SlideShare a Scribd company logo
ABSES HEPAR
Oleh:
dr. Mida Ridayanti
Pembimbing :
dr. H. Abdullah Putra Perdana, Sp. B
Pendamping ;
dr. Suwandi
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN
JANUARI, 2023
LAPORAN KASUS 1
PENDAHULUAN
2
ANATOMI HEPAR
Vaskularisasi
 Perdarahan arteri hepatica.
 Aliran darah dari seluruh traktus
gastrointestinal dibawa menuju ke hepar
oleh vena porta hepatis cabang kiri dan
kanan. Darah meninggalkan hepar
melalui vena sentralis dari setiap lobulus
yang mengalir melalui vena hepatika.
Persarafan
 Nervus simpatikus : dari ganglion
seliakus, berjalan bersama pembuluh
darah pada lig. hepatogastrika dan masuk
porta hepatis.
 Nervus vagus : dari trunkus sinistra yang
mencapai porta hepatis menyusuri
kurvatura minor gaster dalam omentum
3
 infeksi pada hepar yang disebabkan oleh karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistem gastrointestinal
 Ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hepar nekrotik,
sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hepar
 Abses hepar adalah salah satu bentuk dari abses visceral
DEFINISI ABSES HEPAR 4
KLASIFIKASI
 Abses Hepar Amuba (AHA)
hepar amuba adalah penimbunan atau akumulasi debris
nekro-inflamatori purulen didalam parenkim hepar yang
disebabkan oleh amuba, terutama entamoeba hystolitica
 Abses Hepar Piogenic (AHP)
Abses hepar piogenik adalah proses supuratif yang
terjadi pada jaringan hepar yang disebabkan oleh invasi
bakteri melalui aliran darah, sistem bilier, maupun
penetrasi langsung.
5
 Insidens abses hepar jarang, berkisar antara 15-20 kasus per
100.000 populasi.
Abses Hati Piogenik (AHP) merupakan 75% dari
semua abses hati.
AHP lebih sering terjadi pada laki-laki : perempuan
3:1 sampai dengan 22:1
Distribusi usia berkisar 20-60 tahun, dengan
insidensi puncak pada dekade ke-4
EPIDEMIOLOGI 6
ETIOLOGI
Bakteri Gram Negatif
Escherichia coli
Klebsiella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa.
Proteus spp.
Others
%
20,5
16,0
6,1
1,3
7,4
Bakteri Gram Positif
Streptococus milleri
Enterococcus sp.
S. aureus / S. Epidermidis
Streptococcus sp.
12,2
9,3
7,7
1,1
Organisme Anaerob
Bacteroides sp
Anaeorobic / Microaerophilic Streptococci
Fusobaterium
Anaerob lainnya
11,2
6,1
4,2
1,9
Lainnya
Actinomyces
C. albicans
0,3
0,3
7
FAKTOR RISIKO
Faktor Risiko yang Menyebabkan
Perkembangan Abses Hati
Faktor Risiko yang Menyebabkan
Peningkatan Mortalitas Abses Hati
1. Diabetes Mellitus*
2. Sirosis hepatis*
3. Status imuno-compromised
4. Penggunaan PPI
5. Usia
6. Jenis kelamin laki-laki*
 Keganasan
 Diabetes Mellitus*
 Sirosis Hepatis*
 Jenis kelamin laki-laki*
 Infeksi mikroorganisme campuran
 Abses hati yang ruptur
 Abses ukuran > 5 cm
 Distress pernapasan
 Jaundice
 Hipotensi
 Keterlibatan ekstra-hepatik
8
DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
9
ANAMNESIS
Keluhan awal abses Hepar dapat berupa:
 Demam/menggigil
 Nyeri perut kanan atas, memberat jika terdapat pergerakan. (ditandai
dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan ditaruh
diatasnya)
 Anorexia/malaise,
 Iritasi diafragma muncul gejala seperti nyeri bahu kanan, batuk, ataupun
atelektasis
 Gejala sitemik lainnya seperti mual, muntah, anoreksia, berat badan
yang turun untentional, badan lemah, ikterus, BAB cair atau BAB seperti
kapur, dan urine berwarna gelap.
Hal lainnya yang perlu dinilai dalam anamnesis abses hati adalah kebiasaan
meminum alkohol, riwayat hepatitis sebelumnya dan riwayat keluarnya
proglottid (lembaran putih di pakaian dalam) dengan tujuan menyingkirkan
diagnosa banding.
10
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi  Pada beberapa pasien mungkin ditemukan abses yang telah
menembus kulit.
 Anemis dan ikterus (jarang) 25% kasus
Palpasi  Ludwig sign (+)
 Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
 Nyeri tekan regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi
perikardium
 Nyeri tekan menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan
hati
 Nyeri pada bahu sebelah kanan
 Hepatomegali teraba sebesar 3 jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa,
permukaan hepar licin dan tidak jarang teraba fluktuasi
Perkusi  Peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan
Auskultasi  Friction rub bila ruptur abses ke perikardium
 Bising usus menghilang kemungkinan perforasi ke peritoneum
11
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Laboratorium
 leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri
 Anemia
 peningkatan LED
 Peningkatan alkalin fosfatase
 Peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin
 Berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang
memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati
Pada penderita akut anemia tidak terlalu tampak tetapi menunjukkan
leukositosis yang bermakna sementara penderita abses hepar kronis
justru sebaliknya
12
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. USG
USG merupakan modalitas pencitraan awal, dengan sensitivitas yang
mencapai 75-95%. Gambaran USG pada abses hepar adalah :
• Bentuk bulat atau oval
• Tidak ada gema dinding yang berarti
• Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati normal.
• Bersentuhan dengan kapsul hati
• Peninggian sonik distal (distal enhancement)
13
2. CT Scan
Gambaran CT scan 85 % berupa massa soliter relatif besar,
monolokular, prakontras tampak sebagai massa hipodens berbatas
suram.
Densitas cairan abses berkisar 10-20 H.U. Pasca kontras tampak
penyengatan pada dinding abses yang tebal. Septa terlihat pada 30
% kasus.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
14
3. MRI
- lesi dengan penyengatan kontras yang berbentuk cincin
dan bagian sentral yang tidak tampak penyengatan.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
15
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria Sherlock Kriteria Ramachandran Kriteria Lamont & Pooler
1. Hepatomegali
dengan nyeri tekan
2. Respon yang baik
terhadap obat
amebisid
3. Leukositosis
4. Peninggian
diafragma kanan
5. Pada USG
didapatkan rongga di
dalam hati
6. Tes hemaglutinasi
(+)
Bila terdapat 3 atau
lebih dari gejala di atas.
1. Hepatomegali disertai
dengan nyeri
2. Riwayat disentri
3. Leukositosis
4. Kelainan radiologis
5. Respon terhadap obat
amebisid
Bila terdapat 3 atau lebih
dari gejala di atas.
1. Hepatomegali disertai
dengan nyeri
2. Kelainan hematologis
3. Kelainan radiologis
4. Pus amebic
5. Tes serologis (+)
6. Respon terhadap obat
amebisid (+)
Bila terdapat 3 atau lebih
dari gejala di atas.
16
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding Manifestasi Klinis
Hepatoma
Merupakan tumor
ganas hati primer
Anamnesis :
1. Penurunan berat badan,
2. Nyeri perut kanan atas
3. Anoreksia
4. Malaise
5. Benjolan perut kanan atas
Pemeriksaan fisik :
1. Hepatomegali berbenjol-benjol
2. Stigmata penyakit hati kronik
Laboratorium :
1. Peningkatan AFP
2. PIVKA II
3. Alkali fosfatase
USG : lesi lokal/difus di hati
Kolesistitis Akut
Merupakan reaksi
inflamasi kandung
empedu akibat
infeksi bakterial
akut yang disertai
keluhan nyeri perut
kanan atas, nyeri
tekan, dan rasa
panas.
Anamnesis :
1. Nyeri epigastrium atau perut kanan atas yang dapat menjalar ke daerah skapula
kanan
2. Demam
Pemeriksaan fisik :
1. Teraba massa kandung empedu
2. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritotis lokal
3. Murphy sign (+)
4. Ikterik biasanya menunjukkan adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik
Laboratorium : leukositosis
USG : penebalan dinding kandung empedu, sering pula ditemukan sludge atau
batu.
17
TATALAKSANA
Terapi Non-Farmakologi
1. Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB
- Protein 1-1,5 g/kgBB
2. Makanan dalam bentuk lunak
3. Bed rest
4. Menghindari faktor risiko yang memperberat,
misalnya konsumsi alkohol.
TATALAKSANA 18
TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Sebelum terdapat hasil kultur, diberikan antibiotika spektrum luas.
 Ampisilin dan aminoglikosida diberikan bila sumber infeksi terdapat
pada saluran empedu.
 Sefalosporin generasi ketiga merupakan pilihan apabila sumber
infeksi berasal dari usus.
 Metronidazole diberikan pada semua AHP dengan berbagai sumber
infeksi serta mengatasi infeksi anaerobik.
Bila telah terdapat hasil kultur, antibiotika disesuaikan dengan kuman
yang spesifik. Antibiotika intravena diberikan sedikitnya selama 2
minggu, dilanjutkan dengan antibiotika oral selama 6 minggu. Apabila
infeksi disebabkan oleh streptoccocus, pemberian antibotika oral dosis
tinggi disarankan selama lebih dari 6 minggu.
19
TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Jenis Obat Dosis Dewasa Dosis Anak-anak Efek Samping
Agen amoebisid
Metronidazole PO 750 mg 3x1 selama 5-
10 hari
IV 500 mg 4x1 selama 5-10
hari
PO 30-50 mg/kg/hari 3x1
selama 5-10 hari
IV 15 mg/kg diikuti dengan
7,5 mg/kg 4x1 (dosis
maksimum 2250 mg/hari)
Psikosis, kejang, neuropati
perifer
Chloroquine (terapi
adjuvan)
PO 600 mg/hari selama 2
hari, 300 mg/hari selama 14
hari
10 mg/kg Diare, kram abdomen
cardiotoxicity, kejang, dan
hipotensi
Tinidazole 2 mg/hari selama 3-5 hari
Agen luminal
Paromomycin PO 25-30 mg/kg/hari 3x1
selama 7 hari
PO 25 mg/kg/hari 3x1
selama 7 hari (dosis
maksimum 2 gr/hari)
Diare
Iodoquinol PO 650 mg 3x1 selama 20
hari
PO 30-40 mg/kg/hari 3x1
(dosis maksimum 2 gr/hari)
Kontraindikasi pada pasien
dengan insufisiensi hepatik
atau hipersensitif terhadap
iodine
Diloxanide furoate
(indikasi mutlak pada
pasien yang tidak respon
iodoquinol dan
paromomycin)
PO 500 mg 3x1 selama 10
hari
PO 20 mg/kg/hari 3x1
20
TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Jenis Obat Dosis Dewasa Dosis Anak-anak Efek Samping
Antibiotik
Meropenem (Merrem) IV 500-1000 mg 3 x 1 pada
keadaan berat dosis dapat
ditingkatkan hingga 2000 mg
IV 10-40 mg/kg 3x1 Nyeri lokasi injeksi, gangguan
gastrointestinal, gangguan liver,
pusing, kejang
Iminipenem dan cilastatin na
(Primaxin)
IV 500-1000 mg 3-4 x 1
(dosis maksimum 4 gr/hari)
IV 15-25 mg/kg 2-4 x 1 Nyeri lokasi injeksi, gangguan
gastrointestinal, gangguan liver,
gangguan renal, gangguan
hematologi
Cefuroxime (Ceftin) PO 250-500 mg/hari pada
keadaan berat dapat
ditingkatkan hingga 1000 mg
2x1
IV/IM 750 mg 3x1
IV/IM 50-100 mg/kg/hari 3x1 Gangguan hematologi,
gangguan gastrointestinal,
reaksi lokal injeksi
Cefaclor (Ceclor) PO 750 mg/hari PO 10-15 mg/kg/ 2-3 x 1 Gangguan gastrointestinal,
gangguan hematologi
Klindamisin (Cleocin) PO 150-300 mg 4x1 pada
infeksi serius PO 300-450 mg
4x1
PO 8-16 mg/kg/hari 3-4 x1 pada
infeksi serius
PO 16-20 mg/kg/hari 3-4 x1
Gangguan gastrointestinal,
gangguan liver, gangguan
renal, gangguan hematologi
Agen Anti-jamur
Amfoterisin B (AmBisome) PO 0,3-0,5 mg/kg selama 6
minggu atau dapat dilanjutkan
hingga 3-4 bulan
Demam, menggigil, toksik pada
ginjal
Flukonazol (Diflucan) PO 150 mg dosis tunggal
(dosis maksimum 600 mg/hari)
IV 3-12 mg/kg/hari (dosis
maksimum 600 mg/hari)
Hepatotoksisitas, gangguan
gastrointestinal, gangguan
hematologi
21
TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
a. Aspirasi tertutup, dengan indikasi:
- Resiko tinggi terjadi ruptur abses (> 5 cm untuk abses tunggal,
dan > 3 cm untuk abses multiple)
- Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas
tinggi dan frekuensi tinggi bocor ke peritoneum atau pericardium
- Tak ada respons klinis terhadap terapi dalam 3-5 hari
22
TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
b. Drainase kateter perkutan
Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen
atau CT scan abdomen, dan ditempatkan kateter untuk drainase.
Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru,
peritoneum, dan perikardial.
Tingginya viskositas cairan abses amuba memerlukan kateter dengan
diameter yang besar untuk drainase yang adekuat.
23
TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
c. Drainase pembedahan – laparoskopi, dengan indikasi:
 Abses disertai komplikasi infeksi sekunder
 Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal
 Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil
 Ruptur abses ke dalam rongga intraperitoneal/ pleural/ perikardial
24
TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
d. Hepatektomi
Dewasa ini dilakukan hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hati yang
terkena abses. Hepatektomi dapat dilakukan pada abses tunggal atau
multipel, lobus kanan atau kiri, juga pada pasien dengan penyakit
saluran empedu.
Tipe reseksi hepatektomi tergantung dari luas daerah hati yang terkena
abses juga disesuaikan dengan perdarahan lobus hati
25
TATALAKSANA
Berdasarkan kesepakatan PEGI (perhimpunan endoskopi
gastrointestial indonesia) dan PPHI (perhimpunan peneliti hati
indonesia) di surabaya pada tahun 1996.
- Abses hati dengan diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa,
bila respon negatif dilakukan aspirasi
- Abses hati dengan diameter 5-8 cm : terapi aspirasi berulang
- Abses hati dengan diameter ≥ 8 cm : drainase perkutan atau
pembedahan
26
TATALAKSANA
Kontraindikasi operasi pada abses hepar antara lain:
 Abses multipel
 Infeksi poli-mikrobakteri
 Immunocompromise disease
27
KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
Merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus. Kuman
penyebab tersering staphylococcus dan streptococcus.
2. Ruptur akut dengan penjalaran langsung
Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi
paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum
(terutama amubiasis hati di lobus kiri), selanjutnya pericardium dan amubiasis
kutis maupun organ-organ lain.
3. Komplikasi vaskuler
Ruptur ke dalam v. porta (trombosis vena porta), saluran empedu (trombosis
vena hepatica) atau traktus gastrointestinal jarang terjadi.
4. Parasitemia, amoebiasis serebral
E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain
misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal
intrakranial.
5. Ileus obstruktif
6. Koma hepatikum.
28
PROGNOSIS
Prognosis dari abses hepar tergantung:
1. Virulensi parasit
2. Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
3. Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk
5. letak dan jumlah abses, lebih buruk bila abses di lobus kiri atau
multiple.
Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine, metronidazole, dan
kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian biasanya
karena sepsis atau sindrom hepatorenal.
Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan
pengobatan.
29
LAPORAN KASUS
30
Identitas Pasien
 Nama : Tn. P
 Usia : 45 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Suku : Banjar
 Status : Menikah
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Swasta
 Alamat : Kandangan Barat
 MRS : 22 Desember 2022
 No. RMK : 235652
TEORI :
- Distribusi usia berkisar
20-60 tahun, dengan insidensi
puncak pada dekade ke-4
- AHP lebih sering terjadi
pada laki-laki
- Perbandingan laki-laki :
perempuan 3:1 sampai dengan
22:1
31
Anamnesis
♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas
Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Atas
RPS: Seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang ke IGD RS. Hasan Basry Kandangan dengan
keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri dirasakan sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit dan memberat 1 hari ini. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk
tusuk dan menjalar sampai ke ulu hati. Nyeri memberat bila batuk dan bergerak. Bila
berjalan pasien lebih merasa nyaman dengan posisi membungkuk dan pada waktu tidur
lebih nyaman dengan posisi tidur terlentang. Pasien juga mengalami demam (+) 1 minggu
ini. Demam naik turun disertai menggigil (+), kejang (-). Pasien mengaku demam turun dengan
obat penurun demam. Pasien juga mengeluhkan mual (+) dan rasa menyesak (+) muntah (-)
nafsu makan menurun (+). Nyeri kepala, batuk, sesak napas, dan nyeri dada disangkal. BAB
biasa, kuning kecoklatan, riwayat BAB hitam (-). BAK lampias, kuning pekat.
32
Anamnesis
♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas
Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Atas
RPS: Seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang ke IGD RS. Hasan Basry Kandangan dengan
keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri dirasakan sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit dan memberat 1 hari ini. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk
tusuk dan menjalar sampai ke ulu hati. Nyeri memberat bila batuk dan bergerak. Bila
berjalan pasien lebih merasa nyaman dengan posisi membungkuk dan pada waktu tidur
lebih nyaman dengan posisi tidur terlentang. Pasien juga mengalami demam (+) 1 minggu
ini. Demam naik turun disertai menggigil (+), kejang (-). Pasien mengaku demam turun dengan
obat penurun demam. Pasien juga mengeluhkan mual (+) dan rasa menyesak (+) muntah (-)
nafsu makan menurun (+). Nyeri kepala, batuk, sesak napas, dan nyeri dada disangkal. BAB
biasa, kuning kecoklatan, riwayat BAB hitam (-). BAK lampias, kuning pekat.
TEORI :
Keluhan awal abses Hepar dapat berupa:
- Demam/menggigil
- Nyeri perut kanan atas, memberat jika terdapat pergerakan. (ditandai dengan jalan membungkuk ke
depan dengan kedua tangan ditaruh diatasnya)
- Anokresia/malaise,
- Iritasi diafragma muncul gejala seperti nyeri bahu kanan, batuk, ataupun atelektasis
- Gejala sitemik lainnya seperti mual, muntah, anoreksia, berat badan yang turun untentional, badan lemah,
ikterus, BAB cair atau BAB seperti kapur, dan urine berwarna gelap.
33
Anamnesis
♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
• Riwayat BAB encer sebelumnya disangkal.
• Riwayat sakit kuning (+) tahun 2010
• Riwayat Hipertensi (-)/Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Pemakaian Obat :
• Paracetamol 3x500mg
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Keluhan serupa (-)
Riwayat Alergi :
• Pasien menyangkal adanya alergi makanan dan obat-obatan tertentu
Riwayat Kebiasaan
• Riwayat meminum alkohol (-)
• Riwayat merokok (+) sejak usia 15 tahun, 1 bungkus perhari
34
Px Fisik
KU: sakit sedang
E4V5M6
• TD: 123/84 mmHg
• Nadi: 125 x/menit, kuat angkat,
reguler
•RR : 24x/menit, reguler
•T : 39,1oC
•SpO2 : 98% tanpa Supp O2
Mata :
Conjunctiva Anemis (-/-)),
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+) 3mm
Edema palpebra (-/-)
Thorax/pulmo
I: Bentuk normal, pergerakan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
P: FV simetris, limfadenopati (-
) nyeri tekan (-)
P: Sonor
A: SN Ves, Rh (-), Wh (-)
Cor
I: Ictus tidak terlihat
P: ictus tidak teraba, batas jantung
kesan normal
A: S1 S2 tunggal, M(-), G(-)
Abdomen
I : Datar, tidak membuncit dan tidak
ada luka
A : Bising usus (+) normal
P : Terdengar suara timpani di
seluruh kuadran abdomen,
shifting dullness (-), ketok CVA (-)
P : Nyeri tekan regio hipokondrium
dextra, hepar teraba dua jari BAC,
lien tidak teraba, undulasi(-), ludwig
sign (+)
Ekstremitas
I: gerak sendi bebas(+)
P: akral hangat (+), CRT < 2 detik,
edema (-/-) Ptekie (-)
35
Px Fisik
Abdomen
I : Datar, tidak membuncit dan tidak ada luka
A : Bising usus (+) normal
P : Terdengar suara timpani di seluruh kuadran
abdomen, shifting dullness (-), ketok CVA (-)
P : Nyeri tekan regio hipokondrium dextra, hepar
teraba dua jari BAC, lien tidak teraba, undulasi(-),
ludwig sign (+)
Inspeksi  Pada beberapa pasien mungkin ditemukan abses yang telah
menembus kulit.
 Anemis dan ikterus (jarang) 25% kasus
Palpasi  Ludwig sign (+)
 Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
 Nyeri tekan regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi
perikardium
 Nyeri tekan menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan
hati
 Nyeri pada bahu sebelah kanan
 Hepatomegali teraba sebesar 3 jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa,
permukaan hepar licin dan tidak jarang teraba fluktuasi
Perkusi  Peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan
Auskultasi  Friction rub bila ruptur abses ke perikardium
 Bising usus menghilang kemungkinan perforasi ke peritoneum
36
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
37
Hasil Laboratorium
(22 Desember 2022)
KESIMPULAN :
Leukositosis
Shift to the left
38
Hasil Laboratorium
(22 Desember 2022)
Kesimpulan :
Hiperbilirubinemia ringan
39
Hasil Laboratorium
(22 Desember 2022)
KESIMPULAN :
Leukositosis
Shift to the left
Hiperbilirubinemia ringan
TEORI :
1. Laboratorium
- leukositosis yang tinggi dengan
pergeseran ke kiri
- Anemia
- peningkatan laju endap darah
- Peningkatan alkalin fosfatase
- Peningkatan enzim transaminase dan
serum bilirubin
- Berkurangnya kadar albumin serum dan
waktu protrombin yang memanjang
menunjukan bahwa terdapat kegagalan
fungsi hepar
- Pada penderita akut anemia tidak terlalu
tampak tetapi menunjukkan leukositosis
yang bermakna sementara penderita
abses hepar kronis justru sebaliknya
40
Xray Thorax (22 Desember 2022)
Cor dan pulmo dalam batas normal
Terdapat peninggian diafragma dextra
TEORI :
Menurut Middlemiss (I964) gambaran
radiologis dari abses hepar adalah sebagai
berikut :
- Peninggian dome dari diafragma
kanan.
- Berkurangnya gerak dari dome
diafragma kanan.
- Pleural efusion.
- Kolaps paru.
- Abses paru.
41
BNO 3 Posisi (22 desember 2022) 42
USG Abdomen (23 Desember 2022) 43
USG Abdomen (23 Desember 2022)
TEORI :
USG
USG merupakan modalitas pencitraan awal,
dengan sensitivitas yang mencapai 75-95%.
Gambaran USG pada abses hepar adalah :
- Bentuk bulat atau oval
- Tidak ada gema dinding yang berarti
- Ekogenitas lebih rendah dari
parenkim hepar normal.
- Bersentuhan dengan kapsul hepar
- Peninggian sonik distal (distal
enhancement)
44
Diagnosis Kerja
Abses Hepar
TEORI :
Kriteria Sherlock
• Hepatomegali dengan nyeri tekan
√
• Respon yang baik terhadap obat
amebisid √
• Leukositosis √
• Peninggian diafragma kanan√
• Pada USG didapatkan rongga di
dalam hati√
• Tes hemaglutinasi (+)
Bila terdapat 3 atau lebih dari gejala di
atas.
Pada kasus ini didapatkan 5/6
kriteria.
45
Planning
 IVFD NaCl 20 tpm
 Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)
 Metronidazole 300mg/8 jam
(IV)
 Antrain 1gr/8jam (IV)
 Omeprazole 40mg/24 jam
(IV)
 Pro Laparoscopy Drainase
Abses k/p Open
TEORI :
Terapi Non-Farmakologi
1. Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB
- Protein 1-1,5 g/kgBB
2. Makanan dalam bentuk lunak
3. Bed rest
Terapi Farmakologi
1. Kebutuhan cairan IVFD RL 20 gtt/i macro
2. Terapi Simptomatis sesuai dengan keluhan
3. Antibiotik :
Sebelum terdapat hasil kultur, diberikan antibiotika spektrum luas.
• Ampisilin dan aminoglikosida diberikan bila sumber infeksi
terdapat pada saluran empedu.
• Sefalosporin generasi ketiga merupakan pilihan apabila sumber
infeksi berasal dari usus.
• Metronidazole diberikan PO 750 mg 3x1 selama 5-10 hari atau
IV 500 mg 4x1 selama 5-10 hari dapat dikombinasikan dengan
Paramomycin (golongan agen luminal) PO 25-30 mg/kg/hari 3x1
selama 7 hari.
46
Planning
 IVFD NaCl 20 tpm
 Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)
 Metronidazole 300mg/8 jam
(IV)
 Antrain 1gr/8jam (IV)
 Omeprazole 40mg/24 jam
(IV)
 Pro Laparoscopy Drainase
Abses k/p Open
TEORI :
Drainage abses
- Abses hepar dengan diameter 1-5 cm
: terapi medikamentosa, bila respon negatif
dilakukan aspirasi
- Abses hepar dengan diameter 5-8 cm
: terapi aspirasi berulang
- Abses hepar dengan diameter ≥ 8 cm
: drainase perkutan atau pembedahan
47
Prognosis
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Fungsionam : dubia ad bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam
TEORI :
Prognosis dari abses hepar tergantung:
1. Virulensi parasit
2. Status imunitas dan keadaan
nutrisi penderita
3. Usia penderita, lebih buruk pada usia
tua
4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut
mempunyai prognosa lebih buruk
5. Letak dan jumlah abses, lebih buruk
bila abses di lobus kiri atau multiple.
48
Foto Klinis Pre Op 49
Durante Op (26 Desember 2022) 50
Durante Op (26 Desember 2022) 51
Post Op (26 Desember 2022)
52
Laporan Operasi
1. Pasien dalam posisi supine,
Anestesi GA
2. Dilakukan Tindakan septik aseptik
3. Dilakukan pemasangan trokar
pada 3 titik di abdomen
4. Ditemukan : Abses hepar segmen
6 dan 7
5. Dilakukan drainase abses -> Cuci
dengan NaCl 0,9% +
Metronidazole
6. Pasang drain
7. Operasi selesai
53
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
23 Desember
2023
Demam (+), Nyeri perut
kanan atas (+), nyeri
menjalar ke bahu dan
punggung atas (+), mual
(+), nafsu makan ↓ (+)
Pasien tampak lemah
TD = 98/60 mmHg
HR= 90x/’
RR= 20x/’
T=38,2oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(+)
Susp. Abses
Hepar
Bed rest
IVFD NaCl 20 tpm
Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)
Metronidazole 300mg/8 jam (IV)
Antrain 1gr/8jam (IV)
Omeprazole 40mg/24 jam (IV)
Rencana : USG Abdomen
24 Desember
2022
Nyeri perut kanan atas (+) ↓,
nyeri ke arah bahu ↓ mual
(+), nafsu makan (+)
Pasien tampak lemah
TD = 100/70mmHg
HR= 88x/’
RR= 20x/’
T=37,2oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(+)
Abses Hepar Tx Lanjut
25 Desember
2022
Nyeri perut kanan atas ↓↓,
nyeri ke arah bahu (-), mual
(+), menyesak (+) ↓, nafsu
makan (+)
Pasien tampak lemah
TD = 110/70 mmHg
HR= 78x/’
RR= 20x/’
T=36,9oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(+)
Abses Hepar Tx Lanjut
Rencana :
Besok pro laparoscopy drainage
abses k/p Open
54
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
26 Desember 2022 Nyeri perut kanan
atas ↓↓, mual (+) ↓,
nafsu makan (+)
KU : Baik
TD = 120/80 mmHg
HR= 80x/’
RR= 20x/’
T=36,5oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(-)
Abses Hepar Tx Lanjut
Rencana :
Hari ini pro laparoscopy drainage
abses k/p Open
27 Desember 2022 Nyeri post operasi
(+)
KU : Baik
TD = 110/70 mmHg
HR= 82x/’
RR= 20x/’
T=36,5oC
Abdomen : supel, distensi (-) Luka post
operasi baik.
Post Laparoscopy
drainage ai Abses
Hepar (POD I)
Tx Lanjut
Mobilisasi bertahap
28 Desember 2022 Nyeri post operasi
(<)
KU : Baik
TD = 100/70 mmHg
HR= 84x/’
RR= 20x/’
T=36,5oC
Abdomen : supel, distensi (-) Luka post
operasi baik.
Post Laparoscopy
drainage ai Abses
Hepar (POD II)
Aff Drain
Hari ini BLPL
55
KESIMPULAN
Laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri
memberat bila batuk dan bergerak. Demam (+) 1 minggu ini, mual (+) muntah (-)
nafsu makan menurun (+)
Keadaan umum tampak sakit sedang, tanda vital yaitu tekanan darah 123/84
mmHg, nadi 125 x/menit, laju pernapasan 24 x/menit, suhu 39,10C dan saturasi oksigen
98% on room air. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan hipokondrium
dextra, hepatomegaly 2 jari BAC, dan ludwig sign (+)
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh pasien berupa pemeriksaan darah
rutin, kimia darah, serologi, urinalisa, rontgen thorax, BNO dan USG abdomen. Hasil
pemeriksaan darah didapatkan adanya peningkatan leukosit, hyperbilirubinemia
ringan, pemeriksaan USG abdomen didapatkan abses hepar.
Pada pasien dilakukan laparoscopy drainage abses dan dirawat selama 6 hari,
dan boleh pulang tanggal 28 Desember 2022. Pasien mendapatkan obat pulang
cefixime 2 x 200mg , Metronidazole 3x500mg, Ibuprofen 3x400mg, Omeprazole
1x20mg. Pasien direncanakan kontrol ke poli Bedah Umum pada tanggal 2 Januari
2023.
56
TERIMA
KASIH
57

More Related Content

What's hot

Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
Phil Adit R
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
Kharima SD
 
Sirosis hati
Sirosis hatiSirosis hati
Sirosis hati
fikri asyura
 
Sindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjangSindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjang
Anjang Kusuma Netra
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Muhammad Nugroho
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
Dasuki Suke
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
fikri asyura
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
mataharitimoer MT
 
Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020
rickygunawan84
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Aris Rahmanda
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)
Prodalima Sinulingga, M.Kep
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
hersu12345
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
Yabniel Lit Jingga
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
Hasanuddin University
 
Tenggelam
TenggelamTenggelam
Tenggelam
fahrisyah
 
sirosis hepatis
sirosis hepatissirosis hepatis
sirosis hepatis
Fadjar Miea
 
Asuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisAsuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitis
Arief Yanto
 
Tamponade Jantung
Tamponade JantungTamponade Jantung
Tamponade Jantung
Yarah Azzilzah
 
Laporan Operasi RSU FK UKI
Laporan Operasi RSU FK UKILaporan Operasi RSU FK UKI
Laporan Operasi RSU FK UKI
Phil Adit R
 

What's hot (20)

Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Sirosis hati
Sirosis hatiSirosis hati
Sirosis hati
 
Sindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjangSindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjang
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
 
Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
Tenggelam
TenggelamTenggelam
Tenggelam
 
sirosis hepatis
sirosis hepatissirosis hepatis
sirosis hepatis
 
Asuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisAsuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitis
 
Tamponade Jantung
Tamponade JantungTamponade Jantung
Tamponade Jantung
 
Laporan Operasi RSU FK UKI
Laporan Operasi RSU FK UKILaporan Operasi RSU FK UKI
Laporan Operasi RSU FK UKI
 

Similar to Laporan Kasus Abses Hepar-dr.pptx

P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
fikri asyura
 
Referrat Liver Asbcess
Referrat Liver AsbcessReferrat Liver Asbcess
Referrat Liver Asbcess
Soroy Lardo
 
Abses Hepar PPT (1).pptx
Abses Hepar PPT (1).pptxAbses Hepar PPT (1).pptx
Abses Hepar PPT (1).pptx
MedicalStudent49
 
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxPPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
NurRohmahTriaRomadho
 
abses hati presentasi untuk bidang kedokteran
abses hati presentasi untuk bidang kedokteranabses hati presentasi untuk bidang kedokteran
abses hati presentasi untuk bidang kedokteran
migel5
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
nandananda776342
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
eric214073
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
retno915824
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
Ayu Rahayu
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
BAksaSonita062
 
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptxDiagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
IrfanNersMaulana
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
arie setyawan
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
AnnisaRizkaFauziah
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
Richard Leonardo
 
CSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptxCSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptx
SitiHawa416858
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
Aster Widodo
 
01 DEMAM TIFOID.ppt
01 DEMAM TIFOID.ppt01 DEMAM TIFOID.ppt
01 DEMAM TIFOID.ppt
alvionitadewinta
 
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptINFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
HengkyWijaya11
 
Askep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhirAskep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhir
arniwianti
 
TB extra paru yessi.pptx
TB extra paru yessi.pptxTB extra paru yessi.pptx
TB extra paru yessi.pptx
AsfahaniLatiefah1
 

Similar to Laporan Kasus Abses Hepar-dr.pptx (20)

P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 
Referrat Liver Asbcess
Referrat Liver AsbcessReferrat Liver Asbcess
Referrat Liver Asbcess
 
Abses Hepar PPT (1).pptx
Abses Hepar PPT (1).pptxAbses Hepar PPT (1).pptx
Abses Hepar PPT (1).pptx
 
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxPPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
 
abses hati presentasi untuk bidang kedokteran
abses hati presentasi untuk bidang kedokteranabses hati presentasi untuk bidang kedokteran
abses hati presentasi untuk bidang kedokteran
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptxDiagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
CSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptxCSS sirosis hepatis.pptx
CSS sirosis hepatis.pptx
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
01 DEMAM TIFOID.ppt
01 DEMAM TIFOID.ppt01 DEMAM TIFOID.ppt
01 DEMAM TIFOID.ppt
 
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptINFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
 
Askep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhirAskep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhir
 
TB extra paru yessi.pptx
TB extra paru yessi.pptxTB extra paru yessi.pptx
TB extra paru yessi.pptx
 

Recently uploaded

pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 

Recently uploaded (20)

pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 

Laporan Kasus Abses Hepar-dr.pptx

  • 1. ABSES HEPAR Oleh: dr. Mida Ridayanti Pembimbing : dr. H. Abdullah Putra Perdana, Sp. B Pendamping ; dr. Suwandi PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN JANUARI, 2023 LAPORAN KASUS 1
  • 3. ANATOMI HEPAR Vaskularisasi  Perdarahan arteri hepatica.  Aliran darah dari seluruh traktus gastrointestinal dibawa menuju ke hepar oleh vena porta hepatis cabang kiri dan kanan. Darah meninggalkan hepar melalui vena sentralis dari setiap lobulus yang mengalir melalui vena hepatika. Persarafan  Nervus simpatikus : dari ganglion seliakus, berjalan bersama pembuluh darah pada lig. hepatogastrika dan masuk porta hepatis.  Nervus vagus : dari trunkus sinistra yang mencapai porta hepatis menyusuri kurvatura minor gaster dalam omentum 3
  • 4.  infeksi pada hepar yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal  Ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hepar nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hepar  Abses hepar adalah salah satu bentuk dari abses visceral DEFINISI ABSES HEPAR 4
  • 5. KLASIFIKASI  Abses Hepar Amuba (AHA) hepar amuba adalah penimbunan atau akumulasi debris nekro-inflamatori purulen didalam parenkim hepar yang disebabkan oleh amuba, terutama entamoeba hystolitica  Abses Hepar Piogenic (AHP) Abses hepar piogenik adalah proses supuratif yang terjadi pada jaringan hepar yang disebabkan oleh invasi bakteri melalui aliran darah, sistem bilier, maupun penetrasi langsung. 5
  • 6.  Insidens abses hepar jarang, berkisar antara 15-20 kasus per 100.000 populasi. Abses Hati Piogenik (AHP) merupakan 75% dari semua abses hati. AHP lebih sering terjadi pada laki-laki : perempuan 3:1 sampai dengan 22:1 Distribusi usia berkisar 20-60 tahun, dengan insidensi puncak pada dekade ke-4 EPIDEMIOLOGI 6
  • 7. ETIOLOGI Bakteri Gram Negatif Escherichia coli Klebsiella pneumonia Pseudomonas aeruginosa. Proteus spp. Others % 20,5 16,0 6,1 1,3 7,4 Bakteri Gram Positif Streptococus milleri Enterococcus sp. S. aureus / S. Epidermidis Streptococcus sp. 12,2 9,3 7,7 1,1 Organisme Anaerob Bacteroides sp Anaeorobic / Microaerophilic Streptococci Fusobaterium Anaerob lainnya 11,2 6,1 4,2 1,9 Lainnya Actinomyces C. albicans 0,3 0,3 7
  • 8. FAKTOR RISIKO Faktor Risiko yang Menyebabkan Perkembangan Abses Hati Faktor Risiko yang Menyebabkan Peningkatan Mortalitas Abses Hati 1. Diabetes Mellitus* 2. Sirosis hepatis* 3. Status imuno-compromised 4. Penggunaan PPI 5. Usia 6. Jenis kelamin laki-laki*  Keganasan  Diabetes Mellitus*  Sirosis Hepatis*  Jenis kelamin laki-laki*  Infeksi mikroorganisme campuran  Abses hati yang ruptur  Abses ukuran > 5 cm  Distress pernapasan  Jaundice  Hipotensi  Keterlibatan ekstra-hepatik 8
  • 9. DIAGNOSIS  Anamnesis  Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan Penunjang 9
  • 10. ANAMNESIS Keluhan awal abses Hepar dapat berupa:  Demam/menggigil  Nyeri perut kanan atas, memberat jika terdapat pergerakan. (ditandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan ditaruh diatasnya)  Anorexia/malaise,  Iritasi diafragma muncul gejala seperti nyeri bahu kanan, batuk, ataupun atelektasis  Gejala sitemik lainnya seperti mual, muntah, anoreksia, berat badan yang turun untentional, badan lemah, ikterus, BAB cair atau BAB seperti kapur, dan urine berwarna gelap. Hal lainnya yang perlu dinilai dalam anamnesis abses hati adalah kebiasaan meminum alkohol, riwayat hepatitis sebelumnya dan riwayat keluarnya proglottid (lembaran putih di pakaian dalam) dengan tujuan menyingkirkan diagnosa banding. 10
  • 11. PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi  Pada beberapa pasien mungkin ditemukan abses yang telah menembus kulit.  Anemis dan ikterus (jarang) 25% kasus Palpasi  Ludwig sign (+)  Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen  Nyeri tekan regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi perikardium  Nyeri tekan menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan hati  Nyeri pada bahu sebelah kanan  Hepatomegali teraba sebesar 3 jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa, permukaan hepar licin dan tidak jarang teraba fluktuasi Perkusi  Peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan Auskultasi  Friction rub bila ruptur abses ke perikardium  Bising usus menghilang kemungkinan perforasi ke peritoneum 11
  • 12. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium  leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri  Anemia  peningkatan LED  Peningkatan alkalin fosfatase  Peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin  Berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati Pada penderita akut anemia tidak terlalu tampak tetapi menunjukkan leukositosis yang bermakna sementara penderita abses hepar kronis justru sebaliknya 12
  • 13. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. USG USG merupakan modalitas pencitraan awal, dengan sensitivitas yang mencapai 75-95%. Gambaran USG pada abses hepar adalah : • Bentuk bulat atau oval • Tidak ada gema dinding yang berarti • Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati normal. • Bersentuhan dengan kapsul hati • Peninggian sonik distal (distal enhancement) 13
  • 14. 2. CT Scan Gambaran CT scan 85 % berupa massa soliter relatif besar, monolokular, prakontras tampak sebagai massa hipodens berbatas suram. Densitas cairan abses berkisar 10-20 H.U. Pasca kontras tampak penyengatan pada dinding abses yang tebal. Septa terlihat pada 30 % kasus. PEMERIKSAAN PENUNJANG 14
  • 15. 3. MRI - lesi dengan penyengatan kontras yang berbentuk cincin dan bagian sentral yang tidak tampak penyengatan. PEMERIKSAAN PENUNJANG 15
  • 16. KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Sherlock Kriteria Ramachandran Kriteria Lamont & Pooler 1. Hepatomegali dengan nyeri tekan 2. Respon yang baik terhadap obat amebisid 3. Leukositosis 4. Peninggian diafragma kanan 5. Pada USG didapatkan rongga di dalam hati 6. Tes hemaglutinasi (+) Bila terdapat 3 atau lebih dari gejala di atas. 1. Hepatomegali disertai dengan nyeri 2. Riwayat disentri 3. Leukositosis 4. Kelainan radiologis 5. Respon terhadap obat amebisid Bila terdapat 3 atau lebih dari gejala di atas. 1. Hepatomegali disertai dengan nyeri 2. Kelainan hematologis 3. Kelainan radiologis 4. Pus amebic 5. Tes serologis (+) 6. Respon terhadap obat amebisid (+) Bila terdapat 3 atau lebih dari gejala di atas. 16
  • 17. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis Banding Manifestasi Klinis Hepatoma Merupakan tumor ganas hati primer Anamnesis : 1. Penurunan berat badan, 2. Nyeri perut kanan atas 3. Anoreksia 4. Malaise 5. Benjolan perut kanan atas Pemeriksaan fisik : 1. Hepatomegali berbenjol-benjol 2. Stigmata penyakit hati kronik Laboratorium : 1. Peningkatan AFP 2. PIVKA II 3. Alkali fosfatase USG : lesi lokal/difus di hati Kolesistitis Akut Merupakan reaksi inflamasi kandung empedu akibat infeksi bakterial akut yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan rasa panas. Anamnesis : 1. Nyeri epigastrium atau perut kanan atas yang dapat menjalar ke daerah skapula kanan 2. Demam Pemeriksaan fisik : 1. Teraba massa kandung empedu 2. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritotis lokal 3. Murphy sign (+) 4. Ikterik biasanya menunjukkan adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik Laboratorium : leukositosis USG : penebalan dinding kandung empedu, sering pula ditemukan sludge atau batu. 17
  • 18. TATALAKSANA Terapi Non-Farmakologi 1. Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein - Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB - Protein 1-1,5 g/kgBB 2. Makanan dalam bentuk lunak 3. Bed rest 4. Menghindari faktor risiko yang memperberat, misalnya konsumsi alkohol. TATALAKSANA 18
  • 19. TATALAKSANA Terapi Farmakologi Sebelum terdapat hasil kultur, diberikan antibiotika spektrum luas.  Ampisilin dan aminoglikosida diberikan bila sumber infeksi terdapat pada saluran empedu.  Sefalosporin generasi ketiga merupakan pilihan apabila sumber infeksi berasal dari usus.  Metronidazole diberikan pada semua AHP dengan berbagai sumber infeksi serta mengatasi infeksi anaerobik. Bila telah terdapat hasil kultur, antibiotika disesuaikan dengan kuman yang spesifik. Antibiotika intravena diberikan sedikitnya selama 2 minggu, dilanjutkan dengan antibiotika oral selama 6 minggu. Apabila infeksi disebabkan oleh streptoccocus, pemberian antibotika oral dosis tinggi disarankan selama lebih dari 6 minggu. 19
  • 20. TATALAKSANA Terapi Farmakologi Jenis Obat Dosis Dewasa Dosis Anak-anak Efek Samping Agen amoebisid Metronidazole PO 750 mg 3x1 selama 5- 10 hari IV 500 mg 4x1 selama 5-10 hari PO 30-50 mg/kg/hari 3x1 selama 5-10 hari IV 15 mg/kg diikuti dengan 7,5 mg/kg 4x1 (dosis maksimum 2250 mg/hari) Psikosis, kejang, neuropati perifer Chloroquine (terapi adjuvan) PO 600 mg/hari selama 2 hari, 300 mg/hari selama 14 hari 10 mg/kg Diare, kram abdomen cardiotoxicity, kejang, dan hipotensi Tinidazole 2 mg/hari selama 3-5 hari Agen luminal Paromomycin PO 25-30 mg/kg/hari 3x1 selama 7 hari PO 25 mg/kg/hari 3x1 selama 7 hari (dosis maksimum 2 gr/hari) Diare Iodoquinol PO 650 mg 3x1 selama 20 hari PO 30-40 mg/kg/hari 3x1 (dosis maksimum 2 gr/hari) Kontraindikasi pada pasien dengan insufisiensi hepatik atau hipersensitif terhadap iodine Diloxanide furoate (indikasi mutlak pada pasien yang tidak respon iodoquinol dan paromomycin) PO 500 mg 3x1 selama 10 hari PO 20 mg/kg/hari 3x1 20
  • 21. TATALAKSANA Terapi Farmakologi Jenis Obat Dosis Dewasa Dosis Anak-anak Efek Samping Antibiotik Meropenem (Merrem) IV 500-1000 mg 3 x 1 pada keadaan berat dosis dapat ditingkatkan hingga 2000 mg IV 10-40 mg/kg 3x1 Nyeri lokasi injeksi, gangguan gastrointestinal, gangguan liver, pusing, kejang Iminipenem dan cilastatin na (Primaxin) IV 500-1000 mg 3-4 x 1 (dosis maksimum 4 gr/hari) IV 15-25 mg/kg 2-4 x 1 Nyeri lokasi injeksi, gangguan gastrointestinal, gangguan liver, gangguan renal, gangguan hematologi Cefuroxime (Ceftin) PO 250-500 mg/hari pada keadaan berat dapat ditingkatkan hingga 1000 mg 2x1 IV/IM 750 mg 3x1 IV/IM 50-100 mg/kg/hari 3x1 Gangguan hematologi, gangguan gastrointestinal, reaksi lokal injeksi Cefaclor (Ceclor) PO 750 mg/hari PO 10-15 mg/kg/ 2-3 x 1 Gangguan gastrointestinal, gangguan hematologi Klindamisin (Cleocin) PO 150-300 mg 4x1 pada infeksi serius PO 300-450 mg 4x1 PO 8-16 mg/kg/hari 3-4 x1 pada infeksi serius PO 16-20 mg/kg/hari 3-4 x1 Gangguan gastrointestinal, gangguan liver, gangguan renal, gangguan hematologi Agen Anti-jamur Amfoterisin B (AmBisome) PO 0,3-0,5 mg/kg selama 6 minggu atau dapat dilanjutkan hingga 3-4 bulan Demam, menggigil, toksik pada ginjal Flukonazol (Diflucan) PO 150 mg dosis tunggal (dosis maksimum 600 mg/hari) IV 3-12 mg/kg/hari (dosis maksimum 600 mg/hari) Hepatotoksisitas, gangguan gastrointestinal, gangguan hematologi 21
  • 22. TATALAKSANA Pemberian antibiotik dengan kombinasi : a. Aspirasi tertutup, dengan indikasi: - Resiko tinggi terjadi ruptur abses (> 5 cm untuk abses tunggal, dan > 3 cm untuk abses multiple) - Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas tinggi dan frekuensi tinggi bocor ke peritoneum atau pericardium - Tak ada respons klinis terhadap terapi dalam 3-5 hari 22
  • 23. TATALAKSANA Pemberian antibiotik dengan kombinasi : b. Drainase kateter perkutan Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen atau CT scan abdomen, dan ditempatkan kateter untuk drainase. Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru, peritoneum, dan perikardial. Tingginya viskositas cairan abses amuba memerlukan kateter dengan diameter yang besar untuk drainase yang adekuat. 23
  • 24. TATALAKSANA Pemberian antibiotik dengan kombinasi : c. Drainase pembedahan – laparoskopi, dengan indikasi:  Abses disertai komplikasi infeksi sekunder  Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal  Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil  Ruptur abses ke dalam rongga intraperitoneal/ pleural/ perikardial 24
  • 25. TATALAKSANA Pemberian antibiotik dengan kombinasi : d. Hepatektomi Dewasa ini dilakukan hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hati yang terkena abses. Hepatektomi dapat dilakukan pada abses tunggal atau multipel, lobus kanan atau kiri, juga pada pasien dengan penyakit saluran empedu. Tipe reseksi hepatektomi tergantung dari luas daerah hati yang terkena abses juga disesuaikan dengan perdarahan lobus hati 25
  • 26. TATALAKSANA Berdasarkan kesepakatan PEGI (perhimpunan endoskopi gastrointestial indonesia) dan PPHI (perhimpunan peneliti hati indonesia) di surabaya pada tahun 1996. - Abses hati dengan diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa, bila respon negatif dilakukan aspirasi - Abses hati dengan diameter 5-8 cm : terapi aspirasi berulang - Abses hati dengan diameter ≥ 8 cm : drainase perkutan atau pembedahan 26
  • 27. TATALAKSANA Kontraindikasi operasi pada abses hepar antara lain:  Abses multipel  Infeksi poli-mikrobakteri  Immunocompromise disease 27
  • 28. KOMPLIKASI 1. Infeksi sekunder Merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus. Kuman penyebab tersering staphylococcus dan streptococcus. 2. Ruptur akut dengan penjalaran langsung Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum (terutama amubiasis hati di lobus kiri), selanjutnya pericardium dan amubiasis kutis maupun organ-organ lain. 3. Komplikasi vaskuler Ruptur ke dalam v. porta (trombosis vena porta), saluran empedu (trombosis vena hepatica) atau traktus gastrointestinal jarang terjadi. 4. Parasitemia, amoebiasis serebral E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intrakranial. 5. Ileus obstruktif 6. Koma hepatikum. 28
  • 29. PROGNOSIS Prognosis dari abses hepar tergantung: 1. Virulensi parasit 2. Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita 3. Usia penderita, lebih buruk pada usia tua 4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk 5. letak dan jumlah abses, lebih buruk bila abses di lobus kiri atau multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine, metronidazole, dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian biasanya karena sepsis atau sindrom hepatorenal. Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan. 29
  • 31. Identitas Pasien  Nama : Tn. P  Usia : 45 tahun  Jenis Kelamin : Laki-Laki  Suku : Banjar  Status : Menikah  Pendidikan : SMP  Pekerjaan : Swasta  Alamat : Kandangan Barat  MRS : 22 Desember 2022  No. RMK : 235652 TEORI : - Distribusi usia berkisar 20-60 tahun, dengan insidensi puncak pada dekade ke-4 - AHP lebih sering terjadi pada laki-laki - Perbandingan laki-laki : perempuan 3:1 sampai dengan 22:1 31
  • 32. Anamnesis ♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Atas RPS: Seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang ke IGD RS. Hasan Basry Kandangan dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri dirasakan sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan memberat 1 hari ini. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan menjalar sampai ke ulu hati. Nyeri memberat bila batuk dan bergerak. Bila berjalan pasien lebih merasa nyaman dengan posisi membungkuk dan pada waktu tidur lebih nyaman dengan posisi tidur terlentang. Pasien juga mengalami demam (+) 1 minggu ini. Demam naik turun disertai menggigil (+), kejang (-). Pasien mengaku demam turun dengan obat penurun demam. Pasien juga mengeluhkan mual (+) dan rasa menyesak (+) muntah (-) nafsu makan menurun (+). Nyeri kepala, batuk, sesak napas, dan nyeri dada disangkal. BAB biasa, kuning kecoklatan, riwayat BAB hitam (-). BAK lampias, kuning pekat. 32
  • 33. Anamnesis ♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Atas RPS: Seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang ke IGD RS. Hasan Basry Kandangan dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri dirasakan sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan memberat 1 hari ini. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan menjalar sampai ke ulu hati. Nyeri memberat bila batuk dan bergerak. Bila berjalan pasien lebih merasa nyaman dengan posisi membungkuk dan pada waktu tidur lebih nyaman dengan posisi tidur terlentang. Pasien juga mengalami demam (+) 1 minggu ini. Demam naik turun disertai menggigil (+), kejang (-). Pasien mengaku demam turun dengan obat penurun demam. Pasien juga mengeluhkan mual (+) dan rasa menyesak (+) muntah (-) nafsu makan menurun (+). Nyeri kepala, batuk, sesak napas, dan nyeri dada disangkal. BAB biasa, kuning kecoklatan, riwayat BAB hitam (-). BAK lampias, kuning pekat. TEORI : Keluhan awal abses Hepar dapat berupa: - Demam/menggigil - Nyeri perut kanan atas, memberat jika terdapat pergerakan. (ditandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan ditaruh diatasnya) - Anokresia/malaise, - Iritasi diafragma muncul gejala seperti nyeri bahu kanan, batuk, ataupun atelektasis - Gejala sitemik lainnya seperti mual, muntah, anoreksia, berat badan yang turun untentional, badan lemah, ikterus, BAB cair atau BAB seperti kapur, dan urine berwarna gelap. 33
  • 34. Anamnesis ♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas Riwayat Penyakit Dahulu : • Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal • Riwayat BAB encer sebelumnya disangkal. • Riwayat sakit kuning (+) tahun 2010 • Riwayat Hipertensi (-)/Diabetes Mellitus (-) Riwayat Pemakaian Obat : • Paracetamol 3x500mg Riwayat Penyakit Keluarga : • Keluhan serupa (-) Riwayat Alergi : • Pasien menyangkal adanya alergi makanan dan obat-obatan tertentu Riwayat Kebiasaan • Riwayat meminum alkohol (-) • Riwayat merokok (+) sejak usia 15 tahun, 1 bungkus perhari 34
  • 35. Px Fisik KU: sakit sedang E4V5M6 • TD: 123/84 mmHg • Nadi: 125 x/menit, kuat angkat, reguler •RR : 24x/menit, reguler •T : 39,1oC •SpO2 : 98% tanpa Supp O2 Mata : Conjunctiva Anemis (-/-)), sklera ikterik (-/-) pupil isokor (+/+) 3mm Edema palpebra (-/-) Thorax/pulmo I: Bentuk normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-) P: FV simetris, limfadenopati (- ) nyeri tekan (-) P: Sonor A: SN Ves, Rh (-), Wh (-) Cor I: Ictus tidak terlihat P: ictus tidak teraba, batas jantung kesan normal A: S1 S2 tunggal, M(-), G(-) Abdomen I : Datar, tidak membuncit dan tidak ada luka A : Bising usus (+) normal P : Terdengar suara timpani di seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-), ketok CVA (-) P : Nyeri tekan regio hipokondrium dextra, hepar teraba dua jari BAC, lien tidak teraba, undulasi(-), ludwig sign (+) Ekstremitas I: gerak sendi bebas(+) P: akral hangat (+), CRT < 2 detik, edema (-/-) Ptekie (-) 35
  • 36. Px Fisik Abdomen I : Datar, tidak membuncit dan tidak ada luka A : Bising usus (+) normal P : Terdengar suara timpani di seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-), ketok CVA (-) P : Nyeri tekan regio hipokondrium dextra, hepar teraba dua jari BAC, lien tidak teraba, undulasi(-), ludwig sign (+) Inspeksi  Pada beberapa pasien mungkin ditemukan abses yang telah menembus kulit.  Anemis dan ikterus (jarang) 25% kasus Palpasi  Ludwig sign (+)  Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen  Nyeri tekan regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi perikardium  Nyeri tekan menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan hati  Nyeri pada bahu sebelah kanan  Hepatomegali teraba sebesar 3 jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa, permukaan hepar licin dan tidak jarang teraba fluktuasi Perkusi  Peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan Auskultasi  Friction rub bila ruptur abses ke perikardium  Bising usus menghilang kemungkinan perforasi ke peritoneum 36
  • 38. Hasil Laboratorium (22 Desember 2022) KESIMPULAN : Leukositosis Shift to the left 38
  • 39. Hasil Laboratorium (22 Desember 2022) Kesimpulan : Hiperbilirubinemia ringan 39
  • 40. Hasil Laboratorium (22 Desember 2022) KESIMPULAN : Leukositosis Shift to the left Hiperbilirubinemia ringan TEORI : 1. Laboratorium - leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri - Anemia - peningkatan laju endap darah - Peningkatan alkalin fosfatase - Peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin - Berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hepar - Pada penderita akut anemia tidak terlalu tampak tetapi menunjukkan leukositosis yang bermakna sementara penderita abses hepar kronis justru sebaliknya 40
  • 41. Xray Thorax (22 Desember 2022) Cor dan pulmo dalam batas normal Terdapat peninggian diafragma dextra TEORI : Menurut Middlemiss (I964) gambaran radiologis dari abses hepar adalah sebagai berikut : - Peninggian dome dari diafragma kanan. - Berkurangnya gerak dari dome diafragma kanan. - Pleural efusion. - Kolaps paru. - Abses paru. 41
  • 42. BNO 3 Posisi (22 desember 2022) 42
  • 43. USG Abdomen (23 Desember 2022) 43
  • 44. USG Abdomen (23 Desember 2022) TEORI : USG USG merupakan modalitas pencitraan awal, dengan sensitivitas yang mencapai 75-95%. Gambaran USG pada abses hepar adalah : - Bentuk bulat atau oval - Tidak ada gema dinding yang berarti - Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hepar normal. - Bersentuhan dengan kapsul hepar - Peninggian sonik distal (distal enhancement) 44
  • 45. Diagnosis Kerja Abses Hepar TEORI : Kriteria Sherlock • Hepatomegali dengan nyeri tekan √ • Respon yang baik terhadap obat amebisid √ • Leukositosis √ • Peninggian diafragma kanan√ • Pada USG didapatkan rongga di dalam hati√ • Tes hemaglutinasi (+) Bila terdapat 3 atau lebih dari gejala di atas. Pada kasus ini didapatkan 5/6 kriteria. 45
  • 46. Planning  IVFD NaCl 20 tpm  Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)  Metronidazole 300mg/8 jam (IV)  Antrain 1gr/8jam (IV)  Omeprazole 40mg/24 jam (IV)  Pro Laparoscopy Drainase Abses k/p Open TEORI : Terapi Non-Farmakologi 1. Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein - Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB - Protein 1-1,5 g/kgBB 2. Makanan dalam bentuk lunak 3. Bed rest Terapi Farmakologi 1. Kebutuhan cairan IVFD RL 20 gtt/i macro 2. Terapi Simptomatis sesuai dengan keluhan 3. Antibiotik : Sebelum terdapat hasil kultur, diberikan antibiotika spektrum luas. • Ampisilin dan aminoglikosida diberikan bila sumber infeksi terdapat pada saluran empedu. • Sefalosporin generasi ketiga merupakan pilihan apabila sumber infeksi berasal dari usus. • Metronidazole diberikan PO 750 mg 3x1 selama 5-10 hari atau IV 500 mg 4x1 selama 5-10 hari dapat dikombinasikan dengan Paramomycin (golongan agen luminal) PO 25-30 mg/kg/hari 3x1 selama 7 hari. 46
  • 47. Planning  IVFD NaCl 20 tpm  Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)  Metronidazole 300mg/8 jam (IV)  Antrain 1gr/8jam (IV)  Omeprazole 40mg/24 jam (IV)  Pro Laparoscopy Drainase Abses k/p Open TEORI : Drainage abses - Abses hepar dengan diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa, bila respon negatif dilakukan aspirasi - Abses hepar dengan diameter 5-8 cm : terapi aspirasi berulang - Abses hepar dengan diameter ≥ 8 cm : drainase perkutan atau pembedahan 47
  • 48. Prognosis  Ad Vitam : dubia ad bonam  Ad Fungsionam : dubia ad bonam  Ad Sanationam : dubia ad bonam TEORI : Prognosis dari abses hepar tergantung: 1. Virulensi parasit 2. Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita 3. Usia penderita, lebih buruk pada usia tua 4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk 5. Letak dan jumlah abses, lebih buruk bila abses di lobus kiri atau multiple. 48
  • 50. Durante Op (26 Desember 2022) 50
  • 51. Durante Op (26 Desember 2022) 51
  • 52. Post Op (26 Desember 2022) 52
  • 53. Laporan Operasi 1. Pasien dalam posisi supine, Anestesi GA 2. Dilakukan Tindakan septik aseptik 3. Dilakukan pemasangan trokar pada 3 titik di abdomen 4. Ditemukan : Abses hepar segmen 6 dan 7 5. Dilakukan drainase abses -> Cuci dengan NaCl 0,9% + Metronidazole 6. Pasang drain 7. Operasi selesai 53
  • 54. FOLLOW UP Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning 23 Desember 2023 Demam (+), Nyeri perut kanan atas (+), nyeri menjalar ke bahu dan punggung atas (+), mual (+), nafsu makan ↓ (+) Pasien tampak lemah TD = 98/60 mmHg HR= 90x/’ RR= 20x/’ T=38,2oC Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign (+) Susp. Abses Hepar Bed rest IVFD NaCl 20 tpm Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV) Metronidazole 300mg/8 jam (IV) Antrain 1gr/8jam (IV) Omeprazole 40mg/24 jam (IV) Rencana : USG Abdomen 24 Desember 2022 Nyeri perut kanan atas (+) ↓, nyeri ke arah bahu ↓ mual (+), nafsu makan (+) Pasien tampak lemah TD = 100/70mmHg HR= 88x/’ RR= 20x/’ T=37,2oC Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign (+) Abses Hepar Tx Lanjut 25 Desember 2022 Nyeri perut kanan atas ↓↓, nyeri ke arah bahu (-), mual (+), menyesak (+) ↓, nafsu makan (+) Pasien tampak lemah TD = 110/70 mmHg HR= 78x/’ RR= 20x/’ T=36,9oC Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign (+) Abses Hepar Tx Lanjut Rencana : Besok pro laparoscopy drainage abses k/p Open 54
  • 55. FOLLOW UP Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning 26 Desember 2022 Nyeri perut kanan atas ↓↓, mual (+) ↓, nafsu makan (+) KU : Baik TD = 120/80 mmHg HR= 80x/’ RR= 20x/’ T=36,5oC Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign (-) Abses Hepar Tx Lanjut Rencana : Hari ini pro laparoscopy drainage abses k/p Open 27 Desember 2022 Nyeri post operasi (+) KU : Baik TD = 110/70 mmHg HR= 82x/’ RR= 20x/’ T=36,5oC Abdomen : supel, distensi (-) Luka post operasi baik. Post Laparoscopy drainage ai Abses Hepar (POD I) Tx Lanjut Mobilisasi bertahap 28 Desember 2022 Nyeri post operasi (<) KU : Baik TD = 100/70 mmHg HR= 84x/’ RR= 20x/’ T=36,5oC Abdomen : supel, distensi (-) Luka post operasi baik. Post Laparoscopy drainage ai Abses Hepar (POD II) Aff Drain Hari ini BLPL 55
  • 56. KESIMPULAN Laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri memberat bila batuk dan bergerak. Demam (+) 1 minggu ini, mual (+) muntah (-) nafsu makan menurun (+) Keadaan umum tampak sakit sedang, tanda vital yaitu tekanan darah 123/84 mmHg, nadi 125 x/menit, laju pernapasan 24 x/menit, suhu 39,10C dan saturasi oksigen 98% on room air. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan hipokondrium dextra, hepatomegaly 2 jari BAC, dan ludwig sign (+) Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh pasien berupa pemeriksaan darah rutin, kimia darah, serologi, urinalisa, rontgen thorax, BNO dan USG abdomen. Hasil pemeriksaan darah didapatkan adanya peningkatan leukosit, hyperbilirubinemia ringan, pemeriksaan USG abdomen didapatkan abses hepar. Pada pasien dilakukan laparoscopy drainage abses dan dirawat selama 6 hari, dan boleh pulang tanggal 28 Desember 2022. Pasien mendapatkan obat pulang cefixime 2 x 200mg , Metronidazole 3x500mg, Ibuprofen 3x400mg, Omeprazole 1x20mg. Pasien direncanakan kontrol ke poli Bedah Umum pada tanggal 2 Januari 2023. 56