SlideShare a Scribd company logo
11
1KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR
KORUPSI SUBUR,
HUTAN SUMATERA HANCUR
Buruknya Tata Kelola Hutan dan Lahan
di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau
Disusun oleh:
WALHI Aceh, WALHI Sumut, WALHI Sumbar, WALHI Riau, GeRAK Aceh,
Auriga, Perkumpulan Qbar , YCMM, PBHI Sumatera Barat, FITRA Riau, Riau
Corruption Trial, Jikalahari, Sawit Watch, PWYP Indonesia, TUK Indonesia
KOALISI ANTI MAFIA HUTAN
Kertas Posisi
2 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN
KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR
H
UTAN SUMATERA HANCUR OLEH KORUPSI. Kajian Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) tahun 2014 terkait Sistem Perizinan di Sektor Kehutanan menemukan potensi
suap di sektor perizinan mencapai Rp 22 miliar. Kajian tersebut seolah mengafirmasi
apa yang terjadi pada kasus-kasus yang terjadi di Riau selama ini. Sumatera bagian utara
berulang kali didera kasus korupsi kehutanan. Korupsi terbukti oleh Adelin Lis di Mandailing
Natal, terang juga terlihat dalam Azmun Jaafar di Riau. Selain Tengku Azmun, belum lama,
Annas Maamun tertangkap tangan oleh KPK terkait dengan suap menyuap perubahan
kawasan hutan untuk perkebunan PT Duta Palma. Pembelajaran kasus-kasus dan kajian,
tersebut mendorong KPK untuk menginisiasi ditanda tanganinya Nota Kesepakatan Bersama
29 Kementerian dan Lembaga Negara tentang Gerakan Penyelamatan Sumber Daya Alam
(NKB GN-PSDA) yang ditanda tangani pada 19 Maret 2015.
Kertas posisi ini disusun sebagai respon kelompok masyarakat sipil yang bersumber dari
hasil pemantauan dan kerja-kerja kelompok masyarakat sipil di isu perkebunan dan hutan.
Berdasarkan temuan koalisi:
1. Pembiaran hutan tanpa kepastian hukum,
2. Kesemrawutan penerbitan izin hutan dan perkebunan,
3. Pengelolaan hutan dan kebun menjadi ruang konflik, dan
4. Penegakan hukum masih memberikan keuntungan bagi korporasi hitam.
Pembiaran Hutan Tanpa Kepastian Hukum
Salah satu persoalan yang memberikan ruang terjadinya korupsi adalah ketidak pastian
kawasan hutan. Di antaranya dikarenakan pengukuhan kawasan hutan tidak kunjung
selesai hingga saat ini. Di sisi lain, perubahan peruntukan kawasan hutan maupun tata
ruang yang ada pun ditengarai lebih banyak digunakan untuk kepentingan kegiatan-kegiatan
usaha eksploitatif skala besar bahkan, bukan untuk masyarakat. Kasus Duta Palma menjadi
ilustrasi terjadinya pemutihan perkebunan sawit ilegal melalui mekanisme perubahan
peruntukan kawasan hutan maupun kawasan hutan.
Salah satu permasalahan yang ditemukan, misalnya, di Sumatera Utara, pada tahun
2005, Menteri Kehutanan menerbitkan SK 44/Menhut-II/2005 tentang Penunjukan Kawasan
Hutan Di Wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas + 3.742.120 hektar. Kemudian, tanpa
Korupsi Subur, Hutan Sumatera Hancur
Buruknya Tata Kelola Hutan dan Lahan
di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau
33
3KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR
ada informasi tindak lanjut proses pasca penunjukan, pada tahun 2014 Menteri Kehutanan
mengeluarkan SK 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara
dengan luas + 3.055.795 hektar. Kedua keputusan tersebut memiliki beberapa perbedaan,
salah satunya terkait luas kawasan hutan, ada pengurangan luas sebesar 686.326 hektar.
Pengurangan ini justru sebagian besar terjadi di dalam kawasan hutan produksi dan hutan
produksi terbatas, tanpa informasi yang memadai alasan perubahan peruntukan tersebut.
Selain itu, dalam SK 579 tidak disebutkan dengan jelas pencatatan status pengukuhan
kawasan hutannya. Apa yang terjadi di Sumatera Utara tersebut terjadi juga di Aceh,
Sumatera Barat dan Riau. Penerbitan SK Menhut 878/2014 pada tanggal 29 September
2014 bahkan diterbitkan hanya selang kurang dari seminggu sejak ditangkapnya Annas
Maammun. Sementara itu, WALHI Aceh saat ini sedang melakukan judicial review terhadap
SK 941/2013 Mahkamah Agung karena menilai bahwa perubahan peruntukkan kawasan
hutan tersebut berpotensi menyebabkan kerusakan hutan lebih jauh.
Provinsi Nomor Keputusan Permasalahan Luas
Aceh 941/Menhut-II/2013 Perubahan peruntukan kawasan hutan
dianggap menyebabkan kerusakan hutan.
3.388.281 ha
Sumatera Utara SK.579/Menhut-II/2014 Terjadi pengurangan seluas 686 ribu hektar
tanpa keterangan yang jelas dasar pengu-
rangannya dan kejelasan tahapan pengu-
kuhannya. Di sisi lain, proses pengukuhan
kawasan hutan berjalan lambat.
3.055.795 ha
Sumatera Barat 579/Menhut-II/2014 Pengukuhan kawasan hutan belum mem-
berikan kepastian status kawasan, khusus-
nya terhadap hak ulayat masyarakat.
2.342.894 ha
Riau 878/Menhut-II/2014 Cenderung melegalkan kepentingan usaha
skala besar, terutama perkebunan.
5.499.693 ha
Boks 1
Kesatuan pengelolaan hutan adalah bentuk pengelo-
laan di tingkat tapak untuk sumatera utara sesuai den-
gan SK.102/Menhut-II/2010 tentang penetapan wilayah
kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) dan kesatuan
pengelolaan hutan produksi (KPHP) provinsi Sumatera
Utara. Dengan total luasan KPH adalah ± 3.196.380 ter-
diri dari KPHL ± 1.364.497 dan KPHP ± 1.831.884. Ter-
jadi selisih 1 hektar, penggunaan tanda baca kurang lebih
di suatu putusan menteri menandakan ketidak akuratan
data. Karena kesatuan pengelolaan hutan merupakan tata
kelola di tingkat tapak maka SK.102 perlu di sandingkan
dengan SK.579. setelah luasan Kawasan SuakaAlam dan
Kawasan Perlindungan Alam dan Taman Buru dikeluarkan
berikut adalah selisih SK.102 dan SK.579.
Wahana Lingkungan hidup Sumatera Utara menolak
SK.102. Argumentasi penolakan terhadap SK.102 ada-
lah Kementrian kehutanan tidak (1) melaksanakan keg-
iatan inventarisasi hutan sebagaimana ketentuan pasal
13 (2) tidak melaksanakan pengukuhan kawasan hutan
sebagaimana ketentuan pasal 14. Karena kesatauan
pengelolaan hutan adalah pengelolaan di tingkat tapak
maka kedua pasal ini harus diselesaikan terlebih dahulu
oleh negara dalam hal ini Kementrian Kehutanan. Jika
tiga instrumen ini tidak segera di selesaikan oleh KLHK
maka gesekan dan ledakan persoalan tinggal menunggu
waktu saja yang pada akhirnya bukannya kesatuan pen-
gelolaan hutan akan tetapi kehancuran pengelolaan hu-
tan Sumatera Utara.
KPHSU “Kesatuan Pengelolaan Hutan Sumatra Utara“ atau KPHSU
”KEHANCURAN Pengelolaan Hutan Sumatera Utara”
4 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN
Kesemrawutan Praktik Perizinan di Sektor Kehutanan dan Pekebunan
Kesemrawutan praktik perizinan di sektor kehutanan dan perkebunan terutama terlihat
dari banyaknya perizinan yang diberikan tidak sesuai dengan peruntukan ruangnya. Bahkan
tidak jarang pula tumpang tindih dengan perizinan lainnya. Sebagai misal, PT Setia Agrindo
Lestari seluas 17 ribu hektar tumpang tindih izin hutan alam, PT Mutiara Sabuk Khatu-
listiwa dengan luasan 44 ribu hektar. Khususnya terkait sawit, carut marut perkebunan
kelapa sawit dapat dilihat dari pernyataan Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan sebelumnya
yang menyebutkan “dari luas 4 juta hektare (perkebunan sawit di Riau), 2 juta hektare dian-
taranya merupakan kebun sawit ilegal karena tidak memiliki izin. Jadi secara teori, mestinya
(Pemerintah Provinsi Riau) tidak boleh lagi mengeluarkan izin perkebunan.”1
Bahkan menu-
rut Zulkifli, lokasi perkebunan kelapa sawit illegal tersebut berada di kawasan hutan dan
beberapa diantaranya berada di kawasan lindung. Merujuk pada data tersebut, maka Zulkifli
yang pada saat itu menjabat Menteri Kehutanan meminta kepada Pemerintah Daerah untuk
menghentikan penerbitan izin baru perkebunan kelapa sawit.
Perusahaan Usaha Provinsi Tumpang Tindih
PT Setia Agrindo Lestari Perkebunan Riau Diterbitkan di dalam Hutan Produksi Konversi
dan tumpang tindih dengan PT Mutiara Sabuk
Khatulistiwa dan Bina Keluarga.
PT Perkebunan Serdang
Hulu
Perkebunan Sumatera
Utara
Diterbitkan di dalam kawasan hutan produksi dan
tumpang tindih dengan IUPHHK-HA PT. Mulya Karya
Jayaco.
PT Panca Agro Lestari Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan
PT Palma Satu Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan
PT Banyu Bening Utama Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan
PT Seberida Subur Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan
WALHI Aceh, WALHI Sumut, WALHI Riau
Selain persoalan tumpang tindih, perizinan di sektor kehutanan perkebunan juga punya
kecenderungan menerabas peraturan perundang-undangan. Di sektor perkebunan, berda-
sarkan penelitian Transformasi Untuk Keadilan pada tahun 2013 perkebunan kelapa sawit
di Indonesia hanya dikuasai oleh 25 grup, di mana Grup Sinar Mas menguasai lahan terbe-
sar dengan luas 471.100 hektar lahan yang telah ditanami, diikuti oleh Grup Salim seluas
326.136 hektar, Jardine Matheson Grout seluas 281.378 hektar, sedangkan penguasaan
lahan terkecil dari 25 grup tersebut oleh Grup Tiga Pilar Sejahtera seluas 16.836 hektar.
Penguasaan lahan oleh Grup yang melebihi 100.000 hektar tersebut tidak sejalan dengan
Permentan No. 98 Tahun 2013. WALHI Riau menemukan penerbitan izin di sektor kehuta-
nan juga tidak lepas dari masalah. Pemberian izin hutan tanaman di Pulau Padang jelas-jelas
1 50% Perkebunan sawit di Riau illegal, 6 Agusutus 2014 diakses dari htp://kanalsatu.com/id/post/29082/50--
perkebunan-sawit-di-riau-ilegal pada 19 Maret 2015.
55
5KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR
bertentangan dengan UU No. 27 Tahun 2007 jo. UU No. 1 Tahun 2014 yang melarang pem-
berian konsesi di dalam pulau kecil. Hingga konsesi hutan tersebut menguasai 34% wilayah
Pulau Padang.
Permasalahan lainnya, konsesi hutan yang tidak aktif kemudian memungkinkan juga
terjadinya akses perambahan ilegal. Sebagai ilustrasi di WALHI Aceh, koalisi menemukan
adanya pembukaan ruas jalan di dalam hutan lindung melalui HPH yang tidak lagi aktif.
Ruas jalan tersebut telah dibangun sejak tahun 1981 oleh perusahaan HPH ARS-Aceh Inti
Timber sepanjang 18 km sebagai jalan operasional, pada masa konflik bersenjata di Aceh,
sejumlah HPH tidak beroperasi, termasuk HPH ARS-Aceh Inti Timber, dan ruas jalan yang
sudah dibuka tersebut telah mengalami suksesi alami menjadi hutan kembali. Dari 11,78
km ruas jalan yang akan dibuka kembali. 4,3 km sudah direalisasikan dan berada di dalam
kawasan hutan lindung dengan lebar jalan 12 meter. Masyarakat di sekitar pembangunan
jalan tersebut, telah memperingatkan para pelaku yang terlibat, tetapi mendapatkan “anca-
man” dari pelaku. Selain itu, Dinas Kehutanan Provinsi melalui UPTD KPH Wilayah 1 telah
melakukan penyelidikan kelapangan, dan membuktikan bahwa ruas jalan sepanjang 14 km
tersebut telah berada di dalam kawasan hutan lindung.
Ironis, pengelolaan hutan bahkan memungkinkan perusahan-perusahaan yang koruptif
justru mendapatkan sertifikasi legal. Dari 27 izin konsesi yang terlibat, 17 di antaranya
mendapatkan sertifikasi. Proses hukum tidak pernah diberlakukan kepada perusahaan-
perusahaan yang telah terbukti menyebabkan kerugian negara.
Boks 2
Pulau Padang merupakan salah satu pulau yang be-
rada di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Terda-
pat 14 Desa yang tersebar di dua kecamatan, dengan
luas 986,91 km2. Berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007 jo.
UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pe-
sisir dan Pulau-Pulau Kecil, pulau dengan luas kecil atau
sama dengan 2.000 km2 dikategorikan sebagai pulau
kecil dan tiboleh diberikan izin HTI. Pada kenyataanya
di Pulau Padang terdapat konsesi PT. RAPP (APRIL)
dengan luas konsesi 34.000 hektar atau setara 340 km2.
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.327/
MENHUT-II/2009 yang telah direvisi berdasarkan Kepu-
tusan Menteri Kehutanan No. SK.180/MENHUT-II/2013.
Padahal pulau kecil tidak ditujukan untuk eksploitasi
hutan berbasis investasi di sektor kehutanan, karena
pemanfaatan wilayah pesisi dan pulai kecil difokuskan
untuk pemanfaatan perairan.
Selain berada di kawasan pulau kecil, keberadaan
PT. RAPP di Pulau Padang juga melanggar Kepres No.
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan gam-
but dengan ketebalan 3 meter ke atas. Keberadaan PT.
RAPP di Pulau Padang berdasarkan penelusuran Eyes
on The Forest Riau juga menimbulkan konflik sosial
dengan masyarakat setempat. Salah satu bentuk protes
yang dilakukan masyarakat adalah aksi jahit mulut pada
tahun 2012 untuk menolak keberadaan PT. RAPP di Pu-
lau Padang.
Permasalahan dan konflik yang menyelimuti ke-
beradaan PT. RAPP di Pulau Padang, hingga saat ini
tidak mendapat respon dari pemerintah, bahkan kehad-
iran Presiden Jokowi melintasi Pulau Padang, November
2014 lalu, seolah tidak berdampak terhadap keberadaan
PT. RAPP di Pulau Padang.
Pulau Padang, Penghancuran yang Diizinkan
6 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN
No Nama Perusahaan SK Izin
Tanggal Keluar
Izin
Luas Izin Group
S-PHPL S-LK
1 PT. Artelindo
Wiratama (PT. AW)
SK Bupati Inhu No:
74/2002
11 April 2002 19.440 ha - - SMG /
APP
2 PT. Citra Sumber
Sejahtera (PT. CSS)
SK Bupati Inhu No.
330/2002
5 November
2002
16.500 ha - Ya RGE/
APRIL
3 PT. Bukit Batabuh Sei
Indah (PT. BBSI)
SK Bupati Inhu No.
331/2002
6 November
2002
13.450 ha - Ya RGE/
APRIL
4 PT. Mitra Kembang
Selaras (PT. MKS)
SK Bupati Inhu No.
352/2002
21 November
2002
14.450 ha - Ya RGE/
APRIL
5 PT. Sumber Maswa-
na Lestari (PT. SML)
SK Bupati Inhu No.
18/2003
10.000 ha - - -
6 PT. Bina Duta
Laksana (PT. BDL)
Bupati Inhil No. 17.a/TP/
VI/2002
Juni 2002 30.405 ha Ya Ya SMG /
APP
7 PT. Riau Indo
Agropalma (PT. RIA)
Bupati Inhil No. 17.a/TP/
VI/2002
3 Juni 2002 16.500 ha - Ya SMG /
APP
8 PT. Merbau
Pelalawan Lestari
Kep. Bup No. 522.21/
IUPHHK-HT/XII/2002/004
17 Desember
2002
+ 5.590 ha - Ya RGE /
APRIL
9 PT. Selaras Abadi
Utama
Kep. Bup No. 522.21/
IUPHHK-HT/XII/2002/005
30 Desember
2002
+ 11.690 ha - Ya RGE /
APRIL
10 PT. Uniseraya Kep Bup No. 522.21/
IUPHHK-HT/XII/2002
30 Desember
2002
+ 35.000 ha - Ya RGE/
APRIL
11 CV. Tuah Negeri Kep Bup No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/006
25 Januari
2013
+ 1500 ha - - RGE/
APRIL
12 CV. Mutiara Lestari Kep Bup No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/007
25 Januari
2003
+ 4000 ha - - RGE/
APRIL
13 CV. Putri Lindung
Bulan
Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/005
25 Januari
2003
+ 2500 ha - - RGE/
APRIL
14 PT. Mitra Tani Nusa
Sejati
Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/009
27 Januari
2003
+ 7.300 ha - Ya RGE/
APRIL
15 PT. Rimba Mutiara
Permai
Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/008
27 Januari
2003
+ 9.000 ha - Ya RGE/
APRIL
16 CV. Bhakti Praja
Mulia
Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/011
+ 5.800 ha - - RGE/
APRIL
17 PT. Triomas FDI Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/012
29 Januari
2003
+ 9.625 ha - Ya RGE/
APRIL
18 PT. Satria Perkasa
Agung
Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/013
29 Januari
2003
+ 12.000
ha
- Ya RGE/
APRIL
19 PT. Mitra Hutani Jaya Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/014
29 Januari
2003
+ 10.000
ha
- Ya SMG/
APP
20 CV. Alam Lestari Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/015
30 Januari
2003
+ 3.300 ha - - RGE/
APRIL
21 PT. Madukoro Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/017
31 Januari
2003
+ 15.000
ha
- - RGE/
APRIL
22 CV. Harapan Jaya Kep. Bup. No. 522.21/
IUPHHK-HT/I/2003/016
31 Januari
2003
+ 4.800 ha - - RGE/
APRIL
77
7KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR
No Nama Perusahaan SK Izin
Tanggal Keluar
Izin
Luas Izin Group
S-PHPL S-LK
23 PT. Bina Daya Bintara SK Nomor 02/IUPHHK/I/
2003
18 Januari
2003
± 8000 ha - Ya RGE/
APRIL
24 PT. Seraya Sumber
Lestari
SK Nomor 03/IUPHHK/I/
2003
27 Januari
2003
+ 8300 ha - Ya RGE/
APRIL
25 PT. Balai Kayang
Mandiri
SK Nomor 04/IUPHHK/
II/2003
3 Febuari 2003 21.450 ha - Ya SMG/
APP
26 PT. Rimba Mandau
Lestari
SK Nomor 05/IUPHHK/
II/ 2003
3 Febuari 2003 ± 6400 ha - Ya SMG/
APP
27 PT. National Timber
and Forest Product
SK Nomor 02/IUPHHK/
II/ 2003
03 Febuari 8300 ha - - RGE/
APRIL
Pengelolaan Hutan dan Kebun Menjadi Ruang Konflik
Berdasarkan data Sawit Watch tahun 2012 terdapat 664 konflik antara masyarakat
dengan perusahaan. Beberapa penyebab konflik tersebut sangat beragam, baik itu persoalan
kompensasi kepada masyarakat yang lahannya diambil, maupun dikarenakan terampasnya
secara sewenang-wenang akses masyarakat terhadap sumber daya hutan. Berdasarkan data
koalisi, sebagian besar konsesi hutan tanaman, hutan alam, maupun usaha perkebunan
rentan berkonflik dengan masyarakat. Tercatat setidaknya 30 korporasi di sektor kehutanan
dan perkebunan tersebut berkonflik lahan dengan masyarakat. Sehingga dari lebih dari 50
persen wilayah konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam berkonflik
dengan masyarakat.
No Perusahaan Provinsi Perizinan dan Hak Tipologi Konflik
1 PT Rapala Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat
2 PT Patria Kamoe Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat
3 PT Dua Perkasa Lestari Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat
4 PT Sari Inti Rakyat Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat
5 PT Atakana Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan satwa gajah
6 PT Dwi Kencana Semesta Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan satwa gajah
7 PT Syaukat Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat
8 PT Setia Agrindo Lestari Riau Izin Usaha Perkebunan Konflik dengan masyarakat
9 PT Duta Palma Riau Izin Usaha Perkebunan Konflik dengan masyarakat
10 PT Suntara Gajapati Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa
11 PT Lestari Unggul Makmur Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
12 PT Ruas Jaya Utama Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa
13 PT Arara Abadi Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa
14 PT RAPP Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa
8 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN
No Perusahaan Provinsi Perizinan dan Hak Tipologi Konflik
15 PT Bhara Induk Riau Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
16 PT Hutani Sola Lestari Riau Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
17 PT Sumatera Riang Lestari Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
18 PT Nasional Sago Prima Riau Hutan Tanaman Bukan
Kayu
Konflik dengan masyarakat
19 PT Bina Duta Laksana Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa
20 PT Dhara Silva Lestari Sumbar Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
21 PT Putra Lika Sejahtera Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
22 PT Hutan Barumun Perkasa Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
23 PT Toba Pulp Lestari Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
24 PT Hutan Barumun Perkasa Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
25 PT Multi Sibolga Timber Sumut Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
26 PT Barumun Padang Raya
Langkat
Sumut Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
27 PT Sumatera Silva Lestari Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat
28 PT Teluk Nauli Sumut Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
29 PT SMART Sumut Perkebunan Konflik dengan masyarakat
30 PT Minas Pagai Lumber Sumbar Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
31 PT Salaki Summa Sejahtera Sumbar Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
32 PT Andalas Merapi Timber Sumbar Hutan Alam Konflik dengan masyarakat
Proses Hukum Korupsi Masih Memberikan Keuntungan
Bagi Korporasi Hitam
Penegakan hukum terkait perkara-perkara kejahatan kehutanan, khususnya terkait
pertkara tindak pidana korupsi meberikan hasil yang cukup signifikan. Hal ini dapat diliha
dari kasus di Pelalawan yang menjerat Tengku Azmun Ja’far menjadi tonggak pelaksanaan
pemberantasan mafia hutan. Dalam amar Putusan dari Pengadilan Tingkat Pertama, Banding
hingga Kasasi secara jelas disebutkan bahwa perbuatan yang dilakukan oeh tengu Azmun
Jafar mergikan keuangan negara dengan memberikan keuntungan bagi korporasi penerima
izin sebesar 1,2 triliyun rupiah.
Selanjutnya, pada perkara yang melibatkan Arwin AS, disebutkan juga bahwa negara
mengalami kerugian paling tidak 300 milyar. Hanya saja, pelaksanaannya penegakan hukum
dengan menggunakan instrumen anti korusi, mengingat pengembalian kerugian negara
belum berhasil terlaksanan. Walaupun dalam putusan-putusan pemidanaaan perkara
korupsi secara jelas disebutkan keterlibatan korporasi-korporasi yang terafiliasi dengan
APP dan APRIL tersebut, namun kelangsungan penebangan hutan budidaya akasia di areal
konses terus berlangsung.
99
9KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR
Kasus Korupsi Kerugian Negara Status
Kasus Pelalawan
melibatkan 15 korporasi
1,2 trilyun rupiah Sudah inkracht untuk penyelenggara negara, tapi
untuk korporasi diperintahkan untuk diproses
hukum pengembalian kerugian negaranya.
“Mengingat seadainya kerugian negara dalam
perkara a quo akan diupayakan pengembaliannya,
maka masih diperlukan prosesi dan mekanisme
tersendiri”
Kasus Siak melibatkan 5
korporasi
300 milyar rupiah Sudah inkracht, tidak diarahkan adanya
pengembalian kerugian negara.
Kasus Inhu dan Inhil
melibatkan 7 korporasi
2,1 trilyun rupiah (perkiraan
berdasarkan tutupan hutan
50 mkub/ha)
Dalam proses.
Kasus alih fungsi lahan
proyek Asahan 3
5 milyar Penetapan tersangka.
Kasus KBR 5 milyar Proses persidangan.
Kasus GDS Proses persidangan.
TOTAL 3,12 trilyun rupiah.
WALHI Riau (2014), WALHI Sumut
Dari modus yang sama, penerbitan izin IUPHHK-HT oleh Bupati yang tidak memiliki
kewenangan dan berada di atas kawasan hutan yang seharusnya tidak dapat dibebankan izin
juga juga terjadi di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Terkait dengan upaya yang
hendak dilakukan guna melakukan pemulihan kerugian keuangan negara tersebut, maka
terhadap Bupati penerbit izin dan korporasi penerima izin telah dilangsungkan pelaporan
kepada KPK. Untuk di kedua kabupaten tersebut, koalisi memperhitungkan setidaknya
kerugian negara mencapai 2,1 trilyun rupiah.
REKOMENDASI
Berdasarkan kondisi tersebut, Koalisi Masyarakat Sipil Sumatera Bagian Utara dan Koalisi
Anti Mafia Hutan menuntut:
1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemerintah Daerah menyelesaikan pen-
gukuhan kawasan hutan dengan cara yang partisipatif dan memperhatikan hak-hak masya-
rakat atas hutan.
2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian terkait mela-
kukan audit perizinan terhadap seluruh kegiatan usaha perkebunan dan kehutanan.
3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian beserta Pe-
merintah Daerah untuk menyelesaikan konflik dengan masyarakat.
4. Aparat Penegak Hukum, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi agar menindaklanjuti
proses peradilan di Kabupaten Pelalawan, Siak dan Inhu-Inhil dengan menuntut pengem-
balian kerugian negara yang utuh terhadap korporasi yang terlibat kasus korupsi.
10 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN
PENGAWASAN MASYARAKAT SIPIL ATAS KORSUP
SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BAGIAN UTARA
KOALISI ANTI MAFIA HUTAN
WALHI Aceh, WALHI Sumut, WALHI Sumbar,
WALHI Riau, GeRAK Aceh, Auriga, Perkumpulan Qbar ,
YCMM, PBHI Sumatera Barat, FITRA Riau, Riau Corruption Trial,
Jikalahari, Sawit Watch, PWYP Indonesia, TUK Indonesia

More Related Content

What's hot

Izin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat AdministrasiIzin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
People Power
 
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesiaBagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Raflis Ssi
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
walhiaceh
 
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang AdilPolicy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Yoel Hendrawan
 
Maratorium pansus
Maratorium pansusMaratorium pansus
Maratorium pansus
septianm
 
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis Ssi
 
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
teguh soedrajat
 
Kejahatan peta
Kejahatan petaKejahatan peta
Kejahatan peta
Raflis Ssi
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
People Power
 
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananFenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananRaflis Ssi
 
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
septianm
 
Carut Marut Tambang di Bumi Celebes
Carut Marut Tambang di Bumi CelebesCarut Marut Tambang di Bumi Celebes
Carut Marut Tambang di Bumi Celebes
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesiaRezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Raflis Ssi
 
Kejahatanan kehutanan
Kejahatanan kehutananKejahatanan kehutanan
Kejahatanan kehutananSang Edw
 
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanKorupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Raflis Ssi
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
npgkuja
 
Kawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruangKawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruang
Raflis Ssi
 
Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008
Raflis Ssi
 

What's hot (20)

Izin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat AdministrasiIzin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
 
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesiaBagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
Bagaimana negara dan korporasi mengurus hutan indonesia
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
 
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang AdilPolicy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
 
Maratorium pansus
Maratorium pansusMaratorium pansus
Maratorium pansus
 
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
 
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
 
Kejahatan peta
Kejahatan petaKejahatan peta
Kejahatan peta
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutananFenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
 
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
 
Carut Marut Tambang di Bumi Celebes
Carut Marut Tambang di Bumi CelebesCarut Marut Tambang di Bumi Celebes
Carut Marut Tambang di Bumi Celebes
 
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesiaRezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
Rezim politik perizinan berbasis lahan di indonesia
 
Kejahatanan kehutanan
Kejahatanan kehutananKejahatanan kehutanan
Kejahatanan kehutanan
 
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanKorupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutan
 
presentasi TPTI
presentasi TPTIpresentasi TPTI
presentasi TPTI
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
 
Kawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruangKawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruang
 
Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008Data Dan Fakta Pp 26 2008
Data Dan Fakta Pp 26 2008
 

Viewers also liked

Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di RiauWalhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di RiauPeople Power
 
App performance-milestones-oct3-2013-
App performance-milestones-oct3-2013-App performance-milestones-oct3-2013-
App performance-milestones-oct3-2013-
rainforestactionnetwork
 
Uu 19 2001 Pjls
Uu 19 2001 PjlsUu 19 2001 Pjls
Uu 19 2001 Pjls
People Power
 
Sustianable forest management HAN YE
Sustianable forest management HAN YESustianable forest management HAN YE
Sustianable forest management HAN YE
Ye Han
 
Political Economy of Fire and Haze
Political Economy of Fire and HazePolitical Economy of Fire and Haze
Political Economy of Fire and Haze
CIFOR-ICRAF
 
An evaluation of sustainable forestry initiatives of APP
An evaluation of sustainable forestry initiatives of APPAn evaluation of sustainable forestry initiatives of APP
An evaluation of sustainable forestry initiatives of APP
Ye Han
 
Moral
MoralMoral
Menguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragediMenguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragedi
Aksi SETAPAK
 
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambangRakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesianPolicy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Resource News
Resource NewsResource News
Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1
Aksi SETAPAK
 
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Raflis Ssi
 
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi RiauKebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
People Power
 
Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...
Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...
Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...
Dimebag Darrell
 
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahanStudi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-landPolicy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Aksi SETAPAK
 
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasiRuang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Aksi SETAPAK
 
Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...
Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...
Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...
GlobalEnvironmentCentre
 
Ypb 25 agustus 2016
Ypb 25 agustus 2016Ypb 25 agustus 2016
Ypb 25 agustus 2016
Panji Kharisma Jaya
 

Viewers also liked (20)

Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di RiauWalhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
 
App performance-milestones-oct3-2013-
App performance-milestones-oct3-2013-App performance-milestones-oct3-2013-
App performance-milestones-oct3-2013-
 
Uu 19 2001 Pjls
Uu 19 2001 PjlsUu 19 2001 Pjls
Uu 19 2001 Pjls
 
Sustianable forest management HAN YE
Sustianable forest management HAN YESustianable forest management HAN YE
Sustianable forest management HAN YE
 
Political Economy of Fire and Haze
Political Economy of Fire and HazePolitical Economy of Fire and Haze
Political Economy of Fire and Haze
 
An evaluation of sustainable forestry initiatives of APP
An evaluation of sustainable forestry initiatives of APPAn evaluation of sustainable forestry initiatives of APP
An evaluation of sustainable forestry initiatives of APP
 
Moral
MoralMoral
Moral
 
Menguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragediMenguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragedi
 
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambangRakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
 
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesianPolicy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
 
Resource News
Resource NewsResource News
Resource News
 
Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1
 
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
Temuan Terhadap Kebakaran Hutan Pada Konsesi
 
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi RiauKebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
 
Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...
Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...
Analisa kasus kejahatan bisnis yang dilakukan oleh korporasi dalam perspektif...
 
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahanStudi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
 
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-landPolicy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
 
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasiRuang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasi
 
Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...
Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...
Giam Siak Kecil and Bukit Batu Biosphere Reserve: A public-private sector ini...
 
Ypb 25 agustus 2016
Ypb 25 agustus 2016Ypb 25 agustus 2016
Ypb 25 agustus 2016
 

Similar to Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isi

Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin HancurKorupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Statement Bersama Sorak.
Statement Bersama Sorak.Statement Bersama Sorak.
Statement Bersama Sorak.
People Power
 
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesianPolicy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASIPeople Power
 
Trend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riauTrend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riauRaflis Ssi
 
Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)
Chairullah Revolusi
 
Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)
Chairullah Revolusi
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
01112015
 
Hutan desa setengah hati
Hutan desa   setengah hatiHutan desa   setengah hati
Hutan desa setengah hatiZainuri Hasyim
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
Yan Budianto
 
Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...
Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...
Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...
Muhammad Hafizhurrahman
 
Illegal Di Kerumutan
Illegal Di KerumutanIllegal Di Kerumutan
Illegal Di Kerumutan
People Power
 
Analisis Rtrwp Riau 2007
Analisis Rtrwp Riau 2007Analisis Rtrwp Riau 2007
Analisis Rtrwp Riau 2007
Raflis Ssi
 
Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001People Power
 
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau EditProblematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau EditRaflis Ssi
 
Gub bengkulu-rezim-perizinanl
Gub bengkulu-rezim-perizinanlGub bengkulu-rezim-perizinanl
Gub bengkulu-rezim-perizinanl
Aksi SETAPAK
 
LAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docx
LAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docxLAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docx
LAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docx
tarunaalas
 

Similar to Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isi (18)

Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin HancurKorupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
 
Statement Bersama Sorak.
Statement Bersama Sorak.Statement Bersama Sorak.
Statement Bersama Sorak.
 
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesianPolicy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Trend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riauTrend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riau
 
Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)
 
Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
 
Hutan desa setengah hati
Hutan desa   setengah hatiHutan desa   setengah hati
Hutan desa setengah hati
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...
Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...
Kajian Penolakan Izin Operasi Produksi Pertambangan Batu Bara PT. Mantimin Co...
 
Illegal Di Kerumutan
Illegal Di KerumutanIllegal Di Kerumutan
Illegal Di Kerumutan
 
Analisis Rtrwp Riau 2007
Analisis Rtrwp Riau 2007Analisis Rtrwp Riau 2007
Analisis Rtrwp Riau 2007
 
Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001
 
Lingkungan Riau
Lingkungan RiauLingkungan Riau
Lingkungan Riau
 
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau EditProblematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
Problematik Sektor Kehutanan Perkebunan Di Provinsi Riau Edit
 
Gub bengkulu-rezim-perizinanl
Gub bengkulu-rezim-perizinanlGub bengkulu-rezim-perizinanl
Gub bengkulu-rezim-perizinanl
 
LAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docx
LAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docxLAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docx
LAPORAN PERJALANAN DINAS 25 JULI 2019.docx
 

More from Aksi SETAPAK

Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-womenWacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Aksi SETAPAK
 
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digitalWacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Aksi SETAPAK
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesianUncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-englishUncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Aksi SETAPAK
 
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesianTata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesiaTaf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Aksi SETAPAK
 
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Aksi SETAPAK
 
State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013
Aksi SETAPAK
 
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-englishPolicy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-englishPolicy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesianPolicy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-englishPolicy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesianPolicy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-englishPolicy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-pemali-indonesian
Policy brief-pemali-indonesianPolicy brief-pemali-indonesian
Policy brief-pemali-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-pemali-english
Policy brief-pemali-englishPolicy brief-pemali-english
Policy brief-pemali-english
Aksi SETAPAK
 
Policy brief-csf-unmul-english
Policy brief-csf-unmul-englishPolicy brief-csf-unmul-english
Policy brief-csf-unmul-english
Aksi SETAPAK
 
Permit review-icel-indonesian
Permit review-icel-indonesianPermit review-icel-indonesian
Permit review-icel-indonesian
Aksi SETAPAK
 
Permit review-english-icel-dec-2013
Permit review-english-icel-dec-2013Permit review-english-icel-dec-2013
Permit review-english-icel-dec-2013
Aksi SETAPAK
 

More from Aksi SETAPAK (20)

Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-womenWacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
 
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digitalWacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesianUncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-englishUncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
 
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesianTata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
 
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesiaTaf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
 
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
 
State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013
 
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
 
Policy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-englishPolicy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-english
 
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-englishPolicy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-english
 
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesianPolicy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesian
 
Policy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-englishPolicy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-english
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesianPolicy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-englishPolicy brief-pena-psap-konphalindo-english
Policy brief-pena-psap-konphalindo-english
 
Policy brief-pemali-indonesian
Policy brief-pemali-indonesianPolicy brief-pemali-indonesian
Policy brief-pemali-indonesian
 
Policy brief-pemali-english
Policy brief-pemali-englishPolicy brief-pemali-english
Policy brief-pemali-english
 
Policy brief-csf-unmul-english
Policy brief-csf-unmul-englishPolicy brief-csf-unmul-english
Policy brief-csf-unmul-english
 
Permit review-icel-indonesian
Permit review-icel-indonesianPermit review-icel-indonesian
Permit review-icel-indonesian
 
Permit review-english-icel-dec-2013
Permit review-english-icel-dec-2013Permit review-english-icel-dec-2013
Permit review-english-icel-dec-2013
 

Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isi

  • 1. 11 1KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR Buruknya Tata Kelola Hutan dan Lahan di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau Disusun oleh: WALHI Aceh, WALHI Sumut, WALHI Sumbar, WALHI Riau, GeRAK Aceh, Auriga, Perkumpulan Qbar , YCMM, PBHI Sumatera Barat, FITRA Riau, Riau Corruption Trial, Jikalahari, Sawit Watch, PWYP Indonesia, TUK Indonesia KOALISI ANTI MAFIA HUTAN Kertas Posisi
  • 2. 2 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR H UTAN SUMATERA HANCUR OLEH KORUPSI. Kajian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2014 terkait Sistem Perizinan di Sektor Kehutanan menemukan potensi suap di sektor perizinan mencapai Rp 22 miliar. Kajian tersebut seolah mengafirmasi apa yang terjadi pada kasus-kasus yang terjadi di Riau selama ini. Sumatera bagian utara berulang kali didera kasus korupsi kehutanan. Korupsi terbukti oleh Adelin Lis di Mandailing Natal, terang juga terlihat dalam Azmun Jaafar di Riau. Selain Tengku Azmun, belum lama, Annas Maamun tertangkap tangan oleh KPK terkait dengan suap menyuap perubahan kawasan hutan untuk perkebunan PT Duta Palma. Pembelajaran kasus-kasus dan kajian, tersebut mendorong KPK untuk menginisiasi ditanda tanganinya Nota Kesepakatan Bersama 29 Kementerian dan Lembaga Negara tentang Gerakan Penyelamatan Sumber Daya Alam (NKB GN-PSDA) yang ditanda tangani pada 19 Maret 2015. Kertas posisi ini disusun sebagai respon kelompok masyarakat sipil yang bersumber dari hasil pemantauan dan kerja-kerja kelompok masyarakat sipil di isu perkebunan dan hutan. Berdasarkan temuan koalisi: 1. Pembiaran hutan tanpa kepastian hukum, 2. Kesemrawutan penerbitan izin hutan dan perkebunan, 3. Pengelolaan hutan dan kebun menjadi ruang konflik, dan 4. Penegakan hukum masih memberikan keuntungan bagi korporasi hitam. Pembiaran Hutan Tanpa Kepastian Hukum Salah satu persoalan yang memberikan ruang terjadinya korupsi adalah ketidak pastian kawasan hutan. Di antaranya dikarenakan pengukuhan kawasan hutan tidak kunjung selesai hingga saat ini. Di sisi lain, perubahan peruntukan kawasan hutan maupun tata ruang yang ada pun ditengarai lebih banyak digunakan untuk kepentingan kegiatan-kegiatan usaha eksploitatif skala besar bahkan, bukan untuk masyarakat. Kasus Duta Palma menjadi ilustrasi terjadinya pemutihan perkebunan sawit ilegal melalui mekanisme perubahan peruntukan kawasan hutan maupun kawasan hutan. Salah satu permasalahan yang ditemukan, misalnya, di Sumatera Utara, pada tahun 2005, Menteri Kehutanan menerbitkan SK 44/Menhut-II/2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Di Wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas + 3.742.120 hektar. Kemudian, tanpa Korupsi Subur, Hutan Sumatera Hancur Buruknya Tata Kelola Hutan dan Lahan di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau
  • 3. 33 3KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR ada informasi tindak lanjut proses pasca penunjukan, pada tahun 2014 Menteri Kehutanan mengeluarkan SK 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara dengan luas + 3.055.795 hektar. Kedua keputusan tersebut memiliki beberapa perbedaan, salah satunya terkait luas kawasan hutan, ada pengurangan luas sebesar 686.326 hektar. Pengurangan ini justru sebagian besar terjadi di dalam kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas, tanpa informasi yang memadai alasan perubahan peruntukan tersebut. Selain itu, dalam SK 579 tidak disebutkan dengan jelas pencatatan status pengukuhan kawasan hutannya. Apa yang terjadi di Sumatera Utara tersebut terjadi juga di Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Penerbitan SK Menhut 878/2014 pada tanggal 29 September 2014 bahkan diterbitkan hanya selang kurang dari seminggu sejak ditangkapnya Annas Maammun. Sementara itu, WALHI Aceh saat ini sedang melakukan judicial review terhadap SK 941/2013 Mahkamah Agung karena menilai bahwa perubahan peruntukkan kawasan hutan tersebut berpotensi menyebabkan kerusakan hutan lebih jauh. Provinsi Nomor Keputusan Permasalahan Luas Aceh 941/Menhut-II/2013 Perubahan peruntukan kawasan hutan dianggap menyebabkan kerusakan hutan. 3.388.281 ha Sumatera Utara SK.579/Menhut-II/2014 Terjadi pengurangan seluas 686 ribu hektar tanpa keterangan yang jelas dasar pengu- rangannya dan kejelasan tahapan pengu- kuhannya. Di sisi lain, proses pengukuhan kawasan hutan berjalan lambat. 3.055.795 ha Sumatera Barat 579/Menhut-II/2014 Pengukuhan kawasan hutan belum mem- berikan kepastian status kawasan, khusus- nya terhadap hak ulayat masyarakat. 2.342.894 ha Riau 878/Menhut-II/2014 Cenderung melegalkan kepentingan usaha skala besar, terutama perkebunan. 5.499.693 ha Boks 1 Kesatuan pengelolaan hutan adalah bentuk pengelo- laan di tingkat tapak untuk sumatera utara sesuai den- gan SK.102/Menhut-II/2010 tentang penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) dan kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) provinsi Sumatera Utara. Dengan total luasan KPH adalah ± 3.196.380 ter- diri dari KPHL ± 1.364.497 dan KPHP ± 1.831.884. Ter- jadi selisih 1 hektar, penggunaan tanda baca kurang lebih di suatu putusan menteri menandakan ketidak akuratan data. Karena kesatuan pengelolaan hutan merupakan tata kelola di tingkat tapak maka SK.102 perlu di sandingkan dengan SK.579. setelah luasan Kawasan SuakaAlam dan Kawasan Perlindungan Alam dan Taman Buru dikeluarkan berikut adalah selisih SK.102 dan SK.579. Wahana Lingkungan hidup Sumatera Utara menolak SK.102. Argumentasi penolakan terhadap SK.102 ada- lah Kementrian kehutanan tidak (1) melaksanakan keg- iatan inventarisasi hutan sebagaimana ketentuan pasal 13 (2) tidak melaksanakan pengukuhan kawasan hutan sebagaimana ketentuan pasal 14. Karena kesatauan pengelolaan hutan adalah pengelolaan di tingkat tapak maka kedua pasal ini harus diselesaikan terlebih dahulu oleh negara dalam hal ini Kementrian Kehutanan. Jika tiga instrumen ini tidak segera di selesaikan oleh KLHK maka gesekan dan ledakan persoalan tinggal menunggu waktu saja yang pada akhirnya bukannya kesatuan pen- gelolaan hutan akan tetapi kehancuran pengelolaan hu- tan Sumatera Utara. KPHSU “Kesatuan Pengelolaan Hutan Sumatra Utara“ atau KPHSU ”KEHANCURAN Pengelolaan Hutan Sumatera Utara”
  • 4. 4 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN Kesemrawutan Praktik Perizinan di Sektor Kehutanan dan Pekebunan Kesemrawutan praktik perizinan di sektor kehutanan dan perkebunan terutama terlihat dari banyaknya perizinan yang diberikan tidak sesuai dengan peruntukan ruangnya. Bahkan tidak jarang pula tumpang tindih dengan perizinan lainnya. Sebagai misal, PT Setia Agrindo Lestari seluas 17 ribu hektar tumpang tindih izin hutan alam, PT Mutiara Sabuk Khatu- listiwa dengan luasan 44 ribu hektar. Khususnya terkait sawit, carut marut perkebunan kelapa sawit dapat dilihat dari pernyataan Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan sebelumnya yang menyebutkan “dari luas 4 juta hektare (perkebunan sawit di Riau), 2 juta hektare dian- taranya merupakan kebun sawit ilegal karena tidak memiliki izin. Jadi secara teori, mestinya (Pemerintah Provinsi Riau) tidak boleh lagi mengeluarkan izin perkebunan.”1 Bahkan menu- rut Zulkifli, lokasi perkebunan kelapa sawit illegal tersebut berada di kawasan hutan dan beberapa diantaranya berada di kawasan lindung. Merujuk pada data tersebut, maka Zulkifli yang pada saat itu menjabat Menteri Kehutanan meminta kepada Pemerintah Daerah untuk menghentikan penerbitan izin baru perkebunan kelapa sawit. Perusahaan Usaha Provinsi Tumpang Tindih PT Setia Agrindo Lestari Perkebunan Riau Diterbitkan di dalam Hutan Produksi Konversi dan tumpang tindih dengan PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa dan Bina Keluarga. PT Perkebunan Serdang Hulu Perkebunan Sumatera Utara Diterbitkan di dalam kawasan hutan produksi dan tumpang tindih dengan IUPHHK-HA PT. Mulya Karya Jayaco. PT Panca Agro Lestari Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan PT Palma Satu Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan PT Banyu Bening Utama Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan PT Seberida Subur Perkebunan Riau Diterbitkan dalam kawasan hutan WALHI Aceh, WALHI Sumut, WALHI Riau Selain persoalan tumpang tindih, perizinan di sektor kehutanan perkebunan juga punya kecenderungan menerabas peraturan perundang-undangan. Di sektor perkebunan, berda- sarkan penelitian Transformasi Untuk Keadilan pada tahun 2013 perkebunan kelapa sawit di Indonesia hanya dikuasai oleh 25 grup, di mana Grup Sinar Mas menguasai lahan terbe- sar dengan luas 471.100 hektar lahan yang telah ditanami, diikuti oleh Grup Salim seluas 326.136 hektar, Jardine Matheson Grout seluas 281.378 hektar, sedangkan penguasaan lahan terkecil dari 25 grup tersebut oleh Grup Tiga Pilar Sejahtera seluas 16.836 hektar. Penguasaan lahan oleh Grup yang melebihi 100.000 hektar tersebut tidak sejalan dengan Permentan No. 98 Tahun 2013. WALHI Riau menemukan penerbitan izin di sektor kehuta- nan juga tidak lepas dari masalah. Pemberian izin hutan tanaman di Pulau Padang jelas-jelas 1 50% Perkebunan sawit di Riau illegal, 6 Agusutus 2014 diakses dari htp://kanalsatu.com/id/post/29082/50-- perkebunan-sawit-di-riau-ilegal pada 19 Maret 2015.
  • 5. 55 5KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR bertentangan dengan UU No. 27 Tahun 2007 jo. UU No. 1 Tahun 2014 yang melarang pem- berian konsesi di dalam pulau kecil. Hingga konsesi hutan tersebut menguasai 34% wilayah Pulau Padang. Permasalahan lainnya, konsesi hutan yang tidak aktif kemudian memungkinkan juga terjadinya akses perambahan ilegal. Sebagai ilustrasi di WALHI Aceh, koalisi menemukan adanya pembukaan ruas jalan di dalam hutan lindung melalui HPH yang tidak lagi aktif. Ruas jalan tersebut telah dibangun sejak tahun 1981 oleh perusahaan HPH ARS-Aceh Inti Timber sepanjang 18 km sebagai jalan operasional, pada masa konflik bersenjata di Aceh, sejumlah HPH tidak beroperasi, termasuk HPH ARS-Aceh Inti Timber, dan ruas jalan yang sudah dibuka tersebut telah mengalami suksesi alami menjadi hutan kembali. Dari 11,78 km ruas jalan yang akan dibuka kembali. 4,3 km sudah direalisasikan dan berada di dalam kawasan hutan lindung dengan lebar jalan 12 meter. Masyarakat di sekitar pembangunan jalan tersebut, telah memperingatkan para pelaku yang terlibat, tetapi mendapatkan “anca- man” dari pelaku. Selain itu, Dinas Kehutanan Provinsi melalui UPTD KPH Wilayah 1 telah melakukan penyelidikan kelapangan, dan membuktikan bahwa ruas jalan sepanjang 14 km tersebut telah berada di dalam kawasan hutan lindung. Ironis, pengelolaan hutan bahkan memungkinkan perusahan-perusahaan yang koruptif justru mendapatkan sertifikasi legal. Dari 27 izin konsesi yang terlibat, 17 di antaranya mendapatkan sertifikasi. Proses hukum tidak pernah diberlakukan kepada perusahaan- perusahaan yang telah terbukti menyebabkan kerugian negara. Boks 2 Pulau Padang merupakan salah satu pulau yang be- rada di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Terda- pat 14 Desa yang tersebar di dua kecamatan, dengan luas 986,91 km2. Berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007 jo. UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pe- sisir dan Pulau-Pulau Kecil, pulau dengan luas kecil atau sama dengan 2.000 km2 dikategorikan sebagai pulau kecil dan tiboleh diberikan izin HTI. Pada kenyataanya di Pulau Padang terdapat konsesi PT. RAPP (APRIL) dengan luas konsesi 34.000 hektar atau setara 340 km2. berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.327/ MENHUT-II/2009 yang telah direvisi berdasarkan Kepu- tusan Menteri Kehutanan No. SK.180/MENHUT-II/2013. Padahal pulau kecil tidak ditujukan untuk eksploitasi hutan berbasis investasi di sektor kehutanan, karena pemanfaatan wilayah pesisi dan pulai kecil difokuskan untuk pemanfaatan perairan. Selain berada di kawasan pulau kecil, keberadaan PT. RAPP di Pulau Padang juga melanggar Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yang memberikan perlindungan terhadap kawasan gam- but dengan ketebalan 3 meter ke atas. Keberadaan PT. RAPP di Pulau Padang berdasarkan penelusuran Eyes on The Forest Riau juga menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat setempat. Salah satu bentuk protes yang dilakukan masyarakat adalah aksi jahit mulut pada tahun 2012 untuk menolak keberadaan PT. RAPP di Pu- lau Padang. Permasalahan dan konflik yang menyelimuti ke- beradaan PT. RAPP di Pulau Padang, hingga saat ini tidak mendapat respon dari pemerintah, bahkan kehad- iran Presiden Jokowi melintasi Pulau Padang, November 2014 lalu, seolah tidak berdampak terhadap keberadaan PT. RAPP di Pulau Padang. Pulau Padang, Penghancuran yang Diizinkan
  • 6. 6 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN No Nama Perusahaan SK Izin Tanggal Keluar Izin Luas Izin Group S-PHPL S-LK 1 PT. Artelindo Wiratama (PT. AW) SK Bupati Inhu No: 74/2002 11 April 2002 19.440 ha - - SMG / APP 2 PT. Citra Sumber Sejahtera (PT. CSS) SK Bupati Inhu No. 330/2002 5 November 2002 16.500 ha - Ya RGE/ APRIL 3 PT. Bukit Batabuh Sei Indah (PT. BBSI) SK Bupati Inhu No. 331/2002 6 November 2002 13.450 ha - Ya RGE/ APRIL 4 PT. Mitra Kembang Selaras (PT. MKS) SK Bupati Inhu No. 352/2002 21 November 2002 14.450 ha - Ya RGE/ APRIL 5 PT. Sumber Maswa- na Lestari (PT. SML) SK Bupati Inhu No. 18/2003 10.000 ha - - - 6 PT. Bina Duta Laksana (PT. BDL) Bupati Inhil No. 17.a/TP/ VI/2002 Juni 2002 30.405 ha Ya Ya SMG / APP 7 PT. Riau Indo Agropalma (PT. RIA) Bupati Inhil No. 17.a/TP/ VI/2002 3 Juni 2002 16.500 ha - Ya SMG / APP 8 PT. Merbau Pelalawan Lestari Kep. Bup No. 522.21/ IUPHHK-HT/XII/2002/004 17 Desember 2002 + 5.590 ha - Ya RGE / APRIL 9 PT. Selaras Abadi Utama Kep. Bup No. 522.21/ IUPHHK-HT/XII/2002/005 30 Desember 2002 + 11.690 ha - Ya RGE / APRIL 10 PT. Uniseraya Kep Bup No. 522.21/ IUPHHK-HT/XII/2002 30 Desember 2002 + 35.000 ha - Ya RGE/ APRIL 11 CV. Tuah Negeri Kep Bup No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/006 25 Januari 2013 + 1500 ha - - RGE/ APRIL 12 CV. Mutiara Lestari Kep Bup No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/007 25 Januari 2003 + 4000 ha - - RGE/ APRIL 13 CV. Putri Lindung Bulan Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/005 25 Januari 2003 + 2500 ha - - RGE/ APRIL 14 PT. Mitra Tani Nusa Sejati Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/009 27 Januari 2003 + 7.300 ha - Ya RGE/ APRIL 15 PT. Rimba Mutiara Permai Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/008 27 Januari 2003 + 9.000 ha - Ya RGE/ APRIL 16 CV. Bhakti Praja Mulia Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/011 + 5.800 ha - - RGE/ APRIL 17 PT. Triomas FDI Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/012 29 Januari 2003 + 9.625 ha - Ya RGE/ APRIL 18 PT. Satria Perkasa Agung Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/013 29 Januari 2003 + 12.000 ha - Ya RGE/ APRIL 19 PT. Mitra Hutani Jaya Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/014 29 Januari 2003 + 10.000 ha - Ya SMG/ APP 20 CV. Alam Lestari Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/015 30 Januari 2003 + 3.300 ha - - RGE/ APRIL 21 PT. Madukoro Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/017 31 Januari 2003 + 15.000 ha - - RGE/ APRIL 22 CV. Harapan Jaya Kep. Bup. No. 522.21/ IUPHHK-HT/I/2003/016 31 Januari 2003 + 4.800 ha - - RGE/ APRIL
  • 7. 77 7KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR No Nama Perusahaan SK Izin Tanggal Keluar Izin Luas Izin Group S-PHPL S-LK 23 PT. Bina Daya Bintara SK Nomor 02/IUPHHK/I/ 2003 18 Januari 2003 ± 8000 ha - Ya RGE/ APRIL 24 PT. Seraya Sumber Lestari SK Nomor 03/IUPHHK/I/ 2003 27 Januari 2003 + 8300 ha - Ya RGE/ APRIL 25 PT. Balai Kayang Mandiri SK Nomor 04/IUPHHK/ II/2003 3 Febuari 2003 21.450 ha - Ya SMG/ APP 26 PT. Rimba Mandau Lestari SK Nomor 05/IUPHHK/ II/ 2003 3 Febuari 2003 ± 6400 ha - Ya SMG/ APP 27 PT. National Timber and Forest Product SK Nomor 02/IUPHHK/ II/ 2003 03 Febuari 8300 ha - - RGE/ APRIL Pengelolaan Hutan dan Kebun Menjadi Ruang Konflik Berdasarkan data Sawit Watch tahun 2012 terdapat 664 konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Beberapa penyebab konflik tersebut sangat beragam, baik itu persoalan kompensasi kepada masyarakat yang lahannya diambil, maupun dikarenakan terampasnya secara sewenang-wenang akses masyarakat terhadap sumber daya hutan. Berdasarkan data koalisi, sebagian besar konsesi hutan tanaman, hutan alam, maupun usaha perkebunan rentan berkonflik dengan masyarakat. Tercatat setidaknya 30 korporasi di sektor kehutanan dan perkebunan tersebut berkonflik lahan dengan masyarakat. Sehingga dari lebih dari 50 persen wilayah konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam berkonflik dengan masyarakat. No Perusahaan Provinsi Perizinan dan Hak Tipologi Konflik 1 PT Rapala Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 2 PT Patria Kamoe Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 3 PT Dua Perkasa Lestari Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 4 PT Sari Inti Rakyat Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 5 PT Atakana Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan satwa gajah 6 PT Dwi Kencana Semesta Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan satwa gajah 7 PT Syaukat Aceh Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 8 PT Setia Agrindo Lestari Riau Izin Usaha Perkebunan Konflik dengan masyarakat 9 PT Duta Palma Riau Izin Usaha Perkebunan Konflik dengan masyarakat 10 PT Suntara Gajapati Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa 11 PT Lestari Unggul Makmur Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 12 PT Ruas Jaya Utama Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa 13 PT Arara Abadi Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa 14 PT RAPP Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa
  • 8. 8 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN No Perusahaan Provinsi Perizinan dan Hak Tipologi Konflik 15 PT Bhara Induk Riau Hutan Alam Konflik dengan masyarakat 16 PT Hutani Sola Lestari Riau Hutan Alam Konflik dengan masyarakat 17 PT Sumatera Riang Lestari Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 18 PT Nasional Sago Prima Riau Hutan Tanaman Bukan Kayu Konflik dengan masyarakat 19 PT Bina Duta Laksana Riau Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat dan satwa 20 PT Dhara Silva Lestari Sumbar Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 21 PT Putra Lika Sejahtera Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 22 PT Hutan Barumun Perkasa Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 23 PT Toba Pulp Lestari Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 24 PT Hutan Barumun Perkasa Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 25 PT Multi Sibolga Timber Sumut Hutan Alam Konflik dengan masyarakat 26 PT Barumun Padang Raya Langkat Sumut Hutan Alam Konflik dengan masyarakat 27 PT Sumatera Silva Lestari Sumut Hutan Tanaman Konflik dengan masyarakat 28 PT Teluk Nauli Sumut Hutan Alam Konflik dengan masyarakat 29 PT SMART Sumut Perkebunan Konflik dengan masyarakat 30 PT Minas Pagai Lumber Sumbar Hutan Alam Konflik dengan masyarakat 31 PT Salaki Summa Sejahtera Sumbar Hutan Alam Konflik dengan masyarakat 32 PT Andalas Merapi Timber Sumbar Hutan Alam Konflik dengan masyarakat Proses Hukum Korupsi Masih Memberikan Keuntungan Bagi Korporasi Hitam Penegakan hukum terkait perkara-perkara kejahatan kehutanan, khususnya terkait pertkara tindak pidana korupsi meberikan hasil yang cukup signifikan. Hal ini dapat diliha dari kasus di Pelalawan yang menjerat Tengku Azmun Ja’far menjadi tonggak pelaksanaan pemberantasan mafia hutan. Dalam amar Putusan dari Pengadilan Tingkat Pertama, Banding hingga Kasasi secara jelas disebutkan bahwa perbuatan yang dilakukan oeh tengu Azmun Jafar mergikan keuangan negara dengan memberikan keuntungan bagi korporasi penerima izin sebesar 1,2 triliyun rupiah. Selanjutnya, pada perkara yang melibatkan Arwin AS, disebutkan juga bahwa negara mengalami kerugian paling tidak 300 milyar. Hanya saja, pelaksanaannya penegakan hukum dengan menggunakan instrumen anti korusi, mengingat pengembalian kerugian negara belum berhasil terlaksanan. Walaupun dalam putusan-putusan pemidanaaan perkara korupsi secara jelas disebutkan keterlibatan korporasi-korporasi yang terafiliasi dengan APP dan APRIL tersebut, namun kelangsungan penebangan hutan budidaya akasia di areal konses terus berlangsung.
  • 9. 99 9KERTAS POSISI — KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR Kasus Korupsi Kerugian Negara Status Kasus Pelalawan melibatkan 15 korporasi 1,2 trilyun rupiah Sudah inkracht untuk penyelenggara negara, tapi untuk korporasi diperintahkan untuk diproses hukum pengembalian kerugian negaranya. “Mengingat seadainya kerugian negara dalam perkara a quo akan diupayakan pengembaliannya, maka masih diperlukan prosesi dan mekanisme tersendiri” Kasus Siak melibatkan 5 korporasi 300 milyar rupiah Sudah inkracht, tidak diarahkan adanya pengembalian kerugian negara. Kasus Inhu dan Inhil melibatkan 7 korporasi 2,1 trilyun rupiah (perkiraan berdasarkan tutupan hutan 50 mkub/ha) Dalam proses. Kasus alih fungsi lahan proyek Asahan 3 5 milyar Penetapan tersangka. Kasus KBR 5 milyar Proses persidangan. Kasus GDS Proses persidangan. TOTAL 3,12 trilyun rupiah. WALHI Riau (2014), WALHI Sumut Dari modus yang sama, penerbitan izin IUPHHK-HT oleh Bupati yang tidak memiliki kewenangan dan berada di atas kawasan hutan yang seharusnya tidak dapat dibebankan izin juga juga terjadi di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Terkait dengan upaya yang hendak dilakukan guna melakukan pemulihan kerugian keuangan negara tersebut, maka terhadap Bupati penerbit izin dan korporasi penerima izin telah dilangsungkan pelaporan kepada KPK. Untuk di kedua kabupaten tersebut, koalisi memperhitungkan setidaknya kerugian negara mencapai 2,1 trilyun rupiah. REKOMENDASI Berdasarkan kondisi tersebut, Koalisi Masyarakat Sipil Sumatera Bagian Utara dan Koalisi Anti Mafia Hutan menuntut: 1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemerintah Daerah menyelesaikan pen- gukuhan kawasan hutan dengan cara yang partisipatif dan memperhatikan hak-hak masya- rakat atas hutan. 2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian terkait mela- kukan audit perizinan terhadap seluruh kegiatan usaha perkebunan dan kehutanan. 3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian beserta Pe- merintah Daerah untuk menyelesaikan konflik dengan masyarakat. 4. Aparat Penegak Hukum, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi agar menindaklanjuti proses peradilan di Kabupaten Pelalawan, Siak dan Inhu-Inhil dengan menuntut pengem- balian kerugian negara yang utuh terhadap korporasi yang terlibat kasus korupsi.
  • 10. 10 KOALISI ANTI MAFIA HUTAN PENGAWASAN MASYARAKAT SIPIL ATAS KORSUP SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BAGIAN UTARA KOALISI ANTI MAFIA HUTAN WALHI Aceh, WALHI Sumut, WALHI Sumbar, WALHI Riau, GeRAK Aceh, Auriga, Perkumpulan Qbar , YCMM, PBHI Sumatera Barat, FITRA Riau, Riau Corruption Trial, Jikalahari, Sawit Watch, PWYP Indonesia, TUK Indonesia