SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
ISSN 0215 - 8250
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
INOVATIF PADA PELAJARAN BIOLOGI TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA
oleh
Ida Bagus Putu Arnyana
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian Pretest-Postest Nonequivalent Control
Group Design dengan judul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran
Inovatif pada Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMA”. Tujuan penelitian ini adalah menemukan strategi-strategi
pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi
khususnya berpikir kreatif. Dalam penelitian ini dibandingkan strategi
pembelajaran inovatif (Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri) dengan model
pembelajaran tradisional (DI). Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA
Negeri 3 Singaraja. Hasil penelitian ini adalah kelompok siswa yang belajar
dengan strategi kooperarif GI, PBL, dan Inkuiri, memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang
diajarkan dengan model DI.
Kata kunci : strategi pembelajaran inovatif, berpikir kreatif
ABSTRACT
The research has been conducted about, Pretest-Postest
Nonequivalent Control Group Design. The effect of the implementation of
Inovative Learning Strategy to Creative Thinking Capability of the SMA
Students in Biology. The purpose of this research was to discover learning
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
240
ISSN 0215 - 8250
strategy which could train students high thinking capability especially
creative thinking. In this research there was a comparation between
inovative learning strategies (GI cooperative, PBL, and Inquiry) and DI
teaching model. The subjects were the first year students of SMAN 3
Singaraja. The results of this research showed that students groups who
learned by implementing GI cooperative strategy, PBL, and Inquiry had a
better creative thinking skill than those who learned by DI teaching model.
Key Words: Inovative learning strategy, creative thinking
1. Pendahuluan
Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
sudah dilaksanakan di SMA di Singaraja sejak tahun pelajaran 2003/2004
sebagai pengganti Kurikulum 1994. Kurikulum 2004 menuntut agar,
setelah proses belajar, siswa memiliki suatu kompetensi sesuai dengan yang
ditetapkan dalam suatu mata pelajaran. Kurikulum 2004 menuntut siswa
agar memiliki kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus dikuasai
siswa adalah kecakapan berpikir.
Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber daya
manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu
bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai
budaya, mampu berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life
long leaning) (Trilling and Hood, 1999). Galbreath (1999) mengemukakan
bahwa, pada abad pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), merupakan kebutuhan
sebagai tenaga kerja yang handal. Degeng (2003) mengemukakan para
lulusan sekolah sampai perguruan tinggi, di samping memiliki kemampuan
vokasional (vocasional skills), juga harus memiliki kecakapan berpikir
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
241
ISSN 0215 - 8250
(thinking skills) sehingga Bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa “buruh”.
Semua pendapat para ahli ini mendukung pendapat John Dewey (1916,
dalam Johnson, 2002) yang sejak awal mengharapkan agar siswa diajarkan
kecakapan berpikir. Namun, sampai saat ini, kecakapan berpikir ini belum
ditangani secara sungguh-sunguh oleh para guru di sekolah. Hal ini
mendukung penemuan Rofi’udin (2000) menyatakan bahwa terjadi keluhan
tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh
lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena pendidikan
berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan
kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran.
Johnson (2002), Krulik dan Rudnick (1996) menyatakan berpikir
tingkat tinggi dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental
seperti dalam peecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan
(decision making), analisis asumsi (analyzing asumption), dan inkuiri sains
(scientific inquiry). Krulik dan Rudnick (1996) mengemukakan bahwa
berpikir kritis adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh seseorang. Agar mampu memecahkan masalah dengan baik
dituntut kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi,
membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan,
dan mengambil keputusan.
Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk
mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis,
konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang
penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya
dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
242
ISSN 0215 - 8250
menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Parkin (1995)
mengemukakan berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk
menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil. Baer (1993)
mengemukakan, berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen.
Ada 4 indikator berpikir divergen, yaitu (1) fluence (kemampuan
menghasilkan banyak ide), (2) flexibility (kemampuan menghasilkan ide-
ide yang bervariasi), (3) originality (kemapuan menghasilkan ide baru atau
ide yang sebelumnya tidak ada), dan (4) elaboration (kemampuan
mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide yang
rinci atau detail). Lebih lanjut, Baer mengemukakan bahwa kreativitas
seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap,
pembawaan atau keperibadian, atau kecakapan dalam memecahkan
masalah.
Marzano, et al. (1988) mengemukakan 5 aspek berpikir kreatif
berikut ini. (1) Dalam kreativitas, berkait erat keinginan dan usaha. Untuk
menghasilkan sesuatu yang kreatif diperlukan usaha. (2) Kreativitas
menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang telah ada. Orang yang kreatif
berusaha mencari sesuatu yang baru dan memberikan alternatif terhadap
sesuatu yang talah ada. Pemikir kreatif tidak pernah puas terhadap apa yang
telah ada atau ditemukan sebelumnya. Mereka selalu ingin menemukan
sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien. (3) Kreativitas lebih memerlukan
evaluasi internal dibandingkan eksternal. Pemikir kreatif harus percaya
pada standar yang telah ditentukan sendiri. (4) Kreativitas meliputi ide yang
tidak dibatasi. Pemikir kreatif harus bisa melihat suatu masalah dari
berbagai aspek (sudut pandang) dan menghasilkan solusi yang baru dan
tepat. (5) Kreativitas sering muncul pada saat sedang melakukan sesuatu,
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
243
ISSN 0215 - 8250
seperti Mendeleyev menemukan susunan berkala unsur-unsur pada saat
mimpi, dan Arcimedes menemukan hukumnya saat sedang mandi.
Marzano dkk. (1988) menyarankan kepada guru beberapa cara
mengajarkan berpikir kritis-kreatif, yaitu (1) mempersiapkan materi
pelajaran dengan baik, (2) mendiskusikan materi pelajaran yang
kontropersi, (3) mengemukakan masalah yang menimbulkan konflik
kognitif, (4) menugaskan siswa menemukan pandangan-pandangan yang
bervariasi terhadap suatu masalah, (5) menugaskan siswa menulis artikel
untuk diterbitkan dalam suatu jurnal, (6) menganalisis artikel dari koran
atau media lain untuk menemukan gagasan-gagasan baru, (7) memberikan
masalah untuk menemukan solusi yang berbeda-beda, (8) memberikan
bacaan yang berbeda dengan tradisi siswa untuk diperdebatkan atau
didiskusikan, dan (9) Mengundang orang yang memiliki pandangan-
pandangan yang kontroversial.
Dalam uraian di atas, tampak betapa pentingnya penerapan strategi-
startegi pembelajaran yang dapat meningkatkan kecakapan berpikir kreatif
siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum ini, strategi pembelajaran yang
diharapkan adalah strategi-startegi pembelajaran inovatif, yaitu startegi-
strategi pembelajaran yang dasar filosofinya konstruktivisme.
Strategi-strategi pembelajaran inovatif yang dipilih dalam penelitian
ini adalah Strategi Kooperatif Kelompok Penelitian (Group
Investigation/GI), Strategi Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem-
Based Learning (PBL), dan Strategi Inkuiri. Sebagai pembanding, dipilih
Model Pengajaran Langsung atau Direct Instruction (DI), yaitu model
pengajaran yang pada saat ini selalu digunakan oleh para guru biologi di
Singaraja.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
244
ISSN 0215 - 8250
Strategi Kooperatif GI merupakan strategi yang dasar filosofinya
konstruktivisme karena, dalam pembelajarannya, siswa membangun sendiri
pengetahuannya dan guru berperan sebagai fasilitator (Slavin, 1995).
Dalam strategi ini, siswa merencanakan sendiri topik yang akan diselidiki
dari tema umum yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa
merencanakan dan melaksanakan sendiri penyelidikannya. Strategi
Kooperatif GI sangat baik diterapkan untuk melatih siswa mengumpulkan
informasi untuk memecahkan masalah serta melatih kecakapan berpikir
tingkat tinggi siswa (Tejada, 2002; Dumas, 2003; Konberg dan Grifin,
2000; Arnyana, 2005)
Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah startegi pembelajaran
yang dasar filosofinya konstruktivisme. PBL dirancang berdasarkan
masalah riil kehidupan yang bersifat ill-structured, terbuka, dan mendua
(Forgaty, 1997; Jones, 1996). PBL dapat membangkitkan minat siswa,
nyata, dan sesuai untuk membangun kemampuan intelektual. Rindell
(1999); Wheeler (2002); Arnyana (2005) menemukan, bahwa PBL dapat
melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa.
Strategi Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang dasar
filosofinya konstruktivisme karena, melalui strategi ini, siswa membangun
sediri pengetahuannya. Dalam strategi inkuiri, siswa dilatih memecahkan
masalah akademik, meningkatkan pemahaman terhadap sains,
mengembangkan keterampilan belajar sains, dan literasi sains (Keefer,
1998; German, 1991; Oates, 2002). Lawson (2000) mengemukakan
kegiatan inkuiri dapat melatih kecakapan berpikir siswa dan meningkatkan
kererampilannya dalam memecahkan masalah.
Pada kenyataannya, strategi-strategi pembelajaran inovatif seperti
inkuiri, PBL, dan strategi kooperatif GI tidak banyak diterapkan di sekolah.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
245
ISSN 0215 - 8250
Para guru umumnya lebih banyak menerapkan Model Pengajaran Langsung
atau DI. Model DI ini merupakan salah satu model pengajaran tradisional
(Arends, 2004). Model pengajaran DI ini merupakan model pengajaran
yang umum digunakan oleh guru-guru biologi SMA di Singaraja (Arnyana,
2005). Model pengajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar
kogntif atau pengetahuan deklaratif (mastery of-structured knowledge) dan
meningkatkan suatu keterampilan atau pengetahuan prosedural (skill
mastery) (Arends, 2004). Arends (1997) mengemukakan bahwa model
pengajaran langsung ini paling banyak didasari oleh teori belajar sosial
yang dikembangkan oleh Bandura (1977, dalam Arends, 1997) yang oleh
Arends (1997) disebut sebagai teori pemodelan tingkah laku. Dalam
pembelajaran langsung, kegiatan guru adalah menyampaikan tujuan,
mendemostrasikan pengetahuan, dan membimbing pelatihan.
Tujuan penelitian ini adalah menemukan pengaruh strategi-strategi
pembelajaran inovatif (kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri) dibandingkan
dengan model pengajaran langsung atau DI terhadap kemampuan berpikir
kreatif pada pelajaran biologi siswa SMA.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Rancangan
penelitian yang diterapkan adalah Rancangan Eksperimen Semu (Quasi),
yaitu Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design (Tucman,
1999), dengan pola seperti pada Gambar 1.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
246
ISSN 0215 - 8250
Gambar 1. Prosedur Penelitian Eksperimental Semu Pretest-Postest Nonequivalent
Control Group Design (Tukman, 1999:172)
Keterangan : simbul X menyatakan perlakuan, yaitu X1 adalah strategi
kooperatif GI, X2 adalah startegi PBL, X3 adalah strategi inkuiri, dan X4
adalah model pengajaran tradisional. Simbul O dengan indek 1, 3, 5, 7
(ganjil) menunjukkan pengukuran awal. O dengan indeks 2, 4, 6, 8 (genap)
menunjukkan pengkuran setelah proses pembelajaran.
Hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan dalam Gambar 2.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2: Hubungan Antar Variabel Penelitian
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
247
Model Pengajaran
Tradisional
Strategi PBL
Strategi Kooperatif
GI
Strategi Inkuiri
Kemampuan
Berpikir Kreatif
O1 X1 O2
-------------------------
O3 X2 O4
-------------------------
O5 X3 O6
------------------------
O7 X4 O8
ISSN 0215 - 8250
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri yang ada
di Kota Singaraja, yaitu siswa SMA Negeri 1, siswa SMA Negeri 2, siswa
SMA Negeri 3, dan siswa SMA Negeri 4. Siswa SMA Negeri yang
digunakan sebagai sampel penelitian ini ditentukan secara acak. Dari hasil
pengacakan, diperoleh siswa SMA Negeri 3 sebagai sampel penelitian ini.
Sebagai sampel penelitian, ditetapkan dengan memilih kelas-kelas yang
kemampuan akademisnya relatif homogen, yaitu siswa kelas X2, X3, X4,
X5, dan siswa kelas X6. Dari hasil pengacakan ditetapkan siswa kelas X3
belajar dengan strategi Inkuiri, siswa kelas X4 belajar dengan model DI
(tradisional), siswa kelas X5 belajar dengan strategi PBL, dan siswa kelas
X6 belajar dengan strategi kooperatif GI.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi biologi SMA
semester 1 kelas X Kurikulum 2004, dengan standar kompetensi siswa
mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan hasil
penelitian ilmiah dengan menerapakan sikap ilmiah dalam bidang biologi.
Instrumen penelitian yang disusun dalam penelitian ini meliputi (1)
rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat skenario pembelajaran,
(2) lembar kegiatan siswa (LKS), dan (3) alat evaluasi Rencana
pembelajaran, dan LKS disusun masing-masing sesuai dengan model dan
startegi pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini. LKS untuk
pembelajaran inovatif menyajikan masalah-masalah yang harus dipecahkan
oleh siswa melalui kegiatan investigasi.
Penelitian eksperimental semu ini dilaksanakan dengan prosedur
seperti pada Tabel 1.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
248
ISSN 0215 - 8250
Tabel 1. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas X2 dengan
Model Pengajaran
Tradisional (DI)
Kelas X3 dengan
Startegi Inkuiri
Kelas X5 dengan
Strategi PBL
Kelas X6 dengan
Strategi Kooperatif
GI
Menyampaikan
tujuan dan meniapkan
siswa
Guru mendemostra-
sikan pengetahuan
atau ketarampilan
Guru membimbing
pelatihan
Guru mengecek
pemahaman dan
memberi umpan kalik
Guru memberikan
kesempatan
penerapan melakukan
latihan lanjut
Siswa merumuskan
ma-salah yang akan
dikaji
Merumuskan jawaban
sementara terhadap
masalah
Menguji hipotresis
Merencanakan dan
melakukan
penyelidikan
Membuat simpulan
Memberlakukan
simpulan
Guru menyampaikan
masalah ill dan
autentik
Guru mengorgaisasi
siswa dalam belajar,
membantu siswa dalam
menemukan masalah
dan merancang
kegiatan penyelidikan
Guru membantu
susiswa secara
individual atau
kelompok dalam
melak-sanankan
penyelidikan
Siswa
mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Siswa melakukan
refleksi dan evaluasi
proses pemecahan
masalah
Kelompok siswa
mengidentifikasi
topik-topik yang akan
dilakukan
investigasinya
Kelompok siswa
merancang kegiatan
investigasi
kelompok siswa
melakukan kegiatan
investigasi
Perencanaan laporan
Presentasi laporan
Evaluasi
Untuk melatih kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran GI,
PBL, dan Inkuiri, siswa dilatih untuk mengemukakan ide-ide inovatif dan
orisinil yang dituangkan dalam bentuk-bentuk mengangkat masalah,
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
249
ISSN 0215 - 8250
memberikan jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang
diangkat, menyusun rencana investigasi maupun dalam melaksanakan
investigasi guna memecahkan masalah-masalah, dan menyajikan data.
Dalam model pembelajaran tradisional (DI), LKS yang diberikan adalah
LKS dengan bentuk yang biasa diberikan oleh guru saat ini, yaitu LKS
yang berupa “resep” yang harus diikuti oleh siswa tahap demi tahap.
Ada dua alat evaluasi (alat pengumpul data) yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut. Yang
pertama adalah poprtofolio. Melalui portofolio diukur kemampuan
berkreasi siswa melalui penulisan jurnal belajar, kemampuan mengangkat
masalah, kemampuan memberikan jawaban sementara (hipotesis),
merencanakan kegiatan penyelidikan, melaksanakan penyelidikan, dan cara
menyajikan data hasil penyelidikan. Untuk memberikan skor terhadap
komponen-komponen tersebut dibuatkan rubrik. Yang kedua adalah tes
tulis dengan bentuk tes Structured of the Observed Learning Outcome
(SOLO) Taxonomy dari Collis and Davey (1986). Dalam tes ini, kreativitas
siswa dinilai melalui kemampuannya dalam mengangkat masalah, dan
merencanakan kegiatan pemecaham masalah yang diajukan. Untuk
memberikan skor terhadap tes tulis ini dibuatkan rubrik. Pengumpulan data
dilakukan melalui pretes, yaitu dengan tes tulis, postes, dan portofolio.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis kovarian univariat (Anacova), dilanjutkan dengan uji beda LSD.
Kovariat dalam analisis ini adalah hasil pretes. Sebelum dilakukan analisis
data dengan stratistik Anacova, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
sebagai persyaratan uji Anacova, yaitu uji normalitas data dan uji
homogenitas varian antarkelompok. Analisis data dibantu dengan program
SPSS for Windows pada taraf signifikansi 5%.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
250
ISSN 0215 - 8250
Deskripsi umum rata-rata skor semua variabel terikat ini
menggunakan pedoman konversi skor absolut skala lima, yaitu A, B, C, D,
dan E. Pedoman konversi nilai ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pedoman Konversi Skor Rata-Rata Hasil Penelitian
No. Tingkat Penguasaan Nilai Katagori
1. 85% - 100% A Sangat Baik
2. 70% - 84% B Baik
3. 55% - 69% C Sedang
4. 40% - 45% D Kurang
5. 0% - 39% E Sangat kurang
Diadaptasi dari Buku Pedoman Studi IKIP Negeri Singaraja (2002: 32)
3. Hasil Dan Pembahasan
Rata-rata persentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif
disajikan dalam Tabel 3 dan dituangkan dalam histogram pada Gambar 3.
Tabel 3. Rata-Rata Prosentase Keberhasilan Semua Kelompok Siswa
Variabel Rata-rata prosentase keberhasilan
Kelompok GI Kelompok
PBL
Kelompok
Inkuiri
Kelompok
DI
Kemampuan
berpikir kreatif
73,57% 75,03% 74,48% 55,05%
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
251
ISSN 0215 - 8250
73.57 75.03 74.48
55.05
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Rata-Rata
Skor
A B C D
Strategi Pembelajaran
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Gambar 1. Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Keterangan : A: Strategi Kooperatif GI, B: Strategi PBL, C: Strategi Inkuiri, dan
D: Strategi DI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang
belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi
Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif
berada pada katagori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan
model DI berda pada katagori sedang. Hasil uji statistik kelompok siswa
yang belajar dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam meningkatklan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi
Koopearif GI, PBL, dan Inkuiri, secara signifikan memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang
diajarkan dengan model DI.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
252
ISSN 0215 - 8250
Strategi pembelajaran inovatif yang diterapkan dalam penelitian ini,
yaitu Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri, dasarnya adalah inkuiri. Kegiatan
belajar siswa dalam pembelajaran ini adalah, siswa mengangkat masalah,
merumuskan masalah, mengajukan jawaban sementara, merancang
kegiatan investigasi untuk menjawab masalah atau menguji hipoetsis,
melakukan investigasi, menyusun laporan, dan diakusi kelas, sehingga
ketiga strategi ini tidak tidak mengakibatkan ada perbedaan dalam melatih
kemampuan berpikir kreatif siswa. Peranan guru dalam pembelajaran ini
adalah sebagai fasilitator, pembimbing, dan membatu siswa dalam belajar.
Kegiatan belajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan
pembelajarannya, siswa dituntut dan dilatih untuk berkreasi, memunculkan
ide-ide yang orisinil dalam merancang dan melaksanakan penyelidikan
sesuai materi pelajaran yang dipelajarinya.
Hal-hal yang dapat dikembangkan dalam melatih keterampilan
berpikir kreatif, adalah berikut ini. (1) Dalam menetapkan masalah, siswa
dituntut untuk mengangkat masalah yang spesifk, menarik, dan dapat
dilakukan penyelidikannya. (2) Pada saat siswa merancang tahap-tahap
pelaksanaan penyelidikannya, siswa berkreasi menyusun langkah-langkah
penyelidikan, yakni langkah-langkah yang disusun ini memenuhi kreteria:
orisinil hasil kerasi kelompok belajarnya, memenuhi syarat ilmiah, harus
dapat dilaksanakan, disesuaikan dengan fasilitas, sumberdaya, dan waktu
yang tersedia. Menyusun rancangan pelaksanaan penyelidikan seperti itu
bukan merupakan sesautu yang mudah. Kegiatan ini benar-benar
memerlukan pemikiran yang kreatif. (3) Dalam melaksanakan
penyelidikan, siswa dituntut mengembangkan teknik dan taktik agar
penyelidikannya dapat dilaksanakan dengan baik. Tentu dalam hal ini
diperlukan keterampilan berpikir. (4) Pada awal pembelajaran, guru tidak
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
253
ISSN 0215 - 8250
menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah. Siswa diberikan
kebebasan menggali sendiri konsep-konsep yang ada di dalam buku untuk
menunjang penyelidikannya. Guru menjelaskan konsep-konsep yang sulit,
memperbaiki miskonsepsi, dan meberikan pengayaan pada saat diakusi
kelas. (5) Siswa dituntut menyajikan hasil penyelidikannya, seperti dengan
berbagai bentuk tabel, grafik, dan lain-lainnya.
Apa yang ditemukan dalam penelitian ini mendukung apa yang
dikemukakan atau ditemukan sebelumnya oleh para pakar berikut ini. (1)
Rofi’udin (2000) menemukan dalam penelitiannya melatih kemampuan
berpikir kritis-kreatif siswa SD, bahwa kegiatan pembelajaran yang
memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan topik/masalah
yang dibahas yang terkait dengan materi yang dipelajari, mengajukan
gagasan-gagasan dalam suasana saling menghargai dan saling menerima
dapat mendorong siswa untuk berpikir divergen, dan melakukan eksplorasi,
Semua ini dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. (2) Baer (1993)
menemukan proses pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan
masalah (problem solving) dapat meningkatkan kecakapan berpikir kreatif
siswa. (3) Tien (1999) menemukan dalam penelitiannya pada mahasiswa
kimia dalam kegiatan laboratorium, bahwa strategi inkuiri dengan metode
eksperimen dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa.
(4) Underbakke (1993) menemukan dalam pembelajaran sains, bahwa
pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dalam pemecahan masalah
melalui mengajukan masalah, menyajikan hipotesis, dan menguji hipotesis
dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa. (5) Fogarty and
McTighe (1993) menemukan bahwa strategi kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis-kreatif siswa, karena melalui kerja sama yang
baik dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk menggali ide-ide
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
254
ISSN 0215 - 8250
baru yang keratif, membahas berbagai informasi, dan saling berbagi
informasi. (6) Gagne (1980) mengemukakan kegiatan pemecahan masalah
(problem solving) dalam proses belajar dapat melatih kecakapan berpikir,
karena proses belajar ini memungkinkan menghasilkan cara pemecahan
yang baru, berpikir tidak konvensional, dan masalah yang diangkat dari
masalah yang ill-defined.
Hal yang berbeda terjadi dalam pembelajaran tradisional. Disini,
siswa selalu difasilitasi, diarahkan, dan yang lebih membunuh kreativitas
adalah bahwa LKS yang diberikan berupa “resep”, sehingga siswa secara
sambil bernyayi melakukan kegiatan dengan hanya mengikuti tuntunan
yang ada dalam resep tersebut. Dalam LKS tersebut telah secara rinci
dimuat tahapan-tahapan pelaksanaan penyedikan. Dengan mengikuti
tuntunan itu, siswa akan mencapai hasil sesuai harapan LKS. Guru
menyajikan konsep-konsep sebelum penyelidikan, sehingga penyelidikan
yang dilakukan oleh siswa lebih merupakan kegiatan untuk menguji
konsep-konsep yang telah dibahas sebelumnya. Proses belajar yang terjadi
adalah proses penuangan informasi dari guru kepada siswa, bukan siswa
menemukan apa yang dipelajari dan bukan pula siswa membangun
pengetahuannya. Dalam pembelajaran tradisional, kreativitas siswa sama
sekali tidak dikembangkan. Yang lebih dipentingkan adalah bagaimana
informasi itu sebanyak-banyaknya disampaikan kepada siswa.
4. Penutup
Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa hal. Kelompok siswa
yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi
Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif
berada pada katagori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
255
ISSN 0215 - 8250
model DI berada pada katagori sedang. Kelompok siswa yang belajar
dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi Kooperarif GI,
PBL, dan Inkuiri, memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik
dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI.
Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah berikut ini.
(1) Para peneliti lain diharapkan untuk menggali dan mengembangkan
bentuk-bentuk strategi pembelajaran guna meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya kecakapan berpikir kreatif. (2)
Peneliti lain diharapkan menggali dan mengembangkan bentuk-bentuk
asesment untuk mengukur kemampuan atau kecakapan berpikir tingkat
tinggi, khususnya berpikir kritis dan kreatif siswa. (3) Para guru hendaknya
merencanakan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa,
khususnya berpikir kreatif melalui strategi-strategi pembelajaran inovatif,
antara lain dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:
McGraw-Hill.
Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill.
Arnyana, I.B.P. 2005. Pengembangan Perangkat Model Belajar
Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta
Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem.
Disertasi (Tidak Dipublikasi). Malang: Universitas Negeri Malang.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
256
ISSN 0215 - 8250
Baer, J. 1993. Craetivity and Divergent Thinking: A Task Spesific
Approach. London: Lawrence Elbaum Associates Publisher.
Collis, K.F., and Davey, H.A. 1986. A Technique for Evaluating Skills in
High School Science. Journal of Research in Science Teaching.
23(7): 651-663.
Degeng, N. S. 5 September 2003. Bisa Ciptakan Bangsa “Buruh”. Harian
Jawa Post. hlm. 30.
Dumas.A. 2003. Cooperative Learning Response to Diversity. California
Departemen of Education. (Online)
http://www.cde.ca.gov/iasa/cooplrng2.html. Diakses 26 April 2003.
Fogarty, R. 1997. Problem Based Learning and Other Curicular Models
for Multiple Intellegences Classroom. New York: IRI/Skyligt
Training and Publishing, Inc.
Fogarty, R. and McTighe, J. 1993. Educating Teacher for Higer Order
Thinking: The Three-Story Intellect. Teory into Practice. 32(3);
161-169.
FPMIPA. 2002. Buku Pedoman Studi. Singaraja. IKIP Negeri Singaraja.
Gagne, R. M. 1980. Learnabel Aspect of Human Thinking. In A.E. Lawson
(Ed). Science Education Information Report. (hal. 1-28). New York:
The Eric Science, Mathematic, and Environmetal Education Clearni
House.
Germann, P. J. 1999. Developing Science Process Skils Through Direct
Inquiry. The American Biology Theacher. 53(4): 243-247.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st
Century Worker: The Link Between
Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational
Technology. Desember: 14-22.
Hastings, David. 2001. Case Study: Problem-Based Learning and the
Active Classroom (Online).
http://www.cstudies.ubc.ca/facdev/services/newsletter/index/html.
Diakses 9 Maret 2003.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
257
ISSN 0215 - 8250
Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Califorenia:
Corwin Press, Inc.
Jones, D. 1996. What Is Problem-Based Learning? The Californis State
University. (Online).
http://edweb.sdsu.edu/clirt/learningtree/PBL/PBLedvantages.html.
Diakses 9 Maret 2003.
Keefer, R. 1999. Criteria for Designing Inquiry Activities that Are Effective
for Teaching and Learning Science Concepts. Journal College
Science Teacher. Januari: 159-165
Konberg, J.K. and Griffin, M. S. 2000. Analysis Problem--- A Means to
Developing Student’ Critical-Thinking Skills: Pushing the
Boundaries of Higher-Oder Thinking. Journal College Science
Teacher (JCST). 24(5): 348-352.
Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching
Reasioning and Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School.
Massachusets: Allyn & Bacon.
Lawson, A. E. 2000. The Generality of Hypotetico-Deductive Reasoning:
Making Scientific Thinking Explicit. The American Biology
Teacher. 62(7) September 2000. p. 482-495.
Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of Thinking A Frame Work for
Curriculum and Instruction. Virginia: Assosiation for Supervision
and Curriculum Development.
Oates, K.K. (2002). Inquiry Science: Case Study in Antibiotic Prospecting.
The American Biology Teacher 64(3): 184-187.
Parkins, D.N. 1995. What Creative Thinking Is. Costa, A.L. (Ed).
Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. (hlm.
58-61) Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and
Curriculum Development (ASCD).
Rindell, A. J. A. 1999. Applying Inquiry-Based and Cooperative Group
Learning Strategies to Promote Critical Thinking. Journal of
College Science Teaching (JCST) 28(3): 203-207.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
258
ISSN 0215 - 8250
Rofi’uddin, A. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk
Siswa Sekolah Dasar. Majalah Bahasa dan Seni 1(28) Pebruari :
72-94.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice.
2nd
Ed. London: Allyn and Bacon.
Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. (Online).
http://condor.admin.ccny.cuny.edu /-eg9306candy%20research.htm.
Diakses 26 April 2003.
Tien, L. T. et al. 1999. The More Thinking Frame: Guiding Students’
Thinking in The Laboratory. Journal College Teacher. March/April.
28(5): 318-324.
Trilling, B. and Paul Hood. 1999. Learning, Technilogy, and Education
Reform in the Kowledge Age. Educational Technology. Juni-Mei:
5-18.
Tuckman, B. W. 1999. Conducting Educational Research. 5th
Edition. New
York: Harcourt Brace College Publeshers.
Underbakke, M. et al. 1993. Researching and Developing The Knowledge
Based for Teaching Higer Order Thinking. Teory Into Pactce. 32(3):
138-146.
Wheeler, S. 2002. Dual-Mode Delivery of Problem-Based Learning: A
Constructivist Persfektif. (Online) http://searchyahoo.com/search?
p=problem+based+learning. Diakses 9 Maret 2003.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH.
XXXIX Juli 2006
259

More Related Content

What's hot

Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973Nadia Anwar
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematikarianti aprilia
 
Kreativiti present[1]
Kreativiti present[1]Kreativiti present[1]
Kreativiti present[1]cgrohanasmksm
 
Konsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikirKonsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikirfiro HAR
 
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKASTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKAFebri Arianti
 
01 kbat-lembaga-peperiksaan
01 kbat-lembaga-peperiksaan01 kbat-lembaga-peperiksaan
01 kbat-lembaga-peperiksaannormyusuf
 
Makalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skills
Makalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skillsMakalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skills
Makalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skillsrahmat nur
 
Kemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematik
Kemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematikKemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematik
Kemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematikCik Niz
 
Kreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&P
Kreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&PKreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&P
Kreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&Psealih
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNurul Hilal
 
Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)
Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)
Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)tria put
 

What's hot (19)

Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973
 
Emk dalam m3
Emk dalam m3Emk dalam m3
Emk dalam m3
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
 
Kreativiti present[1]
Kreativiti present[1]Kreativiti present[1]
Kreativiti present[1]
 
Kontekstual
KontekstualKontekstual
Kontekstual
 
Konstructivisme
KonstructivismeKonstructivisme
Konstructivisme
 
Konsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikirKonsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikir
 
KBAT
KBATKBAT
KBAT
 
Slaid kbat
Slaid kbatSlaid kbat
Slaid kbat
 
Model soal hots
Model soal hotsModel soal hots
Model soal hots
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKASTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
01 kbat-lembaga-peperiksaan
01 kbat-lembaga-peperiksaan01 kbat-lembaga-peperiksaan
01 kbat-lembaga-peperiksaan
 
2 lembaga peperiksaan
2 lembaga peperiksaan2 lembaga peperiksaan
2 lembaga peperiksaan
 
Makalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skills
Makalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skillsMakalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skills
Makalah upaya pencapaian_higher_order_thinking_skills
 
Kemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematik
Kemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematikKemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematik
Kemahiran berfikir aras tinggi dalam pentaksiran matematik
 
Kreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&P
Kreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&PKreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&P
Kreativit: Pembangunan Dan Amalan Dalam P&P
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)
Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)
Hakikat Pembelajaran Matematika dan HOTS (Higher Order Thinking-Skill)
 

Viewers also liked

Hangbruginstallaties (NL)
Hangbruginstallaties (NL)Hangbruginstallaties (NL)
Hangbruginstallaties (NL)XSPlatforms
 
RJV Designs Ltd
RJV Designs LtdRJV Designs Ltd
RJV Designs LtdRJVDesigns
 
Facade Access Equipment (AR)
Facade Access Equipment (AR)Facade Access Equipment (AR)
Facade Access Equipment (AR)XSPlatforms
 
Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)
Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)
Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)XSPlatforms
 
ASEA Scientific Breakthrough
ASEA Scientific BreakthroughASEA Scientific Breakthrough
ASEA Scientific BreakthroughRich Osmers
 
Ramas Electronicas By: Andrus Duvan Jaime Alvarez
Ramas Electronicas  By: Andrus Duvan Jaime AlvarezRamas Electronicas  By: Andrus Duvan Jaime Alvarez
Ramas Electronicas By: Andrus Duvan Jaime AlvarezAndrus_1997
 
Steigersystemen (NL)
Steigersystemen (NL)Steigersystemen (NL)
Steigersystemen (NL)XSPlatforms
 
Safety with a Star (EN)
Safety with a Star (EN)Safety with a Star (EN)
Safety with a Star (EN)XSPlatforms
 
Mapas comunicación oral y escrita
Mapas  comunicación oral y escritaMapas  comunicación oral y escrita
Mapas comunicación oral y escritamarielys perozo
 
School based mental health workshop: assessing and treating violent youth
School based mental health workshop: assessing and treating violent youth  School based mental health workshop: assessing and treating violent youth
School based mental health workshop: assessing and treating violent youth Kathryn Seifert
 
Protezione Anticaduta (IT)
Protezione Anticaduta (IT)Protezione Anticaduta (IT)
Protezione Anticaduta (IT)XSPlatforms
 
Presentacion mueble neo clásico Ingles: Robert Adam
Presentacion mueble neo clásico Ingles:  Robert AdamPresentacion mueble neo clásico Ingles:  Robert Adam
Presentacion mueble neo clásico Ingles: Robert AdamTachie Gaya
 

Viewers also liked (20)

Balok (slide)
Balok (slide)Balok (slide)
Balok (slide)
 
Hekwerken (NL)
Hekwerken (NL)Hekwerken (NL)
Hekwerken (NL)
 
LinkedPro (US)
LinkedPro (US)LinkedPro (US)
LinkedPro (US)
 
Hangbruginstallaties (NL)
Hangbruginstallaties (NL)Hangbruginstallaties (NL)
Hangbruginstallaties (NL)
 
RJV Designs Ltd
RJV Designs LtdRJV Designs Ltd
RJV Designs Ltd
 
Facade Access Equipment (AR)
Facade Access Equipment (AR)Facade Access Equipment (AR)
Facade Access Equipment (AR)
 
Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)
Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)
Imbracature, cime e punti di ancoraggio mobili (IT)
 
Aei new
Aei newAei new
Aei new
 
ASEA Scientific Breakthrough
ASEA Scientific BreakthroughASEA Scientific Breakthrough
ASEA Scientific Breakthrough
 
Guardrails (US)
Guardrails (US)Guardrails (US)
Guardrails (US)
 
Ramas Electronicas By: Andrus Duvan Jaime Alvarez
Ramas Electronicas  By: Andrus Duvan Jaime AlvarezRamas Electronicas  By: Andrus Duvan Jaime Alvarez
Ramas Electronicas By: Andrus Duvan Jaime Alvarez
 
Biodiversidad
BiodiversidadBiodiversidad
Biodiversidad
 
Wptutorial
WptutorialWptutorial
Wptutorial
 
Steigersystemen (NL)
Steigersystemen (NL)Steigersystemen (NL)
Steigersystemen (NL)
 
Safety with a Star (EN)
Safety with a Star (EN)Safety with a Star (EN)
Safety with a Star (EN)
 
Semiologia pares craneanos
Semiologia pares craneanosSemiologia pares craneanos
Semiologia pares craneanos
 
Mapas comunicación oral y escrita
Mapas  comunicación oral y escritaMapas  comunicación oral y escrita
Mapas comunicación oral y escrita
 
School based mental health workshop: assessing and treating violent youth
School based mental health workshop: assessing and treating violent youth  School based mental health workshop: assessing and treating violent youth
School based mental health workshop: assessing and treating violent youth
 
Protezione Anticaduta (IT)
Protezione Anticaduta (IT)Protezione Anticaduta (IT)
Protezione Anticaduta (IT)
 
Presentacion mueble neo clásico Ingles: Robert Adam
Presentacion mueble neo clásico Ingles:  Robert AdamPresentacion mueble neo clásico Ingles:  Robert Adam
Presentacion mueble neo clásico Ingles: Robert Adam
 

Similar to 607

MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptx
MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptxMODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptx
MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptxmega311
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clismartinrusmaja
 
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...safitkafit
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranmarnosumarno2
 
440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdfJackzid
 
Tugas 3 SMP.pptx
Tugas 3 SMP.pptxTugas 3 SMP.pptx
Tugas 3 SMP.pptxZalfa49
 
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxSISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxsaibani3
 
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery LearningMakalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learningsilva a'yun
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxlalumhw88
 
Assigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l sendAssigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l sendkirutping71
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Aidil Abrar
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Aidil Abrar
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Nur Ismirawati
 
Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)
Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)
Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)Wawa Honey
 
Model Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stickModel Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stickyuli yuliyanti
 

Similar to 607 (20)

MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptx
MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptxMODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptx
MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013.pptx
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clis
 
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf
 
Tugas 3 SMP.pptx
Tugas 3 SMP.pptxTugas 3 SMP.pptx
Tugas 3 SMP.pptx
 
Kemahiran Berfikir Aras Tinggi-KbaT
Kemahiran Berfikir Aras Tinggi-KbaTKemahiran Berfikir Aras Tinggi-KbaT
Kemahiran Berfikir Aras Tinggi-KbaT
 
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptxSISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
SISKA-METODE DAN STRATEGI PEMBELAJRAN PAI.pptx
 
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery LearningMakalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
 
Assigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l sendAssigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l send
 
Modul (kb 6) contextual
Modul (kb 6) contextualModul (kb 6) contextual
Modul (kb 6) contextual
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel
 
Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)
Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)
Pemikiran (Lateral, Kritis, Kreatif, Reflektif)
 
Model Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stickModel Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stick
 
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan InkuiriPendekatan Inkuiri
Pendekatan Inkuiri
 

607

  • 1. ISSN 0215 - 8250 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF PADA PELAJARAN BIOLOGI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA oleh Ida Bagus Putu Arnyana Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design dengan judul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA”. Tujuan penelitian ini adalah menemukan strategi-strategi pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi khususnya berpikir kreatif. Dalam penelitian ini dibandingkan strategi pembelajaran inovatif (Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri) dengan model pembelajaran tradisional (DI). Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Singaraja. Hasil penelitian ini adalah kelompok siswa yang belajar dengan strategi kooperarif GI, PBL, dan Inkuiri, memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI. Kata kunci : strategi pembelajaran inovatif, berpikir kreatif ABSTRACT The research has been conducted about, Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design. The effect of the implementation of Inovative Learning Strategy to Creative Thinking Capability of the SMA Students in Biology. The purpose of this research was to discover learning ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 240
  • 2. ISSN 0215 - 8250 strategy which could train students high thinking capability especially creative thinking. In this research there was a comparation between inovative learning strategies (GI cooperative, PBL, and Inquiry) and DI teaching model. The subjects were the first year students of SMAN 3 Singaraja. The results of this research showed that students groups who learned by implementing GI cooperative strategy, PBL, and Inquiry had a better creative thinking skill than those who learned by DI teaching model. Key Words: Inovative learning strategy, creative thinking 1. Pendahuluan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sudah dilaksanakan di SMA di Singaraja sejak tahun pelajaran 2003/2004 sebagai pengganti Kurikulum 1994. Kurikulum 2004 menuntut agar, setelah proses belajar, siswa memiliki suatu kompetensi sesuai dengan yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran. Kurikulum 2004 menuntut siswa agar memiliki kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus dikuasai siswa adalah kecakapan berpikir. Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, mampu berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life long leaning) (Trilling and Hood, 1999). Galbreath (1999) mengemukakan bahwa, pada abad pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal. Degeng (2003) mengemukakan para lulusan sekolah sampai perguruan tinggi, di samping memiliki kemampuan vokasional (vocasional skills), juga harus memiliki kecakapan berpikir ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 241
  • 3. ISSN 0215 - 8250 (thinking skills) sehingga Bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa “buruh”. Semua pendapat para ahli ini mendukung pendapat John Dewey (1916, dalam Johnson, 2002) yang sejak awal mengharapkan agar siswa diajarkan kecakapan berpikir. Namun, sampai saat ini, kecakapan berpikir ini belum ditangani secara sungguh-sunguh oleh para guru di sekolah. Hal ini mendukung penemuan Rofi’udin (2000) menyatakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Johnson (2002), Krulik dan Rudnick (1996) menyatakan berpikir tingkat tinggi dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental seperti dalam peecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), analisis asumsi (analyzing asumption), dan inkuiri sains (scientific inquiry). Krulik dan Rudnick (1996) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh seseorang. Agar mampu memecahkan masalah dengan baik dituntut kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi, membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan, dan mengambil keputusan. Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 242
  • 4. ISSN 0215 - 8250 menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Parkin (1995) mengemukakan berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil. Baer (1993) mengemukakan, berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen. Ada 4 indikator berpikir divergen, yaitu (1) fluence (kemampuan menghasilkan banyak ide), (2) flexibility (kemampuan menghasilkan ide- ide yang bervariasi), (3) originality (kemapuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada), dan (4) elaboration (kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail). Lebih lanjut, Baer mengemukakan bahwa kreativitas seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap, pembawaan atau keperibadian, atau kecakapan dalam memecahkan masalah. Marzano, et al. (1988) mengemukakan 5 aspek berpikir kreatif berikut ini. (1) Dalam kreativitas, berkait erat keinginan dan usaha. Untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif diperlukan usaha. (2) Kreativitas menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang telah ada. Orang yang kreatif berusaha mencari sesuatu yang baru dan memberikan alternatif terhadap sesuatu yang talah ada. Pemikir kreatif tidak pernah puas terhadap apa yang telah ada atau ditemukan sebelumnya. Mereka selalu ingin menemukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien. (3) Kreativitas lebih memerlukan evaluasi internal dibandingkan eksternal. Pemikir kreatif harus percaya pada standar yang telah ditentukan sendiri. (4) Kreativitas meliputi ide yang tidak dibatasi. Pemikir kreatif harus bisa melihat suatu masalah dari berbagai aspek (sudut pandang) dan menghasilkan solusi yang baru dan tepat. (5) Kreativitas sering muncul pada saat sedang melakukan sesuatu, ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 243
  • 5. ISSN 0215 - 8250 seperti Mendeleyev menemukan susunan berkala unsur-unsur pada saat mimpi, dan Arcimedes menemukan hukumnya saat sedang mandi. Marzano dkk. (1988) menyarankan kepada guru beberapa cara mengajarkan berpikir kritis-kreatif, yaitu (1) mempersiapkan materi pelajaran dengan baik, (2) mendiskusikan materi pelajaran yang kontropersi, (3) mengemukakan masalah yang menimbulkan konflik kognitif, (4) menugaskan siswa menemukan pandangan-pandangan yang bervariasi terhadap suatu masalah, (5) menugaskan siswa menulis artikel untuk diterbitkan dalam suatu jurnal, (6) menganalisis artikel dari koran atau media lain untuk menemukan gagasan-gagasan baru, (7) memberikan masalah untuk menemukan solusi yang berbeda-beda, (8) memberikan bacaan yang berbeda dengan tradisi siswa untuk diperdebatkan atau didiskusikan, dan (9) Mengundang orang yang memiliki pandangan- pandangan yang kontroversial. Dalam uraian di atas, tampak betapa pentingnya penerapan strategi- startegi pembelajaran yang dapat meningkatkan kecakapan berpikir kreatif siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum ini, strategi pembelajaran yang diharapkan adalah strategi-startegi pembelajaran inovatif, yaitu startegi- strategi pembelajaran yang dasar filosofinya konstruktivisme. Strategi-strategi pembelajaran inovatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah Strategi Kooperatif Kelompok Penelitian (Group Investigation/GI), Strategi Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem- Based Learning (PBL), dan Strategi Inkuiri. Sebagai pembanding, dipilih Model Pengajaran Langsung atau Direct Instruction (DI), yaitu model pengajaran yang pada saat ini selalu digunakan oleh para guru biologi di Singaraja. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 244
  • 6. ISSN 0215 - 8250 Strategi Kooperatif GI merupakan strategi yang dasar filosofinya konstruktivisme karena, dalam pembelajarannya, siswa membangun sendiri pengetahuannya dan guru berperan sebagai fasilitator (Slavin, 1995). Dalam strategi ini, siswa merencanakan sendiri topik yang akan diselidiki dari tema umum yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa merencanakan dan melaksanakan sendiri penyelidikannya. Strategi Kooperatif GI sangat baik diterapkan untuk melatih siswa mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah serta melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa (Tejada, 2002; Dumas, 2003; Konberg dan Grifin, 2000; Arnyana, 2005) Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah startegi pembelajaran yang dasar filosofinya konstruktivisme. PBL dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat ill-structured, terbuka, dan mendua (Forgaty, 1997; Jones, 1996). PBL dapat membangkitkan minat siswa, nyata, dan sesuai untuk membangun kemampuan intelektual. Rindell (1999); Wheeler (2002); Arnyana (2005) menemukan, bahwa PBL dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa. Strategi Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang dasar filosofinya konstruktivisme karena, melalui strategi ini, siswa membangun sediri pengetahuannya. Dalam strategi inkuiri, siswa dilatih memecahkan masalah akademik, meningkatkan pemahaman terhadap sains, mengembangkan keterampilan belajar sains, dan literasi sains (Keefer, 1998; German, 1991; Oates, 2002). Lawson (2000) mengemukakan kegiatan inkuiri dapat melatih kecakapan berpikir siswa dan meningkatkan kererampilannya dalam memecahkan masalah. Pada kenyataannya, strategi-strategi pembelajaran inovatif seperti inkuiri, PBL, dan strategi kooperatif GI tidak banyak diterapkan di sekolah. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 245
  • 7. ISSN 0215 - 8250 Para guru umumnya lebih banyak menerapkan Model Pengajaran Langsung atau DI. Model DI ini merupakan salah satu model pengajaran tradisional (Arends, 2004). Model pengajaran DI ini merupakan model pengajaran yang umum digunakan oleh guru-guru biologi SMA di Singaraja (Arnyana, 2005). Model pengajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar kogntif atau pengetahuan deklaratif (mastery of-structured knowledge) dan meningkatkan suatu keterampilan atau pengetahuan prosedural (skill mastery) (Arends, 2004). Arends (1997) mengemukakan bahwa model pengajaran langsung ini paling banyak didasari oleh teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura (1977, dalam Arends, 1997) yang oleh Arends (1997) disebut sebagai teori pemodelan tingkah laku. Dalam pembelajaran langsung, kegiatan guru adalah menyampaikan tujuan, mendemostrasikan pengetahuan, dan membimbing pelatihan. Tujuan penelitian ini adalah menemukan pengaruh strategi-strategi pembelajaran inovatif (kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri) dibandingkan dengan model pengajaran langsung atau DI terhadap kemampuan berpikir kreatif pada pelajaran biologi siswa SMA. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang diterapkan adalah Rancangan Eksperimen Semu (Quasi), yaitu Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design (Tucman, 1999), dengan pola seperti pada Gambar 1. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 246
  • 8. ISSN 0215 - 8250 Gambar 1. Prosedur Penelitian Eksperimental Semu Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design (Tukman, 1999:172) Keterangan : simbul X menyatakan perlakuan, yaitu X1 adalah strategi kooperatif GI, X2 adalah startegi PBL, X3 adalah strategi inkuiri, dan X4 adalah model pengajaran tradisional. Simbul O dengan indek 1, 3, 5, 7 (ganjil) menunjukkan pengukuran awal. O dengan indeks 2, 4, 6, 8 (genap) menunjukkan pengkuran setelah proses pembelajaran. Hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan dalam Gambar 2. Variabel Bebas Variabel Terikat Gambar 2: Hubungan Antar Variabel Penelitian ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 247 Model Pengajaran Tradisional Strategi PBL Strategi Kooperatif GI Strategi Inkuiri Kemampuan Berpikir Kreatif O1 X1 O2 ------------------------- O3 X2 O4 ------------------------- O5 X3 O6 ------------------------ O7 X4 O8
  • 9. ISSN 0215 - 8250 Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri yang ada di Kota Singaraja, yaitu siswa SMA Negeri 1, siswa SMA Negeri 2, siswa SMA Negeri 3, dan siswa SMA Negeri 4. Siswa SMA Negeri yang digunakan sebagai sampel penelitian ini ditentukan secara acak. Dari hasil pengacakan, diperoleh siswa SMA Negeri 3 sebagai sampel penelitian ini. Sebagai sampel penelitian, ditetapkan dengan memilih kelas-kelas yang kemampuan akademisnya relatif homogen, yaitu siswa kelas X2, X3, X4, X5, dan siswa kelas X6. Dari hasil pengacakan ditetapkan siswa kelas X3 belajar dengan strategi Inkuiri, siswa kelas X4 belajar dengan model DI (tradisional), siswa kelas X5 belajar dengan strategi PBL, dan siswa kelas X6 belajar dengan strategi kooperatif GI. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi biologi SMA semester 1 kelas X Kurikulum 2004, dengan standar kompetensi siswa mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah dengan menerapakan sikap ilmiah dalam bidang biologi. Instrumen penelitian yang disusun dalam penelitian ini meliputi (1) rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat skenario pembelajaran, (2) lembar kegiatan siswa (LKS), dan (3) alat evaluasi Rencana pembelajaran, dan LKS disusun masing-masing sesuai dengan model dan startegi pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini. LKS untuk pembelajaran inovatif menyajikan masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh siswa melalui kegiatan investigasi. Penelitian eksperimental semu ini dilaksanakan dengan prosedur seperti pada Tabel 1. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 248
  • 10. ISSN 0215 - 8250 Tabel 1. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X2 dengan Model Pengajaran Tradisional (DI) Kelas X3 dengan Startegi Inkuiri Kelas X5 dengan Strategi PBL Kelas X6 dengan Strategi Kooperatif GI Menyampaikan tujuan dan meniapkan siswa Guru mendemostra- sikan pengetahuan atau ketarampilan Guru membimbing pelatihan Guru mengecek pemahaman dan memberi umpan kalik Guru memberikan kesempatan penerapan melakukan latihan lanjut Siswa merumuskan ma-salah yang akan dikaji Merumuskan jawaban sementara terhadap masalah Menguji hipotresis Merencanakan dan melakukan penyelidikan Membuat simpulan Memberlakukan simpulan Guru menyampaikan masalah ill dan autentik Guru mengorgaisasi siswa dalam belajar, membantu siswa dalam menemukan masalah dan merancang kegiatan penyelidikan Guru membantu susiswa secara individual atau kelompok dalam melak-sanankan penyelidikan Siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya Siswa melakukan refleksi dan evaluasi proses pemecahan masalah Kelompok siswa mengidentifikasi topik-topik yang akan dilakukan investigasinya Kelompok siswa merancang kegiatan investigasi kelompok siswa melakukan kegiatan investigasi Perencanaan laporan Presentasi laporan Evaluasi Untuk melatih kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran GI, PBL, dan Inkuiri, siswa dilatih untuk mengemukakan ide-ide inovatif dan orisinil yang dituangkan dalam bentuk-bentuk mengangkat masalah, ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 249
  • 11. ISSN 0215 - 8250 memberikan jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang diangkat, menyusun rencana investigasi maupun dalam melaksanakan investigasi guna memecahkan masalah-masalah, dan menyajikan data. Dalam model pembelajaran tradisional (DI), LKS yang diberikan adalah LKS dengan bentuk yang biasa diberikan oleh guru saat ini, yaitu LKS yang berupa “resep” yang harus diikuti oleh siswa tahap demi tahap. Ada dua alat evaluasi (alat pengumpul data) yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut. Yang pertama adalah poprtofolio. Melalui portofolio diukur kemampuan berkreasi siswa melalui penulisan jurnal belajar, kemampuan mengangkat masalah, kemampuan memberikan jawaban sementara (hipotesis), merencanakan kegiatan penyelidikan, melaksanakan penyelidikan, dan cara menyajikan data hasil penyelidikan. Untuk memberikan skor terhadap komponen-komponen tersebut dibuatkan rubrik. Yang kedua adalah tes tulis dengan bentuk tes Structured of the Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy dari Collis and Davey (1986). Dalam tes ini, kreativitas siswa dinilai melalui kemampuannya dalam mengangkat masalah, dan merencanakan kegiatan pemecaham masalah yang diajukan. Untuk memberikan skor terhadap tes tulis ini dibuatkan rubrik. Pengumpulan data dilakukan melalui pretes, yaitu dengan tes tulis, postes, dan portofolio. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kovarian univariat (Anacova), dilanjutkan dengan uji beda LSD. Kovariat dalam analisis ini adalah hasil pretes. Sebelum dilakukan analisis data dengan stratistik Anacova, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi sebagai persyaratan uji Anacova, yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varian antarkelompok. Analisis data dibantu dengan program SPSS for Windows pada taraf signifikansi 5%. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 250
  • 12. ISSN 0215 - 8250 Deskripsi umum rata-rata skor semua variabel terikat ini menggunakan pedoman konversi skor absolut skala lima, yaitu A, B, C, D, dan E. Pedoman konversi nilai ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Pedoman Konversi Skor Rata-Rata Hasil Penelitian No. Tingkat Penguasaan Nilai Katagori 1. 85% - 100% A Sangat Baik 2. 70% - 84% B Baik 3. 55% - 69% C Sedang 4. 40% - 45% D Kurang 5. 0% - 39% E Sangat kurang Diadaptasi dari Buku Pedoman Studi IKIP Negeri Singaraja (2002: 32) 3. Hasil Dan Pembahasan Rata-rata persentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif disajikan dalam Tabel 3 dan dituangkan dalam histogram pada Gambar 3. Tabel 3. Rata-Rata Prosentase Keberhasilan Semua Kelompok Siswa Variabel Rata-rata prosentase keberhasilan Kelompok GI Kelompok PBL Kelompok Inkuiri Kelompok DI Kemampuan berpikir kreatif 73,57% 75,03% 74,48% 55,05% ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 251
  • 13. ISSN 0215 - 8250 73.57 75.03 74.48 55.05 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Rata-Rata Skor A B C D Strategi Pembelajaran KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF Gambar 1. Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Keterangan : A: Strategi Kooperatif GI, B: Strategi PBL, C: Strategi Inkuiri, dan D: Strategi DI Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada katagori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan model DI berda pada katagori sedang. Hasil uji statistik kelompok siswa yang belajar dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam meningkatklan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi Koopearif GI, PBL, dan Inkuiri, secara signifikan memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 252
  • 14. ISSN 0215 - 8250 Strategi pembelajaran inovatif yang diterapkan dalam penelitian ini, yaitu Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri, dasarnya adalah inkuiri. Kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran ini adalah, siswa mengangkat masalah, merumuskan masalah, mengajukan jawaban sementara, merancang kegiatan investigasi untuk menjawab masalah atau menguji hipoetsis, melakukan investigasi, menyusun laporan, dan diakusi kelas, sehingga ketiga strategi ini tidak tidak mengakibatkan ada perbedaan dalam melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Peranan guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator, pembimbing, dan membatu siswa dalam belajar. Kegiatan belajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajarannya, siswa dituntut dan dilatih untuk berkreasi, memunculkan ide-ide yang orisinil dalam merancang dan melaksanakan penyelidikan sesuai materi pelajaran yang dipelajarinya. Hal-hal yang dapat dikembangkan dalam melatih keterampilan berpikir kreatif, adalah berikut ini. (1) Dalam menetapkan masalah, siswa dituntut untuk mengangkat masalah yang spesifk, menarik, dan dapat dilakukan penyelidikannya. (2) Pada saat siswa merancang tahap-tahap pelaksanaan penyelidikannya, siswa berkreasi menyusun langkah-langkah penyelidikan, yakni langkah-langkah yang disusun ini memenuhi kreteria: orisinil hasil kerasi kelompok belajarnya, memenuhi syarat ilmiah, harus dapat dilaksanakan, disesuaikan dengan fasilitas, sumberdaya, dan waktu yang tersedia. Menyusun rancangan pelaksanaan penyelidikan seperti itu bukan merupakan sesautu yang mudah. Kegiatan ini benar-benar memerlukan pemikiran yang kreatif. (3) Dalam melaksanakan penyelidikan, siswa dituntut mengembangkan teknik dan taktik agar penyelidikannya dapat dilaksanakan dengan baik. Tentu dalam hal ini diperlukan keterampilan berpikir. (4) Pada awal pembelajaran, guru tidak ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 253
  • 15. ISSN 0215 - 8250 menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah. Siswa diberikan kebebasan menggali sendiri konsep-konsep yang ada di dalam buku untuk menunjang penyelidikannya. Guru menjelaskan konsep-konsep yang sulit, memperbaiki miskonsepsi, dan meberikan pengayaan pada saat diakusi kelas. (5) Siswa dituntut menyajikan hasil penyelidikannya, seperti dengan berbagai bentuk tabel, grafik, dan lain-lainnya. Apa yang ditemukan dalam penelitian ini mendukung apa yang dikemukakan atau ditemukan sebelumnya oleh para pakar berikut ini. (1) Rofi’udin (2000) menemukan dalam penelitiannya melatih kemampuan berpikir kritis-kreatif siswa SD, bahwa kegiatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan topik/masalah yang dibahas yang terkait dengan materi yang dipelajari, mengajukan gagasan-gagasan dalam suasana saling menghargai dan saling menerima dapat mendorong siswa untuk berpikir divergen, dan melakukan eksplorasi, Semua ini dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. (2) Baer (1993) menemukan proses pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) dapat meningkatkan kecakapan berpikir kreatif siswa. (3) Tien (1999) menemukan dalam penelitiannya pada mahasiswa kimia dalam kegiatan laboratorium, bahwa strategi inkuiri dengan metode eksperimen dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa. (4) Underbakke (1993) menemukan dalam pembelajaran sains, bahwa pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dalam pemecahan masalah melalui mengajukan masalah, menyajikan hipotesis, dan menguji hipotesis dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa. (5) Fogarty and McTighe (1993) menemukan bahwa strategi kooperatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis-kreatif siswa, karena melalui kerja sama yang baik dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk menggali ide-ide ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 254
  • 16. ISSN 0215 - 8250 baru yang keratif, membahas berbagai informasi, dan saling berbagi informasi. (6) Gagne (1980) mengemukakan kegiatan pemecahan masalah (problem solving) dalam proses belajar dapat melatih kecakapan berpikir, karena proses belajar ini memungkinkan menghasilkan cara pemecahan yang baru, berpikir tidak konvensional, dan masalah yang diangkat dari masalah yang ill-defined. Hal yang berbeda terjadi dalam pembelajaran tradisional. Disini, siswa selalu difasilitasi, diarahkan, dan yang lebih membunuh kreativitas adalah bahwa LKS yang diberikan berupa “resep”, sehingga siswa secara sambil bernyayi melakukan kegiatan dengan hanya mengikuti tuntunan yang ada dalam resep tersebut. Dalam LKS tersebut telah secara rinci dimuat tahapan-tahapan pelaksanaan penyedikan. Dengan mengikuti tuntunan itu, siswa akan mencapai hasil sesuai harapan LKS. Guru menyajikan konsep-konsep sebelum penyelidikan, sehingga penyelidikan yang dilakukan oleh siswa lebih merupakan kegiatan untuk menguji konsep-konsep yang telah dibahas sebelumnya. Proses belajar yang terjadi adalah proses penuangan informasi dari guru kepada siswa, bukan siswa menemukan apa yang dipelajari dan bukan pula siswa membangun pengetahuannya. Dalam pembelajaran tradisional, kreativitas siswa sama sekali tidak dikembangkan. Yang lebih dipentingkan adalah bagaimana informasi itu sebanyak-banyaknya disampaikan kepada siswa. 4. Penutup Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa hal. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada katagori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 255
  • 17. ISSN 0215 - 8250 model DI berada pada katagori sedang. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi Kooperarif GI, PBL, dan Inkuiri, memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI. Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah berikut ini. (1) Para peneliti lain diharapkan untuk menggali dan mengembangkan bentuk-bentuk strategi pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya kecakapan berpikir kreatif. (2) Peneliti lain diharapkan menggali dan mengembangkan bentuk-bentuk asesment untuk mengukur kemampuan atau kecakapan berpikir tingkat tinggi, khususnya berpikir kritis dan kreatif siswa. (3) Para guru hendaknya merencanakan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya berpikir kreatif melalui strategi-strategi pembelajaran inovatif, antara lain dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri. DAFTAR PUSTAKA Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill. Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill. Arnyana, I.B.P. 2005. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi (Tidak Dipublikasi). Malang: Universitas Negeri Malang. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 256
  • 18. ISSN 0215 - 8250 Baer, J. 1993. Craetivity and Divergent Thinking: A Task Spesific Approach. London: Lawrence Elbaum Associates Publisher. Collis, K.F., and Davey, H.A. 1986. A Technique for Evaluating Skills in High School Science. Journal of Research in Science Teaching. 23(7): 651-663. Degeng, N. S. 5 September 2003. Bisa Ciptakan Bangsa “Buruh”. Harian Jawa Post. hlm. 30. Dumas.A. 2003. Cooperative Learning Response to Diversity. California Departemen of Education. (Online) http://www.cde.ca.gov/iasa/cooplrng2.html. Diakses 26 April 2003. Fogarty, R. 1997. Problem Based Learning and Other Curicular Models for Multiple Intellegences Classroom. New York: IRI/Skyligt Training and Publishing, Inc. Fogarty, R. and McTighe, J. 1993. Educating Teacher for Higer Order Thinking: The Three-Story Intellect. Teory into Practice. 32(3); 161-169. FPMIPA. 2002. Buku Pedoman Studi. Singaraja. IKIP Negeri Singaraja. Gagne, R. M. 1980. Learnabel Aspect of Human Thinking. In A.E. Lawson (Ed). Science Education Information Report. (hal. 1-28). New York: The Eric Science, Mathematic, and Environmetal Education Clearni House. Germann, P. J. 1999. Developing Science Process Skils Through Direct Inquiry. The American Biology Theacher. 53(4): 243-247. Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology. Desember: 14-22. Hastings, David. 2001. Case Study: Problem-Based Learning and the Active Classroom (Online). http://www.cstudies.ubc.ca/facdev/services/newsletter/index/html. Diakses 9 Maret 2003. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 257
  • 19. ISSN 0215 - 8250 Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Califorenia: Corwin Press, Inc. Jones, D. 1996. What Is Problem-Based Learning? The Californis State University. (Online). http://edweb.sdsu.edu/clirt/learningtree/PBL/PBLedvantages.html. Diakses 9 Maret 2003. Keefer, R. 1999. Criteria for Designing Inquiry Activities that Are Effective for Teaching and Learning Science Concepts. Journal College Science Teacher. Januari: 159-165 Konberg, J.K. and Griffin, M. S. 2000. Analysis Problem--- A Means to Developing Student’ Critical-Thinking Skills: Pushing the Boundaries of Higher-Oder Thinking. Journal College Science Teacher (JCST). 24(5): 348-352. Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching Reasioning and Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School. Massachusets: Allyn & Bacon. Lawson, A. E. 2000. The Generality of Hypotetico-Deductive Reasoning: Making Scientific Thinking Explicit. The American Biology Teacher. 62(7) September 2000. p. 482-495. Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of Thinking A Frame Work for Curriculum and Instruction. Virginia: Assosiation for Supervision and Curriculum Development. Oates, K.K. (2002). Inquiry Science: Case Study in Antibiotic Prospecting. The American Biology Teacher 64(3): 184-187. Parkins, D.N. 1995. What Creative Thinking Is. Costa, A.L. (Ed). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. (hlm. 58-61) Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD). Rindell, A. J. A. 1999. Applying Inquiry-Based and Cooperative Group Learning Strategies to Promote Critical Thinking. Journal of College Science Teaching (JCST) 28(3): 203-207. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 258
  • 20. ISSN 0215 - 8250 Rofi’uddin, A. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk Siswa Sekolah Dasar. Majalah Bahasa dan Seni 1(28) Pebruari : 72-94. Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. 2nd Ed. London: Allyn and Bacon. Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. (Online). http://condor.admin.ccny.cuny.edu /-eg9306candy%20research.htm. Diakses 26 April 2003. Tien, L. T. et al. 1999. The More Thinking Frame: Guiding Students’ Thinking in The Laboratory. Journal College Teacher. March/April. 28(5): 318-324. Trilling, B. and Paul Hood. 1999. Learning, Technilogy, and Education Reform in the Kowledge Age. Educational Technology. Juni-Mei: 5-18. Tuckman, B. W. 1999. Conducting Educational Research. 5th Edition. New York: Harcourt Brace College Publeshers. Underbakke, M. et al. 1993. Researching and Developing The Knowledge Based for Teaching Higer Order Thinking. Teory Into Pactce. 32(3): 138-146. Wheeler, S. 2002. Dual-Mode Delivery of Problem-Based Learning: A Constructivist Persfektif. (Online) http://searchyahoo.com/search? p=problem+based+learning. Diakses 9 Maret 2003. ________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006 259