Dokumen tersebut membahas tentang khitan atau sirkumsisi, termasuk manfaat, teknik, dan metode-metode pelaksanaannya. Beberapa metode yang disebutkan adalah metode konvensional, metode kauter atau laser, metode klem, dan metode laser CO2. Dokumen ini juga menyoroti pentingnya pelatihan khusus bagi pelaku sirkumsisi agar dapat melakukannya dengan benar dan aman.
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
Pada dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan terkini penyakit kulit dalam praktek sehari-hari. Dokumen ini memberikan ringkasan singkat tentang berbagai topik infeksi kulit seperti varicella, herpes zoster, herpes simpleks, impetigo, erisipelas, selulitis, kusta dan reaksi kustanya, serta kandidiasis dan dermatofilosis.
Buku ini memberikan update terbaru tentang definisi, epidemiologi, patofisiologi, gejala, dan penatalaksanaan sepsis. Sepsis didefinisikan sebagai respons sistemik radang terhadap infeksi yang dapat menyebabkan disfungsi organ. Buku ini menjelaskan berbagai tingkatan keparahan sepsis mulai dari SIRS, sepsis, sepsis berat, hingga syok septik beserta kriterianya. Penatalaksanaan sepsis meliputi antibiotik, drainase, dukungan organ, dan terapi sp
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Buku ini berisi pedoman dosis obat yang sering digunakan untuk anak, mulai dari antimikroba, obat kemoterapi, hingga obat di ruang gawat darurat dan rawat intensif. Buku ini disusun oleh Satuan Tugas Farmasi Pediatri Ikatan Dokter Anak Indonesia berdasarkan rekomendasi dari unit kerja terkait untuk membantu dokter anak dalam praktik sehari-hari.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen tersebut membahas tentang khitan atau sirkumsisi, termasuk manfaat, teknik, dan metode-metode pelaksanaannya. Beberapa metode yang disebutkan adalah metode konvensional, metode kauter atau laser, metode klem, dan metode laser CO2. Dokumen ini juga menyoroti pentingnya pelatihan khusus bagi pelaku sirkumsisi agar dapat melakukannya dengan benar dan aman.
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
Pada dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan terkini penyakit kulit dalam praktek sehari-hari. Dokumen ini memberikan ringkasan singkat tentang berbagai topik infeksi kulit seperti varicella, herpes zoster, herpes simpleks, impetigo, erisipelas, selulitis, kusta dan reaksi kustanya, serta kandidiasis dan dermatofilosis.
Buku ini memberikan update terbaru tentang definisi, epidemiologi, patofisiologi, gejala, dan penatalaksanaan sepsis. Sepsis didefinisikan sebagai respons sistemik radang terhadap infeksi yang dapat menyebabkan disfungsi organ. Buku ini menjelaskan berbagai tingkatan keparahan sepsis mulai dari SIRS, sepsis, sepsis berat, hingga syok septik beserta kriterianya. Penatalaksanaan sepsis meliputi antibiotik, drainase, dukungan organ, dan terapi sp
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Buku ini berisi pedoman dosis obat yang sering digunakan untuk anak, mulai dari antimikroba, obat kemoterapi, hingga obat di ruang gawat darurat dan rawat intensif. Buku ini disusun oleh Satuan Tugas Farmasi Pediatri Ikatan Dokter Anak Indonesia berdasarkan rekomendasi dari unit kerja terkait untuk membantu dokter anak dalam praktik sehari-hari.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen tersebut membahas tentang sirosis hati (SH), yaitu kondisi fibrosis hati yang merupakan tahap akhir dari proses peradangan kronis hati. SH disebabkan oleh berbagai faktor seperti hepatitis kronis, alkohol, obesitas, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti hipertensi portal, asites, dan ensefalopati hepatik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan memantau SH antara lain pemerik
Dokumen tersebut membahas sindrom metabolik yang merupakan kumpulan gejala yang menjadi faktor risiko utama penyakit jantung dan diabetes. Sindrom metabolik ditandai dengan obesitas, hipertensi, gangguan regulasi gula darah, dan dislipidemia. Dokumen tersebut juga menjelaskan definisi sindrom metabolik menurut NCEP ATP III dan IDF serta faktor risiko dan akibat obesitas bagi kesehatan.
Trauma uretra jarang terjadi dan lebih sering pada pria. Penatalaksanaan trauma uretra tergantung lokasi trauma, kondisi hemodinamik serta trauma organ lainnya dengan mempertimbangkan komplikasi jangka panjang. Uretra pria terbagi menjadi uretra posterior dan anterior, sedangkan uretra wanita pendek dan lebih fleksibel. Penyebab trauma umumnya karena trauma tumpul seperti kecelakaan.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen ini memberikan panduan dasar tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang meliputi tindakan utama pada kondisi henti jantung dan henti nafas, prinsip 3A (Aman Penolong, Aman Pasien, Aman Lingkungan), penilaian kesadaran menggunakan skala RESPON (Respons, Nyeri, Tidak Responsif), pemeriksaan nadi karotis, kompresi dada 30:2, pembukaan saluran napas, dan tindakan selanjut
Dokumen tersebut membahas tentang Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerakan sendi untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot serta mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Terdapat dua jenis ROM yaitu aktif dimana pasien melakukan sendiri dan pasif dimana perawat yang membimbing. ROM dapat dilakukan pada seluruh tubuh atau hanya pada ekstremitas tertentu, dengan komponen fleksi, e
1. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria berlebih, edema, dan hipoalbuminemia yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran glomerulus.
2. Merupakan sindrom yang ditandai dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema yang dapat terjadi karena faktor yang menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat.
3. Mencakup etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan sindrom nefrot
Resusitasi cairan dan elektrolit membahas tentang resusitasi cairan pada pasien perdarahan akut dan dehidrasi, termasuk pilihan cairan, algoritme resusitasi, dan penilaian status volume darah."
1. Tenggelam dapat terjadi dengan atau tanpa aspirasi cairan ke dalam paru-paru. Kematian dapat disebabkan oleh hipoksia otak akibat spasme laring atau gangguan sirkulasi.
2. Tanda-tanda klasik tenggelam meliputi kehadiran busa di saluran pernafasan dan distensi paru-paru yang berlebihan. Namun, tanda-tanda ini tidak selalu ditemukan.
3. Mekanisme kematian ten
Tamponade jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam ruang perikardium yang menyebabkan berkurangnya pengisian ventrikel. Gejalanya antara lain dispnea, hipotensi, distensi vena, dan suara jantung menjauh. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan tanda-tanda Trias Beck. Diagnosis didukung dengan hasil laboratorium, EKG, dan echocardiografi. Penatalaksanaannya meliputi perik
Laporan operasi TURP prostat pasien laki-laki berusia 44 tahun dengan diagnosis retensi urine akibat benign prostatic hyperplasia. Operasi berjalan dengan baik dan selesai dalam 1 jam 30 menit. Pasien dirawat di ICU dan diberikan instruksi pasca operasi.
Disentri disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella dan ameba Entamoeba histolytica. Kedua penyakit menginfeksi usus besar dan menyebabkan gejala diare berdarah dan kram perut. Pengobatan berfokus pada rehidrasi dan antibiotik seperti metronidazol untuk amebiasis dan ampisilin atau kotrimoksazol untuk disentri basiler. Pencegahan melalui kebersihan lingkungan dan diri.
Dokumen tersebut membahas tentang sirosis hati (SH), yaitu kondisi fibrosis hati yang merupakan tahap akhir dari proses peradangan kronis hati. SH disebabkan oleh berbagai faktor seperti hepatitis kronis, alkohol, obesitas, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti hipertensi portal, asites, dan ensefalopati hepatik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan memantau SH antara lain pemerik
Dokumen tersebut membahas sindrom metabolik yang merupakan kumpulan gejala yang menjadi faktor risiko utama penyakit jantung dan diabetes. Sindrom metabolik ditandai dengan obesitas, hipertensi, gangguan regulasi gula darah, dan dislipidemia. Dokumen tersebut juga menjelaskan definisi sindrom metabolik menurut NCEP ATP III dan IDF serta faktor risiko dan akibat obesitas bagi kesehatan.
Trauma uretra jarang terjadi dan lebih sering pada pria. Penatalaksanaan trauma uretra tergantung lokasi trauma, kondisi hemodinamik serta trauma organ lainnya dengan mempertimbangkan komplikasi jangka panjang. Uretra pria terbagi menjadi uretra posterior dan anterior, sedangkan uretra wanita pendek dan lebih fleksibel. Penyebab trauma umumnya karena trauma tumpul seperti kecelakaan.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen ini memberikan panduan dasar tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang meliputi tindakan utama pada kondisi henti jantung dan henti nafas, prinsip 3A (Aman Penolong, Aman Pasien, Aman Lingkungan), penilaian kesadaran menggunakan skala RESPON (Respons, Nyeri, Tidak Responsif), pemeriksaan nadi karotis, kompresi dada 30:2, pembukaan saluran napas, dan tindakan selanjut
Dokumen tersebut membahas tentang Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerakan sendi untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot serta mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Terdapat dua jenis ROM yaitu aktif dimana pasien melakukan sendiri dan pasif dimana perawat yang membimbing. ROM dapat dilakukan pada seluruh tubuh atau hanya pada ekstremitas tertentu, dengan komponen fleksi, e
1. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria berlebih, edema, dan hipoalbuminemia yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran glomerulus.
2. Merupakan sindrom yang ditandai dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema yang dapat terjadi karena faktor yang menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat.
3. Mencakup etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan sindrom nefrot
Resusitasi cairan dan elektrolit membahas tentang resusitasi cairan pada pasien perdarahan akut dan dehidrasi, termasuk pilihan cairan, algoritme resusitasi, dan penilaian status volume darah."
1. Tenggelam dapat terjadi dengan atau tanpa aspirasi cairan ke dalam paru-paru. Kematian dapat disebabkan oleh hipoksia otak akibat spasme laring atau gangguan sirkulasi.
2. Tanda-tanda klasik tenggelam meliputi kehadiran busa di saluran pernafasan dan distensi paru-paru yang berlebihan. Namun, tanda-tanda ini tidak selalu ditemukan.
3. Mekanisme kematian ten
Tamponade jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam ruang perikardium yang menyebabkan berkurangnya pengisian ventrikel. Gejalanya antara lain dispnea, hipotensi, distensi vena, dan suara jantung menjauh. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan tanda-tanda Trias Beck. Diagnosis didukung dengan hasil laboratorium, EKG, dan echocardiografi. Penatalaksanaannya meliputi perik
Laporan operasi TURP prostat pasien laki-laki berusia 44 tahun dengan diagnosis retensi urine akibat benign prostatic hyperplasia. Operasi berjalan dengan baik dan selesai dalam 1 jam 30 menit. Pasien dirawat di ICU dan diberikan instruksi pasca operasi.
Disentri disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella dan ameba Entamoeba histolytica. Kedua penyakit menginfeksi usus besar dan menyebabkan gejala diare berdarah dan kram perut. Pengobatan berfokus pada rehidrasi dan antibiotik seperti metronidazol untuk amebiasis dan ampisilin atau kotrimoksazol untuk disentri basiler. Pencegahan melalui kebersihan lingkungan dan diri.
Ringkasan dokumen:
1. Dokumen membahas diagnosis dan penanganan terbaru berbagai gangguan ginjal seperti penyakit ginjal akut, penyakit ginjal kronis, batu ginjal, dan infeksi saluran kemih.
2. Penyakit ginjal akut bisa disembuhkan bila ditangani segera, sedangkan penyakit ginjal kronis tidak bisa sembuh dan progresif. Faktor risiko penyakit ginjal kronis adalah hip
Ringkasan dokumen:
1. Dokumen membahas diagnosis dan penanganan terbaru berbagai gangguan ginjal seperti penyakit ginjal akut, penyakit ginjal kronis, batu ginjal, dan infeksi saluran kemih.
2. Penyakit ginjal akut bisa disembuhkan bila ditangani segera, sedangkan penyakit ginjal kronis tidak bisa sembuh dan progresif. Faktor risiko penyakit ginjal kronis adalah hip
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
Sirosis hepatis ditandai oleh peradangan difus dan kronis pada hati yang menyebabkan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel hati sehingga mengganggu susunan parenkim hati. Penyebab utama sirosis hepatis belum diketahui secara pasti, namun terkait dengan riwayat hepatitis, alkohol, dan faktor risiko lainnya. Diagnosa didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologi. Penatalaksana
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit inflamasi usus atau inflamatory bowel disease (IBD) yang meliputi kolitis ulceratif dan penyakit Crohn. IBD disebabkan oleh peradangan pada saluran pencernaan yang diduga karena reaksi autoimun. Kolitis ulceratif hanya mempengaruhi kolon sedangkan penyakit Crohn dapat melibatkan bagian mana saja dari sistem pencernaan. Gejala dan diagnosis IBD didasarkan pada riwayat medis, pemerik
Dokumen tersebut membahas gangguan usus dan rektum seperti kolitis ulseratif, kanker usus besar, hemoroid, abses dan fistula anal, serta fisura anal. Termasuk gejala, komplikasi, evaluasi diagnostik, dan penatalaksanaannya baik secara medis maupun bedah.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
1. ABSES HEPAR
Oleh:
dr. Mida Ridayanti
Pembimbing :
dr. H. Abdullah Putra Perdana, Sp. B
Pendamping ;
dr. Suwandi
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN
JANUARI, 2023
LAPORAN KASUS 1
3. ANATOMI HEPAR
Vaskularisasi
Perdarahan arteri hepatica.
Aliran darah dari seluruh traktus
gastrointestinal dibawa menuju ke hepar
oleh vena porta hepatis cabang kiri dan
kanan. Darah meninggalkan hepar
melalui vena sentralis dari setiap lobulus
yang mengalir melalui vena hepatika.
Persarafan
Nervus simpatikus : dari ganglion
seliakus, berjalan bersama pembuluh
darah pada lig. hepatogastrika dan masuk
porta hepatis.
Nervus vagus : dari trunkus sinistra yang
mencapai porta hepatis menyusuri
kurvatura minor gaster dalam omentum
3
4. infeksi pada hepar yang disebabkan oleh karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistem gastrointestinal
Ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hepar nekrotik,
sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hepar
Abses hepar adalah salah satu bentuk dari abses visceral
DEFINISI ABSES HEPAR 4
5. KLASIFIKASI
Abses Hepar Amuba (AHA)
hepar amuba adalah penimbunan atau akumulasi debris
nekro-inflamatori purulen didalam parenkim hepar yang
disebabkan oleh amuba, terutama entamoeba hystolitica
Abses Hepar Piogenic (AHP)
Abses hepar piogenik adalah proses supuratif yang
terjadi pada jaringan hepar yang disebabkan oleh invasi
bakteri melalui aliran darah, sistem bilier, maupun
penetrasi langsung.
5
6. Insidens abses hepar jarang, berkisar antara 15-20 kasus per
100.000 populasi.
Abses Hati Piogenik (AHP) merupakan 75% dari
semua abses hati.
AHP lebih sering terjadi pada laki-laki : perempuan
3:1 sampai dengan 22:1
Distribusi usia berkisar 20-60 tahun, dengan
insidensi puncak pada dekade ke-4
EPIDEMIOLOGI 6
10. ANAMNESIS
Keluhan awal abses Hepar dapat berupa:
Demam/menggigil
Nyeri perut kanan atas, memberat jika terdapat pergerakan. (ditandai
dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan ditaruh
diatasnya)
Anorexia/malaise,
Iritasi diafragma muncul gejala seperti nyeri bahu kanan, batuk, ataupun
atelektasis
Gejala sitemik lainnya seperti mual, muntah, anoreksia, berat badan
yang turun untentional, badan lemah, ikterus, BAB cair atau BAB seperti
kapur, dan urine berwarna gelap.
Hal lainnya yang perlu dinilai dalam anamnesis abses hati adalah kebiasaan
meminum alkohol, riwayat hepatitis sebelumnya dan riwayat keluarnya
proglottid (lembaran putih di pakaian dalam) dengan tujuan menyingkirkan
diagnosa banding.
10
11. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi Pada beberapa pasien mungkin ditemukan abses yang telah
menembus kulit.
Anemis dan ikterus (jarang) 25% kasus
Palpasi Ludwig sign (+)
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
Nyeri tekan regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi
perikardium
Nyeri tekan menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan
hati
Nyeri pada bahu sebelah kanan
Hepatomegali teraba sebesar 3 jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa,
permukaan hepar licin dan tidak jarang teraba fluktuasi
Perkusi Peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan
Auskultasi Friction rub bila ruptur abses ke perikardium
Bising usus menghilang kemungkinan perforasi ke peritoneum
11
12. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Laboratorium
leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri
Anemia
peningkatan LED
Peningkatan alkalin fosfatase
Peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin
Berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang
memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati
Pada penderita akut anemia tidak terlalu tampak tetapi menunjukkan
leukositosis yang bermakna sementara penderita abses hepar kronis
justru sebaliknya
12
13. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. USG
USG merupakan modalitas pencitraan awal, dengan sensitivitas yang
mencapai 75-95%. Gambaran USG pada abses hepar adalah :
• Bentuk bulat atau oval
• Tidak ada gema dinding yang berarti
• Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati normal.
• Bersentuhan dengan kapsul hati
• Peninggian sonik distal (distal enhancement)
13
14. 2. CT Scan
Gambaran CT scan 85 % berupa massa soliter relatif besar,
monolokular, prakontras tampak sebagai massa hipodens berbatas
suram.
Densitas cairan abses berkisar 10-20 H.U. Pasca kontras tampak
penyengatan pada dinding abses yang tebal. Septa terlihat pada 30
% kasus.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
14
15. 3. MRI
- lesi dengan penyengatan kontras yang berbentuk cincin
dan bagian sentral yang tidak tampak penyengatan.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
15
16. KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria Sherlock Kriteria Ramachandran Kriteria Lamont & Pooler
1. Hepatomegali
dengan nyeri tekan
2. Respon yang baik
terhadap obat
amebisid
3. Leukositosis
4. Peninggian
diafragma kanan
5. Pada USG
didapatkan rongga di
dalam hati
6. Tes hemaglutinasi
(+)
Bila terdapat 3 atau
lebih dari gejala di atas.
1. Hepatomegali disertai
dengan nyeri
2. Riwayat disentri
3. Leukositosis
4. Kelainan radiologis
5. Respon terhadap obat
amebisid
Bila terdapat 3 atau lebih
dari gejala di atas.
1. Hepatomegali disertai
dengan nyeri
2. Kelainan hematologis
3. Kelainan radiologis
4. Pus amebic
5. Tes serologis (+)
6. Respon terhadap obat
amebisid (+)
Bila terdapat 3 atau lebih
dari gejala di atas.
16
17. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding Manifestasi Klinis
Hepatoma
Merupakan tumor
ganas hati primer
Anamnesis :
1. Penurunan berat badan,
2. Nyeri perut kanan atas
3. Anoreksia
4. Malaise
5. Benjolan perut kanan atas
Pemeriksaan fisik :
1. Hepatomegali berbenjol-benjol
2. Stigmata penyakit hati kronik
Laboratorium :
1. Peningkatan AFP
2. PIVKA II
3. Alkali fosfatase
USG : lesi lokal/difus di hati
Kolesistitis Akut
Merupakan reaksi
inflamasi kandung
empedu akibat
infeksi bakterial
akut yang disertai
keluhan nyeri perut
kanan atas, nyeri
tekan, dan rasa
panas.
Anamnesis :
1. Nyeri epigastrium atau perut kanan atas yang dapat menjalar ke daerah skapula
kanan
2. Demam
Pemeriksaan fisik :
1. Teraba massa kandung empedu
2. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritotis lokal
3. Murphy sign (+)
4. Ikterik biasanya menunjukkan adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik
Laboratorium : leukositosis
USG : penebalan dinding kandung empedu, sering pula ditemukan sludge atau
batu.
17
18. TATALAKSANA
Terapi Non-Farmakologi
1. Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB
- Protein 1-1,5 g/kgBB
2. Makanan dalam bentuk lunak
3. Bed rest
4. Menghindari faktor risiko yang memperberat,
misalnya konsumsi alkohol.
TATALAKSANA 18
19. TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Sebelum terdapat hasil kultur, diberikan antibiotika spektrum luas.
Ampisilin dan aminoglikosida diberikan bila sumber infeksi terdapat
pada saluran empedu.
Sefalosporin generasi ketiga merupakan pilihan apabila sumber
infeksi berasal dari usus.
Metronidazole diberikan pada semua AHP dengan berbagai sumber
infeksi serta mengatasi infeksi anaerobik.
Bila telah terdapat hasil kultur, antibiotika disesuaikan dengan kuman
yang spesifik. Antibiotika intravena diberikan sedikitnya selama 2
minggu, dilanjutkan dengan antibiotika oral selama 6 minggu. Apabila
infeksi disebabkan oleh streptoccocus, pemberian antibotika oral dosis
tinggi disarankan selama lebih dari 6 minggu.
19
20. TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Jenis Obat Dosis Dewasa Dosis Anak-anak Efek Samping
Agen amoebisid
Metronidazole PO 750 mg 3x1 selama 5-
10 hari
IV 500 mg 4x1 selama 5-10
hari
PO 30-50 mg/kg/hari 3x1
selama 5-10 hari
IV 15 mg/kg diikuti dengan
7,5 mg/kg 4x1 (dosis
maksimum 2250 mg/hari)
Psikosis, kejang, neuropati
perifer
Chloroquine (terapi
adjuvan)
PO 600 mg/hari selama 2
hari, 300 mg/hari selama 14
hari
10 mg/kg Diare, kram abdomen
cardiotoxicity, kejang, dan
hipotensi
Tinidazole 2 mg/hari selama 3-5 hari
Agen luminal
Paromomycin PO 25-30 mg/kg/hari 3x1
selama 7 hari
PO 25 mg/kg/hari 3x1
selama 7 hari (dosis
maksimum 2 gr/hari)
Diare
Iodoquinol PO 650 mg 3x1 selama 20
hari
PO 30-40 mg/kg/hari 3x1
(dosis maksimum 2 gr/hari)
Kontraindikasi pada pasien
dengan insufisiensi hepatik
atau hipersensitif terhadap
iodine
Diloxanide furoate
(indikasi mutlak pada
pasien yang tidak respon
iodoquinol dan
paromomycin)
PO 500 mg 3x1 selama 10
hari
PO 20 mg/kg/hari 3x1
20
21. TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Jenis Obat Dosis Dewasa Dosis Anak-anak Efek Samping
Antibiotik
Meropenem (Merrem) IV 500-1000 mg 3 x 1 pada
keadaan berat dosis dapat
ditingkatkan hingga 2000 mg
IV 10-40 mg/kg 3x1 Nyeri lokasi injeksi, gangguan
gastrointestinal, gangguan liver,
pusing, kejang
Iminipenem dan cilastatin na
(Primaxin)
IV 500-1000 mg 3-4 x 1
(dosis maksimum 4 gr/hari)
IV 15-25 mg/kg 2-4 x 1 Nyeri lokasi injeksi, gangguan
gastrointestinal, gangguan liver,
gangguan renal, gangguan
hematologi
Cefuroxime (Ceftin) PO 250-500 mg/hari pada
keadaan berat dapat
ditingkatkan hingga 1000 mg
2x1
IV/IM 750 mg 3x1
IV/IM 50-100 mg/kg/hari 3x1 Gangguan hematologi,
gangguan gastrointestinal,
reaksi lokal injeksi
Cefaclor (Ceclor) PO 750 mg/hari PO 10-15 mg/kg/ 2-3 x 1 Gangguan gastrointestinal,
gangguan hematologi
Klindamisin (Cleocin) PO 150-300 mg 4x1 pada
infeksi serius PO 300-450 mg
4x1
PO 8-16 mg/kg/hari 3-4 x1 pada
infeksi serius
PO 16-20 mg/kg/hari 3-4 x1
Gangguan gastrointestinal,
gangguan liver, gangguan
renal, gangguan hematologi
Agen Anti-jamur
Amfoterisin B (AmBisome) PO 0,3-0,5 mg/kg selama 6
minggu atau dapat dilanjutkan
hingga 3-4 bulan
Demam, menggigil, toksik pada
ginjal
Flukonazol (Diflucan) PO 150 mg dosis tunggal
(dosis maksimum 600 mg/hari)
IV 3-12 mg/kg/hari (dosis
maksimum 600 mg/hari)
Hepatotoksisitas, gangguan
gastrointestinal, gangguan
hematologi
21
22. TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
a. Aspirasi tertutup, dengan indikasi:
- Resiko tinggi terjadi ruptur abses (> 5 cm untuk abses tunggal,
dan > 3 cm untuk abses multiple)
- Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas
tinggi dan frekuensi tinggi bocor ke peritoneum atau pericardium
- Tak ada respons klinis terhadap terapi dalam 3-5 hari
22
23. TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
b. Drainase kateter perkutan
Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen
atau CT scan abdomen, dan ditempatkan kateter untuk drainase.
Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru,
peritoneum, dan perikardial.
Tingginya viskositas cairan abses amuba memerlukan kateter dengan
diameter yang besar untuk drainase yang adekuat.
23
24. TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
c. Drainase pembedahan – laparoskopi, dengan indikasi:
Abses disertai komplikasi infeksi sekunder
Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal
Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil
Ruptur abses ke dalam rongga intraperitoneal/ pleural/ perikardial
24
25. TATALAKSANA
Pemberian antibiotik dengan kombinasi :
d. Hepatektomi
Dewasa ini dilakukan hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hati yang
terkena abses. Hepatektomi dapat dilakukan pada abses tunggal atau
multipel, lobus kanan atau kiri, juga pada pasien dengan penyakit
saluran empedu.
Tipe reseksi hepatektomi tergantung dari luas daerah hati yang terkena
abses juga disesuaikan dengan perdarahan lobus hati
25
26. TATALAKSANA
Berdasarkan kesepakatan PEGI (perhimpunan endoskopi
gastrointestial indonesia) dan PPHI (perhimpunan peneliti hati
indonesia) di surabaya pada tahun 1996.
- Abses hati dengan diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa,
bila respon negatif dilakukan aspirasi
- Abses hati dengan diameter 5-8 cm : terapi aspirasi berulang
- Abses hati dengan diameter ≥ 8 cm : drainase perkutan atau
pembedahan
26
28. KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
Merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus. Kuman
penyebab tersering staphylococcus dan streptococcus.
2. Ruptur akut dengan penjalaran langsung
Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi
paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum
(terutama amubiasis hati di lobus kiri), selanjutnya pericardium dan amubiasis
kutis maupun organ-organ lain.
3. Komplikasi vaskuler
Ruptur ke dalam v. porta (trombosis vena porta), saluran empedu (trombosis
vena hepatica) atau traktus gastrointestinal jarang terjadi.
4. Parasitemia, amoebiasis serebral
E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain
misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal
intrakranial.
5. Ileus obstruktif
6. Koma hepatikum.
28
29. PROGNOSIS
Prognosis dari abses hepar tergantung:
1. Virulensi parasit
2. Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
3. Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk
5. letak dan jumlah abses, lebih buruk bila abses di lobus kiri atau
multiple.
Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine, metronidazole, dan
kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian biasanya
karena sepsis atau sindrom hepatorenal.
Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan
pengobatan.
29
31. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Banjar
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kandangan Barat
MRS : 22 Desember 2022
No. RMK : 235652
TEORI :
- Distribusi usia berkisar
20-60 tahun, dengan insidensi
puncak pada dekade ke-4
- AHP lebih sering terjadi
pada laki-laki
- Perbandingan laki-laki :
perempuan 3:1 sampai dengan
22:1
31
32. Anamnesis
♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas
Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Atas
RPS: Seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang ke IGD RS. Hasan Basry Kandangan dengan
keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri dirasakan sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit dan memberat 1 hari ini. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk
tusuk dan menjalar sampai ke ulu hati. Nyeri memberat bila batuk dan bergerak. Bila
berjalan pasien lebih merasa nyaman dengan posisi membungkuk dan pada waktu tidur
lebih nyaman dengan posisi tidur terlentang. Pasien juga mengalami demam (+) 1 minggu
ini. Demam naik turun disertai menggigil (+), kejang (-). Pasien mengaku demam turun dengan
obat penurun demam. Pasien juga mengeluhkan mual (+) dan rasa menyesak (+) muntah (-)
nafsu makan menurun (+). Nyeri kepala, batuk, sesak napas, dan nyeri dada disangkal. BAB
biasa, kuning kecoklatan, riwayat BAB hitam (-). BAK lampias, kuning pekat.
32
33. Anamnesis
♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas
Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Atas
RPS: Seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang ke IGD RS. Hasan Basry Kandangan dengan
keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri dirasakan sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit dan memberat 1 hari ini. Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk
tusuk dan menjalar sampai ke ulu hati. Nyeri memberat bila batuk dan bergerak. Bila
berjalan pasien lebih merasa nyaman dengan posisi membungkuk dan pada waktu tidur
lebih nyaman dengan posisi tidur terlentang. Pasien juga mengalami demam (+) 1 minggu
ini. Demam naik turun disertai menggigil (+), kejang (-). Pasien mengaku demam turun dengan
obat penurun demam. Pasien juga mengeluhkan mual (+) dan rasa menyesak (+) muntah (-)
nafsu makan menurun (+). Nyeri kepala, batuk, sesak napas, dan nyeri dada disangkal. BAB
biasa, kuning kecoklatan, riwayat BAB hitam (-). BAK lampias, kuning pekat.
TEORI :
Keluhan awal abses Hepar dapat berupa:
- Demam/menggigil
- Nyeri perut kanan atas, memberat jika terdapat pergerakan. (ditandai dengan jalan membungkuk ke
depan dengan kedua tangan ditaruh diatasnya)
- Anokresia/malaise,
- Iritasi diafragma muncul gejala seperti nyeri bahu kanan, batuk, ataupun atelektasis
- Gejala sitemik lainnya seperti mual, muntah, anoreksia, berat badan yang turun untentional, badan lemah,
ikterus, BAB cair atau BAB seperti kapur, dan urine berwarna gelap.
33
34. Anamnesis
♂ 45 tahun Nyeri Perut Kanan Atas
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
• Riwayat BAB encer sebelumnya disangkal.
• Riwayat sakit kuning (+) tahun 2010
• Riwayat Hipertensi (-)/Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Pemakaian Obat :
• Paracetamol 3x500mg
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Keluhan serupa (-)
Riwayat Alergi :
• Pasien menyangkal adanya alergi makanan dan obat-obatan tertentu
Riwayat Kebiasaan
• Riwayat meminum alkohol (-)
• Riwayat merokok (+) sejak usia 15 tahun, 1 bungkus perhari
34
35. Px Fisik
KU: sakit sedang
E4V5M6
• TD: 123/84 mmHg
• Nadi: 125 x/menit, kuat angkat,
reguler
•RR : 24x/menit, reguler
•T : 39,1oC
•SpO2 : 98% tanpa Supp O2
Mata :
Conjunctiva Anemis (-/-)),
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+) 3mm
Edema palpebra (-/-)
Thorax/pulmo
I: Bentuk normal, pergerakan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
P: FV simetris, limfadenopati (-
) nyeri tekan (-)
P: Sonor
A: SN Ves, Rh (-), Wh (-)
Cor
I: Ictus tidak terlihat
P: ictus tidak teraba, batas jantung
kesan normal
A: S1 S2 tunggal, M(-), G(-)
Abdomen
I : Datar, tidak membuncit dan tidak
ada luka
A : Bising usus (+) normal
P : Terdengar suara timpani di
seluruh kuadran abdomen,
shifting dullness (-), ketok CVA (-)
P : Nyeri tekan regio hipokondrium
dextra, hepar teraba dua jari BAC,
lien tidak teraba, undulasi(-), ludwig
sign (+)
Ekstremitas
I: gerak sendi bebas(+)
P: akral hangat (+), CRT < 2 detik,
edema (-/-) Ptekie (-)
35
36. Px Fisik
Abdomen
I : Datar, tidak membuncit dan tidak ada luka
A : Bising usus (+) normal
P : Terdengar suara timpani di seluruh kuadran
abdomen, shifting dullness (-), ketok CVA (-)
P : Nyeri tekan regio hipokondrium dextra, hepar
teraba dua jari BAC, lien tidak teraba, undulasi(-),
ludwig sign (+)
Inspeksi Pada beberapa pasien mungkin ditemukan abses yang telah
menembus kulit.
Anemis dan ikterus (jarang) 25% kasus
Palpasi Ludwig sign (+)
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
Nyeri tekan regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi
perikardium
Nyeri tekan menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan
hati
Nyeri pada bahu sebelah kanan
Hepatomegali teraba sebesar 3 jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa,
permukaan hepar licin dan tidak jarang teraba fluktuasi
Perkusi Peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan
Auskultasi Friction rub bila ruptur abses ke perikardium
Bising usus menghilang kemungkinan perforasi ke peritoneum
36
40. Hasil Laboratorium
(22 Desember 2022)
KESIMPULAN :
Leukositosis
Shift to the left
Hiperbilirubinemia ringan
TEORI :
1. Laboratorium
- leukositosis yang tinggi dengan
pergeseran ke kiri
- Anemia
- peningkatan laju endap darah
- Peningkatan alkalin fosfatase
- Peningkatan enzim transaminase dan
serum bilirubin
- Berkurangnya kadar albumin serum dan
waktu protrombin yang memanjang
menunjukan bahwa terdapat kegagalan
fungsi hepar
- Pada penderita akut anemia tidak terlalu
tampak tetapi menunjukkan leukositosis
yang bermakna sementara penderita
abses hepar kronis justru sebaliknya
40
41. Xray Thorax (22 Desember 2022)
Cor dan pulmo dalam batas normal
Terdapat peninggian diafragma dextra
TEORI :
Menurut Middlemiss (I964) gambaran
radiologis dari abses hepar adalah sebagai
berikut :
- Peninggian dome dari diafragma
kanan.
- Berkurangnya gerak dari dome
diafragma kanan.
- Pleural efusion.
- Kolaps paru.
- Abses paru.
41
44. USG Abdomen (23 Desember 2022)
TEORI :
USG
USG merupakan modalitas pencitraan awal,
dengan sensitivitas yang mencapai 75-95%.
Gambaran USG pada abses hepar adalah :
- Bentuk bulat atau oval
- Tidak ada gema dinding yang berarti
- Ekogenitas lebih rendah dari
parenkim hepar normal.
- Bersentuhan dengan kapsul hepar
- Peninggian sonik distal (distal
enhancement)
44
45. Diagnosis Kerja
Abses Hepar
TEORI :
Kriteria Sherlock
• Hepatomegali dengan nyeri tekan
√
• Respon yang baik terhadap obat
amebisid √
• Leukositosis √
• Peninggian diafragma kanan√
• Pada USG didapatkan rongga di
dalam hati√
• Tes hemaglutinasi (+)
Bila terdapat 3 atau lebih dari gejala di
atas.
Pada kasus ini didapatkan 5/6
kriteria.
45
46. Planning
IVFD NaCl 20 tpm
Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)
Metronidazole 300mg/8 jam
(IV)
Antrain 1gr/8jam (IV)
Omeprazole 40mg/24 jam
(IV)
Pro Laparoscopy Drainase
Abses k/p Open
TEORI :
Terapi Non-Farmakologi
1. Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB
- Protein 1-1,5 g/kgBB
2. Makanan dalam bentuk lunak
3. Bed rest
Terapi Farmakologi
1. Kebutuhan cairan IVFD RL 20 gtt/i macro
2. Terapi Simptomatis sesuai dengan keluhan
3. Antibiotik :
Sebelum terdapat hasil kultur, diberikan antibiotika spektrum luas.
• Ampisilin dan aminoglikosida diberikan bila sumber infeksi
terdapat pada saluran empedu.
• Sefalosporin generasi ketiga merupakan pilihan apabila sumber
infeksi berasal dari usus.
• Metronidazole diberikan PO 750 mg 3x1 selama 5-10 hari atau
IV 500 mg 4x1 selama 5-10 hari dapat dikombinasikan dengan
Paramomycin (golongan agen luminal) PO 25-30 mg/kg/hari 3x1
selama 7 hari.
46
47. Planning
IVFD NaCl 20 tpm
Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)
Metronidazole 300mg/8 jam
(IV)
Antrain 1gr/8jam (IV)
Omeprazole 40mg/24 jam
(IV)
Pro Laparoscopy Drainase
Abses k/p Open
TEORI :
Drainage abses
- Abses hepar dengan diameter 1-5 cm
: terapi medikamentosa, bila respon negatif
dilakukan aspirasi
- Abses hepar dengan diameter 5-8 cm
: terapi aspirasi berulang
- Abses hepar dengan diameter ≥ 8 cm
: drainase perkutan atau pembedahan
47
48. Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
TEORI :
Prognosis dari abses hepar tergantung:
1. Virulensi parasit
2. Status imunitas dan keadaan
nutrisi penderita
3. Usia penderita, lebih buruk pada usia
tua
4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut
mempunyai prognosa lebih buruk
5. Letak dan jumlah abses, lebih buruk
bila abses di lobus kiri atau multiple.
48
53. Laporan Operasi
1. Pasien dalam posisi supine,
Anestesi GA
2. Dilakukan Tindakan septik aseptik
3. Dilakukan pemasangan trokar
pada 3 titik di abdomen
4. Ditemukan : Abses hepar segmen
6 dan 7
5. Dilakukan drainase abses -> Cuci
dengan NaCl 0,9% +
Metronidazole
6. Pasang drain
7. Operasi selesai
53
54. FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
23 Desember
2023
Demam (+), Nyeri perut
kanan atas (+), nyeri
menjalar ke bahu dan
punggung atas (+), mual
(+), nafsu makan ↓ (+)
Pasien tampak lemah
TD = 98/60 mmHg
HR= 90x/’
RR= 20x/’
T=38,2oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(+)
Susp. Abses
Hepar
Bed rest
IVFD NaCl 20 tpm
Ceftriaxon 1gr/12 jam (IV)
Metronidazole 300mg/8 jam (IV)
Antrain 1gr/8jam (IV)
Omeprazole 40mg/24 jam (IV)
Rencana : USG Abdomen
24 Desember
2022
Nyeri perut kanan atas (+) ↓,
nyeri ke arah bahu ↓ mual
(+), nafsu makan (+)
Pasien tampak lemah
TD = 100/70mmHg
HR= 88x/’
RR= 20x/’
T=37,2oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(+)
Abses Hepar Tx Lanjut
25 Desember
2022
Nyeri perut kanan atas ↓↓,
nyeri ke arah bahu (-), mual
(+), menyesak (+) ↓, nafsu
makan (+)
Pasien tampak lemah
TD = 110/70 mmHg
HR= 78x/’
RR= 20x/’
T=36,9oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(+)
Abses Hepar Tx Lanjut
Rencana :
Besok pro laparoscopy drainage
abses k/p Open
54
55. FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
26 Desember 2022 Nyeri perut kanan
atas ↓↓, mual (+) ↓,
nafsu makan (+)
KU : Baik
TD = 120/80 mmHg
HR= 80x/’
RR= 20x/’
T=36,5oC
Abdomen : supel, distensi (-) Ludwig sign
(-)
Abses Hepar Tx Lanjut
Rencana :
Hari ini pro laparoscopy drainage
abses k/p Open
27 Desember 2022 Nyeri post operasi
(+)
KU : Baik
TD = 110/70 mmHg
HR= 82x/’
RR= 20x/’
T=36,5oC
Abdomen : supel, distensi (-) Luka post
operasi baik.
Post Laparoscopy
drainage ai Abses
Hepar (POD I)
Tx Lanjut
Mobilisasi bertahap
28 Desember 2022 Nyeri post operasi
(<)
KU : Baik
TD = 100/70 mmHg
HR= 84x/’
RR= 20x/’
T=36,5oC
Abdomen : supel, distensi (-) Luka post
operasi baik.
Post Laparoscopy
drainage ai Abses
Hepar (POD II)
Aff Drain
Hari ini BLPL
55
56. KESIMPULAN
Laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri
memberat bila batuk dan bergerak. Demam (+) 1 minggu ini, mual (+) muntah (-)
nafsu makan menurun (+)
Keadaan umum tampak sakit sedang, tanda vital yaitu tekanan darah 123/84
mmHg, nadi 125 x/menit, laju pernapasan 24 x/menit, suhu 39,10C dan saturasi oksigen
98% on room air. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan hipokondrium
dextra, hepatomegaly 2 jari BAC, dan ludwig sign (+)
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh pasien berupa pemeriksaan darah
rutin, kimia darah, serologi, urinalisa, rontgen thorax, BNO dan USG abdomen. Hasil
pemeriksaan darah didapatkan adanya peningkatan leukosit, hyperbilirubinemia
ringan, pemeriksaan USG abdomen didapatkan abses hepar.
Pada pasien dilakukan laparoscopy drainage abses dan dirawat selama 6 hari,
dan boleh pulang tanggal 28 Desember 2022. Pasien mendapatkan obat pulang
cefixime 2 x 200mg , Metronidazole 3x500mg, Ibuprofen 3x400mg, Omeprazole
1x20mg. Pasien direncanakan kontrol ke poli Bedah Umum pada tanggal 2 Januari
2023.
56