SlideShare a Scribd company logo
1
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BIOPROSES
Inokulasi
Nama : Almira Jasmin
No. Induk Mahasiswa : 03031381924095
LABORATORIUM REAKSI KIMIA, KATALISIS &
BIOPROSES
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
1
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LAPORAN TEKNOLOGI BIOPROSES
PERCOBAAN : INOKULASI
Nama : Almira Jasmin
No. Induk Mahasiswa : 03031381924095
Fakultas/Jurusan : Teknik/ Teknik Kimia
Shift/Kelompok : Kamis (10.30-13.00) WIB/ IV
Tanggal Praktikum : 30 September 2021
Tanggal Penyerahan : 07 Oktober 2021
Asisten :
1. Felix Chaniago Alfandi 6. Muhammad Najib
2. Fajar Augusta 7. Rahmad Tri Juliantoro
3. Mayang Bidari 8. Resty Permata Bunda
4. Hanim Syaqina 9. Syafira Lutfia O.
5. Muhammad Fadhil Andrean F. 10. Yessi Astri Razikah
NILAI :
1
Nama : Almira Jasmin
NIM : 03031381924095
Shift / Kelompok : Kamis(10.30-13.00) WIB/IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme memiliki pengaruh besar pada kehidupan organisme
hidup di dunia ini, karena tidak hanya berdampak buruk, tetapi sering kali
mikroorganisme juga memiliki efek yang sangat menguntungkan. Pembelajaran
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kegiatan mikroorganisme penting
dipahami. Kombinasi bahan digunakan oleh manusia untuk kultur mikroba disebut
medium. Media juga dapat digunakan untuk memeriksa sifat dan karakteristik
koloni mikroba dengan media agar padat. Proses pemindahan atau inokulasi
mikroorganisme ke dalam media kultur harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan
tepat selama pertumbuhan dan penggandaan populasi mikroba. Dampak lingkungan
dan proses sterilisasi sangat penting, faktor-faktor ini harus di perhatikan untuk
mencegah mikroorganisme pada media terkontaminasi oleh mikroorganisme lain.
Udara mengandung banyak mikroorganisme yang dapat mencemari media kultur
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh
suatu biakan yang murni, tetapi juga mengenai bagaimana memelihara serta
mencegah pencemaran dari luar. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan,
meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang murni. Peralatan
yang digunakan dalam perkembangbiakan ini harus disterilkan terlebih dulu,
supaya mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak tumbuh. Pemindahan mikroba
dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan.
Di Indonesia, terutama pada mahasiswa bioteknologi kajian mikrobiologi
merupakan kajian wajib dalam bentuk mata kuliah. Kajian ilmu mikrobiologi di
perguruan tinggi selalu disertai dengan pelaksanaan praktikum untuk membekali
mahasiswa untuk menguasai softskill keterampilan kerja ilmiah yang umumnya
dilakukan di dalam laboratorium. Salah satunya penanaman bakteri atau inokulasi
pada media. Untuk dapat meneliti mikroorganisme di laboratorium kita harus dapat
menumbuhkan mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme mampu berkembang
secara alami ataupun buatan. Substrat dalam pengembangan dan pertumbuhan
mikroorganisme disebut media. Percobaan dilakukan dengan maksud praktikan
mampu dan telaten menerapkan ilmu inokulasi paling tidak yang elementer.
2
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi mempengaruhi
kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme?
2) Bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan?
3) Bagaimana pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum
dalam media?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi
mempengaruhi kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme.
2) Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media
percobaan.
3) Mengetahui pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum
dalam media.
1.4 Manfaat
1) Untuk praktikan, dapat menjaga tingkat steril dan ketelitian praktikum
dengan kualitas tinggi agar percobaan berhasil.
2) Untuk praktikan, dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian pengaruh
pemberian inokulum terhadap media percobaan.
3) Untuk masyarakat, dapat mewaspadai perkembangan mikroba dalam
barang sehari-hari.
1.5 Hipotesis
1) Inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang
lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian dan sterilisasi yang
sangat tinggi (Tito, 2014).
2) Pemberian inokulum probiotik bisa meningkatkan dan menambah jumlah
produksi serta menekan mortalitas (Fernando, 2016).
3) Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai ini dapat diserap
secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat diserap melalui fiksasi
nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Inokulasi
Inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi (Tito,
2014). Inokulasi ini digunakan untuk mengembangbiakan bakteri agar dapat
bertahan hidup dan dapat tumbuh menjadi mikroorganisme yang baik dan bakteri
menguntungkan. Pemindahan dimaksudkan agar bakteri mendapatkan tempat yang
jauh dari kontaminasi bakteri lain yang dapat menghambat proses dan kinerja saat
perkembangbiakan bakteri. Pemindahan bakteri salah satu dari beberapa langkah
perkembangbiakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang dibutuhkan.
Komponen-komponen penting dalam penelitian epidemologi antara lain
adalah dengan cara menginokulasi tanaman secara buatan. Penelitian mengenai
inokulasi buatan pada tanaman inang dilakukan agar dapat diketahui cara inokulasi
buatan dalam menghasilkan periode inkubasi yang lebih cepat, persentase kejadian
penyakit atau kontaminasi yang rendah. Inokulasi sangat penting yaitu dalam proses
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pemindahan bakteri ini akan diperoleh
berupa biakan mikroorganisme murni yang dapat digunakan untuk pembelajaran
mikrobiologi. Penanaman bakteri yang akan dilakukan harus terhindar dari alat-alat
yang kotor atau semua alat harus steril dengan proses inokulasi garis steril. Teknis
aseptis sering dimanfaatkan dalam percobaan praktikum inokulasi mikroorganisme.
Inokulum merupakan suatu kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam
medium pada saat kultur mikroba dalam fase pertumbuhan (Suriawiria, 2005).
Inokulum secara probiotik mengandung bahan pengikat mikroba dan mengandung
mikroba yang dapat melakukan fermentasi, salah satunya adalah terdapat pada ragi.
Ragi merupakan suatu organisme yang bersifat fakultatif dan dapat mempunyai
kemampuan dalam menghasilkan energi dari senyawa-senyawa organik dalam
kondisi aerob maupun kondisi anaerob. Kemampuan pada kondisi tersebut dalam
ragi dapat menyebabkan ragi tumbuh berkembang dalam kondisi ekologi yang
berbeda-beda sesua dengan lingkungannya. Jenis ragi yang umum dikenal oleh
masyarakat yaitu ragi untuk tape, ragi untuk tempe, ragi untuk roti, dan lain-lain.
4
Inokulasi probiotik merupakan suatu teknik yang dapat digunakan untuk
memindahkan bakteri pada media yang bisa dimakan hewan dan makhluk hidup.
Probiotik dapat menghasilkan produk yang mengandung berbagai jumlah
mikroorganisme hidup dan nonpatogen yang akan diberikan pada hewan ternak,
tumbuhan, dan berbagai sumber makanan. Inokulasi secara probiotik mempunyai
banyak kelebihan untuk manusia. Kegunaan inokulasi probiotik antara lain:
1) Memperbaiki laju pertumbuhan.
2) Menstabilkan produksi pada ternak.
3) Efisiensi konversi ransum.
4) Meningkatkan penyerapan nutrisi, kesehatan hewan, dan kesehatan.
5) Menambah nafsu makan sehingga mempercepat peningkatan berat badan.
Menurut Soeharsono (2010) yang menyatakan bahwa mikroorganisme
yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri, khamir atau ragi, dan mould.
Inokulum probiotik mengadung berbagai mikroba yang menguntungkan, salah
satunya adalah bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik agar
dapat hidup dan berkembang, viabilitasnya perlu dijaga secara benar dan bersih.
Viabilitas merupakan kemampuan untuk hidup dan berkembang dari suatu
mikroba. Viabilitas mikroba dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan.
Pemberian inokulum probiotik bisa meningkatkan dan menambah jumlah
produksi serta menekan mortalitas. Probiotik dikatakan sebagai mikroorganisme
hidup atau spora yang hidup atau berkembang dalam usus dan menguntungkan
inangnya baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya.
Mikroba yang menguntungkan bagi makhuk hidup dapat berkembang dengan baik.
Tujuan utama dari pemberian inokulum probiotik pada ternak adalah untuk
mengontrol ekosistem dalam saluran sembilan pencernaan. Apabila tujuan tercapai
diharapkan pencernaan dalam usus berlangsung baik (Fernando, 2016).
Penggunaan bakteri probiotik sebagai bakteri pengurai bahan organik
memberikan peran adil kepada perbaikan lingkungan budidaya yang berefek pada
peningkatan kesehatan udang sehingga tidak gampang tertekan. Pemanfaatan dari
probiotik di tambak pembesaran sering ditujukan supaya meningkatkan kualitas air
seperti menguraikan bahan organik. Semakin tinggi dosis pakan semakin banyak
sisa pakan tidak digunakan sehingga menjadi pencemaran lingkungan budidaya.
5
Bakteri, mikroorganisme, dan jamur merupakan suatu makhluk hidup
yang dapat diinokulasikan. Macam-macam mikroorganisme yang mempunyai
ukuran sangat kecil dan perlu perlakuan yang khusus. Proses inokulasi dibutuhkan
untuk menjaga bakteri, jamur, dan mikroorganisme untuk bertahan hidup. Mikroba
yang diinokulasi juga harus memiliki karakteristik dan syarat yang baik agar proses
inokulasi dapat berjalan dengan semestinya. Syarat mikroba dikatakan probiotik:
1) Dapat diisolasi dari hewan inangnya.
2) Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
4) Tidak bersifat patogen.
5) Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
6) Mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode selama penyimpanan.
Menurut (Hartati dan Karyani, 2014) menyatakan bahwa ada beberapa
metode inokulasi buatan yang sering digunakan dalam pengujian ketahanan nilam
terhadap penyakit layu dan uji patogenisitas isolat R. solanacearum. Metode
inokulasi tersebut diantaranya adalah dengan cara Penyiraman (P), Penyiraman
Pelukaan Akar (PLA), dan Pelukaan Batang dengan Penusuk Jarum (LBTJ).
2.2 Macam Metode Inokulasi
Pada penanaman mikroba perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi untuk
mikroba tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik. Isolasi bakteri adalah
memisahkan bakteri dari alam dan menanamnya dalam media baru sebagai biakan
murni (Yusmaniar dkk, 2017). Menurut buku (Sumarsih, 2011) yang menyatakan
bahwa pengujian pada konfrontasi terhadap bakteri pathogen dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode, metode itu adalah sebagai berikut:
1) Metode tuang.
2) Metode sebar.
3) Metode gores dengan bahan serapan bakteri uji berupa paper disk.
Masing-masing metode yang akan digunakan untuk proses isolasi dan
perkembangbiakan mikroba mempunyai kinerja dan tekniknya sendiri sesuai yaitu
dengan prinsip dasar yang digunakan. Metode yang dipakai juga dapat disesuaikan
dengan medium dan mikroba yang dipakai, pengujian satu persatu metode juga
dapat dilakukan untuk mengetahui teknik mana yang paling cocok bagi mikroba.
Perbedaan teknik yang dilakukan salah satu cara teknis mengetahui kondisi operasi.
6
2.2.1. Metode Gores
Metode gores merupakan metode untuk mengisolasi suatu bakteri dan
jamur dengan melakukan penggoresan terhadap permukaan medium tempat biakan
bakteri dengan menggunakan alat jarum ose. Penggoresan yang dilakukan diatas
permukaan medium bertujuan untuk menghasilkan garis hingga memperoleh
jumlah goresan yang banyak. Jumlah goresan yang semakin banyak menghasilkan
dan mempertahankan bakteri dapat hidup dan tumbuh pada garis-garis berupa
koloni yang letaknya dapat berpisah antara satu dengan yang lainnya.
Metode gores umumnya digunakan untuk mengisolasi suatu koloni jenis
mikroba pada cawan agar didapatkan suatu koloni yang terpisah dan merupakan
biakan murni. Dasar perlakuan dari metode gores yaitu dengan cara menggoreskan
suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang
sesuai pada cawan petri. Setelah masa inkubasi maka pada bekas goresan akan
tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari satu sel dari mikroba,
sehingga dapat diisolasi lebih lanjut. Proses penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah dari suspensi. Bakteri yang mempunyai flagella
seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan
yang basah mencegah penyebaran digunakan lempengan kering permukaannya.
2.2.2. Metode Tuang
Metode tuang sama seperti metode perhitungan pada banyaknya jumlah
kuman yang hidup, dilakukan dengan mencampurkan sampel pada media padat
yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme (Harmita dan Radji, 2006). Setelah
dilakukan hal tersebut lakukan inkubasi pelat sampai setiap sel bakteri sejumlah
tiga belas membelah dan menghasilkan sebuah koloni. Jumlah koloni yang tumbuh
dapat dihitung. Perlakuan metode tuang pada biakan Aeromonas hydrophyla yang
diambil sebanyak 1 mL dan itu dituangkan di sebuah cawan kosong (Seniati dkk,
2020). Setelah memasukkan kedalam cawan bakteri dan mikroba yang dibiakan
dituangkan pada media dengan suhu 50o
C dan volume 15 mL. Media yang
dituangkan bakteri dari cawan akan berubah, media akan berubah menjadi keras
dan paper disk ditetesi bakteri uji. Metode pour plate sangat membantu dalam
melakukan operasi proses pekerjaan dan membiakan mikroorganisme yang hendak
diteliti karena dengan metode ini bisa dihitung jumlah koloni bakterinya.
7
Pemeriksaan angka mikroba dengan pour plate adalah suatu teknik untuk
menumbuhkan mikroorganisme dalam media dengan mencampurkan media yang
masih cair dengan stok kultur bakteri (Damayanti dkk, 2020). Maka dari itu, sel-sel
tersebut tersebar merata dan diam dengan baik di permukaan agar atau di dalam
agar. Metode ini memerlukan operasi proses pengenceran sebelum ditumbuhkan
pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah diinkubasi akan terbentuk koloni
pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Keunggulan dari metode
tuang adalah digunakan agar mendapatkan memperoleh biakan murni. Adapun
kekurangan dari pada metode cawan tuang antara lain hasil perhitungan tidak
menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Hal ini karena beberapa sel
yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni. Mikroba yang ditumbuhkan
harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan
jelas, serta tidak menjalar sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung tepat.
Teknik inokulasi pour plate juga diaplikasikan dalam kehidupan dengan
contohnya yaitu analisis kuantitatif mikrobiologi makanan penerbangan garuda
Indonesia berdasarkan Total Plate Count (TPC). Setelah didapatkan larutan
pengencer Buffered Peptone Water dilakukannya proses pengenceran 10-1
dengan
penghancuran sampel padat menggunakan stomacher. Pengenceran dilanjutkan
berkala 10-2
, 10-3
, dan 10-4
setelah itu masukkan kedalam cawan petri lalu dicampur
dengan media Plate Count Agar (PCA) dan di tutup rapat (Yunita dkk, 2015).
Dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1 mL atau 0,1 mL larutan
sampel yang telah diencerkan dipipet ke dalam cawan petri mengggunakan pipet 1
mL. Sebaiknya waktu antara dimulainya pengenceran sampai menuangkan ke
dalam cawan petri tidak boleh lebih dari 30 menit. Kemudian ke dalam cawan
tersebut dimasukkan agar medium agar cair steril yang telah didinginkan hingga
50O
C sebanyak kira-kira 15 mL. Selama penuangan medium, tutup cawan petri
tidak boleh dibuka terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi dari luar. Segera
setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk
menyebarkan sel-sel mikroorganisme dengan merata, yaitu melingkar seperti angka
delapan. Setelah medium memadat, cawan dapat diinkubasikan di dalam inkubator.
Inkubasi dilakukan pada kondisi tertentu sesuai dengan jenis mikroorganisme yang
akan dihitung. Medium agar yang juga disesuaikan dengan jenis mikroorganisme.
8
2.2.3. Metode Tusuk
Proses inokulasi ataupun penanaman bakteri merupakan suatu proses
dalam memindahkan bakteri dari medium yang lama ke tempat medium yang
terbaru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Penanaman bakteri juga harus
dilakukan dengan menggunakan medium yang telah steril dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi dari beberapa mikroorganisme lain. Teknik
penanaman bakteri sebelum dilakukan perlu melalui beberapa tahap, salah satu
tahap yang dilakukan adalah dengan menyiapkan ruangan. Ruang tempat terjadinya
proses penanaman bakteri harus dijaga kebersihannya dan keadaan harus steril agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan. Karena tempat yang tidak steril dapat
mengganggu proses inokulasi seperti bakteri tidak diinginkan (Djaya dkk, 2016).
Pertumbuhan mikroorganisme di dalam substrat buatan, berupa kaldu
salah satunya seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob
obligat berkembang biak dengan baik pada bagian dengan kandungan oksigennya
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya. Maka mikroba tersebut akan
berkembang pada lapisan permukaan. Mikroorganisme di dalam biakan padat juga
memberikan ciri tertentu pada prosesnya, misalnya pada agar miring atau pada
lempengan agar. Agar miring sering kali digunakan untuk penyimpanan biakan
murni, sedangkan medium agar lempeng pada umumnya untuk memurnikan suatu
mikroorganisme. Metode penanaman atau inokulasi pada agar merupakan suatu
metode yang digunakan untuk memindahkan sel bakteri. Sel akan tumbuh menjadi
koloni yang terpisah jika diletakkan pada medium agar dengan jumlah yang sedikit.
Jarum ose berguna memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke
media baru (Hafsan, 2014). Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome
atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat
berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan
yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/transfer needle. Inoculating loop
cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle
digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
Terdapat jarum inokulum berbentuk L yang bermanfaat saat membelah agar untuk
preprasi Heinrich’s Slide Culture. Metode tusuk menggunakan inoculating needle
yang berfungsi memindahkan bakteri dari medium lama kedalam medium baru.
9
Metode tusuk sering kali dimanfaatkan untuk pengujian motilitas demi
mengetahui karakter bakteri pendegradasi minyak (Susanti dan Trinanda, 2017).
Pengujian motilitas dilakukan dengan metode tusuk. Koloni bakteri diambil secara
aseptik menggunakan jarum ose, kemudian diinokulasikan secara vertikal pada
media semi padat Sulfide Indole Motility (SIM) dan di inkubasi selama 24 jam.
2.2.4. Metode Sebar
Metode spread plate atau cawan sebar adalah salah satu teknik yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menuangkan stok kultur bakteri di atas media yang telah padat. Koloni diharapkan
akan tumbuh di permukaan medium agar dengan menggunakan nutrisi dari medium
pertumbuhan dibawahnya. Keunggulan yang dimiliki metode spread plate adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan media
agar. Mikroorganisme tersebut juga tidak akan terpapar kepada suhu yang tinggi,
dimana agar masih cair sehingga memungkinkan didapatkannya jumlah yang lebih
tinggi dari volume yang sama dibandingkan metode pour plate. Metode ini sangat
cocok untuk menumbuhkan mikroorganisme aerob (Damayanti dkk, 2020).
Hal yang dapat menjadi penyebab kesalahan pada metode spread plate,
adalah permukaan media agar yang tidak cukup kering sehingga mengakibatkan
tertundanya penyerapan inokulum. Pengeringan yang berlebihan bisa menyebabkan
terjadinya case-hardening dan mungkin menurunkan Water Activity (WA) lapisan
permukaan media. Case-hardening akan membuat tetesan inokulum menyebar ke
seluruh cawan dan umumnya akan menghasilkan luas penyebaran inokulum yang
lebih kecil. Penurunan Water Activity juga dapat berefek pada pertumbuhan dari
mikroorganisme hidrofilik. Kesalahan lainnya yaitu adalah dapat disebabkan oleh
menempelnya sedikit inokulum pada permukaan medium agar spreader.
Metode spread plate sebaiknya dilakukan dengan inokulum, 1 mL atau 0,5
mL. Untuk menghitung mikroorganisme dalam jumlah sedikit, batas pendeteksian
dapat ditingkatkan sepuluh kalinya dengan menyebarkan 1 mL sampel pada cawan
berdiameter 140 mm atau dalam tiga cawan berdiameter 90 mm. Alat spreader
dapat terbuat dari gelas, plastik atau besi. Misalnya gelas berbentuk batang drugal
dengan diameter 3,5 mm, panjang 20 cm dan dibengkokkan pada jarak 3 cm dari
salah satu ujung. Penyebaran inokulum dilakukan secara secepat mungkin tanpa
10
menyentuh pinggiran cawan kemudian dibiarkan terserap oleh agar sekitar 15 menit
pada suhu ruang. Inokulum lalu disebarkan pada media dengan ketebalan media
minimal 3 mm tanpa gelembung udara dan keadaan bebas dari air yang terdapat di
permukaan media (surface moisture) (Soesetyaningsih dan Azizah, 2020).
Metode spread plate juga memiliki kekurangan, yaitu biakan dapat dengan
mudah terkontaminasi mikroorganisme yang tidak diinginkan saat meratakan
suspensi dengan alat spreader seperti batang drugal. Untuk mengantisipasi hal ini,
batang drugal harus dalam keadaan steril. Steriliasasi dapat dilakukan dengan
menyemprotkan alkohol, kemudian dipanaskan dengan bunsen. (Pasaribu, 2019).
Selain menggunakan spreader, kemudian inokulum dapat juga disebarkan
menggunakan glass beads (manik-manik gelas) yang umumnya dipakai beberapa
buah dengan diameter 3 mm. Glass beads digunakan untuk meratakan suspensi
biakan dengan menyebarkan beberapa butir di atas permukaan agar dan digoyang
hingga merata. Glass beads digunakan pada teknik spread plate yang fungsinya
hampir sama dengan batang drugal atau spreader. Salah satu alat bantu dalam
proses penyebaran menggunakan spreader adalah pemutar cawan petri atau petri
dish turntable. Cara penggunaannya yaitu cawan petri diletakkan diatas lempengan
putar, kemudian sampel yang diberikan ke permukaan agar dapat disebarkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengeringkan cawan yaitu
derajat kelembapan dalam medium. Kehilangan kelembapan berlebihan mungkin
dapat meningkatkan konsentrasi inhibitor pada medium selektif dan mereduksi
Water Activity (WA) pada permukaan media. Jika menumbuhkan bakteri yang tidak
membutuhkan penyebaran segera dan cawan terlihat kering setelah diaklimatisasi,
maka pengeringan tidak perlu dilakukan karena meningkatkan risiko kontaminasi.
Dipilih temperatur dan waktu pengeringan yang sesuai dengan kondisi operasi
sehingga kemungkinan kontaminasi dapat dijaga dengan seminimal mungkin dan
pemanasan tidak akan mengurangi kualitas media. Lama pengeringan tergantung
pada banyaknya suatu kondensasi pada cawan tetapi tetap diperhitungkan secepat
mungkin untuk menekan kontaminasi. Dapat juga untuk mencegah kontaminasi
cawan yang telah diinokulasikan sampel dikeringkan dengan posisi terbalik dan
tutup cawan terbuka. Semakin tinggi suhu dan lama waktu pengeringan yang
dilakukan, maka semakin besar pula massa media yang menghilang (Seniati, 2017).
11
2.3 Inokulasi Rhizobium dan Fusarium
Rhizobium adalah jenis bakteri simbiosis dengan kacang-kacangan adalah
pembentukan bintil pada kacang-kacangan. Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh
tanaman kedelai ini dapat diserap secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat
diserap melalui fiksasi nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014).
Rhizobium akan membentuk bintil pada akar tanaman kedelai dan melewati bintil
tersebut lalu rhizobium akan menanamkan nitrogen dari udara, membuat kedelai
dapat digunakan. Hasil fiksasi nitrogen tersedia untuk memenuhi jumlah dan isi sel.
Rhizobia diinokulasi pada lahan yang belum ditanami kedelai bertujuan untuk
mengaktifkan bintil akar menyerap nitrogen dan menyimpannya. Fosfor adalah
nutrisi dibutuhkan tanaman setelah memperoleh nitrogen (Hendriyanto dkk, 2017).
Bakteri biasanya punya karakteristik patogen, tapi beberapa bakteri ada
menguntungkan. Rhizobium memainkan peran penting dalam tumbuhnya tanaman
kedelai, karena tanaman kedelai buruh nitrogen dalam pertumbuhannya. Tanaman
kedelai yang diinokulasi dengan rhizobia selama perawatan. Telah terbukti bahwa
melapisi benih sebelum disemai meningkatkan jumlah bakteri rhizobium di dalam
tanah. Telihat efek signifikan dari pengobatan inokulasi bentuk kedelai. Pengaruh
hal ini karena inokulasi rhizobia membentuk bintil pada tanaman kedelai, sehingga
secara efektif dapat memperbaiki nitrogen di udara. Simbiosis terjadi antara
rhizobia dan tanaman kedelai secara efisien menghasilkan nitrogen terikat lebih
tinggi, jadi tanaman kedelai akan bertambah tingginya (Pattipeilohy dkk, 2014).
Pohon gaharu biasanya digunakan dalam bentuk gubal gaharu. Karena
hasil gaharu dan gubal yang cukup tinggi, upaya penanaman pohon telah dilakukan.
Pekerjaan budidaya serta pengembangan dari pohon gaharu dibudidayakan melalui
inokulasi (Wiriadinata dkk, 2010). Inokulasi pohon gaharu merupakan salah satu
hal penting dalam produksi karena resin gaharu tidak mudah dibentuk secara alami,
maka harus memiliki intervensi manusia. Pembentukan gaharu terkait dengan
proses patologis iritasi oleh luka pada batang, cabang atau cabang patah. Luka
karena adanya bakteri, jamur dan virus, pohon terinfeksi penyakit. Hal ini diyakini
untuk mengubah pentosa atau selulosa dalam kayu menjadi resin adalah campuran
sesquiterpena, dienona dan isopronoid. Hasil campuran resin dan resin penyakit ini
memanifestasikan dirinya dalam rongga sel pohon, yang disebut gaharu.
12
Jenis inokulan yang digunakan dalam inokulasi gaharu antara lain induser,
fusarium dan penginduksi biologis. Metode inokulasi bervariasi tergantung pada
ukuran diameter lubang dibuat. Lubang bor dan jarak lubang bor harus diperhatikan
agar pohon dapat menahan angin tanpa runtuh. Manifestasi penyakit persisten bila
semakin lama, semakin tinggi kandungan gaharunya. Pembentukan gaharu juga
dipengaruhi oleh kandungan resin. Kandungan resin gaharu ialah syarat utama
untuk menentukan kualitas gaharu, karena ada tidaknya resin menunjukkan bahwa
kayu mengandung resin gaharu. Kandungan resin yang lebih tinggi dalam gaharu
menunjukkan kualitasnya semakin tinggi. Kayu gaharu dapat diproduksi dengan
cara rekayasa manual. Berdasarkan proses pembentukan gaharu, salah satunya
adalah penggunaan mikroorganisme jamur untuk injeksi (Suhendra dkk, 2012).
2.4 Inokulum Operasi Sintesa Kompos
Inokulum pertanian memiliki efek mempercepat optimalisasi proses
pengomposan dan dapat meningkatkan kualitas kompos. Inokulan yang paling
umum digunakan dalam proses pengomposan adalah jamur dan bakteri. Fungsi
inokulum adalah untuk memperbanyak dan menguraikan mikroorganisme dan
untuk memfiksasi nitrogen. Inokulum dapat berperan sebagai pengurai selama
proses fermentasi, sehingga proses fermentasi dapat dilakukan dalam waktu yang
lebih singkat (Suriawiria, 2005). Inokulan jamur berkualitas yang ditambahkan ke
kompos memiliki efek penguraian selulosa, sehingga mempersingkat waktu operasi
pengomposan. Operasi pembuatan kompos umumnya memakan waktu dua hingga
tiga bulan. Penambahan mikroorganisme sebagai aktivator akan mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan bisa dipercepat, tapi tergantung pada bahan organiknya.
Kompos adalah hasil penguraian bahan organik dengan hasil akhirnya
adalah jumlah mikroorganisme dalam lingkungan aerobik atau anaerobik. Dalam
bentuk humus kompos yang baik, produksinya bisa memakan waktu lama.
Inokulum yang digunakan ditambahkan untuk mempercepat pengomposan dan
meningkatkan kualitas kompos, karena mikroorganisme yang diinokulasi akan
Perkaya nutrisi dalam kompos. Inokulum yang digunakan biasanya berupa jamur
dan bakteri, berupa Aspergillus fumigatus dan Aspergillus Tabin. Inokulum dapat
mempengaruhi tumpukan kompos dengan cara inokulasi strain mikroba yang dapat
menghancurkan bahan organik serta meningkatkan nitrogen (Gusmaryana, 2018).
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1) Tabung reaksi
2) Jarum ose
3) Nyala bunsen
4) Cawan petri
3.1.2 Bahan
1) Medium yang telah jadi
2) Kultur murni
3) Jarum atau kawat
4) Alkohol
3.2 Prosedur Percobaan
1) Tabung yang berisi jamur dan tabung medium disiapkan.
2) Jarum ose dipanaskan sampai berpijar dan diamkan sebentar.
3) Sumbat tabung jamur dibuka, kemudian dilewatkan dekat nyala bunsen.
4) Jamur diambil dengan menggunakan jarum ose.
5) Sumbat tabung medium dibuka dan mulut tabung dilewatkan pada nyala
api bunsen.
6) Ujung jarum ose yang telah membawa jamur dimasukkan dengan
menggesek-gesekkannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan
dengan arah dari bawah ke atas medium.
7) Tabung medium kemudian disumbat lagi.
8) Tabung yang telah ditanami disimpan.
9) Bentuk jamur yang terjadi diamati.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Medium
No. Jenis
Medium
Sebelum
Penyimpanan
Sesudah
Penyimpanan
1. Medium,
T
egak
Warna medium yang
dihasilkan kuning, tekstur
padat dan biakan jamur
dimasukan sedikit di medium
Warna medium kuning,
teksturpadat dan jamur
tersebar di permukaan dan di
dalam medium.
2. Medium
Miring
Warna medium kuning,
tekstur padat dan biakan
jamur digores sedikit
dipermukaan.
Warna medium kuning,
tekstur padat dan jamur banyak
tersebar di permukaan
medium.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Semakin steril dan semakin tinggi tingkat ketelitian proses inokulasi
maka akan semakin tinggi tingkat kesuksesan percobaan inokulasi.
2) Pemberian inokulum terhadap media percobaan berpengaruh sehingga
media ditumbuhi jamur.
3) Semakin banyak unsur nitrogen maka akan semakin lancar metabolisme
perkembangan jamur dalam media.
4) Semakin sesuai proses inokulasi dengan kriteria kondisi operasi suatu
mikroba maka semakin minimal kerusakan medium atau mikroba terjadi.
5) Semakin segar medium semakin bagus hasil percobaan inokulasi.
5.2 Saran
1) Jangan menggores medium miring dengan terlalu kuat supaya dapat
menimimalisir tingkat kerusakan medium.
2) Usahakan percobaan dilakukan steril mungkin, pemindahan mikroba
dengan jarum ose diusahakan jangan digoyangkan ke udara. Gunakanlah
jarum ose pada kawasan steril dekat dengan api bunsen.
3) Lebih baik media kelebihan nutrisi daripada kekurangan. Makin segar
media maka makin terhindar dari resiko biakan tidak murni. Maka
usahakan memilih media inokulasi yang paling segar.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, V. N., Supriharyono, dan Widyorini, N. 2016. Hubungan Kerapatan
Lamun dengan Kelimpahan Bakteri Heterotrof di Perairan Pantai Kartini
Kabupaten Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. Vol. 5(4): 142-149.
Augusta, A. N., Supriyono, S., dan Nyoto, S. 2019. Inokulasi Rhizobium dan
Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada Sistem
Tanpa Olah Tanah. Jurnal Agrotech Research. Vol.3(2): 80-84.
Damayanti, N. W. E., Abadi, M. F., dan Bintari, N. W. D. 2020. Perbedaan Jumlah
Bakteriuri Pada Wanita Lanjut Usia Berdasarkan Kultur Mikrobiologi
Menggunakan Teknik Cawan Tuang dan Cawan Sebar. Jurnal Meditory.
Vol. 8(1): 1-4.
Djaya, L., Sulastrini, I., dan Rusita, I. 2016. Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter
michiganensis subsp. spedonicus, Penyebab Penyakit Busuk Cincin
Bakteri pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal
Agrikultura. Vol 27(2): 66-71.
Fernando, E. 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). [SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Universitas
Airlangga.
Gusmaryana, T. 2018. Pengujian Kultur Murni dan Pengaruh Inokulum Fungi
Aspergillus tubingensis R. Mosseray pada Pengomposan Serasah Nanas
(Ananas comosus (L.) Merr.). [SKRIPSI]. Lampung (IDN). Universitas
Lampung.
Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press.
Harmita., dan Radji, M. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Hartati, S. Y.. dan Karyani, N. 2014. Teknik inokulasi Ralstonia Solanaccarum
untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu. Jurnal Bull
Littro. Vol 25(2): 127-136.
Hendriyanto, M. F., Suharjono, Rahayu, S. 2017. Aplikasi Inokulasi Rhizobium dan
Pupuk SP-36 terhadap Produksi dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max
(L.) Merrill) Var. Dering. Jurnal Agriprima. Vol. 1(1): 84-94.
Pasaribu, S. Y. 2019. Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri dengan
Menggunakan Umbi Jalar Oranye (Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap
Bakteri Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis dan
Staphylococcus aureus. [SKRIPSI]. Medan (IDN). Universitas Sumatera
Utara Medan.
Pattipeilohy, M., dan Sopacua, R. A. B. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakteri
Rhizobium japanicum Terhadap Pertumbuhan Kacang Kedelai (Glycine
max L). Jurnal Biopendix. Vol. 1(1): 49-55.
Seniati. 2017. Kajian Uji Konfrontasi Terhadap Bakteri Pathogen dengan
Menggunakan Metode Sebar, Metode Tuang, dan Metode Gores. Jurnal
Galung Tropika. Vol. 6(1): 42-48.
Seniati, Mulyani, R., dan Syahruddin. 2020. Uji Viabilitas Bakteri Aeromonas
hydrophila dengan Metode Penyimpanan Beku pada Media TSB dan
Gliserol. Jurnal Lutjanus. Vol. 25(2): 41-48.
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak (Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan
Interaksi Organ Pada Hewan). Bandung: Widya padjadjaran.
Soesetyaningsih, E., dan Azizah. 2020. Akurasi Perhitungan Bakteri pada Daging
Sapi Menggunakan Metode Hitung Cawan. Berkala Sainstek. Vol. 8(3):
75-79.
Suhendra, A., Roswanjaya, Y. P., dan Handayani, D. P. 2012. Aplikasi Inokulasi
Fusarium untuk Mempercepat Proses Pembuatan dan Produksi Gubal
Gaharu di Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Prosiding
InSINas. Jakarta Pusat, 29-30 November 2012: Hal. 64-69.
Sumarsih. 2011. Mikrobiologi Umum. Jakarta: UI Press.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Susanti, W. I., dan Trinanda, R. 2017. Potensi Bakteri Asal Tanah Rizosfer,
Sedimen Tanah, dan Pupuk kandang Sapi untuk Biodegradasi Minyak
Berat dan Oli Bekas. Jurnal Tanah dan Iklim. Vol. 4(1): 37-44.
Tito, I. M. 2014. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kitinolitik yang Terdapat pada
Cangkang Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus). [SKRIPSI].
Surabaya (IDN). Universitas Airlangga
Wiriadinata, H., Semiadi, G., Darnaedi, D., dan Waluyo, E. B. 2010. Konsep
Budidaya Gaharu (Aquilaria spp.) di Provinsi Bengkulu. Jurnal penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 7(4): 371-380.
Yunita, M., Hendrawan, Y., dan Yulianingsih, R. 2015. Analisis Kuantitatif
Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda
Indonesia Berdasarkan Total Plate Count (TPC) Dengan Metode Pour
Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 3(3): 237-
248.
Yusmaniar, Wardiyah, dan Nida, K. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
LAMPIRAN PEMBUATAN INOKULASI
Gambar 1. Gelas Beker Gambar 2. Tabung Reaksi
Gambar 3. Cawan Petri Gambar 4. Spatula
Gambar 5. Batang Pengaduk Gambar 6. Jamur pada Jeruk
Gambar 7. Jarum Ose Gambar 8. Bunsen
Gambar 9. Korek Api Gambar 10. Medium
1
Nama : Almira Jasmin
NIM : 03031381924095
Shift / Kelompok : Kamis(10.30-13.00) WIB/IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme memiliki pengaruh besar pada kehidupan organisme
hidup di dunia ini, karena tidak hanya berdampak buruk, tetapi sering kali
mikroorganisme juga memiliki efek yang sangat menguntungkan. Pembelajaran
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kegiatan mikroorganisme penting
dipahami. Kombinasi bahan digunakan oleh manusia untuk kultur mikroba disebut
medium. Media juga dapat digunakan untuk memeriksa sifat dan karakteristik
koloni mikroba dengan media agar padat. Proses pemindahan atau inokulasi
mikroorganisme ke dalam media kultur harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan
tepat selama pertumbuhan dan penggandaan populasi mikroba. Dampak lingkungan
dan proses sterilisasi sangat penting, faktor-faktor ini harus di perhatikan untuk
mencegah mikroorganisme pada media terkontaminasi oleh mikroorganisme lain.
Udara mengandung banyak mikroorganisme yang dapat mencemari media kultur
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh
suatu biakan yang murni, tetapi juga mengenai bagaimana memelihara serta
mencegah pencemaran dari luar. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan,
meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang murni. Peralatan
yang digunakan dalam perkembangbiakan ini harus disterilkan terlebih dulu,
supaya mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak tumbuh. Pemindahan mikroba
dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan.
Di Indonesia, terutama pada mahasiswa bioteknologi kajian mikrobiologi
merupakan kajian wajib dalam bentuk mata kuliah. Kajian ilmu mikrobiologi di
perguruan tinggi selalu disertai dengan pelaksanaan praktikum untuk membekali
mahasiswa untuk menguasai softskill keterampilan kerja ilmiah yang biasa
dilakukan di dalam laboratorium. Salah satunya penanaman bakteri atau inokulasi
pada media. Untuk dapat meneliti mikroorganisme di laboratorium kita harus dapat
menumbuhkan mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme mampu berkembang
secara alami ataupun buatan. Substrat dalam pengembangan dan pertumbuhan
mikroorganisme disebut media. Percobaan dilakukan dengan maksud praktikan
mampu dan telaten menerapkan ilmu inokulasi paling tidak yang elementer.
1. typo
2. spasi renggang
3. bahasan tdk sesuai dgn inokulasi
4. dapus hantu
GANTI SUBBAB 2.5. dan semua yg berhubungan
dengan fermentasi, (kita praktikum inokulasi bukan
fermentasi)
TULTANG PENTER
SEMANGAATTT!!!!!!!
2
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi mempengaruhi
kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme?
2) Bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan?
3) Bagaimana pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum
dalam media?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi
mempengaruhi kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme.
2) Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media
percobaan.
3) Mengetahui pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum
dalam media.
1.4 Manfaat
1) Untuk praktikan, dapat menjaga tingkat steril dan ketelitian praktikum
dengan kualitas tinggi agar percobaan berhasil.
2) Untuk praktikan, dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian pengaruh
pemberian inokulum terhadap media percobaan.
3) Untuk masyarakat, dapat mewaspadai perkembangan mikroba dalam
barang sehari-hari.
1.5 Hipotesis
1) Inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang
lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian dan sterilisasi yang
sangat tinggi (Tito, 2014).
2) Mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri, khamir
atau ragi, dan mould (Soeharsono, 2010).
3) Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai ini dapat diserap
secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat diserap melalui fiksasi
nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Inokulasi
Inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi (Tito,
2014). Inokulasi ini digunakan untuk mengembangbiakan bakteri agar dapat
bertahan hidup dan dapat tumbuh menjadi mikroorganisme yang baik dan bakteri
menguntungkan. Pemindahan dimaksudkan agar bakteri mendapatkan tempat yang
jauh dari kontaminasi bakteri lain yang dapat menghambat proses dan kinerja saat
perkembangbiakan bakteri. Pemindahan bakteri salah satu dari beberapa langkah
perkembangbiakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang dibutuhkan.
Komponen-komponen penting dalam penelitian epidemiologi antara lain
adalah dengan cara menginokulasi tanaman secara buatan. Penelitian mengenai
inokulasi buatan pada tanaman inang dilakukan agar dapat diketahui cara inokulasi
buatan dalam menghasilkan periode inkubasi yang lebih cepat, persentase kejadian
penyakit atau kontaminasi yang rendah. Inokulasi sangat penting yaitu dalam proses
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pemindahan bakteri ini akan diperoleh
berupa biakan mikroorganisme murni yang dapat digunakan untuk pembelajaran
mikrobiologi. Penanaman bakteri yang akan dilakukan harus terhindar dari alat-alat
yang kotor atau semua alat harus steril dengan proses inokulasi garis steril. Teknis
aseptis sering dimanfaatkan dalam percobaan praktikum inokulasi mikroorganisme.
Inokulum merupakan suatu kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam
medium pada saat kultur mikroba dalam fase pertumbuhan (Suriawiria, 2005).
Inokulum secara probiotik mengandung bahan pengikat mikroba dan mengandung
mikroba yang dapat melakukan fermentasi, salah satunya adalah terdapat pada ragi.
Ragi merupakan suatu organisme yang bersifat fakultatif dan dapat mempunyai
kemampuan dalam menghasilkan energi dari senyawa-senyawa organik dalam
kondisi aerob maupun kondisi anaerob. Kemampuan pada kondisi tersebut dalam
ragi dapat menyebabkan ragi tumbuh berkembang dalam kondisi ekologi yang
berbeda-beda sesua dengan lingkungannya. Jenis ragi yang umum dikenal oleh
masyarakat yaitu ragi untuk tape, ragi untuk tempe, ragi untuk roti, dan lain-lain.
4
Inokulasi probiotik merupakan suatu teknik yang dapat digunakan untuk
memindahkan bakteri pada media yang bisa dimakan hewan dan makhluk hidup.
Probiotik dapat menghasilkan produk yang mengandung berbagai jumlah
mikroorganisme hidup dan nonpatogen yang akan diberikan pada hewan ternak,
tumbuhan, dan berbagai sumber makanan. Inokulasi secara probiotik mempunyai
banyak kelebihan untuk manusia. Kegunaan inokulasi probiotik antara lain:
1) Memperbaiki laju pertumbuhan.
2) Menstabilkan produksi pada ternak.
3) Efisiensi konversi ransum.
4) Meningkatkan penyerapan nutrisi, kesehatan hewan, dan kesehatan.
5) Menambah nafsu makan sehingga mempercepat peningkatan berat badan.
Menurut Soeharsono (2010) yang menyatakan bahwa mikroorganisme
yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri, khamir atau ragi, dan mould.
Inokulum probiotik mengadung berbagai mikroba yang menguntungkan, salah
satunya adalah bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik agar
dapat hidup dan berkembang, viabilitasnya perlu dijaga secara benar dan bersih.
Viabilitas merupakan kemampuan untuk hidup dan berkembang dari suatu
mikroba. Viabilitas mikroba dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan.
Pemberian inokulum probiotik bisa meningkatkan dan menambah jumlah
produksi serta menekan mortalitas. Probiotik dikatakan sebagai mikroorganisme
hidup atau spora yang hidup atau berkembang dalam usus dan menguntungkan
inangnya baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya.
Mikroba yang menguntungkan bagi makhuk hidup dapat berkembang dengan baik.
Tujuan utama dari pemberian inokulum probiotik pada ternak adalah untuk
mengontrol ekosistem dalam saluran sembilan pencernaan. Apabila tujuan tercapai
diharapkan pencernaan dalam usus berlangsung baik (Fernando, 2016).
Bakteri, mikroorganisme, dan jamur merupakan suatu makhluk hidup
yang dapat diinokulasikan. Macam-macam mikroorganisme yang mempunyai
ukuran sangat kecil dan perlu perlakuan yang khusus. Proses inokulasi dibutuhkan
untuk menjaga bakteri, jamur, dan mikroorganisme untuk bertahan hidup. Mikroba
yang diinokulasi juga harus memiliki karakteristik dan syarat yang baik agar proses
inokulasi dapat berjalan dengan semestinya. Syarat mikroba dikatakan probiotik:
5
1) Dapat diisolasi dari hewan inangnya.
2) Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
4) Tidak bersifat patogen.
5) Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
6) Mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode selama penyimpanan.
Menurut (Hartati dkk, 2014) menyatakan bahwa ada beberapa metode
inokulasi buatan yang sering digunakan dalam pengujian ketahanan nilam terhadap
penyakit layu dan uji patogenisitas isolat R. solanacearum. Metode inokulasi
tersebut diantaranya adalah dengan cara Penyiraman (P), Penyiraman dengan
Pelukaan Akar (PLA), dan Pelukaan Batang dengan Penusuk Jarum (LBTJ).
2.2 Macam Metode Inokulasi
Pada penanaman mikroba perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi untuk
mikroba tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik. Isolasi bakteri adalah
memisahkan bakteri dari alam dan menanamnya dalam media baru sebagai biakan
murni (Yusmaniar dkk, 2017). Menurut buku (Sumarsih, 2011) yang menyatakan
bahwa pengujian pada konfrontasi terhadap bakteri pathogen dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode, metode itu sebagai berikut:
1) Metode tuang.
2) Metode sebar.
3) Metode gores dengan bahan serapan bakteri uji berupa paper disk.
Masing-masing metode yang akan digunakan untuk proses isolasi dan
perkembangbiakan mikroba mempunyai kinerja dan tekniknya sendiri sesuai
dengan prinsip yang digunakan. Metode yang dipakai juga dapat disesuaikan
dengan medium dan mikroba yang dipakai, pengujian satu persatu metode juga
dapat dilakukan untuk mengetahui teknik mana yang paling cocok bagi mikroba.
Perbedaan teknik yang dilakukan merupakan salah satu cara teknis mengetahui
kondisi operasi dan perlakuan yang cocok untuk mikroba yang akan dibiakan.
2.2.1. Metode Gores
Metode gores merupakan metode untuk mengisolasi suatu bakteri dan
jamur dengan melakukan penggoresan terhadap permukaan medium tempat biakan
bakteri dengan menggunakan alat jarum ose. Penggoresan yang dilakukan diatas
permukaan medium bertujuan untuk menghasilkan garis hingga memperoleh
harus ada paragraf pengantar sebelum point di lembar yang sama
mana dapusnya?
6
jumlah goresan yang banyak. Jumlah goresan yang semakin banyak menghasilkan
dan mempertahankan bakteri dapat hidup dan tumbuh pada garis-garis berupa
koloni yang letaknya dapat berpisah antara satu dengan yang lainnya.
Metode gores umumnya digunakan untuk mengisolasi suatu koloni jenis
mikroba pada cawan agar didapatkan suatu koloni yang terpisah dan merupakan
biakan murni. Dasar perlakuan dari metode gores yaitu dengan cara menggoreskan
suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang
sesuai pada cawan petri. Setelah masa inkubasi maka pada bekas goresan akan
tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari satu sel dari mikroba,
sehingga dapat diisolasi lebih lanjut. Proses penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah dari suspensi. Bakteri yang mempunyai flagella
seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan
yang basah mencegah penyebaran digunakan lempengan kering permukaannya.
2.2.2. Metode Tuang
Metode tuang sama seperti metode perhitungan pada banyaknya jumlah
kuman yang hidup, dilakukan dengan mencampurkan sampel pada media padat
yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme (Harmita dkk, 2006). Setelah
dilakukan hal tersebut lakukan inkubasi pelat sampai setiap sel bakteri sejumlah
tiga belas membelah dan menghasilkan sebuah koloni. Jumlah koloni yang tumbuh
dapat dihitung. Perlakuan metode tuang pada biakan Aeromonas hydrophyla yang
diambil sebanyak 1 mL dan itu dituangkan di sebuah cawan kosong (Seniati dkk,
2020). Setelah memasukkan kedalam cawan bakteri dan mikroba yang dibiakan
ditungkan pada media dengan suhu 50o
C dan volume 15 mL. Media tuangkan hanya
menuangkan mikroba dalam media, media akan berubah menjadi keras dan paper
disk ditetesi bakteri uji. Metode tuang sangat membantu dalam melakukan operasi
proses pekerjaan dan membiakan mikroorganisme yang hendak diteliti.
2.3 Fermentasi Koji
Penambahan koji bertujuan untuk memproduksi berbagai macam enzim
oleh kapang. Enzim tersebut berperan dalam proses penguraian makromolekul
bahan baku menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana (Wahyuhapsari dkk,
2013). Terdapat dua proses utama dalam pembuatan miso, yaitu fermentasi beras
oleh kapang yang akan menghasilkan koji dan moromi atau tahap pembuatan miso.
kita praktikum inokulasi, bukan fermentasi
7
Koji merupakan salah satu bahan yang penting dalam pembuatan miso. Koji terbuat
dari beras yang telah disteam dan diinokulasi menggunakan spora kapang berupa
ragi tempe kemudian diinkubasi. Tujuan dari pembuatan koji adalah untuk produksi
berbagai macam enzim oleh kapang yang berfungsi dalam proses penguraian makro
molekul bahan baku menjadi molekul yang lebih sederhana (Andarti dkk, 2015).
Beras sebanyak 60, 80 dan 100 gr dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada beras. Beras yang telah dicuci kemudian
dimasukkan kedalam baskom dan direndam dengan air. Perendaman beras
bertujuan untuk menurunkan derajat keasaman beras sehingga dapat dilapukkan
atau ditumbuhi kapang dalam keadaan Powder of Hydrogen (pH) empat hingga
lima. Perendaman dengan menggunakan air dilakukan selama semalaman (± 12
jam) pada suhu kamar. Beras yang sudah direndam kemudian dibuang airnya. Beras
dimasukkan kedalam kantong plastik tahan panas untuk disterilisasi selama 15
menit. Beras yang telah selesai disterilisasi kemudian ditaruh diatas nampan.
Dilakukan pendinginan hingga ± 35°C. Beras steril dicampur dengan ragi tempe,
dengan variasi konsentrasi ragi sebesar 0.20%. Pencampuran dilakukan secara
merata lalu dimasukkan ke dalam baskom yang ditutup dengan plastik berlubang.
Fermentasi dilakukan pada suhu kamar ± 28°C selama tiga hari (36-72 jam).
Koji yang sering digunakan dalam fermentasi kecap ikan biasanya dipilih
kultur dari Aspergillus oryzae. Kultur ini mempunyai nama lain jamur kecap yang
merupakan cendawan berfilamen kelompok kapang. Aspergillus oryzae dipilih
dikarenakan mempunyai karakteristik mampu memproduksi protease dan amilase
ekstraseluler, warna konidia, kemampuan memproduksi aflatoksin dan mikotoksin
rendah. Aspergillus oryzae juga berkemampuan meningkatkan pertumbuhan dan
suhu pertumbuhan optimum. Terlepas dari kemampuannya sebagai penyuplai
berbagai enzim Aspergillus oryzae adalah salah satu genus yang dianggap sebagai
organisme yang aman untuk produksi makanan (Chancharoonpong dkk, 2012).
2.4 Inokulasi Bakteri, Jamur, Pertumbuhan Kedelai, dan Pohon Gaharu
Rhizobium adalah jenis bakteri simbiosis dengan kacang-kacangan adalah
pembentukan bintil pada kacang-kacangan. Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh
tanaman kedelai ini dapat diserap secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat
diserap melalui fiksasi nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014).
1. typo
2. spasi renggang
3. banyak bahasan yg tidak membahas inokulasi
8
Rhizobium akan membentuk bintil pada akar tanaman kedelai dan melewati bintil
tersebut lalu rhizobium akan menanamkan nitrogen dari udara, membuat kedelai
dapat digunakan. Hasil fiksasi nitrogen tersedia untuk memenuhi jumlah dan isi sel.
Rhizobia diinokulasi pada lahan yang belum ditanami kedelai bertujuan untuk
mengaktifkan bintil akar menyerap nitrogen dan menyimpannya. Fosfor adalah
nutrisi dibutuhkan tanaman setelah memperoleh nitrogen (Hendriyanto dkk, 2017).
Penelitian sebelumnya melakukan uji inokulasi bakteri heterotrofik daun
lamun (Ariyanti dkk, 2016). Sampel daun lamun diambil hingga tiga poin dapat
dilakukan di setiap situs. Ambil satu poin dengan cara memotong rumput laut
sebanyak satu lembar pada pangkal daun. Kemudian simpan sampel daun lamun
yang diperoleh agar sampel dapat terjaga agar awet, lalu amati bakteri yang
menempel di daunnya mikroskop. Hitung total bakteri heterotrofik dalam bentuk
langkah pertama pembuatan media. Persiapan media ini dilakukan sebelum
penanaman bakteri media pertumbuhan. Media yang digunakan adalah Tripton
Glucoside (TGY) yang mengandung bahan tumbuh untuk bakteri heterotrofik.
Langkah menguji bakteri dan jamur pada daun lamun berlanjut dengan
membuat lesung atau tabuh daun lamun. Tujuan dari langkah ini adalah untuk
menentukan bakteri pada daun lamun. Metode untuk menentukan bakteri yang
relevan dalam daun lamun adalah dengan menggiling daun rumput laut dan
mengencerkannya. Langkah selanjutnya adalah menanam menginokulasi bakteri.
Tumbuhkan bakteri atau gunakan metode plat untuk menginokulasi bakteri dari
mortar daun lamun atau stocking plate dan teknik pengenceran. Menambahkan air
ekstrak daun lamun aquadest disterilkan dalam tabung, dihomogenkan dengan
vortex, kemudian diencerkan beberapa kali. Tujuan pengenceran multi tahap adalah
untuk mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada dalam cairan. Kultur bakteri
adalah dengan menanamkan bakteri. Gunakan pipet steril dan masukkan ke dalam
cawan petri yang berisi media TGY, kemudian ratakan dengan spreader steril.
Media yang ditanamkan air sampel diinkubasi dengan steril selama 1x24 jam.
Bakteri biasanya bersifat patogen, beberapa bakteri juga ada
menguntungkan. Rhizobium memainkan peran penting dalam tumbuhnya tanaman
kedelai, karena tanaman kedelai buruh nitrogen dalam pertumbuhannya. Tanaman
kedelai yang diinokulasi dengan rhizobia selama perawatan. Telah terbukti bahwa
9
melapisi benih sebelum disemai meningkatkan jumlah bakteri rhizobium di dalam
tanah. Telihat efek signifikan dari pengobatan inokulasi bentuk kedelai. Pengaruh
hal ini karena inokulasi rhizobia membentuk bintil pada tanaman kedelai, sehingga
secara efektif dapat memperbaiki nitrogen di udara. Simbiosis terjadi antara
rhizobia dan tanaman kedelai secara efisien menghasilkan nitrogen terikat lebih
tinggi, jadi tanaman kedelai akan bertambah tingginya (Pattipeilohy dkk, 2014).
Pohon gaharu biasanya digunakan dalam bentuk gubal gaharu. Karena
hasil gaharu dan gubal yang tinggi, upaya penanaman pohon telah dilakukan.
Pekerjaan budidaya dan pengembangan pohon gaharu dibudidayakan melalui
inokulasi (Wiriadinata dkk, 2010). Inokulasi pohon gaharu merupakan salah satu
hal penting dalam produksi karena resin gaharu tidak mudah dibentuk secara alami,
maka harus memiliki intervensi manusia. Pembentukan gaharu terkait dengan
proses patologis iritasi oleh luka pada batang, cabang atau cabang patah. Luka
karena adanya bakteri, jamur dan virus, pohon terinfeksi penyakit. Hal ini diyakini
untuk mengubah pentosa atau selulosa dalam kayu menjadi resin adalah campuran
sesquiterpena, dienona dan isopronoid. Hasil campuran resin dan resin penyakit ini
memanifestasikan dirinya dalam rongga sel pohon, yang disebut gaharu.
Jenis inokulan yang digunakan dalam inokulasi gaharu antara lain induser,
fusarium dan penginduksi biologis. Metode inokulasi bervariasi tergantung pada
ukuran diameter lubang dibuat. Lubang bor dan jarak lubang bor harus diperhatikan
agar pohon dapat menahan angin tanpa runtuh. Manifestasi penyakit persisten bila
semakin lama, semakin tinggi kandungan gaharunya. Pembentukan gaharu juga
dipengaruhi oleh kandungan resin. Kandungan resin gaharu ialah syarat utama
untuk menentukan kualitas gaharu, karena ada tidaknya resin menunjukkan bahwa
kayu mengandung resin gaharu. Kandungan resin yang lebih tinggi dalam gaharu
menunjukkan kualitasnya semakin tinggi. Kayu gaharu dapat diproduksi dengan
cara rekayasa manual. Berdasarkan proses pembentukan gaharu, salah satunya
adalah penggunaan mikroorganisme jamur untuk injeksi (Suhendra dkk, 2012).
2.5 Metode Tusuk
Proses inokulasi ataupun penanaman bakteri merupakan suatu proses
dalam memindahkan bakteri dari medium yang lama ke tempat medium yang
terbaru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Penanaman bakteri juga harus
10
dilakukan dengan menggunakan medium yang telah steril dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi dari beberapa mikroorganisme lain. Teknik
penanaman bakteri sebelum dilakukan perlu melalui beberapa tahap, salah satu
tahap yang dilakukan adalah dengan menyiapkan ruangan. Ruang tempat terjadinya
proses penanaman bakteri harus dijaga kebersihannya dan keadaan harus steril agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan. Karena tempat yang tidak steril dapat
mengganggu proses inokulasi seperti bakteri tidak diinginkan (Djaya dkk, 2016).
Pertumbuhan mikroorganisme di dalam substrat buatan, berupa kaldu
salah satunya seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob
obligat berkembang biak dengan baik pada bagian dengan kandungan oksigennya
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya. Maka mikroba tersebut akan
berkembang pada lapisan permukaan. Mikroorganisme di dalam biakan padat juga
memberikan ciri tertentu pada prosesnya, misalnya pada agar miring atau pada
lempengan agar. Agar miring umumnya digunakan untuk penyimpanan biakan
murni, sedangkan pada agar lempeng pada umumnya untuk memurnikan suatu
mikroorganisme. Metode penanaman atau inokulasi pada agar merupakan suatu
metode yang digunakan untuk memindahkan sel bakteri. Sel akan tumbuh menjadi
koloni yang terpisah jika diletakkan pada medium agar dengan jumlah yang sedikit.
Jarum ose berguna memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke
media baru (Hafsan, 2014). Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome
atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat
berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan
yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/transfer needle. Inoculating loop
cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle
digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
Terdapat jarum inokulum berbentuk L yang bermanfaat saat membelah agar untuk
preprasi Heinrich’s Slide Culture. Metode tusuk menggunakan inoculating needle.
Metode tusuk dapat dimanfaatkan untuk pengujian motilitas demi
mengetahui karakterisasi bakteri pendegradasi minyak berat (Susanti dkk, 2017).
Pengujian motilitas dilakukan dengan metode tusuk. Koloni bakteri diambil secara
aseptik menggunakan jarum ose, kemudian diinokulasikan secara vertikal pada
media semi padat Sulfide Indole Motility (SIM) dan di inkubasi selama 24 jam.
11
2.6 Inokulum Kompos, Khamir, dan Kecap
Inokulum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan ke ketika kultur
mikroba berada dalam fase pertumbuhan, itu ada di media. Inokulum pertanian
memiliki efek mempercepat optimalisasi proses pengomposan dan dapat
meningkatkan kualitas kompos. Inokulan yang paling umum digunakan dalam
proses pengomposan adalah jamur dan bakteri. Fungsi inokulum adalah untuk
memperbanyak dan menguraikan mikroorganisme dan untuk memfiksasi nitrogen.
Inokulum dapat berperan sebagai pengurai selama proses fermentasi, sehingga
proses fermentasi dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat (Suriawiria,
2005). Inokulan jamur berkualitas tinggi yang ditambahkan ke kompos memiliki
efek penguraian selulosa, sehingga mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
pengomposan. Operasi pembuatan kompos umumnya memakan waktu dua hingga
tiga bulan. Penambahan mikroorganisme sebagai aktivator akan mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan bisa dipercepat, tapi tergantung pada bahan organiknya.
Kompos adalah hasil penguraian bahan organik dengan hasil akhirnya
adalah jumlah mikroorganisme dalam lingkungan aerobik atau anaerobik. Dalam
bentuk humus kompos yang baik, produksinya bisa memakan waktu lama.
Inokulum yang digunakan ditambahkan untuk mempercepat pengomposan dan
meningkatkan kualitas kompos, karena mikroorganisme yang diinokulasi akan
Perkaya nutrisi dalam kompos. Inokulum yang digunakan biasanya berupa jamur
dan bakteri, berupa Aspergillus fumigatus dan Aspergillus Tabin. Tumpukan
kompos dapat membawa banyak mikroorganisme pengurai dan nitrogen
ditambahkan ke inokulum. Inokulum dapat mempengaruhi tumpukan kompos
dengan cara inokulasi strain mikroba yang dapat secara efektif menghancurkan
bahan organik serta dapat meningkatkan kadar nitrogen (Gusmaryana, 2018).
Fermentasi anggur dipengaruhi oleh konsentrasi garam logam dalam jus
anggur. Konsentrasi rendah akan merangsang aktivitas dan pertumbuhan ragi, dan
dapat menghambat pertumbuhan sel pada konsentrasi tinggi ragi. Starter
ditambahkan ke jus anggur untuk fermentasi seharusnya setinggi 2-5%, karena
dapat mempersingkat fase adaptasi. Kandungan alkohol yang digunakan harus
melebihi 4%, yang membantu menghambat pertumbuhan mikroorganisme bisa
berbahaya atau polusi. Makanan pembuka yang baik adalah dari kultur murni yang
12
dapat dipisahkan dari buahnya. Media starter yang terbuat dari jus anggur harus
disterilkan terlebih dahulu. Fermentasi anggur bisa disebut sebagai operasi proses
pemecahan gula menjadi alcohol dan gas karbondioksida sebagai enzim.
Anggur adalah minuman yang difermentasi dari buah anggur, yang
mengandung gula jenis glukosa dan fruktosa. Proses fermentasi anggur adalah
dengan mikroorganisme, yaitu inokulum ragi. Ragi digunakan karena selektif dan
lebih mudah ditangani daripada menggunakan bakteri. Jenis ragi yang digunakan
Saccharomyces cerevisiae karena kemampuannya mengubah gula menjadi etanol
sangat tinggi. Ragi yang digunakan dalam fermentasi anggur ini sangat besar Sel-
sel ragi lebih besar dan lebih oval daripada yang digunakan untuk fermentasi bir.
Gula aktivitas yang menyebabkan alkohol dan karbon dioksida saat membuat
anggur hidrolase yang dihasilkan oleh sel khamir (Pawignya dkk, 2010).
Penggunaan kultur murni dalam proses fermentasi kecap kini telah
menjadi metode standar pembuatan kecap. Kultur murni dapat digunakan untuk
menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk juga dalam penelaahan ciri-ciri
kultural. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan
mikroba di luar dari lingkungan alamianya. Pemisahan mikroorganisme dari
lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak
bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan ini disebut dengan biakan murni. Kultur
murni yang pada umumnya digunakan adalah inokulum kapang ditambahkan
selama fermentasi kecap. Gunakan rasio starter atau inokulum cetakan yang benar.
Hal ini sangat penting karena dapat membantu meningkatkan kualitas kecap.
Keunggulan lainnya adalah dapat mempersingkat waktu proses fermentasi kecap
menghilangkan beberapa risiko kontaminasi mikroba (Noviyanthi, 2003).
Ada dua jenis jamur yang mempengaruhi fermentasi kecap, seperti
Aspergillus oryzae dan Rhizopus hypospora. Aspergillus oryzae memiliki
kemampuan untuk menghasilkan protease, peptidase, amilase, dan lipase. Semua
enzim ini digunakan dalam proses fermentasi kecap hidrolisis kedelai untuk
menghasilkan peptida dan asam amino bebas. Jamur Rhizopus hypospora
menghasilkan protease yang dapat dicerna protein kedelai dalam fermentasi.
Cetakan ini dapat menggunakan xilosa, glukosa, galaktosa, selobiosa dan pati
digunakan sebagai media pertumbuhan saat operasi proses fermentasi kecap.
13
2.7 Penelitian Terkait
Penelitian oleh (Augusta dkk, 2019) memiliki tujuan untuk mengkaji
pengaruh dosis inokulasi rhizobium dan jumlah benih per lubang tanam populasi
dalam peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai. Kedelai merupakan salah satu
tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Penelitian dengan
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) split plot
dua faktor. Faktor pertama atau petak utama adalah dosis inokulan yaitu tanpa
kontrol inokulan, inokulan tiga, satu benih. Faktor kedua atau anak petak yaitu
jumlah benih per lubang dengan dua taraf yaitu dua dan tiga benih lubang tanam.
Penelitian inokulasi rhizobium pada kedelai menunjukkan bahwa inokulasi
rhizobium tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada berbagai komponen
pertumbuhan dan hasil kedelai. Jumlah benih per lubang berpengaruh pada jumlah
cabang, yaitu dengan jumlah benih yang semakin banyak dapat menurunkan jumlah
cabang. Tidak adanya interaksi antara inokulasi rhizobium dengan jumlah benih per
lubang terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Inokulasi rhizobium adalah proses
pemberian inokulan bakteri Rhizobium sp. ke dalam tanah yang digunakan sebagai
media tanam tanaman leguminosa. Inokulasi ini bertujuan untuk membuat
simbiosis akar antara akar tanaman dengan bakteri sehingga terbentuk bintil akar.
Inokulasi rhizobium pada kedelai dilakukan untuk membantu tanaman dalam
fiksasi nitrogen sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nitrogen untuk
tanaman. Pengaruh perlakuan terhadap dosis rhizobium tidak dapat memberikan
pengaruh nyata pada jumlah biji per polong kedelai karena genetik tanaman.
Penelitian terkait mengenai inokulasi proteolitik pada produk chao ikan
tembang dengan fermentasi (Matti dkk, 2021). Secara umum penambahan bakteri
asam laktat Proteoltik L. dilakukan dua kali bertujuan untuk mengetahui peranan
kedua bakteri asam laktat tersebut selama proses fermentasi chao ikan tembang.
Penambahan kedua bakteri asam laktat Proteoltik L. pada tahap fermentasi ikan
bertujuan untuk mempelajari peranan keduanya selama fermentasi ikan yang hanya
mengandung protein. Sedangkan penambahan bakteri asam laktat Proteoltik L.
fermentasi campuran bertujuan untuk mengetahui peranan kedua bakteri tersebut
dalam fermentasi campuran dengan ragi tape dan ragi tempe. Inokulasi bakteri asam
laktat Proteoltik L. dapat mempersingkat waktu fermentasi chao menjadi 48 jam.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1) Tabung reaksi
2) Jarum ose
3) Nyala bunsen
4) Cawan petri
3.1.2 Bahan
1) Medium yang telah jadi
2) Kultur murni
3) Jarum atau kawat
4) Alkohol
3.2 Prosedur Percobaan
1) Tabung yang berisi jamur dan tabung medium disiapkan.
2) Jarum ose dipanaskan sampai berpijar dan diamkan sebentar.
3) Sumbat tabung jamur dibuka, kemudian dilewatkan dekat nyala bunsen.
4) Jamur diambil dengan menggunakan jarum ose.
5) Sumbat tabung medium dibuka dan mulut tabung dilewatkan pada nyala
api bunsen.
6) Ujung jarum ose yang telah membawa jamur dimasukkan dengan
menggesek-gesekkannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan
dengan arah dari bawah ke atas medium.
7) Tabung medium kemudian disumbat lagi.
8) Tabung yang telah ditanami disimpan.
9) Bentuk jamur yang terjadi diamati.
6 pt
DAFTAR PUSTAKA
Andarti, I. Y., dan Wardani, A. K. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap
Karakteristik Kimia, Mikrobiologi, dan Organoleptik Miso Kedelai Hitam
(Glycine max L.). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3(3): 889-898.
Ariyanti, V. N., Supriharyono, dan Widyorini, N. 2016. Hubungan Kerapatan
Lamun dengan Kelimpahan Bakteri Heterotrof di Perairan Pantai Kartini
Kabupaten Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. Vol. 5(4): 142-149.
Augusta, A. N., Supriyono, S., dan Nyoto, S. 2019. Inokulasi Rhizobium dan
Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada Sistem
Tanpa Olah Tanah. Jurnal Agrotech Research. Vol.3(2): 80-84.
Chancharoonpong, C., Hsieh, P. C., dan Sheu, S. C. 2012. Production of Enzyme
and Growth of Aspergillus oryzae S. on Soybean Koji. International Journal
of Bioscience Biochemistry and Bioinformatics. Vol. 2(4): 228-231.
Djaya, L., Sulastrini, I., dan Rusita, I. 2016. Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter
michiganensis subsp. spedonicus, Penyebab Penyakit Busuk Cincin Bakteri
pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Agrikultura. Vol
27(2): 66-71.
Fernando, E. 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). [SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Universitas
Airlangga.
Gusmaryana, T. 2018. Pengujian Kultur Murni dan Pengaruh Inokulum Fungi
Aspergillus tubingensis R. Mosseray pada Pengomposan Serasah Nanas
(Ananas comosus (L.) Merr.). [SKRIPSI]. Lampung (IDN). Universitas
Lampung.
Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press.
Harmita., dan Radji, M. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Hartati, S. Y.. dan Karyani, N. 2014. Teknik inokulasi Ralstonia Solanaccarum
untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu. Jurnal Bull
Littro. Vol 25(2): 127-136.
Hendriyanto, M. F., Suharjono, Rahayu, S. 2017. Aplikasi Inokulasi Rhizobium dan
Pupuk SP-36 terhadap Produksi dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max
(L.) Merrill) Var. Dering. Jurnal Agriprima. Vol. 1(1): 84-94.
Matti, A., Utami, T., Hidayat, C., dan Rahayu, E. S. 2021. Fermentasi Chao Ikan
Tembang (Sardinella gibbosa) Menggunakan Bakteri Asam laktat
Proteolitik. Jurnal AgriTech. Vol. 41(1): 34-48.
Noviyanthi. 2003. Kajian Pembuatan Inokulum Kapang untuk Produksi Kecap.
[SKRIPSI]. Bogor (IDN). Institut Pertanian Bogor.
Pattipeilohy, M., dan Sopacua, R. A. B. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakteri
Rhizobium japanicum Terhadap Pertumbuhan Kacang Kedelai (Glycine
max L). Jurnal Biopendix. Vol. 1(1): 49-55.
Pawignya, H., Widayati, T. W., Putra, D., dan Akbar, P. 2010. Tinjauan Kinetika
Pembuatan Rose Wine. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan”. Yogyakarta, 26 Januari 2010: Hal. 1-8.
Seniati, Mulyani, R., dan Syahruddin. 2020. Uji Viabilitas Bakteri Aeromonas
hydrophila dengan Metode Penyimpanan Beku pada Media TSB dan
Gliserol. Jurnal Lutjanus. Vol. 25(2): 41-48.
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak (Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan
Interaksi Organ Pada Hewan). Bandung: Widya padjadjaran.
Suhendra, A., Roswanjaya, Y. P., dan Handayani, D. P. 2012. Aplikasi Inokulasi
Fusarium untuk Mempercepat Proses Pembuatan dan Produksi Gubal
Gaharu di Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Prosiding
InSINas. Jakarta Pusat, 29-30 November 2012: Hal. 64-69.
Sumarsih. 2011. Mikrobiologi Umum. Jakarta: UI Press.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Susanti, W. I., dan Trinanda, R. 2017. Potensi Bakteri Asal Tanah Rizosfer,
Sedimen Tanah, dan Pupuk kandang Sapi untuk Biodegradasi Minyak Berat
dan Oli Bekas. Jurnal Tanah dan Iklim. Vol. 4(1): 37-44.
Tito, I. M. 2014. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kitinolitik yang Terdapat pada
Cangkang Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus). [SKRIPSI].
Surabaya (IDN). Universitas Airlangga
Wahyuhapsari, R., dan Wardani, A. K. 2013. Pembuatan Miso dengan
Memanfaatkan Edamame (Kajian Konsentrasi Koji dan Suhu Inkubasi).
Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 1(1): 157-167.
Wiriadinata, H., Semiadi, G., Darnaedi, D., dan Waluyo, E. B. 2010. Konsep
Budidaya Gaharu (Aquilaria spp.) di Provinsi Bengkulu. Jurnal penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 7(4): 371-380.
LAMPIRAN RESPON
Hasil Cek Plagiarisme
Laporan tetap(inokulasi) bioproses

More Related Content

What's hot

Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimSantika Dewi
 
Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)
Mega Putri Arisanda
 
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
Mutiara Nanda
 
Transport membran sel
Transport membran selTransport membran sel
Transport membran sel
Ananda Istiqomah
 
Makalah budidaya tanaman semusim
Makalah budidaya tanaman semusimMakalah budidaya tanaman semusim
Makalah budidaya tanaman semusim
STIPER MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
 
Enzim dan Fotosintesis
Enzim dan FotosintesisEnzim dan Fotosintesis
Enzim dan Fotosintesis
Rinta Rachmawati
 
Penilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRAT
Penilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRATPenilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRAT
Penilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRAT
Expecially Assa
 
Evolusi Tumbuhan
Evolusi TumbuhanEvolusi Tumbuhan
Evolusi Tumbuhan
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Farida Lukmi
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
Herni Yunita
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceran
Reza Fahlevi
 
Antibiotik Penicilin
Antibiotik PenicilinAntibiotik Penicilin
Antibiotik Penicilin
Selly Noviyanty Yunus
 
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzimEnzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
adeputra93
 
Proses Transkripsi
Proses TranskripsiProses Transkripsi
Proses Transkripsiayu larissa
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Purwandaru Widyasunu
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Ernalia Rosita
 
pH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan BufferpH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan Buffer
Abulkhair Abdullah
 

What's hot (20)

Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
 
Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)
 
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
 
Transport membran sel
Transport membran selTransport membran sel
Transport membran sel
 
Makalah budidaya tanaman semusim
Makalah budidaya tanaman semusimMakalah budidaya tanaman semusim
Makalah budidaya tanaman semusim
 
Enzim dan Fotosintesis
Enzim dan FotosintesisEnzim dan Fotosintesis
Enzim dan Fotosintesis
 
Penilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRAT
Penilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRATPenilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRAT
Penilaian Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Kedokteran UNSRAT
 
P 4 lap res
P 4 lap resP 4 lap res
P 4 lap res
 
Evolusi Tumbuhan
Evolusi TumbuhanEvolusi Tumbuhan
Evolusi Tumbuhan
 
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceran
 
Antibiotik Penicilin
Antibiotik PenicilinAntibiotik Penicilin
Antibiotik Penicilin
 
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzimEnzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
 
Proses Transkripsi
Proses TranskripsiProses Transkripsi
Proses Transkripsi
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
 
Poliploidi
PoliploidiPoliploidi
Poliploidi
 
pH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan BufferpH dan Larutan Buffer
pH dan Larutan Buffer
 

Similar to Laporan tetap(inokulasi) bioproses

Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 JaartaIpa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Liana Susanti SMPN 248
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Firman Ali Tatag
 
Bab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologiBab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologi
rinitosha
 
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptxBab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
DELLABLATAMA1
 
Makalah Bioteknologi
Makalah BioteknologiMakalah Bioteknologi
Makalah BioteknologiFirdika Arini
 
Pengantar MK Biologi Terapan.pptx
Pengantar MK Biologi Terapan.pptxPengantar MK Biologi Terapan.pptx
Pengantar MK Biologi Terapan.pptx
SatrianiTanti
 
RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2
RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2
RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2almansyahnis .
 
BIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptxBIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptx
winnygardiani
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Trias Nurwana
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Tidar University
 
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxBIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
ssuser04c576
 
Bioteknologi (2)
Bioteknologi (2)Bioteknologi (2)
Bioteknologi (2)astutirisa
 
BIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptxBIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptx
anna779914
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
ppghybrid4
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
Muhammad Ananta
 
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 JakartaBioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Liana Susanti SMPN 248
 
Kelas 9G smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"
Kelas 9G  smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"Kelas 9G  smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"
Kelas 9G smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"
Liana Susanti SMPN 248
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 
Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi
Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi
Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi
Hedwigis Octavia
 

Similar to Laporan tetap(inokulasi) bioproses (20)

Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 JaartaIpa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanian
 
Bab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologiBab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologi
 
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptxBab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
 
Makalah Bioteknologi
Makalah BioteknologiMakalah Bioteknologi
Makalah Bioteknologi
 
Pengantar MK Biologi Terapan.pptx
Pengantar MK Biologi Terapan.pptxPengantar MK Biologi Terapan.pptx
Pengantar MK Biologi Terapan.pptx
 
Rasiah jumrah
Rasiah jumrahRasiah jumrah
Rasiah jumrah
 
RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2
RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2
RPP BIOLOGI KLS 12 KD 4.2
 
BIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptxBIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptx
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxBIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
 
Bioteknologi (2)
Bioteknologi (2)Bioteknologi (2)
Bioteknologi (2)
 
BIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptxBIOTEKNOLOGI.pptx
BIOTEKNOLOGI.pptx
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 JakartaBioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
 
Kelas 9G smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"
Kelas 9G  smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"Kelas 9G  smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"
Kelas 9G smp negeri 264 jakarta " bioteknologi bab6"
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi
Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi
Cabang Ilmu dan Manfaat Biologi
 

Recently uploaded

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 

Laporan tetap(inokulasi) bioproses

  • 1. 1 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES Inokulasi Nama : Almira Jasmin No. Induk Mahasiswa : 03031381924095 LABORATORIUM REAKSI KIMIA, KATALISIS & BIOPROSES FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021
  • 2. 1 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SRIWIJAYA LAPORAN TEKNOLOGI BIOPROSES PERCOBAAN : INOKULASI Nama : Almira Jasmin No. Induk Mahasiswa : 03031381924095 Fakultas/Jurusan : Teknik/ Teknik Kimia Shift/Kelompok : Kamis (10.30-13.00) WIB/ IV Tanggal Praktikum : 30 September 2021 Tanggal Penyerahan : 07 Oktober 2021 Asisten : 1. Felix Chaniago Alfandi 6. Muhammad Najib 2. Fajar Augusta 7. Rahmad Tri Juliantoro 3. Mayang Bidari 8. Resty Permata Bunda 4. Hanim Syaqina 9. Syafira Lutfia O. 5. Muhammad Fadhil Andrean F. 10. Yessi Astri Razikah NILAI :
  • 3. 1 Nama : Almira Jasmin NIM : 03031381924095 Shift / Kelompok : Kamis(10.30-13.00) WIB/IV BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme memiliki pengaruh besar pada kehidupan organisme hidup di dunia ini, karena tidak hanya berdampak buruk, tetapi sering kali mikroorganisme juga memiliki efek yang sangat menguntungkan. Pembelajaran ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kegiatan mikroorganisme penting dipahami. Kombinasi bahan digunakan oleh manusia untuk kultur mikroba disebut medium. Media juga dapat digunakan untuk memeriksa sifat dan karakteristik koloni mikroba dengan media agar padat. Proses pemindahan atau inokulasi mikroorganisme ke dalam media kultur harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tepat selama pertumbuhan dan penggandaan populasi mikroba. Dampak lingkungan dan proses sterilisasi sangat penting, faktor-faktor ini harus di perhatikan untuk mencegah mikroorganisme pada media terkontaminasi oleh mikroorganisme lain. Udara mengandung banyak mikroorganisme yang dapat mencemari media kultur Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan yang murni, tetapi juga mengenai bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan, meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang murni. Peralatan yang digunakan dalam perkembangbiakan ini harus disterilkan terlebih dulu, supaya mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak tumbuh. Pemindahan mikroba dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan. Di Indonesia, terutama pada mahasiswa bioteknologi kajian mikrobiologi merupakan kajian wajib dalam bentuk mata kuliah. Kajian ilmu mikrobiologi di perguruan tinggi selalu disertai dengan pelaksanaan praktikum untuk membekali mahasiswa untuk menguasai softskill keterampilan kerja ilmiah yang umumnya dilakukan di dalam laboratorium. Salah satunya penanaman bakteri atau inokulasi pada media. Untuk dapat meneliti mikroorganisme di laboratorium kita harus dapat menumbuhkan mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme mampu berkembang secara alami ataupun buatan. Substrat dalam pengembangan dan pertumbuhan mikroorganisme disebut media. Percobaan dilakukan dengan maksud praktikan mampu dan telaten menerapkan ilmu inokulasi paling tidak yang elementer.
  • 4. 2 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi mempengaruhi kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme? 2) Bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan? 3) Bagaimana pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum dalam media? 1.3 Tujuan 1) Mengetahui bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi mempengaruhi kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme. 2) Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan. 3) Mengetahui pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum dalam media. 1.4 Manfaat 1) Untuk praktikan, dapat menjaga tingkat steril dan ketelitian praktikum dengan kualitas tinggi agar percobaan berhasil. 2) Untuk praktikan, dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan. 3) Untuk masyarakat, dapat mewaspadai perkembangan mikroba dalam barang sehari-hari. 1.5 Hipotesis 1) Inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian dan sterilisasi yang sangat tinggi (Tito, 2014). 2) Pemberian inokulum probiotik bisa meningkatkan dan menambah jumlah produksi serta menekan mortalitas (Fernando, 2016). 3) Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai ini dapat diserap secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat diserap melalui fiksasi nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014).
  • 5. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inokulasi Inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi (Tito, 2014). Inokulasi ini digunakan untuk mengembangbiakan bakteri agar dapat bertahan hidup dan dapat tumbuh menjadi mikroorganisme yang baik dan bakteri menguntungkan. Pemindahan dimaksudkan agar bakteri mendapatkan tempat yang jauh dari kontaminasi bakteri lain yang dapat menghambat proses dan kinerja saat perkembangbiakan bakteri. Pemindahan bakteri salah satu dari beberapa langkah perkembangbiakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang dibutuhkan. Komponen-komponen penting dalam penelitian epidemologi antara lain adalah dengan cara menginokulasi tanaman secara buatan. Penelitian mengenai inokulasi buatan pada tanaman inang dilakukan agar dapat diketahui cara inokulasi buatan dalam menghasilkan periode inkubasi yang lebih cepat, persentase kejadian penyakit atau kontaminasi yang rendah. Inokulasi sangat penting yaitu dalam proses perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pemindahan bakteri ini akan diperoleh berupa biakan mikroorganisme murni yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi. Penanaman bakteri yang akan dilakukan harus terhindar dari alat-alat yang kotor atau semua alat harus steril dengan proses inokulasi garis steril. Teknis aseptis sering dimanfaatkan dalam percobaan praktikum inokulasi mikroorganisme. Inokulum merupakan suatu kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam medium pada saat kultur mikroba dalam fase pertumbuhan (Suriawiria, 2005). Inokulum secara probiotik mengandung bahan pengikat mikroba dan mengandung mikroba yang dapat melakukan fermentasi, salah satunya adalah terdapat pada ragi. Ragi merupakan suatu organisme yang bersifat fakultatif dan dapat mempunyai kemampuan dalam menghasilkan energi dari senyawa-senyawa organik dalam kondisi aerob maupun kondisi anaerob. Kemampuan pada kondisi tersebut dalam ragi dapat menyebabkan ragi tumbuh berkembang dalam kondisi ekologi yang berbeda-beda sesua dengan lingkungannya. Jenis ragi yang umum dikenal oleh masyarakat yaitu ragi untuk tape, ragi untuk tempe, ragi untuk roti, dan lain-lain.
  • 6. 4 Inokulasi probiotik merupakan suatu teknik yang dapat digunakan untuk memindahkan bakteri pada media yang bisa dimakan hewan dan makhluk hidup. Probiotik dapat menghasilkan produk yang mengandung berbagai jumlah mikroorganisme hidup dan nonpatogen yang akan diberikan pada hewan ternak, tumbuhan, dan berbagai sumber makanan. Inokulasi secara probiotik mempunyai banyak kelebihan untuk manusia. Kegunaan inokulasi probiotik antara lain: 1) Memperbaiki laju pertumbuhan. 2) Menstabilkan produksi pada ternak. 3) Efisiensi konversi ransum. 4) Meningkatkan penyerapan nutrisi, kesehatan hewan, dan kesehatan. 5) Menambah nafsu makan sehingga mempercepat peningkatan berat badan. Menurut Soeharsono (2010) yang menyatakan bahwa mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri, khamir atau ragi, dan mould. Inokulum probiotik mengadung berbagai mikroba yang menguntungkan, salah satunya adalah bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik agar dapat hidup dan berkembang, viabilitasnya perlu dijaga secara benar dan bersih. Viabilitas merupakan kemampuan untuk hidup dan berkembang dari suatu mikroba. Viabilitas mikroba dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan. Pemberian inokulum probiotik bisa meningkatkan dan menambah jumlah produksi serta menekan mortalitas. Probiotik dikatakan sebagai mikroorganisme hidup atau spora yang hidup atau berkembang dalam usus dan menguntungkan inangnya baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya. Mikroba yang menguntungkan bagi makhuk hidup dapat berkembang dengan baik. Tujuan utama dari pemberian inokulum probiotik pada ternak adalah untuk mengontrol ekosistem dalam saluran sembilan pencernaan. Apabila tujuan tercapai diharapkan pencernaan dalam usus berlangsung baik (Fernando, 2016). Penggunaan bakteri probiotik sebagai bakteri pengurai bahan organik memberikan peran adil kepada perbaikan lingkungan budidaya yang berefek pada peningkatan kesehatan udang sehingga tidak gampang tertekan. Pemanfaatan dari probiotik di tambak pembesaran sering ditujukan supaya meningkatkan kualitas air seperti menguraikan bahan organik. Semakin tinggi dosis pakan semakin banyak sisa pakan tidak digunakan sehingga menjadi pencemaran lingkungan budidaya.
  • 7. 5 Bakteri, mikroorganisme, dan jamur merupakan suatu makhluk hidup yang dapat diinokulasikan. Macam-macam mikroorganisme yang mempunyai ukuran sangat kecil dan perlu perlakuan yang khusus. Proses inokulasi dibutuhkan untuk menjaga bakteri, jamur, dan mikroorganisme untuk bertahan hidup. Mikroba yang diinokulasi juga harus memiliki karakteristik dan syarat yang baik agar proses inokulasi dapat berjalan dengan semestinya. Syarat mikroba dikatakan probiotik: 1) Dapat diisolasi dari hewan inangnya. 2) Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya. 4) Tidak bersifat patogen. 5) Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya. 6) Mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode selama penyimpanan. Menurut (Hartati dan Karyani, 2014) menyatakan bahwa ada beberapa metode inokulasi buatan yang sering digunakan dalam pengujian ketahanan nilam terhadap penyakit layu dan uji patogenisitas isolat R. solanacearum. Metode inokulasi tersebut diantaranya adalah dengan cara Penyiraman (P), Penyiraman Pelukaan Akar (PLA), dan Pelukaan Batang dengan Penusuk Jarum (LBTJ). 2.2 Macam Metode Inokulasi Pada penanaman mikroba perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi untuk mikroba tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik. Isolasi bakteri adalah memisahkan bakteri dari alam dan menanamnya dalam media baru sebagai biakan murni (Yusmaniar dkk, 2017). Menurut buku (Sumarsih, 2011) yang menyatakan bahwa pengujian pada konfrontasi terhadap bakteri pathogen dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, metode itu adalah sebagai berikut: 1) Metode tuang. 2) Metode sebar. 3) Metode gores dengan bahan serapan bakteri uji berupa paper disk. Masing-masing metode yang akan digunakan untuk proses isolasi dan perkembangbiakan mikroba mempunyai kinerja dan tekniknya sendiri sesuai yaitu dengan prinsip dasar yang digunakan. Metode yang dipakai juga dapat disesuaikan dengan medium dan mikroba yang dipakai, pengujian satu persatu metode juga dapat dilakukan untuk mengetahui teknik mana yang paling cocok bagi mikroba. Perbedaan teknik yang dilakukan salah satu cara teknis mengetahui kondisi operasi.
  • 8. 6 2.2.1. Metode Gores Metode gores merupakan metode untuk mengisolasi suatu bakteri dan jamur dengan melakukan penggoresan terhadap permukaan medium tempat biakan bakteri dengan menggunakan alat jarum ose. Penggoresan yang dilakukan diatas permukaan medium bertujuan untuk menghasilkan garis hingga memperoleh jumlah goresan yang banyak. Jumlah goresan yang semakin banyak menghasilkan dan mempertahankan bakteri dapat hidup dan tumbuh pada garis-garis berupa koloni yang letaknya dapat berpisah antara satu dengan yang lainnya. Metode gores umumnya digunakan untuk mengisolasi suatu koloni jenis mikroba pada cawan agar didapatkan suatu koloni yang terpisah dan merupakan biakan murni. Dasar perlakuan dari metode gores yaitu dengan cara menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah masa inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari satu sel dari mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut. Proses penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah dari suspensi. Bakteri yang mempunyai flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan yang basah mencegah penyebaran digunakan lempengan kering permukaannya. 2.2.2. Metode Tuang Metode tuang sama seperti metode perhitungan pada banyaknya jumlah kuman yang hidup, dilakukan dengan mencampurkan sampel pada media padat yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme (Harmita dan Radji, 2006). Setelah dilakukan hal tersebut lakukan inkubasi pelat sampai setiap sel bakteri sejumlah tiga belas membelah dan menghasilkan sebuah koloni. Jumlah koloni yang tumbuh dapat dihitung. Perlakuan metode tuang pada biakan Aeromonas hydrophyla yang diambil sebanyak 1 mL dan itu dituangkan di sebuah cawan kosong (Seniati dkk, 2020). Setelah memasukkan kedalam cawan bakteri dan mikroba yang dibiakan dituangkan pada media dengan suhu 50o C dan volume 15 mL. Media yang dituangkan bakteri dari cawan akan berubah, media akan berubah menjadi keras dan paper disk ditetesi bakteri uji. Metode pour plate sangat membantu dalam melakukan operasi proses pekerjaan dan membiakan mikroorganisme yang hendak diteliti karena dengan metode ini bisa dihitung jumlah koloni bakterinya.
  • 9. 7 Pemeriksaan angka mikroba dengan pour plate adalah suatu teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam media dengan mencampurkan media yang masih cair dengan stok kultur bakteri (Damayanti dkk, 2020). Maka dari itu, sel-sel tersebut tersebar merata dan diam dengan baik di permukaan agar atau di dalam agar. Metode ini memerlukan operasi proses pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah diinkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Keunggulan dari metode tuang adalah digunakan agar mendapatkan memperoleh biakan murni. Adapun kekurangan dari pada metode cawan tuang antara lain hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Hal ini karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, serta tidak menjalar sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung tepat. Teknik inokulasi pour plate juga diaplikasikan dalam kehidupan dengan contohnya yaitu analisis kuantitatif mikrobiologi makanan penerbangan garuda Indonesia berdasarkan Total Plate Count (TPC). Setelah didapatkan larutan pengencer Buffered Peptone Water dilakukannya proses pengenceran 10-1 dengan penghancuran sampel padat menggunakan stomacher. Pengenceran dilanjutkan berkala 10-2 , 10-3 , dan 10-4 setelah itu masukkan kedalam cawan petri lalu dicampur dengan media Plate Count Agar (PCA) dan di tutup rapat (Yunita dkk, 2015). Dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1 mL atau 0,1 mL larutan sampel yang telah diencerkan dipipet ke dalam cawan petri mengggunakan pipet 1 mL. Sebaiknya waktu antara dimulainya pengenceran sampai menuangkan ke dalam cawan petri tidak boleh lebih dari 30 menit. Kemudian ke dalam cawan tersebut dimasukkan agar medium agar cair steril yang telah didinginkan hingga 50O C sebanyak kira-kira 15 mL. Selama penuangan medium, tutup cawan petri tidak boleh dibuka terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi dari luar. Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkan sel-sel mikroorganisme dengan merata, yaitu melingkar seperti angka delapan. Setelah medium memadat, cawan dapat diinkubasikan di dalam inkubator. Inkubasi dilakukan pada kondisi tertentu sesuai dengan jenis mikroorganisme yang akan dihitung. Medium agar yang juga disesuaikan dengan jenis mikroorganisme.
  • 10. 8 2.2.3. Metode Tusuk Proses inokulasi ataupun penanaman bakteri merupakan suatu proses dalam memindahkan bakteri dari medium yang lama ke tempat medium yang terbaru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Penanaman bakteri juga harus dilakukan dengan menggunakan medium yang telah steril dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari beberapa mikroorganisme lain. Teknik penanaman bakteri sebelum dilakukan perlu melalui beberapa tahap, salah satu tahap yang dilakukan adalah dengan menyiapkan ruangan. Ruang tempat terjadinya proses penanaman bakteri harus dijaga kebersihannya dan keadaan harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan. Karena tempat yang tidak steril dapat mengganggu proses inokulasi seperti bakteri tidak diinginkan (Djaya dkk, 2016). Pertumbuhan mikroorganisme di dalam substrat buatan, berupa kaldu salah satunya seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob obligat berkembang biak dengan baik pada bagian dengan kandungan oksigennya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya. Maka mikroba tersebut akan berkembang pada lapisan permukaan. Mikroorganisme di dalam biakan padat juga memberikan ciri tertentu pada prosesnya, misalnya pada agar miring atau pada lempengan agar. Agar miring sering kali digunakan untuk penyimpanan biakan murni, sedangkan medium agar lempeng pada umumnya untuk memurnikan suatu mikroorganisme. Metode penanaman atau inokulasi pada agar merupakan suatu metode yang digunakan untuk memindahkan sel bakteri. Sel akan tumbuh menjadi koloni yang terpisah jika diletakkan pada medium agar dengan jumlah yang sedikit. Jarum ose berguna memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru (Hafsan, 2014). Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating). Terdapat jarum inokulum berbentuk L yang bermanfaat saat membelah agar untuk preprasi Heinrich’s Slide Culture. Metode tusuk menggunakan inoculating needle yang berfungsi memindahkan bakteri dari medium lama kedalam medium baru.
  • 11. 9 Metode tusuk sering kali dimanfaatkan untuk pengujian motilitas demi mengetahui karakter bakteri pendegradasi minyak (Susanti dan Trinanda, 2017). Pengujian motilitas dilakukan dengan metode tusuk. Koloni bakteri diambil secara aseptik menggunakan jarum ose, kemudian diinokulasikan secara vertikal pada media semi padat Sulfide Indole Motility (SIM) dan di inkubasi selama 24 jam. 2.2.4. Metode Sebar Metode spread plate atau cawan sebar adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri di atas media yang telah padat. Koloni diharapkan akan tumbuh di permukaan medium agar dengan menggunakan nutrisi dari medium pertumbuhan dibawahnya. Keunggulan yang dimiliki metode spread plate adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan media agar. Mikroorganisme tersebut juga tidak akan terpapar kepada suhu yang tinggi, dimana agar masih cair sehingga memungkinkan didapatkannya jumlah yang lebih tinggi dari volume yang sama dibandingkan metode pour plate. Metode ini sangat cocok untuk menumbuhkan mikroorganisme aerob (Damayanti dkk, 2020). Hal yang dapat menjadi penyebab kesalahan pada metode spread plate, adalah permukaan media agar yang tidak cukup kering sehingga mengakibatkan tertundanya penyerapan inokulum. Pengeringan yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya case-hardening dan mungkin menurunkan Water Activity (WA) lapisan permukaan media. Case-hardening akan membuat tetesan inokulum menyebar ke seluruh cawan dan umumnya akan menghasilkan luas penyebaran inokulum yang lebih kecil. Penurunan Water Activity juga dapat berefek pada pertumbuhan dari mikroorganisme hidrofilik. Kesalahan lainnya yaitu adalah dapat disebabkan oleh menempelnya sedikit inokulum pada permukaan medium agar spreader. Metode spread plate sebaiknya dilakukan dengan inokulum, 1 mL atau 0,5 mL. Untuk menghitung mikroorganisme dalam jumlah sedikit, batas pendeteksian dapat ditingkatkan sepuluh kalinya dengan menyebarkan 1 mL sampel pada cawan berdiameter 140 mm atau dalam tiga cawan berdiameter 90 mm. Alat spreader dapat terbuat dari gelas, plastik atau besi. Misalnya gelas berbentuk batang drugal dengan diameter 3,5 mm, panjang 20 cm dan dibengkokkan pada jarak 3 cm dari salah satu ujung. Penyebaran inokulum dilakukan secara secepat mungkin tanpa
  • 12. 10 menyentuh pinggiran cawan kemudian dibiarkan terserap oleh agar sekitar 15 menit pada suhu ruang. Inokulum lalu disebarkan pada media dengan ketebalan media minimal 3 mm tanpa gelembung udara dan keadaan bebas dari air yang terdapat di permukaan media (surface moisture) (Soesetyaningsih dan Azizah, 2020). Metode spread plate juga memiliki kekurangan, yaitu biakan dapat dengan mudah terkontaminasi mikroorganisme yang tidak diinginkan saat meratakan suspensi dengan alat spreader seperti batang drugal. Untuk mengantisipasi hal ini, batang drugal harus dalam keadaan steril. Steriliasasi dapat dilakukan dengan menyemprotkan alkohol, kemudian dipanaskan dengan bunsen. (Pasaribu, 2019). Selain menggunakan spreader, kemudian inokulum dapat juga disebarkan menggunakan glass beads (manik-manik gelas) yang umumnya dipakai beberapa buah dengan diameter 3 mm. Glass beads digunakan untuk meratakan suspensi biakan dengan menyebarkan beberapa butir di atas permukaan agar dan digoyang hingga merata. Glass beads digunakan pada teknik spread plate yang fungsinya hampir sama dengan batang drugal atau spreader. Salah satu alat bantu dalam proses penyebaran menggunakan spreader adalah pemutar cawan petri atau petri dish turntable. Cara penggunaannya yaitu cawan petri diletakkan diatas lempengan putar, kemudian sampel yang diberikan ke permukaan agar dapat disebarkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengeringkan cawan yaitu derajat kelembapan dalam medium. Kehilangan kelembapan berlebihan mungkin dapat meningkatkan konsentrasi inhibitor pada medium selektif dan mereduksi Water Activity (WA) pada permukaan media. Jika menumbuhkan bakteri yang tidak membutuhkan penyebaran segera dan cawan terlihat kering setelah diaklimatisasi, maka pengeringan tidak perlu dilakukan karena meningkatkan risiko kontaminasi. Dipilih temperatur dan waktu pengeringan yang sesuai dengan kondisi operasi sehingga kemungkinan kontaminasi dapat dijaga dengan seminimal mungkin dan pemanasan tidak akan mengurangi kualitas media. Lama pengeringan tergantung pada banyaknya suatu kondensasi pada cawan tetapi tetap diperhitungkan secepat mungkin untuk menekan kontaminasi. Dapat juga untuk mencegah kontaminasi cawan yang telah diinokulasikan sampel dikeringkan dengan posisi terbalik dan tutup cawan terbuka. Semakin tinggi suhu dan lama waktu pengeringan yang dilakukan, maka semakin besar pula massa media yang menghilang (Seniati, 2017).
  • 13. 11 2.3 Inokulasi Rhizobium dan Fusarium Rhizobium adalah jenis bakteri simbiosis dengan kacang-kacangan adalah pembentukan bintil pada kacang-kacangan. Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai ini dapat diserap secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat diserap melalui fiksasi nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014). Rhizobium akan membentuk bintil pada akar tanaman kedelai dan melewati bintil tersebut lalu rhizobium akan menanamkan nitrogen dari udara, membuat kedelai dapat digunakan. Hasil fiksasi nitrogen tersedia untuk memenuhi jumlah dan isi sel. Rhizobia diinokulasi pada lahan yang belum ditanami kedelai bertujuan untuk mengaktifkan bintil akar menyerap nitrogen dan menyimpannya. Fosfor adalah nutrisi dibutuhkan tanaman setelah memperoleh nitrogen (Hendriyanto dkk, 2017). Bakteri biasanya punya karakteristik patogen, tapi beberapa bakteri ada menguntungkan. Rhizobium memainkan peran penting dalam tumbuhnya tanaman kedelai, karena tanaman kedelai buruh nitrogen dalam pertumbuhannya. Tanaman kedelai yang diinokulasi dengan rhizobia selama perawatan. Telah terbukti bahwa melapisi benih sebelum disemai meningkatkan jumlah bakteri rhizobium di dalam tanah. Telihat efek signifikan dari pengobatan inokulasi bentuk kedelai. Pengaruh hal ini karena inokulasi rhizobia membentuk bintil pada tanaman kedelai, sehingga secara efektif dapat memperbaiki nitrogen di udara. Simbiosis terjadi antara rhizobia dan tanaman kedelai secara efisien menghasilkan nitrogen terikat lebih tinggi, jadi tanaman kedelai akan bertambah tingginya (Pattipeilohy dkk, 2014). Pohon gaharu biasanya digunakan dalam bentuk gubal gaharu. Karena hasil gaharu dan gubal yang cukup tinggi, upaya penanaman pohon telah dilakukan. Pekerjaan budidaya serta pengembangan dari pohon gaharu dibudidayakan melalui inokulasi (Wiriadinata dkk, 2010). Inokulasi pohon gaharu merupakan salah satu hal penting dalam produksi karena resin gaharu tidak mudah dibentuk secara alami, maka harus memiliki intervensi manusia. Pembentukan gaharu terkait dengan proses patologis iritasi oleh luka pada batang, cabang atau cabang patah. Luka karena adanya bakteri, jamur dan virus, pohon terinfeksi penyakit. Hal ini diyakini untuk mengubah pentosa atau selulosa dalam kayu menjadi resin adalah campuran sesquiterpena, dienona dan isopronoid. Hasil campuran resin dan resin penyakit ini memanifestasikan dirinya dalam rongga sel pohon, yang disebut gaharu.
  • 14. 12 Jenis inokulan yang digunakan dalam inokulasi gaharu antara lain induser, fusarium dan penginduksi biologis. Metode inokulasi bervariasi tergantung pada ukuran diameter lubang dibuat. Lubang bor dan jarak lubang bor harus diperhatikan agar pohon dapat menahan angin tanpa runtuh. Manifestasi penyakit persisten bila semakin lama, semakin tinggi kandungan gaharunya. Pembentukan gaharu juga dipengaruhi oleh kandungan resin. Kandungan resin gaharu ialah syarat utama untuk menentukan kualitas gaharu, karena ada tidaknya resin menunjukkan bahwa kayu mengandung resin gaharu. Kandungan resin yang lebih tinggi dalam gaharu menunjukkan kualitasnya semakin tinggi. Kayu gaharu dapat diproduksi dengan cara rekayasa manual. Berdasarkan proses pembentukan gaharu, salah satunya adalah penggunaan mikroorganisme jamur untuk injeksi (Suhendra dkk, 2012). 2.4 Inokulum Operasi Sintesa Kompos Inokulum pertanian memiliki efek mempercepat optimalisasi proses pengomposan dan dapat meningkatkan kualitas kompos. Inokulan yang paling umum digunakan dalam proses pengomposan adalah jamur dan bakteri. Fungsi inokulum adalah untuk memperbanyak dan menguraikan mikroorganisme dan untuk memfiksasi nitrogen. Inokulum dapat berperan sebagai pengurai selama proses fermentasi, sehingga proses fermentasi dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat (Suriawiria, 2005). Inokulan jamur berkualitas yang ditambahkan ke kompos memiliki efek penguraian selulosa, sehingga mempersingkat waktu operasi pengomposan. Operasi pembuatan kompos umumnya memakan waktu dua hingga tiga bulan. Penambahan mikroorganisme sebagai aktivator akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan bisa dipercepat, tapi tergantung pada bahan organiknya. Kompos adalah hasil penguraian bahan organik dengan hasil akhirnya adalah jumlah mikroorganisme dalam lingkungan aerobik atau anaerobik. Dalam bentuk humus kompos yang baik, produksinya bisa memakan waktu lama. Inokulum yang digunakan ditambahkan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos, karena mikroorganisme yang diinokulasi akan Perkaya nutrisi dalam kompos. Inokulum yang digunakan biasanya berupa jamur dan bakteri, berupa Aspergillus fumigatus dan Aspergillus Tabin. Inokulum dapat mempengaruhi tumpukan kompos dengan cara inokulasi strain mikroba yang dapat menghancurkan bahan organik serta meningkatkan nitrogen (Gusmaryana, 2018).
  • 15.
  • 16. 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1) Tabung reaksi 2) Jarum ose 3) Nyala bunsen 4) Cawan petri 3.1.2 Bahan 1) Medium yang telah jadi 2) Kultur murni 3) Jarum atau kawat 4) Alkohol 3.2 Prosedur Percobaan 1) Tabung yang berisi jamur dan tabung medium disiapkan. 2) Jarum ose dipanaskan sampai berpijar dan diamkan sebentar. 3) Sumbat tabung jamur dibuka, kemudian dilewatkan dekat nyala bunsen. 4) Jamur diambil dengan menggunakan jarum ose. 5) Sumbat tabung medium dibuka dan mulut tabung dilewatkan pada nyala api bunsen. 6) Ujung jarum ose yang telah membawa jamur dimasukkan dengan menggesek-gesekkannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan arah dari bawah ke atas medium. 7) Tabung medium kemudian disumbat lagi. 8) Tabung yang telah ditanami disimpan. 9) Bentuk jamur yang terjadi diamati.
  • 17. 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Medium No. Jenis Medium Sebelum Penyimpanan Sesudah Penyimpanan 1. Medium, T egak Warna medium yang dihasilkan kuning, tekstur padat dan biakan jamur dimasukan sedikit di medium Warna medium kuning, teksturpadat dan jamur tersebar di permukaan dan di dalam medium. 2. Medium Miring Warna medium kuning, tekstur padat dan biakan jamur digores sedikit dipermukaan. Warna medium kuning, tekstur padat dan jamur banyak tersebar di permukaan medium.
  • 18.
  • 19.
  • 20. 18 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1) Semakin steril dan semakin tinggi tingkat ketelitian proses inokulasi maka akan semakin tinggi tingkat kesuksesan percobaan inokulasi. 2) Pemberian inokulum terhadap media percobaan berpengaruh sehingga media ditumbuhi jamur. 3) Semakin banyak unsur nitrogen maka akan semakin lancar metabolisme perkembangan jamur dalam media. 4) Semakin sesuai proses inokulasi dengan kriteria kondisi operasi suatu mikroba maka semakin minimal kerusakan medium atau mikroba terjadi. 5) Semakin segar medium semakin bagus hasil percobaan inokulasi. 5.2 Saran 1) Jangan menggores medium miring dengan terlalu kuat supaya dapat menimimalisir tingkat kerusakan medium. 2) Usahakan percobaan dilakukan steril mungkin, pemindahan mikroba dengan jarum ose diusahakan jangan digoyangkan ke udara. Gunakanlah jarum ose pada kawasan steril dekat dengan api bunsen. 3) Lebih baik media kelebihan nutrisi daripada kekurangan. Makin segar media maka makin terhindar dari resiko biakan tidak murni. Maka usahakan memilih media inokulasi yang paling segar.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Ariyanti, V. N., Supriharyono, dan Widyorini, N. 2016. Hubungan Kerapatan Lamun dengan Kelimpahan Bakteri Heterotrof di Perairan Pantai Kartini Kabupaten Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. Vol. 5(4): 142-149. Augusta, A. N., Supriyono, S., dan Nyoto, S. 2019. Inokulasi Rhizobium dan Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada Sistem Tanpa Olah Tanah. Jurnal Agrotech Research. Vol.3(2): 80-84. Damayanti, N. W. E., Abadi, M. F., dan Bintari, N. W. D. 2020. Perbedaan Jumlah Bakteriuri Pada Wanita Lanjut Usia Berdasarkan Kultur Mikrobiologi Menggunakan Teknik Cawan Tuang dan Cawan Sebar. Jurnal Meditory. Vol. 8(1): 1-4. Djaya, L., Sulastrini, I., dan Rusita, I. 2016. Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter michiganensis subsp. spedonicus, Penyebab Penyakit Busuk Cincin Bakteri pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Agrikultura. Vol 27(2): 66-71. Fernando, E. 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). [SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Universitas Airlangga. Gusmaryana, T. 2018. Pengujian Kultur Murni dan Pengaruh Inokulum Fungi Aspergillus tubingensis R. Mosseray pada Pengomposan Serasah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.). [SKRIPSI]. Lampung (IDN). Universitas Lampung. Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press. Harmita., dan Radji, M. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hartati, S. Y.. dan Karyani, N. 2014. Teknik inokulasi Ralstonia Solanaccarum untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu. Jurnal Bull Littro. Vol 25(2): 127-136. Hendriyanto, M. F., Suharjono, Rahayu, S. 2017. Aplikasi Inokulasi Rhizobium dan Pupuk SP-36 terhadap Produksi dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Var. Dering. Jurnal Agriprima. Vol. 1(1): 84-94.
  • 22. Pasaribu, S. Y. 2019. Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri dengan Menggunakan Umbi Jalar Oranye (Ipomoea batatas (L.) Lam) terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis dan Staphylococcus aureus. [SKRIPSI]. Medan (IDN). Universitas Sumatera Utara Medan. Pattipeilohy, M., dan Sopacua, R. A. B. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakteri Rhizobium japanicum Terhadap Pertumbuhan Kacang Kedelai (Glycine max L). Jurnal Biopendix. Vol. 1(1): 49-55. Seniati. 2017. Kajian Uji Konfrontasi Terhadap Bakteri Pathogen dengan Menggunakan Metode Sebar, Metode Tuang, dan Metode Gores. Jurnal Galung Tropika. Vol. 6(1): 42-48. Seniati, Mulyani, R., dan Syahruddin. 2020. Uji Viabilitas Bakteri Aeromonas hydrophila dengan Metode Penyimpanan Beku pada Media TSB dan Gliserol. Jurnal Lutjanus. Vol. 25(2): 41-48. Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak (Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ Pada Hewan). Bandung: Widya padjadjaran. Soesetyaningsih, E., dan Azizah. 2020. Akurasi Perhitungan Bakteri pada Daging Sapi Menggunakan Metode Hitung Cawan. Berkala Sainstek. Vol. 8(3): 75-79. Suhendra, A., Roswanjaya, Y. P., dan Handayani, D. P. 2012. Aplikasi Inokulasi Fusarium untuk Mempercepat Proses Pembuatan dan Produksi Gubal Gaharu di Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Prosiding InSINas. Jakarta Pusat, 29-30 November 2012: Hal. 64-69. Sumarsih. 2011. Mikrobiologi Umum. Jakarta: UI Press. Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Susanti, W. I., dan Trinanda, R. 2017. Potensi Bakteri Asal Tanah Rizosfer, Sedimen Tanah, dan Pupuk kandang Sapi untuk Biodegradasi Minyak Berat dan Oli Bekas. Jurnal Tanah dan Iklim. Vol. 4(1): 37-44. Tito, I. M. 2014. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kitinolitik yang Terdapat pada Cangkang Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus). [SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Universitas Airlangga
  • 23. Wiriadinata, H., Semiadi, G., Darnaedi, D., dan Waluyo, E. B. 2010. Konsep Budidaya Gaharu (Aquilaria spp.) di Provinsi Bengkulu. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 7(4): 371-380. Yunita, M., Hendrawan, Y., dan Yulianingsih, R. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan Total Plate Count (TPC) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 3(3): 237- 248. Yusmaniar, Wardiyah, dan Nida, K. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
  • 24. LAMPIRAN PEMBUATAN INOKULASI Gambar 1. Gelas Beker Gambar 2. Tabung Reaksi Gambar 3. Cawan Petri Gambar 4. Spatula Gambar 5. Batang Pengaduk Gambar 6. Jamur pada Jeruk
  • 25. Gambar 7. Jarum Ose Gambar 8. Bunsen Gambar 9. Korek Api Gambar 10. Medium
  • 26. 1 Nama : Almira Jasmin NIM : 03031381924095 Shift / Kelompok : Kamis(10.30-13.00) WIB/IV BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme memiliki pengaruh besar pada kehidupan organisme hidup di dunia ini, karena tidak hanya berdampak buruk, tetapi sering kali mikroorganisme juga memiliki efek yang sangat menguntungkan. Pembelajaran ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kegiatan mikroorganisme penting dipahami. Kombinasi bahan digunakan oleh manusia untuk kultur mikroba disebut medium. Media juga dapat digunakan untuk memeriksa sifat dan karakteristik koloni mikroba dengan media agar padat. Proses pemindahan atau inokulasi mikroorganisme ke dalam media kultur harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tepat selama pertumbuhan dan penggandaan populasi mikroba. Dampak lingkungan dan proses sterilisasi sangat penting, faktor-faktor ini harus di perhatikan untuk mencegah mikroorganisme pada media terkontaminasi oleh mikroorganisme lain. Udara mengandung banyak mikroorganisme yang dapat mencemari media kultur Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan yang murni, tetapi juga mengenai bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan, meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang murni. Peralatan yang digunakan dalam perkembangbiakan ini harus disterilkan terlebih dulu, supaya mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak tumbuh. Pemindahan mikroba dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan. Di Indonesia, terutama pada mahasiswa bioteknologi kajian mikrobiologi merupakan kajian wajib dalam bentuk mata kuliah. Kajian ilmu mikrobiologi di perguruan tinggi selalu disertai dengan pelaksanaan praktikum untuk membekali mahasiswa untuk menguasai softskill keterampilan kerja ilmiah yang biasa dilakukan di dalam laboratorium. Salah satunya penanaman bakteri atau inokulasi pada media. Untuk dapat meneliti mikroorganisme di laboratorium kita harus dapat menumbuhkan mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme mampu berkembang secara alami ataupun buatan. Substrat dalam pengembangan dan pertumbuhan mikroorganisme disebut media. Percobaan dilakukan dengan maksud praktikan mampu dan telaten menerapkan ilmu inokulasi paling tidak yang elementer. 1. typo 2. spasi renggang 3. bahasan tdk sesuai dgn inokulasi 4. dapus hantu GANTI SUBBAB 2.5. dan semua yg berhubungan dengan fermentasi, (kita praktikum inokulasi bukan fermentasi) TULTANG PENTER SEMANGAATTT!!!!!!!
  • 27. 2 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi mempengaruhi kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme? 2) Bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan? 3) Bagaimana pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum dalam media? 1.3 Tujuan 1) Mengetahui bagaimana tingkat steril dan ketelitian proses inokulasi mempengaruhi kesuksesan percobaan inokulasi mikroorganisme. 2) Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan. 3) Mengetahui pengaruh unsur nitrogen terhadap perkembangan inokulum dalam media. 1.4 Manfaat 1) Untuk praktikan, dapat menjaga tingkat steril dan ketelitian praktikum dengan kualitas tinggi agar percobaan berhasil. 2) Untuk praktikan, dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian pengaruh pemberian inokulum terhadap media percobaan. 3) Untuk masyarakat, dapat mewaspadai perkembangan mikroba dalam barang sehari-hari. 1.5 Hipotesis 1) Inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian dan sterilisasi yang sangat tinggi (Tito, 2014). 2) Mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri, khamir atau ragi, dan mould (Soeharsono, 2010). 3) Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai ini dapat diserap secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat diserap melalui fiksasi nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014).
  • 28. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inokulasi Inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi (Tito, 2014). Inokulasi ini digunakan untuk mengembangbiakan bakteri agar dapat bertahan hidup dan dapat tumbuh menjadi mikroorganisme yang baik dan bakteri menguntungkan. Pemindahan dimaksudkan agar bakteri mendapatkan tempat yang jauh dari kontaminasi bakteri lain yang dapat menghambat proses dan kinerja saat perkembangbiakan bakteri. Pemindahan bakteri salah satu dari beberapa langkah perkembangbiakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang dibutuhkan. Komponen-komponen penting dalam penelitian epidemiologi antara lain adalah dengan cara menginokulasi tanaman secara buatan. Penelitian mengenai inokulasi buatan pada tanaman inang dilakukan agar dapat diketahui cara inokulasi buatan dalam menghasilkan periode inkubasi yang lebih cepat, persentase kejadian penyakit atau kontaminasi yang rendah. Inokulasi sangat penting yaitu dalam proses perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pemindahan bakteri ini akan diperoleh berupa biakan mikroorganisme murni yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi. Penanaman bakteri yang akan dilakukan harus terhindar dari alat-alat yang kotor atau semua alat harus steril dengan proses inokulasi garis steril. Teknis aseptis sering dimanfaatkan dalam percobaan praktikum inokulasi mikroorganisme. Inokulum merupakan suatu kultur mikroba yang diinokulasikan kedalam medium pada saat kultur mikroba dalam fase pertumbuhan (Suriawiria, 2005). Inokulum secara probiotik mengandung bahan pengikat mikroba dan mengandung mikroba yang dapat melakukan fermentasi, salah satunya adalah terdapat pada ragi. Ragi merupakan suatu organisme yang bersifat fakultatif dan dapat mempunyai kemampuan dalam menghasilkan energi dari senyawa-senyawa organik dalam kondisi aerob maupun kondisi anaerob. Kemampuan pada kondisi tersebut dalam ragi dapat menyebabkan ragi tumbuh berkembang dalam kondisi ekologi yang berbeda-beda sesua dengan lingkungannya. Jenis ragi yang umum dikenal oleh masyarakat yaitu ragi untuk tape, ragi untuk tempe, ragi untuk roti, dan lain-lain.
  • 29. 4 Inokulasi probiotik merupakan suatu teknik yang dapat digunakan untuk memindahkan bakteri pada media yang bisa dimakan hewan dan makhluk hidup. Probiotik dapat menghasilkan produk yang mengandung berbagai jumlah mikroorganisme hidup dan nonpatogen yang akan diberikan pada hewan ternak, tumbuhan, dan berbagai sumber makanan. Inokulasi secara probiotik mempunyai banyak kelebihan untuk manusia. Kegunaan inokulasi probiotik antara lain: 1) Memperbaiki laju pertumbuhan. 2) Menstabilkan produksi pada ternak. 3) Efisiensi konversi ransum. 4) Meningkatkan penyerapan nutrisi, kesehatan hewan, dan kesehatan. 5) Menambah nafsu makan sehingga mempercepat peningkatan berat badan. Menurut Soeharsono (2010) yang menyatakan bahwa mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri, khamir atau ragi, dan mould. Inokulum probiotik mengadung berbagai mikroba yang menguntungkan, salah satunya adalah bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik agar dapat hidup dan berkembang, viabilitasnya perlu dijaga secara benar dan bersih. Viabilitas merupakan kemampuan untuk hidup dan berkembang dari suatu mikroba. Viabilitas mikroba dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan. Pemberian inokulum probiotik bisa meningkatkan dan menambah jumlah produksi serta menekan mortalitas. Probiotik dikatakan sebagai mikroorganisme hidup atau spora yang hidup atau berkembang dalam usus dan menguntungkan inangnya baik secara langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya. Mikroba yang menguntungkan bagi makhuk hidup dapat berkembang dengan baik. Tujuan utama dari pemberian inokulum probiotik pada ternak adalah untuk mengontrol ekosistem dalam saluran sembilan pencernaan. Apabila tujuan tercapai diharapkan pencernaan dalam usus berlangsung baik (Fernando, 2016). Bakteri, mikroorganisme, dan jamur merupakan suatu makhluk hidup yang dapat diinokulasikan. Macam-macam mikroorganisme yang mempunyai ukuran sangat kecil dan perlu perlakuan yang khusus. Proses inokulasi dibutuhkan untuk menjaga bakteri, jamur, dan mikroorganisme untuk bertahan hidup. Mikroba yang diinokulasi juga harus memiliki karakteristik dan syarat yang baik agar proses inokulasi dapat berjalan dengan semestinya. Syarat mikroba dikatakan probiotik:
  • 30. 5 1) Dapat diisolasi dari hewan inangnya. 2) Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya. 4) Tidak bersifat patogen. 5) Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya. 6) Mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode selama penyimpanan. Menurut (Hartati dkk, 2014) menyatakan bahwa ada beberapa metode inokulasi buatan yang sering digunakan dalam pengujian ketahanan nilam terhadap penyakit layu dan uji patogenisitas isolat R. solanacearum. Metode inokulasi tersebut diantaranya adalah dengan cara Penyiraman (P), Penyiraman dengan Pelukaan Akar (PLA), dan Pelukaan Batang dengan Penusuk Jarum (LBTJ). 2.2 Macam Metode Inokulasi Pada penanaman mikroba perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi untuk mikroba tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik. Isolasi bakteri adalah memisahkan bakteri dari alam dan menanamnya dalam media baru sebagai biakan murni (Yusmaniar dkk, 2017). Menurut buku (Sumarsih, 2011) yang menyatakan bahwa pengujian pada konfrontasi terhadap bakteri pathogen dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, metode itu sebagai berikut: 1) Metode tuang. 2) Metode sebar. 3) Metode gores dengan bahan serapan bakteri uji berupa paper disk. Masing-masing metode yang akan digunakan untuk proses isolasi dan perkembangbiakan mikroba mempunyai kinerja dan tekniknya sendiri sesuai dengan prinsip yang digunakan. Metode yang dipakai juga dapat disesuaikan dengan medium dan mikroba yang dipakai, pengujian satu persatu metode juga dapat dilakukan untuk mengetahui teknik mana yang paling cocok bagi mikroba. Perbedaan teknik yang dilakukan merupakan salah satu cara teknis mengetahui kondisi operasi dan perlakuan yang cocok untuk mikroba yang akan dibiakan. 2.2.1. Metode Gores Metode gores merupakan metode untuk mengisolasi suatu bakteri dan jamur dengan melakukan penggoresan terhadap permukaan medium tempat biakan bakteri dengan menggunakan alat jarum ose. Penggoresan yang dilakukan diatas permukaan medium bertujuan untuk menghasilkan garis hingga memperoleh harus ada paragraf pengantar sebelum point di lembar yang sama mana dapusnya?
  • 31. 6 jumlah goresan yang banyak. Jumlah goresan yang semakin banyak menghasilkan dan mempertahankan bakteri dapat hidup dan tumbuh pada garis-garis berupa koloni yang letaknya dapat berpisah antara satu dengan yang lainnya. Metode gores umumnya digunakan untuk mengisolasi suatu koloni jenis mikroba pada cawan agar didapatkan suatu koloni yang terpisah dan merupakan biakan murni. Dasar perlakuan dari metode gores yaitu dengan cara menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah masa inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari satu sel dari mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut. Proses penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah dari suspensi. Bakteri yang mempunyai flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan yang basah mencegah penyebaran digunakan lempengan kering permukaannya. 2.2.2. Metode Tuang Metode tuang sama seperti metode perhitungan pada banyaknya jumlah kuman yang hidup, dilakukan dengan mencampurkan sampel pada media padat yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme (Harmita dkk, 2006). Setelah dilakukan hal tersebut lakukan inkubasi pelat sampai setiap sel bakteri sejumlah tiga belas membelah dan menghasilkan sebuah koloni. Jumlah koloni yang tumbuh dapat dihitung. Perlakuan metode tuang pada biakan Aeromonas hydrophyla yang diambil sebanyak 1 mL dan itu dituangkan di sebuah cawan kosong (Seniati dkk, 2020). Setelah memasukkan kedalam cawan bakteri dan mikroba yang dibiakan ditungkan pada media dengan suhu 50o C dan volume 15 mL. Media tuangkan hanya menuangkan mikroba dalam media, media akan berubah menjadi keras dan paper disk ditetesi bakteri uji. Metode tuang sangat membantu dalam melakukan operasi proses pekerjaan dan membiakan mikroorganisme yang hendak diteliti. 2.3 Fermentasi Koji Penambahan koji bertujuan untuk memproduksi berbagai macam enzim oleh kapang. Enzim tersebut berperan dalam proses penguraian makromolekul bahan baku menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana (Wahyuhapsari dkk, 2013). Terdapat dua proses utama dalam pembuatan miso, yaitu fermentasi beras oleh kapang yang akan menghasilkan koji dan moromi atau tahap pembuatan miso. kita praktikum inokulasi, bukan fermentasi
  • 32. 7 Koji merupakan salah satu bahan yang penting dalam pembuatan miso. Koji terbuat dari beras yang telah disteam dan diinokulasi menggunakan spora kapang berupa ragi tempe kemudian diinkubasi. Tujuan dari pembuatan koji adalah untuk produksi berbagai macam enzim oleh kapang yang berfungsi dalam proses penguraian makro molekul bahan baku menjadi molekul yang lebih sederhana (Andarti dkk, 2015). Beras sebanyak 60, 80 dan 100 gr dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada beras. Beras yang telah dicuci kemudian dimasukkan kedalam baskom dan direndam dengan air. Perendaman beras bertujuan untuk menurunkan derajat keasaman beras sehingga dapat dilapukkan atau ditumbuhi kapang dalam keadaan Powder of Hydrogen (pH) empat hingga lima. Perendaman dengan menggunakan air dilakukan selama semalaman (± 12 jam) pada suhu kamar. Beras yang sudah direndam kemudian dibuang airnya. Beras dimasukkan kedalam kantong plastik tahan panas untuk disterilisasi selama 15 menit. Beras yang telah selesai disterilisasi kemudian ditaruh diatas nampan. Dilakukan pendinginan hingga ± 35°C. Beras steril dicampur dengan ragi tempe, dengan variasi konsentrasi ragi sebesar 0.20%. Pencampuran dilakukan secara merata lalu dimasukkan ke dalam baskom yang ditutup dengan plastik berlubang. Fermentasi dilakukan pada suhu kamar ± 28°C selama tiga hari (36-72 jam). Koji yang sering digunakan dalam fermentasi kecap ikan biasanya dipilih kultur dari Aspergillus oryzae. Kultur ini mempunyai nama lain jamur kecap yang merupakan cendawan berfilamen kelompok kapang. Aspergillus oryzae dipilih dikarenakan mempunyai karakteristik mampu memproduksi protease dan amilase ekstraseluler, warna konidia, kemampuan memproduksi aflatoksin dan mikotoksin rendah. Aspergillus oryzae juga berkemampuan meningkatkan pertumbuhan dan suhu pertumbuhan optimum. Terlepas dari kemampuannya sebagai penyuplai berbagai enzim Aspergillus oryzae adalah salah satu genus yang dianggap sebagai organisme yang aman untuk produksi makanan (Chancharoonpong dkk, 2012). 2.4 Inokulasi Bakteri, Jamur, Pertumbuhan Kedelai, dan Pohon Gaharu Rhizobium adalah jenis bakteri simbiosis dengan kacang-kacangan adalah pembentukan bintil pada kacang-kacangan. Unsur nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai ini dapat diserap secara langsung melalui akar tanaman, atau dapat diserap melalui fiksasi nitrogen yang dihasilkan rhizobia (Pattipeilohy dkk, 2014). 1. typo 2. spasi renggang 3. banyak bahasan yg tidak membahas inokulasi
  • 33. 8 Rhizobium akan membentuk bintil pada akar tanaman kedelai dan melewati bintil tersebut lalu rhizobium akan menanamkan nitrogen dari udara, membuat kedelai dapat digunakan. Hasil fiksasi nitrogen tersedia untuk memenuhi jumlah dan isi sel. Rhizobia diinokulasi pada lahan yang belum ditanami kedelai bertujuan untuk mengaktifkan bintil akar menyerap nitrogen dan menyimpannya. Fosfor adalah nutrisi dibutuhkan tanaman setelah memperoleh nitrogen (Hendriyanto dkk, 2017). Penelitian sebelumnya melakukan uji inokulasi bakteri heterotrofik daun lamun (Ariyanti dkk, 2016). Sampel daun lamun diambil hingga tiga poin dapat dilakukan di setiap situs. Ambil satu poin dengan cara memotong rumput laut sebanyak satu lembar pada pangkal daun. Kemudian simpan sampel daun lamun yang diperoleh agar sampel dapat terjaga agar awet, lalu amati bakteri yang menempel di daunnya mikroskop. Hitung total bakteri heterotrofik dalam bentuk langkah pertama pembuatan media. Persiapan media ini dilakukan sebelum penanaman bakteri media pertumbuhan. Media yang digunakan adalah Tripton Glucoside (TGY) yang mengandung bahan tumbuh untuk bakteri heterotrofik. Langkah menguji bakteri dan jamur pada daun lamun berlanjut dengan membuat lesung atau tabuh daun lamun. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan bakteri pada daun lamun. Metode untuk menentukan bakteri yang relevan dalam daun lamun adalah dengan menggiling daun rumput laut dan mengencerkannya. Langkah selanjutnya adalah menanam menginokulasi bakteri. Tumbuhkan bakteri atau gunakan metode plat untuk menginokulasi bakteri dari mortar daun lamun atau stocking plate dan teknik pengenceran. Menambahkan air ekstrak daun lamun aquadest disterilkan dalam tabung, dihomogenkan dengan vortex, kemudian diencerkan beberapa kali. Tujuan pengenceran multi tahap adalah untuk mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada dalam cairan. Kultur bakteri adalah dengan menanamkan bakteri. Gunakan pipet steril dan masukkan ke dalam cawan petri yang berisi media TGY, kemudian ratakan dengan spreader steril. Media yang ditanamkan air sampel diinkubasi dengan steril selama 1x24 jam. Bakteri biasanya bersifat patogen, beberapa bakteri juga ada menguntungkan. Rhizobium memainkan peran penting dalam tumbuhnya tanaman kedelai, karena tanaman kedelai buruh nitrogen dalam pertumbuhannya. Tanaman kedelai yang diinokulasi dengan rhizobia selama perawatan. Telah terbukti bahwa
  • 34. 9 melapisi benih sebelum disemai meningkatkan jumlah bakteri rhizobium di dalam tanah. Telihat efek signifikan dari pengobatan inokulasi bentuk kedelai. Pengaruh hal ini karena inokulasi rhizobia membentuk bintil pada tanaman kedelai, sehingga secara efektif dapat memperbaiki nitrogen di udara. Simbiosis terjadi antara rhizobia dan tanaman kedelai secara efisien menghasilkan nitrogen terikat lebih tinggi, jadi tanaman kedelai akan bertambah tingginya (Pattipeilohy dkk, 2014). Pohon gaharu biasanya digunakan dalam bentuk gubal gaharu. Karena hasil gaharu dan gubal yang tinggi, upaya penanaman pohon telah dilakukan. Pekerjaan budidaya dan pengembangan pohon gaharu dibudidayakan melalui inokulasi (Wiriadinata dkk, 2010). Inokulasi pohon gaharu merupakan salah satu hal penting dalam produksi karena resin gaharu tidak mudah dibentuk secara alami, maka harus memiliki intervensi manusia. Pembentukan gaharu terkait dengan proses patologis iritasi oleh luka pada batang, cabang atau cabang patah. Luka karena adanya bakteri, jamur dan virus, pohon terinfeksi penyakit. Hal ini diyakini untuk mengubah pentosa atau selulosa dalam kayu menjadi resin adalah campuran sesquiterpena, dienona dan isopronoid. Hasil campuran resin dan resin penyakit ini memanifestasikan dirinya dalam rongga sel pohon, yang disebut gaharu. Jenis inokulan yang digunakan dalam inokulasi gaharu antara lain induser, fusarium dan penginduksi biologis. Metode inokulasi bervariasi tergantung pada ukuran diameter lubang dibuat. Lubang bor dan jarak lubang bor harus diperhatikan agar pohon dapat menahan angin tanpa runtuh. Manifestasi penyakit persisten bila semakin lama, semakin tinggi kandungan gaharunya. Pembentukan gaharu juga dipengaruhi oleh kandungan resin. Kandungan resin gaharu ialah syarat utama untuk menentukan kualitas gaharu, karena ada tidaknya resin menunjukkan bahwa kayu mengandung resin gaharu. Kandungan resin yang lebih tinggi dalam gaharu menunjukkan kualitasnya semakin tinggi. Kayu gaharu dapat diproduksi dengan cara rekayasa manual. Berdasarkan proses pembentukan gaharu, salah satunya adalah penggunaan mikroorganisme jamur untuk injeksi (Suhendra dkk, 2012). 2.5 Metode Tusuk Proses inokulasi ataupun penanaman bakteri merupakan suatu proses dalam memindahkan bakteri dari medium yang lama ke tempat medium yang terbaru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Penanaman bakteri juga harus
  • 35. 10 dilakukan dengan menggunakan medium yang telah steril dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari beberapa mikroorganisme lain. Teknik penanaman bakteri sebelum dilakukan perlu melalui beberapa tahap, salah satu tahap yang dilakukan adalah dengan menyiapkan ruangan. Ruang tempat terjadinya proses penanaman bakteri harus dijaga kebersihannya dan keadaan harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan. Karena tempat yang tidak steril dapat mengganggu proses inokulasi seperti bakteri tidak diinginkan (Djaya dkk, 2016). Pertumbuhan mikroorganisme di dalam substrat buatan, berupa kaldu salah satunya seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob obligat berkembang biak dengan baik pada bagian dengan kandungan oksigennya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya. Maka mikroba tersebut akan berkembang pada lapisan permukaan. Mikroorganisme di dalam biakan padat juga memberikan ciri tertentu pada prosesnya, misalnya pada agar miring atau pada lempengan agar. Agar miring umumnya digunakan untuk penyimpanan biakan murni, sedangkan pada agar lempeng pada umumnya untuk memurnikan suatu mikroorganisme. Metode penanaman atau inokulasi pada agar merupakan suatu metode yang digunakan untuk memindahkan sel bakteri. Sel akan tumbuh menjadi koloni yang terpisah jika diletakkan pada medium agar dengan jumlah yang sedikit. Jarum ose berguna memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru (Hafsan, 2014). Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating). Terdapat jarum inokulum berbentuk L yang bermanfaat saat membelah agar untuk preprasi Heinrich’s Slide Culture. Metode tusuk menggunakan inoculating needle. Metode tusuk dapat dimanfaatkan untuk pengujian motilitas demi mengetahui karakterisasi bakteri pendegradasi minyak berat (Susanti dkk, 2017). Pengujian motilitas dilakukan dengan metode tusuk. Koloni bakteri diambil secara aseptik menggunakan jarum ose, kemudian diinokulasikan secara vertikal pada media semi padat Sulfide Indole Motility (SIM) dan di inkubasi selama 24 jam.
  • 36. 11 2.6 Inokulum Kompos, Khamir, dan Kecap Inokulum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan ke ketika kultur mikroba berada dalam fase pertumbuhan, itu ada di media. Inokulum pertanian memiliki efek mempercepat optimalisasi proses pengomposan dan dapat meningkatkan kualitas kompos. Inokulan yang paling umum digunakan dalam proses pengomposan adalah jamur dan bakteri. Fungsi inokulum adalah untuk memperbanyak dan menguraikan mikroorganisme dan untuk memfiksasi nitrogen. Inokulum dapat berperan sebagai pengurai selama proses fermentasi, sehingga proses fermentasi dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat (Suriawiria, 2005). Inokulan jamur berkualitas tinggi yang ditambahkan ke kompos memiliki efek penguraian selulosa, sehingga mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk pengomposan. Operasi pembuatan kompos umumnya memakan waktu dua hingga tiga bulan. Penambahan mikroorganisme sebagai aktivator akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan bisa dipercepat, tapi tergantung pada bahan organiknya. Kompos adalah hasil penguraian bahan organik dengan hasil akhirnya adalah jumlah mikroorganisme dalam lingkungan aerobik atau anaerobik. Dalam bentuk humus kompos yang baik, produksinya bisa memakan waktu lama. Inokulum yang digunakan ditambahkan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos, karena mikroorganisme yang diinokulasi akan Perkaya nutrisi dalam kompos. Inokulum yang digunakan biasanya berupa jamur dan bakteri, berupa Aspergillus fumigatus dan Aspergillus Tabin. Tumpukan kompos dapat membawa banyak mikroorganisme pengurai dan nitrogen ditambahkan ke inokulum. Inokulum dapat mempengaruhi tumpukan kompos dengan cara inokulasi strain mikroba yang dapat secara efektif menghancurkan bahan organik serta dapat meningkatkan kadar nitrogen (Gusmaryana, 2018). Fermentasi anggur dipengaruhi oleh konsentrasi garam logam dalam jus anggur. Konsentrasi rendah akan merangsang aktivitas dan pertumbuhan ragi, dan dapat menghambat pertumbuhan sel pada konsentrasi tinggi ragi. Starter ditambahkan ke jus anggur untuk fermentasi seharusnya setinggi 2-5%, karena dapat mempersingkat fase adaptasi. Kandungan alkohol yang digunakan harus melebihi 4%, yang membantu menghambat pertumbuhan mikroorganisme bisa berbahaya atau polusi. Makanan pembuka yang baik adalah dari kultur murni yang
  • 37. 12 dapat dipisahkan dari buahnya. Media starter yang terbuat dari jus anggur harus disterilkan terlebih dahulu. Fermentasi anggur bisa disebut sebagai operasi proses pemecahan gula menjadi alcohol dan gas karbondioksida sebagai enzim. Anggur adalah minuman yang difermentasi dari buah anggur, yang mengandung gula jenis glukosa dan fruktosa. Proses fermentasi anggur adalah dengan mikroorganisme, yaitu inokulum ragi. Ragi digunakan karena selektif dan lebih mudah ditangani daripada menggunakan bakteri. Jenis ragi yang digunakan Saccharomyces cerevisiae karena kemampuannya mengubah gula menjadi etanol sangat tinggi. Ragi yang digunakan dalam fermentasi anggur ini sangat besar Sel- sel ragi lebih besar dan lebih oval daripada yang digunakan untuk fermentasi bir. Gula aktivitas yang menyebabkan alkohol dan karbon dioksida saat membuat anggur hidrolase yang dihasilkan oleh sel khamir (Pawignya dkk, 2010). Penggunaan kultur murni dalam proses fermentasi kecap kini telah menjadi metode standar pembuatan kecap. Kultur murni dapat digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk juga dalam penelaahan ciri-ciri kultural. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar dari lingkungan alamianya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan ini disebut dengan biakan murni. Kultur murni yang pada umumnya digunakan adalah inokulum kapang ditambahkan selama fermentasi kecap. Gunakan rasio starter atau inokulum cetakan yang benar. Hal ini sangat penting karena dapat membantu meningkatkan kualitas kecap. Keunggulan lainnya adalah dapat mempersingkat waktu proses fermentasi kecap menghilangkan beberapa risiko kontaminasi mikroba (Noviyanthi, 2003). Ada dua jenis jamur yang mempengaruhi fermentasi kecap, seperti Aspergillus oryzae dan Rhizopus hypospora. Aspergillus oryzae memiliki kemampuan untuk menghasilkan protease, peptidase, amilase, dan lipase. Semua enzim ini digunakan dalam proses fermentasi kecap hidrolisis kedelai untuk menghasilkan peptida dan asam amino bebas. Jamur Rhizopus hypospora menghasilkan protease yang dapat dicerna protein kedelai dalam fermentasi. Cetakan ini dapat menggunakan xilosa, glukosa, galaktosa, selobiosa dan pati digunakan sebagai media pertumbuhan saat operasi proses fermentasi kecap.
  • 38. 13 2.7 Penelitian Terkait Penelitian oleh (Augusta dkk, 2019) memiliki tujuan untuk mengkaji pengaruh dosis inokulasi rhizobium dan jumlah benih per lubang tanam populasi dalam peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Penelitian dengan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) split plot dua faktor. Faktor pertama atau petak utama adalah dosis inokulan yaitu tanpa kontrol inokulan, inokulan tiga, satu benih. Faktor kedua atau anak petak yaitu jumlah benih per lubang dengan dua taraf yaitu dua dan tiga benih lubang tanam. Penelitian inokulasi rhizobium pada kedelai menunjukkan bahwa inokulasi rhizobium tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada berbagai komponen pertumbuhan dan hasil kedelai. Jumlah benih per lubang berpengaruh pada jumlah cabang, yaitu dengan jumlah benih yang semakin banyak dapat menurunkan jumlah cabang. Tidak adanya interaksi antara inokulasi rhizobium dengan jumlah benih per lubang terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Inokulasi rhizobium adalah proses pemberian inokulan bakteri Rhizobium sp. ke dalam tanah yang digunakan sebagai media tanam tanaman leguminosa. Inokulasi ini bertujuan untuk membuat simbiosis akar antara akar tanaman dengan bakteri sehingga terbentuk bintil akar. Inokulasi rhizobium pada kedelai dilakukan untuk membantu tanaman dalam fiksasi nitrogen sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nitrogen untuk tanaman. Pengaruh perlakuan terhadap dosis rhizobium tidak dapat memberikan pengaruh nyata pada jumlah biji per polong kedelai karena genetik tanaman. Penelitian terkait mengenai inokulasi proteolitik pada produk chao ikan tembang dengan fermentasi (Matti dkk, 2021). Secara umum penambahan bakteri asam laktat Proteoltik L. dilakukan dua kali bertujuan untuk mengetahui peranan kedua bakteri asam laktat tersebut selama proses fermentasi chao ikan tembang. Penambahan kedua bakteri asam laktat Proteoltik L. pada tahap fermentasi ikan bertujuan untuk mempelajari peranan keduanya selama fermentasi ikan yang hanya mengandung protein. Sedangkan penambahan bakteri asam laktat Proteoltik L. fermentasi campuran bertujuan untuk mengetahui peranan kedua bakteri tersebut dalam fermentasi campuran dengan ragi tape dan ragi tempe. Inokulasi bakteri asam laktat Proteoltik L. dapat mempersingkat waktu fermentasi chao menjadi 48 jam.
  • 39. 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1) Tabung reaksi 2) Jarum ose 3) Nyala bunsen 4) Cawan petri 3.1.2 Bahan 1) Medium yang telah jadi 2) Kultur murni 3) Jarum atau kawat 4) Alkohol 3.2 Prosedur Percobaan 1) Tabung yang berisi jamur dan tabung medium disiapkan. 2) Jarum ose dipanaskan sampai berpijar dan diamkan sebentar. 3) Sumbat tabung jamur dibuka, kemudian dilewatkan dekat nyala bunsen. 4) Jamur diambil dengan menggunakan jarum ose. 5) Sumbat tabung medium dibuka dan mulut tabung dilewatkan pada nyala api bunsen. 6) Ujung jarum ose yang telah membawa jamur dimasukkan dengan menggesek-gesekkannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan arah dari bawah ke atas medium. 7) Tabung medium kemudian disumbat lagi. 8) Tabung yang telah ditanami disimpan. 9) Bentuk jamur yang terjadi diamati. 6 pt
  • 40. DAFTAR PUSTAKA Andarti, I. Y., dan Wardani, A. K. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Kimia, Mikrobiologi, dan Organoleptik Miso Kedelai Hitam (Glycine max L.). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3(3): 889-898. Ariyanti, V. N., Supriharyono, dan Widyorini, N. 2016. Hubungan Kerapatan Lamun dengan Kelimpahan Bakteri Heterotrof di Perairan Pantai Kartini Kabupaten Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. Vol. 5(4): 142-149. Augusta, A. N., Supriyono, S., dan Nyoto, S. 2019. Inokulasi Rhizobium dan Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada Sistem Tanpa Olah Tanah. Jurnal Agrotech Research. Vol.3(2): 80-84. Chancharoonpong, C., Hsieh, P. C., dan Sheu, S. C. 2012. Production of Enzyme and Growth of Aspergillus oryzae S. on Soybean Koji. International Journal of Bioscience Biochemistry and Bioinformatics. Vol. 2(4): 228-231. Djaya, L., Sulastrini, I., dan Rusita, I. 2016. Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter michiganensis subsp. spedonicus, Penyebab Penyakit Busuk Cincin Bakteri pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Agrikultura. Vol 27(2): 66-71. Fernando, E. 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). [SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Universitas Airlangga. Gusmaryana, T. 2018. Pengujian Kultur Murni dan Pengaruh Inokulum Fungi Aspergillus tubingensis R. Mosseray pada Pengomposan Serasah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.). [SKRIPSI]. Lampung (IDN). Universitas Lampung. Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press. Harmita., dan Radji, M. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hartati, S. Y.. dan Karyani, N. 2014. Teknik inokulasi Ralstonia Solanaccarum untuk Pengujian Ketahanan Nilam terhadap Penyakit Layu. Jurnal Bull Littro. Vol 25(2): 127-136.
  • 41. Hendriyanto, M. F., Suharjono, Rahayu, S. 2017. Aplikasi Inokulasi Rhizobium dan Pupuk SP-36 terhadap Produksi dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Var. Dering. Jurnal Agriprima. Vol. 1(1): 84-94. Matti, A., Utami, T., Hidayat, C., dan Rahayu, E. S. 2021. Fermentasi Chao Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) Menggunakan Bakteri Asam laktat Proteolitik. Jurnal AgriTech. Vol. 41(1): 34-48. Noviyanthi. 2003. Kajian Pembuatan Inokulum Kapang untuk Produksi Kecap. [SKRIPSI]. Bogor (IDN). Institut Pertanian Bogor. Pattipeilohy, M., dan Sopacua, R. A. B. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakteri Rhizobium japanicum Terhadap Pertumbuhan Kacang Kedelai (Glycine max L). Jurnal Biopendix. Vol. 1(1): 49-55. Pawignya, H., Widayati, T. W., Putra, D., dan Akbar, P. 2010. Tinjauan Kinetika Pembuatan Rose Wine. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta, 26 Januari 2010: Hal. 1-8. Seniati, Mulyani, R., dan Syahruddin. 2020. Uji Viabilitas Bakteri Aeromonas hydrophila dengan Metode Penyimpanan Beku pada Media TSB dan Gliserol. Jurnal Lutjanus. Vol. 25(2): 41-48. Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak (Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ Pada Hewan). Bandung: Widya padjadjaran. Suhendra, A., Roswanjaya, Y. P., dan Handayani, D. P. 2012. Aplikasi Inokulasi Fusarium untuk Mempercepat Proses Pembuatan dan Produksi Gubal Gaharu di Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Prosiding InSINas. Jakarta Pusat, 29-30 November 2012: Hal. 64-69. Sumarsih. 2011. Mikrobiologi Umum. Jakarta: UI Press. Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Susanti, W. I., dan Trinanda, R. 2017. Potensi Bakteri Asal Tanah Rizosfer, Sedimen Tanah, dan Pupuk kandang Sapi untuk Biodegradasi Minyak Berat dan Oli Bekas. Jurnal Tanah dan Iklim. Vol. 4(1): 37-44. Tito, I. M. 2014. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kitinolitik yang Terdapat pada Cangkang Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus). [SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Universitas Airlangga
  • 42. Wahyuhapsari, R., dan Wardani, A. K. 2013. Pembuatan Miso dengan Memanfaatkan Edamame (Kajian Konsentrasi Koji dan Suhu Inkubasi). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 1(1): 157-167. Wiriadinata, H., Semiadi, G., Darnaedi, D., dan Waluyo, E. B. 2010. Konsep Budidaya Gaharu (Aquilaria spp.) di Provinsi Bengkulu. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 7(4): 371-380.