Dokumen tersebut membahas tentang bisnis inklusif yang menyertakan kaum miskin baik di sisi pasokan, permintaan, maupun distribusi. Beberapa wilayah inklusivitas yang dijelaskan antara lain melalui rantai pasok, lapangan kerja, permintaan, dan distribusi. Contoh penerapannya diberikan pada sektor hotel, energi, dan barang elektronik.
5. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pengantar (1)
Model bisnis yang “normal” selalu tak menyerta-
kan kaum miskin. Di sisi “pasokan dan distribusi”
dianggap tak efisien dan tak memenuhi syarat,
sebagai pekerja dianggap kurang berpendidikan
dan kurang terampil, bahkan di sisi permintaan,
dianggap tidak memiliki daya beli.
Gerakan bisnis dunia yang sedang tumbuh
membuktikan bahwa anggapan tersebut sudah
ketinggalan jaman.
6. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pengantar (2)
Perkembangan bisnis menunjukkan bahwa
perusahaan model baru yang menguntungkan
dapat mengurangi kemiskinan secara langsung.
Para pengusaha mengenali kaum miskin sebagai
pembeli yang berharga dan “sadar kualitas”, dan
dapat melayani kaum miskin dengan pendekatan
“marjin laba rendah – volume tinggi”. Juga dikenali
bahwa kapasitas SME dapat ditingkatkan skala-nya
dan dilibatkan dalam rantai nilai.
7. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pengantar (3)
Pandangan lama menjadi berubah. Kehadiran
kaum miskin bukan lagi hambatan melainkan
peluang. Ini adalah pola hubungan baru dengan
komunitas; usaha kecil dibangun tidak dengan
sedekah tetapi dengan semangat keberhasilan
bersama.
8. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
bisnis inklusif
Bagaimana perusahaan dapat memperbaiki mata
pencarian dan kesejahteraan kaum miskin dengan
menyertakan mereka dalam sisi pasokan (supply
side) atau sisi permintaan (demand side)?
Itu merupakan pertanyaan yang akan dijawab da-
lam lembar-lembar berikut. Bermanfaat kepada
perusahaan sekaligus menyejahterakan kaum mis-
kin merupakan model bisnis yang makin dikenal
dan dikembangkan akhir-akhir ini, sejalan dengan
pemahaman akan inklusivitas yang semakin dalam.
11. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
wilayah inklusivitas
Inklusivitas dapat diterapkan di wilayah bisnis
yang terbagi menjadi beberapa bagian.
Inklusivitas rantai pasok (Supply chain
inclusivity)
Lapangan kerja (Employability)
Inklusivitas permintaan (Demand led inclusivity)
Inklusivitas rantai distribusi (Distribution chain
inclusivity)
12. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas rantai pasok
Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia membuat perubahan inovatif
pada rantai pasok, yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan kestabilan,
mengurangi biaya dan menawarkan kesempatan yang besar bagi
komunitas miskin.
Hal ini bisa dilakukan dengan membangun hubungan baru dengan
pemasok kecil, mungkin dapat dikombinasikan dengan membangun
proses di tingkal lokal. Atau dapat juga dengan memperbaiki rantai
pasok yang sudah ada dengan membangun kaitan langsung dengan
pemasok.
13. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas rantai pasok
Komunitas miskin lokal
Komunitas miskin lokal
Proses
produksi
yang
dilokalkan
Pemasok
kecil lokal perusahaan
perusahaan
Perusahaan membangun unit produksi di lokasi komunitas lokal
Perusahaan membangun hubungan dengan pemasok kecil komunitas lokal
14. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas lapangan kerja
Bisnis di seluruh dunia sering mengalami kesulitan dalam merekrut
orang dengan ketrampilan yang dibutuhkannya. Orang-orang yang
biasanya dikecualikan karena posisi sosialnya (gender, etnik, disabel,
latar belakang sosio-ekonomi) dapat dipenuhi kebutuhannya melalui
program pelatihan ketrampilan, sehingga bermanfaat bagi dua pihak,
bisnis dan masyarakat.
Sudah banyak contoh perusahaan besar yang mengembangkan
program pelatihan yang mendekatkan masyarakat dengan pasar tenaga
kerja dan meningkatkan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan. Untuk
usaha menengah juga sama, dapat diterapkan lapangan kerja inklusif ini.
Skalanya tentu berbeda, mungkin lebih tepat jika dilakukan in-house
traning atau bermitra dengan LPSM.
Lapangan kerja inklusif terutama digunakan oleh bisnis yang akan
memperluas pasarnya melayani kaum miskin. Mempekerjakan orang
lokal akan mendapatkan pengetahuan lokal. Mempekerjakan untuk
mengelola jaringan distribusi lokal merupakan satu cara untuk
memperoleh keuntungan sekaligus memperluas inklusivitas.
Memadukan orang lokal dengan komunitas dalam jaringan juga dapat
merupakan bentuk positif dari tekanan sosial, seperti ketakutan untuk
kehilangan reputasi baik, yang dapat menjamin keandalan mitra lokal.
15. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Komunitas miskin lokal
Komunitas miskin lokal
Inklusivitas lapangan kerja
Pasar tenaga
kerja
tenaga
terdidik
Program
pelatihan
Pusat
pelatihan
Tenaga
pemasaran
perusahaan
perusahaan
perusahaan
Perusahaan melaksanakan program pelatihan, yang lulusannya bisa dipakai sendiri atau masuk
ke pasar tenaga kerja
Perusahaan merekrut tenaga pemasaran dari komunitas lokal
16. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas permintaan
Suatu cara untuk melakukan inklusivitas dalam bisnis adalah dengan
membuat barang dan jasa bagi kaum miskin. Kebanyakan orang
menganggap bahwa kaum miskin bukan pasar yang diinginkan, tapi
pendapat ini sudah ketinggalan jaman. Model bisnis pada beberapa
sektor membuktikan bahwa kaum miskin merupakan pasar yang
menarik.
Karakter dari bisnis model berorientasi kaum miskin adalah:
● Keterjangkauan: Sangat penting untuk memberikan produk yang
berkualitas dan murah, karena daya beli yang terbatas. Seringkali
perlu mengikuti model “margin laba rendah-volume tinggi”, untuk
mencapai skala ekonomi yang cukup. Tentu ini tak berlaku untuk
semua produk. Penting juga untuk memahami dan mengadaptasi pola
konsumsi dari kaum miskin.
● Akses: perlu juga mengembangkan jaringan distribusi inovatif pada
infrastruktur sosial yang ada, untuk mengimbangi infrastruktur fisik
yang kurang. Akses juga harus mempedulikan antarmuka kepada
kebutuhan dan aspirasi lokal, mis. Akses orang yang buta huruf.
17. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas permintaan
Bersaing dengan produk yang sudah ada
Sudah banyak diketahui bahwa kaum miskin seringkali harus membayar
mahal untuk barang kebutuhan dasar karena monopoli lokal dan
infrastruktur sosial/ fisik yang tidak efisien yang menghambat
persaingan. Kejadian seperti itu disebut “poverty penalty”.
Semua jenis barang, dari kredit sampai makanan dan bahan bakar,
dapat terkena penalti ini. Membuat terobosan terhadap penalti ini
merupakan peluang bisnis. Tantangannya adalah menyediakan produk
yang sama tapi murah dengan kualitas yang sama atau lebih baik.
Model ini biasanya diterapkan untuk layanan kesehatan, layanan energi
dan air, pendidikan dan keuangan mikro, dapat juga berlaku untuk
barang keperluan rumah tangga.
18. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas permintaan
Mengenalkan produk baru
Kaum miskin dapat mengambil manfaat dari produk yang biasanya
hanya tersedia untuk orang kaya. Layanan keuangan, TIK misalnya,
memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan peluang
penghasilan. Produk lain mungkin tidak meningkatkan produktivitas
tetapi kesejahteraan seperti makanan dan minuman.
Langkah penting dalam proses ini adalah pengembangan pasar; meliputi
riset kebutuhan, aspirasi dan pola konsumsi dari sasaran, sebelum
membuat barang atau jasa yang sesuai kebutuhan. Hal ini juga meliputi
proses pendidikan (edukasi) terutama sektor finansial atau teknologi,
atau penyadaran brand lewat pemasaran. Hal ini terutama penting untuk
wilayah yang terisolasi yang sedikit sekali informasinya mengenai produk
dan jasa baru. Dalam proses ini seringkali perlu bermitra dengan LPSM.
19. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Komunitas miskin lokal
perusahaan
Inklusivitas permintaan
Produk
yang
biasanya
mahal
Perusahaan membuat produk yang bagus dan murah yang dapat meningkatkan produktivitas
komunitas lokal, misalnya kulkas, handphone dll
20. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas rantai distribusi
Melibatkan UMKM dalam rantai distribusi merupakan peluang untuk
meningkatkan fleksibilitas dan keandalan operasi distribusi. Hal ini
khususnya merupakan strategi yang efektif untuk produk yang
diperuntukkan kaum miskin.
Pasar untuk kaum miskin di desa atau kota seringkali terhambat oleh
infrstruktur publik. Model distribusi yang normal tidak efektif karena
imbalan tak sepadan. Biaya tak sebanding dengan pendapatan karena
volume penjualan atau harga terlalu rendah.
Membangun tautan bisnis dengan UMKM lokal sebagai sasaran pasar
dapat mengambil manfaat dari jejaring dan sistem yang sudah ada, yang
sudah terbukti efektif dalam konteks tertentu. Kemitraan seperti ini
membantu diperolehnya pengetahuan lokal yang sangat penting untuk
keberhasilan bisnis.
UMKM juga membantu menguatkan ikatan antara perusahaan dan
komunitas; membuat perusahaan dapat “lebih diterima” di lingkungan
lokal demi terjadinya hubungan yang berjangka panjang.
23. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inklusivitas rantai pasok – Membeli dari
kaum miskin.
● membangun hubungan baru dengan pemasok
kecil, mungkin dapat dikombinasikan dengan
membangun proses di tingkat lokal.
● memperbaiki rantai pasok yang ada dengan
membangun kaitan langsung dengan pemasok.
Inklusivitas Lapangan kerja.
● Program pelatihan ketrampilan untuk masuk ke
pasar tenaga kerja.
● Mempekerjakan dalam jaringan kerja
perusahaan, terutama untuk beroperasi dalam
komunitas lokal.
Inklusivitas berdasar permintaan – barang
dan jasa.
● Terjangkau: produk berkualitas dan harganya
murah.
● Akses: jaringan distribusi inovatif dengan
memanfaatkan infrastruktur sosial yang sudah
ada.
Inklusivitas rantai distribusi.
● Melibatkan UMKM lokal dalam rantai distribusi
merupakan peluang untuk meningkatkan
fleksibilitas dan keandalan distribusi.
● UMKM lokal dapat menguatkan ikatan antara
perusahaan dan komunitas sehingga
terbangun bisnis berjangka panjang.
24. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi wilayah inklusivitas
Untuk lebih menjelaskan tentang “Wilayah Inklusivitas”, berikut
ini digambarkan beberapa contoh penerapannya di lapangan.
1. Wilayah Inklusivitas Lapangan Kerja digambarkan oleh
Intercontinental Hotel Group (IHG) dengan IHG Academy.
2. Wilayah Inklusivitas Permintaan digambarkan oleh SELCO
yang memproduksi solar-cell untuk pelistrikan di desa.
3. Wilayah Inklusivitas Rantai Distribusi digambarkan oleh
Godgrej Appliance yang memproduksi kulkas murah dengan
merek Chotukool.
25. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Intercontinental Hotels Group China
Untuk menjawab kekurangan tenaga
terdidik di IHG (Intercontinental
Hotels Group) China, IHG bermitra
dengan lembaga pendidikan lokal untuk
membentuk IHG Academy dalam
melatih spesialis dalam bidang
pariwisata.
Hampir 5.000 orang belajar di IHG
Academy tiap tahun, membuat perusa-
haan dapat memenuhi tujuannya, yakni
mengembangkan orang-orang yang
terdidik dan terkualifikasi.
1/2
26. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Semakin banyak lulusan akademi ini,
IHG akan semakin mudah untuk
mendapatkan pegawai yang dibutuhkan,
sekaligus dapat memperluas
kesempatan ekonomi bagi komunitas,
untuk memasuki sektor pariwisata.
Program ini bekerjasama dengan
komunitas lokal untuk mengarahkan
manfaat kepada orang-orang yang sulit
mendapat pekerjaan, seperti veteran,
gelandangan dan disabel.
2/2
27. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
SELCO-India: Affordable solar home systems
SELCO mengembangkan “photovoltaic solar home
system” yang memberikan alternatif penerangan bagi
masyarakat yang tak terjangkau jaringan listrik.
SELCO beranggapan bahwa inovasi pembiayaan dan peru-
sahaan energi mikro digabung dengan kualitas yang baik
mampu untuk bersaing dengan layanan energi konvensi-
onal. SELCO bekerjasama dengan REEEP funds untuk
mengatasi hambatan finansial di tingkat akar rumput.
28. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Godrej Appliances mengembangkan
model distribusi untuk produk kulkas
termurah di dunia dengan merek
Chotukool. Produk ini menyasar kota-
kota kecil dan terpencil termasuk
wilayah miskin.
Alih-alih menggunakan saluran distri-
busi konvensional dengan tenaga pema-
saran khusus, Godrej bermitra dengan
kantor pos yang memiliki 150.000 kan-
tor yang tersebar di seluruh negeri.
Pembeli cukup datang ke kantor pos
terdekat dan memesan barang.
Godrej juga bermitra dengan Sakhi
Retail, sebuah LSM lembaga keuangan
mikro, yang mendidik wanita desa untuk
menjadi pengusaha distributor produk
hijau & bersih.
1/3
31. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
kemasan bisnis (1)
Setelah pengertian bisnis inklusif dan wilayah
inklusivitas dipahami, potensi prakarsa yang ada
perlu dikemas dalam logika bisnis yang memberi
gambaran tentang “kelayakan” model bisnis
tersebut.
Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan meliputi
profit (laba), reputasi perusahaan, organisasi dan
skala ekonomi.
32. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
kemasan bisnis (2)
Dalam semua wilayah inklusivitas, sangat penting
untuk membangun pengalaman dan pengetahuan
untuk menjamin berhasil dan sinambungnya
perubahan “core business”.
Lebih tepat untuk memulai dengan prakarsa kecil,
membangun hubungan, jejaring dan kepercayaan
diri, sebelum meningkatkan skala ekonomi.
Penting juga ditekankan bahwa jangan terlalu
mengharapkan mukjizat jangka pendek, prakarsa
semacam ini merupakan investasi jangka panjang.
33. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Profit
Alasan utama penerapan bisnis inklusif adalah karena bisnis tersebut
menguntungkan (profitable).
Ketika kebutuhan nyata dari kaum miskin sesuai dengan keinginan untuk
menyediakan barang dan jasa secara efisien dan efektif, maka akan ada
peluang pendapatan dan peluang untuk melakukan ekspansi pasar yang
baru.
Melibatkan UMKM ke dalam rantai pasok dan rantai distribusi akan
didapat fleksibilitas, jaminan kualitas dan pengurangan biaya, terutama
bila merupakan bagian dari proses pelokalan produksi. Penting juga
untuk dicatat potensi fleksibilitas dari jejaring yang terbangun. Jejaring
untuk keperluan pasokan misalnya, dapat menjadi landasan untuk
mengalirkan produk ke hilir, membuka peluang untuk “jejaring dua arah”.
34. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Reputasi
Prakarsa inklusif dapat membangun hubungan bisnis di dalam
komunitas. Dari sini dapat diperoleh dua manfaat. Yang pertama, dapat
membangun keberterimaan untuk beroperasi bagi perusahaan, yang
berarti terdapat hubungan saling menguntungkan. Kedua, dapat
membangun “brand” dalam pasar yang baru, yang dapat membangun
kesetiaan pelanggan.
35. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Organisasi, pegawai dan pengetahuan
Prakarsa inklusif menuntut pegawai untuk berpikir tentang komunitas
marginal dan bekerja di lingkungan pasar informal.
Keluar dari kerangka bisnis yang normal membutuhkan pola pikir yang
kreatif dan imaginatif, cara berpikir “di luar kotak”, yang dapat dianggap
sebagai umpan balik untuk digunakan pada area perusahaan yang lain.
Manfaat bisnis inklusif yang lumrah adalah meningkatnya “morale”
pegawai. Pegawai akan memperoleh kepuasan ketika mengetahui
bahwa perusahaannya berkontribusi positif bagi kaum miskin, dan
pikiran positif ini lagi-lagi dapat dijadikan umpan balik untuk area
perusahaan yang lain.
36. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Skala ekonomi
Skala ekonomi yang cukup besar sangat penting bagi terwujudnya
manfaat dari prakarsa, baik bagi kemiskinan ataupun keuntungan.
Prakarsa yang berhasil harus memiliki peningkatan imbalan sesuai skala
ekonomi; semakin tumbuh, biaya per unit berkurang dan menjadi lebih
mudah untuk mencari pelanggan atau mitra bisnis yang lebih banyak.
Untuk wilayah yang berbeda, makna skala ekonomi juga bisa berbeda.
● Penyediaan barang dan jasa: makna skala di sini adalah menjual
produk yang sama dengan lebih banyak. Dapat juga berarti memper-
banyak penerapan suatu model bisnis pada wilayah operasi yang lain.
Potensinya bergantung dari ukuran pasarnya, terutama bagi model
bisnis “margin laba rendah-volume tinggi”.
● Penyertaan pada rantai nilai: skala pada wilayah ini lebih “energy
intensive” dan sering perlu memberi bantuan kepada UMKM untuk
meningkatkan skalanya. Per definisi, skalanya dibatasi oleh ukuran
seluruh operasi.
● Lapangan kerja: mencapai skala ekonomi melalui lapangan kerja
berarti membuat skema pelatihan menjadi formal. Ketika skalanya
sudah optimal maka akan pelatihan akan menjadi efektif. Skala di sini
juga dibatasi oleh ukuran operasi bisnis.
37. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
profit
reputasi
organisasi,
pegawai dan
pengetahuan
skala
ekonomi
Pendorong utama ketika bertekad untuk
melakukan bisnis inklusif adalah profit.
Perlu disadari bahwa pada awalnya
membutuhkan biaya jangka pendek dan baru
bisa kembali dalam jangka panjang.
Perusahaan diterima dengan baik oleh
komunitas karena hubungan yang saling
menguntungkan.
Dapat memperkuat “brand” sehingga
meningkatkan kesetiaan pelanggan.
Diperlukan pegawai yang berpikir tentang
komunitas marginal dan bekerja di lingkungan
pasar informal, perlu pola pikir yang kreatif “di
luar kotak”.
Kebanggaan pegawai karena berkontribusi
kepada kaum miskin, dapat mempengaruhi
bagian perusahaan yang lain.
Skala ekonomi sangat bermanfaat bagi
prakarsa ini, baik bagi kemiskinan maupun
bagi keuntungan perusahaan. Jika bisnis
tumbuh maka unit biaya akan turun dan
makin mudah untuk mendapatkan pelanggan
dan mitra bisnis yang malin banyak.
38. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
dampak komunitas & sosial
Prakarsa inklusif yang tidak menguntungkan
(profitable) tentu tidak berkesinambungan
(sustainable). Sebaliknya, prakarsa yang tidak
memberikan manfaat yang nyata kepada
komunitas miskin, bukanlah suatu keberhasilan
dari perspektif inklusif.
Manfaat yang dapat diberikan kepada komunitas
miskin sangat beragam, sejalan dengan kegiatan-
nya yang juga beragam. Dampaknya dapat dikate-
gorikan sebagai produktivitas, pendapatan tetap
dan pemberdayaan.
39. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
produktivitas
Memasukkan UMKM ke dalam rantai pasok seringkali dipandang
sebagai cara paling baik agar prakarsa inklusif membawa manfaat yang
besar kepada kaum miskin. Walaupun jenis inklusivitas ini sering
dikaitkan dengan sektor ekstraktif, sekarang sudah mulai bertambah ke
sektor yang beragam, seperti, petani kecil, manufaktur ringan, dan
penyedia jasa.
Pengembangan perusahaan lokal diasuh melalui pembelian dari bisnis
besar dan manfaatnya digunakan sebagai batu loncatan bagi usaha kecil
untuk mencapai skala ekonomi dan juga untuk memperluas pasar.
Alih pengetahuan dan teknologi dari usaha besar kepada UMKM lewat
proses ini, merupakan peluang besar bagi kaum miskin untuk
memperbaiki operasi bisnisnya, misalnya memperbaiki manajemen stok,
metoda produksi atau organisasi staf.
40. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendapatan tetap
Memasukkan kaum miskin ke dalam rantai nilai atau lewat penyediaan
lapangan kerja menawarkan kesempatan untuk memperoleh
pendapatan yang tetap di dalam sektor formal.
Kaum miskin sebagian besar bekerja dalam sektor informal; artinya
berada di luar regulasi pemerintah, standard tenaga kerja atau sistem
kontrak. Pekerjaan seringkali tidak tetap dan sangat mudah untuk
berubah.
Prakarsa inklusif, jenis apapun, berpeluang untuk terhindar dari beban
ini. Keberlanjutan akan semakin baik bila ketrampilan dan kemampuan
mereka ditingkatkan dan kebergantungan dikurangi. Hal ini dapat
diterapkan bagi perseorangan dan UMKM.
41. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
pemberdayaan
Prakarsa inklusif dapat memberdayakan kaum miskin dengan berfokus
pada kebutuhan dan aspirasi mereka, memberikan peluang untuk lebih
mengatur masa depannya melalui kegiatan bisnis.
Melibatkan kaum miskin dalam kegiatan ekonomi utama, membuat
mereka tidak lagi berada pada posisi termarjinalkan. Menjual produk
kepada kaum miskin yang memenuhi kebutuhannya secara efisien
dengan harga murah juga dapat meningkatkan keberdayaan.
Kaum miskin sering menghadapi harga yang melambung untuk
kebutuhan dasar. Jika perusahaan melakukan inovasi produk dan dapat
didistribusikan secara efektif, maka akan diperoleh uang (penghematan)
yang dapat digunakan untuk keperluan apa saja, sehingga
meningkatkan daya beli.
43. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pengukuran dampak
Indikator kinerja utama (KPI) sangat penting dalam bisnis. Begitu juga,
pengukuran yang sama juga diperlukan untuk mengevaluasi dampak
sosial dari bisnis inklusif.
Jika dalam bisnis istilah “menguntungkan” adalah indikator mendasar,
mengkaji dampak terhadap kaum miskin lebih rumit, dan sejumlah
indikator dan faktor perlu dipertimbangkan.
Pengukuran dampak yang akurat dari prakarsa, idealnya harus dimulai
sebelum prakarsa itu sendiri. Data dasar faktor sosial dan ekonomi
penting untuk dibandingkan dengan pengukuran yang sama setelah
prakarsa dilakukan. Sebagai contoh, Oxfam’s Poverty Footprint
Methodology menggarisbawahi beberapa faktor penting yang perlu untuk
diamati:
44. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pengukuran dampak
● Pendapatan dan produktivitas (tingkat pendapatan, keamanan
berusaha, produksi barang per unit pembelanjaan dll).
● Gender dan kesetaraan (akses kepada pekerjaan, pelatihan, pasar,
dalam jangkauan sumberdaya rumahtangga).
● Kesehatan dan kesejahteraan (akses kepada layanan kesehatan,
pendidikan dan sosial).
● Standard hidup (kesempatan untuk memelihara identitas kultural)
● Pemberdayaan (kesempatan untuk berperanserta dan mempengaruhi
keputusan yang berdampak pada penghidupannya).
● Stabilitas dan keamanan (akses kepada sumberdaya yang membantu
menahan goncangan terhadapmata pencariannya).
45. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pengukuran dampak
Tentu, tidak semua faktor relevan dengan seluruh area inklusivitas.
Bagaimanapun, prakarsa dapat memberikan akibat yang positif atau
negatif dan harus dimasukkan dalam kajian prakarsa.
Perangkap yang harus dihindari adalah mengukur input, jumlah prakarsa
yang dimulai atau uang yang sudah dikeluarkan, daripada dampak yang
terjadi dari input tadi.
Untuk prakarsa yang skalanya besar, metodologi yang dipakai oleh
UNDP misalnya sangat berguna, tetapi kajian seperti ini mahal.
Untuk prakarsa yang skalanya relatif kecil, menggunakan data survei
atau wawancara dinilai lebih tepat, untuk mengkaji dampak dari
prakarsa.
47. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
hambatan
Melakukan bisnis inklusif tidak mudah, masalah
yang dihadapi beraneka-ragam, tak terduga dan
juga bergantung pada sektornya.
Walaupun begitu, ada hambatan yang lazim
ditemui secara internal (perusahaan), lingkungan
eksternal dan dari UMKM/ komunitas yang
dilibatkan.
49. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Hambatan internal
Mengembangkan prakarsa inklusif dapat menghambat cara-cara yang
sudah biasa dilakukan dalam bisnis. Hal ini dapat menimbulkan
ketegangan dan penolakan untuk mengubah.
Prakarsa inklusif dipandang sebagai kegiatan berisiko tinggi dengan
tingkat pengembalian jangka panjang sehingga terlalu sulit dilakukan.
Perusahaan tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan atau tidak cukup
waktu untuk melakukan investasi. Dengan demikian dibutuhkan
komitmen dari manajemen puncak.
Perusahaan juga tidak memiliki informasi yang cukup. Melibatkan UK
dalam rantai nilai misalnya, akan menemui kesulitan informasi. UK yang
berada di luar aturan pasar tidak mudah diakses tanpa mengembangkan
jaringan sektor untuk menyebarkan pengetahuan atau membangun
kontak lokal. Hasilnya, perusahaan menghadapi biaya informasi yang
tinggi.
Begitu pula mendesain produk untuk kaum miskin, perusahaan
seringkali tak memiliki pengetahuan pasar lokal yang cukup tentang
harga, kualitas atau ukuran pasar, demi memberikan layanan cukup
untuk mencapai bisnis yang menguntungkan.
51. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Hambatan lingkungan eksternal
Kaum miskin seringkali tak terlayani oleh infrastruktur publik. Listrik
kurang, akses air bersih kurang, jalan tak beraspal dan sistem
transportasi yang lemah merupakan contoh yang menghambat pasokan
dan distribusi, berdasarkan pengalamam negara berkembang.
Di wilayah perdesaan, pemasok terpencar-pencar dan hubungan jalan
jelek, menghambat efisiensi pasokan produk pertanian dan juga
menyulitkan tercapainya skala ekonomi. Begitu pula dengan rantai
distribusi yang tak mampu menjangkau kaum miskin di perdesaan
dengan produk. Di perkotaan, daerah kumuh tak tertembus,
menghalangi pasokan atau perluasan pemasaran produk.
Pemerintah pusat dan daerah seringkali tak menyediakan lingkungan
peraturan yang memudahkan bisnis. Sistem hukum yang lemah tak
dapat menjamin kontrak bisnis atau sistem pajak yang tak efisien sangat
lazim dihadapi oleh perusahaan yang sedang mengembangkan pasar.
Begitu pula sistem hukum yang jelas dengan penerapan yang lemah
juga menimbulkan masalah. Sistem ini akan semakin parah terjadi pada
kaum miskin. Orang-orang yang termarjinalkan ini cenderung untuk
beroperasi dalam ekonomi informal. Masalah-masalah tersebut
mengakibatkan prakarsa bisnis inklusif terhambat.
53. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Hambatan UMKM/ komunitas
Seringkali orang tidak percaya akan niat suatu perusahaan dari luar
komunitas. Membangun hubungan, kepercayaan dan rasa hormat
sangat diperlukan dalam berbisnis dengan kaum miskin. Perubahan
pasti akan terjadi dan mengganggu sistem dan dinamika yang sudah
ada.
Apakah akan mengenalkan produk baru yang mempengaruhi monopoli
lokal, atau memotong perantara pada rantai pasok, konsekuensi sosial
harus sangat dipertimbangkan. Perlawanan terhadap perubahan akan
menghalangi keberhasilan prakarsa. Oleh karenanya harus diberikan
kompensasi kepada pihak yang kehilangan atau mendesain operasi
yang mengurangi ketegangan. Sebagai contoh, kompensasi dapat
dilakukan dengan mengajak mereka yang kehilangan untuk terlibat
dalam prakarsa (mis. Sebagai mitra distribusi).
Komunitas dan UMKM tidak boleh terlalu bergantung kepada usaha
besar. Hal ini akan membuat mereka berhadapan dengan fluktuasi yang
tinggi sehingga jika tidak ada regulasi yang kuat mereka akan terdorong
dalam hubungan yang tak seimbang atau bahkan hubungan yang
ekploitatif.
54. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Hambatan UMKM/ komunitas
Sebagian besar UMKM tidak memiliki kapasitas untuk dilibatkan dalam
rantai nilai. Pada sisi pasokan UMKM kesulitan untuk mencapai kualitas
yang diinginkan, persyaratan keamanan, fleksibilitas produksi yang
rendah atau tak mampu mencapai skala yang dituntut oleh permintaan
pasar.
Pada sisi distribusi UMKM memiliki daya beli yang terbatas, tak
berpengalaman dalam pemasaran atau masalah manajemen kas.
56. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
kemitraan
Menjawab tantangan masalah pada bisnis inklusif,
selalu mengandung salah satu bentuk kemitraan
dengan organisasi lain; dari lembaga profit, non-
profit dan sektor publik. Sifat dari masalah
menentukan jenis kebutuhan kemitraan.
Membangun kemitraan yang berkelanjutan dan
efektif sangat sulit, khususnya dengan organisasi
yang dirancang untuk kegunaan yang berbeda.
57. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan LPSM
Kemitraan antara sektor swasta dan LPSM sangat penting karena dapat
menjembatani kesenjangan antara perusahaan dan komunitas.
Perusahaan yang ingin mengajak kaum miskin seringkali harus
membangun “karakter lokal” untuk menanggulangi jarak antara mereka
dan komunitas. LPSM memiliki pengetahuan lokal, jejaring dan legitimasi
untuk mengisi ruang ini dan melibatkan orang-orang di akar rumput.
Apa yang dapat diatasi dengan kemitraan ini?
Pengetahuan lokal: pengalaman yang dimiliki LPSM dalam bekerja dan
hidup dengan kaum miskin merupakan hal yang penting dalam
keberhasilan prakarsa bisnis inklusif. Organisasi ini tahu dan paham
akan kebutuhan dan aspirasi sehingga dapat menjadi sumber
“pengetahuan pasar” bagi perusahaan yang akan melayani kaum miskin
dengan produk dan pelayanan.
Beberapa perusahaan juga menjalankan skema “nyemplung” di mana
pegawainya tinggal beberapa hari atau minggu dalam lingkungan kaum
miskin, mencoba memahami aspirasi dan pola konsumsi mereka.
Organisasi lokal memfasilitasi proses “nyemplung” ini.
58. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan LPSM
Akhirnya, organisasi lokal akan tahu jejaring bisnis lokal, sehingga
mampu memfasilitasi proses pelibatan dalam rantai nilai.
Penyedia layanan: berdasarkan pengetahuan lokal-nya, LPSM dapat
berperan sebagai penyedia layanan subkontrak, bekerja di tataran lokal
melalui sitem yang sudah ada, mengatasi biaya tinggi yang dihadapi
perusahaan jika mereka mengembangkan sistem sendiri.
LPSM, misalnya, dapat menggunakan pemahamannya tentang
komunitas untuk menyampaikan produk atau jasa kepada komunitas
dengan bahasa mereka.
59. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan pemerintah
Pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan lingkungan aturan
perundangan yang sesuai dengan investasi komersial dan perlindungan
standard buruh, lingkungan dan sosial. Sebagian besar komunitas
miskin beroperasi secara informal, artinya berada di luar sistem pajak
dan seringkali di luar standard perundangan.
Dengan demikian ada ruang untuk melibatkan pemerintah pada isu
perundangan mengenai prakarsa inklusif, yang memberikan lingkungan
yang stabil untuk kepentingan komunitas dan perusahaan.
Karena pemerintah mengetahui manfaat model inklusif, maka langkah-
langkah yang memungkinkan untuk bertaut (linkage) akan dapat
dibangun. Pemerintah dapat membuat websites misalnya, yang
mengumpulkan perusahaan besar dan kecil dengan rinci secara sektoral
dan lokasi yang dapat digunakan sebagai antarmuka membangun
tautan.
Mendesain sistem yang efektif merupakan materi dialog antara
pemerintah dan perusahaan.
60. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan organisasi internasional dan yayasan swasta
Organisasi internasional dan yayasan swasta biasanya bermitra untuk
memberikan keahlian dalam pembangunan, terkadang juga memberikan
dana untuk suatu manfaat tertentu.
Sebagai contoh, UNDP bermitra dengan perusahaan mempelopori
produk baru berupa asuransi mikro.
61. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan lembaga akademik
Bermitra dengan lembaga akademik dapat membantu usaha untuk
mengefektifkan tenaga kerja. Perusahaan membutuhkan bantuan dalam
merancang dan melaksanakan skema pelatihan. Memanfaatkan keahli-
an yang berada di universitas jauh lebih efisien daripada melakukannya
sendiri.
Seringkali terdapat perbedaan antara kebutuhan sektor swasta dan
program pengembangan. Dengan melibatkan lembaga akademik,
diharapkan makin terjadi kesesuaian di antara keduanya.
62. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan UMKM
Kemitraan dapat membantu UMKM menanggulangi hambatan
operasionalnya, seperti kapasitas yang terbatas, mengambil manfaat
dari sisi pasokan dan sisi distribusi.
Beberapa cara membantu yang lazim dilakukan adalah:
● Kajian - bekerja bersama UMKM untuk menemukenali kekuatan dan
kelemahannya.
● Pelatihan – bagaimana hasil kajian di atas dapat dimanfatkan atau
ditanggulangi? Biasanya pihak ketiga seperti Organisasi Internasional
atau LPSM dapat melakukan pelatihan, tetapi perusahaan juga dapat
mendesain program-nya sendiri didasarkan atas keahlian mereka.
● Coaching – beberapa usaha kecil membutuhkan dukungan yang
kontinu. Memberikan bimbingan secara terus-menerus merupakan
salah satu cara untuk melakukannya.
● Belajar dari pengalaman – perusahaan dapat mendampingi usaha
kecil untuk mengoptimalkan kegiatannya.
● Penghargaan dan insentif – hal ini dapat mendorong usaha kecil
dengan cara melakukan publikasi atas kinerjanya yang meningkat.
63. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Akses kepada layanan pembiayaan
Dalam mendorong UMKM untuk meningkatkan skala operasinya,
akses kepada layanan pembiayaan menjadi komponen penting.
Bagi bank komersial konvensional, berbisnis dengan UMKM
berisiko tinggi dan melayani mereka akan menyebabkan biaya
transaksi yang tinggi.
Beberapa perusahaan yang sudah mulai melakukan bisnis
inklusif mendapatkan bahwa prakarsa berikut ini cukup efektif
untuk mengatasi kendala pembiayaan pada UMKM mitra.
69. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
. . . memulai
Prakarsa inklusif seringkali dimulai dari gagasan
atau visi yang sederhana; mungkin datang dari
seseorang atau hasil suatu acara curah pendapat.
Gagasan dapat merupakan reaksi dari kejadian,
contohnya rantai pasok yang kurang memuaskan,
suatu pengalaman, kebutuhan dalam suatu
komunitas atau inspirasi dari percakapan.
Agar gagasan dapat terwujud, imaginasi perusaha-
an perlu ditangkap, disebarluaskan dan menjadi-
kannya ambisi dan motivasi.
70. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Managemen senior harus pa-
ham kemasan bisnis ini,
memberikan dukungan penuh
dan memberi pengarahan
untuk gagasan tersebut.
Pegawai perusahaan perlu
merasa memiliki gagasan
tersebut, beserta tanggung-
jawab yang jelas, untuk
menghubungkan dengan
pemasok baru, mengkoor-
dinasikan pelatihan dengan
mitra atau mengelola ja-
ringan distribusi yang baru.
Bekerja dengan komu-
nitas lokal, perusaha-
an harus mampu me-
nemukenali peluang
untuk bermitra dan
mengelola kemitraan
dengan efektif.
Organisasi masyarakat
lokal dan pemerintah
dapat bekerjasama se-
tara dan merupakan
mitra yang penting da-
lam prakarsa ini.
Sikap dan motivasi staf ha-
rus dikelola menuju keber-
hasilan prakarsa.
Faktor keberhasilan prakarsa
Tantangannya adalah mulai
berpikir tentang bisnis kita
sendiri dan mencari pelu-
ang untuk melakukan bisnis
inklusif.
Di mana yang sudah berin-
teraksi dengan kaum mis-
kin dan bagaimana hubung-
an ini bisa ditingkatkan?
Apa yang paling bermanfa-
at bagi kaum miskin melalui
keahlian inti perusahaan
dan apa ambisi perusahaan
yang cocok dengan kebu-
tuhan masyarakat?
71. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
sistem inovasi
Sebagian besar isi dokumen ini merupakan pandu-
an kepada perusahaan yang akan menerapkan
bisnis inklusif dalam operasi bisnisnya. Namun,
untuk lebih menjamin keberlanjutannya, dirasakan
perlu untuk mempengaruhi penentu kebijakan
dalam memberikan prakarsa sistemis yang bersifat
kewilayahan. Prakarsa semacam ini dikenal
dengan “Regional Innovation System” yang dapat
memicu dan memacu upaya sistemis munculnya
inovasi. Kerangka Kebijakan Inovasi ini dapat
digambarkan pada lembar berikut.
72. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
AA
B
C
DE
F
G
H
● Kerangka umum bagi inovasi
● Daya dukung iptek
dan kemampuan
absorpsi dunia usaha.
● Kolaborasi untuk ino-
vasi dan peningkatan
difusi iptek.
● Budaya inovasi.● Sistem inovasi dan
klaster industri.
● Perkembangan
dunia.
● Afirmasi wilayah
● Afirmasi teknologi
pengungkit
Kerangka kebijakan inovasi
6 (enam)
agenda
tematik dan 2
(dua) agenda
afirmasi
73. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
AA
B
C
DE
F
G
H
● Mengembangkan infrastruktur dasar
inovasi.
● Reformasi kebijakan inovasi
● Mengembangkan pembiayaan inovasi.
● Mengembangkan
kelembagaan iptek.
● Mengembangkan daya
dukung iptek
● Mengembangkan
kemampuan absorpsi
Dunia Usaha/ UKM
● Mengembangkan kola-
borasi bagi inovasi.
● Meningkatkan difusi
inovasi, praktik baik dan
hasil litbang.
● Reformasi bidang publik.
● Pengembangan budaya kreatif-
inovatif dan kewirausahaan.
● Penguatan kohesi sosial.
● Koordinasi kebijakan
● Menumbuhkembangkan prakarsa
sistem inovasi.
● Menumbuhkembangkan klaster
industri nasional dan daerah.
● Penyelarasan dengan
perkembangan global.
● Pengembangan wilayah
tertinggal.
● Penerapan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
Kerangka kebijakan inovasi
74. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
AA
BB
CC
DDEE
FF
GG
HH
1. Penyusunan rencana induk
pembangunan ekonomi.
2. Pembangunan pangkalan data
pelaku usaha.
3. Peningkatan infrastruktur
dasar (jalan, air, energi,
telekomunikasi)
4. Peragaman skema pembi-
ayaan usaha termasuk
lembaga pembiayaan.
5. “perbaikan” lingkungan
regulasi pendukung
kegiatan bisnis.
1. Penguatan asosiasi pelaku
usaha
2. Penumbuhan dan penguatan
litbang pendukung kegiatan
ekonomi.
1. Penyusunan pangkalan data
hasil-hasil litbang.
2. Diseminasi praktik baik yang
relevan dengan masyarakat
setempat.
1. Peningkatan kapasitas penentu kebijakan
tentang bisnis inklusif.
2. Penguatan program belajar seumur hidup
3. Penumbuhan dan penguatan “lembaga
masyarakat”
1. Fasilitasi pertemuan perusahaan-
perusahaan besar dengan
komunitas lokal.
2. Penguatan formasi klaster
industri dengan melibatkan
UMKM lokal.
1. Pemastian capaian
pencukupan kebutuhan dasar
masyarakat (MDG, IPM)
1. Pelibatan anggota masyarakat
dari wilayah tertinggal dalam
klaster industri.
1. Memperkuat akses telekomunikasi
pada tertinggal dan terpencil.
2. Penyediaan data dan akses kepada
data kemiskinan.
75. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
memetik pelajaran dari Agroniaga
Operasi bisnis yang mengandung prinsip bisnis in-
klusif dilakukan oleh Agroniaga, suatu koperasi
masyarakat agrobisnis yang bergerak dalam bi-
dang pemasaran dan penjualan rumput laut.
Wilayah kegiatannya meliputi seluruh kabupaten
di Sulawesi Selatan, ditambah beberapa kabupaten
di Sulawesi Barat, Tengah dan Tenggara.
Beberapa prinsip bisnis inklusif dari Agroniaga di-
tampilkan di sini untuk merangsang penyebarluas-
an bisnis inovatif yang berdampak bagi masyarakat
banyak.
76. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Prinsip-prinsip bisnis
inklusif pada operasi
bisnis Agroniaga.
Pada lembar-lembar berikut akan diuraikan beberapa
prinsip bisnis inklusif yang dijalankan pada kegiatan
Agroniaga.
Banyak aspek yang dapat dipelajari dari kegiatan
Agroniaga, namun di sini hanya akan ditampilkan aspek
yang menonjol dalam perspektif Bisnis Inklusif.
model bisnis Agroniaga secara lengkap dapat dibaca
pada dokumen “mengangkat rumput dengan rumput”
77. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Melibatkan Usaha Kecil
Jaringan pemasok lokal dijalin dengan membangun
tautan dengan beberapa usaha pengepakan. Lapisan
pasokan tingkat berikutnya dibangun lewat jaringan
simpul tani yang beroperasi di sekitar tambak.
Dalam nomenklatur, inklusivitas seperti ini disebut
dengan Inklusivitas Rantai Pasok.
78. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Melibatkan komunitas
miskin
Komunitas miskin yang berpendidikan dan berketram-
pilan kurang, direkrut dengan terlebih dahulu dilakukan
pelatihan. Lapangan yang disediakan adalah pekerja
penjemuran rumput. Pelatihan dilakukan secara in-house
training dan sampai saat ini telah terekrut sekitar 2000
orang pekerja yang sebagian besar peempuan. Model
semacam ini dalam bisnis inklusif disebut dengan
Inklusivitas Lapangan Kerja.
79. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Margin laba rendah –
volume penjualan tinggi
Dalam bisnis komoditas, terutama yang berorientasi
ekspor, biasanya terdapat rantai yang cukup panjang,
dan biasanya pihak komunitas atau UMKM memperoleh
margin laba yang paling kecil. Agar bisnis lebih
berkelanjutan, margin laba antar berbagai pelaku di
sepanjang rantai bisnis disepakati untuk lebih
proporsional. Daya tarik bisnis, yaitu laba yang besar
dicapai dengan volume penjualan yang besar.
80. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Akses kepada lembaga
pembiayaan
Dalam membangun dan memperkuat jaringan pemasok,
diperlukan adanya dukungan skema pembiayaan yang
sangat beragam karena jenis maupun skala usahanya
yang juga beragam (slide 66).
Jenis usaha yang berada dalam kerumunan bisnis rumput
laut ini di antaranya adalah: unit pengepakan, simpul
tani, jasa alat berat, jasa transportasi dlsb. Untuk
mengembangkan usaha pada jaringan tersebut sebagai
bagian dari penguatan pasokan, Agroniaga membangun
akses dengan beberapa lembaga pembiayaan yang
memberikan beberapa skema pembiayaan kepada semua
entitas jaringan, misalnya: kredit investasi, kredit
ekspor, asuransi dlsb.
81. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan lembaga
akademis
Seperti telah dijelaskan dalam lembar terdahulu,
bermitra dengan lembaga akademis merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan efektifitas tenaga kerja
(slide 76).
Agroniaga bermitra dengan Akademi Teknik Industri
Makassar, terutama untuk mendapatkan tenaga kerja
dalam bidang pergudangan dan managemen rantai
pasok.
82. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Bermitra dengan
pemerintah
Karena pemerintah merupakan pihak yang berwenang
dalam masalah kebijakan, maka Agroniaga menjalin
hubungan yang erat dengan pemerintah, baik itu
pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi.
Dalam cakupan provinsi, Agroniaga bermitra dengan
LPSM PUPUK Makassar berperan menjadi tim fasilitator
bisnis rumput laut yang merupakan komoditas unggulan
Sulawesi Selatan.
Selain urusan aturan perundangan, pemerintah juga
bertanggungjawab atas ketersediaan infrastruktur.
Bersama pemerintah kota Palopo dan kabupaten Bone,
Agroniaga memulai menata infrastuktur seputar tambak
rumput laut.
83. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Dampak sosial
Pengukuran tidak hanya dilakukan terhadap jumlah
prakarsa, namun juga terhadap dampak sosial yang
dicapai.
Sekitar duaribu orang miskin terekrut sebagai tenaga
kerja di seputar budidaya dan usaha pengepakan. Hal ini
membuat mereka memiliki pendapatan tetap dan dapat
menghidupi keluarga (slide 36).
UMKM yang terlibat dalam jaringan bisnis juga
mengalami peningkatan produktivitas, baik sebagai
pembudidaya, usaha pengumpulan rumput laut atau
usaha pendukung.
Peningkatan produktivitas dan penghasilan tetap ini
pada gilirannya akan meningkatkan keberdayaannya,
lebih dapat merencanakan dan mengendalikan masa
depan keluarganya.
84. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
pustaka
●
David Jackman and Janet Breeze, A Guide to
Inclusive Business, IBLF, 2010
●
Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, Business
Model Generation, John Wiley & Sons, Inc., 2010
●
Kawi Boedisetio, Sikut Karut Marut Rumput
Laut, 2009
●
Kawi Boedisetio, Payung Inovasi, 2013
●
Kawi Boedisetio, Mengangkat Rumput dengan
Rumput, 2014