1. Dokumen tersebut membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. W dengan asfiksia sedang di bidan praktek swasta Fera Kabupaten Muna antara tanggal 25-28 Maret 2015.
2. Studi kasus ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian pendidikan D3 Kebidanan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Dokumen tersebut berisi tentang identifikasi masalah, perencanaan
1. 1
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY. “W” DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FERA
KABUPATEN MUNA
2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Sri Wahyu Ningsih
NIM : 2012.IB.0032
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
2. 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “W”
dengan Asfiksia Sedang, di Bidan Praktek Swasta Fera
Kabupaten Muna tanggal 25 s.d 28 Maret 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dina asminatalia, S.Kep., Ners Asmaidah, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “W”
dengan Asfiksia Sedang, di Bidan Praktek Swasta Fera
Kabupaten Muna tanggal 25 s.d 28 Maret 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dina asminatalia, S.Kep., Ners Asmaidah, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “W”
dengan Asfiksia Sedang, di Bidan Praktek Swasta Fera
Kabupaten Muna tanggal 25 s.d 28 Maret 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dina asminatalia, S.Kep., Ners Asmaidah, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
TIM PENGUJI :
1. La ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes. (……….......…............………...)
2. Dina asminatalia, S.Kep., Ners (.....…..............................……...)
3. Asmaidah, SST (…………........…….......….......)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dina asminatalia, S.Kep., Ners Asmaidah, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
iii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
TIM PENGUJI :
1. La ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes. (……….......…............………...)
2. Dina asminatalia, S.Kep., Ners (.....…..............................……...)
3. Asmaidah, SST (…………........…….......….......)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dina asminatalia, S.Kep., Ners Asmaidah, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
iii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
TIM PENGUJI :
1. La ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes. (……….......…............………...)
2. Dina asminatalia, S.Kep., Ners (.....…..............................……...)
3. Asmaidah, SST (…………........…….......….......)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dina asminatalia, S.Kep., Ners Asmaidah, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
iii
4. 4
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Sri Wahyu Ningsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Lambiku, 15 Agustus 1993
Agama : Islam
Alamat lengkap : Desa Lambiku, Kecamatan Napabalano, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Identitas Orang Tua
Nama Ayah/Ibu : Ld. Abu Nursyah / Wasalima
Pekerjaan : Wiraswasta / IRT
Alamat : Lambiku
C. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 16 Napabalano : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 2 Napabalano : Tahun2009
3. Lulus SMAN 1 Napabalano : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
iv
4
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Sri Wahyu Ningsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Lambiku, 15 Agustus 1993
Agama : Islam
Alamat lengkap : Desa Lambiku, Kecamatan Napabalano, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Identitas Orang Tua
Nama Ayah/Ibu : Ld. Abu Nursyah / Wasalima
Pekerjaan : Wiraswasta / IRT
Alamat : Lambiku
C. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 16 Napabalano : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 2 Napabalano : Tahun2009
3. Lulus SMAN 1 Napabalano : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
iv
4
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Sri Wahyu Ningsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Lambiku, 15 Agustus 1993
Agama : Islam
Alamat lengkap : Desa Lambiku, Kecamatan Napabalano, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Identitas Orang Tua
Nama Ayah/Ibu : Ld. Abu Nursyah / Wasalima
Pekerjaan : Wiraswasta / IRT
Alamat : Lambiku
C. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 16 Napabalano : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 2 Napabalano : Tahun2009
3. Lulus SMAN 1 Napabalano : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
iv
5. 5
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : ” Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”W” Dengan Asfiksia Sedang
di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Kabupaten Muna Tanggal 25-28 Maret tahun
2015”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui kendala,
namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dina
asminatalia, S.Kep., Ners., selaku Pembimbing I dan Asmaidah, SST., selaku
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah Karya Tulis
Ilmiah ini.
Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.kes., selaku direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna
3. Watuhu, SST. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan studi
kasus ini dan yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data Karya
Tulis Ilmiah di Bidan Praktek Swasta Kabupaten Muna.
4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha,
Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama
penulis mengikuti pendidikan.
v
6. 6
Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya yang
baik termasuk penulis, namun patut disadari sepenuhnya Karya Tulis Ilmiah ini
belum sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, segala usul,
saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dan
akan diterima dengan senang hati
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan Karya Tulis Ilmiah ini. Amin....
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Raha, Juli 2015
Penulis
vi
7. 7
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Lembar Persetujuan.................................................................................................ii
Lembar pengesahan................................................................................................iii
Riwayat Hidup........................................................................................................iv
Kata Pengantar.........................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................vii
Daftar Tabel............................................................................................................ix
Moto dan Persembahan............................................................................................x
Intisari.....................................................................................................................xi
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pembahasan........................................................................5
C. Tujuan Telaah...............................................................................................5
D. Manfaat Telaah.............................................................................................6
E. Metode Telaah..............................................................................................7
F. Sistematika Penulisan...................................................................................8
Bab II Tinjauan Pustaka.......................................................................................10
A. Telaah Pustaka.............................................................................................10
B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan...................................................39
Bab III Studi Kasus..............................................................................................51
A. Pengumpulan Data Dasar...........................................................................51
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual.......................................................56
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial...................................................57
D. Tindakan Segera/Kolaborasi......................................................................58
E. Rencana Asuhan Kebidanan......................................................................59
F. Implementasi Asuhan Kebidanan..............................................................61
G. Evaluasi Keefektifan Asuhan.....................................................................63
H. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan.............................................64
vii
8. 8
Bab IV Pembahasan.............................................................................................61
Bab V Penutup......................................................................................................84
A. Kesimpulan................................................................................................84
B. Saran...........................................................................................................85
Daftar Pustaka.
Lampiran-Lampiran
viii
9. 9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai APGAR........................................................................................25
ix
10. 10
MOTO DAN PERSEMBAHAN
A. MOTO
1. Hidup itu adil, ada senang ada sedih. Ada memberi ada menerima, sebab
hidup itu terus berputar.
2. Bekerjalah untuk duniamun seakan-akan kamu hidup selamanya dan
beramallah untuk akhiratmu seakan-akan besok kau akan tiada.
3. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan penentu masa depan, keajaiban
berasal dari Allah, tetesan air mata seprang ibu merupakan do’a menuju
kesuksesan menjadi seorang bidan.
B. PERSEMBAHAN
1. Terimah kasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan
jalan keluar disetiap kesulitan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
2. Kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda (LD. Abu nursyah) dan ibunda
(Wa Salima) yang selalu memberi doa dan motivasi baik moril maupun
material, Terimakasih atas kasih sayang yang tak terhingga yang kalian
berikan kepada saya, keikhlasan dan ketulusan kalian dalam
membesarkanku, maafkan aku atas semua keikhlafanku selama ini, Do’a
dan senyum kalian adalah pelita hatiku. Semoga persembahan ini akan
menjadi awal untuk saya untuk memenuhi harapan kalian.
3. Kakak-kakak saya tercinta Adam Halik, S.Pd., Sangka Alam, S.Pd. Juliardi
dan Armin, terimakasih atas dukungan Do’a dan kasih sayang yang kalian
berikan selama ini, saya sayang kalian semua dan semoga kita semua bisa
membahagiakan ayah dan ibu.
4. Teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupetan
Muna angkatan 2012. Khusunya kepada sahabat saya Septiana, Titi lestari,
Sulistianingsih yang selalu membantu memberikan masukan dan saran
kepada penulis dalam menyelaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kepada yang lebih terkhusus, Almamaterku tercinta.
x
11. 11
INTISARI
Sri Wahyu Ningsih (2012.IB.0032), “Manajemen Dan Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny “W” Dengan Asfiksia Sedang di Bidan
Praktek Swasta Kabupaten Muna Tanggal 25 S.D 28 Maret Tahun
2015”aDibawah Bimbingan Dina asminatalia, S.Kep., Ners dan Asmaidah, SST.
Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu
32/1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah asfiksia. Asfiksia adalah
keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Asfiksia sedang memerlukan penanganan yang segera agar bayi dapat
bertahan hidup. Angka kejadian bayi asfiksia di BPS Bunda Ferah Kabupaten Muna
sejak januari 2012 sampai dengan penulis mengambil kasus yaitu Maret 2015 adalah
22 bayi (5,45 %).
Tujuan : Terlaksananya Asuhan kebidanan pada bayi Ny “W” dengan asfiksia
sedang Di BPS Bunda Ferah Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 Maret 2015 dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan
pendokumentasian.
Metode : Studi kasus ini menggunakan metode studi kepustakaan, studi kasus,
Diskusi, Studi dokumentasi.
Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny. “W” dengan asfiksia Sedang diketahui nilai
APGAR skor pada menit pertama yaitu 6. Asuhan yang diberikan yaitu menjaga
kehangatan bayi, mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi, menghisap lendir
kedalam rongga mulut dan hidung, mengeringkan tubuh bayi dan memberikan
rangsangan taktil, mengatur kembali posisi kepala bayi, melakukan penilaian pada
menit kelima. Setelah diberikan asuhan selama 3 hari kondisi asfiksia dapat teratasi
dan kondisi bayi normal dengan keadaan umum bayi baik.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada bayi Ny “W” dengan asfiksia Sedang dalam
pelaksanaanya ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Kepustakaan : 19 literatur (2008 s/d 2014)
Kata kunci : Asuhan Kebidanan dan Asfiksia Sedang
xi
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012).
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi berusia 0-1 bulan. Neonatus dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu neonatus dini (bayi berusia 0-7 hari) dan neonatus lanjut
(bayi berusia 7-28 hari) (Saputra, 2014). Neonatus adalah masa kehidupan pertama
diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim (Sukarni, 2013).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2013). Periode
neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena pada periode ini terjadi transisi dari kehidupan didalam
kandungan ke kehidupan diluar kandungan yang merupakan perubahan drastis
(Saputra, 2014).
Pencegahan asfiksia sangat penting yaitu penolong persalinan harus
mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia.
Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan
dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan
1
13. 2
tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong)
tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. Penangan dan
pemberian asuhan yang baik dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
asfiksia.
Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu
indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara
umum. Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang
terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun
(BPS). Angka Kematian Bayi (AKB) di negara-negara berkembang.
Kelahiran merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi seorang ibu.
Anak yang lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua wanita. Tetapi tidak
semua wanita melahirkan secara normal serta mendapatkan bayi yang sehat.
Terdapat berbagai komplikasi yang terjadi pada saat persalinan. Dalam hal ini yang
paling sering ditemukan adalah kasus asfiksia neonatorum atau asfiksia pada bayi
baru lahir.
Menurut WHO, setiap tahunnya , sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian balita, sebanyak 38% meninggal pada masa BBL (IACMEG,
2005). Kematian BBL di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%),
asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO,
2007)
14. 3
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32/1000
kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40/1000 kelahiran hidup dan mayoritas
kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia,
2012). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) Angka Kematian Bayi
(AKB) turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai
target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja sama antara tenaga
kesehatan (Depkes RI, 2010).
Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal), pada umumnya disebabkan oleh
Tetanus Neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain seperti
pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir/asfiksia lahir.
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010–2012 cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587 dari 42.624 kelahiran atau
sekitar 1,37%, tertinggi terjadi di Kabupaten Kolaka 6,5%, menyusul Kabupaten
Bombana 3% dan Buton 2,7% sedangkan untuk Kabupaten Muna berada pada urutan
kesembilan yaitu 1,13%. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan
yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian dari 42.540 kelahiran atau
sekitar 2,7%. Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Buton Utara
3,8%, disusul Kabupaten Bombana 3,7% dan Kabupaten Muna berada pada urutan
15. 4
ketiga yaitu 3,5%. Tahun 2012 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang
cukup signifikan yaitu 693 kematian dari 46.049 kelahiran atau sekitar 1,5% , jumlah
tertinggi terjadi di Buton Utara 3,5%, menyusul Konawe Utara 2,5% dan Bombana
2,4%, sedangkan untuk Kabupaten Muna sendiri berada pada urutan keempat yaitu
2,1% (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012).
Data yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Muna pada tahun 2012 tercatat angka kejadian asfiksia sekitar 47 orang
(0,81%) dari 5802 kelahiran dan 9 orang (0,15%) meninggal karena asfiksia. Pada
tahun 2013 angka kejadian asfiksia sekitar 46 orang (0,77%) dari 5946 kelahiran dan
9 orang (0,15%) meningal karena asfiksia. Pada tahun 2014 angka kejadian asfiksia
52 orang (0,91) dari 5714 kelahiran dan 11 orang (0,19%) meninggal karena
asfiksia.
Berdasarkan data dari Puskesmas Labasa Kab.Muna Jumlah bayi baru lahir
pada tahun 2012 sebanyak 141 orang, sedangkan bayi dengan asfiksia sebanyak 1
orang (0,71%) dan tidak terjadi kematian. Pada tahun 2013 jumlah kelahiran 138
orang, bayi dengan asfiksia 3 orang (2,17%) dan tidak terjadi kematian. Pada tahun
2014 jumlah kelahiran 165 orang, bayi asfiksia 8 orang (4,84%). Dari januari sampai
bulan Mei 2015 jumlah kelahiran sebanyak 27 orang, Bayi asfiksia tidak ada (0%),
(Data profil Puskesmas Labasa Kab. Muna, 2015).
Berdasarkan data dari Bidan Praktek Swasta Ferah Kab.Muna jumlah pada
tahun 2012 jumlah kelahiran 140 orang, bayi dengan dengan asfiksia adalah 8 orang
(5,71%), Pada tahun 2013 jumlah kelahiran 123 orang, bayi asfiksia 6 orang (4,87%),
pada tahun 2014 jumlah kelahiran 99 orang, bayi asfiksia 6 orang (6,06%), Dari
16. 5
Januari sampai Mei 2015 jumlah bayi adalah sebanyak 41 orang, bayi asfiksia 2
orang 4,87% (Data Profil Bidan Praktek Swasta Ferah 2015).
Dengan melihat masih tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia, serta
didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada bayi Ny.”W”dengan
Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Wakuru Kabupaten Muna”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan meliputi Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi
Baru Lahir pada Bayi Ny. ”W” dengan Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta
Bunda Ferah Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25-28 Maret tahun
2015”
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”W” dengan
Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 25 -28 Maret tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan dan menganalisis data dasar pada bayi Ny.“W“
dengan Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Kabupaten
Muna yang dilaksanakan tanggal 25-28 Maret tahun 2015.
b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny.“W“ dengan
Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Wakuru Daerah
17. 6
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 25-28 Maret tahun 2015.
c. Mampu merumuskan diagnosa/masalah potensial pada bayi Ny.”W“ dengan
Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Wakuru Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 25-28 Maret tahun 2015.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada bayi Ny.“W“
dengan Asfiksai Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Wakuru
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 25-28 Maret tahun 2015.
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.“W“ dengan Asfiksia
RSedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Wakuru Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 25-28 Maret tahun 2015.
f. Mampu melaksanankan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”W“ dengan
Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah Wakuru Kabupaten
Muna yang dilaksanakan tanggal 25-28 Maret tahun 2015.
g. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
bayi Ny.“W“ dengan Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah
Wakuru Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 25-28 Maret tahun 2015.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada
bayi Ny.”W“ dengan Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Buda Ferah
Wakuru Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 25-28 Mei tahun 2015.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Ujian Akhir Pendidikan
18. 7
DIII Kebidanan Paramata Raha.
b. Sebagai pengalaman berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan penulis dalam memberikan perawatan kepada klien
dengan kasus Bayi Asfiksia.
c. Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan acuan bagi penulis Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa
Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
3. Manfaat Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis serta
tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam memberikan Asuhan
Kebidanan pada Bayi Asfiksia dan dapat memperluas wawasan keilmuan sebagai
sarana pengembangan diri melalui penulisan Karya Tulis Ilmiah.
E. Metode Telaah
1. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan
asfiksia antara lain : membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data
melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada.
2. Studi Kasus
Penulis menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan pada bayi Ny.“W“ meliputi : pengumpulan dan analisa data,
19. 8
merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial, melaksanakan tindakan
segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan dengan metode
Subyektif, Obyektif, Asessment dan Planning (SOAP). Tehnik pengumpulan data
dilakukan dengan cara :
a. Anamnesa
Melakukan Tanya jawab pada kedua orang tua bayi serta bidan untuk
memperoleh informasi secara aktual.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki yang
meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi dan auskultasi.
c. Studi Dokumentasi.
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan
keadaan bayi yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber lain
yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penyusunan studi kasus ini yaitu :
1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup
pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II yaitu tinjauan pustaka, berbeda dengan penelitian, tinjauan pustaka dalam
studi kasus hanya berisi tentang telaah pustaka, teori tentang manajemen
20. 9
kebidanan yang berhubungan dengan kasus, pedoman penerapan asuhan
kebidanan kasus yang ditelaah dan endokumentasian.
3. Bab III yaitu Studi kasus berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi
diagnosa dan masalah aktual, diagnosa potensial, menilai perlunya tindakan segra,
kolaborasi, dan konsultasi, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan dan evaluasi
keefektifan asuhan serta pendokumentasian asuhan kebidanan.
4. Bab IV yaitu pembahasan. Pada bab ini akan membahas tentang kesenjangan
antara teori dan tinjauan studi kasus berdasarkan penerapan Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “ W” dengan Asfiksia
Sedang di Bidan Praktek Swasta Fera Wakuru Kabupaten Muna mulai tanggal 25
s.d 28 maret 2015.
5. Bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Selain itu, dalam
pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
21. 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mangalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi ( menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik (Marmi,2012). Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi berusia 0-1
bulan. Neonatus dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu neonatus dini
(bayi berusia 0-7 hari) dan neonatus lanjut (bayi berusia 7-28 hari) (Saputra,
2014). Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim (sukarni, 2013).
b. Perubahan Bayi Baru Lahir
1) Sistem Pernapasan/Respirasis
Selama dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada
saat kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan hidup. Bayi harus bernapas dengan menggunakan paru-
paru.
10
22. 11
2) Perlindungan Termal (Termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
Berfungsi sempurnah. Agar tetap hangat, bayi baru lahir dapat
menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan dengan stimulasi
lemak cokelat.
3) Metabolisme Karbohidrat
Didalam kendungan, janin mendapat kebutuhan akan glukosa dari
plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
menyebabkan seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
daranya sendiri.
4) Sistem Peredaran darah pada janin
a) Sistem peredaran darah pada janin
Janin menerima oksigen dari sarimakanan dari plasenta. Selain itu,
plasenta juga menjalankan fungsi paru-paru sehingga tidak ada
sirkulasi pulmoal seperti pada orang dewasa. Darah yang mengalir
melalui arteri purmonalis hanya cukup untuk makan dan
pertumbuhan paru-paru itu sendiri.
b) Adaptasi sistem peredaran darah pada bayi baru lahir terjadi
perubahan fisiologik pada sistem peredaran dara kerena paru-paru
mulai berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen keseleruh
jaringan tubuh berubah. Perubahan tersebut mencakup penutupan
foramen ovale pada atrium jantung serta penutupan duktus
arteriosus dan duktus venous.
23. 12
5) Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan menelan
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir.
6) Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Sebelum lahir, janin dilindungi oleh plasenta dari antigen dan stres
imunologik. Setelah lahir bayi terlepas dari plasenta sehingga ia
menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi karena sistem
kekebalan tubuhnya belum matang.
7) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Kadar natrium
relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstraselular yang
luas. Akibatnya, kemampuan mengeluarkan produk limbah dari dalam
darah masih kurang.
8) Sistem Hepatik
Hati terus membantu pembentukan darah selama kehidupan janin
hingga tingkat tertentu setelah lahir.
9) Sistem Saraf
Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurnah, tetapi suda
cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstara uterin.
Sebagian besar fungsi neurologik berupa refleks primitif, misalnya
refleks moro, refleks rooting (mencari puting susu), refleks mengisap
dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks neck tonis (tonus leher),
24. 13
refleks stepping (melangkah) dan refleks babinski (Saputra, 2014).
c. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri yakni : lahir aterm antara
37-42 minggu, berat bdan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm,
lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm,
frekuensi denyut jantung 120-160 kali/menit, pernafasan 40-60 kali/menit,
kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup,
rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna,
kuku agak panjang dan lemas, penilaian Apprearance, Pulse, Grimace,
Activity dan Respiration (APGAR) > 7, gerak aktif, bayi lahir langsung
menangis kuat, reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, reflek
sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, reflek moro
(gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, reflek
grasping (menggenggam) sudah baik, genitalia (pada laki-laki kematangan
ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang
sedagkan pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora), eliminasi baik,
mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama dan mekonium berwarna
hitam kecoklatan (Marmi, 2012).
d. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
1) Menjaga Bayi Agar Tetap Hangat
Langka awal dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah dengan
25. 14
menyelimuti bayi sesegera mungkin sesuda lahir. Lalu tunda
memandikan bayi selama setidaknya 6 jam atau sampai bayi stabil
untuk menjaga hipotermia.
2) Membersihkan Saluran Napas
Saluran napas dibersihkan dengan cara mengisap lendir yang ada di
mulut dan hidung. Namun hal ini hanya dilakukan jika diperlukan.
Tindakan ini dilakukan sekaligus dengan penilayan skor APGAR menit
pertama.
3) Mengeringkan Tubuh Bayi
Tubuh bayi dikeringkan dari cairan ketuban dengan menggunakan kain
atau handuk yang kering, bersih, dan halus. Mengeringkan tubuh bayi
merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat, hal ini biasanya cukup
untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.
4) Memotong dan Mengikat Tali Pusat
Ketika memotong dan mengikat tali pusat, teknik aseptik dan antiseptik
harus diperhatikan. Tindakan ini sekaligus dilakukan untuk menilai skor
APGAR menit kelima.
5) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama
6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI
sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah
tali pusat bayi dipotong dan diikat.
26. 15
6) Memberika Identitas Diri
Segera setelah IMD, bayi baru lahir di fasilitas kesehatan mendapatkan
tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya
untuk menghindari tertukar bayi.
7) Memberika Suntikan Vitamin K1
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurana,
semua bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan. Untuk mencega
terjadinya perdarahan, pada semua bayi baru lahir, terurama Bayi Berat
Lahir Rendah, Diberikan suntikan vitamin K1 sebanyak 1 mg dosis
tunggal, intramuskular pada anterolateral paha kiri.
8) Memberikan Saleb Mata Antibiotik pada Kedua Mata
Saleb Mata antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada
mata. Saleb ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir. Saleb mata anti
biotik yang biasa digunakan adalah tetrasiklin 1%.
9) Memberikan Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB-0) diberikan 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu kebayi.
10) Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan
27. 16
segra serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan
dan kelahiran (Saputra, 2012).
e. Bayi Baru Lahir Bermasalah
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bermasalah diberikan kepada bayi-
bayi yang lahir dengan masalah sebagai beriut; Bercak mongol,
Hemangioma, Ikterik, Asfiksia, Muntah da gumoh, Oral trucsh, Diaperash,
Seborreah, Bisulan, Miliriasis, Diare, Obstipasi Infeksi, dan Bayi meninggal
mendadak (Rahardjo, 2012). Selain itu masalah-masalah yang terjadi pada
bayi baru lahir yaitu :
1) Sindrom Distres Pernapasan
Sindrom distres pernapasan/sindrom gawat napas (respiratory distres
syndrom) berhubungan dengan imaturitas jaringan paru. Sindrom ini
dapat pula disebut penyakit membara hialin, Suatu kelainan yang
kompleks dengan menifestasi klinis yang berupa tanda distres
pernapasan (gawat napas)
Penanganan umum yang biasa diberikan adalah :
a) Melaksanakan termoregulasi
b) Pemberian oksigen
c) Ventilasi mekanis bila diperlukan
d) Pencegahan hipotermi
e) Pencegahan hipovolemia
f) Koreksi asidosis respiratorik dengan dukungan ventilator
g) Koreksi asidosis metabolik dengan pemberian natrium bikarbonat
28. 17
h) Pemberian surfaktan dan obat lainnya seperti antubiotik, preparat
sedatif, pelemas otot dan diuretik.
i) Perlindungan terhadap infeksi
j) Pemberian nutrisi parenteral
2) Takikardia Neonatal Sepintas
Sindrom ini merupakan permasalahan ringan pada neonatus yang
biasanya dimulai sesuda bayi lahir dan umumnya berlangsung sekitar 2
hari. Penangan umum yang perlu diberikan yaitu :
a) Pemberian oksigen
b) Bantuan ventilasi
c) Pemeliharaan keseimbangan asam-basah
d) Termoregulasi
e) Pemberian nutisi yang memadai lewat pipa nasogastrik atau infus
cairan. Kesulitan dalam memberikan nutrisi per oral karena
peningkatan frekuensi pernapasan dan kerja respirasi, koordinasi
mekanisme gerakan mengisap, menelan, dan bernapas dan resiko
aspirasi yang tinggi akibat frekuensi pernapasan yang cepat.
f) Monitoring oksigen transkutaneus
g) Perlindungan terhadap infeksi.
3) Gumoh/Regurgitasi
Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat
setelah bayi menyusu dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai
kontraksi pada dinding lambung. Hal ini bisa terjadi pada bayi berusi 0-
29. 18
6 bulan, terutama bayi yang mendapatkan ASI. Gumoh biasanya terjadi
karena bayi menelan udara pada saat menyusu. Penanganan yang perlu
diberikan :
a) Bersikap tenang
b) Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk kedalam
paru-paru
c) Bersihkan segera sisa gumoh dengan tisu atau alap basah hinga
bersih, terutama pada lipatan leher.
d) Jika isi gumoh keluar melalui hidung, cukup bersihkan hidung
dengan cotton bud jangan menyedot menggunakan mulut katena
akan menyakiti bayi dan rentan menularkan penyakit.
e) Tunggu beberapa saat lagi jika ingin memberikan ASI
4) Muntah
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Penanganan yang
perlu dilakukan yaitu :
a) Kaji faktor penyebab dan sifat muntah
b) Berikan terapi berdasarkan faktor penyebab.
c) Ciptakan suasana tenang
d) Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
e) Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
f) Berikan antimetik jika terjadi reaksi simptomatis.
30. 19
5) Sindrom Aspirasi Mekonium
Meliputi keadaan terisapnya mekonium ke dalam paru-paru. mengatasi
kondisi tersebut, lakukan hal berikut :
a) Bantuan respirasi melalui ventilasi mekanis
b) Pemeliharaan lingkungan termal yang netral
c) Pemberian surfaktan dan antibiotik
d) Oksigenasi membran ekstrakorporeal pada kasus yang berat.
6) Sepsis
Sepsis terjadi ketika mikro organisme patogen atau toksinnya terdapat
dalam darah atau jaringan tubuh.
7) Hiperbilirubinemia
Keadaan ini ditandai oleh kadar bilirubin yang melampaui 6 mg/dl
dalam waktu 24 jam pertama sesudah kelahiran dan tetap tinggi sesuda
waktu 7 hari pada neonatus yang aterem dan sesudah waktu 10 hari
pada neonatus yang prematur. Penangan yang perlu dilakukan :
a) Tranfusi tukar untuk menggantikan darah neonatus oleh dara segar
(yang usianya kurang dari 48 jam) dengan menghilangkan sebagian
bilirubin tak terkonjugasi dalam serum.
b) Fototerapi
c) Penanganan anemia yang disebabkan oleh penyakit hemolitik.
( lochart, 2014)
2. Tinjauan Umum Asfiksia
a. Pengertian asfiksia
31. 20
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir (World Health Organization-WHO, 2014)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (marmi, 2012). Asfiksia
neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2013).
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan asidosis
(Sarwono, 2009) . Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (saputra, 2014).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah bayi lahir (Naomy, 2013).
Asfiksia dari bahasa Yunani yang berarti tanpa denyut, saat ini digunakan
untuk mendefenisikan keadaan dimana pertukaran gas plasenta atau
pulmonal terganggu atau berkurang secara bersamaan sehingga
menyebabkan depresi kardiorespirasi (Lisauer, 2009). Asfiksia adalah
kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan
teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Sudarti,
2013).
b. Etiologi
Penyebab asfiksia menurut (Saputra, 2014).
1) Asfiksia dalam Kehamilan
32. 21
a) Penyakit infeksi akut dan kronik
b) Keracunan obat bius
c) Uremia dan toksemia gravidarum
d) Anemia berat
e) Cacat bawaan
f) Trauma
2) Asfiksia dalam persalinan
a) Kekurangan O2
Partus lama (rigid serviks dan atonia/insersi uteri), ruptur uteri yang
memberat, kontraksi uterus yang terus menerus mengganggu
sirkulasi darah ke plasenta, Tekanan terlalu kuat pada plasenta oleh
kepala janin, Prolapsus fenikuli, tali pusat akan tertekan antara
kepala dan panggul dan jika plasenta suda tua, asfiksia dapat
disebabkan oleh posmaturitas (serotinus) atau disfungsi uteri.
b) Paralisis pusat pernapasan
Trauma dari luar, misalnya karena tindakan dengan forseps,
Trauma dari dalam misalnya karena obat bius.
Selain itu beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir diantaranya adalah faktor ibu, faktor Tali pusat dan faktor
Bayi berikut ini :
1) Faktor ibu
a) Preklamsi dan eklamsi
b) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan sousio plasenta)
33. 22
c) Partus lama dan partus macet
d) Demam selama persalinan Infeksi berat ( malaria, sifilis, TBC,
HIV).
e) Kehamilan lewat waktu ( sesudah 42 minggu kehamilan).
2) Faktor Tali Pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3) Faktor Bayi
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum,ekstrasi forsep)
c) Kelainan bawaan (kongenital)
d) Air ketuban bercampur mekonium (Warna kehijauan)
(Marmi,2012)
c. Tanda Dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala bayi mengalami asfiksia pada bayi baru lahir
meliputi :
1) Tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali/menit).
2) Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada).
3) Tangisan lemah atau merintih.
34. 23
4) Warna kulit pucat atau kebiruan.
5) Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.
6) Denyut jantung tidak ada atau lembat (bradikardia) (kurang dari 100
Kali / menit) (Sukarni, 2014).
d. Klasifikasi Klinis
1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan
gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:
a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali/menit.
b) Tidak ada usaha napas.
c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.
2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut:
a) Frekuensi detak jantung lebih dari 100/menit.
b) Usaha napas lambat.
c) Tonus otot kurang baik atau baik.
d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
35. 24
e) Bayi tampak sianosis.
f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan.
3) Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut :
a) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit.
b) Bayi tampak sianosis.
c) Adanya retraksi sela iga.
d) Bayi merintih (grunting).
e) Adanya pernapasan cuping hidung.
f) Bayi kurang aktivitas (Dewi, 2010).
Untuk menentukan tingkatan asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia
berat, sedang atau ringan/normal dapat dipakai penelitian APGAR skor.
APGAR skor
A: Apprearance = Rupa (warna kulit)
P: Pulse = Nadi
G: Grimace = Menyeringai (akibat refleks kateter dalam hidung)
A: Activity = Keaktifan
R: Respiration = Pernafasan
Dibawah ini tabel untuk menentukan tingkat/derajat asfiksia yang dialami
bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit pertama dan
menit kelima pada saat bayi lahir.
36. 25
Tabel 1 Nilai APGAR
Parameter 0 1 2
Warna kulit Pucat Badan merah muda,
ekstremitas biru
Seluruh
tubu
kemerah
merahan
Denyut jantung Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari
100
Reaksi terhadap
rangsangan
Tidak ada Sedikit gerakan
mimik (grimace)
Batuk/bers
in
Tonus otot Lumpuh Sedikit fleksi pada
ekstremitas
Gerakan
aktif
Usaha bernapas Tidak ada Lemah/tidak teratur Tangisan
yang baik
(Sumber : Saputra, 2014)
Keterangan Nilai APGAR :
1. 7-10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatan bayi dalam keadaan
normal
2. 4-6 : Bayi mengalami asfiksia sedang
3. 0-3 : Bayi mengalami asfiksia berat (Elisabeth, 2014).
e. Diagnosis
Diagnosis asfiksia neonatorum ditegakkan dengan penilayan
keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah bayi lahir dengan penggunaan
nilai APGAR. Penilayan ini perlu untuk menilai apakah bayi menderita
asfiksia atau tidak. Adapun penilayan meliputi : Frekuensi jantung, Usaha
napas, Tonus otot, Warna kulit, Reaksi terhadap rangsangan. Setiap
penilayan diberi angka 0, 1 dan 2. Dari hasil penilayan tersebut dapat
diketahui apakah bayi normal (jika diperoleh nilai APGAR 7-10), asfiksia
sedang (APGAR 4-6) atau bayi menderita asfiksia berat (APGAR 0-3).
Apabila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai 7, maka harus
37. 26
dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut karena kalau bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologik
lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, maka penilayan APGAR selain
dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke 5 setelah bayi
lahir (Naomy, 2013).
f. Patofisiologi
Asfiksia berarti hipoksian yang progesif, penimbunan CO2 dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi organ
vital lainnya.
Pada bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernapasan
yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila Asfiksia berlanjut, gerakan
pernapasan akan berhenti, denyut jantung juga akan mulai menurun,
seangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apnu yang dikenal sebagai apnu primer. Perlu diketahui
bahwa kondisi pernapasan megap-megap dan tonus otot yang turun juga
dapat terjadi akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibunya. Biasanya
pemberian perangsangan dan oksigen selama periode apnu primer dapat
merangsang terjadinya pernapasan spontan.
Apabila Asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukan pernapasan
megap-megap yang dalam, denyut jantung turun menurun, tekanan darah
bayi juga menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernapasan makin
lama makin lemah sampai bayi memasuk periodeapnu yang disebut apnu
38. 27
sekunder. Selama apnu sekunder ini denyut jantung, tekanan darah dan
kadar oksigen dalam darah terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernapasan spontan.
Kematian terjadi kecuali apabiala resusitasi dengan pernapasan buatan dan
pemberian oksigen dimulai dengan segra (Sarwono, 2009).
g. Komplikasi Bayi Baru Lahir Asfiksia
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1) Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2) Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran
urine sedikit.
3) Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
39. 28
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
4) Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak (Yulianti, KTI asfiksia sedang) di akses tanggal
10 agustus 2015.
h. Penanganan Bayi Asfiksia
1) Persiapan resusitasi
a) Persiapan tenaga
(1) Memakai alat pelindung diri : celemek plastik, sepatu yang
tertutup.
(2) Lepaskan cincin dan jam tangan/gelang sebelum cuci tangan.
(3) Cuci tangan dengan air mengalir atau alkohol yang bercampur
gliserin.
(4) Keringkan dengan lap bersih.
(5) Gunakan sarung tangan.
b) Keluarga
Bicarakan dengan keluarga :
(1) Kemungkinan yang terjadi pada ibu.
(2) Kemungkinan yang terjadi pada bayi.
40. 29
(3) Persiapan yang perlu dilakukan.
2) Langkah awal resusitasi
Penilaian sebelum resusitasi :
a) Apakah bayi cukup bulan.
b) Apakah air ketuban jernih.
c) Apakah bayi bernafas atau menangis.
d) Apakah tonus otot bayi baik.
Semuanya : tidak perlu dilakukan resusitasi.
Salah satu tidak : lakukan langkah awal.
a) Jaga kehangatan.
b) Posisikan bayi: posisi sedikit tengadah.
c) Bersihkan jalan nafas : isap lendir di mulut dan hidung.
d) Keringkan : badan bayi yang basah dikeringkan.
e) Rangsangan taktil : menggosok punggung/menepuk telapak kaki.
f) Mereposisi.
3) Penatalaksanaan awal
a) Langkah awal
(1) Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang
kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
(2) Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/ sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan
kain).
(3) Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia.
41. 30
(4) Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat,
setelah itu gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk bayi
sambil melakukan rangsangan taktil.
(5) Letakan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai :
usaha bernapas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
(6) Gunakan penghisap lendir dee lee yang telah diproses hingga
tahap desinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap
yang baru dan bersih untuk menghisap lendir di mulut,
kemudian hidung bayi secara halus dan lembut
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernapas memadai (setelah
tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan
taktil secara singkat. Pastikan posisi bayi diletakan dalam posisi
yang benar dan jalan napasnya telah bersih. Rangsangan taktil
harus dilakukan secara lembut dan hati-hati sebagai berikut :
(1) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas) satu atau dua kali.
(2) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau
dua kali).
Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak
berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga
proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan
bernapas, segera, ulangi tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
42. 31
b) Ventilasi tekanan positif (VTP)
Pengertian : tindakan memasukan sejumlah udara kedalam paru
dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernapas secara
spontan dan teratur.
(1) Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi
biru atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit,
lakukan langkah resausitasi dengan melakukan ventilasi tekanan
positif.
(2) Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon
resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik.
(3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang
atau memeriksa bayi.
(4) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali muka
dan dada bagian atas, kemudian letakan pada alas dan
lingkungan yang hangat.
(5) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam
posisi setengah tengadah (sedikit ekstensi).
(6) Letakan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
(7) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari
tangan (bergantung pada ukuran balon resusitasi).
(8) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi
sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada.
43. 32
(9) Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada
mengambang, maka lakukan ventilasi dengan menggunakan
oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan).
(10)Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik
dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik
turun) selama ventilasi.
(11)Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi
berjalan secara adekuat.
(12)Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi
bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi
kurang.
(13)Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian
lakukan penilaian segera tentang upaya bernapas spontan dan
warna kulit.
Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama
(beberapa menit) dan bila perut bayi kelihatan membuncit, maka
harus dilakukan pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama
ventilasi karena udara dari orofarings dapat masuk ke dalam
esofagus dan lambung yang kemudian menyebabkan :
(1) Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan
diafragma sehingga menghalangi paru-paru untuk berkembang.
(2) Dara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi
lambung dan mungkin dapat terjadi aspirasi.
44. 33
(3) Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan
diafragma tertekan.
c) Tindakan khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah penatalaksaaan awal
diselenggarakan tanpa hasil, prosedur yang dilakukan disesuaikan
dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi, yang dinyatakan
oleh tinggi rendahnya nilai APGAR.
(1) Asfiksia ringan (7-9)
Penanganan pada bayi dengan asfiksia ringan sama halnya
dengan penanganan bayi baru lahir pada umumnya. Biasanya
hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan
lendir atau cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb
syringe atau suction unit tekanan rendah. Penghisapan harus
dilakukan secara hati-hati karena penghisapan terlalu
kuat/traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan
bradikardia sampai henti jantung. Setelah dilakukan
penghisapan observasi tanda-tanda vital dan APGAR score
bayi dan masukkan kedalam inkubator karena neonatus yang
mengalami asfiksia mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh
yang lebih tidak stabil sehingga dapat mengakibatkan
hipotermi dimana hipotermi ini dapat memperberat/
memperlambat pemulihan keadaan asidosis yang terjadi.
Apabila tindakan diatas tidak berhasil maka perlakukan bayi
45. 34
sebagai penderita asfiksia sedang.
(2) Asfiksia sedang (4-6)
(a) Pada keadaan ini dapat dilakukan rangsangan untuk
menimbulkan refleks pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan
selama 30-60 detik, bila waktu tersebut pernapasan tidak
timbul maka segera lakukan penghisapan lendir dan
berikan rangsangan nyeri berupa tepokan atau sentilan
pada telapak kaki dan gosokkan selimut kering pada
punggung sambil memantau frekuensi jantung dan
respirasi secara terus-menerus. Pernapasan aktif dapat
dilakukan dengan pernapasan kodok (frog breathing)
selama 1-2 menit dengan cara kepala bayi diletakkan
dalam ekstensi maksimal kemudian masukkan pipa
kedalam hidung dan alirkan O2 dengan kecepatan 1-2
liter/menit. Lakukan gerakan membuka dan menutup
lubang hidung dan mulut disertai pergerakan dagu keatas
dan kebawah secara teratur dalam frekuensi 20 kali/menit
dengan memperhatikan gerakan dinding thoraks dan
abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan pernapasan,
usahakan upaya gerakan tersebut diikuti.
(b) Bila frekuensi jantung menurun atau tidak adekuat dalam
waktu tersebut, maka berikan Ventilasi Tekanan Positif
(VTP) dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika
46. 35
tidak ada alat ventilasi maka lakukan tehnik pernapasan
buatan dari mulut ke mulut dengan menggunakan prinsip
pencegahan infeksi. Sebelum bantuan pernapasan
dilakukan, terlebih dahulu dimasukkan pharyngeal airway
yang berfungsi mendorong pangkal lidah kedepan agar
jalan nafas berada dalam keadaan sebebas-bebasnya.
Sebelum peniupan dilakukan telebih dahulu mulut
penolong diisi dengan O2. Peniupan dilakukan secara
teratur dengan frekuensi 20-30 kali/menit perhatikan
gerakan pernapasan yang mungkin timbul. Tindakan
dikatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa
saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau pemburukan
tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan
sebagai penderita asfiksia berat.
(3)Asfiksia berat (0-3)
Resusitasi aktif harus segera dilakukan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 secara
tekanan langsung dan berulang-ulang. Cara yang terbaik
dengan melakukan intubasi endotrakeal dan setelah kateter
dimasukkan ke dalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan
tidak lebih dari 30 ml air. Asfiksia berat hampir selalu disertai
asidosis, yang membutuhkan perbaikan segera karena itu,
Bikarbonas Natrikus 7,5% harus segera diberikan dengan dosis
47. 36
2-4 ml/kg berat badan, disamping itu glukosa 40% diberikan
pula 1-2 ml/kg berat badan, untuk menghindarkan dari efek
samping obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril
atau kedua obat diberikan bersama-sama dalam satu semprit
melalui pembuluh darah umbilikus. Bila setelah beberapa
waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung
menurun (kurang dari 100 kali/menit) maka pemberian obat-
obatan lain serta massage jantung sebaiknya dilakukan.
Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan
diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali/menit. Tindakan
ini dilakukan berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap kali
massage jantung diikuti dengan satu kali pemberian nafas
buatan, bila tindakan-tindakan tersebut di atas tidak memberi
hasil yang diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena
hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan
asam dan basa yang belum diperbaiki secara semestinya,
adanya gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia
atau stenosis jalan nafas (Prawirohardjo, 2008).
i. Asuhan Pasca Resusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah
menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada
keadaan :
1) Resusitasi berhasil
48. 37
Bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan. Resusitasi dinyatakan
berhasil apabila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal
yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.
Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
a) Konseling
(1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang
telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
(2) Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga kehangatan
tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan segera hubungi penolong.
(3) Anjurkan ibu segera memberi ASI pada bayi (asuhan dengan
metode kanguru).
(4) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-
tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh
pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
b) Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi :
(1) Anjurkan ibu menyususi sambil memperhatikan dan membelai
bayinya.
(2) Berikan vitamin K, antibiotik, salep mata dan imunisasi HB.0
Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi
selama 2 jam pertama.
(3) Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi. Tarikan
intercostal, nafas megap-megap, frekuensi nafas < 30 kali/menit
49. 38
atau > 60 kali/menit, bayi kebiruan atau pucat, bayi lemas.
(4) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernafas
normal.
(5) Jaga bayi agar tetap hangat dan kering.
2) Resusitasi tidak/kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan
Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas atau
bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan
ternyata kondisinya makin memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi :
a) Frekuensi pernafasan < 30 kali/menit atau > 60 kali/menit.
b) Adanya retraksi tarikan intercostal.
c) Bayi merintih (bising nafas ekspirasi) atau megap-megap (bising
nafas inspirasi).
d) Tubuh bayi pucat atau kebiruan.
3) Resusitasi gagal
Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 20 menit diventilasi, bayi
gagal bernapas, hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami
gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian
meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang
adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluaraga untuk
memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan
moral sesuai adat dan budaya setempat.
50. 39
B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan
Pengertian manajemen adalah seni melaksanakan suatu pekerjaan melalui
orang-orang. Manajemen sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan
sumber daya yang ada sehingga hasilnya maksimal (Saputra, 2014)
1. Pedoman Penerapan
Manajemen kebidanan adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang keara tujuan-
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Berdasarkan urayan diatas mengenai konsep manajemen secara umum
kita akan mempelajari bagaimana manajemen kebidanan kaitannya dengan peran
dan fungsi seorang bidan terutama sebagai menejer dalam mengelola kliyennya.
Bidan didalam prakteknya secra profesional, dituntut tanggung jawab manajerial
yang bermutu. Untuk itu metode ilmia akan dapat dilakukan bila telah
memahami betul teknik-teknik manajemen yang adekuat. Artinya yang didalam
prakteknya yang penuh tanggung jawab itu dilakukan menggunakan teori-teori
dan prinsip manajemen, yang telah diakui secara nasional maupun internasional.
Dengan perkataan lain, bidan praktek telah menggunakan manajemen kebidanan
pada kliennya (Saputra, 2014)
a. Tinjauan Bayi Baru Lahir
Diantara bayi normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segra
(sindroma gamgguan pernapasan, asfiksia, perdarahan, hiperbilirubnemia
oleh karena itu ketidak cocokan golongan darah ibu dan anak dan lain-lain)
dan sebagainya. Bayi-bayi tersebut termasuk golongan bayi beresiko tinggi.
51. 40
b. Adaptasi Bayi Baru Lahir Diluar uterus
1) Perubahan Pernapasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan
yang tinggi ada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba
setelah bayi lahir. Proses mekanis ini akan menyebabkan cairan yang
ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong kebagian perifer paru
untuk kemudian diabsorbsi.
2) Perubahan pada Darah
a) Kadar Hemoglobin (Hb)
Bayi dilahirkan dengan kadar Hb yang tinggi. Kosentrasi Hb
normal dengan rentang 13,7-20 gr%. Hb yang dominan pada bayi
adalah hemoglobin f yang secara bertahap akan mengalami
penurunan selama 1 bulan.
b) Sel Darah Merah
Sel darah merah bayi baru lahir memiliki waktu tang sangat singkat
(80 hari) dibandingkan dengan orang dewasa (120 hari). Pergantian
sel yang sangat cepat ini akan menghasilkan lebih banyak sampah
mentabolik, termaksud bilirubin yang dimetabolisme.
c) Sel Darah Putih
Jumlah sel darah putih rata-rata pada bayi barulahir memiliki
rentang mulai dari 10.000/mm2
. Peningkatan lebih lanjut dapat
terjadi pada bayi baru lahir normal selama 24 jam pertama
kehidupan.
52. 41
3) Perubahn Pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir bayi cukup bulan mulai mengisap dan menelan. Reflek
muntah dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik
pada saat lahir.
4) Perubahan Pada Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang didapat.
5) Perubahan Pada Sistem Ginjal
BBL cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan fungsional
pada sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit tersebut akan membaik
pada bulan pertama kehidupan dan merupakan satu-satunya masalah
untuk bayi baru lahir yang sakit atau mengalami stres (Purwoastuti,
2014).
2. Langkah–Langkah Manajemen
Proses Asuhan Kebidanan (Varney, 2007)
a. Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaqan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus
dan pemeriksaan penunjang.
53. 42
Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup data
subjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang data
yang sudah di kumpulkan apakah suda tepat, lengkap, dan akurat (Jannah,
2011)
Data subjektif pada pengkajian bayi Asfiksia di dapatkan bahwa
asfiksia pada bayi baru lahir pada persalinan presentase bokong. Setelah itu
terjadinya asfiksia karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah
timbulah rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi
lambat.
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia sedang
diperlukan data obyektif yang meliputi warna kulit kemerahan dan
ekstremitas kebiruan, denyut jantung >100 kali/menit, usaha napas lambat,
tonus otot kurang baik atau baik, bayi masi bisa bereaksi terrhadap
rangsangan yang diberikan, Tidak terjadi kekurangan oksigen yang
bermakna selama proses persalinan. Berdasarkan data dari klien dengan
Bayi baru lahir asfiksia sedang dan rentan terjadinya asfiksia berat,
hipotermi dan kematian pada janin.
b. Langkah II : Identifikasi diagnosa/masalah aktual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan berdasarkan identifikasi yang di dapat dari analisis-analisis
dasar. Dalam penetapan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan
profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa
54. 43
kebidanan yang ditegakan harus berlandaskan ancaman keselamatan hidup
klien (Estiwidani, 2011).
Data objektif pada pengkajian data bayi asfiksia didapatkan bahwa
bayi lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan, presentase bokong dan bayi
lahir dengan asfiksia sedang.
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia diperlukan data
objektif yang meliputi bayi lahir tidak segera menangis, tubuh kemerahan
dan ekstremitas bawah biru/pucat, bibir pucat, banyak lendir pada hidung
dan mulut dan Apgar Scor 6/8.
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
menginterprestasi penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang suda
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-
benar terjadi. Langka ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman
(estiwidani, 2011).
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia sedang
diperlukan data objektif yang meliputi bayi lahir tidak segera menangis,
tubuh kemerahan dan ekstremitas bawah biru/pucat, bibir pucat, banyak
lendir pada hidung dan mulut dan Apgar Scor 6/8. Berdasarkan diagnose
asfiksia sedang masalah potensial yang akan timbul yaitu terjadinya asfiksia
55. 44
berat dan hipotermi.
d. Langkah IV : Perlunya Tindakan Segra/Kolaborasi Segera
Menentukan itervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan atau
dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan
janin (Estiwidani, 2011). Pada bagian ini pula bidan mengefaluasi setiap
keadaan klien untuk menentukan keadaan selanjutnya yang diperoleh dari
hasil kolaborasi tindakan kolaborasi tindakan kesehatan lain. Bila pasien
dalam keadaan normal dan tidak berpotensial terjadi hipotermi dan infeksi
maka tidak perlu dilakukan tindakan segra atau kolaborasi.
Dalam teori tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam
penanganan kasus Bayi asfiksia sedang yaitu JAIKAN ( Jaga kehangatan
bayi, atur posisi sedikit tengada, Isap lendir dimulut dan dihidung,
keringkan badan bayi, Melakukan rangsangan taktil menggosok/menepuk
telapak kaki, atur kembali posisi bayi dan menilai bayi).
Berdasarkan teori tindakan kolaborasi segra yaitu kolaborasi dengan
dokter spesalis anak atas intruksi dokter untuk meletakkan bayi dibawah
pemancar panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakkan bayi pada posisi
kepala lebih rendah dari badan, membersihkan jalan napas, melakukan
rangsangan taktil, melakukan tindakan pemasangan oksigen 2 liter/menit.
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap
sebelummya serta mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan serta
56. 45
komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui
kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisis dan asumsi
yang seharussnya boleh dikerjakan atau tidak boleh dikerjakan dikerjakan
atau tidak oleh bidan (Estiwidani, 2011)
Rencana asuhan yang diberikan pada bayi asfiksia sedang yaitu
mengobservasi keadaan umum bayi, mempertahankan suhun tubu agar tetap
hangat, atur psisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi, membersihkan jalan
napas menggunakan delle, mengeringkan tubuh bayi mulai dari kepala
sampai tungkai, melakukan rangsangan taktil dan mengobservasi keadaan
umum khususnya pernapasan. Bila pernapasan masi megap-megap dan
frekuensi jantung menurun atau tidak adekuat maka berikan Ventilasi
Tekanan Positif (VTP) dengan kantong resusitasi dan sungkup muka.
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan lama.
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan kerjasama
dengan bidan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap
tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang
efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan
kualitas pelayanan pada klien (Estiwidani, 2011).
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus asfiksia
sedang yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap
tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesuda melakukan
tindakan, menjaga kehangatan pada bayi, mengatur posisi bayi, isap lendir,
mengeringkan bayi, mengatur kembali posisi bayi, menilai bayi, apabila
57. 46
resusitasi tidak berhasil maka dilanjutkan dengan melakukan ventilasi
tekanan positif.
g. Langkah VII: Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa (Saputra, 2014)
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi asfiksia
sedang yaitu tidak terjadi asfiksia berat, hipotermi dan bayi dengan kriteria
TTV dalam batas normal.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian
Menurut Tungpalan (1983) dalam marni (2012) mengatakan bahwa
dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat
atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa
(pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan kebidanan dalam pelayan kebidanan adalah
bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah
memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi
lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan
kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan
demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan
58. 47
klinik pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang
terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatn juga dapat
digunakan sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi yang
dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta actual untuk
dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari
asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian
pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kesehatan agar mampu
membuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan
yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga
langka-langkah dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga langkah-
langkahndalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir dalam
pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis. Asuhan yang
dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis sebagai
pendokumentasian.
Metode pendokumentasian SOAP merupakan inti sari dari proses pikir
dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang perkembangan
klien (progress note), (Mirnawati,2011)
b. Proses manajemen SOAP
1) S (Data subjektif)
Menggambarkan pendokumentasia hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
59. 48
laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assesment sebagai langka 1 Varney. S (Subjektif) ini
merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi
tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa.
Data subjektif pada pengkajian bayi Asfiksia di dapatkan bahwa
asfiksia pada bayi baru lahir pada persalinan presentase bokong. Setelah
itu terjadinya asfiksia karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2
bertambah timbulah rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung
janin menjadi lambat.
2) O (Data Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien dan diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assesment sebagai langka 1 varney. Data yang diperoleh
darim apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu
pemeriksaan. Apa yang di observasi oleh bidan akan menjadi
kpmponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakan (Marni,
2012).
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia sedang
diperlukan data obyektif yang meliputi warna kulit kemerahan dan
ekstremitas kebiruan, denyut jantung >100 kali/menit, usaha napas
lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masi bisa bereaksi
terhadap rangsangan yang diberikan, Tidak terjadi kekurangan oksigen
60. 49
yang bermakna selama proses persalinan. Berdasarkan data dari klien
dengan Bayi baru lahir asfiksia sedang dan rentan terjadinya asfiksia
berat, hipotermi dan kematian pada janin.
3) A ( Assesment)
Assesment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interprestasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
a) Diagnosis/ masalah (diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian
mengenai kondisi klien : hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa dari data yang di dapat . Masalah segala
sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu,
kemunkinan mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak
masuk dalam diagnosa).
b) Antisipasi diagnosa/kemungkinan masalah
c) Perlunya tindakan segra oleh bidan, konsultasi/kolaborasi, atau
perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney ( marmi, 2012)
Pada kasus bayi asfiksia assesmen yang didapat seperti :
a) Diagnosa aktua yaitu Bayi baru lahir, presentase bokong, dengan
masalah asfiksia sedang.
b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi, asfiksia berat dan
kematian pada janin.
c) Tindakan segra yaitu melakukan ( menjaga kehangatan bayi,atur
posisi bayi dengan posisi ekstensi, mengisap lendir dengan alat
61. 50
isap lendir, mengeringkan bayi, atur kembali posisi bayi, dan
menilai bayi) lalu dilanjutkan dengan resusitasi.
4) P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan
evaluasi berdasarkan assesment sebagai langka 5, 6, dan 7 (marmi,
2012).
62. 51
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam
asuhan kebidanan pada bayi Ny. “W” dengan asfiksia sedang di Bidan Praktek
Swasta (BPS) Fera Wakuru Kabupaten Muna tanggal 25 Maret sampai dengan
tanggal 28 Maret tahun 2015, diawali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Masuk tanggal 25 maret 2015 jam : 03.15 Wita, Bayi lahir tanggal
25 maret 2015 jam : 08.07 Wita dan Pengkajian tanggal 25 maret 2015 jam 08.08
Wita.
A. Manajermen
1. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subyektif
1) Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “W”
Tanggal/Jam Lahir : 25-03-2015 / 08.07 Wita
Jenis Kelamin : Laki–laki
Anak Ke : 5 ( Lima )
Umur Saat Dikaji : Segera Setelah Lahir
2) Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )
Nama : Ny.“W” / Tn.“A”
Umur : 37 Tahun / 37 Tahun
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
51
63. 52
Pendidikan : SD / SD
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pernikahan : 2/ I
Lama Menikah : ± 2 Tahun
Alamat : Dana Goa
3) Data Biologis / Fisiologis
a) Riwayat Kehamilan :
(1) Gv PIv A0
(2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 09-06-2014
(3) Tafsiran persalinan (TP) :16 -03-2015
(4) Pemeriksaan kehamilan : 4 kali selama hamil yakni oleh
bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS).
(5) Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) selama hamil 1 kali yaitu
pada umur kehamilan 7 bulan.
(6) Riwayat penyakit selama hamil : ibu tidak mengalami
gangguan kesehatan yang serius seperti Asma, Tuberculosis
(TBC), jantung, hipertensi, dan Diabetes Melitus (DM). Ibu
hanya mengalami flu dan sakit kepala biasa.
(7) Pengobatan : Fe, Kalak dan Vit. C.
64. 53
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu.
Kehamilan Persalinan Nifas
Ke Tahun Umur Jenis Penolong BBL Perlangsungan
L.
menyusui
1 1993
40
minggu Normal Bidan
2800
gr Normal 1 tahun
2 1996
39
minggu Normal Bidan
3100
gr Normal 9 bulan
3 2000
40
minggu Normal Bidan
2900
gr Normal 8 bulan
4 2007
39
minggu Normal Bidan
3000
gr Normal 1 tahun
c) Riwayat persalinan / kelahiran sekarang
(1) Umur kehamilan : 41 minggu 2 hari.
(2) Tempat persalinan : Bidan Praktek Swasta Bunda Ferah
(3) Penolong : Bidan
(4) Jenis persalinan : normal
(5) Penyulit persalinan : Presentase bokong
(6) Bayi lahir : Tanggal 25-03-2015 jam 08.07 wita, berat
badan lahir 3000 gram, panjang badan : 49 cm, jenis
kelamin : laki-laki, Penyuntikan Vitamin K 0.5 cc.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum bayi lemah.
b) Bayi lahir tidak langsung menangis.
c) Warna kulit : Badan kemerahan dan ekstremitas kebiruan.
d) Pergerakan/tonus otot : baik
65. 54
e) APGAR skor :
No. Kriteria
Menit
Pertama
Menit
Kelima
1. Appearance colour (warna kulit) 1 1
2. Pulse (frekuensi jantung) 2 2
3. Grimace (refleks) 1 2
4. Activity (tonus otot) 1 1
5. Respiration (pernapasan) 1 2
Jumlah
6 8
f) Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 130 kali/menit
Pernapasan : 35 kali/menit
Suhu : 36,7 0
C
g) Jenis kelamin : laki-laki
2) Pemeriksaan Fisik Khusus
a) Kepala : ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup
tidak ada molase, tidak ada lanugo, tidak ada caput dan rambut
tampak sempurnah.
b) Mata : sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan
tampak bersih.
c) Hidung : lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping
hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan teratur.
d) Mulut dan bibir : bibir lembab agak pucat, tidak ada
kelainan pada mulut dan bibir, tampak lendir dalam mulut dan
66. 55
refleks mengisap tidak ada.
e) Telinga : simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri/kanan
ada dan tampak bersih.
f) Dada : simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai
irama pernapasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting
susu tampak jelas dan menonjol.
g) Abdomen : tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan
tali pusat dan tali pusat tampak basah.
h) Genitalia : tampak lubang pada penis dan teraba testis dalam
skrotum dan skortum telah turun.
i) Anus : lubang anus ada
j) Bokong : tidak ada lipatan kulit bokong.
k) Punggung : tidak ada tonjolan tulang punggung.
l) Ekstremitas atas dan bawah : pergerakan lemah, warna kebiruan,
simertsi kiri dan kanan, tidak ada kelainan/cacat bawaan dan jari-
jari lengkap kuku sedikit panjang.
m) Kulit : integritas kulit normal, kencang, elastis dan tidak
berkeriput.
3) Pemeriksaan Antropometri
a) Berat badan lahir : 3000 gram
b) Panjang badan lahir : 49 cm
c) Lingkar kepala : 33 cm
d) Lingkar dada : 32 cm
67. 56
e) Lingkar perut : 31 cm
f) Lingkar lengan atas : 11 cm
4) Pemeriksaan Refleks
a) Refleks sucking (menghisap) : tidak ada
b) Refleks rooting (menelan) : tidak ada
c) Refleks graps (menggenggem) : tidak ada
d) Refleks moro (kaget) : tidak ada
e) Refleks batuk dan bersin : tidak ada
5) Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan.
2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia
sedang
a. Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Dasar :
Data subyektif :
1) HPHT : 09-06-2014
2) Bayi lahir tanggal 25-03-2015, jam 08.07 wita
Data obyektif :
1) TP : 16-03-2015
2) Umur kehamilan 41 minggu 2 hari.
3) Tidak terdapat rambut lanugo
4) Rambut kepala telah sempurnah
68. 57
5) Kuku agak panjang
6) Testis telah turun
Analisis dan interprestasi
Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi 259 sampai 294 hari (37-42
minggu) (Marmi, 2012 : 04).
b. Asfiksia Sedang
Dasar :
Data obyektif :
1) Keadaan umum bayi lemah
2) Menangis : Tidak langsung menangis.
3) Warna kulit : kebiruan
4) Pergerakan/tonus otot : baik
5) Apgar skor : 6/8
Analisis dan interprestasi
1) Asfiksia adalah suatu kegagalan napas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra, 2014)
2) Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut : takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit, bayi
tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting),
adanya pernapasan cuping hidung dan bayi kurang aktivitas (Dewi,
2010).
69. 58
3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
a. Potensial terjadinya asfiksia Berat dan hipotermi
Dasar :
Data obyektif :
1) APGAR skor 6/8
2) Terdapat lendir dan cairan dalam hidung dan mulut.
3) Bayi lahir tidak langsung menangis.
Analisis dan interprestasi
Adanya lendir yang banyak pada saluran nafas (mulut dan hidung)
dapat menghambat jalan nafas sehingga proses respirasi terganggu dan
menimbulkan asfiksia sedang dan tanpa pertolongan yang lebih lanjut akan
berpotensial asfiksia berat (Viona, 2012).
Asfiksia berat ditandai dengan : laju jantung kecil yaitu <40x/menit,
tidak ada usaha napas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, tidak
dapat memberikan reaksi jika di beri rangsangan, tampak pucat bahkan
sampai berwarna kelabu, terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum
atau sesuda persalinan.
b. Potensial terjadinya hipotermi
Dasar :
Data obyektif :
1) Tubuh bayi masih basah oleh lendir dan air ketuban.
2) Suhu 36,3°C.
3) Bagian ekstremitas biru dan dingin
70. 59
Analisis dan interprestasi
Hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal, dimana suhu
normal pada bayi adalah 36,50
C-37,50
C. Gejala awal hipotermi apabila suhu
< 360
C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin (Marmi, 2013).
4. Langkah IV. Tinmdakan Segra / Kolaborasi
Tindakan segra untuk penanganan awal bayi asfiksia seperti : jaga
kehangatan, atur posisi, isap lendir, melakukan rangsangan taktil, keringkan, atur
kembali posisi dan nilai bayi.
5. Langkah V. Rencana Asuhan
a. Tujuan
1) Asfiksia pada bayi teratasi.
2) Bayi dalam keadaan sehat.
3) Tidak terjadi hipotermi.
b. Kriteria Keberhasilan
1) Asfiksia teratasi yang ditandai dengan pernapasan lancar dan teratur,
seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif.
2) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :
Laju jantung : 120-160 kali/menit
Pernapasan : 40-60 kali/menit
Suhu : 36,50
c–37,50
c
3) Kehangatan tubuh bayi terjaga
71. 60
c. Rencana Tindakan
1) Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan
Rasional : agar keluarga koooperatif atau memberi dukungan dengan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
2) Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN):
a) Jaga kehangatan bayi, letakan bayi di bawah pemancar panas.
Rasional : agar bayi tidak kehilangan panas dan tidak terjadi
hipotermi.
b) Atur posisi kepala
Rasional : untuk membantu mencegah fleksi leher,
penyumbatan jalan, nafas dan untuk membuka jalan nafas agar
pernapasan bayi lancar dan teratur.
c) Isap lendir
Rasional : membebaskan saluran napas dari sumbatan lendir
sehingga bayi dapat bernafas secara normal.
d) Keringkan dan berikan rangsangan
Rasional : Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan
berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan
tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Hal ini biasanya
cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.
e) Atur kembali posisi kepala
Rasional : untuk memudahkan membungkus bayi dan menilai
kembali pernapasan bayi.
72. 61
f) Lakukan penilaian
Rasional : untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah
teratasi atau belum.
3) Penanganan lanjutan :
a) Bungkus tali pusat
Rasional : mengurangi insiden infeksi pada neonatus
b) Berikan suntikan vitamin K 1 mg
Rasional : mencegah perdarahan otak akibat defisiensi vitamin
K
c) Berikan salep mata Oxytetracyclline 1 %
Rasional : mencegah terjadinya konjungtivitis pada bayi.
d) Timbang berat badan bayi
Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi
dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.
4) Pantau tanda-tanda vital bayi
Rasional : Mengetahui keadaan umum bayi untuk mengetahui
perkembangan bayi.
6. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan
Tangaal : 25-03-2015 jam : 08.15 wita
a. Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak
segera menangis dan keadaan umum bayi lemah, keluarga tenang dan
mempercayakan sepenuhnya pada pertugas.
b. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN)
73. 62
1) Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan bayi
terbungkus kain bersih, hangat dan kering.
2) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi, posisi kepala bayi sedikit
ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
3) Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga
mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung, lendir telah
dibersihkan.
4) Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi,
bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil.
5) Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang
ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih, hangat
dan kering, sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
6) Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna
kulit dan laju jantung bayi, bayi masih menangis lemah, tonus otot
baik, pernapasan baik, tubuh kemerahan dan ekstremitas kebiruan,
laju jantung 135 kali/menit.
c. Melakukan penanganan lanjutan :
1) Membungkus tali pusat, tali pusat terbungkus dengan kasa steril.
2) Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intra Muskular
(IM) pada 1/3 paha kiri bayi, bayi telah mendapatkan suntikan vitamin
K sebanyak 0,5 cc.
74. 63
3) Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan kanan
bayi, mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1 %.
4) Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3000 gram.
5) Memantau tanda-tanda vital bayi
Laju jantung : 135 kali/menit
Pernapasan : 44 kali/menit
Suhu : 36,7 0
C
7. Langkah VII. Evaluasi
Tanggal : 25-03-2015 jam : 08.20 wita
a. Asfiksia pada bayi teratasi ditandai dengan pernapasan lancar dan teratur,
seluruh tubuh kemerahan dan pergerakan aktif.
b. Keadaan umum bayi baik (laju jantung : 135 kali/menit, Pernapasan 44
kali/menit, suhu 36,7ºc).
c. Kehangatan tubuh bayi terjaga
75. 64
B. PENDOKUMENTASIAN
Setelah diuraian tentang penerapan manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny
“W” dengan Asfiksia Sedang tanggal 25 s.d 28 Maret 2015 dalam manajemen
asuhan kebidanan maka langka berikutnya melakukan pendokumentasian, yang
diawali dengan data subjektif, objektif, assesment, planning dan kesimpulan.
1. Data Subyektif ( S )
a. Melahirkan secara normal tanggal 25-03-2015 jam : 08.07 WITA.
b. HPHT : 09-06-2014.
2. Data Obyektif (O)
a. Keadaan umum bayi lemah.
b. Bayi lahir tidak langsung menangis.
c. Warna kulit : badan kemerahan ekstremitas kebiruan.
d. Pergerakan/tonus otot baik
e. APGAR skor : 6/8
f. Tanda-tanda vital :
Nadi/frekuensi jantung : 130 kali/menit
Pernapasan : 35 kali/menit
Suhu : 36,3 0
C
g. Kepala : Tidak terdapat rambut lanugo dan rambut telah tumbuh sempurnah.
h. Hidung : ada gerakan cuping hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak
lancar dan teratur.
i. Mulut dan bibir : bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan pada
76. 65
mulut dan bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks mengisap tidak ada.
j. Ekstremitas atas dan bawah : pergerakan lemah, warna kebiruan,
tidak ada kelianan/cacat bawaan dan kuku jari agak panjang.
k. Kulit : integritas kulit normal, kencang, elastis dan tidak berkeriput.
l. Genetalia : testis telah turun.
m. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat badan lahir : 3000 gram
2) Panjang badan lahir : 49 cm
n. Pemeriksaan Refleks
1) Refleks sucking (menghisap) : tidak ada
2) Refleks rooting (menelan) : tidak ada
3) Refleks graps (menggenggem) : tidak ada
4) Refleks moro (kaget) : tidak ada
5) Refleks batuk dan bersin : tidak ada
3. Asessment (A)
a. Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia sedang.
b. Potensial terjadinya asfiksia berat dan hipotermi.
c. Tindakan segra yaitu jaga kehangatan, atur posisi, isap lendir, keringkan,
atur kembali posisi dan nilai bayi.
4. Planning (P)
Tangaal : 25-03-2015 jam : 08.20 wita
a. Menyampaikan hasil pemeriksaan, ibu mengerti
b. Menjaga kehangatan bayi, bayi telah diselimuti dengan sarung bersih.
77. 66
c. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi, jalan napas sedikit
hiperektensi.
d. Menghisap lendir, bayi telah bernapas spontan.
e. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi, bayi
segera menangis.
f. Mengatur kembali posisi bayi, bayi dalam keadaan nyaman.
g. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna kulit
dan laju jantung bayi, bayi masih menangis lemah, tonus otot baik,
pernapasan lemah, tubuh kemerahan, laju jantung 135 kali/menit.
h. Melakukan penanganan lanjutan :
a) Membungkus tali pusat, tali pusat terbungkus dengan kasa steril.
b) Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intra Muskular
(IM) pada 1/3 paha kiri bayi setelah 1 jam, bayi telah mendapatkan
suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc pada paha kiri atas setelah 1 jam
bayi lahir.
c) Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan kanan
bayi, mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1 %
d) Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3000 gram.
i. Memantau tanda-tanda vital bayi, laju jantung 135 kali/menit,
Pernapasan 44 kali/menit, suhu 36,7 0
C
78. 67
5. Kesimpulan
a. Asfiksia pada bayi teratasi ditandai dengan pernapasan lancar dan
teratur, seluruh tubuh kemerahan dan pergerakan aktif.
b. Keadaan umum bayi baik (laju jantung : 135 kali/menit, Pernapasan 44
kali/menit, suhu 36,7ºc).
c. Kehangatan tubuh bayi terjaga
79. 68
C. Catatan Perkembangan
Setelah diuraian tentang penerapan Pendokumentasian asuhan kebidanan pada
bayi Ny “W” dengan Asfiksia Sedang tanggal 25 s.d 28 Maret 2015 dalam
pendokumentasian asuhan kebidanan maka langka berikutnya melakukan pencatatan
Perkembangan, yang diawali dengan data subjektif, objektif, assesment, planning dan
kesimpulan.
1. Hari Pertama
a. Data Subyektif (S)
1) Keadaan umum bayinya sudah membaik.
2) ASI-nya sudah mulai keluar dan bayi suda mulai menyusu.
b. Data Obyektif (O)
1) Keadaan umum bayi baik.
2) Gerakan aktif.
3) Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan.
4) Berat badan : 3000 gram.
5) Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 140 kali/menit
Pernapasan : 44 kali/menit
Suhu : 36,80
C
6) Sistem refleks :
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
b) Refleks rooting (menelan) : baik
80. 69
c) Refleks graps (menggenggem) : baik
d) Refleks moro (kaget) : baik
e) Refleks batuk dan bersin : baik
7) Tali pusat masih basa dan terbungkus kasa steril.
8) Bayi telah buang air besar dan buang air kecil.
c. Asessment (A)
Bayi umur 1 hari, keadaan umum bayi baik.
d. Planning (P)
Tanggal : 26-03-2015 jam : 08.00 wita
1) Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum bayi pulang, tanda-tanda vital
dalam batas normal,Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 140 kali/menit
Pernapasan : 44 kali/menit
Suhu : 36,80
C
2) Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering, bayi terbungkus
sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga.
3) Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril, tali pusat telah
terbungkus dengan kasa steril.
4) Menimbang berat badan bayi setiap hari, berat badan bayi hari pertama
3000 gram
5) Mengganti popok tiap kali basah atau kotor, popok diganti tiap kali basah
atau kotor.
6) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa
81. 70
memberikan makanan tambahan, ibu mau mengikuti anjura bidan
e. Kesimpulan
1) Keadaan umum bayi baik
2) Laju jantung : 140 kali/menit
3) Pernapasan : 44 kali/menit
4) Suhu : 36,80
C
5) Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi (bayi suadah menyusu)
2. Hari Kedua
Tanggal 27 Maret 2015 Jam 07.40 Wita
a. Data Subyektif (S)
1) Keadaan umum bayinya baik.
2) Mengganti pembukus tali pusat bila basah dan kotor.
3) Menyusui bayinya secara on demand.
4) Bayinya menangis pada saat haus, BAB dan BAK.
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum bayi baik.
2) Gerakan aktif.
3) Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan.
4) Berat badan: 2900 gram.
5) Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 140 kali/menit
Pernapasan : 48 kali/menit
82. 71
Suhu : 370
C
6) Sistem refleks :
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
b) Refleks rooting (menelan) : baik
c) Refleks graps (menggenggem) : baik
d) Refleks moro (kaget) : baik
e) Refleks batuk dan bersin : baik
7) Tali pusat masih basa dan terbungkus kasa steril.
c. Asessment (A)
Bayi umur 2 hari, keadaan umum bayi baik.
d. Planning (P)
Tanggal : 27-03-2015 jam : 08.00 wita
1) Mengobservasi tanda-tanda vital, tanda-tanda vital dalam batas
normal,Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 140 kali/menit
Pernapasan : 48 kali/menit
Suhu : 370
C
2) Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering, bayi terbungkus
sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga.
3) Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril, tali pusat telah
terbungkus dengan kasa steril.
4) Menimbang berat badan bayi setiap hari, berat badan bayi hari kedua
2900 gram
83. 72
5) Mengganti popok tiap kali basah atau kotor, popok diganti tiap kali basah
atau kotor.
e. Kesimpulan
1) Keadaan umum bayi baik
a) Laju jantung : 140 kali/menit
b) Pernapasan : 48 kali/menit
c) Suhu : 370
C
2) Kebersihan bayi terjaga.
3. Hari Ketiga
Tanggal 28 Maret 2015 jam 07.30 Wita
a. Data Subjektif (S)
1) Keadaan umum bayinya baik.
2) Mengganti pembukus tali pusat bila basah dan kotor.
3) Menyusui bayinya secara on the mand.
4) Bayinya menangis pada saat haus, BAB dan BAK.
b. Data Obyektif (O)
1) Keadaan umum bayi baik.
2) Gerakan aktif.
3) Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan.
4) Berat badan : 2900 gram.
5) Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 140 kali/menit
84. 73
Pernapasan : 48 kali/menit
Suhu : 370
C
6) Sistem refleks :
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
b) Refleks rooting (menelan) : baik
c) Refleks graps (menggenggem) : baik
d) Refleks moro (kaget) : baik
e) Refleks batuk dan bersin : baik
7) Tali pusat masih basa dan terbungkus kasa steril.
c. Asessment (A)
Bayi umur 3 hari, keadaan umum bayi baik.
d. Planning (P)
Tanggal : 28-03-2015 jam : 08.00 wita
1) Mengobservasi tanda-tanda vital, tanda-tanda vital dalam batas
normal,Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 140 kali/menit
Pernapasan : 46 kali/menit
Suhu : 370
C
2) Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering, bayi terbungkus
sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga.
3) Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril, tali pusat telah
terbungkus dengan kasa steril.
85. 74
4) Menimbang berat badan bayi setiap hari, berat badan bayi hari kedua
2900 gram
5) Mengganti popok tiap kali basah atau kotor, popok diganti tiap kali basah
atau kotor.
e. Kesimpulan
1) Keadaan umum bayi baik
a) Laju jantung : 140 kali/menit
b) Pernapasan : 46 kali/menit
c) Suhu : 370
C
2) Keberihan bayi terjaga.
86. 75
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi
Ny.“W“ Dengan Asfiksia Sedang di Bidan Praktek Swasta Fera Wakuru Kabupaten
Muna Tanggal 25 Maret tahun 2015, dengan teori penanganan bayi baru lahir dengan
asfiksia.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik, psikososial
dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, dan perkusi.
Berdasarkan respon ibu dalam memberikan informasi, begitu pula dengan
keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah
memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus sehingga
intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien. Dalam hal ini penulis tidak
menemukan kesenjangan.
Menurut teori yang ada bahwa asfiksia disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu : Faktor ibu (preklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal (plasenta previa
atau solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama persalinan,
infeksi berat (malaria, sifillis, TBC, HIV), kehamilan postmatur (setelah usia
kehamilan 42 minggu), penyakit ibu dan gangguan his (tetania uteri/hipertonik)).
75
87. 76
Faktor tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan
prolapsus tali pusat). Faktor bayi (bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan),
persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep), kelainan kongenital dan air ketuban bercampur mekonium.
Adapun tanda dan gejala asfiksia sedang (frekuensi detak jantung lebih dari
100 kali/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa
bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi
kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan).
Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. “W” dengan asfiksia sedang, bayi
lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus
otot baik, frekuensi jantung 130 kali/menit, pernapasan 35 kali/menit, bayi masih
bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan. Dalam hal ini pula tidak
ditemukan kesenjangan.
B. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Aktual
Diagnosa adalah Hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan
berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam menetapkan
diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional sebagai data dasar untuk
mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakan harus berlandaskan
ancaman keselamatan hidup klien.
Dalam tinjauan asuhan kebidanan setelah mengumpulkan data, maka
dikembnangkan ke dalam identifikasi data yang spesifik mengenai masalah atau
diagnosa. Masalah aktual merupakan masalah yang nampak nyata yang dapat