SlideShare a Scribd company logo
1 of 129
Download to read offline
i
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
PADA NY “M” DENGAN BENDUNGAN ASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KABAWO KABUPATEN MUNA
TANGGAL 25 S.D 28 APRIL 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
FATMAWATI
PSW.B.2012.IB.0008
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna
Tanggal 25 s.d. 28 April 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna
Tanggal 25 s.d. 28 April 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna
Tanggal 25 s.d. 28 April 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........)
2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........)
3. Asrini, S.ST (…...............…….................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........)
2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........)
3. Asrini, S.ST (…...............…….................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........)
2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........)
3. Asrini, S.ST (…...............…….................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. IdentitasDiri
1. Nama : Fatmawati
2. Tempat/ tanggallahir : Bente, 5 Juni 1994
3. Agama : Islam
4. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
5. Alamat : Desa Bente kecamatan Kabawo
B. Identitas Orang Tua
1. Nama Ayah danIbu : La Siba danWaLeko
2. Alamat : Desa BenteKecamatanKabawo
C. Pendidikan
1. Tamat Sekolah Dasar (SD) Negeri 11Kabawo Tahun 2006
2. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kabawo Tahun 2009
3. Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kabawo Tahun 2012
4. Mengikuti Pendidikan Diploma (DIII) Kebidanan di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna Tahun 2012 sampai sekarang.
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan
judul “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny “M” Ibu
Nifas dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna mulai tangga l25 s.d. 28 April 2015“ tepat pada waktunya. Adapun penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII
Kebidanan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. Penghargaan
yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tidak henti penulis hanturkan pada Ibu
Fitrianingsih, S.ST selaku Pembimbing I dan ibu Asrini, S.ST selaku Pembimbing
II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, kesabaran, petunjuk,
pengarahan, dan dorongan, maupun moril yang begitu sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Kabupaten Muna dan Sebagai Penguji Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan kepada penulis
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta mengikuti pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Seluruh jajaran Dosen dan para staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang
telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
vi
4. Ibu Wajib, S.ST selaku bidan kordinator puskesmas kabawokabupaten munayang
telahmembantu baik waktu dan tenaga serta bimbingan yang tidak ada henti
sampai akhir penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Orang tuaku Ayahanda La Sibadan IbundaWaLekoyang paling kucintai dan
kusayangi, yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun material
serta do’a restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT tetap menjaga orang-orang yang paling
kucintai dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya.
6. Seluruh Keluarga Besarku dan kakak serta adik-adikku Harianto, Maulid,
Hasnawati yang banyak membantu mulai dari awal mengikuti pendidikan sampai
akhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan, kekuatan lahir dan batin agar mereka dapat juga melanjutkan sekolah
dengan sebaik mungkin.
7. Sahabat-sahabatku Nia, Eka putu, Ati, Rasna dan semua rekan-rekan seangkatan
serta yang pernah menjadi temanku terima kasih atas do’a kalian dan terima kasih
juga telah memberi warna dalam kehidupan persahabatan ini.
8. Semua pihak yang turut membantu dalam terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan pada penulis akan
mendapatkan pahala yang setimpal dariTuhan Yang Maha Esa.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak kekurangan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Studi Kasus ini.Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun pihak lain yang
membutuhkannya.
Raha , Juli 2015
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
LembarPersetujuan........................................................................................ ii
Lembar Pengesahan....................................................................................... iii
Riwayat Hidup............................................................................................... iv
Kata Pengantar............................................................................................... v
Daftar Isi........................................................................................................ vii
Daftar Tabel................................................................................................... ix
Daftar Gambar............................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................. 6
C. Tujuan Telaah..................................................................................... 6
D. Manfaat Telaah.................................................................................. 8
E. Metode Telaah.................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan......................................................................... 11
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 13
A. Telaah Pustaka................................................................................... 13
1. Masa Nifas................................................................................... 13
2. Bendungan ASI............................................................................ 32
B. Konsep Manajemen Kebidanan......................................................... 42
1. Pengertian Manajemen Kebidanan.............................................. 42
2. Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas............. 43
3. Langkah-langkah Manajemen...................................................... 53
C. Dokumentasian (SOAP)..................................................................... 72
BAB III STUDI KASUS.............................................................................. 73
A. Pengumpulan Data Dasar................................................................... 73
vii
viii
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual............................................... 79
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial........................................... 82
D. Menilai perlunya intervensi segera, Konsultasi dan Kolaborasi....... 82
E. Perencanaan Asuhan Kebidanan........................................................ 83
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan (Implementasi)............................... 87
G. Evaluasi Keefeksifan Asuhan............................................................ 89
H. Pendokumentasian............................................................................. 90
I. Catatan Perkembangan....................................................................... 95
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 99
A. Pengumpulan data dasar.................................................................... 99
B. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Aktual....................................... 100
C. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial.................................... 102
D. Menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi......... 103
E. Perencanaan Asuhan Kebidanan......................................................... 103
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan......................................................... 106
G. Evaluasi............................................................................................... 109
BAB V PENUTUP........................................................................................ 111
A. Kesimpulan......................................................................................... 111
B. Saran.................................................................................................... 113
Daftarpustaka................................................................................................. 114
Lampiran-lampiran
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Program Asuhan Masa Nifas................................................................. 19
Tabel 2 : Perbedaan Kandungan Kolostrum, ASI Transisi, dan ASI Matur........ 24
Tabel 3 : Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum............ 43
ix
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 :Posisi-Posisi dalam Menyusui dan Menyandawakan bayi............... 26
Gambar 2 : Macam-Macam Posisi Dalam Menyusui......................................... 26
Gambar 3 : TeknikMenyusui yang BaikdanBenar............................................. 28
Gambar 4 : Teknik menyokong payudara.......................................................... 37
Gambar 5 : Gerakan memutar satu payudara..................................................... 38
Gambar 6 : Gerakan memutar kedua payudara.................................................. 38
Gambar 7 : Mengurut payudara.......................................................................... 39
Gambar 8 : perawatan payudara pada ibu menyusui.......................................... 39
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan hal yang penting diperhatikan guna menurunkan
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Bahkan dapat
berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor
dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini. (Sulistyawati, 2009)
Masa nifas merupakan masa rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian masa nifas terjadi pada 24 jam
pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi pada
masa nifas.
Selama ini, perdarahan pasca persalinan merupakan faktor penyebab angka
kematian ibu, namun dengan meningkatnaya persediaan darah dan sistem rujukan,
maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Macam-macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis,
peritonitis, infeksi saluran kemih, bendungan ASI, mastitis, abses payudara.
Bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mammae (mastitis).
1
2
Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada
payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah persalinan. Salah satu penyebab
bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam. Puting susu yang terbenam akan
menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Payudara yang
bengkak jika tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah
infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis
umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara.
Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu
yang berlanjut / bendungan ASI. (Elisabeth, 2015)
Menurut laporan badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
mencatat bahwa angka kematian ibu nifas meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2009
ibu nifas sebanyak 80 % atau sekitar 860.000 dan yang meninggal dunia sekitar 20 %
karena perdarahan dan infeksi. Sementara pada tahun 2011 jumlah ibu nifas
mengalami peningkatan 5 % dari tahun sebelumnya atau sekitar 928.000 dengan
angka kematian ibu nifas sebanyak 25 % akibat perdarahan, infeksi dan penyebab
lainnya. Menurut WHO, dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe
akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen
pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara
sering terasa penuh, tegang, dan nyeri, walaupun tidak disertai dengan demam.
Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan
ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis.
3
Pada Oktober yang lalu dikejutkan dengan hasil perhitungan angka kematian
ibu (AKI) menurut Survei Demograsi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang
menunjukan peningkatan (dari 228 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup).
Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah
kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang
banyak ditemui dan dapat berlangsung dalam waktu lama. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama, angaka mobiditas pada ibu nifas salah satunya
disebabkan oleh bendungan ASI, pada tahun 2009 ditemukan ibu nifas dengan
bendungan ASI sebanyak 28 orang dari 50 ibu nifas (Depkes, 2009).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya terjadinya bendungan ASI yaitu puting
susu datar sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu, kadang – kadang pengeluaran
susu juga terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta
pembuluh limfe (Manuaba, I.Gde (2002)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3%
anak yang mendapatkan ASI Eksklusif. Angka ini masih jauh di bawah angka global
yang juga rendah, di mana hanya 32,6% anak yang disusui eksklusif.
Survey Demografi kesehatan Indonessia (SDKI) tahun 2009 menunjukan bahwa
55% ibu menyusui. Pada hakekatnya semua wanita dapat menyusui dari penelitian
terhadap 900 ibu sekitar Jabodetabek (2008) di peroleh bahwa 98% ibu-ibu tersebut
menyusui,akan tetapi selama masa menyusui tersebut ada kalanya timbul masalah-
4
masalah seperti ibu mengalami mastitis, puting susu lecet, abses payudara dan puting
terbenam. Masalah-masalah tersebut biasanya timbul karna kurangnya perawatan
payudara dan teknik menyusui yang tidak benar. Kurangnya perawatan payudara ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan payudara
Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-
ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui. Adanya kesibukan keluarga dan
pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan
perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan
angka kejadian bendungan ASI. (Depkes RI, 2006).
Di Indonesia, anjuran dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33
tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban
ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
"Dari berbagai sumber data dapat saya simpulkan bahwa perkembangan cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah dan menunjukkan perkembangan
yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita
mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia
Tenggara," kata Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan Pekan
ASI Sedunia 2012 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (19/9/2012).
Selain itu, Menkes juga menyatakan bahwa penyebarluasan informasi di
antara petugas kesehatan dan masyarakat ternyata juga belum optimal. Hanya sekitar
60% masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40 % tenaga
kesehatan terlatih yang bisa memberikan konseling menyusui.
5
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena
adanya pembantasan waktu menyusui. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu
puting susu yang terbenam. (Prawirohardjo, 2011;hal 652).
Suatu hal yang menggembirakan adalah hampir seluruh bayi yaitu 95,4% di
perkotaan dan 96,7% di pedesaan pernah disusui dan terus diberikan sampai anak
berusia 23,9 bulan. Gambaran ini menunjukan bahwa kita perlu berkonsentrasi penuh
untuk menyukseskan peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sehingga target
sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) dapat dipenuhi.
Sementara di Sulawesi Tenggara, jumlah ibu menyusui yang diberikan Air
susu ibu (ASI) Eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan adalah 65,93%. Angka ini
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 56,6% dan kota
Meskipun menduduki urutan kedua tertinggi dalam pemberian air susu ibu (ASI)
Eksklusif dibandingkan dengan 9 kabupaten atau kota lainnya di Propinsi Sulawesi
Tenggara yakni 73,4%.
Jumlah ibu nifas di Kabupaten Muna pada tahun 2013 yaitu 5863 orang, dan
pada tahun 2014 yaitu 5671 orang. Pada tahun 2013 ibu yang memberikan ASI
ekslusif pada bayinya yaitu 1930 orang sedangkan tahun 2014 yang memberikan ASI
eklusif pada bayinya yaitu 1984 orang. (Profil Dinkes kabupaten muna).
6
Jumlah ibu nifas di Puskesmas Kabawo tahun 2012 yaitu 266 orang yang
memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang sedangkan tahun 2013 yaitu
262 orang dan yang memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang. Pada
tahun 2014 yaitu 263 orang dan yamg memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak
5 orang. Pada awal survei dari bulan Januari s.d Mei 2015 yang memiliki komplikasi
bendungan ASI sebanyak 5 orang.
Sehingga dari data yang ada penulis tertarik untuk mengadakan studi kasus
yang berjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada
Ny “M” dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna Tanggal 25 s.d 28 April 2015”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penulisan studi kasus meliputi Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada Ny “M” dengan Bendungan
ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 April
2015.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum.
Mampu melaksanakan Manajemen dan pendokumentasian Asuhan Kebidanan
ibu nifas Pada Ny “M” Dengan Bendungan ASI Di wilayah Kerja Puskesmas
Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015
dengan menggunakan 7 langkah Varney.
7
2. Tujuan Khusus.
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny “M” dengan
Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang
dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
b. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah aktual pada Ny “M”
dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
c. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada Ny
“M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo
Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan
masalah pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas
Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April
2015.
e. Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny “M” dengan
Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang
dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
f. Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan yang telah disusun pada
Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo
Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
8
g. Dapat mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada
Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo
Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam Asuhan
Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny “M” dengan Bendungan ASI di
wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada
tanggal 25 s.d 28 April 2015.
i. Melakukan follow up Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny “M”
dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Teoritis.
a. Bidang kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang
nifas dengan bendungan ASI..
b. Bagi penulis
Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembangkan studi kasus
berikutnya
9
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Pendidikan.
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan
dalam mengatasi masalah ibu nifas khususnya masalah bendungan ASI serta
dapat digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan untuk studi
kasus selanjutnya.
b. Bagi Lahan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan informasi untuk
meningkatkan asuhan manajemen kebidanan yang diterapkan terhadap klien
dalam mengatasi masalah ibu nifas serta memberikan perawatan ibu nifas
yang baik dan benar.
c. Manfaat bagi Penulisan.
Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.
E. Metode Telaah
Dalam penulisan Studi Kasus ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan.
Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya antara lain: membaca buku
dari berbagai sumber dan mengakses data melalui internet.
10
2. Studi Kasus.
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
melalui asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosa/
masalah aktual mapun potensial, melakukan tindakan segera atau kolaborasi,
perencanaan, implementasi atau evaluasi serta mendokumentasikan asuhan
kebidanan yang telah diberikan pada klien dengan bendungan ASI untuk
memperoleh data yang akurat, maka penulis menggunakan teknik:
a. Anamnase
Penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya guna
mendapatkan keterangan/informasi yang di perlukan untuk memberikan
asuhan kebidanan pada klien tersebut.
b. Observasi
Dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung keadaan dan pola hidup
klien dengan cermat secara fisik dan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki
(head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.
11
3. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber
dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjang yaitu hasil
pemeriksaan diagnostik.
4. Diskusi
Penulis mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang
menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing
Studi Kasus.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang karya tulis
ilmiah ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam
karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai
berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan
telaah, manfaat telaah, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi tentang telaah pustaka dan konsep manajemen kebidanan,
untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Telaah pustaka yang berisi tentang masa nifas meliputi pengertian masa nifas,
tahapan masa nifas, kebijakan pemerintah tentang masa nifas. Kemudian
12
berisi tentang laktasi, konsep dasar bendungan ASI meliputi pengertian, tanda
dan gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan.
b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian, pedoman penerapan pada
masa nifas, langkah-langkah manajemen kebidanan dan dokumentasi asuhan
kebidanan.
3. Bab III Studi Kasus
Studi kasus berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan
masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, perlunya tindakan
segera/kolaborasi dan konsultasi, rencana asuhan, implementasi dan evaluasi.
Kemudian berisi tentang pendokumentasian dan catatan perkembangan.
4. Bab IV Pembahasan
Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran, lalu
membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus dibuat bukan hanya
jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika hasil telaah sesuai teori
harus diberikan penjelasan, termasuk hal-hal yang mendukung kondisi yang ada.
Uraian tersebut memuat penjelasan secara teoritik tentang mekanisme mengapa
hasilnya demikian. Dengan fokus pada aspek teoritik dan aspek telaah.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. selain itu dalam pembuatan studi
kasus ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
1) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
2) Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta
(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali kesaluran
reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini disebut
puerperium.
3) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
4) Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya
masa nifas ini yaitu kira – kira 6-8 minggu.
5) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan,
penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan. Proses masa nifas
berkisar antara 6 minggu atau 40 hari.
13
14
6) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya pasenta
sampai dengan 6 minngu (42 hari) setelah itu.
7) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan.
8) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu.
9) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
10) Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6-12 minggu. (Elisabeth, 2015).
11) Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan setelah
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
12) Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Ai Yeyeh
Rukiyah, 2011).
Dari pengertian-pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama
kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.
15
b. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1). Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,
atau tahun.(Elisabeth, 2015).
c. Involusio dan Subinvolusio Masa Nifas
1) Involusio
Involusio uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu
organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan
uterus setelah melahirkan.Involusio uteri adalah mengecilnya kembali
rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal.
Proses involusio dapat terjadi secara cepat atau lambat, factor-
faktor yang mempengaruhi involusio uterus antara lain:
a) Mobilisasi dini
Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang
16
terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam
uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang
diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut mengecil.
b) Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan
jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu postpartum
maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari
kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan
pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk
menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu postpartum dengan status
gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga
tidak tejadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusio
uterus.
c) Menyusui
Pada proses menyusui ada reflex let down dari isapan bayi merangsang
hipofise posterior mengeluarkan hormone oxytosin yang oleh darah
hormone ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi
sehingga proses involusi uterus terjadi.
d) Usia
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak.
Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein,
17
serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan
penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini menghambat
involusi uterus.
e) Parietas
Parietas mempengaruhi involusio uterus, otot-otot yang terlalu sering
teregang memerlukan waktu yang lama.
2) Subinvolusio
Subinvolusio adalah kegagalan perubahan fisiologi pada sistem
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang
reproduktif. Subinvolusio dapat terjadi pada :
a) Subinvolusio uterus
Subinvolusio uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola
normal involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya sehingga proses pengecilan uterus terlambat.
b) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi.
c) Subinvolusio tempat plasenta
Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah.
d) Subinvolusio ligament
Yaitu kegagalan ligament dan diafragma pelvis vasia kembali seperti
sedia kala.
18
e) Subinvolusio seviks
Yaitu kegagalan seviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil.
f) Subinvolusio lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea.
berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.
g) Subinvolusio vulva dan vagina
Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti
semula setelah beberapa hari postpartum.
h) Subinvolusio perineum
Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan.
d. Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan
tujuan untuk :
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
19
Tabel 1. PROGRAM ASUHAN DAN KEBIJAKAN TEKNIK MASA NIFAS
Kunju
ngan
Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan ibu untuk mempercepat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2 6 hari
setelah
persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilcus tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
3 2 minggu
setelah
persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
4 6 minggu
setelah
persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami
atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Elisabeth, 2015).
e. Anatomi dan Fisiologi payudara
1) Anatomi payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara
horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.
Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan
20
subkutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis
mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah
200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa ukuran
600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan
biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan
lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, yaitu korpus (badan), areola, papilla
atau puting. Areola mammae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting
susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penapisan dan
penimbunan pigmen pada kulitnya.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula.
Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakam muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan
menybabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal
akan menarik kembali puting susu tersebut.
Ada 4 macam bentuk puting yaitu bentuk normal/umum,
pendek/datar, panjang dan terbanam. Namun bentuk-bentuk puting ini tidak
terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
21
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot”
kedalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada
bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bias
menyusu dengan baik.
2) Fisiologis Payudara
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat terjadi
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen
yang yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh proklaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan
lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis,
sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting
dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan refleks aliran timbul akibat
perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
a) Reflex prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa
ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormone proklatin kedalam darah. Melalui sirkulasi
prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi ASI. Jumlah
prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
22
dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi
mengisap
b) Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat
juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down adalah
tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
f. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai
usia 6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari
buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-
buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim.
Manfaat ASI ekslusif yaitu :
1) Manfaat bagi bayi
a) ASI sebagai nutrisi.
b) ASI sebagai kekebalan.
c) ASI meningkatkan jalinan kasih saying
23
2) Manfaat bagi ibu menyusui
a) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta
mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula
b) Menjarangkan kehamilan
c) Lebih cepat langsing kembali
d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
e) Lebih ekonomis dan murah
f) Tidak merepotkan dan hemat waktu
g) Portabel dan praktis
h) Memberi kepuasan pada ibu
g. Komposisi Gizi dalam ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium
laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam :
1) Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah bayi lahir.
Kolostrum merupakan cairan agak kental berwarna kekuning-kuningan
disbanding dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung
butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:
a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap
untuk menerima makanan.
b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga
dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
24
KANDUNGAN KOLOSTRUM
ASI
TRASISI
ASI
MATUR
Energy (kg/kal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,4-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
c) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan.
2) ASI Masa Transisi
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10.
3) ASI Matur
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya.
Di bawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara
kolostrum, ASI transisi dan ASI matur, yang disajikan pada Tabel.
Tabel 2. PERBEDAAN KANDUNGAN KOLOSTRUM, ASI
TRANSISI, DAN ASI MATUR
(Elisabeth, 2015)
h. Cara Menyusui Yang Benar
1) Cara menyusui dengan sikap duduk:
a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi pendek
agar kaki tidak tergantung dengan punggung bersandar di sandaran
kursi.
25
b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada
puting, dengan manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembapan puting susu.
c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi dengan posisi
bayi di atas pangkuan ibu dengan cara :
(1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong ditahan dengan
telapak tangan ibu.
(2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
di depan.
(3) Perut bayi menempel badan ibu, kepal bayi menghadap payudara.
(4) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus.
(5) Ibu menetap bayi dengan kasih sayang.
(6) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan
ibu jari menekan payudara bagian atas areola.
(7) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks)
dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh
sisi mulut bayi.
(8) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi. (Setyo, 2011).
26
Gambar 1 : Posisi-Posisi dalam menyusui dan Menyandawakan bayi
Gambar 2 : Macam Macam Posisi Dalam Menyusui
2) Melepaskan isapan bayi
a ) Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain.
b) Cara melepas isapan bayi: jari kelingking ibu dimasukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
c) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum
terkosongkan.
27
d) Setelah selesai menyusui, ASI dikelurkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan
kering dengan sendirinya. (Setyo Retno, 2011).
3) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengelurkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan
bayi:
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu lalu
usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.
4) Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar
a) Bayi dalam keadaan tenang
b) Mulut bayi terbuka lebar
c) Bayi menempel betul pada ibu
d) Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara
e) Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi
f) Bayi Nampak pelan pelan menghisap dengan kuat
g) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis
28
Gambar 3 : Teknik Menyusui yang Baik dan Benar
i. Masalah Menyusui pada masa nifas
1) Puting susu datar/ tertarik kedalam
Penanganannya adalah dengan pengurutan puting susu, posisi puting susu
ini akan menonjol keluar seperti keadaan seperti normal. Jika dengan
pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan
memakai breast sbield atau dengan pompa ASI atau dapat ditarik dengan
menggunakan spoit.
2) Puting susu nyeri
Kebanyakan puting susu nyeri disebabkan oleh kesalahan dalam teknik
menyusui, yaitu tidak menyusu sampai kalang payudara. Bila bayi menyusu
hanya pada puting susunya, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena
gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada
ibunya akan terjadi nyeri pada puting susunya.
29
3) Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah,
tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.
4) Bengkak pada payudara
Pengeluaran air susu tidak lancar disebabkan karena puting susu jarang
diisap.
Penatalaksanaan :
a) Payudara dikompres dengan air hangat.
b) Payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atau dengan pompa
ASI/ payudara.
c) Bayi disusui lebih sering.
d) Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet
analgetika.
5) Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara. Payudara bengkak yang tidak disusui
secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Puting susu lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengakak.
6) Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini
disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
30
j. Keadaan Abnormal yang menyertai kala nifas
Beberapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas, keadaan
abnormal tersebut adalah sebagai berikut :
1) Keadaan abnormal pada rahim
a) Subinvolusi uteri
Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat.
Penyebab terjadinya involusio uteri adalah terjadi infeksi pada
endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan
darah, atau mioma uteri.
b) Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24
jam pertama setelah persalinan. Penyebab utama perdarahan kala nifas
sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi
pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri
bersama dengan kehamilan dan inversio uteri.
c) Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis
yang mengenai pembuluh darah vena femoralis
2). Keadaan abnormal pada payudara
a) Bendungan ASI
(1) Karena sumbatan pada saluran ASI.
31
(2) Tidak dikosongkan seluruhnya.
(3) Keluhan : mammae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat.
(4) Penanganan : mengosongkan ASI dengan masase atau pompa,
memberikan estradiol.
b) Mastitis dan Abses Mammae
(1) Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan
infeksi mammae.
(2) Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus
aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan
demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan mammae, dan
terjadi perubahan warna kulit mammae.
2. Bendungan ASI
a. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu adalah
terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe
pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi yang
disebabkan overdistensi dari saluran system laktasi. (Sarwono, 2005).
32
Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan
vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui tidak
kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat
terjadi setelah hari ketiga melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat
serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus.
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal,
payudara sering mengalami distensi, menjadi keras dan berbenjol-benjol.
Keadaan ini disebut sebagai bendungan air susu atau “caked breast”, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan biasa disertai dengan kenaikan
suhu yang sepintas. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena
normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara yang
merupakan procursor reguler untuk terjadinya laktasi. Apabila hal ini tidak
teratasi maka akan mengakibatkan terjadinya mastitis. Keadaan ini bukan
akibat overdistensi sistem lacteal oleh air susu. Demam nifas akibat distensi
payudara sering terjadi. Lamanya panas yang terjadi berkisar 4-16 jam dan
suhu tubuhnya berkisar dari 38 hingga 390
C. Sesudah bayi lahir dan plasenta
keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor
dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitari laktogenik hormon
(prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak
dikeluarkannya lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi oleh air susu, tetapi
33
untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-
sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. (Prawirahardjo, 2009).
b. Gejala bendungan Air Susu Ibu (ASI)
Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-
tanda kemerahan dan demam. Ibu dianjurkan untuk terus memberikan air susu
kepada bayinya. Bila payudara terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu,
sebaiknya air susu di keluarkan dulu untuk menurunkan ketegangan payudara.
(Sarwono Prawirahardjo 2009). Gejala bendungan Air susu ini juga di tandai
dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari
sampai 5 hari setelah persalinan. (Elisabeth, 2014).
c. Faktor Penyebab Bendungan Air Susu Ibu (ASI)
Bendungan Air Susu Ibu di sebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan
dapat pula karena adanya adanya pembatasan waktu menyusu. (Sarwono
Prawirahardjo 2009).
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu
dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
34
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI. Dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan,
maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
d. Pencegahan
1) Menyusui bayinya segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang
benar.
2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand).
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
4) Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
5) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase dan sebagainya).
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bendungan air susu di lakukan dengan pemakaian
kutang untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan
menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan
dengan pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.
Kalau perlu di beri supresi laktasi untuk sementara agar bendungan terkurangi
dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan pijitan. Keadaan ini pada
umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu dengan
35
normal. (Sarwono Prawirahardjo 2009).
Penatalaksanaan umum bendungan air susu adalah sebagai berikut :
1) Sangga payudara ibu dengan bra yang pas.
2) Kompres payudara dengan menggunakan air hangat selama 5 menit.
3) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
4) Keluarkan air susu dari bagian depan payudara sehingga puting jadi lunak.
5) Susukan bayi 2 sampai 3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feading) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
6) Pada masa-masa awal bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin di perlukan pompa atau pengeluaran air
susu secara manual dari payudara.
7) Letakan kain dingin dan kompres dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara di pompa.
8) Bila perlu berikan parasetamol 3x500 mg untuk mengurangi nyeri kemudian
lakukan evaluasi setelah 3 hari.(Pelayanan Kesehatan Edisi I, 2013)
a) Bila ibu menyusui
(1) Susukan sesering mungkin.
(2) Kedua payudara disusukan.
(3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
(4) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
36
(5) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan
atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
(6) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai
bendungan teratasi.
(7) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
(8) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan
pengurang rasa sakit.
(9) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak,
bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
(10) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
(11) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan perbanyak minum.
(12) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
(13) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
b) Bila ibu tidak menyusui
(1) Sangga payudara
(2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit.
(3) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.
(4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
37
f. Perawatan payudara
Indikasi perawatan payudara dilakukan pada payudara yang tidak
mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan
puting tidak menonjol/masuk ke dalam. Terdapat beberapa cara dalam
melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui.
Cara pemijatan payudara pada ibu menyusui yang dilakukan 2 kali
sehari sejak hari ke dua persalinan yaitu :
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil
dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan
berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.
Teknik menyokong payudara
Selanjutnya buatlah derakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan
gerakan seperti ini pada payudara kanan.
38
Gerakan memutar satu payudara
Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua
payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan
melepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari
diatas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil
meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu. Lakukan hal yang
sama pada payudara kanan.
Gerakan memutar kedua payudara
39
Lalu sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah panggkal payudara ke arah
puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu
tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua
tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan .
ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.
Mengurut payudara
Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI.
Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir
yang tak kalah penting, mencegah bendungan ASI pada payudara.
Gambar 5. Perawatan payudara pada ibu menyusui
40
Cara lain dalam perawatan payudara yang sering dilakukan oleh tenaga
kesehatan di klinik yaitu :
1) Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan
pakaian atas.
2) Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau
baby oil selama 2-3 menit.
3) Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan
gerakan memutar dari dalam keluar.
4) Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral
keluar, apabila didapat puting tidak menonjol lakukan penarikan.
5) Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan
melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua
payudara dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan kedepan
sambil menghentakan payudara. Pengurutan dilakukan 20-30 kali.
6) Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan
pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20-
30 kali. Lakukan pada kedua payudara.
7) Langkah selanjutnya, dengan menggunakan sendi-sendi jari posisi tangan
mengepal, tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan
pengurutan dari pangkal kearah puting. Lakukan sebanyak 20-30 kali pada
tiap payudara.
41
8) Meletakan waskom dibawah payudara dan dan menggunakan was lap yang
dibasahi air hangat.
9) Mengguyur payudara kurang lebih 5 kali kemudian di lap dengan waslap
bergantian dengan air dingin, masing-masing 5 kali guyuran kemudian di
akhiri dengan air hangat.
10) Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang dibahu.
11) Memakai BH yang dapat menopang payudara.
B. Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir logis dan
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya. (Elisabeth, 2015).
Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Depkes RI, 2005 manajemen kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan
dalam memberikan asuhan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
42
2 Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu :
1) Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif.
c) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu dan bayinya.
d) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
e) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Elisabeth, 2015).
b. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gram.
43
(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750 gram.
(3) Satu minggu, ligament uterus dan postpartum tinggi fundus uteri
teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram.
(4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gram.
(5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gram. Perubahan sistem perkemihan.
Tabel 3. PERUBAHAN-PERUBAHAN NORMAL PADA UTERUS
SELAMA POST PARTUM
Waktu TFU Bobot uterus Diameter uterus Palpasi
serviks
Pada
akhir
persalinan
Setinggi pusat 900-1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir
minggu
ke 1
1
2
pusat sympisis
450-500 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir
minggu
ke 2
Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir
minggu
ke 6
Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
(Ambarwati, 2010).
b) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
(1) Lochea rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium,
selama 2 hari postpartum.
44
(2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, 3-
7 hari postpartum.
(3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 postpartum.
(4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
(5) Locheastasis: lochea tidak lancer keluarnya.
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6
minggu persalinan serviks menutup.
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keaadaan
kendor. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara bila labia menjadi lebih menonjol.
e) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
45
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari pada
keadaan sebelum melahirkan.
f) Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi:
(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
hormone prolaktin setelah persalinan
(2) Kolostrum adalah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi.
2) Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan oedema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3). Sistem gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun
46
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalaangi keinginan ke belakang.
4). Perubahan sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam
postpartum. Progesteron turun pada hari ke-3 postpartum. Kadar prolaktin
dalam darah berangsur-angsur hilang.
5). Perubahan sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera
setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali keukuran semula.
6). Perubahan sistem Hematologi
Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah berkisar
15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara
25.000-30.000 merupakan manifestasi adanya infeksi partus lama, dapat
meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan
tekanan darah, volume plasma dan volume sel darah merah.
Pada 2-3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2
% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas
47
berkisar antara 1500 ml. 200-200ml hilang pada saat persalinan; 500-800
ml hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada saat
nifas.
7). Perubahan tanda-tanda vital
(a). Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0
c -38 0
c)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan naik lagi. Pada
hari ketiga suhu badan akan naik karena ada pembentukan ASI, buah
dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain.
(b). Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan meningkat lebih cepat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini
mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang
tertunda.
(c). Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
48
(d). Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernapasan
juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran
pernapasan.
8). Perubahan sistem musculoskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi
dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
proses involusi.
c. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Fase-fase yang dialami ibu pada masa nifas yaitu:
1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua melahirkan.
2). Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan.
3). Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
d. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa
nifas antara lain :
49
1). Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2). Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3). Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4). Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5). Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6). Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7). Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
mengidentifikasi, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melakukannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
8). Memberikan asuhan secara profesional.
e. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1) Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan olehn tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
50
akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena
sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah
porsi yang cukup, tidak terlalu asin, pedas, berlemak, tidak mengandung
alkohol, nikotin serta pengwet atau pewarna. Disamping itu harus
mengandung sumber energy, sumber pembangun, dan sumber pengatur dan
pelindung.
2) Ambulasi
Disebut juga early embulation, adalah kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas
mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-28 jam postpartum.
3) Eliminasi : BAB atau BAK
(a) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam.
(b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien
pada hari ke tiga belum buang air besar maka diberikan laksan
supersitoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara
teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang
banyak, makanan cukup serat, olahraga.
51
4) Kebersihan diri
Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar
mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mammae yang
dilanjutkan perawatan perineum.
5) Istirahat
Anjurkan ibu untuk :
(a) Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.
(b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
(c) Kembali kekegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
(d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka
koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum.
7) Keluarga Berencana
Setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun. Pada dasarnya ibu
tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh enam bulan
belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap
metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontraksi jauh lebih aman.
8) Pemberian ASI/laktasi
Hal-hal yang dibutuhkan kepada pasien :
52
(a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah
disusukan.
(b) Ajarkan cara menyusui yang benar.
(c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI
ekslusif).
(d) Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand).
(e) Diluar menyusui jangan memberikan dot / kempeng pada bayi, tapi
berikan ASI dengan sendok.
(f) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan
frekuensi pemberian ASI.
3. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan Evaluasi.
Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut varney :
a. Tahap Pengumpulan Data Dasar (Langkah 1)
Penumpulan data dasar atau pengkajian adalah mengumpulkan
semua data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Langkah
ini merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
53
1) Data Subyektif
a) Biodata yang mencangkup identitas pasien.
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan fisiknya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan
Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
(5) Suku/ Bangsa
Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(6) Pekerjaan
Yaitu untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
54
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien meraarena adanya luka jahitan pada perineum.
Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri
serta seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat
tanda-tanda kemerahan dan demam. Salah satu penyebab bendungan ASI
adalah puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009)
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa ini.
(2) Riwayat Kesehatan Sekarang.
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan ada
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan
bayinya.
55
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
d) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
e) Riwayat Obstetrik
(1) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus atau tidak, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang
lalu.
(2) Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang biasa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
56
g) Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat-istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan.
h) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
banyak mengalami perubahan emosi/ psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjsdi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi
tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues
sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini
sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah factor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
(1) Kekecewaan emosional yang meliputi rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita hamil selama kehamilan dan persalinan.
(2) Rasa sakit masa nifas awal.
(3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.
(4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
(5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
57
Menjelaskan pengkajian psikologis :
(1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
(2) Respon ibu terhadap bayinya.
(3) Respon ibu terhadap dirinya.
i) Data Pengetahuan
Untuk mengetahui sebarapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan
setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
j) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantang.
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan jumlah.
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat
sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat cukup dapat
mempercepat penyembuhan.
58
(4) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea.
(5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika
melakukan ambulasi.
2) Data obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam
keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian
data obyektif adalah :
a) Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya.
(1) Temperatur/ Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa
nifas pada umumnya disebabkan oleh keluarnya cairan pada
59
waktu melahirkan, selain itu biasa juga disebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai ˃ 38 0
C adalah
mengarah tanda-tanda infeksi.
(2) Nadi dan Pernapasan
(a) Nadi berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi diatas 100
x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bias diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
(b) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan
karena adanya vitium kordis.
(c) Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai
serendah-rendahnya 40 sampai 50 x/menit, beberapa alasan
telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum
ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu
kelainan.
(d) Pernapasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30 x/menit.
60
(3) Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum,
tetapu keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila
tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2
bulan pengobatan.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan
pemeriksaan fisik.
(1) Keadaan buah dada dan putting susu
(a) Simetris/tidak.
(b) Konsistensi, ada pembengkakan atau tidak.
(c) Puting menonjol/tidak, lecet/tidak.
(2) Keadaan abdomen
(a) Uterus normal ditandai dengan kokoh, berkontrasi baik, tidak
berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
Abnormal ditandai dengan lembek, diatas ketinggian fundal
saat masa postpartum segera.
(b) Kandung kemih : bisa buang air/tidak bias buang air.
(3) Keadaan Genetalia
(a) Lochea normal ditandai dengan : merah hitam (lochia rubra),
bau biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
61
(ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau
sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
(b) Abnormal ditandai dengan merah terang, bau busuk,
mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan
penggantian pembalut 0-2 jam).
(c) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka
episiotomi / robekan, hecting.
(d) Keadaan anus : hemorrohoid.
(e) Keadaan ekstremitas : varises, oedema, dan reflex patella.
c) Data penunjang
Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan
keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah
persalinan. (Elisabeth, 2014).
b. Interprestasi Data Dasar (Langkah II)
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
dinterprestasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam
rencana asuhan terhadap pasien, masalah yang sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
62
1) Diagnosa kebidanan
Diagnose dapat ditegakan yang berkaitan dengan para, abortus, anak
hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
a) Data subyektif
Pernyataan ibu tentan g persalinan, apakah pernah abortus atau
tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhan.
b) Data obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital.
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi :
a) Data obyektif
Data yang didapat dari hasil anamneses pasien.
b) Data obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
Gejala utama bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya
pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras,
kadang terasa nyeri serta seringkali di sertai peningkatan suhu
63
badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan
demam. Salah satu penyebab terjadinya bendungan ASI adalah
puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009)
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,
bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
c. Identifikasi diagnosis/masalah potensial (Langkah III)
Langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah
ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya
terjadi mastitis. Mastitis merupakan peradangan payudara. Mastitis
biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu
yang berlanjut / bendungan ASI . Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada
payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. (Rukiyah
dan Yulianti, 2010; h.350).
64
d. Antisipasi Masalah (Langkah IV)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Penatalaksanaan bendungan ASI di lakukan dengan pemakaian kutang
untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan menyusui
segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan dengan
pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.
e. Perencanaan (Langkah V)
Langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah yang sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga barkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,
ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan
pada kasus ini adalah :
1) Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, anjuran ibu untuk segera berkemih,
observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
65
2) Kebersihan Diri
a) Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
b) Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK.
3) Istirahat
a) Cukup istirahat.
b) Beri pengertian manfaat istirahat.
c) Kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
4) Gizi
a) Makan bergizi, bermutu dan cukup kalori.
b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
c) Minum tablet fe / zat besi.
d) Minum vitamin A (200.000 unit).
5) Perawatan payudara
a) Jaga kebersihan payudara
b) Beri ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.
6) Hubungan seksual
Beri peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
7) Keluarga berencana
Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.
Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu :
1) Bila ibu menyusui
a) Susukan sesering mungkin.
66
b) Kedua payudara disusukan.
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang
rasa sakit.
i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat
untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan perbanyak minum.
l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2) Bila ibu tidak menyusui
a) Sangga payudara
b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit.
67
c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.
d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
f. Pelaksanaan (Langkah VI)
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langakah-langkah yang sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyelurah tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,
ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan
pada kasus ini adalah :
1) Mengobservasi meliputi:
a) Keadaan umum.
b) Kesadaran.
c) Tanda-tanda vital dengan mengukur tekanan darah, suhu, nadi,
pernapasan.
d) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
e) Menganjuran ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung
kemih penuh akan menghambat proses involusio uteri.
f) Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar
pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.
68
2) Kebersihan Diri
a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
b) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai
BAK.
3) Istirahat
a) Memberi sarana ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.
b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat
menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusio berjalan lambat
sehingga menyebabkan perdarahan.
c) Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan
sehari-hari.
4) Gizi
a) Mengkonsumsi makan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori,
sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin
dan mineral.
b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
c) Minum tablet fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.
d) Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
5) Perawatan payudara
a) Menjaga kebersihan payudara
b) Memberi ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.
69
6) Hubungan seksual
Memberi peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
7) Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan
keinginannya.
Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu :
1) Bila ibu menyusui
a) Susukan sesering mungkin.
b) Kedua payudara disusukan.
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang
rasa sakit.
i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat
untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
70
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan perbanyak minum.
l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.Sangga
payudara ibu dengan bra yang pas.
2) Bila ibu tidak menyusui
a) Sangga payudara
b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit.
c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.
d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
g. Mengevaluasi ( Langkah VII)
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberika, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana.
C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah.
Agar orang lain mengetahui apa yang telah di laksanakan oleh bidan melalui proses
sistematis maka di lakukan pendokumentasian dalam format SOAP, yakni :
71
S : Data diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian
dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, baik secara langsung pada pasien ibu nifas maupun kepada keluarga
pasien. Untuk pasien yang bisu, bagian data di belakang huruf “S” di beri huruf
“O” atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
O : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan cara inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi.
A : Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada
respon ibu terhadap masa nifas. Masalah terjadi belum termasuk dalam rumusan
diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan bidan,
maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul
merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subyektif
maupun obyektif.
P : Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari
pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien.
Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan
rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke
dalam informed consent .(Elisabeth, 2015).
72
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam
asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M dengan bendungan ASI di wilayah kerja
puskesmas kabawo kabupaten muna tanggal 25 s.d 28 April 2015 di awali dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi serta di lanjutkan dengan
pendokumentasian dan catatan perkembangan.
A. MANAJEMEN
1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar
a. Identitas Istri/ Suami
Nama : Ny.M/ Tn.A
Umur : 19 tahun/ 21 tahun
Suku : Muna/ Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMP/ SMA
Pekerjaan : IRT/ Wiraswasta
Pernikahan ke : 1/ 1
Lama menikah: ± 1 tahun
Alamat : Desa Lamaeo
73
b. Data Biologis/ Fisiologis
1) Keadaan ibu sekarang
Ibu mengatakan :
a) Buah dadanya bengkak, keras, dan terasa nyeri.
b) Puting susunya masuk kedalam.
c) Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar.
d) Bayinya diberikan susu formula.
e) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.
f) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.
g) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan
48 cm.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Tidak ada penyakit yang di derita sekarang baik penyakit menular maupun
tidak menular.
3) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi, malaria,
DM.
b) Belum pernah di operasi, tidak memiliki riwayat alergi dan
ketergantungan obat serta tidak ada riwayat gemeli dalam keluarga.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular dan
penyakit turunan.
74
5) Riwayat Reproduksi
a) Riwayat haid
Menarche : 13 Tahun
Siklus Haid : 28-30 Hari
Durasi : 5-7 Hari
Perlangsungan : Normal
Dismenorhoe : Tidak ada.
b) Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : tidak ada.
6) Riwayat Nifas Sekarang
Ibu mengatakan:
a) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.
b) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.
c) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan
48 cm.
7) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a) Nutrisi
(1) Kebiasaan
Makan 3 kali sehari, makanan pokok nasi ,sayur, ikan, dan buah,
nafsu makan baik, minum 6-8 gelas/ hari.
(2) Selama sakit
Tidak ada perubahan.
75
b) Kebutuhan eliminasi
(1) Kebiasaan
Buang air besar 1 kali/ hari , buang air kecil 4-5 kali/ hari.
(2) Selama sakit
Jarang buang air besar dan buang air kecil 3-4 kali/ hari.
c) Istrahat
(1) Kebiasaan
Tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 8 jam.
(2) Selama sakit
Tidur tidak teratur karena terganggu dengan rasa nyeri.
d) Personal Hygiene
(1) Kebiasaan
Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali dalam 1
minggu menggunakan sampo, sikat gigi 2 kali sehari, pakaian
dalam diganti setiap kali lembab.
(2) Selama sakit
Tidak ada perubahan selama sakit.
8) Data biopsikosiospiritual
Kehamilan di rencanakan dengan suami, kehamilan di respon baik oleh
suami dan keluarga kemudian ibu tidak melakukan ibadah 5 waktu.
76
9) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum ibu baik.
b) Kesadaran kompesmentis.
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37,4 0
c
Pernapasan : 23 x/menit
d) Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
(1) Kepala dan rambut
Inspeksi : Kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
(2) Wajah/muka
Inspeksi : Ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat.
Palpasi : Tidak ada oedema.
(3) Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan bola mata baik,
konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus.
(4) Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
77
Palpasi : TTidak ada nyeri tekan
(5) Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan
sekret tampak polister dan tidak ada pembengkakan
di belakang telinga.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
(6) Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
tidak ada sariawan
(7) Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar
limfe, tidak ada pelebaran vena jugularis.
(8) Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu masuk kedalam,
hyperpigmentasi pada areola mammae.
Palpasi : Payudara bengkak dan keras, tidak ada benjolan,
terdapat nyeri tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit
bila dipencet.
(9) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut agak
kendor.
78
Palpasi : TFU 3 jari bawah pusat dan kontraksi uterus baik,
diastasis (-).
(10) Genitalia dan anus
Inspeksi : Tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan
berbau khas, tidak ada varises, tidak ada luka bekas
jahitan, dan tidak ada hemoroid.
Palpasi : Tidak ada oedema.
(11) Ekstremitas atas
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku bersih dan berwarna
merah muda, jari-jari kaki lengkap
Palpasi : Tidak ada oedema dipunggung tangan.
(12) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, kuku
bersih dan berwarna merah muda, jari-jari kaki
lengkap.
Palpasi : Tidak ada oedema, homan sign (-).
Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+) .
2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual.
Setelah dilakukannya pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah
aktual pada Ny.“M” yaitu, PIA0 masa nifas hari ke-III dengan bendungan ASI.
79
1. PIA0
Data subjektif :
Ibu mengatakan:
a. Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.
b. Melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA.
Data objektif :
a. Nampak striae livide dan linea nigra.
b. Tonus otot perut kendor
Analisis dan interprestasi
a. Striae livide adalah kulit perut tampak seolah-oleh retak, warnanya berubah
agak hiperemik dan kebiru-biruan.
b. Linea nigra (garis hitam) adalah garis vertikal berwarna hitam gelap yang
terlihat di bawah perut ibu selama hamil. linea nigra timbul karena
peningkatan produksi pigmen melamin terkait peningkatan hormon
estrogen pada ibu hamil,linea nigra timbul sekitar trimester ke dua dan
berakhir setelah persalinan.
c. Perbedaan antara primigrafida dan multigrafida adalah pada tonis otot
tegang untuk primigrafida sedangkan intuk multigrafida tonus otot perut
lembek/kendor.
2. Post partum hari ke-III
Data subjektif :
Ibu mengatakan melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA.
80
Data objektif :
a. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat
b. Tampak pengeluaran lochia rubra
Analisis dan interprestasi
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
b. Pada involusio uterus jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
prolitik berangsur-angsur akan mengecil dan setiap kalinya tinggi fundus
uteri akan turun 1 jari di bawah pusat (ilmu kebidanan 2010).
c. Lochia rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium, selama 2
hari postpartum.
3. Dengan bendungan ASI
Data subjektif :
Ibu mengatakan:
a. Buah dadanya bengkak, keras dan terasa nyeri.
b. Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar.
c. Puting susunya masuk kedalam.
d. Bayinya diberikan susu formula.
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA

More Related Content

What's hot (13)

Kti novensky e.m
Kti novensky e.mKti novensky e.m
Kti novensky e.m
 
Kti haslia akbid paramata raha
Kti haslia akbid paramata rahaKti haslia akbid paramata raha
Kti haslia akbid paramata raha
 
Kti mariani
Kti marianiKti mariani
Kti mariani
 
Isran esra kti
Isran esra ktiIsran esra kti
Isran esra kti
 
Kti wa ode fitriyanti
Kti wa ode fitriyantiKti wa ode fitriyanti
Kti wa ode fitriyanti
 
Kti wa ode indrawati
Kti wa ode indrawatiKti wa ode indrawati
Kti wa ode indrawati
 
Kti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramataKti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramata
 
Kti sitti andriyani
Kti sitti andriyaniKti sitti andriyani
Kti sitti andriyani
 
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Kti mirda akbid paramata alumni  2015Kti mirda akbid paramata alumni  2015
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
 
Kti wa ode wahyuni
Kti wa ode wahyuniKti wa ode wahyuni
Kti wa ode wahyuni
 
Kti novita sari
Kti novita sariKti novita sari
Kti novita sari
 
Kti astuti
Kti astutiKti astuti
Kti astuti
 
Kti ilawati
Kti ilawatiKti ilawati
Kti ilawati
 

Similar to Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...Warnet Raha
 
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...Warnet Raha
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...Warnet Raha
 
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...Warnet Raha
 
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...Warnet Raha
 

Similar to Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA (20)

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPERE...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “R” DENGAN...
 
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
 
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WI...
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
 
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM PADA NY. R DENGAN...
 
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
 
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFI...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFI...
 
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata rahaKti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
 
Kti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramataKti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramata
 
Kti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramataKti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramata
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 

Recently uploaded (20)

contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 

Kti fatmawati akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA

  • 1. i MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY “M” DENGAN BENDUNGAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABAWO KABUPATEN MUNA TANGGAL 25 S.D 28 APRIL 2015 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh : FATMAWATI PSW.B.2012.IB.0008 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2015
  • 2. ii LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d. 28 April 2015 Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes ii ii LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d. 28 April 2015 Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes ii ii LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d. 28 April 2015 Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes ii
  • 3. iii LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna TIM PENGUJI 1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........) 2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........) 3. Asrini, S.ST (…...............…….................) Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes iii iii LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna TIM PENGUJI 1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........) 2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........) 3. Asrini, S.ST (…...............…….................) Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes iii iii LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna TIM PENGUJI 1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........) 2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........) 3. Asrini, S.ST (…...............…….................) Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes iii
  • 4. iv RIWAYAT HIDUP A. IdentitasDiri 1. Nama : Fatmawati 2. Tempat/ tanggallahir : Bente, 5 Juni 1994 3. Agama : Islam 4. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia 5. Alamat : Desa Bente kecamatan Kabawo B. Identitas Orang Tua 1. Nama Ayah danIbu : La Siba danWaLeko 2. Alamat : Desa BenteKecamatanKabawo C. Pendidikan 1. Tamat Sekolah Dasar (SD) Negeri 11Kabawo Tahun 2006 2. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kabawo Tahun 2009 3. Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kabawo Tahun 2012 4. Mengikuti Pendidikan Diploma (DIII) Kebidanan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Tahun 2012 sampai sekarang. iv
  • 5. v KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan judul “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny “M” Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna mulai tangga l25 s.d. 28 April 2015“ tepat pada waktunya. Adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tidak henti penulis hanturkan pada Ibu Fitrianingsih, S.ST selaku Pembimbing I dan ibu Asrini, S.ST selaku Pembimbing II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, kesabaran, petunjuk, pengarahan, dan dorongan, maupun moril yang begitu sangat berharga. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada : 1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten Muna dan Sebagai Penguji Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan kepada penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. 3. Seluruh jajaran Dosen dan para staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. v
  • 6. vi 4. Ibu Wajib, S.ST selaku bidan kordinator puskesmas kabawokabupaten munayang telahmembantu baik waktu dan tenaga serta bimbingan yang tidak ada henti sampai akhir penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Orang tuaku Ayahanda La Sibadan IbundaWaLekoyang paling kucintai dan kusayangi, yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun material serta do’a restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT tetap menjaga orang-orang yang paling kucintai dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya. 6. Seluruh Keluarga Besarku dan kakak serta adik-adikku Harianto, Maulid, Hasnawati yang banyak membantu mulai dari awal mengikuti pendidikan sampai akhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, kekuatan lahir dan batin agar mereka dapat juga melanjutkan sekolah dengan sebaik mungkin. 7. Sahabat-sahabatku Nia, Eka putu, Ati, Rasna dan semua rekan-rekan seangkatan serta yang pernah menjadi temanku terima kasih atas do’a kalian dan terima kasih juga telah memberi warna dalam kehidupan persahabatan ini. 8. Semua pihak yang turut membantu dalam terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan pada penulis akan mendapatkan pahala yang setimpal dariTuhan Yang Maha Esa. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Studi Kasus ini.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun pihak lain yang membutuhkannya. Raha , Juli 2015 Penulis vi
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................... i LembarPersetujuan........................................................................................ ii Lembar Pengesahan....................................................................................... iii Riwayat Hidup............................................................................................... iv Kata Pengantar............................................................................................... v Daftar Isi........................................................................................................ vii Daftar Tabel................................................................................................... ix Daftar Gambar............................................................................................... x BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................. 6 C. Tujuan Telaah..................................................................................... 6 D. Manfaat Telaah.................................................................................. 8 E. Metode Telaah.................................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan......................................................................... 11 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 13 A. Telaah Pustaka................................................................................... 13 1. Masa Nifas................................................................................... 13 2. Bendungan ASI............................................................................ 32 B. Konsep Manajemen Kebidanan......................................................... 42 1. Pengertian Manajemen Kebidanan.............................................. 42 2. Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas............. 43 3. Langkah-langkah Manajemen...................................................... 53 C. Dokumentasian (SOAP)..................................................................... 72 BAB III STUDI KASUS.............................................................................. 73 A. Pengumpulan Data Dasar................................................................... 73 vii
  • 8. viii B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual............................................... 79 C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial........................................... 82 D. Menilai perlunya intervensi segera, Konsultasi dan Kolaborasi....... 82 E. Perencanaan Asuhan Kebidanan........................................................ 83 F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan (Implementasi)............................... 87 G. Evaluasi Keefeksifan Asuhan............................................................ 89 H. Pendokumentasian............................................................................. 90 I. Catatan Perkembangan....................................................................... 95 BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 99 A. Pengumpulan data dasar.................................................................... 99 B. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Aktual....................................... 100 C. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial.................................... 102 D. Menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi......... 103 E. Perencanaan Asuhan Kebidanan......................................................... 103 F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan......................................................... 106 G. Evaluasi............................................................................................... 109 BAB V PENUTUP........................................................................................ 111 A. Kesimpulan......................................................................................... 111 B. Saran.................................................................................................... 113 Daftarpustaka................................................................................................. 114 Lampiran-lampiran viii
  • 9. ix DAFTAR TABEL Tabel 1 : Program Asuhan Masa Nifas................................................................. 19 Tabel 2 : Perbedaan Kandungan Kolostrum, ASI Transisi, dan ASI Matur........ 24 Tabel 3 : Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum............ 43 ix
  • 10. x DAFTAR GAMBAR Gambar 1 :Posisi-Posisi dalam Menyusui dan Menyandawakan bayi............... 26 Gambar 2 : Macam-Macam Posisi Dalam Menyusui......................................... 26 Gambar 3 : TeknikMenyusui yang BaikdanBenar............................................. 28 Gambar 4 : Teknik menyokong payudara.......................................................... 37 Gambar 5 : Gerakan memutar satu payudara..................................................... 38 Gambar 6 : Gerakan memutar kedua payudara.................................................. 38 Gambar 7 : Mengurut payudara.......................................................................... 39 Gambar 8 : perawatan payudara pada ibu menyusui.......................................... 39 x
  • 11. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas merupakan hal yang penting diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. (Sulistyawati, 2009) Masa nifas merupakan masa rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi pada masa nifas. Selama ini, perdarahan pasca persalinan merupakan faktor penyebab angka kematian ibu, namun dengan meningkatnaya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu. Macam-macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis, peritonitis, infeksi saluran kemih, bendungan ASI, mastitis, abses payudara. Bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mammae (mastitis). 1
  • 12. 2 Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah persalinan. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam. Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Payudara yang bengkak jika tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang berlanjut / bendungan ASI. (Elisabeth, 2015) Menurut laporan badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mencatat bahwa angka kematian ibu nifas meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2009 ibu nifas sebanyak 80 % atau sekitar 860.000 dan yang meninggal dunia sekitar 20 % karena perdarahan dan infeksi. Sementara pada tahun 2011 jumlah ibu nifas mengalami peningkatan 5 % dari tahun sebelumnya atau sekitar 928.000 dengan angka kematian ibu nifas sebanyak 25 % akibat perdarahan, infeksi dan penyebab lainnya. Menurut WHO, dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri, walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis.
  • 13. 3 Pada Oktober yang lalu dikejutkan dengan hasil perhitungan angka kematian ibu (AKI) menurut Survei Demograsi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang menunjukan peningkatan (dari 228 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup). Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui dan dapat berlangsung dalam waktu lama. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, angaka mobiditas pada ibu nifas salah satunya disebabkan oleh bendungan ASI, pada tahun 2009 ditemukan ibu nifas dengan bendungan ASI sebanyak 28 orang dari 50 ibu nifas (Depkes, 2009). Faktor yang mempengaruhi terjadinya terjadinya bendungan ASI yaitu puting susu datar sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu, kadang – kadang pengeluaran susu juga terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe (Manuaba, I.Gde (2002) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3% anak yang mendapatkan ASI Eksklusif. Angka ini masih jauh di bawah angka global yang juga rendah, di mana hanya 32,6% anak yang disusui eksklusif. Survey Demografi kesehatan Indonessia (SDKI) tahun 2009 menunjukan bahwa 55% ibu menyusui. Pada hakekatnya semua wanita dapat menyusui dari penelitian terhadap 900 ibu sekitar Jabodetabek (2008) di peroleh bahwa 98% ibu-ibu tersebut menyusui,akan tetapi selama masa menyusui tersebut ada kalanya timbul masalah-
  • 14. 4 masalah seperti ibu mengalami mastitis, puting susu lecet, abses payudara dan puting terbenam. Masalah-masalah tersebut biasanya timbul karna kurangnya perawatan payudara dan teknik menyusui yang tidak benar. Kurangnya perawatan payudara ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan payudara Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu- ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui. Adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian bendungan ASI. (Depkes RI, 2006). Di Indonesia, anjuran dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan. "Dari berbagai sumber data dapat saya simpulkan bahwa perkembangan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah dan menunjukkan perkembangan yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia Tenggara," kata Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan Pekan ASI Sedunia 2012 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (19/9/2012). Selain itu, Menkes juga menyatakan bahwa penyebarluasan informasi di antara petugas kesehatan dan masyarakat ternyata juga belum optimal. Hanya sekitar 60% masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40 % tenaga kesehatan terlatih yang bisa memberikan konseling menyusui.
  • 15. 5 Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusui. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam. (Prawirohardjo, 2011;hal 652). Suatu hal yang menggembirakan adalah hampir seluruh bayi yaitu 95,4% di perkotaan dan 96,7% di pedesaan pernah disusui dan terus diberikan sampai anak berusia 23,9 bulan. Gambaran ini menunjukan bahwa kita perlu berkonsentrasi penuh untuk menyukseskan peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sehingga target sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) dapat dipenuhi. Sementara di Sulawesi Tenggara, jumlah ibu menyusui yang diberikan Air susu ibu (ASI) Eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan adalah 65,93%. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 56,6% dan kota Meskipun menduduki urutan kedua tertinggi dalam pemberian air susu ibu (ASI) Eksklusif dibandingkan dengan 9 kabupaten atau kota lainnya di Propinsi Sulawesi Tenggara yakni 73,4%. Jumlah ibu nifas di Kabupaten Muna pada tahun 2013 yaitu 5863 orang, dan pada tahun 2014 yaitu 5671 orang. Pada tahun 2013 ibu yang memberikan ASI ekslusif pada bayinya yaitu 1930 orang sedangkan tahun 2014 yang memberikan ASI eklusif pada bayinya yaitu 1984 orang. (Profil Dinkes kabupaten muna).
  • 16. 6 Jumlah ibu nifas di Puskesmas Kabawo tahun 2012 yaitu 266 orang yang memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang sedangkan tahun 2013 yaitu 262 orang dan yang memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang. Pada tahun 2014 yaitu 263 orang dan yamg memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 5 orang. Pada awal survei dari bulan Januari s.d Mei 2015 yang memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 5 orang. Sehingga dari data yang ada penulis tertarik untuk mengadakan studi kasus yang berjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada Ny “M” dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 April 2015”. B. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup penulisan studi kasus meliputi Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada Ny “M” dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 April 2015. C. Tujuan Telaah 1. Tujuan Umum. Mampu melaksanakan Manajemen dan pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada Ny “M” Dengan Bendungan ASI Di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015 dengan menggunakan 7 langkah Varney.
  • 17. 7 2. Tujuan Khusus. a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. b. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah aktual pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. c. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan masalah pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. e. Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. f. Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan yang telah disusun pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.
  • 18. 8 g. Dapat mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. i. Melakukan follow up Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015. D. Manfaat Telaah 1. Manfaat Teoritis. a. Bidang kesehatan Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang nifas dengan bendungan ASI.. b. Bagi penulis Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembangkan studi kasus berikutnya
  • 19. 9 2. Manfaat Praktis. a. Bagi Pendidikan. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan dalam mengatasi masalah ibu nifas khususnya masalah bendungan ASI serta dapat digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan untuk studi kasus selanjutnya. b. Bagi Lahan Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan informasi untuk meningkatkan asuhan manajemen kebidanan yang diterapkan terhadap klien dalam mengatasi masalah ibu nifas serta memberikan perawatan ibu nifas yang baik dan benar. c. Manfaat bagi Penulisan. Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan. E. Metode Telaah Dalam penulisan Studi Kasus ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan. Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya antara lain: membaca buku dari berbagai sumber dan mengakses data melalui internet.
  • 20. 10 2. Studi Kasus. Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah melalui asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosa/ masalah aktual mapun potensial, melakukan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, implementasi atau evaluasi serta mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada klien dengan bendungan ASI untuk memperoleh data yang akurat, maka penulis menggunakan teknik: a. Anamnase Penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya guna mendapatkan keterangan/informasi yang di perlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut. b. Observasi Dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung keadaan dan pola hidup klien dengan cermat secara fisik dan keluarga. c. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki (head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi. d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.
  • 21. 11 3. Studi Dokumentasi Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan diagnostik. 4. Diskusi Penulis mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing Studi Kasus. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang karya tulis ilmiah ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Pendahuluan berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka berisi tentang telaah pustaka dan konsep manajemen kebidanan, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a. Telaah pustaka yang berisi tentang masa nifas meliputi pengertian masa nifas, tahapan masa nifas, kebijakan pemerintah tentang masa nifas. Kemudian
  • 22. 12 berisi tentang laktasi, konsep dasar bendungan ASI meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan. b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian, pedoman penerapan pada masa nifas, langkah-langkah manajemen kebidanan dan dokumentasi asuhan kebidanan. 3. Bab III Studi Kasus Studi kasus berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, perlunya tindakan segera/kolaborasi dan konsultasi, rencana asuhan, implementasi dan evaluasi. Kemudian berisi tentang pendokumentasian dan catatan perkembangan. 4. Bab IV Pembahasan Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran, lalu membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus dibuat bukan hanya jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika hasil telaah sesuai teori harus diberikan penjelasan, termasuk hal-hal yang mendukung kondisi yang ada. Uraian tersebut memuat penjelasan secara teoritik tentang mekanisme mengapa hasilnya demikian. Dengan fokus pada aspek teoritik dan aspek telaah. 5. Bab V Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. selain itu dalam pembuatan studi kasus ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
  • 23. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Masa Nifas a. Pengertian Masa Nifas 1) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). 2) Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali kesaluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini disebut puerperium. 3) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. 4) Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira – kira 6-8 minggu. 5) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan. Proses masa nifas berkisar antara 6 minggu atau 40 hari. 13
  • 24. 14 6) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya pasenta sampai dengan 6 minngu (42 hari) setelah itu. 7) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. 8) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. 9) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. 10) Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu. (Elisabeth, 2015). 11) Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan setelah sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. 12) Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2011). Dari pengertian-pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.
  • 25. 15 b. Tahapan Masa Nifas Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu : 1). Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan. 2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital. 3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.(Elisabeth, 2015). c. Involusio dan Subinvolusio Masa Nifas 1) Involusio Involusio uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan.Involusio uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal. Proses involusio dapat terjadi secara cepat atau lambat, factor- faktor yang mempengaruhi involusio uterus antara lain: a) Mobilisasi dini Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang
  • 26. 16 terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut mengecil. b) Status gizi Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu postpartum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu postpartum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak tejadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusio uterus. c) Menyusui Pada proses menyusui ada reflex let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormone oxytosin yang oleh darah hormone ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi. d) Usia Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein,
  • 27. 17 serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini menghambat involusi uterus. e) Parietas Parietas mempengaruhi involusio uterus, otot-otot yang terlalu sering teregang memerlukan waktu yang lama. 2) Subinvolusio Subinvolusio adalah kegagalan perubahan fisiologi pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif. Subinvolusio dapat terjadi pada : a) Subinvolusio uterus Subinvolusio uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga proses pengecilan uterus terlambat. b) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi. c) Subinvolusio tempat plasenta Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah. d) Subinvolusio ligament Yaitu kegagalan ligament dan diafragma pelvis vasia kembali seperti sedia kala.
  • 28. 18 e) Subinvolusio seviks Yaitu kegagalan seviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil. f) Subinvolusio lochea Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea. berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum. g) Subinvolusio vulva dan vagina Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartum. h) Subinvolusio perineum Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan. d. Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk : 1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi 2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi. 3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. 4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
  • 29. 19 Tabel 1. PROGRAM ASUHAN DAN KEBIJAKAN TEKNIK MASA NIFAS Kunju ngan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas. b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut. c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. e. Mengajarkan ibu untuk mempercepat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 2 6 hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilcus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan. c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat. 3 2 minggu setelah persalinan a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan. c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat. 4 6 minggu setelah persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya. b. Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Elisabeth, 2015). e. Anatomi dan Fisiologi payudara 1) Anatomi payudara Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan
  • 30. 20 subkutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa ukuran 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Ada 3 bagian utama payudara, yaitu korpus (badan), areola, papilla atau puting. Areola mammae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penapisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakam muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menybabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Ada 4 macam bentuk puting yaitu bentuk normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbanam. Namun bentuk-bentuk puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
  • 31. 21 susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” kedalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bias menyusu dengan baik. 2) Fisiologis Payudara Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat terjadi tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh proklaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi. a) Reflex prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone proklatin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi ASI. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
  • 32. 22 dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi mengisap b) Refleks Aliran (let down reflex) Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. f. ASI Eksklusif ASI eksklusif atau pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah- buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim. Manfaat ASI ekslusif yaitu : 1) Manfaat bagi bayi a) ASI sebagai nutrisi. b) ASI sebagai kekebalan. c) ASI meningkatkan jalinan kasih saying
  • 33. 23 2) Manfaat bagi ibu menyusui a) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula b) Menjarangkan kehamilan c) Lebih cepat langsing kembali d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker e) Lebih ekonomis dan murah f) Tidak merepotkan dan hemat waktu g) Portabel dan praktis h) Memberi kepuasan pada ibu g. Komposisi Gizi dalam ASI Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam : 1) Kolostrum ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan agak kental berwarna kekuning-kuningan disbanding dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai berikut: a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan. b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
  • 34. 24 KANDUNGAN KOLOSTRUM ASI TRASISI ASI MATUR Energy (kg/kal) 57,0 63,0 65,0 Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0 Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8 Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324 Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2 Imunoglobulin: Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6 Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9 Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9 Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,4-27,5 Laktoferin 420-520 - 250-270 c) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan. 2) ASI Masa Transisi ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10. 3) ASI Matur ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya. Di bawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI transisi dan ASI matur, yang disajikan pada Tabel. Tabel 2. PERBEDAAN KANDUNGAN KOLOSTRUM, ASI TRANSISI, DAN ASI MATUR (Elisabeth, 2015) h. Cara Menyusui Yang Benar 1) Cara menyusui dengan sikap duduk: a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi pendek agar kaki tidak tergantung dengan punggung bersandar di sandaran kursi.
  • 35. 25 b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting, dengan manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi dengan posisi bayi di atas pangkuan ibu dengan cara : (1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong ditahan dengan telapak tangan ibu. (2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu di depan. (3) Perut bayi menempel badan ibu, kepal bayi menghadap payudara. (4) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus. (5) Ibu menetap bayi dengan kasih sayang. (6) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola. (7) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. (8) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. (Setyo, 2011).
  • 36. 26 Gambar 1 : Posisi-Posisi dalam menyusui dan Menyandawakan bayi Gambar 2 : Macam Macam Posisi Dalam Menyusui 2) Melepaskan isapan bayi a ) Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. b) Cara melepas isapan bayi: jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah. c) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan.
  • 37. 27 d) Setelah selesai menyusui, ASI dikelurkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya. (Setyo Retno, 2011). 3) Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengelurkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi: a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa. 4) Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar a) Bayi dalam keadaan tenang b) Mulut bayi terbuka lebar c) Bayi menempel betul pada ibu d) Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara e) Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi f) Bayi Nampak pelan pelan menghisap dengan kuat g) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis
  • 38. 28 Gambar 3 : Teknik Menyusui yang Baik dan Benar i. Masalah Menyusui pada masa nifas 1) Puting susu datar/ tertarik kedalam Penanganannya adalah dengan pengurutan puting susu, posisi puting susu ini akan menonjol keluar seperti keadaan seperti normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan memakai breast sbield atau dengan pompa ASI atau dapat ditarik dengan menggunakan spoit. 2) Puting susu nyeri Kebanyakan puting susu nyeri disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu tidak menyusu sampai kalang payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting susunya, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri pada puting susunya.
  • 39. 29 3) Puting susu lecet Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis. 4) Bengkak pada payudara Pengeluaran air susu tidak lancar disebabkan karena puting susu jarang diisap. Penatalaksanaan : a) Payudara dikompres dengan air hangat. b) Payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atau dengan pompa ASI/ payudara. c) Bayi disusui lebih sering. d) Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika. 5) Mastitis Mastitis adalah radang pada payudara. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengakak. 6) Abses payudara Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
  • 40. 30 j. Keadaan Abnormal yang menyertai kala nifas Beberapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas, keadaan abnormal tersebut adalah sebagai berikut : 1) Keadaan abnormal pada rahim a) Subinvolusi uteri Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat. Penyebab terjadinya involusio uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri. b) Perdarahan kala nifas sekunder Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah persalinan. Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersama dengan kehamilan dan inversio uteri. c) Flegmasia alba dolens Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis 2). Keadaan abnormal pada payudara a) Bendungan ASI (1) Karena sumbatan pada saluran ASI.
  • 41. 31 (2) Tidak dikosongkan seluruhnya. (3) Keluhan : mammae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. (4) Penanganan : mengosongkan ASI dengan masase atau pompa, memberikan estradiol. b) Mastitis dan Abses Mammae (1) Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mammae. (2) Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan mammae, dan terjadi perubahan warna kulit mammae. 2. Bendungan ASI a. Pengertian Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi yang disebabkan overdistensi dari saluran system laktasi. (Sarwono, 2005).
  • 42. 32 Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui tidak kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi setelah hari ketiga melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi, menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini disebut sebagai bendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan biasa disertai dengan kenaikan suhu yang sepintas. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara yang merupakan procursor reguler untuk terjadinya laktasi. Apabila hal ini tidak teratasi maka akan mengakibatkan terjadinya mastitis. Keadaan ini bukan akibat overdistensi sistem lacteal oleh air susu. Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Lamanya panas yang terjadi berkisar 4-16 jam dan suhu tubuhnya berkisar dari 38 hingga 390 C. Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitari laktogenik hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkannya lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi oleh air susu, tetapi
  • 43. 33 untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel- sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. (Prawirahardjo, 2009). b. Gejala bendungan Air Susu Ibu (ASI) Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan demam. Ibu dianjurkan untuk terus memberikan air susu kepada bayinya. Bila payudara terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu, sebaiknya air susu di keluarkan dulu untuk menurunkan ketegangan payudara. (Sarwono Prawirahardjo 2009). Gejala bendungan Air susu ini juga di tandai dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah persalinan. (Elisabeth, 2014). c. Faktor Penyebab Bendungan Air Susu Ibu (ASI) Bendungan Air Susu Ibu di sebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya adanya pembatasan waktu menyusu. (Sarwono Prawirahardjo 2009). Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
  • 44. 34 menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI. Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI. d. Pencegahan 1) Menyusui bayinya segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar. 2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand). 3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi. 4) Jangan memberikan minuman lain pada bayi. 5) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase dan sebagainya). e. Penatalaksanaan Penatalaksanaan bendungan air susu di lakukan dengan pemakaian kutang untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan dengan pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara. Kalau perlu di beri supresi laktasi untuk sementara agar bendungan terkurangi dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan pijitan. Keadaan ini pada umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu dengan
  • 45. 35 normal. (Sarwono Prawirahardjo 2009). Penatalaksanaan umum bendungan air susu adalah sebagai berikut : 1) Sangga payudara ibu dengan bra yang pas. 2) Kompres payudara dengan menggunakan air hangat selama 5 menit. 3) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting. 4) Keluarkan air susu dari bagian depan payudara sehingga puting jadi lunak. 5) Susukan bayi 2 sampai 3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feading) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar. 6) Pada masa-masa awal bila bayi yang menyusu tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin di perlukan pompa atau pengeluaran air susu secara manual dari payudara. 7) Letakan kain dingin dan kompres dengan es pada payudara setelah menyusui atau setelah payudara di pompa. 8) Bila perlu berikan parasetamol 3x500 mg untuk mengurangi nyeri kemudian lakukan evaluasi setelah 3 hari.(Pelayanan Kesehatan Edisi I, 2013) a) Bila ibu menyusui (1) Susukan sesering mungkin. (2) Kedua payudara disusukan. (3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan. (4) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.
  • 46. 36 (5) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok. (6) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi. (7) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin. (8) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang rasa sakit. (9) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI. (10) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks. (11) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum. (12) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. (13) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya. b) Bila ibu tidak menyusui (1) Sangga payudara (2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. (3) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral. (4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
  • 47. 37 f. Perawatan payudara Indikasi perawatan payudara dilakukan pada payudara yang tidak mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan puting tidak menonjol/masuk ke dalam. Terdapat beberapa cara dalam melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui. Cara pemijatan payudara pada ibu menyusui yang dilakukan 2 kali sehari sejak hari ke dua persalinan yaitu : Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu. Teknik menyokong payudara Selanjutnya buatlah derakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.
  • 48. 38 Gerakan memutar satu payudara Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan melepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari diatas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan. Gerakan memutar kedua payudara
  • 49. 39 Lalu sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah panggkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan . ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan. Mengurut payudara Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan ASI pada payudara. Gambar 5. Perawatan payudara pada ibu menyusui
  • 50. 40 Cara lain dalam perawatan payudara yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan di klinik yaitu : 1) Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan pakaian atas. 2) Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau baby oil selama 2-3 menit. 3) Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan gerakan memutar dari dalam keluar. 4) Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral keluar, apabila didapat puting tidak menonjol lakukan penarikan. 5) Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan kedepan sambil menghentakan payudara. Pengurutan dilakukan 20-30 kali. 6) Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20- 30 kali. Lakukan pada kedua payudara. 7) Langkah selanjutnya, dengan menggunakan sendi-sendi jari posisi tangan mengepal, tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan pengurutan dari pangkal kearah puting. Lakukan sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara.
  • 51. 41 8) Meletakan waskom dibawah payudara dan dan menggunakan was lap yang dibasahi air hangat. 9) Mengguyur payudara kurang lebih 5 kali kemudian di lap dengan waslap bergantian dengan air dingin, masing-masing 5 kali guyuran kemudian di akhiri dengan air hangat. 10) Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang dibahu. 11) Memakai BH yang dapat menopang payudara. B. Konsep Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir logis dan sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya. (Elisabeth, 2015). Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Depkes RI, 2005 manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
  • 52. 42 2 Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas a. Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu : 1) Tujuan umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. 2) Tujuan khusus a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya. b) Melaksanakan skrining yang komprehensif. c) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. d) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat. e) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Elisabeth, 2015). b. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas 1) Perubahan sistem reproduksi a) Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. (1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gram.
  • 53. 43 (2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. (3) Satu minggu, ligament uterus dan postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram. (4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gram. (5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram. Perubahan sistem perkemihan. Tabel 3. PERUBAHAN-PERUBAHAN NORMAL PADA UTERUS SELAMA POST PARTUM Waktu TFU Bobot uterus Diameter uterus Palpasi serviks Pada akhir persalinan Setinggi pusat 900-1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak Akhir minggu ke 1 1 2 pusat sympisis 450-500 gram 7,5 cm 2 cm Akhir minggu ke 2 Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm Akhir minggu ke 6 Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit (Ambarwati, 2010). b) Lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea : (1) Lochea rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium, selama 2 hari postpartum.
  • 54. 44 (2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, 3- 7 hari postpartum. (3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 postpartum. (4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu. (5) Locheastasis: lochea tidak lancer keluarnya. c) Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. d) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keaadaan kendor. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara bila labia menjadi lebih menonjol. e) Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
  • 55. 45 sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari pada keadaan sebelum melahirkan. f) Payudara Perubahan pada payudara dapat meliputi: (1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormone prolaktin setelah persalinan (2) Kolostrum adalah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan. (3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi. 2) Sistem perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan oedema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. 3). Sistem gastrointestinal Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun
  • 56. 46 asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalaangi keinginan ke belakang. 4). Perubahan sistem endokrin Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum. Progesteron turun pada hari ke-3 postpartum. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang. 5). Perubahan sistem kardiovaskuler Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali keukuran semula. 6). Perubahan sistem Hematologi Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah berkisar 15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000-30.000 merupakan manifestasi adanya infeksi partus lama, dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah, volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2 % atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas
  • 57. 47 berkisar antara 1500 ml. 200-200ml hilang pada saat persalinan; 500-800 ml hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada saat nifas. 7). Perubahan tanda-tanda vital (a). Suhu badan 24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0 c -38 0 c) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan naik lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. (b). Nadi Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan meningkat lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda. (c). Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
  • 58. 48 (d). Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernapasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernapasan. 8). Perubahan sistem musculoskeletal Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. c. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas Fase-fase yang dialami ibu pada masa nifas yaitu: 1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. 2). Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. 3). Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. d. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
  • 59. 49 1). Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2). Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3). Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4). Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. 5). Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6). Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman. 7). Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, mengidentifikasi, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melakukannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. 8). Memberikan asuhan secara profesional. e. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas 1) Nutrisi Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan olehn tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
  • 60. 50 akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi yang cukup, tidak terlalu asin, pedas, berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta pengwet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung sumber energy, sumber pembangun, dan sumber pengatur dan pelindung. 2) Ambulasi Disebut juga early embulation, adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-28 jam postpartum. 3) Eliminasi : BAB atau BAK (a) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. (b) Defekasi Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ke tiga belum buang air besar maka diberikan laksan supersitoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olahraga.
  • 61. 51 4) Kebersihan diri Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mammae yang dilanjutkan perawatan perineum. 5) Istirahat Anjurkan ibu untuk : (a) Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan. (b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. (c) Kembali kekegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan. (d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. 6) Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. 7) Keluarga Berencana Setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh enam bulan belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontraksi jauh lebih aman. 8) Pemberian ASI/laktasi Hal-hal yang dibutuhkan kepada pasien :
  • 62. 52 (a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan. (b) Ajarkan cara menyusui yang benar. (c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI ekslusif). (d) Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand). (e) Diluar menyusui jangan memberikan dot / kempeng pada bayi, tapi berikan ASI dengan sendok. (f) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI. 3. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan Evaluasi. Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut varney : a. Tahap Pengumpulan Data Dasar (Langkah 1) Penumpulan data dasar atau pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Langkah ini merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
  • 63. 53 1) Data Subyektif a) Biodata yang mencangkup identitas pasien. (1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan fisiknya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (4) Pendidikan Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (5) Suku/ Bangsa Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (6) Pekerjaan Yaitu untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
  • 64. 54 (7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. b) Keluhan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien meraarena adanya luka jahitan pada perineum. Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. Salah satu penyebab bendungan ASI adalah puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009) c) Riwayat Kesehatan (1) Riwayat Kesehatan yang Lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa ini. (2) Riwayat Kesehatan Sekarang. Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan ada penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan bayinya.
  • 65. 55 (3) Riwayat Kesehatan Keluarga Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. d) Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas. e) Riwayat Obstetrik (1) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus atau tidak, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. (2) Riwayat Persalinan Sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpengaruh pada masa nifas saat ini. f) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
  • 66. 56 g) Kehidupan Sosial Budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat-istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. h) Data Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita banyak mengalami perubahan emosi/ psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjsdi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah factor. Penyebab yang paling menonjol adalah : (1) Kekecewaan emosional yang meliputi rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita hamil selama kehamilan dan persalinan. (2) Rasa sakit masa nifas awal. (3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum. (4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit. (5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
  • 67. 57 Menjelaskan pengkajian psikologis : (1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya. (2) Respon ibu terhadap bayinya. (3) Respon ibu terhadap dirinya. i) Data Pengetahuan Untuk mengetahui sebarapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas. j) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari. (1) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantang. (2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan jumlah. (3) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat cukup dapat mempercepat penyembuhan.
  • 68. 58 (4) Personal Hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. (5) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. 2) Data obyektif Dalam menghadapi masa nifas dari klien, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif adalah : a) Vital sign Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. (1) Temperatur/ Suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh keluarnya cairan pada
  • 69. 59 waktu melahirkan, selain itu biasa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai ˃ 38 0 C adalah mengarah tanda-tanda infeksi. (2) Nadi dan Pernapasan (a) Nadi berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi diatas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bias diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. (b) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis. (c) Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40 sampai 50 x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan. (d) Pernapasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit.
  • 70. 60 (3) Tekanan Darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapu keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan. b) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan pemeriksaan fisik. (1) Keadaan buah dada dan putting susu (a) Simetris/tidak. (b) Konsistensi, ada pembengkakan atau tidak. (c) Puting menonjol/tidak, lecet/tidak. (2) Keadaan abdomen (a) Uterus normal ditandai dengan kokoh, berkontrasi baik, tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera. Abnormal ditandai dengan lembek, diatas ketinggian fundal saat masa postpartum segera. (b) Kandung kemih : bisa buang air/tidak bias buang air. (3) Keadaan Genetalia (a) Lochea normal ditandai dengan : merah hitam (lochia rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
  • 71. 61 (ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam). (b) Abnormal ditandai dengan merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut 0-2 jam). (c) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomi / robekan, hecting. (d) Keadaan anus : hemorrohoid. (e) Keadaan ekstremitas : varises, oedema, dan reflex patella. c) Data penunjang Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah persalinan. (Elisabeth, 2014). b. Interprestasi Data Dasar (Langkah II) Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. dinterprestasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah yang sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
  • 72. 62 1) Diagnosa kebidanan Diagnose dapat ditegakan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi : a) Data subyektif Pernyataan ibu tentan g persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhan. b) Data obyektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital. 2) Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi : a) Data obyektif Data yang didapat dari hasil anamneses pasien. b) Data obyektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan. Gejala utama bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali di sertai peningkatan suhu
  • 73. 63 badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. Salah satu penyebab terjadinya bendungan ASI adalah puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009) Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. c. Identifikasi diagnosis/masalah potensial (Langkah III) Langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis. Mastitis merupakan peradangan payudara. Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang berlanjut / bendungan ASI . Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.350).
  • 74. 64 d. Antisipasi Masalah (Langkah IV) Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Penatalaksanaan bendungan ASI di lakukan dengan pemakaian kutang untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan dengan pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara. e. Perencanaan (Langkah V) Langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah yang sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga barkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial, ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah : 1) Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjuran ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
  • 75. 65 2) Kebersihan Diri a) Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia. b) Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK. 3) Istirahat a) Cukup istirahat. b) Beri pengertian manfaat istirahat. c) Kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari. 4) Gizi a) Makan bergizi, bermutu dan cukup kalori. b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui. c) Minum tablet fe / zat besi. d) Minum vitamin A (200.000 unit). 5) Perawatan payudara a) Jaga kebersihan payudara b) Beri ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan. 6) Hubungan seksual Beri peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan. 7) Keluarga berencana Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya. Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu : 1) Bila ibu menyusui a) Susukan sesering mungkin.
  • 76. 66 b) Kedua payudara disusukan. c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan. d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi. e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok. f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi. g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin. h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang rasa sakit. i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI. j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks. k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum. l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya. 2) Bila ibu tidak menyusui a) Sangga payudara b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
  • 77. 67 c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral. d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara. f. Pelaksanaan (Langkah VI) Langkah-langkah ini ditentukan oleh langakah-langkah yang sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyelurah tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial, ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah : 1) Mengobservasi meliputi: a) Keadaan umum. b) Kesadaran. c) Tanda-tanda vital dengan mengukur tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan. d) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus. e) Menganjuran ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kemih penuh akan menghambat proses involusio uteri. f) Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.
  • 78. 68 2) Kebersihan Diri a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia. b) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK. 3) Istirahat a) Memberi sarana ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah. b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusio berjalan lambat sehingga menyebabkan perdarahan. c) Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari. 4) Gizi a) Mengkonsumsi makan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral. b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui. c) Minum tablet fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan. d) Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. 5) Perawatan payudara a) Menjaga kebersihan payudara b) Memberi ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.
  • 79. 69 6) Hubungan seksual Memberi peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan. 7) Keluarga berencana Menganjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya. Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu : 1) Bila ibu menyusui a) Susukan sesering mungkin. b) Kedua payudara disusukan. c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan. d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi. e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok. f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi. g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin. h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang rasa sakit. i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI. j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
  • 80. 70 k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum. l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.Sangga payudara ibu dengan bra yang pas. 2) Bila ibu tidak menyusui a) Sangga payudara b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral. d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara. g. Mengevaluasi ( Langkah VII) Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberika, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Agar orang lain mengetahui apa yang telah di laksanakan oleh bidan melalui proses sistematis maka di lakukan pendokumentasian dalam format SOAP, yakni :
  • 81. 71 S : Data diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan, baik secara langsung pada pasien ibu nifas maupun kepada keluarga pasien. Untuk pasien yang bisu, bagian data di belakang huruf “S” di beri huruf “O” atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna wicara. O : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi. A : Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap masa nifas. Masalah terjadi belum termasuk dalam rumusan diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subyektif maupun obyektif. P : Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke dalam informed consent .(Elisabeth, 2015).
  • 82. 72 BAB III STUDI KASUS Pada bab ini akan di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M dengan bendungan ASI di wilayah kerja puskesmas kabawo kabupaten muna tanggal 25 s.d 28 April 2015 di awali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi serta di lanjutkan dengan pendokumentasian dan catatan perkembangan. A. MANAJEMEN 1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar a. Identitas Istri/ Suami Nama : Ny.M/ Tn.A Umur : 19 tahun/ 21 tahun Suku : Muna/ Muna Agama : Islam/ Islam Pendidikan : SMP/ SMA Pekerjaan : IRT/ Wiraswasta Pernikahan ke : 1/ 1 Lama menikah: ± 1 tahun Alamat : Desa Lamaeo
  • 83. 73 b. Data Biologis/ Fisiologis 1) Keadaan ibu sekarang Ibu mengatakan : a) Buah dadanya bengkak, keras, dan terasa nyeri. b) Puting susunya masuk kedalam. c) Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar. d) Bayinya diberikan susu formula. e) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran. f) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA. g) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan 48 cm. 2) Riwayat kesehatan sekarang Tidak ada penyakit yang di derita sekarang baik penyakit menular maupun tidak menular. 3) Riwayat Kesehatan yang Lalu a) Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi, malaria, DM. b) Belum pernah di operasi, tidak memiliki riwayat alergi dan ketergantungan obat serta tidak ada riwayat gemeli dalam keluarga. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular dan penyakit turunan.
  • 84. 74 5) Riwayat Reproduksi a) Riwayat haid Menarche : 13 Tahun Siklus Haid : 28-30 Hari Durasi : 5-7 Hari Perlangsungan : Normal Dismenorhoe : Tidak ada. b) Riwayat obstetri Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : tidak ada. 6) Riwayat Nifas Sekarang Ibu mengatakan: a) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran. b) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA. c) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan 48 cm. 7) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar a) Nutrisi (1) Kebiasaan Makan 3 kali sehari, makanan pokok nasi ,sayur, ikan, dan buah, nafsu makan baik, minum 6-8 gelas/ hari. (2) Selama sakit Tidak ada perubahan.
  • 85. 75 b) Kebutuhan eliminasi (1) Kebiasaan Buang air besar 1 kali/ hari , buang air kecil 4-5 kali/ hari. (2) Selama sakit Jarang buang air besar dan buang air kecil 3-4 kali/ hari. c) Istrahat (1) Kebiasaan Tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 8 jam. (2) Selama sakit Tidur tidak teratur karena terganggu dengan rasa nyeri. d) Personal Hygiene (1) Kebiasaan Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali dalam 1 minggu menggunakan sampo, sikat gigi 2 kali sehari, pakaian dalam diganti setiap kali lembab. (2) Selama sakit Tidak ada perubahan selama sakit. 8) Data biopsikosiospiritual Kehamilan di rencanakan dengan suami, kehamilan di respon baik oleh suami dan keluarga kemudian ibu tidak melakukan ibadah 5 waktu.
  • 86. 76 9) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum ibu baik. b) Kesadaran kompesmentis. c) Tanda-tanda vital Tekanan darah: 110/70 mmHg Nadi : 89 x/menit Suhu : 37,4 0 c Pernapasan : 23 x/menit d) Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (1) Kepala dan rambut Inspeksi : Kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok. Palpasi : Tidak ada benjolan. (2) Wajah/muka Inspeksi : Ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat. Palpasi : Tidak ada oedema. (3) Mata Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan bola mata baik, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus. (4) Hidung Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada polip.
  • 87. 77 Palpasi : TTidak ada nyeri tekan (5) Telinga Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan sekret tampak polister dan tidak ada pembengkakan di belakang telinga. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. (6) Mulut dan gigi Inspeksi : Bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada karies gigi, tidak ada sariawan (7) Leher Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena jugularis. (8) Payudara Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu masuk kedalam, hyperpigmentasi pada areola mammae. Palpasi : Payudara bengkak dan keras, tidak ada benjolan, terdapat nyeri tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit bila dipencet. (9) Abdomen Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut agak kendor.
  • 88. 78 Palpasi : TFU 3 jari bawah pusat dan kontraksi uterus baik, diastasis (-). (10) Genitalia dan anus Inspeksi : Tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak ada varises, tidak ada luka bekas jahitan, dan tidak ada hemoroid. Palpasi : Tidak ada oedema. (11) Ekstremitas atas Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku bersih dan berwarna merah muda, jari-jari kaki lengkap Palpasi : Tidak ada oedema dipunggung tangan. (12) Ekstremitas bawah Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, kuku bersih dan berwarna merah muda, jari-jari kaki lengkap. Palpasi : Tidak ada oedema, homan sign (-). Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+) . 2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual. Setelah dilakukannya pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah aktual pada Ny.“M” yaitu, PIA0 masa nifas hari ke-III dengan bendungan ASI.
  • 89. 79 1. PIA0 Data subjektif : Ibu mengatakan: a. Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran. b. Melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA. Data objektif : a. Nampak striae livide dan linea nigra. b. Tonus otot perut kendor Analisis dan interprestasi a. Striae livide adalah kulit perut tampak seolah-oleh retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan. b. Linea nigra (garis hitam) adalah garis vertikal berwarna hitam gelap yang terlihat di bawah perut ibu selama hamil. linea nigra timbul karena peningkatan produksi pigmen melamin terkait peningkatan hormon estrogen pada ibu hamil,linea nigra timbul sekitar trimester ke dua dan berakhir setelah persalinan. c. Perbedaan antara primigrafida dan multigrafida adalah pada tonis otot tegang untuk primigrafida sedangkan intuk multigrafida tonus otot perut lembek/kendor. 2. Post partum hari ke-III Data subjektif : Ibu mengatakan melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA.
  • 90. 80 Data objektif : a. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat b. Tampak pengeluaran lochia rubra Analisis dan interprestasi a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). b. Pada involusio uterus jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses prolitik berangsur-angsur akan mengecil dan setiap kalinya tinggi fundus uteri akan turun 1 jari di bawah pusat (ilmu kebidanan 2010). c. Lochia rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium, selama 2 hari postpartum. 3. Dengan bendungan ASI Data subjektif : Ibu mengatakan: a. Buah dadanya bengkak, keras dan terasa nyeri. b. Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar. c. Puting susunya masuk kedalam. d. Bayinya diberikan susu formula.