Demonstrasi Kontekstual Modul 1.3. Visi Guru PenggerakpptxNovitaYosmira1
Â
Demonstrasi kontekstual modul 1.3 Visi Guru Penggerak, Manajemen Perubahan Inkuiri Apresiatif BAGJA.
Dokumen ini di buat untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 8.
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.3. Visi Guru PenggerakpptxNovitaYosmira1
Â
Demonstrasi kontekstual modul 1.3 Visi Guru Penggerak, Manajemen Perubahan Inkuiri Apresiatif BAGJA.
Dokumen ini di buat untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 8.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Â
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
1. 1.4.a.8 Koneksi Antar Materi
Modul 1.4 Budaya Positif
EMI BUDI HASTUTI
SMP N 1 WATUKUMPUL
CGP ANGKATAN 9
KAB PEMALANG
2. Keterkaitan Antar Materi
MODUL 1.1 MODUL 1.2 MODUL 1.3 MODUL 1.4
Filosofi Pemikiran
KHD
Nilai dan Peran Guru
Penggerak
Visi Guru Penggerak Budaya Positif
4. Filosofi Pemikiran KHD
Menuntun segala potensi dan kodrat anak
agar mereka mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan haruslah berpihak pada murid,
sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan
anak.
Sekolah ibarat lahan/tanah sedangkan murid ibarat
benihnya. Petani hanya bisa menyemai benih, merawat
dan menuntun hingga bertumbuh dan berbuah.
PENDIDIKAN ADALAH PENUNTUN
GURU DIIBARATKAN SEBAGAI PETANI
PENDIDIKAN MENGHAMBA PADA MURID
5. Nilai dan Peran
Guru Penggerak
Menjadi Pemimpin Pembelajaran
Menjadi Coach bagi Guru Lain
Mendorong Kolaborasi
Mewujudkan Kepemimpinan
Murid
Menggerakkan Komunitas
PERAN GURU PENGGERAK
Berpihak pada
Murid Mandiri
Reflektif
Inovatif
Kolaboratif
NILAI GURU PENGGERAK
6. TAHAPAN BAGJA
Buat Pertanyaan
Ambil Pelajaran
Gali Mimpi
Jabarkan Rencana
Atur Esekusi
Dalam mewujudkan perubahan,
diperlukan visi dan langkah-langkah
yang tepat dalam mencapainya.
Visi dapat terwujud jika terdapat
kerjasama dengan semua warga
sekolah, oleh karena itu dalam
mewujudkan visi diperlukan langkah
kongkrit menggunakan metode
Inkuiri Apresiatif dengan Tahapan
BAGJA
VISI GURU PENGGERAK
7. Budaya Positif
Berdasarkan penerapan tahapan BAGJA tersebut, akan
muncul pembiasaan-pembiasaan positif di sekolah yang
kita kenal dengan Budaya Positif.
Budaya Positif ini akan menimbulkan rasa aman dan
nyaman pada murid dalam proses pembelajaran.
Budaya Positif juga dapat mendorong murid untuk mampu
berfikir, bertindak, dan mencipta sebagai proses
memerdekakan dirinya sehingga murid lebih mandiri dan
bertanggungjawab.
9. Sejauh mana pemahaman anda tentang konsep-konsep inti yang telah anda pelajari di
modul ini, yaitu : Disiplin Positif, Teori Kontrol, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan,
Posisi Kontrol Guru, Kebutuhan Dasar Manusia, Keyakinan Kelas dan Segitiga Restitusi.
DISIPLIN POSITIF
KEBUTUHAN DASAR
NILAI KEBAJIKAN DAN
KEYAKINAN KELAS
SEGITIGA RESTITUSI
POSISI KONTROL
Disiplin Positif merupakan
pendekatan mendidik anak untuk
melakukan kontrol diri dan
pembentukan kepercayaan diri.
Bertahan Hidup
Kasih Sayang dan Rasa Diterima
Penugasan
Kebebasan
Kesenangan
Menstabilkan Identitas
Validasi Tindakan yang Salah
Menanyakan Keyakinan
Tujuan mulia di sini mengacu pada
nilai-nilai dan prinsip-prinsip mulia
yang dianut seseorang.
Pemberi Hukuman
Pembuat Rasa Bersalah
Teman
Pemantau
Manajer
10. Setelah mempelajari modul ini, saya berfikir bahwa untuk menciptakan
budaya positif di kelas maupun di sekolah harus melibatkan siswa dalam
perencanaan hingga pelaksanaan budaya positif, dengan harapan
mewujudkan kelas atau sekolah yang nyaman, aman, positif berdasarkan
keyakinan kelas atau sekolah yang diyakini bersama.
Perubahan lainnya bahwa posisi kontrol saya selama ini sebagai
penghukum atau pembuat merasa bersalah ternyata kurang tepat untuk
mewujudkan disiplin, sehingga saya perlu merubahnya menjadi posisi
kontrol manajer dan menerapkan Segitiga Restitusi
Perubahan apa yang terjadi pada cara berfikir Anda
dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun
sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
11. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan
konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas
maupun sekolah Anda?
Maka dari itu, saya perlu
melakukan pendekatan khusus
dalam menyosialisasikan budaya ini
kepada warga sekolah
Pengalaman yang pernah saya alami
dalam menerapkan konsep modul budaya
positif, ketika saya mempunyai keinginan
untuk menyelesaikan permasalahan
pelanggaran atau indisipliner siswa
dengan memposisikan diri sebagai
MANAJER, terkadang sikap saya
berbenturan dengan budaya sekolah yang
terbiasa MENGHUKUM siswa sebagai
langkah jitu membentuk disiplin.
12. Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut adalah merasa lebih
tertantang untuk mengimplementasikan posisi guru sebagai MANAJER
dan menerapkan Segitiga Restitusi dalam menangani kasus indisipliner
siswa. Karena dengan menempatkan diri sebagai MANAJER, guru akan
memberikan kesempatan kepada murid untuk mempertanggungjawabkan
perilaku dan mendukung murid menemukan solusi atas permasalahannya.
Saya juga merasa tertantang untuk menyusun strategi dalam
menyosialisasikan konsep Budaya Positif kepada rekan sejawat, agar kami
dapat berkolaborasi melakukan perubahan Budaya Positif di kelas maupun
sekolah.
Bagaimanakah perasaan Anda ketika
mengalami hal-hal tersebut?
13. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-
konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah
yang perlu diperbaiki?
Menurut saya, hal baik yang sudah ada di lingkungan kelas dan
sekolah adalah Disiplin Positif, Nilai-nilai Kebajikan, serta Keyakinan
Kelas yang dibangun bersama dengan Berpihak pada Murid.
Adapun yang perlu diperbaiki adalah Posisi Kontrol seorang guru
yang selama ini cenderung sebagai PENGHUKUM dan PEMBUAT
MERASA BERSALAH, menuju posisi seorang MANAJER.
14. Sebelumnya, saya sering menggunakan posisi
kontrol sebagai Penghukum dan Pemantau. Saat
itu, perasaan saya merasa sudah berjalan
sesuai ketentuan dengan langkah yang saya
berikan kepada murid saya walau hasilnya
ternyata masih kurang dari yang diharapkan.
Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba
menggunakan posisi kontrol sebagai Manajer.
Saat saya mampu memposisikan diri sebagai
Manajer dengan penerapan Segitiga Restitusi,
saya merasa bangga dengan murid saya yang
lebih menunjukkan rasa tanggungjawabnya saat
memperbaiki kesalahan.
Sebelum mempelajari modul ini, ketika
berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5
posisi kontrol, posisi manakah yang paling
sering Anda pakai, dan
bagaimana perasaan Anda saat itu?
Setelah mempelajari modul ini, posisi apa
yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan
Anda sekarang? Apa perbedaannya?
15. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga
restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap
mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Sebelumnya saya pernah menerapkan secara tidak sadar konsep Segitiga
Restitusi, namun tahapan restitusinya tidak secara utuh.
Tahapan yang tanpa sadar pernah saya lakukan adalah Menstabilkan
Identitas dan Validasi Tindakan yang Salah. Pada saat itu saya belum
menerapkan Menanyakan Keyakinan, karena saat itu saya cenderung
meminta siswa melakukan perbaikan atas kesalahannya berdasarkan cara
saya, bukan pendapat atau cara siswa sendiri.
16. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-
hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses
menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal yang menurut saya penting dalam menciptakan Budaya Positif adalah
Kolaborasi atau Kerjasama yang baik antara warga sekolah dan semua
stakeholder yang ada di kelas maupun sekolah serta Sarana Prasarana
sekolah yang mendukung.
Kerjasama warga sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai kebajikan diperlukan
agar dapat membangun Budaya Positif sekolah. Sarana Prasarana sekolah
sangat menunjang untuk mewujudkan sekolah yang nyaman, aman, dan
mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan. Karena itu penting
bagi kita memahami aset yang dimiliki sekolah dan memanfaatkannya
semaksimal mungkin aset yang ada.