Dokumen tersebut membahas tentang rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal, meliputi identifikasi kasus yang perlu dirujuk seperti berat badan lahir rendah, gangguan pernafasan, infeksi, dan kelainan bawaan. Dokumen juga menjelaskan prinsip rujukan dan transportasi bayi baru lahir yang aman dan tepat sasaran dengan memperhatikan sistem regionalisasi rujukan perinatal."
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAsri wahyuni
ASMA
Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua Negara dunia, diderita oleh anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang.
Berbagai faktor yang dapat menimbulkan serangan asma antara lain olahraga,infeksi,alergi,perubahan suhu,asap rokok,dan lain lain. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, derajat asma dan juga kematian akibat penyakit asma.
Pengaruh penyakit Asma bronkiale dalam kehamilan
Perubahan-perubahan fisiologis yang diketahui berpengaruh terhadap perjalanan AB antara lain perubahan-perubahan berupa membesarnya uterus, elevasi diafragma, hormonal perubahan-perubahan pada mekanik paru-paru dan lain-lain.
Pada ibu-ibu hamil yang menderita AB, Bahna dan Bjerkedal mendapatkan bahwa insiden hiperemis, perdarahan, toksemia gravidarum, induksi persalinan dengan komplikasi dan kematian ibu secara bermakna lebih sering terjadi dibandingkan dengan ibu-ibu hamil tanpa penyakit AB. Hal ini dapat diduga erat hubungannya dengan obat-obat anti asma yang diberikan selama kehamilan ataupun akibat efek langsung daripada memberatnya asma
Hormon Masa Kehamilan
Progesteron
Estrogen
Kortisol
Pengaruh Obat-obatan Anti Asma Terhadap Kehamilan
Golongan Xanthin
Golongan simptomatik
Adrenalin
Efedrin
Obat-obat Beta Agonis
Kromoglikat
Kortikosteroid
Antihistamine, Ekspektoran dan Antibiotika
Penatalaksanaan Asma Bronkial pada kehamilan
Penderita Rawat Jalan
Pada serangan AB yang ringan , teofilin peroral atau rektal dapat merupakan pilihan atau kalau perlu aminofilin intravenous 250 – 500 mg secara bolus pelan-pelan atau isopreterinol inhalasi atau nebulizer, atau adrenalin subkutan 0,2-0,5 ml yang dapat diulang dalam 15 sampai 30 menit kemudian.
Penderita Rawat Inap
Diperuntukkan penderita dengan Ab yang berat atau status asthmaticus. Diberikan aminofilin IV 250-500 mg secara bolus pelan-pelan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian aminoflin perinfus IV dengan dosis 0,9 mg/kg BB/hari. Hidrokortison sodium suksinat diberikan 100-200 mg IV/4-6 jam, oksigen melalui kateter hidung, cairan dan elektrolit yang cukup dan eliminasi faktor-faktor presipitasi.
PENYAKIT JANTUNG
Perubahan hemodinamik dalam kehamilan
Hemodinamik menggambarkan hubungan antara tekanan darah, curah jantung dan resistensi vaskuler. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung dengan auskultasi atau secara langsung dengan kateter intra-arterial.
Curah jantung merupakan hasil perkalian stroke volume dan denyut jantung. Denyut jantung dan stroke volume meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Setelah 32 minggu, stroke volume menurun dan curah jantung sangat tergantung pada denyut jantung. Resistensi vaskuler menurun pada trimester pertama dan awal trimester kedua. Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan meningkat pada saat ada kontraksi uterus.
Diagnosis
Klasifikas
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAsri wahyuni
ASMA
Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua Negara dunia, diderita oleh anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang.
Berbagai faktor yang dapat menimbulkan serangan asma antara lain olahraga,infeksi,alergi,perubahan suhu,asap rokok,dan lain lain. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, derajat asma dan juga kematian akibat penyakit asma.
Pengaruh penyakit Asma bronkiale dalam kehamilan
Perubahan-perubahan fisiologis yang diketahui berpengaruh terhadap perjalanan AB antara lain perubahan-perubahan berupa membesarnya uterus, elevasi diafragma, hormonal perubahan-perubahan pada mekanik paru-paru dan lain-lain.
Pada ibu-ibu hamil yang menderita AB, Bahna dan Bjerkedal mendapatkan bahwa insiden hiperemis, perdarahan, toksemia gravidarum, induksi persalinan dengan komplikasi dan kematian ibu secara bermakna lebih sering terjadi dibandingkan dengan ibu-ibu hamil tanpa penyakit AB. Hal ini dapat diduga erat hubungannya dengan obat-obat anti asma yang diberikan selama kehamilan ataupun akibat efek langsung daripada memberatnya asma
Hormon Masa Kehamilan
Progesteron
Estrogen
Kortisol
Pengaruh Obat-obatan Anti Asma Terhadap Kehamilan
Golongan Xanthin
Golongan simptomatik
Adrenalin
Efedrin
Obat-obat Beta Agonis
Kromoglikat
Kortikosteroid
Antihistamine, Ekspektoran dan Antibiotika
Penatalaksanaan Asma Bronkial pada kehamilan
Penderita Rawat Jalan
Pada serangan AB yang ringan , teofilin peroral atau rektal dapat merupakan pilihan atau kalau perlu aminofilin intravenous 250 – 500 mg secara bolus pelan-pelan atau isopreterinol inhalasi atau nebulizer, atau adrenalin subkutan 0,2-0,5 ml yang dapat diulang dalam 15 sampai 30 menit kemudian.
Penderita Rawat Inap
Diperuntukkan penderita dengan Ab yang berat atau status asthmaticus. Diberikan aminofilin IV 250-500 mg secara bolus pelan-pelan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian aminoflin perinfus IV dengan dosis 0,9 mg/kg BB/hari. Hidrokortison sodium suksinat diberikan 100-200 mg IV/4-6 jam, oksigen melalui kateter hidung, cairan dan elektrolit yang cukup dan eliminasi faktor-faktor presipitasi.
PENYAKIT JANTUNG
Perubahan hemodinamik dalam kehamilan
Hemodinamik menggambarkan hubungan antara tekanan darah, curah jantung dan resistensi vaskuler. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung dengan auskultasi atau secara langsung dengan kateter intra-arterial.
Curah jantung merupakan hasil perkalian stroke volume dan denyut jantung. Denyut jantung dan stroke volume meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Setelah 32 minggu, stroke volume menurun dan curah jantung sangat tergantung pada denyut jantung. Resistensi vaskuler menurun pada trimester pertama dan awal trimester kedua. Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan meningkat pada saat ada kontraksi uterus.
Diagnosis
Klasifikas
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...pjj_kemenkes
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita yang menjangkau seluruh sasaran
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
1. SIAGA BENCANA
MATERNAL NEONATAL
MODUL
Rujukan Kasus Gawat DaruratMaternal
Neonatal
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Suryaningsih
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 8
KEGIATAN BELAJAR 3
RUJUKAN KASUS GAWAT
DARURAT NEONATAL
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
masih cukup tinggi. Millenium Development
Goals (MDGs) 2015 telah menetapkan target
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan
tersebut adalah memperkuat sistem rujukan
kesehatan diberbagai jenjang pelayanan
kesehatan. Upaya ini sangat penting
karena sudah diketahui secara luas bahwa
system rujukan yang berjalan dengan baik
dapat berkontribusi untuk mempercepat
penanganan keterlambatan rujukan,
terutama kasus-kasus gawatdarurat,
komplikasi dan kematian bisa dihindari.
Modul berjudul Rujukan Kasus Gawat Darurat
Maternal Neonatal ini membahas tentang
konsep dasar rujukan, rujukan kasus gawat
darurat maternal, rujukan kasus gawat
darurat neonatal, dan pendokumentasian
kasus rujukan maternal neonatal.
Modul ini terdiri atas empat kegiatan
belajar yang disusun dengan urutan
sebagai berikut:
a. Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar
Rujukan Kebidanan
b. Kegiatan Belajar 2 : Rujukan Gawat
Darurat Maternal
c. Kegiatan Belajar 3 : Rujukan Gawat
Darurat Neonatal
d. Kegiatan Belajar 4 :
Pendokumentasian rujukan kasus
Gawat Darurat Maternal Neonatal
Ruang Bersalin
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar Rujukan
Kebidanan, 2) melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada maternal, 3) melakukan
rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal serta 4) melakukan pendokumentasian rujukan
kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal. Kompetensi ini nantinya akan menjadi dasar bagi
Saudara untuk melakukan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal
yangnantinyaakanSaudarapelajaripadamatakuliahAsuhankebidananKegawatDaruratan
Maternal Neonatal. Selain itu, kompetensi ini juga akan menunjang kompetensi Saudara
sebagaibidanuntukmelakukanpenanganankegawatdaruratansesuaidengankewenangan.
Dengan memiliki kemampuan untuk melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada
maternal neonatal Saudara dapat mencegah terjadinya keterlambatan penanganan pada
kasus kegawatdaruratan maternal neonatal sehingga kematian ibu dan kematian bayi
dapat dicegah.
Proses pembelajaran untuk materi Rujukan kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat
berjalan dengan lancar apabila Saudara mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut:
a. Sebelum mempelajari modul ini, Saudara harus memahami tentang materi materi yang
terdapat dalam mata kuliah asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidan persalinan
dan BBL, asuhan kebidanan nifas dan menyusui serta asuhan neonates, bayi, balita dan
anak prasekolah
b. Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
c. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya
dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam
penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan
tugas-tugas yang menyertainya.
d. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes
formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin
mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci
jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar.
e. Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan
tahap belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif
harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali,
baru melaksanakan tes formatif lagi.
f. Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu
dilakukan konsultasi khusus dengan dosen.
Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga Saudara dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan.
Baiklah Saudara peserta Diklat jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami
pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di
daerah dengan baik.
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
Setelah mempelajarai kegiatan belajar 3 ini,
Anda diharapkan mampu untuk melakukan
rujukan pada kasus kegawatdaruratan
neonatal dengan tepat.
Kegiatan
Belajar 3
RUJUKAN KEGAWAT DARURATAN NEONATAL
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan belajar 3 ini mempelajari tentang rujukan pada kasus kegawatdaruratan neonatal
yang meliputi, identifikasi kasus yang perlu dirujuk, rujukan dan transportasi bayi baru lahir
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, Saudara diharapkan mampu untuk:
• Melakukan identifikasi kasus yang perlu dirujuk dengan tepat
• Menjelaskan prinsip umum dalam melakukan rujukan pada neonatus dengan tepat
Pasca Melahirkan
Pokok-pokok Materi
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Uraian
Materi
Tangisan seorang bayi ketika dilahirkan kedunia merupakan harapan semua orang yang
berada di ruangan persalinan. Baik bidan atau dokter penolong, maupun keluarga. Akan
tetapi, adakalanya tangisan bayi tersebut tidak terdengar, dan hal ini akan memberikan
kekhawatiran terhadap semua orang yang terlibat dalam proses persalinan.
Identifikasi bayi yang harus mendapatkan rujukan
Indikasi rujukan harus sudah mulai dipikirkan sejak bayi masih dalam kandungan, oleh
karena tindakan dan penanganan kehamilan resiko tinggi maupun tindakan dan penanganan
penyulit/ komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat berpengaruh pada
kelangsungan hidup dan kualitas tumbuh kembang anak di masa yang akan datang apabila
anak tersebut lolos dari kematian pada masa neonatal.
Kondisi/tanda-tanda berikut ini merupakan indikasi rujukan (disesuaikan dengan fasilitas
setempat), yaitu :
a. BBLR < 1750 gram
b. BBLR 1750 – 2000 gram dengan kejang, gangguan napas, gangguan pemberian minum
c. Bayi tidak mau minum ASI
d. Bayi yang mengalami hypothermi berat
e. Gangguan nafas sedang dan berat, apapun penyebabnya
f. Asfiksia yang tidak memberikan respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10
menit pertama
g. Bayi mengalami perdarahan atau tersangka perdarahan
h. Bayi mengalami Kejang yang tidak teratasi
i. Ikterus yang tidak memberikan respon dengan fototherapi
j. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare atau tidak buang
air besar sama sekali dengan perut membuncit
k. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis/ dengan komplikasi
l. Bayi menyandang kelainan bawaan
m. Kasus bedah neonates
n. Kemungkinan penyakit jantung bawaan
o. Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia simtomatik
p. Tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat/ dengan komplikasi
q. Penyakit hemolysis
r. Tersangka renjatan yang tidak member respons baik
s. Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi
Bayi baru lahir seperti apakah yang harus mendapatkan rujukan?
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
Rujukan Dan Transportasi Bayi Baru Lahir
Prinsip dasar
Keadaanpalingidealuntukmerujukadalahrujukanantepartum(rujukanpadasaatbayimasih
berada dalam kandungan ibu). Namun sayangnya tidak semua keadaan dapat terdiagnosis
secara dini, sehingga rujukan dini dapat dilakukan. Apalagi bila terjadi kedaruratan pada
ibu maupun janin dan kehamilan harus segera diterminasi serta memerlukan rujukan ke
fasilitas yang lebih lengkap, maka akan timbul masalah baik pada ibu maupun pada bayi.
Perubahan keadaan atau penyakit pada bayi baru lahir demikian cepatnya, untuk itu
dibutuhkan tatalaksana segera dan adekuat pada fasilitas yang lebih lengkap dan terdekat
(system regionalisasi rujukan perinatal). Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau
gawat dan membutuhkan fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk.
Sebagai petugas kesehatan, anda harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab
masing masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.
Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap yakinkan bayi mendapatkan keuntungan/
nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya. Harus diperhatikan bahwa
saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya sudah dikelola
lebih dahulu. Keputusan untuk merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas
pelayanan kesehatan (perawat, bidan/ dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga
dan jelaskan kenapa bayi harus dirujuk.
Sistem rujukan dan transportasi
1. Perhatikan regionalisasi rujukan perinatal dalam menentukan tujuan rujukan sehingga
dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar.
Berdasarkan faktor resiko dan kemampuan unit kesehatan, pada dasarnya tingkat
perawatan bayi baru lahir dibagi menjadi:
a. Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D, Puskesmas dengan tempat
tidur, Rumah Bersalin.
b. Pelayanan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS Kabupaten, RS Swasta, RS
Propinsi.
c. Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan non pendidikan
pemerintah atau swasta.
Sesuai dengan pembagian diatas maka unit perawatan bayi baru lahir dapat dibagi
menjadi :
a. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III :
Merupakan penerima rujukan baru lahir yang lahir dirumah atau pondok bersalin
dengan memberi pelayanan dasar pada bayi yang baru lahir di Puskesmas dengan
tempat tidur dan rumah bersalin. Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah Bayi
kurang bulan, sidroma ganguan pernafasan, kejang, cacat bawaan yang memerlukan
tindakan segera, gangguan pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah,
Kuning yang timbulnya terlalu awal atau lebih dari dua minggu dan diare. Pada unit ini
perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kagawatan bayi baru lahir seperti
pengenalan tanda-tanda sindroma ganguan nafas, infeksi atau sepsis, cacat bawaan
yang memerlukan dengan segera, masalah ikterus,muntah, pendarahan, barat badan
lahir rendah dan diare.
b. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II :
Pada unit ini telah ditempatkan sekurang-kurangnya empat tenaga dokter ahli
dimana pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kehamilan dan persalinan
normal maupun resiko tinggi. Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini meliputi
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Data yang harus disediakan
Upaya deteksi kegawatdaruratan bayi muda umur kurang dari 2 bulan, penilaian dan
klasifikasi dapat dilakukan menggunakan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
kemampuan pertolongan resusitasi bayi baru lahir dan resusitasi pada kegawatan
selama pemasangan pita endotrakeal, terapi oksigen pemberian cairan intravena,
tetapi sinar dan tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatanbayi berat
badan lahir rendah dan bayi lahir dengan tindakan. Sarana penunjang berupa
laboratorium dan pemeriksaan radiologis yang telah tersedia pada unit init disamping
telah dapat dilakukan tindakan bedah segera pada bayi- bayi oleh karena telah adanya
dokter bedah.
c. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I :
Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan
neonatologi dapat ditangani disini. Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus
yang ditangani sebagian besar merupakan kasus resiko tinggi baik dalam kehamilan,
persalinan maupun bayi baru lahir.
2. Puskesmas merupakan penyaring kasus risiko yang perlu dirujuk sesuai dengan besaran
risiko, jarak dan factor lainnya.
3. Memberikan informasi kesehatan dan prognosisi bayinya dan melibatkan orangtua atau
keluarga dalam mengambil keputusn untuk merujuk
4. Melengkapi syarat syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan medis).
Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel darah ibu.
5. Merujuk bayi dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan bayi dan ruangan dalam
kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan napas tetap bersih dan
terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI.
6. Harus disertai dengan tenaga trampil melakukan resusitasi.
Ambulance
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7Data yang harus disediakan
Data dasar yang harus diinformasikan adalah:
1. Identitas bayi dan tanggal lahir,
2. Identitas orang tua,
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan
4. Obat yang dikonsumsi ibu,
5. Nilai apgar (tidak selalu harus diinformasikan, bila tidak tersedia waktu karena melakukan
tindakan resusitasi aktif)
6. Masa gestasi dan berat lahir
7. Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernafasan, warna kulit, dan aktif/ tidaknya bayi)
8. Tindakan atau prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan
9. Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit dan lain lain)
Syarat untuk melakukan transportasi
Berikut beberapa syarat yang harus anda perhatikan ketika anda melakukan rujukan/
transportasi baru lahir.
1. Bayi dalam keadaan stabil. Bayi dikatakan dalam keadaan stabil apabila jalan nasaf bebas,
ventilasi adekuat, kulit dan bibir kemerahan, frekuensi jntung 120 – 160 kali/ menit, suhu
aksiler 3.5 – 37oC, masalah metabolic terkoreksi serta masalah spesifik penderita sudah
dilakukan di manajemen awal
2. Pada saat melakukan rujukan, bayi harus dalam keadaan hangat. Upaya menjaga bayi
tetap hangat dapat dilakukan membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain kering,
hangat dan tebal, membungkus kepala bayi atau memakai topi/ tutup kepala, Jangan
meletakkan bayi di tepi jendela atau pintu kendaraan pengangkut, kalau memungkinkan
dapat pula dilakukan perawatan bayi melekat (Kangaroo mother care)
3. Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat
4. Didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil dalam melakukan tindakan resusitasi,
minimal mampu melakukan ventilasi
5. Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan. Peralatan dan obat yang diperlukan
selama proses rujukan adalah sebagai berikut:
a. Idealnya bayi dirujuk dengan menggunakan incubator transport dan dipasang monitor.
Berhubung alat tersebut sangat jarang tersedia di puskesmas, maka perhatikan cara
menghangatkan bayi
b. Peralatan dan obat obatan minimal yang harus tersedia alat resusitasi lengkap, termasuk
laringoskop dan pipa endotracheal, Obat obatan emergensi, Selimut penghangat, Alat
untuk melakukan pemasangan jalur intravena, Oksigen dalam tabung.
c. Alat resusitasi/ bantuan ventilasi selama transportasi. Indikasi bantuan ventilasi bila ada
salah satu keadaan berikut:
1) Bradikardi (FJ< 100 kali/ menit)
2) Sianosis sentral dengan oksigen 100%
3) Apnea periodik
Pemberian oksigen (terapi oksigen)
1. Indikasi pemberian oksigen
a. Bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan disekitar bibir) dan akral (warna
kebiruan dikuku, tangan dan kaki)
b. Bayi dengan gangguan napas
2. Pemberian oksigen membutuhkan pengawasan konsentrasi, kelembaban dan suhu)
3. Jumlah oksigen yang diberikan:
a. Melalui kateter nasal 2 – 3 lt/ mnt (konsentrasi 21 %)
b. Melalui sungkup 4-5 lt/ menit (konsentrasi 40%)
c. Melalui headbox 6 – 8lt/menit (konsentrasi >50%
4. Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnya sianosisi sentral.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
Penilaian oksigenasi
Keberhasilan oksigenasi selama transportasi dinilai dari perubahan klinik sebagai berikut:
a. Perubahan warna kulit menjadi kemerahan
b. Denyut jantung bertambh baik
c. Kadang kadang bisa mulai timbul napas buatan
Pengawasan suhu
Pengawasan suhu dan menjada kehangatan bayi selama trasnportasi menjadi suatu
keharusan. Suhu normal ketiak (axilla) 36,5 – 37,5oCc. Kadang kadang bisa mulai timbul
napas buatan
Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi
A. Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi
Rujukan berhasil apabila kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi baru lahir dapat
ditekan serendah-rendahnya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
: Sebelum bayi dirujuk, diperlukan stabilisasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar
kondisi bayi tidak bertambah berat dan meninggal di jalan. Adakalanya stabilisasi lengkap
tidak dimungkinkan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa merujuk bayi dalam keadaan
tidak stabil membahayakan dan tidak dianjurkan. Karena itu seharusnya dilakukan usaha
stabilisasi semaksimal mungkin sesuai dengan kewenangan dan kemampuan fasilitas.
Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabila suhu tubuh, tekanan darah, cairan tubuh
dan oksigenisasi cukup.
Beberapa penanganan stabilisasi sebelum pengiriman sebagai berikut :
a. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus untuk memberikan cairan
b. Bayi dengan kejang-kejang perlu diberi pengobatan antikonvulsi terlebih dahulu agar
kondisi bayi tidak bertambah berat
Gambar : Thermometer
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9
c. Bayi sesak nafas dengan sianosis harus diberi oksigen
d. Suhu tubuh bayi dipertahankan agar tetap hangat dalam batasan normal (36,5-37,5 C)
dengan menggunakan termometer yang dapat membaca suhu rendah. Jika suhu bayi
kurang panas , sedangkan fasilitas inkubator tidak ada, bayi dapat digendong dengan
cara kangguru oleh ibu, ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan
selimut plastik, atau diantara selimut pembungkus bayi diletakkan aluminium foil.
Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan Metode kangguru.
e. Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan dekstrostiks dan
apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian infus disesuaikan.
f. Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi sebaiknya dipasang
selang masuk ke dalam lambung (selang nasogastrik) untuk dekompresi.
g. Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan kasa yang
dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 % hangat.
Keadaan usaha menstabilkan ini harus dipertahankan selama dalam perjalanan. Bila
keadaan bayi tidak stabil, tidak dianjurkan membawa bayi ke fasilitas rujukan karena akan
membahayakan jiwanya.
b. Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan
Selama bayi dalam perjalanan, petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di
tempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi bayi. Hubungan
tersebut dapat melalui fasilitas komunikasi cepat yang tersedia di puskesmas atau
kecamatan, misalnya : radio komunikasi, telepon, kurir, dan sebagainya. Dengan
adanya informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu untuk
menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan langsung dapat ditangani. Setiap
tempat rujukan harus selalu siap siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan.
Keluarga atau petugas kesehatan yang mendampingi bayi harus menyerahkan surat/
karturujukan,melengkapiidentitasdanketeranganmengenaipenyakitsertamelaporkan
kadaan penderita selama dalam perjalanan.
c. Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan
Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan bayi beserta anjuran tindak
lanjut paska rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk (puskesmas/polindes).
Tindak lanjut paska rujukan bayi sakit dilaksanakan oleh bidan di desa atau petugas
daerah binaan pendekatan perawatan kesehatan masyarakat.
Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Rujukan
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola dari jenjang
administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner. Instrumen ini
digunakan untuk menilai pelaksanaan rujukan di suatu wilayah Dati II. Sasarannya adalah
Tim Audit Maternal Perinatal di Dati II dari Dinas Kesehatan dan Dokter Spesialis Kebidanan
dan Spesialis Anak dari rumah sakit rujukan yang melakukan pembahasan rujukan kasus
bayi baru lahir dengan petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang
merujuk kasus tersebut.
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Rangkuman
1. Indikasi rujukan harus sudah mulai dipikirkan sejak bayi masih dalam kandungan.
2. Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah rujukan antepartum (rujukan pada saat
bayi masih berada dalam kandungan ibu).
3. Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap yakinkan bayi mendapatkan
keuntungan/ nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya. Harus
diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal
tanda bahaya sudah dikelola lebih dahulu.
4. Perhatikanregionalisasirujukanperinataldalammenentukantujuanrujukansehingga
dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar.
5. Data yang harus disediakan adalah Identitas bayi dan tanggal lahir, identitas orang
tua, Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan,
Obat yang dikonsumsi ibu, Nilai apgar, Masa gestasi dan berat lahir, Tanda vital,
Tindakan atau prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan, Bila tersedia data
pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit dan lain lain)
6. Syarat untuk melakukan transportasi, Bayi dalam keadaan stabil, pada saat melakukan
rujukan, bayi harus dalam keadaan hangat, kendaraan pengangkut juga harus dalam
keadaan hangat, didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil dalam melakukan
tindakan resusitasi, minimal mampu melakukan ventilasi dan tersedia peralatan dan
obat yang dibutuhkan.
7. Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi
a. Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi
b. Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan
c. Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan
8. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola dari
jenjang administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner.
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
Evaluasi
Formatif
TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 3
Pilihlah Salah Satu Jawaban Yang Paling Benar
1. Prinsip dasar dalam merujuk dan transportasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, yakinkan bahwa bayi akan
mendapatkan keuntungan atau nilai positif dibanding bila hanya tetap dirawat di
tempat asalnya
b. Pada saat merujuk bayi berada dalam kondisi gawat atau terdapat tanda bahaya
c. Pengambilan keputusan cukup diambil oleh petugas kesehatan
d. Penjelasan alasan rujukan dapat setelah tiba di tempat rujukan
e. Semua bayi baru lahir harus di rujuk
2. Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap adalah:
a. BBLR >1750 gram
b. Asfiksia yang tidak memberikan respon pada resusitasi
c. Bayi yang ibunya meninggal
d. Bayi dengan reflek menelan baik
e. Tersangka renjatan yang memberi respons baik
3. Bayi baru lahir yang akan dirujuk harus dalam keadaan stabil, bayi dalam keadaan stabil
bila:
a. Ventilasi kurang adekuat
b. Kulit dan bibir kemerahan
c. Frekuensi jantung lebih dari 160 kali/ menit
d. Suhu aksiler lebih dari 37oC
e. Masih terdapat lendir pada jalan nafas
4. Bayi baru lahir akan dirujuk harus memenuhi syarat untuk melakukan transportasi
sebagai berikut :
a. Bayi dalam kondisi stabil
b. Bayi boleh diletakkan di dekat jendela
c. Membawa alat untuk pertolongan persalinan
d. Kendaraan pengangkut menggunakan pendingin (AC)
e. Tidak perlu didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil
5. Pada system rujukan dan transportasi dikenal istilah regionalisasi rujukan perinatal.
Yang dimaksud dengan pelayanan perinatal level II adalah:
a. Polindes
b. Puskesmas
c. Rumah bersalin
d. Rumah sakit rujukan dasar
e. Rumah sakit pusat rujukan dengan fasilitas NICU
6. Salah satu tindakan merujuk perlu dilengkapi data antara lain:
a. Surat rujukan
b. Sampel darah ibu
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
c. Oksigen
d. Alat resusitasi
e. Petugas yang trampil
7. Peralatan dan obat obatan minimal yang harus tersedia pada saat melakukan
transportasi:
a. Alat untuk NGT
b. Obat antipiretik
c. Selimut penghangat
d. Kendaraan yang hangat
e. Alat pertolongan persalinan
8. Indikasi pemberian oksigen pada saat melakukan transportasi adalah?
a. Bayi yang hypotermi
b. Bayi mengalami ikterus
c. BBLR kurang dari 1750 gram
d. Bayi mengalami sianosis sentral
e. Bayi yang mengalami hypertermi
9. Jumlah oksigen yang diberikan melalui kateter nasal adalah:
a. 2 – 3 lt/ mnt (konsentrasi 21 %)
b. 4-5 lt/ menit (konsentrasi 40%)
c. 6 – 8 lt/ menit (konsentrasi >50%)
d. 2 – 3 lt (konsentrasi 40%)
e. 4 – 5 lt (konsentrasi 21%)
10. Tujuan stabilisasi keadaan bayi sebelum dilakukan rujukan...
a. Bayi lebih nyaman saat dirujuk
b. Mencegah kondisi bayi bertambah berat
c. Kemungkinan bayi tertangani lebih besar
d. Bayi bisa mencapai tempat rujukan dengan cepat
e. Memudahkan pekerjaan petugas di tempat rujukan
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 3
Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada
bagian akhir Kegiatan Belajar 3, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika
jawaban yang benar adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% -79% : cukup
kurang dari 70% : kurang
Kalau Saudara memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Saudara Bagus!
Saudara dapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 4. Tetapi jika pencapaian Saudara kurang
KUNCI JAWABAN
6. A
7. C
8. D
9. A
10. B
1. A
2. B
3. B
4. A
5. D
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
Baca dan lakukan analisa terhadap studi kasus dibawah ini. Gunakan langkah dalam
pengambilan keputusan klinik pada saat memberikan jawaban.
Studi Kasus
Bayi M, baru lahir dari ibu dengan usia kehamilan 39 minggu dengan riwayat gawat janin.
Pada saat lahir bernafas megap megap, nadi 90 kali permenit, sianosis, setelah 20 menit
dilakukan resusitasi ternyata masih belum bernafas spontan dan teratur.
Penilaian (riwayat, pemeriksaan fisik, prosedur skrining/ pemeriksaan laboratorium)
1. Apa yang akan anda lakukan pada pemeriksaan bayi M dan mengapa?
2. Prosedur apa yang akan dikerjakan untuk tindak lanjutnya
Pelayanan yang diberikan (perencanaan dan intervensi)
1. Berdasarkan diagnosis (masalah/ kebutuhan) anda, apakah rencana anda selanjutnya
untuk bayi M dan mengapa?
2. Data dan syarat apa yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan tersebut?
Tugas
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
Bulan:………………………..Tahun.20……
Kabupaten/Kota:………………………………………
1234567891011121314151617181920212223
1Peny.Dalam
2Bedah
3Anak
4Kebidanan
5Kontrasepsi/KB
6Syaraf
7THT
8Kulit/Kelamin
9Gigi&Mulut
10Fisiotherapy
11Paru-Paru
12Jantung
13KesehatanJiwa
14Mata
15…………………
16…………………
Tanggal…………………………………20……..
Catatan:UntukDatarujukanpasienkeRumahSakitJiwa,BalaiKesehatanMataKepalaPuskesmas…………………………….
atauSaranakesehatanSpesialistiklaintambahkantandakhususdilembarini
Jumlah
peserta
Jumlah
Pasien
Lain
Lain
RSU
Lab
Kes
Lain
Lain
Jumlah
kegiatan
RSU
Kab
RSU
Prop
fasKes
lain
RSU
Lab
Kes
Pusk
lain
RSU
Kab
RSU
Prop
fasKes
lain
Pusk
lain
LAPORANRUJUKAN
No
Jenisspecialisasi
rujukan
JumlahRujukanPasienJumlahRujukanSpecimen/RujukanPengetahuan
RujukanDariDirujukKeTerimaBalasanRujukanDirujukKeTerimaHasilDariKunjungandaridokter
Pusk
lain
Pustu
Polindes/
poskesdes
Lain2
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
NamaRumahSakit:……………………………………….
Kabupaten/Kota:………………………………………
Total
kali
Total
Rumah
Sakit
Total
kali
Total
Puskesmas
123456789111213141516171819
1Peny.Dalam
2Bedah
3Anak
4Kebidanan
5Kontrasepsi/KB
6Syaraf
7Jiwa
8THT
9Mata
10Kulit/Kelamin
11Gigi&Mulut
12Radiologi
13Paru-Paru
14lainlain
Rujukandaribawah
Pasien
Rujukan
Pasien
datang
sendiri
diterimakan
kembali
Rujukankeatas
RumahSakitPuskesmas
diterima
dari
Puskesmas
Diterimadari
Fas.KesLain
Diterima
dariRS
Lain
Dikembalikan
ke
Puskesmas
Dikembalikan
keFas.Kes
lain
Dikembalikan
keRSAsal
Pusk
lain
RSU
Kab
RSU
Prop
LAPORANDATAKEGIATANRUMAHSAKIT(KEGIATANRUJUKAN)
No
Jenis
Spesialisasi
Pengirimandokterahlikesarana
kesehatanlain
Kunjungandokter
ahliyangditerima
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta.
Campbell S, Lee C. Obstetric emergencies. In: Campbell S, Lee C, editors.Obstetrics by Ten
Teachers. 17th edition. Arnold Publishers; 2000. pp. 303-317.
Depkes Ri. 2007. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif.
JNPK-KR. Jakarta
Dinkes Propinsi NTB, 2011, Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Dinkes Propinsi NTB. Mataram
Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution in North-Western
Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian Medical Practitioner. 2006;49(3):54–55.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. YBSP: Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta.
Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal Esensial
Dasar.Jakarta : Depkes RI.
Daftar
Pustaka
19. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015