omset penjualan, sedangkan komisi mitra usaha didasarkan atas jasanya dalam menjual produk kepada konsumen. Setiap mitra usaha dalam perusahaan MLM memiliki peluang yang sama untuk meraih kesuksesan sesuai dengan hasil kerja keras mereka masing-masing. Hal ini seperti yang pernah dinyatakan oleh Debra A Valentine sebagai berikut:125 Multilevel marketing programs are known as MLM's, and unlike pyramid or Ponzi schemes, MLM's have a real product to sell. More importantly, MLM's actually sell their product to members of the general public, without requiring these consumers to pay anything extra or to join the MLM system. MLM's may pay commissions to a long string of distributors, but these commission are paid for real retail sales, not for new recruits. Bisnis berkedok MLM pada mulanya diselenggarakan tanpa produk yang jelas, namun dalam perkembangan selanjutnya juga menyertakan produk-produk tertentu untuk lebih meyakinkan calon anggota, sekaligus untuk menyamarkan Skema Piramidnya. Serangkaian produk disediakan dan diklaim untuk dipasarkan langsung ke konsumen, namun harga yang ditetapkan untuk produk tersebut terlalu tinggi dan tidak realistis. Produk tersebut sama sekali tidak bisa bersaing dengan produk sejenis yang dijual dipasaran, sebab harganya tak sebanding dengan mutunya. Bisnis berkedok MLM yang tidak terlalu mudah diidentifikasi sering menggunakan produk yang biaya produksinya rendah. Produk tersebut diklaim sebagai produk ajaib hasil inovasi atau pengobatan eksotik yang pada intinya kualitas produk terlalu dilebih-lebihkan oleh promotor, tidak sesuai dengan kualitas asli, bahkan sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi. Produk dalam bisnis berkedok MLM biasanya diberikan sebagai ganti biaya pendaftaran 125 Debra A Valentine, op.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 40. yang telah dibayar oleh setiap anggota. Pada kenyataannya modal yang dikeluarkan oleh anggota jauh lebih tinggi dibanding nilai produk, dan dipastikan tidak ada orang yang bersedia membeli produk tersebut seharga modal yang telah dikeluarkan.126 Berbeda dengan perusahaan berkedok MLM, perusahaan MLM murni tidak pernah mewajibkan distributornya untuk membeli produk secara berlebihan dalam jumlah besar, hanya menganjurkan untuk mempertahankan sejumlah stok sesuai dengan kemampuan distributor yang memasarkannya dalam periode tertentu (anjuran ini hanya demi kepentingan si distributor sendiri, agar mudah memasarkan produk dan tidak membuat konsumen yang berminat harus menunggu lama). Perusahaan MLM murni memberikan jaminan untuk membeli Ilustrasinya, seorang anggota mungkin harus membeli produk obat-obatan yang dikatakan mujarab tetapi sesungguhnya tidak bermanfaat senilai Rp 2 juta. Ia dipastikan tidak akan berhasil menjual obat tersebut pada orang lain, sebab tidak rasional sama sekali untuk mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta untuk obat yang belum jelas khasiatnya. Ia juga tidak mungkin mengembalikan obat tersebut kepada perusahaan untuk meminta kembali uang Rp 2 juta-nya, sebab perusahaan tidak memberikan jaminan untuk membeli kembali dan produk tersebut memang tidak dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan manfaatnya. Satu-satunya cara untuk mengembalikan modal atau mendapat keuntungan yang lebih besar adalah dengan merekrut banyak peserta baru. 126 http://bizyonline.com/, op.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 41. kembali atau menukar produk yang sulit dipasarkan oleh mitra usaha. Dengan demikian mitra usaha tidak akan dirugikan atas modal yang dikeluarkannya.127 Perusahaan MLM yang terkemuka (seperti CNI atau Amway) bahkan lebih mengutamakan kepuasan pelanggan (consumer satisfaction) dengan memberi jaminan uang kembali (money back guarantee), dimana konsumen dapat mengembalikan atau menukar produk yang telah dibeli dalam waktu tertentu pada distributor yang memasarkan, apabila produk tersebut ternyata tidak memuaskan. Garansi uang kembali bagi konsumen yang tidak puas, dengan alasan apapun, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi terhadap kualitas produk perusahaan. Hal ini menggambarkan bahwa produk-produk yang diperdagangkan dalam bisnis MLM tidak hanya dapat dijual, tetapi sungguh-sungguh dapat dijual kepada publik.128 Perusahaan MLM yang sah dan bertanggung jawab dimungkinkan untuk berumur panjang. Perusahaan MLM terkemuka seperti Amway dan CNI telah beroperasi selama puluhan tahun hingga sekarang karena memang terbukti merupakan usaha yang tidak saja patuh hukum (legal), tetapi juga memegang teguh etika bisnis (kode etik dan aturan perilaku yang berlaku secara internasional). Sebaliknya pada perusahaan-perusahaan berkedok MLM dipastikan berumur singkat. Tidak satupun perusahaan dengan Skema Piramid di dunia ini yang berumur panjang, sebab tidak ada program yang bisa merekrut anggota selamanya. Kebanyakan dari perusahaan Skema Piramid hanya dapat 127 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 91. 128 Ibid., hlm. 167. Universitas Sumatera Utara
  • 42. bertahan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, tergantung seberapa jauh penegakan hukum benar-benar dijalankan aparat yang berwenang untuk itu.129 F. Sistem Kerja Skema Piramid Skema Piramid adalah metode yang digunakan dalam bisnis ilegal dengan melibatkan pertukaran uang terutama untuk mendaftarkan orang lain ke dalam skema. Bisnis dengan Skema Piramid umumnya tidak menyediakan produk berupa barang dan/atau jasa untuk ditawarkan. Adakalanya bisnis ini juga menyediakan produk, namun produk tersebut hanya untuk menyamarkan penipuan agar terlihat seperti bisnis yang riil. Sistem kerja Skema Piramid dapat digambarkan seperti contoh dibawah ini:130 (biaya pendaftaran Rp 5 jt) # Level 1 Rp 1,5 jt x 3 = Rp 4,5 jt # # # Level 2 Rp 300rb x 9 = Rp 2,7 jt # # # # # # # # # Level 3 Rp 300rb x 27 = Rp 8,1 jt # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # Level 4 Rp 300rb x 81 = Rp 24,3 jt (27#) (27#) (27#) ___________+ Rp 39,6 jt Ilustrasi diatas menggambarkan bahwa setiap peserta harus membayar sebesar Rp 5jt untuk bergabung, dan setiap peserta dapat merekrut beberapa peserta baru. Contoh skema diatas terdiri dari lima level, dan setiap peserta sampai level keempat masing-masing berhasil merekrut 3 downline. Setiap peserta akan dibayar Rp 1,5 jt dari setiap downline yang direkrutnya sendiri, dan akan diberikan bonus Rp 300rb untuk setiap peserta baru yang berhasil direkrut oleh jaringannya.131 129 Ibid., hlm. 85-86. 130 Debra A Valentine, op.cit. 131 Ibid. Universitas Sumatera Utara
  • 43. Peserta pada level pertama berdasarkan skema diatas terlihat mendapat peluang yang lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Promotor (pendiri perusahaan) Skema Piramid selalu meyakinkan setiap peserta bahwa mereka bisa menduduki level pertama, dan bahwa ia harus mempertimbangkan dirinya berada di bagian atas matriks. Perspektif ini menunjukkan bahwa orang yang berada pada level pertama dapat memperoleh Rp 39,6 jt dari investasi sebesar Rp 5jt, keuntungan ini berarti ada sebesar 792%. Tawaran ini sangat menggiurkan dan patut dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut menjadi alasan utama mengapa banyak orang memilih untuk bergabung.132 Analisa selanjutnya dari skema diatas ialah dengan melihat puncak matriks. Puncak matriks diduduki peserta level pertama, tetapi sesungguhnya promotor berada di tempat yang lebih atas dari peserta level pertama. Promotor memandang setiap anggota baru sebagai alat spekulasi keuntungan, dan membayarkan sedikit beban untuk sebagian peserta dari pendapatan yang mengalir padanya. Promotor akan menerima Rp 5jt untuk setiap pendaftaran peserta baru, dan paling banyak ia harus membayar Rp 2,4jt untuk setiap peserta (komisi ditambah bonus). Jadi, promotor akan menerima Rp 5jt dari setiap anggota, akan tetapi ia hanya harus membayar Rp 1,5 jt untuk setiap anggota baru yang berhasil direkrut langsung oleh peserta, dan membayar bonus Rp 300rb kepada upline yang jaringannya berhasil merekrut seorang anggota baru. 132 Ibid. Universitas Sumatera Utara
  • 44. Kesimpulannya, promotor akan mengantongi lebih dari setengah jumlah biaya pendaftaran keanggotaan.133 Analisa selanjutnya jika diasumsikan skema ini ambruk setelah level kelima terisi, maka promotor akan menerima keuntungan sebagai berikut: a. Rp 5jt dari biaya pendaftaran yang dikeluarkan peserta level pertama; b. Rp 10,5jt dari 3 orang peserta level kedua (3 x Rp 5jt dikurangi komisi peserta level pertama 3 x Rp 1,5jt); c. Rp 28,8jt dari 9 orang peserta level ketiga (9 x Rp 5jt dikurangi komisi level kedua 9 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level pertama 9 x Rp 300rb); d. Rp 78,3jt dari 27 orang peserta level keempat (27 x Rp 5jt dikurangi komisi level ketiga 27 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level kedua 27 x Rp 300rb dikurangi bonus level pertama 27 x Rp 300rb); e. Rp 210,6jt dari 81 orang peserta level kelima (81 x Rp 5jt dikurangi komisi level keempat 81 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level ketiga 81 x Rp 300rb dikurangi bonus level kedua 81 x Rp 300rb dikurangi bonus level pertama 81 x Rp 300rb). Total dana yang berhasil mengalir ke promotor adalah Rp. 333,2jt dan dana tersebut diperolehnya hanya dengan merekrut peserta level pertama saja.134 Analisa selanjutnya adalah dengan melihat dari sudut pandang korban, setelah seluruh Skema Piramid runtuh. Korban pada level kelima (paling bawah piramida) yang awalnya merasa memiliki peluang untuk menjadi level pertama seketika menyadari bahwa sebenarnya ia berada di bagian bawah. Ia tidak mampu 133 Ibid. 134 Ibid. Universitas Sumatera Utara
  • 45. menemukan orang yang tertarik untuk direkrut sebagai downline-nya. Hitungan matematis menunjukkan bahwa korban terbanyak dari keruntuhan Skema Piramid adalah orang yang berada pada level terbawah, setidaknya 70% anggota berada pada level terbawah tanpa sarana untuk memperoleh keuntungan. Masing-masing dari mereka akan kehilangan Rp 5jt, bahkan sering kali orang yang berada satu tingkat diatas level terbawah piramida tidak dapat mengembalikan modalnya secara utuh. Hal ini semakin menambahkan jumlah korban menjadi sekitar 89% dari anggota Skema Piramid (dalam contoh skema diatas ialah 108 orang dari 121 anggota) ditakdirkan untuk kehilangan uangnya.135 Mengenai Skema Piramid diatas, Andrias Harefa pernah mengemukakan tiga hal sebagai berikut:136 a. Skema ini menempatkan pesertanya sebagai pecundang (loser), sejumlah besar pecundang membayar kepada sedikit pemenang (winner). Hal ini sangat mirip, bahkan lebih kejam dari permainan judi (terutama karena peserta tidak sadar dilibatkan dalam semacam pertaruhan). b. Perusahaan dan peserta (yang sadar maupun tidak sadar) harus menipu orang yang mereka rekrut, sebab bila sistem ini dijelaskan secara logis dan tuntas, tidak akan banyak orang yang berminat mengikutinya. c. Sistem ini bersifat melawan hukum (ilegal) dan di banyak negara, pemilik perusahaan dan peserta ditangkap, di denda, dan dipenjara karena menjalankan sistem ini. 135 Ibid. 136 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 86. Universitas Sumatera Utara
  • 46. G. Perspektif Hukum Sistem MLM Legalitas sistem bisnis MLM pertama kali diakui di Amerika Serikat melalui penyidikan dan investigasi resmi US FTC (United State Federal Trade Commission) pada tahun 1978 di perusahaan Amway. Hakim Timoty melalui penyidikan dan investigasi resmi menegaskan bahwa pola penjualan dan pemasaran Amway (sebagai wakil dari perusahaan MLM yang sah) bukanlah pola piramid. Pertimbangannya dijelaskan sebagai berikut:137 …the Amway system does not involve an 'investment' in inventory by a new distributor. A kit of sales literature costing only $15.60 is the only requisite. And that amount will be returned if the distributor decides to leave Amway. The Amway system is based on retail sales to consumers. Respondents have avoided the abuses of pyramid schemes by (1) not having a 'headhunting' fee; (2) making product sales a precondition to receiving the performance bonus; (3) buying back excessive inventory; and (4) requiring that products be sold to consumers. Amway's buyback, 70% and ten customer rules deter unlawful inventory loading. Amway is not in business to sell distributorships and is not a pyramid distribution scheme. Pertimbangan diatas menyatakan bahwa Perusahaan Amway tidak tergolong jenis piramid karena sistem Amway tidak melibatkan sebuah eksploitasi investasi distributor baru. Sebuah starter kit yaitu peralatan untuk memasarkan produk ke konsumen seharga $15,60 satu-satunya syarat yang diperlukan untuk menjadi distributor Amway. Biaya tersebut akan dikembalikan apabila seorang distributor Amway memutuskan untuk meninggalkan perusahaan. Sistem Amway didasarkan pada penjualan retail (eceran) ke konsumen. Para petinggi Amway (penanggung jawab perusahaan) telah menghindari penyalahgunaan Skema Piramid karena: (1) tidak memberi komisi berdasarkan perekrutan; (2) penjualan 137 93 F.T.C. 618, “In The Matter Of Amway Corporation, Inc.”, Final Order, Opinion, etc., In Regard To Alleged Violation Of The Federal Trade Commission Act. Universitas Sumatera Utara
  • 47. produk adalah prasyarat untuk menerima bonus kinerja; (3) membeli kembali (garansi) persediaan produk distributor yang berlebihan; (4) mensyaratkan komisi atau bonus akan diberikan apabila distributor dapat membuktikan bahwa produk sungguh-sungguh telah dijual ke konsumen. Pandangan hukum dalam menilai kelayakan sistem bisnis MLM dinyatakan dengan menguji sifat sistem itu sendiri, apakah ia bersifat etis, logis dan profesional.138 Hakim Timoty dalam pertimbangannya pada penyidikan dan investigasi pemasaran Amway (wakil dari perusahaan MLM yang sah), menyatakan sebagai berikut:139 138 Amway Is a Substantial Industrial Company. Amway's United States sales have grown from $4.3 million in 1963 to $169.1 million in 1976. Worldwide sales of Amway products in 1976 amounted to about $205 million. Amway employed over 1,500 persons in 1976 at its plant in Ada, Michigan, with an annual payroll of $19 million. The plant represents a capital investment of $56 million. In 1976, Amway paid over $60 million to its distributors, over $41 million for raw materials, and $11 million to third parties for transportation of Amway products. All but a few of the regularline products sold under the Amway name are manufactured by Amway or its subsidiary, Nutrilite Products, Inc. Amway's plant and equipment are modern and efficient. Amway follows recognized industry standards of good manufacturing practice. It has a substantial research and development operation and expends generally as much per sales dollar as larger competitors in the personal care products field. Amway's products have very high consumer acceptance. A market study in the record shows that of 37 brands of laundry detergent, Amway's product, with only a very small market share and no national advertising, was third in brand loyalty. Amway's dishwashing liquid soap led all 16 brands surveyed in consumer acceptance. In each of the markets for automatic dishwasher detergents, detergents for fine clothing, bleaches, rug cleaners, and laundry additives, Amway's products were second in brand loyalty. Professor Cady, a marketing specialist from the Harvard Graduate School of Business Administration, testified that: http://www.profitclinic.com/MLM/whats-mlm/faq.html, diakses tanggal 08 Desember 2011. 139 93 F.T.C. 618, op.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 48. What this means overall is that consumers are obviously well served by the products that Amway supplies them with. In fact, they are so well- served, in the face of a large number of available substitutes, they purchase Amway products to a degree which is almost unknown to other brands in the market. Amway has achieved this consumer acceptance for its products while having no more than 1.7% of any market in which it competes and while spending a total of about two million dollars for advertising and sales promotion for the years 1972 through 1975, while its top five competitors were spending about 2.3 billion dollars for that purpose. Amway, through its distributors, provides services to consumers not readily available when products are purchased at a retail store. Amway has a 100% moneyback guarantee which permits a customer who is not satisfied with an Amway product to return it with the choice of replacement, repair, credit, or refund of full purchase price. Distributors provide the service of home or commercial delivery at the time convenient to the customer, including weekends and evenings. Amway ditributors demonstrate and explain product use. Distributors perform water hardness tests and recommend the use of a dishwashing detergent for hard or soft water. Amway and its distributors provide advice for safe product use. Distributors leave sample products with customers for trial use before purchase. Pertimbangan Hakim Timoty diatas antara lain menyatakan bahwa dalam waktu kurang dari 20 tahun Amway telah berhasil mendirikan sebuah perusahaan pabrikasi yang besar dengan sistem distribusi yang efisien (MLM), dan mampu memperkenalkan produk-produk baru ke pasaran. Pelanggan mendapat keuntungan dari penyediaan sumber baru tersebut dan memberikan reaksi dengan cara menunjukkan kesetiaan terhadap produk Amway. Perusahaan Amway harus dipahami sebagai wakil dari perusahaan MLM yang sah. Pengalaman sejarah membuktikan bahwa keberhasilan Amway telah mendorong tumbuhnya berbagai perusahaan berbasis MLM di seluruh dunia. Keputusan 93 F.T.C. 618 (common law) ini telah dijadikan landasan kukuh bagi perusahaan MLM yang sah untuk Universitas Sumatera Utara
  • 49. terus berkembang dan sekaligus membantu pemberantasan Skema Piramid di Amerika Serikat.140 Menurut Andrias Harefa, untuk dapat menguji keabsahan bisnis MLM harus didasarkan pada dua aspek. Aspek pertama mengenai rancangan yang dikemukakan dalam dokumen perusahaan (marketing plan) harus jelas menyatakan bahwa seseorang tidak mendapatkan komisi, bonus, atau penghargaan jika ia membeli produk untuk dipergunakan secara pribadi. Aplikasi dari tes ini adalah sama sekali tidak ada sesuatu yang salah atau ilegal dalam konsumsi pribadi. Aspek kedua adalah dalam penerapan rencana dari marketing plan tadi, bahwa seorang mitra dalam perusahaan MLM dapat memperoleh komisi, bahkan tanpa melakukan sponsorisasi (perekrutan downline). Penerapan marketing plan yang baik dan sah dari suatu perusahaan MLM adalah menyediakan suatu peluang single level untuk memperoleh keuntungan bagi mitra usaha yang memilih untuk tidak mensponsori orang lain. Kesempatan untuk mendapat komisi tambahan jika seorang mitra mensponsori orang lain tetap ada saat terjadi peningkatan penjualan (prestasi penjualan produk yang dilakukan kelompok jaringan yang dibangunnya).141 Aturan baku atau perundangan yang melindungi usaha MLM di Indonesia sebelum tahun 2000 tidak mengenal aturan tentang izin usaha khusus. Penjualan H. Legalitas Bisnis MLM di Indonesia Serta Kaitannya Terhadap Bisnis Berkedok MLM 140 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 113-114. 141 Ibid., hlm. 126-127. Universitas Sumatera Utara
  • 50. Langsung (istilah formal yang digunakan untuk menyebut bisnis MLM) sebelum tahun 2000 cukup menggunakan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang pada masa itu merupakan surat izin untuk semua jenis usaha perdagangan di Indonesia. SIUP dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang yaitu Departemen Perdagangan. Tidak adanya pengaturan khusus dalam penyelenggaraan industri MLM sebelum tahun 2000 telah memicu tumbuhnya berbagai jenis usaha ilegal berkedok MLM yang banyak merugikan masyarakat secara finansial. Penyelenggaraan bisnis DS-MLM di Indonesia kemudian mulai diatur secara khusus oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI dengan terbitnya Keputusan Menteri No. 73/MPP/Kep/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang (IUPB). Ketentuan khusus tersebut kemudian sudah pernah beberapa kali diganti, dan yang sekarang dipakai adalah Permendag No. 32/M- DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung serta perubahannya pada Permendag No. 47/M- DAG/9/2009, dan Permendag No. 55/M-DAG/PER/10/2009 tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Sejak diterbitkannya ketentuan khusus tersebut, perusahaan DS-MLM di Indonesia selain harus memiliki surat izin yang bersifat umum, juga harus memiliki surat izin khusus. Surat izin yang bersifat umum sebagaimana berlaku pada semua kegiatan usaha di Indonesia meliputi: (a) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), (b) Tanda Daftar Perusahaan (TDP), (c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), sedangkan surat izin khusus adalah Surat Izin Penjualan Universitas Sumatera Utara
  • 51. Langsung (SIUPL). Perusahaan DS-MLM yang tidak memiliki SIUPL di Indonesia dapat digolongkan sebagai perusahaan berkedok MLM.142 Masyarakat di Indonesia yang hendak bergabung dalam bisnis DS-MLM harus berhati-hati saat memilih perusahaan DS-MLM. Cara yang paling aman adalah dengan menanyakan ada tidaknya SIUPL di perusahaan DS-MLM yang bersangkutan kepada pihak yang berwenang yaitu: (a) Kementrian Perdagangan RI; Dirjen Perdagangan Dalam Negeri; Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahan, (b) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan (c) Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Ketiga lembaga tersebutlah yang paling mengetahui perihal proses penerbitan SIUPL sehingga dianggap layak untuk dimintai konfirmasi.143 Penyelenggaraan industri bisnis MLM di Indonesia meskipun sudah diatur dalam suatu aturan yang khusus, namun ternyata belum cukup efektif untuk menghilangkan kesalahpahaman masyarakat terhadap bisnis MLM. Bisnis MLM masih saja menuai pro dan kontra. Sebagian banyak masyarakat yang kurang memahami perbedaan bisnis MLM dengan bisnis berkedok MLM cenderung menyamaratakan keduanya, bahkan tidak sedikit yang sangat anti jika mendengar kata MLM. Hal ini tidak terlepas dari lemahnya penegakan hukum pidana dalam menanggulangi praktek bisnis berkedok MLM dan juga minimnya peran aktif pemerintah. Tidak adanya pengaturan yang secara tegas melarang praktek-praktek bisnis berkedok MLM akan selalu membuat masyarakat kesulitan dalam memahami perbedaan antara bisnis MLM murni dengan bisnis berkedok MLM. 142 R. Serfianto D. Purnomo, Iswi Hariyani, Cita Yustisia, op.cit., hlm 155. 143 Ibid., hlm. 156. Universitas Sumatera Utara
  • 52. Peran aktif pemerintah dalam mengedukasi masyarakat tentang seluk-beluk dan bahaya program Skema Piramid juga sangat dibutuhkan untuk meluruskan kesalahpahaman masyarakat terhadap industri bisnis MLM, namun hal ini juga sangat minim di Indonesia.144 Legalitas industri bisnis MLM di Indonesia tidak akan cukup diakui oleh masyarakat apabila praktek bisnis berkedok MLM masih tetap marak. Penerbitan pengaturan khusus dalam penyelenggaraan industri bisnis MLM di Indonesia yang ditujukan untuk menyaring dan mencegah munculnya praktek-praktek ilegal berkedok MLM dinilai masih mempunyai banyak kelemahan dan membutuhkan penyempurnaan. Seperti yang diketahui hampir setiap tahun kasus-kasus penipuan berkedok MLM selalu terjadi berulang kali, dan hal ini telah berlangsung selama puluhan tahun di Indonesia. Akibatnya, masyarakat yang menjadi korban maupun yang hanya mengetahui berita-berita kasus penipuan berkedok MLM melalui media massa menjadi terpola untuk tidak lagi mempercayai industri bisnis MLM. Hal ini dikuatkan pula oleh Jhon Tafbu Ritonga, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), yang menyatakan bisnis berkedok MLM atau money game baru berpengaruh pada industri bisnis MLM murni setelah bisnis tersebut ditutup, “pada saat bisnis money game tersebut ditutup, pasar tentu sudah jenuh, itu membuat perspektif masyarakat terhadap MLM menjadi buruk”.145 Upaya konkrit yang selayaknya dilakukan pemerintah dan DPR dalam menanggulangi hal tersebut adalah dengan menerbitkan Undang-Undang khusus semacam Undang-Undang Anti-Piramid atau Undang-Undang Anti-Money Game. 144 Edy Zaqeus, “Mengapa Orang ‘Mau Jadi Korban’ Money Game atau Skema Piramid?, loc.cit. 145 http://www.medanbisnisdaily.com/, op.cit. Universitas Sumatera Utara
  • 53. Dengan adanya Undang-Undang khusus ini diharapkan dapat menjadi sarana pencegahan dan pemberantasan praktek-praktek bisnis berkedok MLM. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa dengan adanya Undang-Undang khusus tersebut, kesalahpahaman masyarakat terhadap industri bisnis MLM dapat dihilangkan. Hal ini tentu saja harus didukung oleh peran aktif pemerintah serta media massa dalam menyosialisasikan pengetahuan tentang seluk-beluk dan bahaya program Skema Piramid kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara