Teks tersebut membahas tentang pengertian dan contoh keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran matematika berbasis PISA, termasuk pengertian, penilaian, dan contoh soal.
2. MATERI PENGIMBASAN
• PENGERTIAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT
TINGGI
• PENILAIAN KBTT
• CONTOH PEMBELAJARAN BERBASIS PISA
• CONTOH SOAL KBTT, PISA DAN AKM
2
3. BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Keterampilan berpikir sesuai dengan r
anah kognitif, afektif, dan psikomotor
yang menjadi satu kesatuan dalam proses
belajar dan mengajar.
Keterampilan yang dikerahkan dalam
memecahkan persamalahan yang
muncul, mengambil keputusan, mengan
alisis, menginvestigasi, dan menyimpul
kan
Keterampilan yang memiliki
keinginan kuat untuk dapat m
emecahkan masalah muncul
pada kehidupan sehari-hari
4. KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
• Keterampilan yang tidak hanya me-recall
pengetahuan dan penerapan dalam situasi
yang rutin.
• Dapat mengaplikasikan pengetahuan siswa
ke dalam situasi di luar sekolah di mana
berpikir dicirikan oleh serangkaian kemampu
an transfer ke dalam konteks berbeda daripa
da hanya sekedar mengulang apa yang suda
h dipelajari.
5. Transfer Knowledge
“Transfer” adalah kemampuan yang meng
-indikasikan belajar bermakna di mana
siswa dituntut tidak hanya mengingat
tetapi juga mampu membawa pengetahu-
an itu ke dalam situasi yang berbeda secar
a bermakna.
7. BERPIKIR KRITIS KREATIVITATAS
BERPIKIR KRITIS
• Berpikir reflektif yang beralasan dan difokuskan pada pene
tapan apa yang dipercayai atau yang dilakukan dan berela
si dengan lima ide kunci yaitu praktis, reflektif, masuk akal,
kepercayaan/keyakinan, dan aksi/tindakan
(Ennis (dalam Heris, 2017)
• Orang yang berpikir kritis adalah yang menggunakan
bukti untuk mengukur kebenaran kesimpulan, serta dapat
menujukkan pendapat yang terkadang kontradiktif,
bahkan mau mengubah pendapatnya jika ternyata ada bu
kti lebih kuat yang bertenta gan dengan pendapatnya
Gega (dalam Sumardyono, 2010: 9).
8. BERPIKIR KRITIS (Lanjutan …. )
• Berpikir kritis tergolong keterampilan berpikir tingkat tinggi,
yang tidak hanya menghafal tetapi menggunakan dan mem
anipulasi bahan-bahan yang dipelajari ke dalam situasi baru
(Heris, 2017: 96).
• Keterampilan yang diperlukan agar siswa dapat berpikir
kritis antara lain: kemampuan melakukan penilaian terhadap
sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, mengi
dentifikasi asumsi, generalisasi dan bias (ketidakcocokan),
serta mengidentifikasi tujuan dan manfaat, mengidentifikasi
(Collins, 2014).
9. KREATIVITAS
• Memuat empat (4) komponen utama, yaitu kelancaran
(fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality),
dan elaborasi (elaboration).
• Berpikir kreatif berarti ditandai oleh kelancaran dalam
menghasilkan ide atau gagasan baru, kelenturan dalam
melakukan perubahan atau modifikasi ide, keaslian ide
yang dihasilkan secara mandiri, dan kemampuan
elaborasi terhadap hal-hal yang sudah ada secara mend
alam.
10. KREATIVITAS (Lanjutan … )
• Dalam berpikir kreatif termuat kemampuan meta- k
ognitif antara lain: merancang strategi, menetap- k
an tujuan dan keputusan, memprediksi dari data y
ang tidak lengkap, memahami sesuatu yang tidak
dipahami kebanyakan orang, menganalisis informa-
si yang tidak lengkap, membuat banyak pertim-
bangan, serta mengelaborasi solusi Heris (2017)
11. METAKOGNISI DAN PENALARAN
METAKOGNISI
• Level kognitif meliputi: faktual, konseptual, prosedural, dan metak
ognisi
• Metakognisi meliputi pekerjaan mental yang melibatkan penilaian
terhadap cara berpikir yang dilakukan.
• Metakognisi sebagai berpikir tentang berpikir (thinking about thin
king),
• Metakognisi yaitu cara berpikir tingkat tinggi yang memungkin
kan pemahaman, analisis dan kontrol proses berpikirnya sendiri, k
hususnya saat berlangsungnya kegiatan belajar.
12. PENALARAN
• Kegiatan menyatakan kesimpulan yang berasal dari berbagai bukti,
latar belakang, atau asumsi. Kegiatan penalaran meliputi pengemba-
ngan argumentasi logis menuju suatu kesimpulan.
• Penalaran induktif, bekerja pada beberapa situasi yang khusus untuk m
elakukan dugaan generalisasi dan teori.
• Penalaran deduktif bekerja dari teori-teori dan generalisasi untuk
diterapkan pada situasi yang lebih spesifik
• Dalam pembelajaran matematika, di mana penalaran induktif diperlu-
kan untuk melahirkan dugaan dan melatih siswa melakukan dugaan,
sementara penalaran deduktif untuk menguji suatu situasi dengan
dasar-dasar teori yang kuat, dan ini untuk melatih siswa cara berpikir
yang valid.
13. PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan masalah sebagai proses menerapkan pengetahuan
yang telah dipunyai dalam situasi yang baru dan tidak biasa
(NCTM, 1989)
Empat tahap dalam melakukan pemecahan masalah:
1. Memahami masalah (understanding the problem)
2. Mengembangkan rencana pemecahan masalah (devising
a plan of solving the problem)
3. Menerapkan rencana (carrying out the plan)
4. Menguji solusi yang diperoleh (examining the reasonable-
ness of the result and making evaluation)
14. BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM KURIKULUM
SEKOLAH DAN KURIKULUM 2013
• Kecakapan abad 21 yang meliputi 4C: critical
thinking, creativity, communication, dan collabo
ration kecakapan-kecakapan yang terkait erat d
engan keterampilan berpikir tingkat tinggi
• Pembelajaran berpikir tingkat tinggi “memaksa”
siswa berpikir tentang sesuatu yang melibatkan
kecerdikan dan berpikir kritis
15. BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM UN DAN ASESMEN PISA
• Hasil NAEP (National Assessment of Educational Progress)
dan TIMSS (the Trends in International Mathematics and Sci-
ence Study) melaporkan bukti yang jelas bahwa pembelaja-
ran matematika (dan juga sains) yang mene- kankan pada
aspek penalaran berasosiasi dengan skor yang lebih tinggi
di semua jenjang diujikan Collins, 2014).
• Asesmen PISA (Programme for International Student Assess
ment) merupakan salah satu tes yang berkaitan erat dengan
keterampilan BTT.
16. PENGERTIAN STRATEGI DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
• Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang pendidik
yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan terca
painya kompetensi yang ditentukan (Permendikbud No 22 ta-
hun 2016)
• Strategi pembelajaran merupakan langkah-langkah sistematis
dan sistemik yang digunakan pendidik untuk menciptakan ling
kungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan
(Permendikbud no.103 tahun 2014)
17. STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI BTT
1. Secara khusus membelajarkan bahasa dan konsep ber
pikir tingkat tinggi.
2. Merencanakan waktu untuk diskusi dan mengajukan
pertanyaan dalam kelas, untuk secara khusus mem
buka ruang berpikir tingkat tinggi.
3. Secara eksplisit mengajarkan konsep.
4. Menyediakan Scaffolding.
5. Secara sadar mengajarkan untuk mendorong BTT
18. PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN
YANG BERORIENTASI KBTT
• Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum, untuk mendesain materi
pelajaran, dan untuk pedoman kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas maupun tempat lain (Joyce dan Weil (1980: 1)).
• Setiap model pembelajaran harus memiliki empat unsur:
1. Sintak (syntax)
2. Sistem sosial (the social system)
3. Prinsip reaksi (principles of reaction)
4. Sistem pendukung (support system),
19. MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI KBTT
• Model Penyingkapan (Discovery)
• Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
• Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning)
• Model Pembelajaran Inquiry
20. PENILAIAN KBTT DI MATEMATIKA
• Penilaian berorientasi keterampilan berpikir tingkat
tinggi dalam pembelajaran matematika tidak berarti
melakukan penilaian tentang “kecakapan berpikir
tingkat tinggi”.
• Penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam
pembelajaran matematika merupakan penilaian yang
menuntut peserta didik menggunakan kemampuan
keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk
menyelesaikannya
21. PISA (Programme for International Student
Assessment)
Menyasar siswa berusia 15 tahun, menilai literasi matematika
Literasi matematika adalah kemampuan seorang bernalar secara matematis dan
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika untuk memecahkan
permasalahan dalam berbagai konteks dunia nyata
Pengertian literasi matematika pada PISA dapat dianalisis dalam tiga aspek yang saling
berhubungan, yaitu: konten, konteks, dan proses penalaran matematika dan
pemecahan masalah.
Ada 4 (empat) kelompok konten/materi yang diujikan, yaitu: (1) perubahan dan
hubungan (change and relationships), (2) ruang dan bentuk (space and shape),
kuantitas (quantity), ketidakpastian dan data (uncertainty and data)
Ada empat konteks utama yang digunakan, yaitu: konteks pribadi (personal),
konteks pekerjaan (occupational), konteks masyarakat (societal) dan konteks
ilmu pengetahuan (scientific).
Penalaran matematis (baik deduktif dan induktif) melibatkan mengevaluasi situasi,
memilih strategi, menggambarkan kesimpulan logis, mengembangkan dan menjelaskan
solusi, dan mengenali bagaimana solusi tersebut dapat diterapkan. Pemecahan
masalah meliputi kapasitas individu dalam merumuskan, menggunakan, dan
menafsirkan dan mengevaluasi matematika
22. TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study)
Merupakan studi internasional yang salah satu kegiatannya adalah
menguji kemampuan matematika Tingkat IV dan Tingkat VIII.
Dimensi penilaian pada TIMSS meliputi dimensi konten dan dimensi
kognitif yang masing-masing terdiri dari beberapa domain.
Berdasarkan framework TIMSS 2019, soal-soal pada penilaian TIMSS
di bidang matematika, baik untuk kelas empat maupun kelas delapan,
mengukur domain kognitif mengetahui (knowing), menerapkan
(applying), dan menalar (reasoning). Sedangkan domain konten yang
diukur adalah:
Kelas Empat : Bilangan, Pengukuran dan Geometri, dan Data
Kelas Delapan: Angka, Aljabar, Geometri, Data, dan Probabilitas
23. AKM (Asesmen Kompetensi Minimal)
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian
kemampuan minimum pada peserta didik.
Bentuk soal AKM bervariasi, yaitu pilihan ganda (PG), pilihan
ganda kompleks, menjodohkan, isian, dan esai atau uraian.
Konteks dalam AKM Numerasi mencakup konteks yang dekat
dengan dunia peserta didik, sosial, budaya, lingkungan, sains,
maupun keilmuan matematika, dikategorikan menjadi tiga, yaitu
personal, sosial-budaya, dan saintifik
Level kognitif numerasi Asesmen Kompetensi Minimum dibagi
menjadi tiga level, yaitu: knowing, applying, reasoning
Domain konten pada numerasi dibagi menjadi 4, yaitu
Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Aljabar, serta Data dan
Ketidakpastian
24. Soal KBTT pada Tes PISA, TIMSS, dan AKM
Mencermati kerangka kerja tes PISA, TIMSS, dan AKM ditemukan
bahwa terdapat soal-soal pada tes PISA, TIMSS, dan AKM yang
termasuk dalam kategori soal berorientasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
Walaupun tes PISA, TIMSS, dan AKM dilaksanakan tidak untuk
menilai penguasaan kompetensi dalam pembelajaran di kelas,
tetapi model soal pada tes PISA, TIMSS, dan AKM tentu dapat
dimanfaatkan untuk mendukung penilaian pembelajaran
matematika di kelas.
Model-model soal pada tes PISA, TIMSS, dan AKM yang
beorietantasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi, walaupun
tidak semaunya, dapat dipertimbangkan guru dalam menyediakan
soal-soal yang berorientasi keterampilan tingkat tinggi dalam
penilaian pembelajaran matematika di kelas
25. PENYUSUNAN INSTRUMEN KBTT
Secara umum tidak terdapat perbedaan langkah dalam pengembangan
instrumen penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi dibandingkan
dengan pengembangan instrumen penilaian biasa.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengembangan instrumen
penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi relatif sama dengan langkah-
langkan pengembangan instrumen penilaian biasa, namun berbeda pada
sasaran penilaian di mana instrumen penilaian keterampilan berpikir
tingkat tinggi menyasar domain penilaian pada level berpikir yang lebih
tinggi.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan
suatu tes, antara lain: menetapkan tujuan penilaian, memeriksa
kompetensi dasar dan indikatornya, menyusun kisi-kisi, menulis soal
berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal, dan menyusun pedoman
penskoran
Setelah soal tersusun, agar soal lebih berkualitas perlu dilakukan
beberapa langkah lagi, antara lain: menelaah tes, melakukan ujicoba tes,
menganalisis butir tes, memperbaiki tas, merakit tes.
26. Dimensi pengetahuan KD adalah
KONSEPTUAL = pengetahuan tentang
bentuk yang lebih kompleks dan
terorganisasi, mencakup klasifikasi dan
kategori, prinsip, model, dan struktur
KD Pengetahuan
3.1 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan dua
pecahan dengan penyebut berbeda
Syaratnya:
1.Pahami dimensi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakogitif
2.Pahami makna dari setiap tingkat
kognitif pada taksonomi bloom (C1-C6)
3.Tidak berpatokan hanya pada Kata
Kerja KD tetapi baca utuh deskripsi KD
Tingkat kompetensi KD adalah
Pengetahuan (C1) dan Aplikasi
(C3)
26
Kata kerja KD Variabel
Materi
27. KD Keterampilan
4.1 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan penjumlahan
dan pengurangan dua
pecahan dengan
penyebut berbeda.
Syaratnya:
1.Pahami makna dari setiap
tingkat keterampilan pada ranah
psikomotor jika keterampilan
konkrit (P1—P5) dan ranah
kognitif jika keterampilan
abstrak (C1-C6)
2.Tidak berpatokan hanya pada
Kata Kerja KD tetapi baca utuh
deskripsi KD
Tingkat kompetensi KD adalah Analisis (C4)
27
Kata Kerja KD Materi Variabel
28. PERUMUSAN INDIKATOR
Syarat Indikator yang baik::
1. memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan
diukur.
2. memuat kata kerja operasional yang dapat
diukur.
3. berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang
dipilih.
4. dapat dibuatkan soalnya.
28
29. Mengembangkan
Kemampuan Literasi
Matematika
Penggunaan PBL dlm
pembelajaran dg mengambil
complex real life problem
Penggunaan Tools dlm
pembelajaran, missal
kalkulator, spreadsheet,
aplikasi geogebra, desmos dll
Pemberian soal soal tdk
terstruktur, dmn tdk semua
informasi diberikan & tidak
semua informasi digunakan
FRAMEWORK PISA 2022
32. Perhatikan soal berikut.
Pada suatu turnamen sepakbola, hasil pertandingan di grup C dimana setiap TIM
memainkan pertandingan dua kali tersaji pada tabel berikut.
TIM
Jumlah M
ain
Menang Seri Kalah
Memasukkan -Ke
masukan
PSSI 2 2 0 0 5 – 1
PS THAILAN
D
2 1 1 0 1 – 0
PS VIETNAM 2 0 1 1 0 – 1
PS MALAYSI
A
2 0 0 2 1 – 5
Tentukan skor pertandingan antara PSSI dan PS Malaysia!
33. CONTOH SOAL PISA
Berapakah kerusakan lapel susu pada hari ke 10?
Karakteristik
a. Bentuk uraian
b. domain konten perubahan dan hubungan
c. domain konteks pekerjaan
d. level C5
35. Contoh soal AKM
Fakta – fakta Jembatan 1 Barelang :
1. Jembatan 1 Barelang menghubungkan pulau Batam dan Pulau Tonton.
2. Sesuai masterplan Balerang, Pulau Tonton akan dikembangkan sebagai kawasan wisata
3. Jembatan 1 Balerang berstruktur cable stayed dengan konstruksi beton prategang.
4. Jembatan ini ditopang oleh 56 pasang (total 112) kabel yang dipasang dibagian atas tiang dan
balok tepi.
5. Panjang total Jembatan 1 Balerang adalah 642 meter, dengan panjang bentang utama 350
meter.
6. Jarak dari tiang ke bagian tengah jembatan (tempat kabel terpanjang ditambatkan) adalah 120
m
Alamsyah melintas di atas jembatan tersebut dan ingin memperkirakan tinggi tiang jembatan.
Berdasarkan informasi di atas, tinggi tiang jembatan Barelang diukur dari permukaan jalan, jika
diketahui tali terluar membentuk sudut 35o dengan permukaan jalan adalah ....
(Gunakan : sin 35o = 0,57 ; cos 35o = 0,82 ; tan 35o = 0,7 )
A. 98,4 meter
B. 84,0 meter
C. 74,8 meter
D. 70,2 meter
E. 68,4 meter
Karakteristik
a. bentuk PG
b. domain konten numerasi
c. domain konteks ilmiah
d. level C5
36. Contoh soal KBTT
Umur Amir, Budi dan Candra berturut-turut membentuk barisan
Geometri, dengan umur Candra 14 tahun lebih tua dari Amir. Jika Umur
Candra dikurangi dua tahun maka umur mereka bertiga bersesuaian
dengan panjang dari sisi-sisi segitiga siku-siku. Hitunglah selisih umur
Budi dengan Amir!
KARAKTERISTIK SOAL KBTT
Soal Keterampilan berpikir tingkat tinggi, memenuhi
salah satu atau lebih kriteria berikut.
• Tidak rutin, non algoritmatik
• Transfer satu konsep ke konsep lainnya
• Menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta
• Mencari kaitan dari berbagai informasi atau
konsep yang berbeda- beda
• Menggunakan beragam informasi atau konsep
untuk menyelesaikan masalah
• Menelaah ide dan informasi secara kritis