LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Unsur Hara adalah zat-zat di alam yang diperlukan mahluk hidup dalam proses pertumbuhan dan perkembangbiakan.
Unsur hara terdapat dalam bentukyang cepat tersedia, lambat tersedia, sangat lambat tersedia, dan tidak tersedia
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Unsur Hara adalah zat-zat di alam yang diperlukan mahluk hidup dalam proses pertumbuhan dan perkembangbiakan.
Unsur hara terdapat dalam bentukyang cepat tersedia, lambat tersedia, sangat lambat tersedia, dan tidak tersedia
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
1. LAPORAN HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN FISIOLOGI
PENGAMATAN STRUKTUR ANATOMI (MESOFIL) DAUN RUMPUT
GAJAH (Panicum maximum) DI TEMPAT NAUNGAN DAN TIDAK
TERNAUNGI
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
JUMIATI
RENI ASMARANY
SYAWALINA FITRIA
P2BA11034
P2BA11051
P2BA11053
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
PENGAMATAN STRUKTUR ANATOMI (MESOFIL) DAUN RUMPUT GAJAH
(Panicum maximum) DI TEMPAT NAUNGAN DAN TIDAK TERNAUNGI
2. I.
I.1.
Latar Belakang
I.1.1.
PENDAHULUAN
Fungsi dan Struktur Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun adalah organ
terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena merupakan
organisme autotrof obligat, sehinga harus memasok kebutuhan energinya sendiri
melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Terganggunya
proses
penangkapan cahaya matahari akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman (Gardner et al., 1991).
Daun mempunyai bentuk yang sangat beragam, namun biasanya berupa
helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda
bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat dengan variasi cuping menjari
atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstrimnya bisa meruncing panjang. Daun
juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), sehingga daun
kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit
juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil
adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya
yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen
lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin
(berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan
3. klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan
jelas pada daun yang gugur).
Daun mempunyai beberpa fungsi, yaitu sebagai berikut :
Tempat terjadinya fotosintesis.
pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade.
sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons.
Sebagai organ pernapasan.
Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi (lihat keterangan
di bawah pada Anatomi Daun).
Tempat terjadinya transpirasi.
Tempat terjadinya gutasi.
Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Misalnya pada tanaman cocor bebek (tunas daun).
Daun mempunyai struktur anatomi sebagai berikut :
i.
Epidermis
Epidermis pada daun merupakan lapisan sel hidup terluar. Jaringan ini terbagi menjadi
epidermis atas dan epidermis bawah, berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di
bawahnya.
ii.
Jaringan mesofil
Mesofil merupakan jaringan parenkimatis yang terdapat di antara epidermis
yang berdiferensiasi membentuk jaringan fotosintetik yang banyak mengandung
klorofil, yang berfungsi dalam proses pembuatan makanan. Mesofil disebut juga
jaringan tiang. Mesofil terbagi atas :
1) Palisade/ jaringan tiang :
4.
Merupakan sel memanjang berbentuk batang, tersusun dalam barisan, tegak
lurus permukaan daun. Terdiri dari satu atau beberapa lapis sel yang
mengandung kloroplas.
terspesialisasi untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis.
terdapat tepat di bawah epidermis, umumnya pada sisi adaksial daun
dorsiventral/bifacial.
Pada tumbuhan xerofit (hidup pada kondisi kering), palisade terdapat pada
kedua sisi /permukaan daun- daun isolateral/ isobilateral.
Bentuk dan susunan sel pada palisade memungkinkan kloroplas terlokalisasi
pada posisi yang paling strategis untuk menyerap cahaya matahari secara
maksimum.
Peningkatan efisiensi fotosintesis juga ditentukan oleh adanya ruang antar sel
pada mesofil, yang akan memfasilitasi pertukaran gas yang cepat.
Area permukaan sel yang bebas dari kontak dengan sel lain pada sel-sel palisade
juga merupakan faktor yang menentukan tingginya efisiensi fotosintesis pada
jaringan ini.
2) Jaringan bunga karang
Disebut juga jaringan spons karena lebih berongga bila dibandingkan dengan
jaringan palisade.
Bentuknya isodiametris atau memanjang sejajar permukaan daun. Terletak di
bawah palisade
Fungsi utama penyimpanan gula dan asam amino yang disintesis di lapisan
palisade.
Membantu proses pertukaran gas
5.
Pada siang hari sel-sel bunga karang mengeluarkan O2 dan uap air ke
lingkungan dan mengambil CO2 dari lingkungan
iii.
Berkas pembuluh angkut
Terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis, pada
tumbuhan dikotil keduanya dipisahkan oleh kambium. Pada akar, Xilem berfungsi
mengangkut air dan mineral menuju daun. Pada batang, xilem berfungsi sebagai
sponsor penegak tumbuhan, sedangkan floem berfungsi mentransfor hasil fotosintesis
dari daun ke seluruh bagian tumbuhan
iv.
Stomata
Stoma atau stomata berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2
dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O 2 sebagai hasil
fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO 2 dari udara dan
mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma
terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas
melalui lentisel yang terletak pada batang.
I.1.2.
Rumput Gajah
Rumput Gajah (P. purpureum Schum.) adalah salah satu jenis hijauan unggul
untuk makanan ternak karena berproduksi tinggi, kualitasnya baik, dan daya
adaptasinya tinggi (Reksohadiprojo, 1985). Rumput gajah berasal dari Afrika tropika,
kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan
tumbuh alami di seluruh Asia Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan
tidak ada musim panas yang panjang. Rumput ini dikembangkan secara terus-menerus
dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan banyak kultivar, terutama di
Amerika, Philippine dan India (Whiteman et al,. 1974).
6. Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (graminae) yang telah
dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di
Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh
pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau
dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan
pakan hijauan dengan cara silase dan hay (Siregar, 1970).
Selain itu, rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik.
Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak
(Reksohadiprojo, 1985). Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang
berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang
dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat
mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas/buku. Tumbuh berbentuk rumpun
dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek;
helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing (Hughes et al,. 1976).
Gambar 1. Rumput gajah berusia 2 (dua) minggu
Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu
siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan
7. hidup serbuk sari sangat kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji
yang lazimnya buruk (Whiteman et al,. 1974). Disamping itu, kecambahnya lemah dan
lambat. Oleh karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara
vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh dengan cepat
dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam waktu 2 bulan (Hughes et al,.
1976).
Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan
terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang
tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai
macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan
hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai
terutama di sepanjang pinggiran hutan. Di Indonesia, produksi segar rumput Gajah
jenis Hawaii berbulu mencapai 277 ton/ha/tahun (36 ton/ha/tahun bahan kering)
(Reksohadiprojo, 1985).
I.1.3.
Cahaya dan Fotosintesis
Fotosintesis terjadi pada semua bagian berwarna hijau pada tumbuhan karena
memiliki kloroplas, tetapi tempat utama berlangsungnya fotosintesis adalah daun.
Pigmen warna hijau yang terdapat pada kloroplas disebut dengan klorofil, dan dari zat
inilah warna daun berasal. Klorofil menyerap energi cahaya yang menggerakkan
sintesis molekul makanan dalam kloroplas untuk menghasilkan energi (Campbell,
2002).
Selain klorofil tumbuhan juga membutuhkan cahaya untuk perkembangannya.
Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan
fotosintesis
tanaman.
Cahaya
dibutuhkan
oleh
tanaman
mulai
dari
proses
perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya
berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan ( mampu
tumbuh ) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan
8. ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman
intoleran. Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda
terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis (Morais et al,. 2004).
Tanaman yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai
ciri morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran
akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal. Kedua kondisi tersebut akan
dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan tanaman apabila pemilihan jenis tidak
sesuai dengan kondisi lahan, artinya tanaman yang toleran ketika ditanam diareal yang
cukup cahaya justru akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik, begitu juga
dengan tanaman intolean apabila di tanam pada areal yang kondisi cahaya terbatas
pertumbuhan akan mengalami ketidak normalan (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Dengan demikian pemilihan jenis berdasarkan pada sifat dasar tanaman akan menjadi
kunci penentu dalam keberhasilan pembuatan tanaman.
Berikut ini adalah perbedaan Tanaman Toleran ( Shade leaf) Vs Intoleran ( Sun
Leaf) menurut Silvika (2009) :
1.
Tumbuhan cocok ternaungI menunjukkan laju fotosintesis yang sangat rendah
pada intensitas cahaya tinggi dibanding tumbuhan cocok terbuka.
2.
Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaung mencapai titik jenuh pada intensitas
cahaya yang lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka.
3.
Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaung lebih tinggi dibanding tumbuhan
cocok terbuka pada intensitas cahaya yang sangat rendah.
4.
Titik kompensasi cahaya untuk tumbuhan cocok ternaung lebih rendah
dibanding tumbuhan cocok terbuka.
Terdapat empat macam penerima cahaya yang dikenal dalam mempengaruhi
fotomorfogenesis pada tumbuhan. Pertama, fitokrom yaitu diketahui paling kuat
menyerap cahaya merah dan juga mampu menyerap cahaya biru. Kedua adalah
9. kriptoksom, yaitu kelompok sejumlah pigmen yang serupa menyerap cahaya biru dan
gelombang ultraviolet. Ketiga, penerima cahaya UV yaitu satu atau beberapa senyawa
yang tidak dikenal yang menyerap radiasi ultraviolet antara kurang lebih 280-320 nm.
Keempat ialah protoklorofilida, yaitu pigmen yang menyerap cahaya merah dan biru,
bias tereduksi menjadi klorofil (Sasmitamiharja, 1990).
Telah diketahui bahwa beberapa enzim fotosintetik memegang peranan yang
sangat penting
di
dalam
proses fotosintesis pada
tanaman
tingkat
tinggi.
Fotosintesis yang diregulasi oleh cahaya merupakan suatu fenomena yang kornpleks,
berpusat pada aktivitas enzim ribulosa bifosfat karboksilasel oksigenase (Rubisco)
yang rnerupakan enzim utama untuk fiksasi karbon. Enzim Rubisco telah menjadi
subyek penting untuk
fotosintesis
diteliti karena
fungsi kontrolnya yang
tinggi
terhadap
pada berbagai kondisi cahaya (Gardner et al., 1992). Dalam kondisi
naungan, penurunan aktivitas enzim fotosintetik Rubisco rnenyebabkan turunnya hasil
biji, karena intensitas cahaya yang rendah rnenyebabkan rendahnya pembentukan 3fosfogliserat (3-PGA) (Dwijoseputro,1980).
I.2.
Tujuan
1. Mengetahui prosedur kerja pengamatan terhadap struktur dan anatomi
tumbuhan, terutama daun yang memiliki khloroplas.
2. Mengetahui pengaruh cahaya terhadap struktur dan anatomi daun rumput
gajah.
10.
11. II.
II.1.
PROSEDUR KERJA
Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Peralatan :
Mikroskop
Kaca preparat
Kaca objek (penutup)
Pisau silet
Pipet tetes
Alat pengait
Bahan –bahan :
Daun rumput gajah dari tempat yang ternaungi
Daun rumput gajah dari tempat yang tidak ternaungi
akuades
II.2.
Waktu dan Tempat
12. Kegiatan praktikum dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2012 dan bertempat di
laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
II.3.
Cara Kerja
Alat dan bahan disiapkan
Daun rumput gajah dari tempat yang ada naungan dan tidak ada naungan
(terkena cahaya matahari langsung) dipotong melintang setipis mungkin
Dengan menggunakan alat pengait, daun diletakkan pada preparat yang sudah
ditetesi aquabides sebanyak 1-2 tetes
Tutup kaca preparat dengan objek glass (kaca objek), lalu letakkan di mikroskop
dan amati struktur anatomi kedua sampel daun tersebut secara bergantian.
Perhatikan susunan dan letak setiap macam jaringan yang menyusun organorgan tersebut
Gambar dan tunjukkan bagian-bagian setiap organ secara lengkap dan jelas
Pengamatan dilakukan dengan perbesaran awal 4 hingga 40
13. III.
III.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Beradasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa daun rumput gajah yang
dipelihara pada tempat ternaungi memiliki jumlah mesofil yang lebih sedikit
14. dibandingkan dengan daun rumput gajah yang dipelihara pada tempat yang terkena
cahaya matahari secara langsung. Kondisi tersebut menyebabkan daun rumput gajah
pada tempat ternaungi mempunyai ukuran (ketebalan daun) yang lebih tipis
dibandingkan dengan daun rumput gajah yang dipelihara pada tempat yang terkena
cahaya matahari langsung (tidak ternaungi). Perbedaan ini secara jelas dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
III.2.
Pembahasan
III.2.1. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Proses Perkembangan Daun.
Proses fotosintesis tidak lepas dari peran cahaya matahari. Respon tanaman
terhadap intensitas cahaya yang berbeda tergantung dari sifat adaptif tanaman
tersebut. Respon terhadap intensitas cahaya tinggi dapat menguntungkan atau
merugikan. Hal ini karena tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas cahaya
yang harus diterima. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan rusaknya struktur
kloroplas yang membantu proses metabolisme tanaman, sehingga menyebabkan
produktifitas tanaman menurun (Salisbury dan Ross, l992). Tanaman yang tumbuh
pada intensitas cahaya yang rendah sampai cukup, menunjukkan ukuran luas daun
lebih besar namun ketebalannya lebih tipis.
Menurut Fahn (l992), pertumbuhan awal daun terjadi karena meristem apikal
dan marginal, yang keduanya mempunyai pola pembelahan. Pada tanaman dikotil,
lapisan terluar meristem marginal membelah antiklinal dan tidak tergantung pada
lapisan sel di bawahnya. Perluasan dalam permukaan daun berasosiasi dengan
peningkatan jumlah dan ukuran kloroplas serta jumlah klorofil yang terdapat pada
palisade dan spons parenkim. Susunan sel-sel jaringan palisade saling melekat, tetapi
beberapa bagian terpisah sehingga udara dalam ruang antar sel tetap mencapai sisi
panjang dengan kloroplas melekat tepi dinding. Hal ini terspesialisasi untuk efisiensi
fotosintesis atau dimensi daerah permukaan bebas Disamping itu, adanya tulang-
15. tulang daun kecil sangat berperan dalam penyebaran arus transpirasi melalui mesofil
dan berperan sebagai titik awal penyerapan hasil fotosintesis dan translokasinya ke luar
daun. Sel penengah (sel antara mesofil dan unsur tapis) dalam tulang daun minor
sesuai dengan konsep bahwa sel mentransfer karbohidrat ke aliran (konduit) dalam
floem memerlukan energi, untuk dipakai dalam pertumbuhan dan penyimpanan.
Daun ternaungi lebih tampak berwarna hijau, merupakan adaptasi daun agar
menyerap cahaya lebih efektif (Lakitan, 200l), sedangkan daun terkena sinar matahari
langsung berwarna hijau keunguan. Pigmen ini diduga merupakan antosianin yang
berfungsi melindungi klorofil dan protoklorofil dari kerusakannya akibat fotooksidasi.
Jumlah daun lebih banyak, namun luasnya kecil-kecil. Pigmen ini juga berfungsi
membantu klorofil dalam menangkap cahaya dalam proses fotosintesis.
Menurut Inaba (1984), ketebalan sel epidermis atas dan bawah, jaringan palisade
serta jaringan bunga karang daun berkurang dengan berkurangnya intensitas cahaya
yang diterima tanaman. Jumlah lapisan sel palisade dan jaringan bunga karang juga
berkurang dengan adanya naungan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Callan
dan Kennedy (1995), yang menyatakan bahwa daun tanaman yang mendapat cahaya
matahari penuh jumlah mesofilnya lebih banyak, sehingga ukuran daun lebih tebal
dan kadang-kadang lebih berbulu dibandingkan dengan perlakuan naungan, karena
daun mempunyai sel parenkim berbentuk batang dan sel epidermis lebih tebal
dibandingkan dengan daun tanaman yang dinaungi. Pengurangan intensitas cahaya
yang diterima oleh daun mengakibatkan pengurangan tingkat ketebalan daun . Hal
tersebut disebabkan perkembangan sel parenkim yang terganggu (Oguchi et al.,
2005).
Menurut Weaver dan Clements (1986), pada intensitas cahaya rendah tanaman
hanya mampu mengembangkan satu lapisan jaringan palisade sedangkan pada
intensitas cahaya tinggi tanaman mampu mengembangkan dua lapisan jaringan
palisade. Jaringan palisade banyak mengandung kloroplas yang sangat penting
dalam meningkatkan efisiensi fotosintesis (Bolhar dan Draxler, 1993). Ruang antar
sel daun rumput gajah yang ditanam pada intensitas cahaya penuh lebih kecil
16. dibandingkan dengan ruang antar sel pada daun yang dinaungi. Menurut Morais
et al. (2004), daun di bawah naungan mempunyai kutikula dan dinding sel yang
tipis, jumlah stomata sedikit, volume mesofil lebih kecil, tetapi ruang antar selnya lebih
besar. Menurut Gregoriou et al. (2007), tanaman yang beradaptasi baik terhadap
naungan, apabila dipaparkan dibawah naungan akan mengalami pengurangan
terhadap kepadatan stomata, trikoma, dan parenkim palisade lebih kecil dibandingkan
dengan tanaman yang sensitif terhadap naungan.
Menurut Salisbury dan Ross (1991), tanaman dikotil yang berkembang di
bawah naungan mempunyai ukuran daun yang lebih tipis dibandingkan dengan
daun yang berkembang pada kondisi tanpa naungan. Hal tersebut dikarenakan
berkurangnya distribusi
fotosintat ke masing-masing sel, sehingga sel penyusun
helaian daun mengalami pengurangan ketebalan daun (Maghfiroh, 2006).
Kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman naungan bergantung pada
kemampuannya untuk melanjutkan fotosintesis dalarn kondisi defisit cahaya, yang
dapat dicapai apabila
respirasi
juga
efisien. Levitt
(1980) menyatakan
bahwa
adaptasi terhadap naungan dicapai melalui : (i) mekanisme penghindaran (avoid- ance)
yang berkaitan dengan perubahan anatomi dan morfologi daun untuk fotosintesis
yang efisien, serta (ii) mekanisrne toleran (toleransi) yang berkaitan dengan
penurunan titik kornpensasi cahaya serta respirasi yang efisien. Berdasarkan hasil
tersebut di atas, tampak jelas bahwa pengurangan ketebalan daun disebabkan oleh
berkurangnya ketebalan sel epidermis atas dan bawah, serta jaringan palisade.
III.2.2. Adaptasi Tanaman Terhadap Intensitas Cahaya Tinggi
Energi cahaya yang diserap oleh tanaman dirubah ke dalam bentuk panas, untuk
melindungi tanaman dari intensitas cahaya dan suhu tinggi. Dedaunan tanaman
heliophytes yang tidak tepat menerima cahaya matahari, akan mengurangi jumlah
cahaya langsung yang jatuh pada permukaannya. Tanggapan terhadap peningkatan
intensitas cahaya berbeda antara tumbuhan yang cocok untuk kondisi ternaungi
17. dengan tumbuhan yang bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi. Tumbuhan cocok
ternaungi menunjukkan laju fotosintesis yang sangat rendah pada intensitas cahaya
tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaungi mencapai titik jenuh pada intensitas
cahaya yang lebih rendah, laju fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya yang
sangat rendah, titik kompensasi cahaya lebih rendah dibanding tumbuhan cocok
terbuka (Lakitan, l993).
Tanaman yang tumbuh pada kondisi cahaya penuh dapat beradaptasi dari
pengaruh radiasi tinggi dengan beberapa cara (Gardner et al., 1991), yaitu sebagai
berikut :
1. Beberapa spesies membentuk arah tumbuh daun secara vertikal.
2. Membentuk bulu-bulu putih atau permukaaan yang mengkilap pada daun
untuk memantulkan kembali banyak radiasi yang diterima.
3. Membentuk lapisan tipis pada daun untuk melindungi selnya.
4. Kecepatan transprasi yang
tinggi pada tanaman heliophytes menjamin
dedaunannya akan tetap dingin.
5. Adanya lapisan kutikula pada daun dan adanya jaringan gabus pada kulit kayu
akan membantu mengisolasi tanaman dari radiasi matahari.
Menurut Levitt (1980), terdapat dua mekanisme yang dapat menggambarkan
toleransi tanaman terhadap suatu cekaman, yaitu : penghindaran dan toleransi.
Mekanisme adaptasi terhadap kekurangan cahaya dapat dicapai melalui peningkatan
efisiensi penangkapan cahaya, berupa (1) Peningkatan penangkapan cahaya secara
total melalui peningkatan luas daun, peningkatan proporsi luas daun per unit jaringan
tanaman. Efisiensi maksimum dapat dicapai melalui peningkatan luas daun dan
pengurangan penggunaan energi. Oleh karena itu, daun-daun yang ternaungi
memiliki ketebalan daun yang tipis
dan
kadar
bahan keringnya
rendah, hasil
18. fotosintesis per unit bahan kering maksimum juga rendah. (2) Peningkatan persentase
cahaya terserap untuk proses fotosintesis, melalui pengurangan proporsi cahaya yang
dipantulkan dan ditransmisikan. Mekanisme tersebut digambarkan oleh peningkatan
kandungan kloroplas dan pigmen-pigmen yang ada di dalamnya serta susunan
grana, terhambatnya perkembangan kutikula, lapisan lilin, dan bulu daun.
IV.
KESIMPULAN
Daun tanaman rumput gajah yang mendapat cahaya matahari penuh jumlah
mesofilnya lebih
banyak, sehingga ukuran daun
lebih tebal dan lebih berbulu
dibandingkan dengan perlakuan naungan, karena daun gajah tersebut mempunyai
sel parenkim berbentuk batang dan sel epidermis lebih tebal dibandingkan dengan
daun tanaman rumput gajah yang dipelihara pada naungan. Pengurangan intensitas
cahaya yang diterima oleh daun mengakibatkan
pengurangan tingkat
daun. Hal tersebut disebabkan perkembangan sel parenkim yang terganggu.
ketebalan
19. DAFTAR PUSTAKA
Bolhar-Nordenkampf, H.R., G. Draxler. 1993. Functional leaf anatomy. In: D.O. Hall,
J.M.O. Scurlock, H.R. Bolhar – Nordenkampf, R.C. Leegood, S.P. Long
(eds.) Photosynthesis and Production in a Changing Environment. A Field
and Laboratory Manual. Chapman & Hall. London. Glasgow. New York.
Tokyo. Melbourne. Madras. p. 91-112.
Callan, E. J., C. W. Kennedy. 1995. Intercropping stokes aster: Effect of shade on
photosynthesis and plant morphology. Crop Sci. 35: 1110-1115.
Campbell, N. A. 2002. Biologi Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Darmawan dan Baharsyah. 1983. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. PT Suryani Utama.
Semarang.
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Fahn, A. l992. Anatomi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.
Gardner, P. F., Pearce, R. B. and Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
20. Gregoriou, K., K. Pontikis, S. Vemmos. 2007. Effects of reduced
irradiance
on
leaf
morphology, photosynthetic capacity, and fruit yield in olive (Olea europaea L.).
Photosynthica 45(2) : 172-181.
Hughes, HD., Heath, ME., Metcafe, DS. 1976. Forages The Science of Grassland Agriculture.
The Lowa State University Press. USA.
Inaba, K.
1984.
Effect
of
shading
on
leaf
anatomy
in Konjak plants
(Amorphophallus konjac). Japanese J. Crop Sci. 53(3): 243-248.
Lakitan, Benyamin. l993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Levitt, J. 1980. Responses of Plants to Environmental Stresses. Water, Radiation,
Salt, and Other Stresses. Vol. II. Academic Press, Inc. (London) LTD.
Maghfiroh, L. 2006. Identifikasi genotip kedelai (Glycine max L.) tahan naungan.
(Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Morais, H., M.E. Medri, C.J. Marur, P.H. Caramori, A. M. de Arrura Ribeiro, J.C.
Gomes. 2004. Modifications on leaf anatomy of Coffea arabica caused by shade
of pigeonpea (Cajanus cajan). Brazilian Archives of Biology and Technology.
47(6): 863-871.
Oguchi, R., K. Hirokas, T. Hirose. 2005. Leaf anatomy as a constraint for photosynthetic
acclimation: differential responses in leaf anatomy to increasing growth irradiance
among three deciduous trees. Plant, Cell & Environment 28(7) : 916-927.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian
Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.
Sallisbury, F. B. And Ross, C. W. l992. Plant Physiologi. Wadsworth Publishing Company
Belmont, California.
Sasmitamiharjdo, D. Siregar. 1990. Dasar- dasar Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung
Silvika. 2009. Cekaman Cahaya. http://silvika.atspace.com/acara3.htm. Diakses pada
tanggal 23 Januari 2012.
21. Siregar, M.E. 1970. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Hasil dan Mutu Rumput Gajah
Varietas Hawaii. Lembaga Penelitian Pertanian Bogor. Bogor.
Weaver, J.E., and F.E. Clements. 1986. Plant Ecology. 2nd Edition. Tata McGraw-Hill
Publishing Company, Ltd. New Delhi.
Whiteman, PC., Humpreys, LR., Monteith, H., Howth, EH., Bryant, PM., Slater, JE. 1974.
A Course Manual in Tropical Pasture Science. Australian Vice-Chancellor
Committee Brisbance. Watson Ferguson & Co. Ltd.