SlideShare a Scribd company logo
Kode Etik Profesi Perencana
Pemahaman, Konsep Dasar, dan Penerapan
Oswar Mungkasa
Mata Kuliah PL 4005 Kapita Selekta
Sekolah Arsitek, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
9 April 2021
Kisi Tayangan
.
 Pemahaman
 Konsep Dasar
 Kode Etik Perencana Indonesia
 Belajar dari Mancanegara : Amerika dan
Afrika Selatan
19/10/2022
2
Pemahaman Kode Etik (1)
.
 sistem norma, nilai dan juga aturan profesional secara tertulis
dan sistematis dengan tegas menyatakan baik dan benar, serta
hal-hal yang tidak benar atau tidak baik bagi sebuah profesi
 norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat
maupun di tempat kerja.
 kaidah moral yang berlaku khusus untuk orang-orang
profesional di suatu bidang tertentu (Sonny Keraf). Moral ini
merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai
positif sesuai dengan norma yang ada di suatu masyarakat.
 norma dan etika yang mengikat perilaku pelaku dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan (pasal 43 UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Pemahaman Kode Etik (2)
.
 pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari (UU
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)
 disusun dan disepakati bersama oleh pihak-pihak yang
berada di lingkup kerja tertentu, atau organisasi profesi
(self regulation)
 etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri (Isnanto, 2009).
 Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik, maka tidak
akan diadili oleh pengadilan hal ini disebabkan karena kode
etik tidak selalu melanggar hukum.
Tujuan Kode Etik
.
 Menjunjung Tinggi Martabat Profesi  mencegah tindakan
yang mencemari nama baik profesi
 Meningkatkan pengabdian para anggota  mndorong
timbulnya rasa bangga dan memiliki terhadap organisasi
 Meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesi 
memuat norma-norma tentang anjuran agar setiap anggota
profesi selalu berusaha meningkatkan mutu para
anggotanya, sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain
itu, kode etik juga mengatur tentang bagaimana cara
memelihara serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
Fungsi Kode Etik
.
 Biggs dan Blocher (1986) menyatakan bahwa setidaknya
fungsi kode etik mencakup
 Melindungi suatu profesi dari campur tangan pihak
luar
 Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal di
dalam sebuah profesi.
 Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik sebuah
profesi.
 Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
 Sebagai sarana pengendalian sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan.
Nilai Inti Kode Etik (1)
 Otonomi  memiliki wewenang dan kebebasan dalam
menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya, sehingga
memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dengan mempertimbangkan kode etik profesi.
 Dapat dipercaya (trustworthiness)  mencakup kejujuran,
integritas, reliabilitas, dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad
baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa
seseorang bertindak dengan kesadaran yang tinggi, dalam
situasi apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha
yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas
adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi
berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
Nilai Inti Kode Etik (2)
 Penghargaan (respect)  mencakup gagasan seperti
kepantasan (civility), kesopansantunan (courtesy), kehormatan,
toleransi, dan penerimaan.
 Pertanggungjawaban (responsibility)  bertanggung jawab atas
pelaksanaan dan hasil pekerjaan, tindakan serta dapat menahan
diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik mungkin
dan memberi teladan dengan contoh, mencakup juga ketekunan
serta upaya untuk terus melakukan perbaikan. Selain
itu, bertanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi
dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat
umum.
Nilai Inti Kode Etik (2)
 Keadilan (fairness)  mencakup isu tentang kesamaan
penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan,
dan keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa situasi
yang serupa akan ditangani dengan cara yang serupa pula
tanpa pandang bulu.
 Perhatian (caring)  bersungguh-sungguh memperhatikan
kesejahteraan pihak lain dan mencakup tindakan yang
memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan
perbuatan baik.
 Kewarganegaraan (citizenship)  termasuk kepatuhan pada
undang-undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai
warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan dengan
baik, dan melindungi sumber daya yang ada.
Dilema Etika
 Setiap orang melakukannya  pembenaran terhadap
sebuah tindakan karena setiap orang lain juga melakukan
hal yang sama dan karena itu merupakan perilaku yang
dapat diterima.
 Jika sah menurut hukum, hal itu etis  contohnya
seseorang tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan
suatu barang yang hilang kecuali pihak lain dapat
membuktikan bahwa barang tersebut miliknya.
 Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya  Filosofi
tindakan didasarkan pada peluang orang lain akan
menemukan perlaku tersebut, dan besarnya kerugian
(konsekuensi) yang akan diterimanya jika hal itu
terbongkar.
Tanggungjawab Perencana pada Siapa?
 Tanggungjawab pada Masyarakat  perencana
menghasilkan suatu karya bagi kepentingan masyarakat
secara adil.
 Tanggungjawab pada yang Menugaskan dan yang
berkepentingan  perencana harus secara obyektif dan
jujur menerima penugasan dari atasan atau pemberi tugas.
 Tanggungjawab Kesejawatan  perencana harus bisa
saling menghargai dan menghormati keprofesian sejawat
 Tanggungjawab Diri  perencana harus berusaha untuk
memenuhi integritasnya, kemampuan profesionalnya.
INDONESIA
( K e t e t a p a n K o n g r e s I s t i m e w a I AP N o . 5 Ta h u n 1 9 9 4 )
Kode Etik
Perencana Kota dan Wilayah
 Kode etik perencanaan Indonesia sebagai kaidah kehormatan
diturunkan berdasarkan nilai-nilai luhur masyarakat dan bangsa
Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan UUD 1945.
 Kode etik perencanaan Indonesia merupakan sikap profesi
dalam mengemban tanggung jawabnya berkaitan dengan
kepentingan masyarakat dan negara, pemberi kerja dan atasan,
serta tanggung jawab profesi, rekan sejawat maupun diri sendiri.
 Tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara merupakan
payung dari tanggung jawab lainnya.
19/10/2022
13
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Mukaddimah
 Melayani kepentingan seluruh golongan dan lapisan masyarakat :
mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan golongan maupun
kepentingan pribadi serta berdasarkan keyakinan profesi berani membela
yang benar serta memberikan kritik dan koreksi terhadap hal yang
merugikan masyarakat.
 Memberikan informasi kepada masyarakat dan mengambil keputusan atas
permasalahan, kemungkinan pilihan dan dampak dari suatu perencanaan
serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan.
 Berperanserta dalam upaya menuju tercapainya pembangunan
berkelanjutan melalui pendekatan perencanaan terpadu yang berwawasan
menyeluruh dan berjangka panjang dengan meningkatkan efisiensi dan
produktivitas ekonomi, meningkatkan pemerataan dan perluasan manfaat
pembangunan, melestarikan warisan budaya dan sejarah serta
meningkatkan kondisi lingkungan hidup.
19/10/2022
14
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Tanggung Jawab Perencanaan pada Masyarakat
 Menjaga kerahasiaan informasi dari pemberi kerja maupun
informasi lain dari pihak pemerintah yang masih perlu
dirahasiakan serta tidak menggunakan informasi yang masih
rahasia untuk kepentingan pribadi, sebaliknya juga harus berani
mempertanggungjawabkan keputusan profesionalnya berdasar
kepentingan masyarakat.
 Memanfaatkan wewenang, kompetensi profesi serta informasi
yang di miliki untuk memenuhi kepentingan pemberi kerja dan
atasannya sejauh hal ini sejalan dengan pelayanannya terhadap
kepentingan masyarakat.
19/10/2022
15
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Tanggung Jawab Perencana
terhadap Pemberi Kerja dan Atasannya
.
 Turut serta mengembangkan profesi perencanaan dengan terus
menerus meningkatkan integritas, pengetahuan dan
kemampuannya, tanggap terhadap kritik profesi, berbagi
pengalaman dan pengetahuan pada rekan sejawat serta
menyebarluaskan dan meningkatkan pengertian profesi dan
perencanaan pada masyarakat.
 Menghormati dan menghargai kemampuan dan keahlian
profesional serta hasil pekerjaan teman sejawat dan anggota
dari profesi lain serta mempunyai sikap saling membina terutama
terhadap perencana pemula.
 Menghindar menerima pekerjaan pada waktu bersamaan dari
pemberika kerja lain bila hal ini dapat menimbulkan benturan
kepentingan antarpemberi kerja.
19/10/2022
16
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Tanggung Jawab Perencana
terhadap Profesi, Rekan Sejawat dan Diri Sendiri
.
AMERIKA SERIKAT
AI C P C O D E O F E T H I C S AN D P R O F E S S I O N AL C O N D U C T
D i a d o p s i 1 9 M a r e t 2 0 0 5 d a n R e v i s i 1 A p r i l 2 0 1 6
Kode Etik
Perencana Kota dan Wilayah
19/10/2022
18
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Kisi-Kisi
A. Prinsip Aspirasi, yang menjadi komitmen.
 Namun, kegagalan mencapai prinsip aspiratif ini tidak dapat menjadi
subjek tuduhan pelanggaran atau menjadi penyebab tindakan disipliner.
B. Aturan Perilaku, yang harus dipertanggungjawabkan.
o Jika terbukti terjadi pelanggaran terhadap aturan ini , terancam dikenakan
sanksi diantaranya dapat mencakup hilangnya sertifikasi keahlian.
C. Ketentuan Prosedural, yang menjelaskan proses memperoleh masukan/
pandangan baik formal maupun informal serta persyaratan memperoleh
laporan tahunan
D. Ketentuan Prosedural yang merinci proses pengajuan pengaduan
pelanggaran, serta proses penyelidikan dan penetapan keputusan
E. Ketentuan Prosedural mengenai bentuk tindakan disiplin terhadap
perencana, termasuk keterlibatan dalam kejahatan serius atau tindakan
lain yang tidak sesuai dengan tanggungjawab seorang perencana.
Kewajiban utama kami adalah melayani kepentingan publik dan, oleh
karena itu, kami bersetia kepada kepentingan publik yang dicapai melalui
debat terbuka dan berkelanjutan. Kami harus mencapai standar integritas
profesional, kemahiran, dan pengetahuan yang tinggi.
Untuk memenuhi kewajiban kami kepada publik, kami menjalankan
prinsip-prinsip berikut:
 Kami akan selalu memperhatikan hak orang lain.
 Kami akan memiliki perhatian khusus terhadap akibat jangka panjang
dari tindakan saat ini.
 Kami akan memberikan perhatian khusus pada saling keterkaitan
terhadap keputusan kami.
 Kami harus memberikan informasi yang tepat waktu, memadai, jelas,
dan akurat tentang masalah perencanaan kepada semua pihak yang
terkena dampak dan kepada pembuat kebijakan.
19/10/2022
19
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Prinsip Aspirasi.
Tanggungjawab kepada Publik (1)
.
 Kami akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mendapatkan dampak yang nyata dari pelaksanaan rencana dan
program yang memengaruhi mereka. Partisipasi harus menjangkau
masyarakat yang tidak memiliki organisasi atau pengaruh formal.
 Kami akan memastikan terwujudnya keadilan sosial dengan memperluas
pilihan dan kesempatan bagi semua orang, mengakui tanggung jawab
khusus untuk merencanakan kebutuhan masyarakat yang kurang
beruntung dan mendukung keterpaduan ras dan ekonomi. Kami akan
mendesak perubahan kebijakan, lembaga, dan keputusan yang
menentang kebutuhan tersebut.
 Kami akan memromosikan keunggulan desain dan berusaha untuk
melestarikan dan mengkonservasi warisan lingkungan alam dan buatan.
 Kami akan menangani semua pihak secara adil dalam proses
perencanaan. Pejabat atau pegawai publik juga harus memperlakukan
secara adil semua pihak dalam proses perencanaan.
19/10/2022
20
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Prinsip Aspirasi.
Tanggungjawab kepada Publik (2)
.
Kita bertanggungjawab berkinerja yang rajin, kreatif, dan kompeten atas
pekerjaan untuk memenuhi kepentingan pemberi kerja atau atasan. Namun,
kinerja tersebut harus selalu berkesesuaian dengan kesetiaan dalam
melayani kepentingan publik.
 Kami akan melakukan penilaian profesional independen atas nama
pemberi kerja dan atasan.
 Kami akan menerima keputusan pemberi kerja atau perusahaan
mengenai tujuan dan sifat layanan profesional yang dilakukan kecuali
tindakan tersebut ilegal atau jelas tidak sesuai dengan kepentingan
publik.
 Kita harus menghindari konflik kepentingan atau bahkan kesan konflik
kepentingan dalam menerima penugasan dari pemberi kerja atau atasan.
19/10/2022
21
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Prinsip Aspirasi.
Tanggungjawab kepada Pemberi Kerja dan Atasan
.
Kami harus berkontribusi pada pengembangan, dan menghormati, profesi
kami dengan meningkatkan pengetahuan dan teknik, membuat pekerjaan
yang relevan dengan solusi masalah masyarakat, dan meningkatkan
pemahaman publik tentang kegiatan perencanaan.
 Kami akan melindungi dan meningkatkan integritas profesi kami.
 Kami akan mendidik publik tentang masalah perencanaan dan
relevansinya dengan kehidupan kita sehari-hari.
 Kami akan menjelaskan dan mengomentari pekerjaan dan pandangan
profesional lain secara adil dan profesional.
 Kami akan membagikan hasil pengalaman dan penelitian yang
berkontribusi pada pengetahuan perencanaan.
 Kami akan memeriksa penerapan teori, metode, penelitian dan praktek
dan standar perencanaan untuk fakta dan analisis dari setiap situasi
tertentu dan tidak akan menerima penerapan solusi khusus tanpa terlebih
dahulu menetapkan kesesuaiannya dengan situasi tersebut.
19/10/2022
22
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Prinsip Aspirasi.
Tanggungjawab kepada Profesi dan Kolega (1)
.
 Kami akan menyumbangkan waktu dan sumberdaya untuk
pengembangan profesional siswa, magang, profesional pemula, dan
kolega lainnya.
 Kami akan meningkatkan kesempatan bagi anggota kelompok yang
kurang terwakili untuk menjadi perencana profesional dan membantu
mereka maju dalam profesinya.
 Kami akan terus meningkatkan pendidikan dan pelatihan profesional
kami.
 Kami akan menganalisis secara sistematis dan kritis masalah etika dalam
praktik perencanaan.
 Kami harus menyumbangkan waktu dan upaya untuk kelompok yang
kekurangan sumberdaya perencanaan yang memadai dan kegiatan
profesional sukarela.
19/10/2022
23
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Prinsip Aspirasi.
Tanggungjawab kepada Profesi dan Kolega (2)
.
Kami mematuhi Aturan Perilaku ini, dan memahami bahwa organisasi akan
menegakkan kepatuhan terhadapnya. Jika gagal untuk mematuhi aturan ini, kami
dapat menerima sanksi, yang terberat adalah hilangnya sertifikasi:
 Kami tidak akan dengan sengaja atau dengan ketidakpedulian, gagal
memberikan informasi yang memadai, tepat waktu, jelas dan akurat tentang
masalah perencanaan.
 Kami tidak akan menerima penugasan dari pemberi kerja jika layanan yang
akan dilakukan melibatkan perilaku yang diketahui melanggar aturan ini.
 Kami tidak akan menerima penugasan dari pemberi kerja untuk secara terbuka
mengadvokasi posisi tentang masalah perencanaan yang sangat merugikan
posisi yang kami anjurkan secara publik bagi pemberi kerja sebelumnya dalam
tiga tahun terakhir kecuali (1) dengan itikad baik berkonsultasi dahulu dengan
profesional berkualifikasi lainnya bahwa perubahan posisi kami tidak akan
menyebabkan kerugian saat ini bagi perusahaan sebelumnya, dan (2) kami
membuat pengungkapan penuh tertulis tentang konflik tersebut kepada
perusahaan saat ini dan menerima izin tertulis untuk melanjutkan tugas.
19/10/2022
24
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Aturan Perilaku (1)
.
 Kami tidak akan, sebagai karyawan, melakukan pekerjaan lain dalam
perencanaan atau profesi terkait, baik untuk mendapatkan gaji maupun
tidak, tanpa membuat pernyataan tertulis penuh kepada pemberi kerja
dan setelah menerima izin tertulis dari atasan untuk melakukan pekerjaan
tambahan, kecuali pemberi kerja memiliki kebijakan tertulis yang secara
tegas mengabaikan kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan tersebut.
 Sebagai pejabat/pegawai publik, tidak boleh menerima kompensasi,
komisi, rabat, atau keuntungan lain yang mungkin dianggap terkait
dengan jabatan publik atau pekerjaan dari siapa pun selain pemberi kerja
publik.
 Kami tidak akan melakukan pekerjaan pada sebuah proyek untuk
pemberi kerja atau atasan jika, selain kompensasi yang telah disepakati,
terdapat kemungkinan memperoleh keuntungan pribadi langsung bagi
kami, anggota keluarga kami, atau orang yang tinggal serumah, kecuali
pemberi kerja atau atasan, setelah pernyataan tertulis dari kami,
menyetujui pengaturan secara tertulis. 19/10/2022
25
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Aturan Perilaku (2)
.
 Kami tidak akan menggunakan untuk keuntungan pribadi kami, atau klien
atau perusahaan berikutnya, informasi yang diperoleh dalam hubungan
profesional yang diminta oleh klien atau pemberi kerja agar tidak
dilanggar atau yang harus kami akui sebagai rahasia karena
pengungkapannya dapat mengakibatkan rasa malu atau merugikan klien
atau majikan. Kami juga tidak akan mengungkapkan informasi rahasia
tersebut kecuali jika (1) diwajibkan oleh proses hukum, atau (2)
diperlukan untuk mencegah pelanggaran hukum yang jelas, atau (3)
diperlukan untuk mencegah kerugian besar bagi publik. Pengungkapan
sesuai dengan (2) dan (3) tidak akan dilakukan sampai kami
memverifikasi fakta dan masalah yang terlibat dan, jika memungkinkan,
upaya untuk mendapatkan pertimbangan ulang tentang masalah tersebut
dan telah mencari pendapat terpisah tentang masalah tersebut dari
profesional berkualifikasi lainnya yang dipekerjakan. oleh klien atau
perusahaan kami.
19/10/2022
26
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Aturan Perilaku (3)
.
 Kami diperkenankan, sebagai pejabat/karyawan publik, terlibat dalam
komunikasi pribadi dengan peserta proses perencanaan jika diskusi
tersebut berkaitan dengan masalah terkait kewenangan kami untuk
membuat keputusan akhir yang mengikat jika komunikasi pribadi tersebut
dilarang oleh undang-undang atau oleh peraturan, prosedur, atau
kebiasaan.
 Kami tidak akan terlibat dalam diskusi pribadi dengan pengambil
keputusan dalam proses perencanaan dengan cara apa pun yang
dilarang oleh hukum atau oleh aturan, prosedur, atau kebiasaan lembaga.
 Kami tidak akan sengaja, atau dengan ketidakpedulian, salah
menggambarkan kualifikasi, pandangan, dan temuan profesional lain.
 Kami tidak akan meminta calon pemberi kerja melalui penggunaan klaim
yang salah atau menyesatkan, pelecehan, atau paksaan.
 Kami tidak akan salah menyatakan pendidikan, pengalaman, pelatihan,
atau fakta lain yang sesuai dengan kualifikasi profesional kami.
19/10/2022
27
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Aturan Perilaku (4)
.
 Kami tidak akan menjual, atau menawarkan untuk menjual, layanan
dengan menyatakan atau menyiratkan kemampuan untuk memengaruhi
keputusan dengan cara yang tidak tepat.
 Kami tidak akan menggunakan kekuasaan kantor mana pun untuk
mencari atau mendapatkan keuntungan khusus yang bukan merupakan
kepentingan umum.
 Kami tidak akan menerima pekerjaan di luar kompetensi profesional kami
kecuali pemberi kerja memahami dan menyetujui bahwa pekerjaan
tersebut akan dilakukan oleh profesional kompeten lain untuk melakukan
pekerjaan tersebut dan dapat diterima oleh pemberi kerja.
 Kami tidak akan menerima pekerjaan dengan bayaran, atau pro bono,
yang kami tahu tidak dapat dilakukan dengan ketepatan waktu yang
diminta oleh calon pemberi kerja, atau yang dipersyaratkan dalam
penugasan.
19/10/2022
28
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Aturan Perilaku (5)
.
 Kami tidak akan menggunakan produk hasil upaya pihak lain untuk
mendapatkan pengakuan atau pengakuan professional terhadap karya
tersebut.
 Kami tidak akan mengarahkan atau memaksa profesional lain untuk
membuat analisis atau mencapai temuan yang tidak didukung oleh bukti
yang tersedia.
 Kami tidak akan menghalangi untuk mengungkapkan kepentingan
pemberi kerja atau atasan kami saat berpartisipasi dalam proses
perencanaan. Kami juga tidak boleh berpartisipasi dalam upaya untuk
menyembunyikan kepentingan sebenarnya dari pemberi kerja atau
perusahaan kami.
 Kami tidak akan mendiskriminasi orang lain secara tidak sah.
 Kami tidak akan menahan kerja sama atau informasi dari Pejabat Etika
AICP atau Komite Etik AICP jika tuduhan pelanggaran etika telah
diajukan kepada kami. 19/10/2022
29
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Aturan Perilaku (6)
.
 Kita tidak akan membalas atau mengancam pembalasan terhadap
seseorang yang telah mengajukan tuduhan pelanggaran etika terhadap
kita atau perencana lain, atau yang bekerja sama dalam penyelidikan
Pejabat Etik atas tuduhan etika.
 Kita tidak boleh menggunakan ancaman mengajukan tuntutan etika untuk
mendapatkan, atau mencoba mendapatkan, keuntungan dalam
berurusan dengan perencana lain.
 Kami tidak akan mengajukan tuduhan tanpa bukti atas pelanggaran etika
terhadap perencana lain.
 Kita tidak akan dengan sengaja, atau dengan ketidakpedulian, melakukan
tindakan yang salah, baik ditentukan dalam Aturan Perilaku maupun
tidak, yang berdampak negatif pada profesionalitas kita.
 Kami tidak akan lalai untuk segera memberi tahu Pejabat Etika melalui
Surat jika kami dinyatakan bersalah melakukan "kejahatan serius"
sebagaimana dijelaskan dalam Kode Etik Bagian E;
19/10/2022
30
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Aturan Perilaku (7)
.
AFRIKA SELATAN
Kode Etik
Perencana Kota dan Wilayah
 Prinsip Kode Etik berasal baik dari nilai umum masyarakat
maupun dari tanggungjawab profesi perencanaan untuk melayani
kepentingan publik.
 Upaya melayani kepentingan publik didasari seperangkat prinsip
utama yang memandu tindakan dan perilaku.
 Prinsip tersebut menetapkan ukuran yang wajib dan aspirasi.
Standar aspirasi menggambarkan perilaku yang diupayakan
untuk ditegakkan.
 Meskipun kepatuhan terhadap standar aspirasi tidak mudah
terukur, namun bertindak sesuai dengan aspirasi ini adalah
harapan kita sebagai profesional.
 Standar wajib menetapkan persyaratan yang tegas, membatasi
bahkan melarang melakukan perilaku tertentu dalam ranah publik
19/10/2022
32
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
Pendahuluan (1)
Pendahuluan (2)
 Kode Etik ini merupakan
 Ukuran pencapaian nilai sosial dalam mengejar tujuan
kepentingan publik
 Ukuran perilaku baik dan buruk
 Ukuran komitmen terhadap profesi perencanaan
 Ukuran akuntabilitas kepada publik yang dilayani
 menetapkan standar tinggi bagi diri kita sendiri dan bercita-
cita untuk memenuhi standar ini di semua aspek kehidupan
baik di tempat kerja, rumah, dan dalam pelayanan terhadap
profesi.
 Mengartikulasikan kondisi ideal yang dicita-citakan serta
perilaku yang wajib baik sebagai profesional maupun
sukarela.
 Menanamkan kepercayaan pada profesi perencanaan kota
dan daerah dan membantu perencana untuk menjadi
profesional yang lebih baik.
19/10/2022
34
Tujuan Kode Etik (1)
 Sebagai kesepakatan pemahaman bersama tentang perilaku
yang patut.
 Mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan dengan
kepentingan diri sendiri.
 Membantu perencana untuk membuat keputusan yang tepat
ketika dihadapkan dengan situasi sulit yang dapat
membahayakan integritas atau sistem nilai.
 Membuat model yang berfungsi sebagai katalis bagi orang lain
untuk belajar, menulis tentang etika dan nilai-nilai.
 Membangun dasar yang kuat bagi perkembangan profesi.
19/10/2022
35
Tujuan Kode Etik (2)
Prinsip Dasar (1)
 Integritas  Perencana perlu bertindak dengan
integritas dan kepatutan. Integritas tidak hanya
mengacu pada mengetahui kebenaran tindakan tetapi
memiliki kekuatan moral dan keberanian untuk
bertindak. Kepatutan berarti berperilaku benar sesuai
dengan tugas dan peran.
 Inspirasi  (i) setia pada profesi; (ii) menjunjung
tinggi moral perencanaan; (iii) menjadi contoh
kebajikan
Prinsip Dasar (2)
 Bertanggungjawab (responsibility)  kewajiban untuk
mengakui keputusan, tindakan yang diambil dan hasilnya, baik
yang berhasil maupun gagal.
 Aspirasi  (i) memutuskan dan bertindak berdasar
kepentingan umum dan lingkungan; (ii) mengerjakan
pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas, pengalaman,
keterampilan dan kualifikasi.; (iii) ketika mengikuti lelang
pekerjaan, selalu berkesesuaian dengan kompetensi dan
kualifikasi baik organisasi maupun individual; (iv) memenuhi
komitmen yang telah disepakati; (vi) bertanggungjawab
terhadap kesalahan dan melakukan perbaikan. Melaporkan
kesalahan yang dilakukan oleh pihak lain kepada pihak
berwenang; (vii) melindungi informasi rahasia yang telah
dipercayakan; (viii) menegakkan kode Etik ini dan saling
bertanggungjawab.
Prinsip Dasar (3)
 Bertanggungjawab (responsibility)
 Wajib  (i) mengetahui dan menegakkan kebijakan, aturan,
regulasi dan hukum yang terkait; (ii) melaporkan perilaku ilegal
dan tidak etis kepada pengelola dan jika perlu kepada pihak yang
terdampak; (iii) tidak terlibat dalam perilaku ilegal, termasuk
tetapi tidak terbatas, pada pencurian, penipuan, korupsi atau
penyuapan; (iv) tidak mengambil hak pihak lain, termasuk hak
intelektual. Selain itu, tidak membantu atau terlibat dalam
perilaku ilegal.; (v) melindungi pihak pelapor perilaku ilegal; (vi)
hanya melaporkan pelanggaran etika berdasar fakta; (vii)
menghukum pihak yang membuat tuduhan palsu; (viii)
menghukum pihak yang mengancam pihak lain yang peduli
terhadap pelanggaran etika; (ix) menyampaikan pelanggaran
Kode Etik pada pihak berwenang untuk diselesaikan.
Prinsip Dasar (4)
 Menghargai (respect)  memperlakukan orang lain dengan
hormat setiap saat, yang berarti tidak menggunakan istilah
menghina terhadap orang lain, menghargai hak orang lain,
memperlakukan orang dengan sopan dan mengakui berbagai
peran yang dimainkan orang lain dalam pengambilan keputusan.
Menghargai adalah tugas kita untuk menunjukkan rasa hormat
yang tinggi kepada diri kita sendiri, orang lain, dan sumber daya
yang dipercayakan kepada kita. Sumber daya yang
dipercayakan dapat mencakup orang, uang, reputasi,
keselamatan dan sumber daya alam atau lingkungan.
Penghargaan menimbulkan kepercayaan, kepercayaan diri, dan
keunggulan kinerja melalui gotong royong. Rasa hormat
mendorong dan menghargai keberagaman pandangan
Prinsip Dasar (5)
 Menghargai (respect)
 Aspirasi  (i) memahami norma dan kebiasaan pihak lain dan
menghindari perilaku yang dapat menyinggung pihak lain; (ii)
mendengarkan pandangan pihak lain, dan berupaya memahaminya; (iii)
melakukan pendekatan langsung pada pihak lain yang terlibat konflik
atau ketidaksepakatan dengan kita; (iv) berperilaku profesional
walaupun pihak lain tidak berperilaku sama; (v) tidak menanggapi
komentar negatif terhadap pihak lain; (vi) tidak menyerang kolega dari
disiplin ilmu lain
 Wajib  (i) berunding dengan niat baik; (ii) tidak memanfaatkan
kekuasaan baik keahlian maupun kewenangan untuk mempengaruhi
keputusan atau tindakan pihak lain dalam rangka memperoleh manfaat
sendiri di atas kerugian pihak lain; (iii) tidak bertindak kasar pada pihak
lain; (iv) menghargai milik orang lain.
Prinsip Dasar (6)
 Berlaku Adil (fairness)  membuat keputusan dan bertindak tidak
memihak dan obyektif. Berperilaku bebas dari kepentingan diri sendiri,
prasangka, favoritism. Membuat keputusan semata-mata berdasar
profesionalisme.
 Aspirasi  (i) terbuka dalam proses pengambilan keputusan; (ii)
terus menerus menguji ketidakberpihakan dan obyektifitas,
mengambil tindakan perbaikan terkait; (iii) menyediakan akses
setara terhadap informasi kepada pihak yang membutuhkan; (iv)
memberi kesempatan yang sama kepada semua perencana kota
dan wilayah
 Wajib  (i) secara aktif mengungkapkan setiap peluang atau
kejadian nyata konflik kepentingan diantara pihak terkait; (ii)
menghindari konflik kepentingan dengan secara terus menerus
mencari kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dan
menyelesaikannya;
Prinsip Dasar (7)
 Berlaku Adil (fairness)
 (iii) Tidak mempekerjakan atau memecat, memberi hadiah atau
hukuman, atau menolak kontrak berdasar pertimbangan pribadi,
termasuk dan tidak terbatas pada favoritisme, nepotisme dan
penyuapan; (iv) tidak membedakan berdasar, tetapi tidak terbatas
pada, gender, suku, usia, agama, disabilitas, kebangsaan atau
orientasi seks; (v) melaksanakan aturan organisasi tanpa favoritisme
atau prasangka
 Kejujuran (honesty)  memahami kebenaran dan bertindak secara
benar baik dalam berkomunikasi dan berperilaku. Hal ini berarti
mematuhi hukum, memantau perilaku sejujurnya, mengungkapkan
peluang dan konflik kepentingan nyata.
Prinsip Dasar (8)
 Kejujuran (honesty)
 Aspirasi  (i) bersungguh-sungguh berupaya memahami dan
menemukan kebenaran, (ii) berkomunikasi dan berperilaku
secara jujur; (iii) menyediakan informasi akurat dan tepat
waktu; (iv) membuat komitmen dan janji, baik eksplisit maupun
implisit, dengan jujur; (v) berusaha menciptakan suasana yang
aman bagi pihak yang ingin berbagi fakta
 Wajib  (i) tidak terlibat atau membenarkan perilaku yang
dirancang untuk menipu orang; termasuk tapi tidak terbatas
pada, membuat pernyataan yang menyesatkan,
menyampaikan hanya sebagian informasi, memberikan
informasi di luar konteks; (ii) tidak terlibat dalam perilaku tidak
jujur dengan maksud memperoleh manfaat pribadi atau
merugikan pihak lain.
Pelaksanaan
 Kode Etik akan diselesaikan melalui pengumpulan Kode
Etik yang telah ditandatangani para pihak
 Komite Disiplin akan mendengar dan mengadili seluruh
kasus
 Seperangkat peraturan dan prosedur akan melengkapi
terkait laporan kasus, bagaimana penanganannya, hak
pelapor dan terlapor. Komite Banding akan mendengar
seluruh kasus
 Rancangan Kode Etik, setelah disetujui Dewan Kota,
disiapkan untuk pemangku kepentingan melakukan review
sebelum dapat diakses pada internet. Tanggapan akan
diakomodasi dan dijadikan masukan penyempurnaan
Rujukan
A. Dokumen
 Kode Etik Perencana Indonesia (Ketetapan Kongres Istimewa IAP No. 5 Tahun 1994)
 AICP Code of Ethics and Professional Conduct (adopsi19 Maret 2005, efektif 1 Juni 2005, revisi 1
April 2016)
 South African Council for Planners. Code of Ethics and Professional Conduct, 2011.
B. Tulisan
 Isnanto, R.Rizal, ST, MM, MT, Buku Ajar Etika Profesi, Fakultas Teknik Univeritas Diponegoro,
Semarang, 2009.
 Prawiro, M Etika Profesi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Contohnya, 2018.
 Sawitri, Dewi. Profesi Perencana dalam Perencanaan Partisipatif. Suatu Kajian Teori dan Praktek
Perencanaan. Mimbar Volume XXII No. 1 Januari-Maret 2006.
 Sujarto, D. 2006 Etika dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Materi Pelatihan Jenjang Fungsional
Perencana Tngkat I, SAPPK, ITB Juni 2006
 Wignjosoebroto, S. 1999. Etika Profesional: Pengalaman dan Permasalahan.
C. Internet
 https://seputarilmu.com/2020/03/kode-etik-menurut-para-ahli.html
 https://seputarilmu.com/2019/10/moral.html
 https://haloedukasi.com/kode-etik
19/10/2022
45
Rujukan
Terima kasih
oswar.mungkasa63@gmail.com
pitt.academia.edu/oswarmungkasa
www.researchgate.net/profile/Oswar_Mungkasa2
19/10/2022
46

More Related Content

What's hot

Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganLatifah Tio
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Penataan Ruang
 
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatTPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
Joy Irman
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Joy Irman
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
AbuAnshori
 
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanKonsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Aulia Arif
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTR
henny ferniza
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Dadang Solihin
 
Evaluasi kebijakan spasial
Evaluasi kebijakan spasialEvaluasi kebijakan spasial
Evaluasi kebijakan spasial
Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
Shahnaz Acrydiena
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Penataan Ruang
 
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganSni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Vermona Lumban Gaol
 
PENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
PENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdfPENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
PENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
Sugeng Budiharsono
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan
Dadang Solihin
 
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Dadang Solihin
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Rancang kota yang baik
Rancang kota yang baikRancang kota yang baik
Rancang kota yang baik
Agus Dwi Wicaksono
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
Rheza Gutawa Putra
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistem
Nur Baqin
 

What's hot (20)

Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancangan
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatTPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
 
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanKonsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTR
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
 
Evaluasi kebijakan spasial
Evaluasi kebijakan spasialEvaluasi kebijakan spasial
Evaluasi kebijakan spasial
 
Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganSni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
 
PENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
PENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdfPENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
PENGUKURAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan
 
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Peraturan Zonasi
 
Rancang kota yang baik
Rancang kota yang baikRancang kota yang baik
Rancang kota yang baik
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistem
 

Similar to Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan

Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
oswarmungkasa1
 
Pembahasan Etika dan Kode Etik
Pembahasan Etika dan Kode EtikPembahasan Etika dan Kode Etik
Pembahasan Etika dan Kode Etik
zahroannisa4
 
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdfTInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
SaprilAkhmady
 
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interestBE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
maya indrawati
 
2, be gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
2, be  gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...2, be  gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
2, be gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
Vidya Anggraeni
 
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
Vidya Anggraeni
 
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Etika profesi  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas Haswadi angk. IX etika publik
Tugas Haswadi angk. IX etika publikTugas Haswadi angk. IX etika publik
Tugas Haswadi angk. IX etika publik
Wadhy Alonk
 
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
NovitaHerlissha
 
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAMSEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
SUPRIYO S.Pd.I, M.Pd
 
Dimensi Politis Adgi
Dimensi Politis AdgiDimensi Politis Adgi
Dimensi Politis Adgi
AdgiNext
 
BK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptx
BK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptxBK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptx
BK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptx
DitaFriliana
 
Pelan intergeriti nasional
Pelan intergeriti nasionalPelan intergeriti nasional
Pelan intergeriti nasional
Pa3STPM
 
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
marisa tanggang
 
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu MigasMenggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Donna Wibiananda Suryaman
 

Similar to Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan (20)

Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
 
Pembahasan Etika dan Kode Etik
Pembahasan Etika dan Kode EtikPembahasan Etika dan Kode Etik
Pembahasan Etika dan Kode Etik
 
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdfTInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
 
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interestBE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
 
2, be gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
2, be  gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...2, be  gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
2, be gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
 
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
 
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Etika profesi  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Tugas Haswadi angk. IX etika publik
Tugas Haswadi angk. IX etika publikTugas Haswadi angk. IX etika publik
Tugas Haswadi angk. IX etika publik
 
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
 
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAMSEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
 
Ibi dan etika profesi
Ibi dan etika profesiIbi dan etika profesi
Ibi dan etika profesi
 
Ibi dan etika profesi
Ibi dan etika profesiIbi dan etika profesi
Ibi dan etika profesi
 
Dimensi Politis Adgi
Dimensi Politis AdgiDimensi Politis Adgi
Dimensi Politis Adgi
 
BK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptx
BK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptxBK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptx
BK PPT kel 12 - Kode etik guru dan BK-1.pptx
 
Pelan intergeriti nasional
Pelan intergeriti nasionalPelan intergeriti nasional
Pelan intergeriti nasional
 
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
 
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu MigasMenggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
 
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
 

More from oswarmungkasa1

Perencanaan Skenario
Perencanaan SkenarioPerencanaan Skenario
Perencanaan Skenario
oswarmungkasa1
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
oswarmungkasa1
 
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
oswarmungkasa1
 
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda StrategisMewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
oswarmungkasa1
 
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
oswarmungkasa1
 
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota MancanegaraMewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
oswarmungkasa1
 
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
oswarmungkasa1
 
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
oswarmungkasa1
 
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota MancanegaraMewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
oswarmungkasa1
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
oswarmungkasa1
 
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola KolaboratifSekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
oswarmungkasa1
 
Tata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola KolaboratifTata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola Kolaboratif
oswarmungkasa1
 
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan PembelajaranPengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
oswarmungkasa1
 
Rencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi KolaboratifRencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi Kolaboratif
oswarmungkasa1
 
Jakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient CityJakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient City
oswarmungkasa1
 
Collaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient JakartaCollaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient Jakarta
oswarmungkasa1
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
oswarmungkasa1
 
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus JakartaGreen Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
oswarmungkasa1
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan PublikTata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
oswarmungkasa1
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
oswarmungkasa1
 

More from oswarmungkasa1 (20)

Perencanaan Skenario
Perencanaan SkenarioPerencanaan Skenario
Perencanaan Skenario
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
 
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda StrategisMewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
 
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
 
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota MancanegaraMewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
 
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
 
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
 
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota MancanegaraMewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola KolaboratifSekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
 
Tata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola KolaboratifTata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola Kolaboratif
 
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan PembelajaranPengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
 
Rencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi KolaboratifRencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi Kolaboratif
 
Jakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient CityJakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient City
 
Collaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient JakartaCollaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient Jakarta
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus JakartaGreen Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan PublikTata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 

Recently uploaded

MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptxMATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
DidiKomarudin1
 
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptxPendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
AmandaJesica
 
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
pelestarikawasanwili
 
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
pelestarikawasanwili
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
MuhaiminMuha
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
ApriyandiIyan1
 
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
Zainul Ulum
 
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
heri purwanto
 

Recently uploaded (9)

MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptxMATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
 
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptxPendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
 
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
 
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
 
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
 
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
 

Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan

  • 1. Kode Etik Profesi Perencana Pemahaman, Konsep Dasar, dan Penerapan Oswar Mungkasa Mata Kuliah PL 4005 Kapita Selekta Sekolah Arsitek, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB 9 April 2021
  • 2. Kisi Tayangan .  Pemahaman  Konsep Dasar  Kode Etik Perencana Indonesia  Belajar dari Mancanegara : Amerika dan Afrika Selatan 19/10/2022 2
  • 3. Pemahaman Kode Etik (1) .  sistem norma, nilai dan juga aturan profesional secara tertulis dan sistematis dengan tegas menyatakan baik dan benar, serta hal-hal yang tidak benar atau tidak baik bagi sebuah profesi  norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.  kaidah moral yang berlaku khusus untuk orang-orang profesional di suatu bidang tertentu (Sonny Keraf). Moral ini merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada di suatu masyarakat.  norma dan etika yang mengikat perilaku pelaku dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (pasal 43 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
  • 4. Pemahaman Kode Etik (2) .  pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari (UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)  disusun dan disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja tertentu, atau organisasi profesi (self regulation)  etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri (Isnanto, 2009).  Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik, maka tidak akan diadili oleh pengadilan hal ini disebabkan karena kode etik tidak selalu melanggar hukum.
  • 5. Tujuan Kode Etik .  Menjunjung Tinggi Martabat Profesi  mencegah tindakan yang mencemari nama baik profesi  Meningkatkan pengabdian para anggota  mndorong timbulnya rasa bangga dan memiliki terhadap organisasi  Meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesi  memuat norma-norma tentang anjuran agar setiap anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu para anggotanya, sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur tentang bagaimana cara memelihara serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
  • 6. Fungsi Kode Etik .  Biggs dan Blocher (1986) menyatakan bahwa setidaknya fungsi kode etik mencakup  Melindungi suatu profesi dari campur tangan pihak luar  Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal di dalam sebuah profesi.  Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik sebuah profesi.  Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.  Sebagai sarana pengendalian sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
  • 7. Nilai Inti Kode Etik (1)  Otonomi  memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya, sehingga memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik profesi.  Dapat dipercaya (trustworthiness)  mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak dengan kesadaran yang tinggi, dalam situasi apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
  • 8. Nilai Inti Kode Etik (2)  Penghargaan (respect)  mencakup gagasan seperti kepantasan (civility), kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan.  Pertanggungjawaban (responsibility)  bertanggung jawab atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan, tindakan serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik mungkin dan memberi teladan dengan contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus melakukan perbaikan. Selain itu, bertanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.
  • 9. Nilai Inti Kode Etik (2)  Keadilan (fairness)  mencakup isu tentang kesamaan penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang serupa pula tanpa pandang bulu.  Perhatian (caring)  bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan perbuatan baik.  Kewarganegaraan (citizenship)  termasuk kepatuhan pada undang-undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan dengan baik, dan melindungi sumber daya yang ada.
  • 10. Dilema Etika  Setiap orang melakukannya  pembenaran terhadap sebuah tindakan karena setiap orang lain juga melakukan hal yang sama dan karena itu merupakan perilaku yang dapat diterima.  Jika sah menurut hukum, hal itu etis  contohnya seseorang tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan suatu barang yang hilang kecuali pihak lain dapat membuktikan bahwa barang tersebut miliknya.  Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya  Filosofi tindakan didasarkan pada peluang orang lain akan menemukan perlaku tersebut, dan besarnya kerugian (konsekuensi) yang akan diterimanya jika hal itu terbongkar.
  • 11. Tanggungjawab Perencana pada Siapa?  Tanggungjawab pada Masyarakat  perencana menghasilkan suatu karya bagi kepentingan masyarakat secara adil.  Tanggungjawab pada yang Menugaskan dan yang berkepentingan  perencana harus secara obyektif dan jujur menerima penugasan dari atasan atau pemberi tugas.  Tanggungjawab Kesejawatan  perencana harus bisa saling menghargai dan menghormati keprofesian sejawat  Tanggungjawab Diri  perencana harus berusaha untuk memenuhi integritasnya, kemampuan profesionalnya.
  • 12. INDONESIA ( K e t e t a p a n K o n g r e s I s t i m e w a I AP N o . 5 Ta h u n 1 9 9 4 ) Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah
  • 13.  Kode etik perencanaan Indonesia sebagai kaidah kehormatan diturunkan berdasarkan nilai-nilai luhur masyarakat dan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan UUD 1945.  Kode etik perencanaan Indonesia merupakan sikap profesi dalam mengemban tanggung jawabnya berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan negara, pemberi kerja dan atasan, serta tanggung jawab profesi, rekan sejawat maupun diri sendiri.  Tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara merupakan payung dari tanggung jawab lainnya. 19/10/2022 13 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Mukaddimah
  • 14.  Melayani kepentingan seluruh golongan dan lapisan masyarakat : mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan golongan maupun kepentingan pribadi serta berdasarkan keyakinan profesi berani membela yang benar serta memberikan kritik dan koreksi terhadap hal yang merugikan masyarakat.  Memberikan informasi kepada masyarakat dan mengambil keputusan atas permasalahan, kemungkinan pilihan dan dampak dari suatu perencanaan serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.  Berperanserta dalam upaya menuju tercapainya pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan perencanaan terpadu yang berwawasan menyeluruh dan berjangka panjang dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi, meningkatkan pemerataan dan perluasan manfaat pembangunan, melestarikan warisan budaya dan sejarah serta meningkatkan kondisi lingkungan hidup. 19/10/2022 14 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Tanggung Jawab Perencanaan pada Masyarakat
  • 15.  Menjaga kerahasiaan informasi dari pemberi kerja maupun informasi lain dari pihak pemerintah yang masih perlu dirahasiakan serta tidak menggunakan informasi yang masih rahasia untuk kepentingan pribadi, sebaliknya juga harus berani mempertanggungjawabkan keputusan profesionalnya berdasar kepentingan masyarakat.  Memanfaatkan wewenang, kompetensi profesi serta informasi yang di miliki untuk memenuhi kepentingan pemberi kerja dan atasannya sejauh hal ini sejalan dengan pelayanannya terhadap kepentingan masyarakat. 19/10/2022 15 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Tanggung Jawab Perencana terhadap Pemberi Kerja dan Atasannya .
  • 16.  Turut serta mengembangkan profesi perencanaan dengan terus menerus meningkatkan integritas, pengetahuan dan kemampuannya, tanggap terhadap kritik profesi, berbagi pengalaman dan pengetahuan pada rekan sejawat serta menyebarluaskan dan meningkatkan pengertian profesi dan perencanaan pada masyarakat.  Menghormati dan menghargai kemampuan dan keahlian profesional serta hasil pekerjaan teman sejawat dan anggota dari profesi lain serta mempunyai sikap saling membina terutama terhadap perencana pemula.  Menghindar menerima pekerjaan pada waktu bersamaan dari pemberika kerja lain bila hal ini dapat menimbulkan benturan kepentingan antarpemberi kerja. 19/10/2022 16 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Tanggung Jawab Perencana terhadap Profesi, Rekan Sejawat dan Diri Sendiri .
  • 17. AMERIKA SERIKAT AI C P C O D E O F E T H I C S AN D P R O F E S S I O N AL C O N D U C T D i a d o p s i 1 9 M a r e t 2 0 0 5 d a n R e v i s i 1 A p r i l 2 0 1 6 Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah
  • 18. 19/10/2022 18 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Kisi-Kisi A. Prinsip Aspirasi, yang menjadi komitmen.  Namun, kegagalan mencapai prinsip aspiratif ini tidak dapat menjadi subjek tuduhan pelanggaran atau menjadi penyebab tindakan disipliner. B. Aturan Perilaku, yang harus dipertanggungjawabkan. o Jika terbukti terjadi pelanggaran terhadap aturan ini , terancam dikenakan sanksi diantaranya dapat mencakup hilangnya sertifikasi keahlian. C. Ketentuan Prosedural, yang menjelaskan proses memperoleh masukan/ pandangan baik formal maupun informal serta persyaratan memperoleh laporan tahunan D. Ketentuan Prosedural yang merinci proses pengajuan pengaduan pelanggaran, serta proses penyelidikan dan penetapan keputusan E. Ketentuan Prosedural mengenai bentuk tindakan disiplin terhadap perencana, termasuk keterlibatan dalam kejahatan serius atau tindakan lain yang tidak sesuai dengan tanggungjawab seorang perencana.
  • 19. Kewajiban utama kami adalah melayani kepentingan publik dan, oleh karena itu, kami bersetia kepada kepentingan publik yang dicapai melalui debat terbuka dan berkelanjutan. Kami harus mencapai standar integritas profesional, kemahiran, dan pengetahuan yang tinggi. Untuk memenuhi kewajiban kami kepada publik, kami menjalankan prinsip-prinsip berikut:  Kami akan selalu memperhatikan hak orang lain.  Kami akan memiliki perhatian khusus terhadap akibat jangka panjang dari tindakan saat ini.  Kami akan memberikan perhatian khusus pada saling keterkaitan terhadap keputusan kami.  Kami harus memberikan informasi yang tepat waktu, memadai, jelas, dan akurat tentang masalah perencanaan kepada semua pihak yang terkena dampak dan kepada pembuat kebijakan. 19/10/2022 19 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Prinsip Aspirasi. Tanggungjawab kepada Publik (1) .
  • 20.  Kami akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan dampak yang nyata dari pelaksanaan rencana dan program yang memengaruhi mereka. Partisipasi harus menjangkau masyarakat yang tidak memiliki organisasi atau pengaruh formal.  Kami akan memastikan terwujudnya keadilan sosial dengan memperluas pilihan dan kesempatan bagi semua orang, mengakui tanggung jawab khusus untuk merencanakan kebutuhan masyarakat yang kurang beruntung dan mendukung keterpaduan ras dan ekonomi. Kami akan mendesak perubahan kebijakan, lembaga, dan keputusan yang menentang kebutuhan tersebut.  Kami akan memromosikan keunggulan desain dan berusaha untuk melestarikan dan mengkonservasi warisan lingkungan alam dan buatan.  Kami akan menangani semua pihak secara adil dalam proses perencanaan. Pejabat atau pegawai publik juga harus memperlakukan secara adil semua pihak dalam proses perencanaan. 19/10/2022 20 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Prinsip Aspirasi. Tanggungjawab kepada Publik (2) .
  • 21. Kita bertanggungjawab berkinerja yang rajin, kreatif, dan kompeten atas pekerjaan untuk memenuhi kepentingan pemberi kerja atau atasan. Namun, kinerja tersebut harus selalu berkesesuaian dengan kesetiaan dalam melayani kepentingan publik.  Kami akan melakukan penilaian profesional independen atas nama pemberi kerja dan atasan.  Kami akan menerima keputusan pemberi kerja atau perusahaan mengenai tujuan dan sifat layanan profesional yang dilakukan kecuali tindakan tersebut ilegal atau jelas tidak sesuai dengan kepentingan publik.  Kita harus menghindari konflik kepentingan atau bahkan kesan konflik kepentingan dalam menerima penugasan dari pemberi kerja atau atasan. 19/10/2022 21 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Prinsip Aspirasi. Tanggungjawab kepada Pemberi Kerja dan Atasan .
  • 22. Kami harus berkontribusi pada pengembangan, dan menghormati, profesi kami dengan meningkatkan pengetahuan dan teknik, membuat pekerjaan yang relevan dengan solusi masalah masyarakat, dan meningkatkan pemahaman publik tentang kegiatan perencanaan.  Kami akan melindungi dan meningkatkan integritas profesi kami.  Kami akan mendidik publik tentang masalah perencanaan dan relevansinya dengan kehidupan kita sehari-hari.  Kami akan menjelaskan dan mengomentari pekerjaan dan pandangan profesional lain secara adil dan profesional.  Kami akan membagikan hasil pengalaman dan penelitian yang berkontribusi pada pengetahuan perencanaan.  Kami akan memeriksa penerapan teori, metode, penelitian dan praktek dan standar perencanaan untuk fakta dan analisis dari setiap situasi tertentu dan tidak akan menerima penerapan solusi khusus tanpa terlebih dahulu menetapkan kesesuaiannya dengan situasi tersebut. 19/10/2022 22 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Prinsip Aspirasi. Tanggungjawab kepada Profesi dan Kolega (1) .
  • 23.  Kami akan menyumbangkan waktu dan sumberdaya untuk pengembangan profesional siswa, magang, profesional pemula, dan kolega lainnya.  Kami akan meningkatkan kesempatan bagi anggota kelompok yang kurang terwakili untuk menjadi perencana profesional dan membantu mereka maju dalam profesinya.  Kami akan terus meningkatkan pendidikan dan pelatihan profesional kami.  Kami akan menganalisis secara sistematis dan kritis masalah etika dalam praktik perencanaan.  Kami harus menyumbangkan waktu dan upaya untuk kelompok yang kekurangan sumberdaya perencanaan yang memadai dan kegiatan profesional sukarela. 19/10/2022 23 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Prinsip Aspirasi. Tanggungjawab kepada Profesi dan Kolega (2) .
  • 24. Kami mematuhi Aturan Perilaku ini, dan memahami bahwa organisasi akan menegakkan kepatuhan terhadapnya. Jika gagal untuk mematuhi aturan ini, kami dapat menerima sanksi, yang terberat adalah hilangnya sertifikasi:  Kami tidak akan dengan sengaja atau dengan ketidakpedulian, gagal memberikan informasi yang memadai, tepat waktu, jelas dan akurat tentang masalah perencanaan.  Kami tidak akan menerima penugasan dari pemberi kerja jika layanan yang akan dilakukan melibatkan perilaku yang diketahui melanggar aturan ini.  Kami tidak akan menerima penugasan dari pemberi kerja untuk secara terbuka mengadvokasi posisi tentang masalah perencanaan yang sangat merugikan posisi yang kami anjurkan secara publik bagi pemberi kerja sebelumnya dalam tiga tahun terakhir kecuali (1) dengan itikad baik berkonsultasi dahulu dengan profesional berkualifikasi lainnya bahwa perubahan posisi kami tidak akan menyebabkan kerugian saat ini bagi perusahaan sebelumnya, dan (2) kami membuat pengungkapan penuh tertulis tentang konflik tersebut kepada perusahaan saat ini dan menerima izin tertulis untuk melanjutkan tugas. 19/10/2022 24 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Aturan Perilaku (1) .
  • 25.  Kami tidak akan, sebagai karyawan, melakukan pekerjaan lain dalam perencanaan atau profesi terkait, baik untuk mendapatkan gaji maupun tidak, tanpa membuat pernyataan tertulis penuh kepada pemberi kerja dan setelah menerima izin tertulis dari atasan untuk melakukan pekerjaan tambahan, kecuali pemberi kerja memiliki kebijakan tertulis yang secara tegas mengabaikan kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan tersebut.  Sebagai pejabat/pegawai publik, tidak boleh menerima kompensasi, komisi, rabat, atau keuntungan lain yang mungkin dianggap terkait dengan jabatan publik atau pekerjaan dari siapa pun selain pemberi kerja publik.  Kami tidak akan melakukan pekerjaan pada sebuah proyek untuk pemberi kerja atau atasan jika, selain kompensasi yang telah disepakati, terdapat kemungkinan memperoleh keuntungan pribadi langsung bagi kami, anggota keluarga kami, atau orang yang tinggal serumah, kecuali pemberi kerja atau atasan, setelah pernyataan tertulis dari kami, menyetujui pengaturan secara tertulis. 19/10/2022 25 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Aturan Perilaku (2) .
  • 26.  Kami tidak akan menggunakan untuk keuntungan pribadi kami, atau klien atau perusahaan berikutnya, informasi yang diperoleh dalam hubungan profesional yang diminta oleh klien atau pemberi kerja agar tidak dilanggar atau yang harus kami akui sebagai rahasia karena pengungkapannya dapat mengakibatkan rasa malu atau merugikan klien atau majikan. Kami juga tidak akan mengungkapkan informasi rahasia tersebut kecuali jika (1) diwajibkan oleh proses hukum, atau (2) diperlukan untuk mencegah pelanggaran hukum yang jelas, atau (3) diperlukan untuk mencegah kerugian besar bagi publik. Pengungkapan sesuai dengan (2) dan (3) tidak akan dilakukan sampai kami memverifikasi fakta dan masalah yang terlibat dan, jika memungkinkan, upaya untuk mendapatkan pertimbangan ulang tentang masalah tersebut dan telah mencari pendapat terpisah tentang masalah tersebut dari profesional berkualifikasi lainnya yang dipekerjakan. oleh klien atau perusahaan kami. 19/10/2022 26 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Aturan Perilaku (3) .
  • 27.  Kami diperkenankan, sebagai pejabat/karyawan publik, terlibat dalam komunikasi pribadi dengan peserta proses perencanaan jika diskusi tersebut berkaitan dengan masalah terkait kewenangan kami untuk membuat keputusan akhir yang mengikat jika komunikasi pribadi tersebut dilarang oleh undang-undang atau oleh peraturan, prosedur, atau kebiasaan.  Kami tidak akan terlibat dalam diskusi pribadi dengan pengambil keputusan dalam proses perencanaan dengan cara apa pun yang dilarang oleh hukum atau oleh aturan, prosedur, atau kebiasaan lembaga.  Kami tidak akan sengaja, atau dengan ketidakpedulian, salah menggambarkan kualifikasi, pandangan, dan temuan profesional lain.  Kami tidak akan meminta calon pemberi kerja melalui penggunaan klaim yang salah atau menyesatkan, pelecehan, atau paksaan.  Kami tidak akan salah menyatakan pendidikan, pengalaman, pelatihan, atau fakta lain yang sesuai dengan kualifikasi profesional kami. 19/10/2022 27 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Aturan Perilaku (4) .
  • 28.  Kami tidak akan menjual, atau menawarkan untuk menjual, layanan dengan menyatakan atau menyiratkan kemampuan untuk memengaruhi keputusan dengan cara yang tidak tepat.  Kami tidak akan menggunakan kekuasaan kantor mana pun untuk mencari atau mendapatkan keuntungan khusus yang bukan merupakan kepentingan umum.  Kami tidak akan menerima pekerjaan di luar kompetensi profesional kami kecuali pemberi kerja memahami dan menyetujui bahwa pekerjaan tersebut akan dilakukan oleh profesional kompeten lain untuk melakukan pekerjaan tersebut dan dapat diterima oleh pemberi kerja.  Kami tidak akan menerima pekerjaan dengan bayaran, atau pro bono, yang kami tahu tidak dapat dilakukan dengan ketepatan waktu yang diminta oleh calon pemberi kerja, atau yang dipersyaratkan dalam penugasan. 19/10/2022 28 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Aturan Perilaku (5) .
  • 29.  Kami tidak akan menggunakan produk hasil upaya pihak lain untuk mendapatkan pengakuan atau pengakuan professional terhadap karya tersebut.  Kami tidak akan mengarahkan atau memaksa profesional lain untuk membuat analisis atau mencapai temuan yang tidak didukung oleh bukti yang tersedia.  Kami tidak akan menghalangi untuk mengungkapkan kepentingan pemberi kerja atau atasan kami saat berpartisipasi dalam proses perencanaan. Kami juga tidak boleh berpartisipasi dalam upaya untuk menyembunyikan kepentingan sebenarnya dari pemberi kerja atau perusahaan kami.  Kami tidak akan mendiskriminasi orang lain secara tidak sah.  Kami tidak akan menahan kerja sama atau informasi dari Pejabat Etika AICP atau Komite Etik AICP jika tuduhan pelanggaran etika telah diajukan kepada kami. 19/10/2022 29 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Aturan Perilaku (6) .
  • 30.  Kita tidak akan membalas atau mengancam pembalasan terhadap seseorang yang telah mengajukan tuduhan pelanggaran etika terhadap kita atau perencana lain, atau yang bekerja sama dalam penyelidikan Pejabat Etik atas tuduhan etika.  Kita tidak boleh menggunakan ancaman mengajukan tuntutan etika untuk mendapatkan, atau mencoba mendapatkan, keuntungan dalam berurusan dengan perencana lain.  Kami tidak akan mengajukan tuduhan tanpa bukti atas pelanggaran etika terhadap perencana lain.  Kita tidak akan dengan sengaja, atau dengan ketidakpedulian, melakukan tindakan yang salah, baik ditentukan dalam Aturan Perilaku maupun tidak, yang berdampak negatif pada profesionalitas kita.  Kami tidak akan lalai untuk segera memberi tahu Pejabat Etika melalui Surat jika kami dinyatakan bersalah melakukan "kejahatan serius" sebagaimana dijelaskan dalam Kode Etik Bagian E; 19/10/2022 30 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Aturan Perilaku (7) .
  • 32.  Prinsip Kode Etik berasal baik dari nilai umum masyarakat maupun dari tanggungjawab profesi perencanaan untuk melayani kepentingan publik.  Upaya melayani kepentingan publik didasari seperangkat prinsip utama yang memandu tindakan dan perilaku.  Prinsip tersebut menetapkan ukuran yang wajib dan aspirasi. Standar aspirasi menggambarkan perilaku yang diupayakan untuk ditegakkan.  Meskipun kepatuhan terhadap standar aspirasi tidak mudah terukur, namun bertindak sesuai dengan aspirasi ini adalah harapan kita sebagai profesional.  Standar wajib menetapkan persyaratan yang tegas, membatasi bahkan melarang melakukan perilaku tertentu dalam ranah publik 19/10/2022 32 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan Pendahuluan (1)
  • 33. Pendahuluan (2)  Kode Etik ini merupakan  Ukuran pencapaian nilai sosial dalam mengejar tujuan kepentingan publik  Ukuran perilaku baik dan buruk  Ukuran komitmen terhadap profesi perencanaan  Ukuran akuntabilitas kepada publik yang dilayani
  • 34.  menetapkan standar tinggi bagi diri kita sendiri dan bercita- cita untuk memenuhi standar ini di semua aspek kehidupan baik di tempat kerja, rumah, dan dalam pelayanan terhadap profesi.  Mengartikulasikan kondisi ideal yang dicita-citakan serta perilaku yang wajib baik sebagai profesional maupun sukarela.  Menanamkan kepercayaan pada profesi perencanaan kota dan daerah dan membantu perencana untuk menjadi profesional yang lebih baik. 19/10/2022 34 Tujuan Kode Etik (1)
  • 35.  Sebagai kesepakatan pemahaman bersama tentang perilaku yang patut.  Mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan dengan kepentingan diri sendiri.  Membantu perencana untuk membuat keputusan yang tepat ketika dihadapkan dengan situasi sulit yang dapat membahayakan integritas atau sistem nilai.  Membuat model yang berfungsi sebagai katalis bagi orang lain untuk belajar, menulis tentang etika dan nilai-nilai.  Membangun dasar yang kuat bagi perkembangan profesi. 19/10/2022 35 Tujuan Kode Etik (2)
  • 36. Prinsip Dasar (1)  Integritas  Perencana perlu bertindak dengan integritas dan kepatutan. Integritas tidak hanya mengacu pada mengetahui kebenaran tindakan tetapi memiliki kekuatan moral dan keberanian untuk bertindak. Kepatutan berarti berperilaku benar sesuai dengan tugas dan peran.  Inspirasi  (i) setia pada profesi; (ii) menjunjung tinggi moral perencanaan; (iii) menjadi contoh kebajikan
  • 37. Prinsip Dasar (2)  Bertanggungjawab (responsibility)  kewajiban untuk mengakui keputusan, tindakan yang diambil dan hasilnya, baik yang berhasil maupun gagal.  Aspirasi  (i) memutuskan dan bertindak berdasar kepentingan umum dan lingkungan; (ii) mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas, pengalaman, keterampilan dan kualifikasi.; (iii) ketika mengikuti lelang pekerjaan, selalu berkesesuaian dengan kompetensi dan kualifikasi baik organisasi maupun individual; (iv) memenuhi komitmen yang telah disepakati; (vi) bertanggungjawab terhadap kesalahan dan melakukan perbaikan. Melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh pihak lain kepada pihak berwenang; (vii) melindungi informasi rahasia yang telah dipercayakan; (viii) menegakkan kode Etik ini dan saling bertanggungjawab.
  • 38. Prinsip Dasar (3)  Bertanggungjawab (responsibility)  Wajib  (i) mengetahui dan menegakkan kebijakan, aturan, regulasi dan hukum yang terkait; (ii) melaporkan perilaku ilegal dan tidak etis kepada pengelola dan jika perlu kepada pihak yang terdampak; (iii) tidak terlibat dalam perilaku ilegal, termasuk tetapi tidak terbatas, pada pencurian, penipuan, korupsi atau penyuapan; (iv) tidak mengambil hak pihak lain, termasuk hak intelektual. Selain itu, tidak membantu atau terlibat dalam perilaku ilegal.; (v) melindungi pihak pelapor perilaku ilegal; (vi) hanya melaporkan pelanggaran etika berdasar fakta; (vii) menghukum pihak yang membuat tuduhan palsu; (viii) menghukum pihak yang mengancam pihak lain yang peduli terhadap pelanggaran etika; (ix) menyampaikan pelanggaran Kode Etik pada pihak berwenang untuk diselesaikan.
  • 39. Prinsip Dasar (4)  Menghargai (respect)  memperlakukan orang lain dengan hormat setiap saat, yang berarti tidak menggunakan istilah menghina terhadap orang lain, menghargai hak orang lain, memperlakukan orang dengan sopan dan mengakui berbagai peran yang dimainkan orang lain dalam pengambilan keputusan. Menghargai adalah tugas kita untuk menunjukkan rasa hormat yang tinggi kepada diri kita sendiri, orang lain, dan sumber daya yang dipercayakan kepada kita. Sumber daya yang dipercayakan dapat mencakup orang, uang, reputasi, keselamatan dan sumber daya alam atau lingkungan. Penghargaan menimbulkan kepercayaan, kepercayaan diri, dan keunggulan kinerja melalui gotong royong. Rasa hormat mendorong dan menghargai keberagaman pandangan
  • 40. Prinsip Dasar (5)  Menghargai (respect)  Aspirasi  (i) memahami norma dan kebiasaan pihak lain dan menghindari perilaku yang dapat menyinggung pihak lain; (ii) mendengarkan pandangan pihak lain, dan berupaya memahaminya; (iii) melakukan pendekatan langsung pada pihak lain yang terlibat konflik atau ketidaksepakatan dengan kita; (iv) berperilaku profesional walaupun pihak lain tidak berperilaku sama; (v) tidak menanggapi komentar negatif terhadap pihak lain; (vi) tidak menyerang kolega dari disiplin ilmu lain  Wajib  (i) berunding dengan niat baik; (ii) tidak memanfaatkan kekuasaan baik keahlian maupun kewenangan untuk mempengaruhi keputusan atau tindakan pihak lain dalam rangka memperoleh manfaat sendiri di atas kerugian pihak lain; (iii) tidak bertindak kasar pada pihak lain; (iv) menghargai milik orang lain.
  • 41. Prinsip Dasar (6)  Berlaku Adil (fairness)  membuat keputusan dan bertindak tidak memihak dan obyektif. Berperilaku bebas dari kepentingan diri sendiri, prasangka, favoritism. Membuat keputusan semata-mata berdasar profesionalisme.  Aspirasi  (i) terbuka dalam proses pengambilan keputusan; (ii) terus menerus menguji ketidakberpihakan dan obyektifitas, mengambil tindakan perbaikan terkait; (iii) menyediakan akses setara terhadap informasi kepada pihak yang membutuhkan; (iv) memberi kesempatan yang sama kepada semua perencana kota dan wilayah  Wajib  (i) secara aktif mengungkapkan setiap peluang atau kejadian nyata konflik kepentingan diantara pihak terkait; (ii) menghindari konflik kepentingan dengan secara terus menerus mencari kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dan menyelesaikannya;
  • 42. Prinsip Dasar (7)  Berlaku Adil (fairness)  (iii) Tidak mempekerjakan atau memecat, memberi hadiah atau hukuman, atau menolak kontrak berdasar pertimbangan pribadi, termasuk dan tidak terbatas pada favoritisme, nepotisme dan penyuapan; (iv) tidak membedakan berdasar, tetapi tidak terbatas pada, gender, suku, usia, agama, disabilitas, kebangsaan atau orientasi seks; (v) melaksanakan aturan organisasi tanpa favoritisme atau prasangka  Kejujuran (honesty)  memahami kebenaran dan bertindak secara benar baik dalam berkomunikasi dan berperilaku. Hal ini berarti mematuhi hukum, memantau perilaku sejujurnya, mengungkapkan peluang dan konflik kepentingan nyata.
  • 43. Prinsip Dasar (8)  Kejujuran (honesty)  Aspirasi  (i) bersungguh-sungguh berupaya memahami dan menemukan kebenaran, (ii) berkomunikasi dan berperilaku secara jujur; (iii) menyediakan informasi akurat dan tepat waktu; (iv) membuat komitmen dan janji, baik eksplisit maupun implisit, dengan jujur; (v) berusaha menciptakan suasana yang aman bagi pihak yang ingin berbagi fakta  Wajib  (i) tidak terlibat atau membenarkan perilaku yang dirancang untuk menipu orang; termasuk tapi tidak terbatas pada, membuat pernyataan yang menyesatkan, menyampaikan hanya sebagian informasi, memberikan informasi di luar konteks; (ii) tidak terlibat dalam perilaku tidak jujur dengan maksud memperoleh manfaat pribadi atau merugikan pihak lain.
  • 44. Pelaksanaan  Kode Etik akan diselesaikan melalui pengumpulan Kode Etik yang telah ditandatangani para pihak  Komite Disiplin akan mendengar dan mengadili seluruh kasus  Seperangkat peraturan dan prosedur akan melengkapi terkait laporan kasus, bagaimana penanganannya, hak pelapor dan terlapor. Komite Banding akan mendengar seluruh kasus  Rancangan Kode Etik, setelah disetujui Dewan Kota, disiapkan untuk pemangku kepentingan melakukan review sebelum dapat diakses pada internet. Tanggapan akan diakomodasi dan dijadikan masukan penyempurnaan
  • 45. Rujukan A. Dokumen  Kode Etik Perencana Indonesia (Ketetapan Kongres Istimewa IAP No. 5 Tahun 1994)  AICP Code of Ethics and Professional Conduct (adopsi19 Maret 2005, efektif 1 Juni 2005, revisi 1 April 2016)  South African Council for Planners. Code of Ethics and Professional Conduct, 2011. B. Tulisan  Isnanto, R.Rizal, ST, MM, MT, Buku Ajar Etika Profesi, Fakultas Teknik Univeritas Diponegoro, Semarang, 2009.  Prawiro, M Etika Profesi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Contohnya, 2018.  Sawitri, Dewi. Profesi Perencana dalam Perencanaan Partisipatif. Suatu Kajian Teori dan Praktek Perencanaan. Mimbar Volume XXII No. 1 Januari-Maret 2006.  Sujarto, D. 2006 Etika dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Materi Pelatihan Jenjang Fungsional Perencana Tngkat I, SAPPK, ITB Juni 2006  Wignjosoebroto, S. 1999. Etika Profesional: Pengalaman dan Permasalahan. C. Internet  https://seputarilmu.com/2020/03/kode-etik-menurut-para-ahli.html  https://seputarilmu.com/2019/10/moral.html  https://haloedukasi.com/kode-etik 19/10/2022 45 Rujukan