SlideShare a Scribd company logo
SIAGA BENCANA
MATERNAL NEONATAL
MODUL
Rujukan Kasus Gawat DaruratMaternal
Neonatal
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Suryaningsih
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 8
KEGIATAN BELAJAR 3
RUJUKAN KASUS GAWAT
DARURAT NEONATAL
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
masih cukup tinggi. Millenium Development
Goals (MDGs) 2015 telah menetapkan target
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan
tersebut adalah memperkuat sistem rujukan
kesehatan diberbagai jenjang pelayanan
kesehatan. Upaya ini sangat penting
karena sudah diketahui secara luas bahwa
system rujukan yang berjalan dengan baik
dapat berkontribusi untuk mempercepat
penanganan keterlambatan rujukan,
terutama kasus-kasus gawatdarurat,
komplikasi dan kematian bisa dihindari.
Modul berjudul Rujukan Kasus Gawat Darurat
Maternal Neonatal ini membahas tentang
konsep dasar rujukan, rujukan kasus gawat
darurat maternal, rujukan kasus gawat
darurat neonatal, dan pendokumentasian
kasus rujukan maternal neonatal.
Modul ini terdiri atas empat kegiatan
belajar yang disusun dengan urutan
sebagai berikut:
a.	 Kegiatan Belajar 1	 : Konsep Dasar
Rujukan Kebidanan
b.	 Kegiatan Belajar 2	 : Rujukan Gawat
Darurat Maternal
c.	 Kegiatan Belajar 3	 : Rujukan Gawat
Darurat Neonatal
d.	 Kegiatan Belajar 4	 :
Pendokumentasian rujukan kasus
Gawat Darurat Maternal Neonatal
Ruang Bersalin
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar Rujukan
Kebidanan, 2) melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada maternal, 3) melakukan
rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal serta 4) melakukan pendokumentasian rujukan
kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal. Kompetensi ini nantinya akan menjadi dasar bagi
Saudara untuk melakukan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal
yangnantinyaakanSaudarapelajaripadamatakuliahAsuhankebidananKegawatDaruratan
Maternal Neonatal. Selain itu, kompetensi ini juga akan menunjang kompetensi Saudara
sebagaibidanuntukmelakukanpenanganankegawatdaruratansesuaidengankewenangan.
Dengan memiliki kemampuan untuk melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada
maternal neonatal Saudara dapat mencegah terjadinya keterlambatan penanganan pada
kasus kegawatdaruratan maternal neonatal sehingga kematian ibu dan kematian bayi
dapat dicegah.
Proses pembelajaran untuk materi Rujukan kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat
berjalan dengan lancar apabila Saudara mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut:
a.	 Sebelum mempelajari modul ini, Saudara harus memahami tentang materi materi yang
terdapat dalam mata kuliah asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidan persalinan
dan BBL, asuhan kebidanan nifas dan menyusui serta asuhan neonates, bayi, balita dan
anak prasekolah
b.	Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
c.	 Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya
dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam
penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan
tugas-tugas yang menyertainya.
d.	Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes
formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin
mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci
jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar.
e.	Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan
tahap belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif
harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali,
baru melaksanakan tes formatif lagi.
f.	 Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu
dilakukan konsultasi khusus dengan dosen.
Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga Saudara dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan.
Baiklah Saudara peserta Diklat jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami
pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di
daerah dengan baik.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
Setelah mempelajarai kegiatan belajar 3 ini,
Anda diharapkan mampu untuk melakukan
rujukan pada kasus kegawatdaruratan
neonatal dengan tepat.
Kegiatan
Belajar 3
RUJUKAN KEGAWAT DARURATAN NEONATAL
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan belajar 3 ini mempelajari tentang rujukan pada kasus kegawatdaruratan neonatal
yang meliputi, identifikasi kasus yang perlu dirujuk, rujukan dan transportasi bayi baru lahir
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, Saudara diharapkan mampu untuk:
•	 Melakukan identifikasi kasus yang perlu dirujuk dengan tepat
•	 Menjelaskan prinsip umum dalam melakukan rujukan pada neonatus dengan tepat
Pasca Melahirkan
Pokok-pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Uraian
Materi
Tangisan seorang bayi ketika dilahirkan kedunia merupakan harapan semua orang yang
berada di ruangan persalinan. Baik bidan atau dokter penolong, maupun keluarga. Akan
tetapi, adakalanya tangisan bayi tersebut tidak terdengar, dan hal ini akan memberikan
kekhawatiran terhadap semua orang yang terlibat dalam proses persalinan.
Identifikasi bayi yang harus mendapatkan rujukan
Indikasi rujukan harus sudah mulai dipikirkan sejak bayi masih dalam kandungan, oleh
karena tindakan dan penanganan kehamilan resiko tinggi maupun tindakan dan penanganan
penyulit/ komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat berpengaruh pada
kelangsungan hidup dan kualitas tumbuh kembang anak di masa yang akan datang apabila
anak tersebut lolos dari kematian pada masa neonatal.
Kondisi/tanda-tanda berikut ini merupakan indikasi rujukan (disesuaikan dengan fasilitas
setempat), yaitu :
a.	 BBLR < 1750 gram
b.	 BBLR 1750 – 2000 gram dengan kejang, gangguan napas, gangguan pemberian minum
c.	 Bayi tidak mau minum ASI
d.	 Bayi yang mengalami hypothermi berat
e.	 Gangguan nafas sedang dan berat, apapun penyebabnya
f.	 Asfiksia yang tidak memberikan respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10
menit pertama
g.	 Bayi mengalami perdarahan atau tersangka perdarahan
h.	 Bayi mengalami Kejang yang tidak teratasi
i.	 Ikterus yang tidak memberikan respon dengan fototherapi
j.	 Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare atau tidak buang
air besar sama sekali dengan perut membuncit
k.	 Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis/ dengan komplikasi
l.	 Bayi menyandang kelainan bawaan
m.	Kasus bedah neonates
n.	 Kemungkinan penyakit jantung bawaan
o.	 Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia simtomatik
p.	 Tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat/ dengan komplikasi
q.	 Penyakit hemolysis
r.	 Tersangka renjatan yang tidak member respons baik
s.	 Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi
Bayi baru lahir seperti apakah yang harus mendapatkan rujukan?
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
Rujukan Dan Transportasi Bayi Baru Lahir
Prinsip dasar
Keadaanpalingidealuntukmerujukadalahrujukanantepartum(rujukanpadasaatbayimasih
berada dalam kandungan ibu). Namun sayangnya tidak semua keadaan dapat terdiagnosis
secara dini, sehingga rujukan dini dapat dilakukan. Apalagi bila terjadi kedaruratan pada
ibu maupun janin dan kehamilan harus segera diterminasi serta memerlukan rujukan ke
fasilitas yang lebih lengkap, maka akan timbul masalah baik pada ibu maupun pada bayi.
Perubahan keadaan atau penyakit pada bayi baru lahir demikian cepatnya, untuk itu
dibutuhkan tatalaksana segera dan adekuat pada fasilitas yang lebih lengkap dan terdekat
(system regionalisasi rujukan perinatal). Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau
gawat dan membutuhkan fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk.
Sebagai petugas kesehatan, anda harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab
masing masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.
Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap yakinkan bayi mendapatkan keuntungan/
nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya. Harus diperhatikan bahwa
saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya sudah dikelola
lebih dahulu. Keputusan untuk merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas
pelayanan kesehatan (perawat, bidan/ dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga
dan jelaskan kenapa bayi harus dirujuk.
Sistem rujukan dan transportasi
1.	Perhatikan regionalisasi rujukan perinatal dalam menentukan tujuan rujukan sehingga
dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar.
Berdasarkan faktor resiko dan kemampuan unit kesehatan, pada dasarnya tingkat
perawatan bayi baru lahir dibagi menjadi:
a.	Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D, Puskesmas dengan tempat
tidur, Rumah Bersalin.
b.	Pelayanan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS Kabupaten, RS Swasta, RS
Propinsi.
c.	Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan non pendidikan
pemerintah atau swasta.
Sesuai dengan pembagian diatas maka unit perawatan bayi baru lahir dapat dibagi
menjadi :
a.	 Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III :
Merupakan penerima rujukan baru lahir yang lahir dirumah atau pondok bersalin
dengan memberi pelayanan dasar pada bayi yang baru lahir di Puskesmas dengan
tempat tidur dan rumah bersalin. Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah Bayi
kurang bulan, sidroma ganguan pernafasan, kejang, cacat bawaan yang memerlukan
tindakan segera, gangguan pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah,
Kuning yang timbulnya terlalu awal atau lebih dari dua minggu dan diare. Pada unit ini
perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kagawatan bayi baru lahir seperti
pengenalan tanda-tanda sindroma ganguan nafas, infeksi atau sepsis, cacat bawaan
yang memerlukan dengan segera, masalah ikterus,muntah, pendarahan, barat badan
lahir rendah dan diare.
b.	Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II :
Pada unit ini telah ditempatkan sekurang-kurangnya empat tenaga dokter ahli
dimana pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kehamilan dan persalinan
normal maupun resiko tinggi. Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini meliputi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Data yang harus disediakan
Upaya deteksi kegawatdaruratan bayi muda umur kurang dari 2 bulan, penilaian dan
klasifikasi dapat dilakukan menggunakan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
kemampuan pertolongan resusitasi bayi baru lahir dan resusitasi pada kegawatan
selama pemasangan pita endotrakeal, terapi oksigen pemberian cairan intravena,
tetapi sinar dan tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatanbayi berat
badan lahir rendah dan bayi lahir dengan tindakan. Sarana penunjang berupa
laboratorium dan pemeriksaan radiologis yang telah tersedia pada unit init disamping
telah dapat dilakukan tindakan bedah segera pada bayi- bayi oleh karena telah adanya
dokter bedah.
c.	Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I :
Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan
neonatologi dapat ditangani disini. Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus
yang ditangani sebagian besar merupakan kasus resiko tinggi baik dalam kehamilan,
persalinan maupun bayi baru lahir.
2.	Puskesmas merupakan penyaring kasus risiko yang perlu dirujuk sesuai dengan besaran
risiko, jarak dan factor lainnya.
3.	Memberikan informasi kesehatan dan prognosisi bayinya dan melibatkan orangtua atau
keluarga dalam mengambil keputusn untuk merujuk
4.	Melengkapi syarat syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan medis).
Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel darah ibu.
5.	Merujuk bayi dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan bayi dan ruangan dalam
kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan napas tetap bersih dan
terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI.
6.	Harus disertai dengan tenaga trampil melakukan resusitasi.
Ambulance
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7Data yang harus disediakan
Data dasar yang harus diinformasikan adalah:
1.	Identitas bayi dan tanggal lahir,
2.	Identitas orang tua,
3.	Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan
4.	Obat yang dikonsumsi ibu,
5.	Nilai apgar (tidak selalu harus diinformasikan, bila tidak tersedia waktu karena melakukan
tindakan resusitasi aktif)
6.	Masa gestasi dan berat lahir
7.	Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernafasan, warna kulit, dan aktif/ tidaknya bayi)
8.	Tindakan atau prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan
9.	Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit dan lain lain)
Syarat untuk melakukan transportasi
Berikut beberapa syarat yang harus anda perhatikan ketika anda melakukan rujukan/
transportasi baru lahir.
1.	Bayi dalam keadaan stabil. Bayi dikatakan dalam keadaan stabil apabila jalan nasaf bebas,
ventilasi adekuat, kulit dan bibir kemerahan, frekuensi jntung 120 – 160 kali/ menit, suhu
aksiler 3.5 – 37oC, masalah metabolic terkoreksi serta masalah spesifik penderita sudah
dilakukan di manajemen awal
2.	Pada saat melakukan rujukan, bayi harus dalam keadaan hangat. Upaya menjaga bayi
tetap hangat dapat dilakukan membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain kering,
hangat dan tebal, membungkus kepala bayi atau memakai topi/ tutup kepala, Jangan
meletakkan bayi di tepi jendela atau pintu kendaraan pengangkut, kalau memungkinkan
dapat pula dilakukan perawatan bayi melekat (Kangaroo mother care)
3.	Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat
4.	Didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil dalam melakukan tindakan resusitasi,
minimal mampu melakukan ventilasi
5.	Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan. Peralatan dan obat yang diperlukan
selama proses rujukan adalah sebagai berikut:
a.	Idealnya bayi dirujuk dengan menggunakan incubator transport dan dipasang monitor.
Berhubung alat tersebut sangat jarang tersedia di puskesmas, maka perhatikan cara
menghangatkan bayi
b.	Peralatan dan obat obatan minimal yang harus tersedia alat resusitasi lengkap, termasuk
laringoskop dan pipa endotracheal, Obat obatan emergensi, Selimut penghangat, Alat
untuk melakukan pemasangan jalur intravena, Oksigen dalam tabung.
c.	Alat resusitasi/ bantuan ventilasi selama transportasi. Indikasi bantuan ventilasi bila ada
salah satu keadaan berikut:
1)	Bradikardi (FJ< 100 kali/ menit)
2)	Sianosis sentral dengan oksigen 100%
3)	Apnea periodik
Pemberian oksigen (terapi oksigen)
1.	Indikasi pemberian oksigen
a.	Bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan disekitar bibir) dan akral (warna
kebiruan dikuku, tangan dan kaki)
b.	Bayi dengan gangguan napas
2.	Pemberian oksigen membutuhkan pengawasan konsentrasi, kelembaban dan suhu)
3.	Jumlah oksigen yang diberikan:
a.	Melalui kateter nasal 2 – 3 lt/ mnt (konsentrasi 21 %)
b.	Melalui sungkup 4-5 lt/ menit (konsentrasi 40%)
c.	Melalui headbox 6 – 8lt/menit (konsentrasi >50%
4.	Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnya sianosisi sentral.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
Penilaian oksigenasi
Keberhasilan oksigenasi selama transportasi dinilai dari perubahan klinik sebagai berikut:
a. Perubahan warna kulit menjadi kemerahan
b. Denyut jantung bertambh baik
c. Kadang kadang bisa mulai timbul napas buatan
Pengawasan suhu
Pengawasan suhu dan menjada kehangatan bayi selama trasnportasi menjadi suatu
keharusan. Suhu normal ketiak (axilla) 36,5 – 37,5oCc. Kadang kadang bisa mulai timbul
napas buatan
Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi
A. Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi
Rujukan berhasil apabila kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi baru lahir dapat
ditekan serendah-rendahnya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
: Sebelum bayi dirujuk, diperlukan stabilisasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar
kondisi bayi tidak bertambah berat dan meninggal di jalan. Adakalanya stabilisasi lengkap
tidak dimungkinkan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa merujuk bayi dalam keadaan
tidak stabil membahayakan dan tidak dianjurkan. Karena itu seharusnya dilakukan usaha
stabilisasi semaksimal mungkin sesuai dengan kewenangan dan kemampuan fasilitas.
Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabila suhu tubuh, tekanan darah, cairan tubuh
dan oksigenisasi cukup.
Beberapa penanganan stabilisasi sebelum pengiriman sebagai berikut :
a.	Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus untuk memberikan cairan
b.	Bayi dengan kejang-kejang perlu diberi pengobatan antikonvulsi terlebih dahulu agar
kondisi bayi tidak bertambah berat
Gambar : Thermometer
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9
c.	Bayi sesak nafas dengan sianosis harus diberi oksigen
d.	Suhu tubuh bayi dipertahankan agar tetap hangat dalam batasan normal (36,5-37,5 C)
dengan menggunakan termometer yang dapat membaca suhu rendah. Jika suhu bayi
kurang panas , sedangkan fasilitas inkubator tidak ada, bayi dapat digendong dengan
cara kangguru oleh ibu, ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan
selimut plastik, atau diantara selimut pembungkus bayi diletakkan aluminium foil.
Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan Metode kangguru.
e.	Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan dekstrostiks dan
apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian infus disesuaikan.
f.	Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi sebaiknya dipasang
selang masuk ke dalam lambung (selang nasogastrik) untuk dekompresi.
g.	Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan kasa yang
dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 % hangat.
Keadaan usaha menstabilkan ini harus dipertahankan selama dalam perjalanan. Bila
keadaan bayi tidak stabil, tidak dianjurkan membawa bayi ke fasilitas rujukan karena akan
membahayakan jiwanya.
b. Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan
Selama bayi dalam perjalanan, petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di
tempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi bayi. Hubungan
tersebut dapat melalui fasilitas komunikasi cepat yang tersedia di puskesmas atau
kecamatan, misalnya : radio komunikasi, telepon, kurir, dan sebagainya. Dengan
adanya informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu untuk
menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan langsung dapat ditangani. Setiap
tempat rujukan harus selalu siap siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan.
Keluarga atau petugas kesehatan yang mendampingi bayi harus menyerahkan surat/
karturujukan,melengkapiidentitasdanketeranganmengenaipenyakitsertamelaporkan
kadaan penderita selama dalam perjalanan.
c. Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan
Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan bayi beserta anjuran tindak
lanjut paska rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk (puskesmas/polindes).
Tindak lanjut paska rujukan bayi sakit dilaksanakan oleh bidan di desa atau petugas
daerah binaan pendekatan perawatan kesehatan masyarakat.
Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Rujukan
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola dari jenjang
administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner. Instrumen ini
digunakan untuk menilai pelaksanaan rujukan di suatu wilayah Dati II. Sasarannya adalah
Tim Audit Maternal Perinatal di Dati II dari Dinas Kesehatan dan Dokter Spesialis Kebidanan
dan Spesialis Anak dari rumah sakit rujukan yang melakukan pembahasan rujukan kasus
bayi baru lahir dengan petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang
merujuk kasus tersebut.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Rangkuman
1.	 Indikasi rujukan harus sudah mulai dipikirkan sejak bayi masih dalam kandungan.
2.	Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah rujukan antepartum (rujukan pada saat
bayi masih berada dalam kandungan ibu).
3.	Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap yakinkan bayi mendapatkan
keuntungan/ nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya. Harus
diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal
tanda bahaya sudah dikelola lebih dahulu.
4.	 Perhatikanregionalisasirujukanperinataldalammenentukantujuanrujukansehingga
dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar.
5.	Data yang harus disediakan adalah Identitas bayi dan tanggal lahir, identitas orang
tua, Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan,
Obat yang dikonsumsi ibu, Nilai apgar, Masa gestasi dan berat lahir, Tanda vital,
Tindakan atau prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan, Bila tersedia data
pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit dan lain lain)
6.	 Syarat untuk melakukan transportasi, Bayi dalam keadaan stabil, pada saat melakukan
rujukan, bayi harus dalam keadaan hangat, kendaraan pengangkut juga harus dalam
keadaan hangat, didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil dalam melakukan
tindakan resusitasi, minimal mampu melakukan ventilasi dan tersedia peralatan dan
obat yang dibutuhkan.
7.	 Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi
a.	 Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi
b.	Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan
c.	 Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan
8.	Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola dari
jenjang administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
Evaluasi
Formatif
TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 3
Pilihlah Salah Satu Jawaban Yang Paling Benar
1.	 Prinsip dasar dalam merujuk dan transportasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a.	 Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, yakinkan bahwa bayi akan
mendapatkan keuntungan atau nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di
tempat asalnya
b.	 Pada saat merujuk bayi berada dalam kondisi gawat atau terdapat tanda bahaya
c.	 Pengambilan keputusan cukup diambil oleh petugas kesehatan
d.	 Penjelasan alasan rujukan dapat setelah tiba di tempat rujukan
e.	 Semua bayi baru lahir harus di rujuk
2.	 Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap adalah:
a.	 BBLR >1750 gram
b.	 Asfiksia yang tidak memberikan respon pada resusitasi
c.	 Bayi yang ibunya meninggal
d.	 Bayi dengan reflek menelan baik
e.	 Tersangka renjatan yang memberi respons baik
3.	 Bayi baru lahir yang akan dirujuk harus dalam keadaan stabil, bayi dalam keadaan stabil
bila:
a.	 Ventilasi kurang adekuat
b.	 Kulit dan bibir kemerahan
c.	 Frekuensi jantung lebih dari 160 kali/ menit
d.	 Suhu aksiler lebih dari 37oC
e.	 Masih terdapat lendir pada jalan nafas
4.	 Bayi baru lahir akan dirujuk harus memenuhi syarat untuk melakukan transportasi
sebagai berikut :
a.	 Bayi dalam kondisi stabil
b.	 Bayi boleh diletakkan di dekat jendela
c.	 Membawa alat untuk pertolongan persalinan
d.	 Kendaraan pengangkut menggunakan pendingin (AC)
e.	 Tidak perlu didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil
5.	 Pada system rujukan dan transportasi dikenal istilah regionalisasi rujukan perinatal.
Yang dimaksud dengan pelayanan perinatal level II adalah:
a.	Polindes
b.	Puskesmas
c.	 Rumah bersalin
d.	 Rumah sakit rujukan dasar
e.	 Rumah sakit pusat rujukan dengan fasilitas NICU
6.	 Salah satu tindakan merujuk perlu dilengkapi data antara lain:
a.	 Surat rujukan
b.	 Sampel darah ibu
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
c.	Oksigen
d.	 Alat resusitasi
e.	 Petugas yang trampil
7.	Peralatan dan obat obatan minimal yang harus tersedia pada saat melakukan
transportasi:
a.	 Alat untuk NGT
b.	 Obat antipiretik
c.	 Selimut penghangat
d.	 Kendaraan yang hangat
e.	 Alat pertolongan persalinan
8.	 Indikasi pemberian oksigen pada saat melakukan transportasi adalah?
a.	 Bayi yang hypotermi
b.	 Bayi mengalami ikterus
c.	 BBLR kurang dari 1750 gram
d.	 Bayi mengalami sianosis sentral
e.	 Bayi yang mengalami hypertermi
9.	 Jumlah oksigen yang diberikan melalui kateter nasal adalah:
a.	 2 – 3 lt/ mnt (konsentrasi 21 %)
b.	 4-5 lt/ menit (konsentrasi 40%)
c.	 6 – 8 lt/ menit (konsentrasi >50%)
d.	 2 – 3 lt (konsentrasi 40%)
e.	 4 – 5 lt (konsentrasi 21%)
10.	Tujuan stabilisasi keadaan bayi sebelum dilakukan rujukan...
a.	 Bayi lebih nyaman saat dirujuk
b.	 Mencegah kondisi bayi bertambah berat
c.	 Kemungkinan bayi tertangani lebih besar
d.	 Bayi bisa mencapai tempat rujukan dengan cepat
e.	 Memudahkan pekerjaan petugas di tempat rujukan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 3
Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada
bagian akhir Kegiatan Belajar 3, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika
jawaban yang benar adalah:
90% - 100%		 : baik sekali
80% - 89%		 : baik
70% -79%		 : cukup
kurang dari 70%	 : kurang
Kalau Saudara memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Saudara Bagus!
Saudara dapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 4. Tetapi jika pencapaian Saudara kurang
KUNCI JAWABAN
6.	A
7.	C
8.	D
9.	A
10.	B
1.	A
2.	B
3.	B
4.	A
5.	D
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
Baca dan lakukan analisa terhadap studi kasus dibawah ini. Gunakan langkah dalam
pengambilan keputusan klinik pada saat memberikan jawaban.
Studi Kasus
Bayi M, baru lahir dari ibu dengan usia kehamilan 39 minggu dengan riwayat gawat janin.
Pada saat lahir bernafas megap megap, nadi 90 kali permenit, sianosis, setelah 20 menit
dilakukan resusitasi ternyata masih belum bernafas spontan dan teratur.
Penilaian (riwayat, pemeriksaan fisik, prosedur skrining/ pemeriksaan laboratorium)
1. Apa yang akan anda lakukan pada pemeriksaan bayi M dan mengapa?
2. Prosedur apa yang akan dikerjakan untuk tindak lanjutnya
Pelayanan yang diberikan (perencanaan dan intervensi)
1.	 Berdasarkan diagnosis (masalah/ kebutuhan) anda, apakah rencana anda selanjutnya
untuk bayi M dan mengapa?
2.	Data dan syarat apa yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan tersebut?
Tugas
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
Bulan:………………………..Tahun.20……
Kabupaten/Kota:………………………………………
1234567891011121314151617181920212223
1Peny.Dalam
2Bedah
3Anak
4Kebidanan
5Kontrasepsi/KB
6Syaraf
7THT
8Kulit/Kelamin
9Gigi&Mulut
10Fisiotherapy
11Paru-Paru
12Jantung
13KesehatanJiwa
14Mata
15…………………
16…………………
Tanggal…………………………………20……..
Catatan:UntukDatarujukanpasienkeRumahSakitJiwa,BalaiKesehatanMataKepalaPuskesmas…………………………….
atauSaranakesehatanSpesialistiklaintambahkantandakhususdilembarini
Jumlah
peserta
Jumlah
Pasien
Lain
Lain
RSU
Lab
Kes
Lain
Lain
Jumlah
kegiatan
RSU
Kab
RSU
Prop
fasKes
lain
RSU
Lab
Kes
Pusk
lain
RSU
Kab
RSU
Prop
fasKes
lain
Pusk
lain
LAPORANRUJUKAN
No
Jenisspecialisasi
rujukan
JumlahRujukanPasienJumlahRujukanSpecimen/RujukanPengetahuan
RujukanDariDirujukKeTerimaBalasanRujukanDirujukKeTerimaHasilDariKunjungandaridokter
Pusk
lain
Pustu
Polindes/
poskesdes
Lain2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
NamaRumahSakit:……………………………………….
Kabupaten/Kota:………………………………………
Total
kali
Total
Rumah
Sakit
Total
kali
Total
Puskesmas
123456789111213141516171819
1Peny.Dalam
2Bedah
3Anak
4Kebidanan
5Kontrasepsi/KB
6Syaraf
7Jiwa
8THT
9Mata
10Kulit/Kelamin
11Gigi&Mulut
12Radiologi
13Paru-Paru
14lainlain
Rujukandaribawah
Pasien
Rujukan
Pasien
datang
sendiri
diterimakan
kembali
Rujukankeatas
RumahSakitPuskesmas
diterima
dari
Puskesmas
Diterimadari
Fas.KesLain
Diterima
dariRS
Lain
Dikembalikan
ke
Puskesmas
Dikembalikan
keFas.Kes
lain
Dikembalikan
keRSAsal
Pusk
lain
RSU
Kab
RSU
Prop
LAPORANDATAKEGIATANRUMAHSAKIT(KEGIATANRUJUKAN)
No
Jenis
Spesialisasi
Pengirimandokterahlikesarana
kesehatanlain
Kunjungandokter
ahliyangditerima
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta.
Campbell S, Lee C. Obstetric emergencies. In: Campbell S, Lee C, editors.Obstetrics by Ten
Teachers. 17th edition. Arnold Publishers; 2000. pp. 303-317.
Depkes Ri. 2007. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif.
JNPK-KR. Jakarta
Dinkes Propinsi NTB, 2011, Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Dinkes Propinsi NTB. Mataram
Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution in North-Western
Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian Medical Practitioner. 2006;49(3):54–55.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. YBSP: Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta.
Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal Esensial
Dasar.Jakarta : Depkes RI.
Daftar
Pustaka
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatalKb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
pjj_kemenkes
 
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalKb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
pjj_kemenkes
 
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
hesti kusdianingrum
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIA
pjj_kemenkes
 
02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatalJoni Iswanto
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
martaagustinasirait
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
pjj_kemenkes
 
Kie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaKie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaMonica Fermanda
 
DETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdf
DETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdfDETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdf
DETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdf
dian34065
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
pjj_kemenkes
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan IIPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
pjj_kemenkes
 
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
pjj_kemenkes
 
Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptx
Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptxAsuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptx
Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptx
FionaAmelia1
 
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa NifasKebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
pjj_kemenkes
 
Patient Safety 3
Patient Safety 3Patient Safety 3
Patient Safety 3
Gita Kostania
 
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
pjj_kemenkes
 
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu NifasDokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
pjj_kemenkes
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
sicua050896
 
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUIASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
martaagustinasirait
 

What's hot (20)

Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatalKb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
 
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalKb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
 
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIA
 
02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
 
Kie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaKie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tua
 
DETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdf
DETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdfDETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdf
DETEKSI DINI KOMPLIKASI.pdf
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan IIPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
 
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
 
Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptx
Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptxAsuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptx
Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak pada Kondisi Rentan.pptx
 
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa NifasKebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
 
Patient Safety 3
Patient Safety 3Patient Safety 3
Patient Safety 3
 
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
 
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu NifasDokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
Dokumentasi Asuhan Pada Ibu Nifas
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUIASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI
 
Word eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifasWord eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifas
 

Viewers also liked

Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan Neonatal
Erinda Rinawati
 
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
sri wahyuni
 
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan ObstetrikStabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Dokter Tekno
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
martaagustinasirait
 
Pedoman praktikum rujukan kasus gadar maternatal neonatal
Pedoman praktikum rujukan kasus gadar  maternatal neonatalPedoman praktikum rujukan kasus gadar  maternatal neonatal
Pedoman praktikum rujukan kasus gadar maternatal neonatal
pjj_kemenkes
 
Stabilisasi
StabilisasiStabilisasi
Stabilisasi
puskesmas mojoagung
 
04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medikJoni Iswanto
 
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalPedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
pjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 2
Modul 4   kb 2Modul 4   kb 2
Modul 4 kb 2
pjj_kemenkes
 
KB 3 Penilaian Awal
KB 3 Penilaian AwalKB 3 Penilaian Awal
KB 3 Penilaian Awal
pjj_kemenkes
 
Kb 3 deteksi kegawat daruratan neonatal
Kb 3 deteksi kegawat daruratan neonatalKb 3 deteksi kegawat daruratan neonatal
Kb 3 deteksi kegawat daruratan neonatal
pjj_kemenkes
 
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatusKb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
pjj_kemenkes
 
Kb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukanKb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukan
pjj_kemenkes
 
Power point infeksi neonatus
Power point infeksi neonatusPower point infeksi neonatus
Power point infeksi neonatusDuniaShare
 
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Siska Fauziah
 

Viewers also liked (20)

Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan Neonatal
 
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
 
Penanganan kegawatan neonatus
Penanganan kegawatan neonatusPenanganan kegawatan neonatus
Penanganan kegawatan neonatus
 
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan ObstetrikStabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
 
Power point kegawatdaruratan
Power point kegawatdaruratanPower point kegawatdaruratan
Power point kegawatdaruratan
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Pedoman praktikum rujukan kasus gadar maternatal neonatal
Pedoman praktikum rujukan kasus gadar  maternatal neonatalPedoman praktikum rujukan kasus gadar  maternatal neonatal
Pedoman praktikum rujukan kasus gadar maternatal neonatal
 
Stabilisasi
StabilisasiStabilisasi
Stabilisasi
 
Kegawatdaruratan maternitas
Kegawatdaruratan maternitasKegawatdaruratan maternitas
Kegawatdaruratan maternitas
 
04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik
 
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalPedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 4 kb 2
Modul 4   kb 2Modul 4   kb 2
Modul 4 kb 2
 
KB 3 Penilaian Awal
KB 3 Penilaian AwalKB 3 Penilaian Awal
KB 3 Penilaian Awal
 
Kb 3 deteksi kegawat daruratan neonatal
Kb 3 deteksi kegawat daruratan neonatalKb 3 deteksi kegawat daruratan neonatal
Kb 3 deteksi kegawat daruratan neonatal
 
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatusKb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
 
Kb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukanKb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukan
 
syok
syoksyok
syok
 
Power point infeksi neonatus
Power point infeksi neonatusPower point infeksi neonatus
Power point infeksi neonatus
 
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
 

Similar to Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal

Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananKb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
pjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
pjj_kemenkes
 
Kb 3 rujukan kasus gadar neonatal
Kb 3 rujukan kasus gadar neonatalKb 3 rujukan kasus gadar neonatal
Kb 3 rujukan kasus gadar neonatal
pjj_kemenkes
 
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
pjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
pjj_kemenkes
 
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalKb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
pjj_kemenkes
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
pjj_kemenkes
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
pjj_kemenkes
 
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2
pjj_kemenkes
 
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilanKb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
pjj_kemenkes
 
PANDUAN PKK
PANDUAN PKKPANDUAN PKK
PANDUAN PKK
heri stks
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
pjj_kemenkes
 
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
pjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
pjj_kemenkes
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
pjj_kemenkes
 
Modul 7 kb 1
Modul 7    kb 1Modul 7    kb 1
Modul 7 kb 1
pjj_kemenkes
 

Similar to Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal (20)

Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananKb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
 
Kb 3 rujukan kasus gadar neonatal
Kb 3 rujukan kasus gadar neonatalKb 3 rujukan kasus gadar neonatal
Kb 3 rujukan kasus gadar neonatal
 
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
 
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalKb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2
 
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilanKb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
 
PANDUAN PKK
PANDUAN PKKPANDUAN PKK
PANDUAN PKK
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
 
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
Modul 7 kb 1
Modul 7    kb 1Modul 7    kb 1
Modul 7 kb 1
 

More from pjj_kemenkes

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
pjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
LinaJuwairiyah1
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
serdangahmad
 
Gerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CARE
Gerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CAREGerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CARE
Gerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CARE
liamasliha1
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
roomahmentari
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
zirmajulianda1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
nirmalaamir3
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
royalbalidigitalprin
 
PENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptx
PENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptxPENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptx
PENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptx
SRIWIDOWATI5
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (9)

CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
 
Gerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CARE
Gerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CAREGerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CARE
Gerakan Sayang Ibu dan Bayi WOMEN_CENTERED_CARE
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
 
PENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptx
PENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptxPENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptx
PENGELOLAAN POSYANDU ILP DI WILAYAH.pptx
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
 

Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal

  • 1. SIAGA BENCANA MATERNAL NEONATAL MODUL Rujukan Kasus Gawat DaruratMaternal Neonatal Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Suryaningsih Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 8 KEGIATAN BELAJAR 3 RUJUKAN KASUS GAWAT DARURAT NEONATAL
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Millenium Development Goals (MDGs) 2015 telah menetapkan target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkuat sistem rujukan kesehatan diberbagai jenjang pelayanan kesehatan. Upaya ini sangat penting karena sudah diketahui secara luas bahwa system rujukan yang berjalan dengan baik dapat berkontribusi untuk mempercepat penanganan keterlambatan rujukan, terutama kasus-kasus gawatdarurat, komplikasi dan kematian bisa dihindari. Modul berjudul Rujukan Kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal ini membahas tentang konsep dasar rujukan, rujukan kasus gawat darurat maternal, rujukan kasus gawat darurat neonatal, dan pendokumentasian kasus rujukan maternal neonatal. Modul ini terdiri atas empat kegiatan belajar yang disusun dengan urutan sebagai berikut: a. Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar Rujukan Kebidanan b. Kegiatan Belajar 2 : Rujukan Gawat Darurat Maternal c. Kegiatan Belajar 3 : Rujukan Gawat Darurat Neonatal d. Kegiatan Belajar 4 : Pendokumentasian rujukan kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal Ruang Bersalin
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar Rujukan Kebidanan, 2) melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada maternal, 3) melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal serta 4) melakukan pendokumentasian rujukan kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal. Kompetensi ini nantinya akan menjadi dasar bagi Saudara untuk melakukan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal yangnantinyaakanSaudarapelajaripadamatakuliahAsuhankebidananKegawatDaruratan Maternal Neonatal. Selain itu, kompetensi ini juga akan menunjang kompetensi Saudara sebagaibidanuntukmelakukanpenanganankegawatdaruratansesuaidengankewenangan. Dengan memiliki kemampuan untuk melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada maternal neonatal Saudara dapat mencegah terjadinya keterlambatan penanganan pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal sehingga kematian ibu dan kematian bayi dapat dicegah. Proses pembelajaran untuk materi Rujukan kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat berjalan dengan lancar apabila Saudara mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut: a. Sebelum mempelajari modul ini, Saudara harus memahami tentang materi materi yang terdapat dalam mata kuliah asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidan persalinan dan BBL, asuhan kebidanan nifas dan menyusui serta asuhan neonates, bayi, balita dan anak prasekolah b. Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. c. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya. d. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar. e. Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan tahap belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali, baru melaksanakan tes formatif lagi. f. Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu dilakukan konsultasi khusus dengan dosen. Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga Saudara dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan. Baiklah Saudara peserta Diklat jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di daerah dengan baik.
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 3 Setelah mempelajarai kegiatan belajar 3 ini, Anda diharapkan mampu untuk melakukan rujukan pada kasus kegawatdaruratan neonatal dengan tepat. Kegiatan Belajar 3 RUJUKAN KEGAWAT DARURATAN NEONATAL Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan belajar 3 ini mempelajari tentang rujukan pada kasus kegawatdaruratan neonatal yang meliputi, identifikasi kasus yang perlu dirujuk, rujukan dan transportasi bayi baru lahir Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, Saudara diharapkan mampu untuk: • Melakukan identifikasi kasus yang perlu dirujuk dengan tepat • Menjelaskan prinsip umum dalam melakukan rujukan pada neonatus dengan tepat Pasca Melahirkan Pokok-pokok Materi
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 4 Uraian Materi Tangisan seorang bayi ketika dilahirkan kedunia merupakan harapan semua orang yang berada di ruangan persalinan. Baik bidan atau dokter penolong, maupun keluarga. Akan tetapi, adakalanya tangisan bayi tersebut tidak terdengar, dan hal ini akan memberikan kekhawatiran terhadap semua orang yang terlibat dalam proses persalinan. Identifikasi bayi yang harus mendapatkan rujukan Indikasi rujukan harus sudah mulai dipikirkan sejak bayi masih dalam kandungan, oleh karena tindakan dan penanganan kehamilan resiko tinggi maupun tindakan dan penanganan penyulit/ komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup dan kualitas tumbuh kembang anak di masa yang akan datang apabila anak tersebut lolos dari kematian pada masa neonatal. Kondisi/tanda-tanda berikut ini merupakan indikasi rujukan (disesuaikan dengan fasilitas setempat), yaitu : a. BBLR < 1750 gram b. BBLR 1750 – 2000 gram dengan kejang, gangguan napas, gangguan pemberian minum c. Bayi tidak mau minum ASI d. Bayi yang mengalami hypothermi berat e. Gangguan nafas sedang dan berat, apapun penyebabnya f. Asfiksia yang tidak memberikan respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10 menit pertama g. Bayi mengalami perdarahan atau tersangka perdarahan h. Bayi mengalami Kejang yang tidak teratasi i. Ikterus yang tidak memberikan respon dengan fototherapi j. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit k. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis/ dengan komplikasi l. Bayi menyandang kelainan bawaan m. Kasus bedah neonates n. Kemungkinan penyakit jantung bawaan o. Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia simtomatik p. Tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat/ dengan komplikasi q. Penyakit hemolysis r. Tersangka renjatan yang tidak member respons baik s. Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi Bayi baru lahir seperti apakah yang harus mendapatkan rujukan?
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 5 Rujukan Dan Transportasi Bayi Baru Lahir Prinsip dasar Keadaanpalingidealuntukmerujukadalahrujukanantepartum(rujukanpadasaatbayimasih berada dalam kandungan ibu). Namun sayangnya tidak semua keadaan dapat terdiagnosis secara dini, sehingga rujukan dini dapat dilakukan. Apalagi bila terjadi kedaruratan pada ibu maupun janin dan kehamilan harus segera diterminasi serta memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap, maka akan timbul masalah baik pada ibu maupun pada bayi. Perubahan keadaan atau penyakit pada bayi baru lahir demikian cepatnya, untuk itu dibutuhkan tatalaksana segera dan adekuat pada fasilitas yang lebih lengkap dan terdekat (system regionalisasi rujukan perinatal). Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Sebagai petugas kesehatan, anda harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab masing masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas. Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap yakinkan bayi mendapatkan keuntungan/ nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya. Harus diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya sudah dikelola lebih dahulu. Keputusan untuk merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat, bidan/ dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga dan jelaskan kenapa bayi harus dirujuk. Sistem rujukan dan transportasi 1. Perhatikan regionalisasi rujukan perinatal dalam menentukan tujuan rujukan sehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar. Berdasarkan faktor resiko dan kemampuan unit kesehatan, pada dasarnya tingkat perawatan bayi baru lahir dibagi menjadi: a. Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D, Puskesmas dengan tempat tidur, Rumah Bersalin. b. Pelayanan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS Kabupaten, RS Swasta, RS Propinsi. c. Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan non pendidikan pemerintah atau swasta. Sesuai dengan pembagian diatas maka unit perawatan bayi baru lahir dapat dibagi menjadi : a. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III : Merupakan penerima rujukan baru lahir yang lahir dirumah atau pondok bersalin dengan memberi pelayanan dasar pada bayi yang baru lahir di Puskesmas dengan tempat tidur dan rumah bersalin. Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah Bayi kurang bulan, sidroma ganguan pernafasan, kejang, cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera, gangguan pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah, Kuning yang timbulnya terlalu awal atau lebih dari dua minggu dan diare. Pada unit ini perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kagawatan bayi baru lahir seperti pengenalan tanda-tanda sindroma ganguan nafas, infeksi atau sepsis, cacat bawaan yang memerlukan dengan segera, masalah ikterus,muntah, pendarahan, barat badan lahir rendah dan diare. b. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II : Pada unit ini telah ditempatkan sekurang-kurangnya empat tenaga dokter ahli dimana pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kehamilan dan persalinan normal maupun resiko tinggi. Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini meliputi
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 Data yang harus disediakan Upaya deteksi kegawatdaruratan bayi muda umur kurang dari 2 bulan, penilaian dan klasifikasi dapat dilakukan menggunakan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). kemampuan pertolongan resusitasi bayi baru lahir dan resusitasi pada kegawatan selama pemasangan pita endotrakeal, terapi oksigen pemberian cairan intravena, tetapi sinar dan tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatanbayi berat badan lahir rendah dan bayi lahir dengan tindakan. Sarana penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan radiologis yang telah tersedia pada unit init disamping telah dapat dilakukan tindakan bedah segera pada bayi- bayi oleh karena telah adanya dokter bedah. c. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I : Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan neonatologi dapat ditangani disini. Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus yang ditangani sebagian besar merupakan kasus resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan maupun bayi baru lahir. 2. Puskesmas merupakan penyaring kasus risiko yang perlu dirujuk sesuai dengan besaran risiko, jarak dan factor lainnya. 3. Memberikan informasi kesehatan dan prognosisi bayinya dan melibatkan orangtua atau keluarga dalam mengambil keputusn untuk merujuk 4. Melengkapi syarat syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan medis). Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel darah ibu. 5. Merujuk bayi dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan bayi dan ruangan dalam kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI. 6. Harus disertai dengan tenaga trampil melakukan resusitasi. Ambulance
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 7Data yang harus disediakan Data dasar yang harus diinformasikan adalah: 1. Identitas bayi dan tanggal lahir, 2. Identitas orang tua, 3. Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan 4. Obat yang dikonsumsi ibu, 5. Nilai apgar (tidak selalu harus diinformasikan, bila tidak tersedia waktu karena melakukan tindakan resusitasi aktif) 6. Masa gestasi dan berat lahir 7. Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernafasan, warna kulit, dan aktif/ tidaknya bayi) 8. Tindakan atau prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan 9. Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit dan lain lain) Syarat untuk melakukan transportasi Berikut beberapa syarat yang harus anda perhatikan ketika anda melakukan rujukan/ transportasi baru lahir. 1. Bayi dalam keadaan stabil. Bayi dikatakan dalam keadaan stabil apabila jalan nasaf bebas, ventilasi adekuat, kulit dan bibir kemerahan, frekuensi jntung 120 – 160 kali/ menit, suhu aksiler 3.5 – 37oC, masalah metabolic terkoreksi serta masalah spesifik penderita sudah dilakukan di manajemen awal 2. Pada saat melakukan rujukan, bayi harus dalam keadaan hangat. Upaya menjaga bayi tetap hangat dapat dilakukan membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain kering, hangat dan tebal, membungkus kepala bayi atau memakai topi/ tutup kepala, Jangan meletakkan bayi di tepi jendela atau pintu kendaraan pengangkut, kalau memungkinkan dapat pula dilakukan perawatan bayi melekat (Kangaroo mother care) 3. Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat 4. Didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil dalam melakukan tindakan resusitasi, minimal mampu melakukan ventilasi 5. Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan. Peralatan dan obat yang diperlukan selama proses rujukan adalah sebagai berikut: a. Idealnya bayi dirujuk dengan menggunakan incubator transport dan dipasang monitor. Berhubung alat tersebut sangat jarang tersedia di puskesmas, maka perhatikan cara menghangatkan bayi b. Peralatan dan obat obatan minimal yang harus tersedia alat resusitasi lengkap, termasuk laringoskop dan pipa endotracheal, Obat obatan emergensi, Selimut penghangat, Alat untuk melakukan pemasangan jalur intravena, Oksigen dalam tabung. c. Alat resusitasi/ bantuan ventilasi selama transportasi. Indikasi bantuan ventilasi bila ada salah satu keadaan berikut: 1) Bradikardi (FJ< 100 kali/ menit) 2) Sianosis sentral dengan oksigen 100% 3) Apnea periodik Pemberian oksigen (terapi oksigen) 1. Indikasi pemberian oksigen a. Bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan disekitar bibir) dan akral (warna kebiruan dikuku, tangan dan kaki) b. Bayi dengan gangguan napas 2. Pemberian oksigen membutuhkan pengawasan konsentrasi, kelembaban dan suhu) 3. Jumlah oksigen yang diberikan: a. Melalui kateter nasal 2 – 3 lt/ mnt (konsentrasi 21 %) b. Melalui sungkup 4-5 lt/ menit (konsentrasi 40%) c. Melalui headbox 6 – 8lt/menit (konsentrasi >50% 4. Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnya sianosisi sentral.
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 8 Penilaian oksigenasi Keberhasilan oksigenasi selama transportasi dinilai dari perubahan klinik sebagai berikut: a. Perubahan warna kulit menjadi kemerahan b. Denyut jantung bertambh baik c. Kadang kadang bisa mulai timbul napas buatan Pengawasan suhu Pengawasan suhu dan menjada kehangatan bayi selama trasnportasi menjadi suatu keharusan. Suhu normal ketiak (axilla) 36,5 – 37,5oCc. Kadang kadang bisa mulai timbul napas buatan Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi A. Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi Rujukan berhasil apabila kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi baru lahir dapat ditekan serendah-rendahnya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Sebelum bayi dirujuk, diperlukan stabilisasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar kondisi bayi tidak bertambah berat dan meninggal di jalan. Adakalanya stabilisasi lengkap tidak dimungkinkan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa merujuk bayi dalam keadaan tidak stabil membahayakan dan tidak dianjurkan. Karena itu seharusnya dilakukan usaha stabilisasi semaksimal mungkin sesuai dengan kewenangan dan kemampuan fasilitas. Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabila suhu tubuh, tekanan darah, cairan tubuh dan oksigenisasi cukup. Beberapa penanganan stabilisasi sebelum pengiriman sebagai berikut : a. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus untuk memberikan cairan b. Bayi dengan kejang-kejang perlu diberi pengobatan antikonvulsi terlebih dahulu agar kondisi bayi tidak bertambah berat Gambar : Thermometer
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 9 c. Bayi sesak nafas dengan sianosis harus diberi oksigen d. Suhu tubuh bayi dipertahankan agar tetap hangat dalam batasan normal (36,5-37,5 C) dengan menggunakan termometer yang dapat membaca suhu rendah. Jika suhu bayi kurang panas , sedangkan fasilitas inkubator tidak ada, bayi dapat digendong dengan cara kangguru oleh ibu, ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan selimut plastik, atau diantara selimut pembungkus bayi diletakkan aluminium foil. Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan Metode kangguru. e. Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan dekstrostiks dan apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian infus disesuaikan. f. Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi sebaiknya dipasang selang masuk ke dalam lambung (selang nasogastrik) untuk dekompresi. g. Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan kasa yang dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 % hangat. Keadaan usaha menstabilkan ini harus dipertahankan selama dalam perjalanan. Bila keadaan bayi tidak stabil, tidak dianjurkan membawa bayi ke fasilitas rujukan karena akan membahayakan jiwanya. b. Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan Selama bayi dalam perjalanan, petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di tempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi bayi. Hubungan tersebut dapat melalui fasilitas komunikasi cepat yang tersedia di puskesmas atau kecamatan, misalnya : radio komunikasi, telepon, kurir, dan sebagainya. Dengan adanya informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu untuk menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan langsung dapat ditangani. Setiap tempat rujukan harus selalu siap siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan. Keluarga atau petugas kesehatan yang mendampingi bayi harus menyerahkan surat/ karturujukan,melengkapiidentitasdanketeranganmengenaipenyakitsertamelaporkan kadaan penderita selama dalam perjalanan. c. Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan bayi beserta anjuran tindak lanjut paska rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk (puskesmas/polindes). Tindak lanjut paska rujukan bayi sakit dilaksanakan oleh bidan di desa atau petugas daerah binaan pendekatan perawatan kesehatan masyarakat. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Rujukan Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola dari jenjang administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner. Instrumen ini digunakan untuk menilai pelaksanaan rujukan di suatu wilayah Dati II. Sasarannya adalah Tim Audit Maternal Perinatal di Dati II dari Dinas Kesehatan dan Dokter Spesialis Kebidanan dan Spesialis Anak dari rumah sakit rujukan yang melakukan pembahasan rujukan kasus bayi baru lahir dengan petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang merujuk kasus tersebut.
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 10 Rangkuman 1. Indikasi rujukan harus sudah mulai dipikirkan sejak bayi masih dalam kandungan. 2. Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah rujukan antepartum (rujukan pada saat bayi masih berada dalam kandungan ibu). 3. Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap yakinkan bayi mendapatkan keuntungan/ nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya. Harus diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya sudah dikelola lebih dahulu. 4. Perhatikanregionalisasirujukanperinataldalammenentukantujuanrujukansehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar. 5. Data yang harus disediakan adalah Identitas bayi dan tanggal lahir, identitas orang tua, Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan, Obat yang dikonsumsi ibu, Nilai apgar, Masa gestasi dan berat lahir, Tanda vital, Tindakan atau prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan, Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit dan lain lain) 6. Syarat untuk melakukan transportasi, Bayi dalam keadaan stabil, pada saat melakukan rujukan, bayi harus dalam keadaan hangat, kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat, didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil dalam melakukan tindakan resusitasi, minimal mampu melakukan ventilasi dan tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan. 7. Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi a. Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi b. Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan c. Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan 8. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola dari jenjang administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner.
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 11 Evaluasi Formatif TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 3 Pilihlah Salah Satu Jawaban Yang Paling Benar 1. Prinsip dasar dalam merujuk dan transportasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut: a. Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, yakinkan bahwa bayi akan mendapatkan keuntungan atau nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya b. Pada saat merujuk bayi berada dalam kondisi gawat atau terdapat tanda bahaya c. Pengambilan keputusan cukup diambil oleh petugas kesehatan d. Penjelasan alasan rujukan dapat setelah tiba di tempat rujukan e. Semua bayi baru lahir harus di rujuk 2. Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap adalah: a. BBLR >1750 gram b. Asfiksia yang tidak memberikan respon pada resusitasi c. Bayi yang ibunya meninggal d. Bayi dengan reflek menelan baik e. Tersangka renjatan yang memberi respons baik 3. Bayi baru lahir yang akan dirujuk harus dalam keadaan stabil, bayi dalam keadaan stabil bila: a. Ventilasi kurang adekuat b. Kulit dan bibir kemerahan c. Frekuensi jantung lebih dari 160 kali/ menit d. Suhu aksiler lebih dari 37oC e. Masih terdapat lendir pada jalan nafas 4. Bayi baru lahir akan dirujuk harus memenuhi syarat untuk melakukan transportasi sebagai berikut : a. Bayi dalam kondisi stabil b. Bayi boleh diletakkan di dekat jendela c. Membawa alat untuk pertolongan persalinan d. Kendaraan pengangkut menggunakan pendingin (AC) e. Tidak perlu didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil 5. Pada system rujukan dan transportasi dikenal istilah regionalisasi rujukan perinatal. Yang dimaksud dengan pelayanan perinatal level II adalah: a. Polindes b. Puskesmas c. Rumah bersalin d. Rumah sakit rujukan dasar e. Rumah sakit pusat rujukan dengan fasilitas NICU 6. Salah satu tindakan merujuk perlu dilengkapi data antara lain: a. Surat rujukan b. Sampel darah ibu
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 12 c. Oksigen d. Alat resusitasi e. Petugas yang trampil 7. Peralatan dan obat obatan minimal yang harus tersedia pada saat melakukan transportasi: a. Alat untuk NGT b. Obat antipiretik c. Selimut penghangat d. Kendaraan yang hangat e. Alat pertolongan persalinan 8. Indikasi pemberian oksigen pada saat melakukan transportasi adalah? a. Bayi yang hypotermi b. Bayi mengalami ikterus c. BBLR kurang dari 1750 gram d. Bayi mengalami sianosis sentral e. Bayi yang mengalami hypertermi 9. Jumlah oksigen yang diberikan melalui kateter nasal adalah: a. 2 – 3 lt/ mnt (konsentrasi 21 %) b. 4-5 lt/ menit (konsentrasi 40%) c. 6 – 8 lt/ menit (konsentrasi >50%) d. 2 – 3 lt (konsentrasi 40%) e. 4 – 5 lt (konsentrasi 21%) 10. Tujuan stabilisasi keadaan bayi sebelum dilakukan rujukan... a. Bayi lebih nyaman saat dirujuk b. Mencegah kondisi bayi bertambah berat c. Kemungkinan bayi tertangani lebih besar d. Bayi bisa mencapai tempat rujukan dengan cepat e. Memudahkan pekerjaan petugas di tempat rujukan
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 13 UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 3 Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 3, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Saudara memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Saudara Bagus! Saudara dapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 4. Tetapi jika pencapaian Saudara kurang KUNCI JAWABAN 6. A 7. C 8. D 9. A 10. B 1. A 2. B 3. B 4. A 5. D
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 14 Baca dan lakukan analisa terhadap studi kasus dibawah ini. Gunakan langkah dalam pengambilan keputusan klinik pada saat memberikan jawaban. Studi Kasus Bayi M, baru lahir dari ibu dengan usia kehamilan 39 minggu dengan riwayat gawat janin. Pada saat lahir bernafas megap megap, nadi 90 kali permenit, sianosis, setelah 20 menit dilakukan resusitasi ternyata masih belum bernafas spontan dan teratur. Penilaian (riwayat, pemeriksaan fisik, prosedur skrining/ pemeriksaan laboratorium) 1. Apa yang akan anda lakukan pada pemeriksaan bayi M dan mengapa? 2. Prosedur apa yang akan dikerjakan untuk tindak lanjutnya Pelayanan yang diberikan (perencanaan dan intervensi) 1. Berdasarkan diagnosis (masalah/ kebutuhan) anda, apakah rencana anda selanjutnya untuk bayi M dan mengapa? 2. Data dan syarat apa yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan tersebut? Tugas
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 Bulan:………………………..Tahun.20…… Kabupaten/Kota:……………………………………… 1234567891011121314151617181920212223 1Peny.Dalam 2Bedah 3Anak 4Kebidanan 5Kontrasepsi/KB 6Syaraf 7THT 8Kulit/Kelamin 9Gigi&Mulut 10Fisiotherapy 11Paru-Paru 12Jantung 13KesehatanJiwa 14Mata 15………………… 16………………… Tanggal…………………………………20…….. Catatan:UntukDatarujukanpasienkeRumahSakitJiwa,BalaiKesehatanMataKepalaPuskesmas……………………………. atauSaranakesehatanSpesialistiklaintambahkantandakhususdilembarini Jumlah peserta Jumlah Pasien Lain Lain RSU Lab Kes Lain Lain Jumlah kegiatan RSU Kab RSU Prop fasKes lain RSU Lab Kes Pusk lain RSU Kab RSU Prop fasKes lain Pusk lain LAPORANRUJUKAN No Jenisspecialisasi rujukan JumlahRujukanPasienJumlahRujukanSpecimen/RujukanPengetahuan RujukanDariDirujukKeTerimaBalasanRujukanDirujukKeTerimaHasilDariKunjungandaridokter Pusk lain Pustu Polindes/ poskesdes Lain2
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 16 NamaRumahSakit:………………………………………. Kabupaten/Kota:……………………………………… Total kali Total Rumah Sakit Total kali Total Puskesmas 123456789111213141516171819 1Peny.Dalam 2Bedah 3Anak 4Kebidanan 5Kontrasepsi/KB 6Syaraf 7Jiwa 8THT 9Mata 10Kulit/Kelamin 11Gigi&Mulut 12Radiologi 13Paru-Paru 14lainlain Rujukandaribawah Pasien Rujukan Pasien datang sendiri diterimakan kembali Rujukankeatas RumahSakitPuskesmas diterima dari Puskesmas Diterimadari Fas.KesLain Diterima dariRS Lain Dikembalikan ke Puskesmas Dikembalikan keFas.Kes lain Dikembalikan keRSAsal Pusk lain RSU Kab RSU Prop LAPORANDATAKEGIATANRUMAHSAKIT(KEGIATANRUJUKAN) No Jenis Spesialisasi Pengirimandokterahlikesarana kesehatanlain Kunjungandokter ahliyangditerima
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta. Campbell S, Lee C. Obstetric emergencies. In: Campbell S, Lee C, editors.Obstetrics by Ten Teachers. 17th edition. Arnold Publishers; 2000. pp. 303-317. Depkes Ri. 2007. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif. JNPK-KR. Jakarta Dinkes Propinsi NTB, 2011, Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dinkes Propinsi NTB. Mataram Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution in North-Western Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian Medical Practitioner. 2006;49(3):54–55. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. YBSP: Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta. Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal Esensial Dasar.Jakarta : Depkes RI. Daftar Pustaka
  • 19. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 2015