SlideShare a Scribd company logo
PENDIDIKAN AGAMA
MODUL
Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan
Kesatuan Bangsa Dan Pandangan Agama Terhadap
Tindakan Praktik-Praktik Kebidanan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Wiwin Widayani
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 1
KEGIATAN BELAJAR 3
Pandangan Agama-agama Terhadap Tindakan
Praktik Kebidanan Keluarga Berencana
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Daftar Isi
Cover
Daftar Isi											i
Daftar Istilah											ii
Pendahuluan										1
Kegiatan Belajar 3 :
	 Pandangan agama-agama terhadap tindakan
	praktik kebidanan Keluraga Berencana					3
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
ISTILAH KETERANGAN
egalitarianisme Paham perasaan
husnuzhan Berprasangka baik
isqot al-haml Aborsi
Manath Fakta
man’u al-hamli Mencegah kehamilan
tahdid al nasl Pembatasan keturunan
taqim Pemandulan
tahzim al nasl Pengaturan keturunan
Daftar Istilah
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rekan mahasiswa, modul yang sedang Anda pelajari ini adalah modul terakir dari enam
modul yang harus diselesaikan untuk mata kuliah Agama. Modul ini berjudul Peranan
Agama dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa dan Pandangan Agama-ag-
ama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan. Seperti kita ketahui bersama bahwa Islam
adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang ada dalam masyarakat
sudah barang tentu diatur di dalam ajaran Islam.
Sebagai bidan, anda harus memahami bagaimana pandangan setiap agama terhadap
tindakan-tindakan yang anda lakukan dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan
dan apakah sesuai dengan wewenangnya.
Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat memahami peranan agama da-
lam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa serta pandangan setiap agama-ag-
ama terhadap tindakan praktik kebidanan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, materi yang harus anda pelajari terdiri dari peranan
agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa serta pandangan setiap ag-
ama terhadap tindakan praktik kebidanan.
Modul ini dikemas dalam 3 kegiatan belajar, dan seluruhnya diberi alokasi waktu…. jam.
Tiga kegiatan belajar tersebut disusun sebagai berikut:
•	 Kegiatan Belajar 1:  Peranan agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan 	
				bangsa.
•	 Kegiatan Belajar 2:  Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik
					Kebidanan Aborsi
•	 Kegiatan Belajar 3: Pandangan Agama-agamaterhadap Tindakan Praktik
					 Kebidanan Keluarga Berencana
PETUNJUK BELAJAR
	 Modul ini disusun sedemikian rupa agar anda dapat mempelajarinya secara
mandiri, kami yakin Anda akan berhasil jika Anda mau mempelajarinya secara serius
dan benar. Oleh karena itu lakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1)	 Baca baik-baik dan pahami tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dalam mempe-
lajari modul ini.
2)	 Pelajari materi secara berurutan mulai dari kegiatan belajar (KB)1 dan seterusnya,
karena materi yang dibahas dalam kegiatan sebelumnya berkaitan erat dengan
materi yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya.
3)	 Anda harus punya keyakinan yang kuat untuk belajar dan mempraktikan materi
yang memerlukan praktikkum.
4)	 Pelajari baik-baik dan pahami uraian materi yang ada pada setiap KB. Jika ada ma-
teri yang harus dipraktikkan, maka Anda diminta untuk mempraktikkannya.
5)	 Untuk mempelajari modul ini dibutuhkan waktu sedikitnya 90 menit.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
6)	 Disamping mempelajari modul ini, Anda dianjurkan untuk mempelajari buku-
buku lain, koran, majalah yang membahas tentang Peranan agama dalam mewu-
judkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Pandangan Agama terhadap
Tindakan Praktik Kebidanan.
7)	 Lakukan kajian masalah kegawatdaruratan kebidanan dan kaitan dengan we-
wenang bidan
8)	 Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam Mata Kuliah ini sangat tergantung
terhadap kesungguhan Anda dalam mengerjakan
9)	 Setelah selesai mempelajari satu KB, Anda diminta untuk mengerjakan tugas
maupun soal-soal yang ada di dalamnya. Anda dinyatakan berhasil kalau sedikitn-
ya 80% jawaban Anda benar. Selanjutnya Anda dipersilahkan untuk mempelajari
KB berikutnya.
10)	Kunci jawaban untuk setiap KB ada di bagian akhir modul ini. Silahkan cocokkan
jawaban Anda dengan kunci jawaban tersebut. Jika Anda belum berhasil silahkan
pelajari sekali lagi bagian-bagian yang belum Anda kuasai. Ingat! Jangan melihat
kunci jawaban sebelum Anda selesai mengerjakan tugas
11)	Bila Anda mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-temanmu, jika masih
juga mengalami kesulitan, silahkan hubungi dosenfasilitator dari Mata Kuliah ini.
12)	Setelah semua KB dipelajari, dan semua tugas sudah Anda kerjakan dengan be-
nar, tanyakan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah menguasai seluruh ma-
teri sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Bila jawabannya “Ya”, maka hubungi
dosen Pembina Anda untuk meminta tes akhir modul (TAM). Anda dinyatakan
berhasil bila sedikitnya jawaban Anda 80% benar. Dengan demikian Anda diper-
bolehkan untuk mempalajari modul berikutnya.
Selamat belajar, jangan lupa memohon pertolongan kepada Tuhan yang Maha kuasa
Allah Swt agar Anda dimudahkan dalam mempelajari modul ini, sehingga dapat berhasil
dengan baik.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Kegiatan
Belajar 3
Pandangan agama-agama terhadap tindakan
praktik kebidanan Keluraga Berencana
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, anda diharapkan Anda dapat memahami Pan-
dangan agama-agama terhadap tindakan praktik kebidanan.
Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan Pandangan agama-agama terha-
dap tindakan keluarga berencana.
Diharapkan dapat menjelaskan Pandangan agama-agama terhadap tindakan
keluarga berencana. Untuk mencapai tujuan tersebut Pokok-Pokok Materi yang harus
anda pelajari meliputi:
•	 Pandangan agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha terhadap tindakan praktik ke-
bidanan keluarga Berencana
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
Uraian
Materi
Saudara mahasiswa, anda tentu sering mendapatkan pasien yang sudah memiliki ban-
yak anak tetapi belum ada kemauan untuk ber KB dengan berbagai alasan. Sekarang
tuliskan bagaimana pendapat anda terhadap terhadap kasus tersebut pada kolom beri-
kut ini:
Bagaimana, apakah anda sudah selesai menuliskannya?, jika sudah sekarang lanjutkan
mempelajari uraian berikut ini.
PANDANGAN BERBAGAI AGAMA TENTANG KELUARGA BERENCANA (KB)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Pengertian Keluarga Berencana
Pemahaman Keluarga Berencana perlu dipahami lebih dulu fakta (manath) dalam
pengertian sebagai berikut :
1)	 Keluarga Berencana berarti pasangan suami istri yang mempunyai perenca-
naan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap
anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan
berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya
dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
2)	 Keluarga Berencana dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang
dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena dia-
sumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan keter-
sediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi sacara nasional.
Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada teori populasi menurut Thomas
Robert Malthus. KB dalam pengertian pertama ini diistilahkan dengan pem-
batasan kelahiran (tahdid an-nasl).
3)	 KB dapat dipahami sebagai aktivitas individual untuk mencegah kehamilan
dengan berbagai cara dan sarana (alat). Misalnya dengan kondom, IUD, pil
KB, dan sebagainya. KB dalam pengertian kedua diberi istilah pengaturan ke-
lahiran (tanzhim an-nasl).
4)	 KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang dijalankan oleh individu maupun
program negara untuk mencegah kelahiran (man’u al-hamli) dengan berb-
agai cara dan sarana, hukumnya diperbolehkan (mubah), bagaimana pun
juga motifnya. (Taqiyuddin An-Nabhani, 1999: 148). Namun kebolehannya
disyaratkan tidak adanya bahaya (dharar). Kaidah fiqih menyebutkan :”Segala
bentuk bahaya haruslah dihilangkan”. (Adh-dhararu yuzaal) (Imam Suyuthi,
tth: 59).
5)	 Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara prinsipil dapat
diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga se-
jahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat
sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi
umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mence-
gah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang
dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak
diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.
6)	 Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB)
yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kela-
hiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan sua-
mi-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat)
keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim
al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl
(pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam
arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.
Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam disini adalah tindakan pe-
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
mandulan atau aborsi yang tidak didasari medis yang syari`i. Adapun aborsi
yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti aborsi untuk menyelamat-
kan jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan,
dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilaku-
kan dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada
wanita yang terancam jiwanya jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya
mubah. Kebolehan KB dalam batas pengertian diatas sudah banyak difat-
wakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman ting-
kat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebole-
han KB dengan pengertian batasan ini sudah hampir menjadi Ijma` Ulama.
MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam
Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pem-
bangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ula-
ma yang membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap
memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang akan digu-
nakan untuk ber-KB.
Dalil kebolehannya antara lain hadis dari sahabat Jabir RA yang berkata:
”Dahulu kami melakukan azl [senggama terputus] pada masa Rasulullah SAW sedangkan
al-Qur`an masih turun.” (HR Bukhari).
Agama Islam
Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunan yang san-
gat banyak. Namun tentunya bukan asal banyak, tetapi berkualitas sehingga perlu
dididik dengan baik supaya dapat mengisi alam semesta ini dengan manusia yang
shalih dan beriman.
Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita lak-
sanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
a. Surat An-Nisa’: 9
	 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya mening-
galkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir ter-
hadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”(S.
An-Nisa’: 9)
b. Surat Lukman: 14
	 “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang ber-
tambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kem-
balimu.” (S.Lukman: 14)
c. Surat al-Qashas: 77
	 “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebaha-
giaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (ke-
nikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Al-
lah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”.( S. al-Qashas: 77)
Pandangan al-Hadis tentang Keluarga Berencana
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
“Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berke-
cukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang ban-
yak.”(HR. Mutafaq Alaih)
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka
menjadi beban bagi orang lain (masyarakat). Dengan demikian pengaturan kelahi-
ran anak hendaknya direncanakan dan amalkan sampai berhasil.
Hukum Keluarga Berencana
1.	 Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang khusus yang mela-
rang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam dengan metode ijtihad, yaitu:
		 “Segala sesuatu pada asalnya adalah diperbolehkan sehingga ada dalil
yang menunjukkan atas dilarangnya sesuatu tersebut”
2.	 Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya
mengikuti program KB, sebagai berikut:
a.	 Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai den-
gan firman Allah:
	 “Janganlah kalian menjerumuskan dirimu dalam kerusakan”.
b.	 Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan
hal ini sesuai dengan hadits Nabi:
	 “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
c.	 Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahi-
ran anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:
	 “Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain”
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
Menurut Pandangan Ulama’
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri,
Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan
mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan
si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga ber-
pendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan kare-
na pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan.
Selain itu praktek KB untuk mengatur saja, demi kesejahteraan si anak atau kese-
hatan si ibu. Misalnya, menurut dokter sebaiknya demi kesehatan si ibu, agar mela-
hirkan lagi setelah dua atau tiga tahun ke depan, atau agar jarak antara putra yang
satu dengan yang lain tidak terlalu dekat, atau dengan dasar agar pendidikan seti-
ap anak dapat terpantau dengan baik, atau menurut dokter, kalau jaraknya terlalu
dekat, akan mengakibatkan si anak kurang normal, atau kurang sehat, maka untuk
jenis ini diperbolehkan, karena ada alasan syar’i dan praktek KB tersebut bukan
untuk selamanya (sementara waktu saja).
Di antara dalil diperbolehkannya praktek KB untuk jenis kedua ini adalah hadits
shahih riwayat Bukhari Muslim yang memperbolehkannya praktek ‘azl. ‘azl adalah
menumpahkan sperma di luar vagina, dengan maksud di antaranya agar si isteri ti-
dak hamil, baik demi alasan kesehatan si isteri atau lainnya. Praktek ‘azl ini berlaku
umum di kalangan sahabat, dan Rasulullah saw tidak melarangnya.
Agama Kristen
Bagaimana perspektif Kristen tentang keluarga sejahtera? Kristen mendasarinya
pada manusia. Manusia dalam perspektif agama Kristen mesti menjadi dasar, titik
tolak dan acuan utama dalam upaya umat Kristen membangun keluarga sejahtera.
Karena keluarga sejahtera hanya bisa dibangun jika ada penghargaan terhadap
kedirian manusia sebagai manusia ciptaan Allah yang amat mulia.
Alkitab memang memberi deskripsi yang amat jelas tentang manusia. Baik sejak
proses penciptaan hingga segala bentuk pemberontakan manusia kepada Allah. Da-
lam Alkitab diceritakan, manusia diciptakan Allah dengan istimewa: dicipta pada hari
terakhir, dicipta segambar dan serupa dengan Allah. Sebab itu, manusia mempunyai
mandat dari Allah untuk menaklukkan bumi.
Keistimewaan penciptaan manusia dibanding mahkluk lain secara eksplisit diung-
kapkan dalam Alkitab. Untuk benda/makhluk lain, Allah hanya mengatakan: Jadilah...
atau Hendaklah...(ungkapan ini netral/pasif). Tetapi dalam penciptaan manusia, Al-
lah mengatakan: Baiklah kita menjadikan manusia, menurut gambar dan rupa kita
Keistimewaan lainnya, Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghem-
buskan nafas hidup ke dalam hidungnya... (ungkapan yang dinamis, proaktif).
Keberbedaan cara penciptaan ini, memberikan gambaran jelas tentang keunikan
dan keistimewaan manusia. Manusia disebut gambar Allah, sebab manusia adalah
mahkluk yang menggambarkan Allah.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Karena itu, pandangan tentang manusia menurut Kristen harus menjadi acuan uta-
ma dalam membangun keluarga sejahtera. Langkah awal mewujudkan keluarga se-
jahtera menurut alkitabiah, tercermin dari perkawinan. Perkawinan sebagai sebuah
proses. Sebuah proses yang bertanggungjawab.
Dari perspektif Kristen, kesejahteraaan keluarga memiliki makna yang paralel den-
gan apa yang disebut keluarga yang bertanggungjawab. Keparalelan tersebut ter-
letak pada tanggung jawab membawa bahtera rumah tangga dalam takut akan Allah.
Karena itu, Kristen mendukung program KB. Bagi agama Kristen, program KB dapat
menunjang terciptanya kebahagiaan keluarga, di mana hak dan peran anggotanya
dapat diwujudkan secara memadai. KB, yang intinya mengatur kelahiran, secara filo-
sofis bertujuan untuk melindungi hidup. Kita perlu membatasi hidup.
Pandangan ini didasarkan antara lain, bahwa kebahagiaan suatu keluarga bergan-
tung dari tiap anggota, bagaimana ia memainkan peranannya dengan tepat terha-
dap tiap anggota yang lain.
Namun terdapat sedikit perbedaan dalam pandangan agama Kristen.Agama Kristen
Protestan tidak melarang umatnya berKB. Tapi sedikit berbeda dengan agama Kato-
lik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pe-
mahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak,
suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan umat Katolik
dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur.
Agama Hindu
KB menurut Agama Hindu diperbolehkan karena KB dapat membatasi jumlah anak
dengan tujuan agar sejahtera.
Agama Buddha
Masalah kependudukan dan Keluarga Berencana belum timbul ketika Buddha Gota-
ma masih hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajaran-Nya yang relevan dengan makna
Keluarga Berencana.
Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis antara suami dan is-
teri, dan antara orang tua dengan anaknya. Kewajiban orang tua terhadap anakn-
ya adalah berusaha menimbulkan dan memperkembangkan kesejahteraan untuk
anak-anaknya. Menurut Sigalovada Sutta, ada lima kewajiban yang harus dilak-
sanakan oleh orang tua, yaitu :
1)	 Berusaha untuk menghindarkan anak-anaknya dari kejahatan
2)	 Mengajarkan mereka untuk berbuat baik.
3)	 Memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10
4)	 Menikahkan anak-anaknya dengan pasangan yang sesuai
5)	 Memberikan warisan kepada anak-anaknya di waktu yang tepat.
Jadinya, bila kita perhatikan isi dari Sigalovada Sutta tersebut KB patut kita lak-
sanakan, karena KB menimbulkan kesejahteraan keluarga.
Untuk melaksanakan KB ada 8 (delapan) cara, yaitu :
1)	 KB dengan jalan menelan pil anti hamil atau injeksi dengan obat Depo Prove-
ra 150, setiap tiga bulan sekali, hal ini bertujuan untuk mencegah pematan-
gan sel telur di dalam indung telur.
2)	 KB dengan jalan memakai kondom, hal ini tertujuan untuk mencegah ma-
suknya sperma kedalam rahim.
3)	 KB dengan jalan membunuh sperma, hal ini bertujuan untuk mencegah sper-
ma menemui sel telur.
4)	 KB dengan jalan melakukan vasektomi atau tubektomi, hal ini bertujuan un-
tuk mencegah pertemuan Sperma dengna Ovum.
5)	 KB dengan jalan sistem kalender/penanggalan, hal ini bertujuan untuk
mencegah matangnya sel telur didalam indung telur.
6)	 KB dengan jalan melakukan susuk yang berbentuk anak korek api pada len-
gan kiri wanita, hal ini bertujuan untuk mencegah pembuahan pada kandun-
gan wanita. (Susuk KB atau Norplant)
7)	 KB dengan jalan melakukan abortus/pengguguran, hal ini bertujuan untuk
mengeluarkan janin.
8)	 KB dengan jalan memakai spiral, hal ini mempunyai 2 tujuan, yaitu :
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
a)	 Mencegah tumbuhnya janin didalam rahim setelah terjadi pembuahan.
b)	 Mencegah sperma menemui sel telur
Kehamilan akan terjadi bila dipenuhi tiga syarat, yaitu :
a.	 Adanya pertemuan Sperma dengan Ovum
b.	 Saat yang subur dari calon ibu, dan
c.	 Patisandhi Vinnana memasuki rahim.
Patisandhi Vinnana masuk dalam rahim pada saat pertemuan Sperma dan Ovum,
dan keduanya dalam keadaan kuat/memenuhi syarat. Pada tahap pertama (Uppa-
dakkhana) Patisandhi Vinnana timbul dalam rahim, Kamma Jarupa ikut timbul pula
sebanyak tiga kalapa, yaitu Kayadasakakalapa, Bhavadasakakalapa dan Vatthuda-
sakakalapa. Kemudian menyusul timbul rupa-rupa yang lain apabila tiba saatnya.
Jadinya, cara KB bentuk yang tersebut diatas dapat dibenarkan dalam agama Bud-
dha, karena Patisandhi Vinnana (kesadaran/jiwa/roh yang bertumimbal lahir) belum
masuk dalam rahim, hal ini tidak melanggar sila
Cara KB bentuk abortus/pengguruan TIDAK DIBENARKAN dalam agama Buddha,
karena Patisandhi Vinnana telah masuk dalam rahim, hal ini termasuk pembunuhan
penuh dan melanggar sila.
Cara KB bentuk memakai spiral masih diragukan mengenai keterangannya, karena
para dokter ahli belum mampu memberikan keterangan secara pasti.
Bila memakai spiral tujuannya :
1.	 Mencegah tumbuhnya janin didalam kandungan setelah terjadi pembuahan,
hal ini TIDAK DIBENARKAN dalam agama Buddha, karena Patisandhi Vinnana
telah masuk dalam rahim, ini termasuk pembunuhan dan melanggar sila.
2.	 Mencegah Sperma menemui sel telur, hal ini TIDAK DIBENARKAN dalam ag-
ama Buddha
Sperma dan Ovum dapat bergerak dan berkembang biak, tetapi keduanya ini tidak
dapat disebut makhluk hidup, sebab menurut agama Buddha Sperma dan Ovum
tidak memiliki nama (jiwa/roh). Dalam Kamma Bhumi 11 tidak ada yang disebut
makhluk itu tanpa memiliki nama.
Sperma dan Ovum merupakan rupa (materi) yang disebut UTUJARUPAKALAPA
(kelompok materi yang bertemperatur) yang timbul dari Lobhacittuppada (gabun-
gan Lobha Citta dengan Cetasika) kepunyaan pria dan wanita.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
Sperma dan Ovum dapat bergerak karena kekuatan Vayo Dhatu (unsur angin/ger-
ak) yang berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi). Seperti juga dengan cicak
yang ekornya dipotong, ekor tersebut tetap bergerak/bergoyang untuk berapa saat,
hal ini bukanlah berati bahwa ekor tersebut memiliki jiwa/roh (nama), tetapi ekor
tersebut dapat bergerak/bergoyang karena kekuatan Vayo Dhatu (unsur angin/ger-
ak) yang berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi)
Sperma dan Ovum dapat berkembang biak karena kekuatan Tejo Dhatu (unsur
panas) yang berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi)
Bagaimana, apakah anda dapat memahami uraian tersebut, jika iya, teruskan mempe-
lajari rangkumannya berikut ini.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
Rangkuman
Pada dasanya agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha membenarkan praktik
Keluarga Berencana, yang tentunya di dasarkan pada tujuan dari setiap in-
dividu sesuai dengan agama yang di anutnya dalam mengikuti program KB.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
Evaluasi
Formatif
1.	 Dalam Islam terdapat hadist yang mendukung program KB yang diriwayatkan Mu-
tafaq Alaih: “Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tang-
gungan orang banyak . Menurut anda, apa makna hadist tersebut?
a.	 Suami istri harus mempertimbangkan untuk mengikuti program KB
b.	 suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi keduanya
masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang
lain (masyarakat)
c.	 Pasangan suami istri harus berjuang mencari nafkah, jika tidak mau mengi-
kuti program KB
d.	 Pasangan suami istri mempertimbangkan Program KB untuk meningkatkan
pengahsilan keluarga
2.	 Dalam ajaran Islam sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang khu-
sus yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB
harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam dengan metode:
a.	 Ijtihad
b.	Ijma’
c.	Qiyash
d.	Jihad
3.	 Maksud dari jawaban no.2 diatas adalah:
a.	 Segala sesuatu pada asalnya adalah diperbolehkan sehingga ada dalil yang
menunjukkan atas dilarangnya sesuatu tersebut
b.	 Segala sesuatu dikembalikan kepada hasil kesepakatan para ulama
c.	 Segala sesuatu berdasarkan qiyas pada zaman sekarang
d.	 Segala sesuatu berdasarkan niat jihad di jalan Allah SWT
4.	 Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengi-
kuti program KB, sebagai berikut, kecuali:
a.	 Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
	 “Janganlah kalian menjerumuskan dirimu dalam kerusakan”.
b.	 Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal
ini sesuai dengan hadits Nabi:
	 “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
c.	 Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:
	 “Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain”
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
d.	 Jangan berbuat kerusakan
	 “ Janganlah kamu melupakan dunia disamping akhiratmu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan….”
5.	 Dapalam Pandangan Islam, diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam
al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini ber-
pendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara
lain:
a.	 menjaga kesehatan ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan
anak
b.	 tahdid al nasl (pembatasan keturunan)
c.	 pemandulan (taqim) dan
d.	 aborsi (isqot al-haml),
6.	 Dari perspektif Kristen, Kristen mendukung program KB. Dengan alasan:
a.	 Program KB dapat menunjang terciptanya kebahagiaan keluarga, dan kese-
jahteraaan keluarga
b.	 Program KB dapat mencegah kelahiran
c.	 Program KB membentuk keluarga yang bertanggungjawab.
d.	 Keluarga bertanggung jawab membawa bahtera rumah tangga dalam takut
akan Allah.
7.	 Dalam ajaran Budha, menurut Sigalovada Sutta ada kewajiban yang harus dilak-
sanakan oleh orang tua, yaitu :
a.	 Menghindarkan anak-anaknya dari kelaparan
b.	 Mengajarkan mereka cara hidup
c.	 Memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya
d.	 Memberikan warisan.
8.	 Jika perhatikan isi dari Sigalovada Sutta tersebut diatas, apa pendapat anda!
a.	 Program KB patut dilaksanakan, karena KB menimbulkan kesehatan
b.	 Program KB patut dilaksanakan, karena KB menimbulkan kesejahteraan
keluarga
c.	 Program KB patut dilaksanakan, karena KB mencerdaskan anak
d.	 Program KB patut dilaksanakan, karena KB mencerdaskan bangsa
9.	 Cara KB bentuk abortus/pengguruan tidak dibenarkan dalam agama Buddha, den-
gan alasan:
a.	 Patisandhi Vinnana telah masuk dalam rahim, hal ini termasuk pembunuhan
penuh dan melanggar sila
b.	 Patisandhi Vinnana masuk dalam rahim pada saat pertemuan Sperma dan
Ovu, dan keduanya dalam keadaan kuat/memenuhi syarat.
c.	 Patisandhi Vinnana timbul dalam rahim
d.	 Kamma Jarupa ikut timbul pula sebanyak tiga kalapa
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
10.	Agama Katolik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujud-
kan dalam pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur ke-
lahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan
umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode:
a.	IUD
b.	Implant
c.	Suntik
d.	 Alami yang memanfaatkan masa tidak subur
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
Tugas
Mandiri
Setelah menelaah uraian KB 3, coba anda telaah kembali
kasus-kasus kebidanan yang terjadi akibat kegagalan
pemasangan alat kontrasepsi. Hal tersebut sebenarnya
sangat meresahkan klien yang menyebabkan klien tidak mau
lagi mengikuti program KB. Bagaiman sikap anda terhadap
klien tersebut dan apa yang akan anda lakukan.
Berikan penjelasannya!
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
Kunci Jawaban Evaluasi Formatif
KB 3
No Jawaban
1. B
2. A
3. A
4. D
5. A
6. A
7. C
8. B
9. A
10. D
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kbPercakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kbOperator Warnet Vast Raha
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasowik15
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalinPercakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalinOperator Warnet Vast Raha
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Al-Ikhlas14
 
Soal etikolegal
Soal etikolegalSoal etikolegal
Soal etikolegal
mutianelvison
 
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
Erlina Wati
 
1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan
adeputra93
 
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan KebidananModel Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
evianamsaputri
 
Isu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemmaIsu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemma
irik erma susanto
 
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik KebidananCara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
pjj_kemenkes
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Al-Ikhlas14
 
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanMakalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanSeptian Muna Barakati
 
Standar praktik kebidanan
Standar praktik kebidananStandar praktik kebidanan
Standar praktik kebidanan
juniandrianirangkuti
 
Aspek legal dan legislasi pelayanan kebidanan
Aspek legal dan legislasi pelayanan kebidananAspek legal dan legislasi pelayanan kebidanan
Aspek legal dan legislasi pelayanan kebidanan
Hetty Astri
 
Sejarah bidan di indonesia
Sejarah bidan di indonesiaSejarah bidan di indonesia
Sejarah bidan di indonesia
hesti kusdianingrum
 
Filosofi Kebidanan
Filosofi KebidananFilosofi Kebidanan
Filosofi Kebidananbettycan33
 

What's hot (20)

Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kbPercakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien tentang kb
 
Makalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidananMakalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidanan
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalinPercakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
Soal etikolegal
Soal etikolegalSoal etikolegal
Soal etikolegal
 
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
 
1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan
 
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan KebidananModel Konseptual Asuhan Kebidanan
Model Konseptual Asuhan Kebidanan
 
Isu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemmaIsu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemma
 
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik KebidananCara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Cara Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
 
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinanMakalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
Makalah pandangan islam terhadap kelahiran dan persalinan
 
Standar praktik kebidanan
Standar praktik kebidananStandar praktik kebidanan
Standar praktik kebidanan
 
Aspek legal dan legislasi pelayanan kebidanan
Aspek legal dan legislasi pelayanan kebidananAspek legal dan legislasi pelayanan kebidanan
Aspek legal dan legislasi pelayanan kebidanan
 
Ruang lingkup asuhan kebidanan
Ruang lingkup asuhan kebidananRuang lingkup asuhan kebidanan
Ruang lingkup asuhan kebidanan
 
Word eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifasWord eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifas
 
Sejarah bidan di indonesia
Sejarah bidan di indonesiaSejarah bidan di indonesia
Sejarah bidan di indonesia
 
Filosofi Kebidanan
Filosofi KebidananFilosofi Kebidanan
Filosofi Kebidanan
 
Makalah pandangan islam tentang kb
Makalah pandangan islam tentang kbMakalah pandangan islam tentang kb
Makalah pandangan islam tentang kb
 

Viewers also liked

KB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Aborsi
KB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan AborsiKB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Aborsi
KB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Aborsi
pjj_kemenkes
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
pjj_kemenkes
 
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilanKb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
pjj_kemenkes
 
Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan
Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan
Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan
pjj_kemenkes
 
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
pjj_kemenkes
 
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
pjj_kemenkes
 
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb2 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
pjj_kemenkes
 
Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan
pjj_kemenkes
 
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilanKb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
pjj_kemenkes
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
pjj_kemenkes
 

Viewers also liked (10)

KB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Aborsi
KB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan AborsiKB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Aborsi
KB 2 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Aborsi
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
 
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilanKb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
 
Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan
Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan
Studi diagnostik kb2 m1 persiapan dan perawatan
 
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
 
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
 
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb2 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb2 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
 
Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan
 
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilanKb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
Kb2 tujuan asuhan, tipe pelayanan, hak wanita hamil, standar asuhan kehamilan
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
 

Similar to KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Berencana

KB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
KB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan BangsaKB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
KB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
pjj_kemenkes
 
KB 1 Kerukunan Antar Umat Beragama
KB 1 Kerukunan Antar Umat BeragamaKB 1 Kerukunan Antar Umat Beragama
KB 1 Kerukunan Antar Umat Beragama
pjj_kemenkes
 
KB 2 Kerukunan Beragama di Indonesia
KB 2 Kerukunan Beragama di IndonesiaKB 2 Kerukunan Beragama di Indonesia
KB 2 Kerukunan Beragama di Indonesia
pjj_kemenkes
 
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan SejahteraKB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
pjj_kemenkes
 
3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas
pjj_kemenkes
 
KB 3 Sikap Terbuka dan Adil
KB 3 Sikap Terbuka dan AdilKB 3 Sikap Terbuka dan Adil
KB 3 Sikap Terbuka dan Adil
pjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
KB 2 Etos Kerja
KB 2 Etos KerjaKB 2 Etos Kerja
KB 2 Etos Kerja
pjj_kemenkes
 
Kb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembanganKb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
pjj_kemenkes
 
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
pjj_kemenkes
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
pjj_kemenkes
 
Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
pjj_kemenkes
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
pjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembanganKb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
pjj_kemenkes
 
KB 1 Budaya Akademik
KB 1 Budaya AkademikKB 1 Budaya Akademik
KB 1 Budaya Akademik
pjj_kemenkes
 
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
pjj_kemenkes
 
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
pjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
KB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen Bisnis
KB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen BisnisKB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen Bisnis
KB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen Bisnis
pjj_kemenkes
 

Similar to KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Berencana (20)

KB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
KB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan BangsaKB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
KB 1 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
 
KB 1 Kerukunan Antar Umat Beragama
KB 1 Kerukunan Antar Umat BeragamaKB 1 Kerukunan Antar Umat Beragama
KB 1 Kerukunan Antar Umat Beragama
 
KB 2 Kerukunan Beragama di Indonesia
KB 2 Kerukunan Beragama di IndonesiaKB 2 Kerukunan Beragama di Indonesia
KB 2 Kerukunan Beragama di Indonesia
 
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan SejahteraKB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
 
3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas
 
KB 3 Sikap Terbuka dan Adil
KB 3 Sikap Terbuka dan AdilKB 3 Sikap Terbuka dan Adil
KB 3 Sikap Terbuka dan Adil
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
KB 2 Etos Kerja
KB 2 Etos KerjaKB 2 Etos Kerja
KB 2 Etos Kerja
 
Kb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembanganKb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb2 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
 
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
M3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan kb2
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
 
Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembanganKb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
Kb3 kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahapan perkembangan
 
KB 1 Budaya Akademik
KB 1 Budaya AkademikKB 1 Budaya Akademik
KB 1 Budaya Akademik
 
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
 
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
KB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen Bisnis
KB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen BisnisKB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen Bisnis
KB 1 Aspek Organisanasi dan Manajemen Bisnis
 

More from pjj_kemenkes

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
pjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
pjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
 

Recently uploaded

Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
jualobat34
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 

Recently uploaded (20)

Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 

KB 3 Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Berencana

  • 1. PENDIDIKAN AGAMA MODUL Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan Kesatuan Bangsa Dan Pandangan Agama Terhadap Tindakan Praktik-Praktik Kebidanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Wiwin Widayani Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 1 KEGIATAN BELAJAR 3 Pandangan Agama-agama Terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Berencana
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Daftar Isi Cover Daftar Isi i Daftar Istilah ii Pendahuluan 1 Kegiatan Belajar 3 : Pandangan agama-agama terhadap tindakan praktik kebidanan Keluraga Berencana 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
  • 3. ii Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan ISTILAH KETERANGAN egalitarianisme Paham perasaan husnuzhan Berprasangka baik isqot al-haml Aborsi Manath Fakta man’u al-hamli Mencegah kehamilan tahdid al nasl Pembatasan keturunan taqim Pemandulan tahzim al nasl Pengaturan keturunan Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rekan mahasiswa, modul yang sedang Anda pelajari ini adalah modul terakir dari enam modul yang harus diselesaikan untuk mata kuliah Agama. Modul ini berjudul Peranan Agama dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa dan Pandangan Agama-ag- ama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan. Seperti kita ketahui bersama bahwa Islam adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang ada dalam masyarakat sudah barang tentu diatur di dalam ajaran Islam. Sebagai bidan, anda harus memahami bagaimana pandangan setiap agama terhadap tindakan-tindakan yang anda lakukan dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan dan apakah sesuai dengan wewenangnya. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat memahami peranan agama da- lam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa serta pandangan setiap agama-ag- ama terhadap tindakan praktik kebidanan. Untuk mencapai tujuan tersebut, materi yang harus anda pelajari terdiri dari peranan agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa serta pandangan setiap ag- ama terhadap tindakan praktik kebidanan. Modul ini dikemas dalam 3 kegiatan belajar, dan seluruhnya diberi alokasi waktu…. jam. Tiga kegiatan belajar tersebut disusun sebagai berikut: • Kegiatan Belajar 1: Peranan agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. • Kegiatan Belajar 2: Pandangan Agama-agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan Aborsi • Kegiatan Belajar 3: Pandangan Agama-agamaterhadap Tindakan Praktik Kebidanan Keluarga Berencana PETUNJUK BELAJAR Modul ini disusun sedemikian rupa agar anda dapat mempelajarinya secara mandiri, kami yakin Anda akan berhasil jika Anda mau mempelajarinya secara serius dan benar. Oleh karena itu lakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut: 1) Baca baik-baik dan pahami tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dalam mempe- lajari modul ini. 2) Pelajari materi secara berurutan mulai dari kegiatan belajar (KB)1 dan seterusnya, karena materi yang dibahas dalam kegiatan sebelumnya berkaitan erat dengan materi yang akan dibahas pada kegiatan berikutnya. 3) Anda harus punya keyakinan yang kuat untuk belajar dan mempraktikan materi yang memerlukan praktikkum. 4) Pelajari baik-baik dan pahami uraian materi yang ada pada setiap KB. Jika ada ma- teri yang harus dipraktikkan, maka Anda diminta untuk mempraktikkannya. 5) Untuk mempelajari modul ini dibutuhkan waktu sedikitnya 90 menit.
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 6) Disamping mempelajari modul ini, Anda dianjurkan untuk mempelajari buku- buku lain, koran, majalah yang membahas tentang Peranan agama dalam mewu- judkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Pandangan Agama terhadap Tindakan Praktik Kebidanan. 7) Lakukan kajian masalah kegawatdaruratan kebidanan dan kaitan dengan we- wenang bidan 8) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam Mata Kuliah ini sangat tergantung terhadap kesungguhan Anda dalam mengerjakan 9) Setelah selesai mempelajari satu KB, Anda diminta untuk mengerjakan tugas maupun soal-soal yang ada di dalamnya. Anda dinyatakan berhasil kalau sedikitn- ya 80% jawaban Anda benar. Selanjutnya Anda dipersilahkan untuk mempelajari KB berikutnya. 10) Kunci jawaban untuk setiap KB ada di bagian akhir modul ini. Silahkan cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tersebut. Jika Anda belum berhasil silahkan pelajari sekali lagi bagian-bagian yang belum Anda kuasai. Ingat! Jangan melihat kunci jawaban sebelum Anda selesai mengerjakan tugas 11) Bila Anda mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-temanmu, jika masih juga mengalami kesulitan, silahkan hubungi dosenfasilitator dari Mata Kuliah ini. 12) Setelah semua KB dipelajari, dan semua tugas sudah Anda kerjakan dengan be- nar, tanyakan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah menguasai seluruh ma- teri sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Bila jawabannya “Ya”, maka hubungi dosen Pembina Anda untuk meminta tes akhir modul (TAM). Anda dinyatakan berhasil bila sedikitnya jawaban Anda 80% benar. Dengan demikian Anda diper- bolehkan untuk mempalajari modul berikutnya. Selamat belajar, jangan lupa memohon pertolongan kepada Tuhan yang Maha kuasa Allah Swt agar Anda dimudahkan dalam mempelajari modul ini, sehingga dapat berhasil dengan baik.
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 Kegiatan Belajar 3 Pandangan agama-agama terhadap tindakan praktik kebidanan Keluraga Berencana Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, anda diharapkan Anda dapat memahami Pan- dangan agama-agama terhadap tindakan praktik kebidanan. Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan Pandangan agama-agama terha- dap tindakan keluarga berencana. Diharapkan dapat menjelaskan Pandangan agama-agama terhadap tindakan keluarga berencana. Untuk mencapai tujuan tersebut Pokok-Pokok Materi yang harus anda pelajari meliputi: • Pandangan agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha terhadap tindakan praktik ke- bidanan keluarga Berencana Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4 Uraian Materi Saudara mahasiswa, anda tentu sering mendapatkan pasien yang sudah memiliki ban- yak anak tetapi belum ada kemauan untuk ber KB dengan berbagai alasan. Sekarang tuliskan bagaimana pendapat anda terhadap terhadap kasus tersebut pada kolom beri- kut ini: Bagaimana, apakah anda sudah selesai menuliskannya?, jika sudah sekarang lanjutkan mempelajari uraian berikut ini. PANDANGAN BERBAGAI AGAMA TENTANG KELUARGA BERENCANA (KB)
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 Pengertian Keluarga Berencana Pemahaman Keluarga Berencana perlu dipahami lebih dulu fakta (manath) dalam pengertian sebagai berikut : 1) Keluarga Berencana berarti pasangan suami istri yang mempunyai perenca- naan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya. 2) Keluarga Berencana dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena dia- sumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan keter- sediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi sacara nasional. Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada teori populasi menurut Thomas Robert Malthus. KB dalam pengertian pertama ini diistilahkan dengan pem- batasan kelahiran (tahdid an-nasl). 3) KB dapat dipahami sebagai aktivitas individual untuk mencegah kehamilan dengan berbagai cara dan sarana (alat). Misalnya dengan kondom, IUD, pil KB, dan sebagainya. KB dalam pengertian kedua diberi istilah pengaturan ke- lahiran (tanzhim an-nasl). 4) KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang dijalankan oleh individu maupun program negara untuk mencegah kelahiran (man’u al-hamli) dengan berb- agai cara dan sarana, hukumnya diperbolehkan (mubah), bagaimana pun juga motifnya. (Taqiyuddin An-Nabhani, 1999: 148). Namun kebolehannya disyaratkan tidak adanya bahaya (dharar). Kaidah fiqih menyebutkan :”Segala bentuk bahaya haruslah dihilangkan”. (Adh-dhararu yuzaal) (Imam Suyuthi, tth: 59). 5) Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga se- jahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mence- gah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam. 6) Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kela- hiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan sua- mi-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam disini adalah tindakan pe-
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 mandulan atau aborsi yang tidak didasari medis yang syari`i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti aborsi untuk menyelamat- kan jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan, dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilaku- kan dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah. Kebolehan KB dalam batas pengertian diatas sudah banyak difat- wakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman ting- kat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebole- han KB dengan pengertian batasan ini sudah hampir menjadi Ijma` Ulama. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pem- bangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ula- ma yang membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang akan digu- nakan untuk ber-KB. Dalil kebolehannya antara lain hadis dari sahabat Jabir RA yang berkata: ”Dahulu kami melakukan azl [senggama terputus] pada masa Rasulullah SAW sedangkan al-Qur`an masih turun.” (HR Bukhari). Agama Islam Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunan yang san- gat banyak. Namun tentunya bukan asal banyak, tetapi berkualitas sehingga perlu dididik dengan baik supaya dapat mengisi alam semesta ini dengan manusia yang shalih dan beriman. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita lak- sanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah : a. Surat An-Nisa’: 9 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya mening- galkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir ter- hadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”(S. An-Nisa’: 9) b. Surat Lukman: 14 “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang ber- tambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kem- balimu.” (S.Lukman: 14) c. Surat al-Qashas: 77 “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebaha- giaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (ke- nikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Al- lah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.( S. al-Qashas: 77) Pandangan al-Hadis tentang Keluarga Berencana Dalam Hadits Nabi diriwayatkan: “Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berke- cukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang ban- yak.”(HR. Mutafaq Alaih) Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain (masyarakat). Dengan demikian pengaturan kelahi- ran anak hendaknya direncanakan dan amalkan sampai berhasil. Hukum Keluarga Berencana 1. Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang khusus yang mela- rang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam dengan metode ijtihad, yaitu: “Segala sesuatu pada asalnya adalah diperbolehkan sehingga ada dalil yang menunjukkan atas dilarangnya sesuatu tersebut” 2. Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB, sebagai berikut: a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai den- gan firman Allah: “Janganlah kalian menjerumuskan dirimu dalam kerusakan”. b. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan hadits Nabi: “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”. c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahi- ran anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi: “Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain”
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 8 Menurut Pandangan Ulama’ Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga ber- pendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan kare- na pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Selain itu praktek KB untuk mengatur saja, demi kesejahteraan si anak atau kese- hatan si ibu. Misalnya, menurut dokter sebaiknya demi kesehatan si ibu, agar mela- hirkan lagi setelah dua atau tiga tahun ke depan, atau agar jarak antara putra yang satu dengan yang lain tidak terlalu dekat, atau dengan dasar agar pendidikan seti- ap anak dapat terpantau dengan baik, atau menurut dokter, kalau jaraknya terlalu dekat, akan mengakibatkan si anak kurang normal, atau kurang sehat, maka untuk jenis ini diperbolehkan, karena ada alasan syar’i dan praktek KB tersebut bukan untuk selamanya (sementara waktu saja). Di antara dalil diperbolehkannya praktek KB untuk jenis kedua ini adalah hadits shahih riwayat Bukhari Muslim yang memperbolehkannya praktek ‘azl. ‘azl adalah menumpahkan sperma di luar vagina, dengan maksud di antaranya agar si isteri ti- dak hamil, baik demi alasan kesehatan si isteri atau lainnya. Praktek ‘azl ini berlaku umum di kalangan sahabat, dan Rasulullah saw tidak melarangnya. Agama Kristen Bagaimana perspektif Kristen tentang keluarga sejahtera? Kristen mendasarinya pada manusia. Manusia dalam perspektif agama Kristen mesti menjadi dasar, titik tolak dan acuan utama dalam upaya umat Kristen membangun keluarga sejahtera. Karena keluarga sejahtera hanya bisa dibangun jika ada penghargaan terhadap kedirian manusia sebagai manusia ciptaan Allah yang amat mulia. Alkitab memang memberi deskripsi yang amat jelas tentang manusia. Baik sejak proses penciptaan hingga segala bentuk pemberontakan manusia kepada Allah. Da- lam Alkitab diceritakan, manusia diciptakan Allah dengan istimewa: dicipta pada hari terakhir, dicipta segambar dan serupa dengan Allah. Sebab itu, manusia mempunyai mandat dari Allah untuk menaklukkan bumi. Keistimewaan penciptaan manusia dibanding mahkluk lain secara eksplisit diung- kapkan dalam Alkitab. Untuk benda/makhluk lain, Allah hanya mengatakan: Jadilah... atau Hendaklah...(ungkapan ini netral/pasif). Tetapi dalam penciptaan manusia, Al- lah mengatakan: Baiklah kita menjadikan manusia, menurut gambar dan rupa kita Keistimewaan lainnya, Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghem- buskan nafas hidup ke dalam hidungnya... (ungkapan yang dinamis, proaktif). Keberbedaan cara penciptaan ini, memberikan gambaran jelas tentang keunikan dan keistimewaan manusia. Manusia disebut gambar Allah, sebab manusia adalah mahkluk yang menggambarkan Allah.
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Karena itu, pandangan tentang manusia menurut Kristen harus menjadi acuan uta- ma dalam membangun keluarga sejahtera. Langkah awal mewujudkan keluarga se- jahtera menurut alkitabiah, tercermin dari perkawinan. Perkawinan sebagai sebuah proses. Sebuah proses yang bertanggungjawab. Dari perspektif Kristen, kesejahteraaan keluarga memiliki makna yang paralel den- gan apa yang disebut keluarga yang bertanggungjawab. Keparalelan tersebut ter- letak pada tanggung jawab membawa bahtera rumah tangga dalam takut akan Allah. Karena itu, Kristen mendukung program KB. Bagi agama Kristen, program KB dapat menunjang terciptanya kebahagiaan keluarga, di mana hak dan peran anggotanya dapat diwujudkan secara memadai. KB, yang intinya mengatur kelahiran, secara filo- sofis bertujuan untuk melindungi hidup. Kita perlu membatasi hidup. Pandangan ini didasarkan antara lain, bahwa kebahagiaan suatu keluarga bergan- tung dari tiap anggota, bagaimana ia memainkan peranannya dengan tepat terha- dap tiap anggota yang lain. Namun terdapat sedikit perbedaan dalam pandangan agama Kristen.Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya berKB. Tapi sedikit berbeda dengan agama Kato- lik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pe- mahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur. Agama Hindu KB menurut Agama Hindu diperbolehkan karena KB dapat membatasi jumlah anak dengan tujuan agar sejahtera. Agama Buddha Masalah kependudukan dan Keluarga Berencana belum timbul ketika Buddha Gota- ma masih hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajaran-Nya yang relevan dengan makna Keluarga Berencana. Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis antara suami dan is- teri, dan antara orang tua dengan anaknya. Kewajiban orang tua terhadap anakn- ya adalah berusaha menimbulkan dan memperkembangkan kesejahteraan untuk anak-anaknya. Menurut Sigalovada Sutta, ada lima kewajiban yang harus dilak- sanakan oleh orang tua, yaitu : 1) Berusaha untuk menghindarkan anak-anaknya dari kejahatan 2) Mengajarkan mereka untuk berbuat baik. 3) Memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10 4) Menikahkan anak-anaknya dengan pasangan yang sesuai 5) Memberikan warisan kepada anak-anaknya di waktu yang tepat. Jadinya, bila kita perhatikan isi dari Sigalovada Sutta tersebut KB patut kita lak- sanakan, karena KB menimbulkan kesejahteraan keluarga. Untuk melaksanakan KB ada 8 (delapan) cara, yaitu : 1) KB dengan jalan menelan pil anti hamil atau injeksi dengan obat Depo Prove- ra 150, setiap tiga bulan sekali, hal ini bertujuan untuk mencegah pematan- gan sel telur di dalam indung telur. 2) KB dengan jalan memakai kondom, hal ini tertujuan untuk mencegah ma- suknya sperma kedalam rahim. 3) KB dengan jalan membunuh sperma, hal ini bertujuan untuk mencegah sper- ma menemui sel telur. 4) KB dengan jalan melakukan vasektomi atau tubektomi, hal ini bertujuan un- tuk mencegah pertemuan Sperma dengna Ovum. 5) KB dengan jalan sistem kalender/penanggalan, hal ini bertujuan untuk mencegah matangnya sel telur didalam indung telur. 6) KB dengan jalan melakukan susuk yang berbentuk anak korek api pada len- gan kiri wanita, hal ini bertujuan untuk mencegah pembuahan pada kandun- gan wanita. (Susuk KB atau Norplant) 7) KB dengan jalan melakukan abortus/pengguguran, hal ini bertujuan untuk mengeluarkan janin. 8) KB dengan jalan memakai spiral, hal ini mempunyai 2 tujuan, yaitu :
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 a) Mencegah tumbuhnya janin didalam rahim setelah terjadi pembuahan. b) Mencegah sperma menemui sel telur Kehamilan akan terjadi bila dipenuhi tiga syarat, yaitu : a. Adanya pertemuan Sperma dengan Ovum b. Saat yang subur dari calon ibu, dan c. Patisandhi Vinnana memasuki rahim. Patisandhi Vinnana masuk dalam rahim pada saat pertemuan Sperma dan Ovum, dan keduanya dalam keadaan kuat/memenuhi syarat. Pada tahap pertama (Uppa- dakkhana) Patisandhi Vinnana timbul dalam rahim, Kamma Jarupa ikut timbul pula sebanyak tiga kalapa, yaitu Kayadasakakalapa, Bhavadasakakalapa dan Vatthuda- sakakalapa. Kemudian menyusul timbul rupa-rupa yang lain apabila tiba saatnya. Jadinya, cara KB bentuk yang tersebut diatas dapat dibenarkan dalam agama Bud- dha, karena Patisandhi Vinnana (kesadaran/jiwa/roh yang bertumimbal lahir) belum masuk dalam rahim, hal ini tidak melanggar sila Cara KB bentuk abortus/pengguruan TIDAK DIBENARKAN dalam agama Buddha, karena Patisandhi Vinnana telah masuk dalam rahim, hal ini termasuk pembunuhan penuh dan melanggar sila. Cara KB bentuk memakai spiral masih diragukan mengenai keterangannya, karena para dokter ahli belum mampu memberikan keterangan secara pasti. Bila memakai spiral tujuannya : 1. Mencegah tumbuhnya janin didalam kandungan setelah terjadi pembuahan, hal ini TIDAK DIBENARKAN dalam agama Buddha, karena Patisandhi Vinnana telah masuk dalam rahim, ini termasuk pembunuhan dan melanggar sila. 2. Mencegah Sperma menemui sel telur, hal ini TIDAK DIBENARKAN dalam ag- ama Buddha Sperma dan Ovum dapat bergerak dan berkembang biak, tetapi keduanya ini tidak dapat disebut makhluk hidup, sebab menurut agama Buddha Sperma dan Ovum tidak memiliki nama (jiwa/roh). Dalam Kamma Bhumi 11 tidak ada yang disebut makhluk itu tanpa memiliki nama. Sperma dan Ovum merupakan rupa (materi) yang disebut UTUJARUPAKALAPA (kelompok materi yang bertemperatur) yang timbul dari Lobhacittuppada (gabun- gan Lobha Citta dengan Cetasika) kepunyaan pria dan wanita.
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 12 Sperma dan Ovum dapat bergerak karena kekuatan Vayo Dhatu (unsur angin/ger- ak) yang berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi). Seperti juga dengan cicak yang ekornya dipotong, ekor tersebut tetap bergerak/bergoyang untuk berapa saat, hal ini bukanlah berati bahwa ekor tersebut memiliki jiwa/roh (nama), tetapi ekor tersebut dapat bergerak/bergoyang karena kekuatan Vayo Dhatu (unsur angin/ger- ak) yang berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi) Sperma dan Ovum dapat berkembang biak karena kekuatan Tejo Dhatu (unsur panas) yang berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi) Bagaimana, apakah anda dapat memahami uraian tersebut, jika iya, teruskan mempe- lajari rangkumannya berikut ini.
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 Rangkuman Pada dasanya agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha membenarkan praktik Keluarga Berencana, yang tentunya di dasarkan pada tujuan dari setiap in- dividu sesuai dengan agama yang di anutnya dalam mengikuti program KB.
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 14 Evaluasi Formatif 1. Dalam Islam terdapat hadist yang mendukung program KB yang diriwayatkan Mu- tafaq Alaih: “Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tang- gungan orang banyak . Menurut anda, apa makna hadist tersebut? a. Suami istri harus mempertimbangkan untuk mengikuti program KB b. suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain (masyarakat) c. Pasangan suami istri harus berjuang mencari nafkah, jika tidak mau mengi- kuti program KB d. Pasangan suami istri mempertimbangkan Program KB untuk meningkatkan pengahsilan keluarga 2. Dalam ajaran Islam sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang khu- sus yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam dengan metode: a. Ijtihad b. Ijma’ c. Qiyash d. Jihad 3. Maksud dari jawaban no.2 diatas adalah: a. Segala sesuatu pada asalnya adalah diperbolehkan sehingga ada dalil yang menunjukkan atas dilarangnya sesuatu tersebut b. Segala sesuatu dikembalikan kepada hasil kesepakatan para ulama c. Segala sesuatu berdasarkan qiyas pada zaman sekarang d. Segala sesuatu berdasarkan niat jihad di jalan Allah SWT 4. Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengi- kuti program KB, sebagai berikut, kecuali: a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah: “Janganlah kalian menjerumuskan dirimu dalam kerusakan”. b. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan hadits Nabi: “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”. c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi: “Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain”
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 d. Jangan berbuat kerusakan “ Janganlah kamu melupakan dunia disamping akhiratmu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan….” 5. Dapalam Pandangan Islam, diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini ber- pendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain: a. menjaga kesehatan ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak b. tahdid al nasl (pembatasan keturunan) c. pemandulan (taqim) dan d. aborsi (isqot al-haml), 6. Dari perspektif Kristen, Kristen mendukung program KB. Dengan alasan: a. Program KB dapat menunjang terciptanya kebahagiaan keluarga, dan kese- jahteraaan keluarga b. Program KB dapat mencegah kelahiran c. Program KB membentuk keluarga yang bertanggungjawab. d. Keluarga bertanggung jawab membawa bahtera rumah tangga dalam takut akan Allah. 7. Dalam ajaran Budha, menurut Sigalovada Sutta ada kewajiban yang harus dilak- sanakan oleh orang tua, yaitu : a. Menghindarkan anak-anaknya dari kelaparan b. Mengajarkan mereka cara hidup c. Memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya d. Memberikan warisan. 8. Jika perhatikan isi dari Sigalovada Sutta tersebut diatas, apa pendapat anda! a. Program KB patut dilaksanakan, karena KB menimbulkan kesehatan b. Program KB patut dilaksanakan, karena KB menimbulkan kesejahteraan keluarga c. Program KB patut dilaksanakan, karena KB mencerdaskan anak d. Program KB patut dilaksanakan, karena KB mencerdaskan bangsa 9. Cara KB bentuk abortus/pengguruan tidak dibenarkan dalam agama Buddha, den- gan alasan: a. Patisandhi Vinnana telah masuk dalam rahim, hal ini termasuk pembunuhan penuh dan melanggar sila b. Patisandhi Vinnana masuk dalam rahim pada saat pertemuan Sperma dan Ovu, dan keduanya dalam keadaan kuat/memenuhi syarat. c. Patisandhi Vinnana timbul dalam rahim d. Kamma Jarupa ikut timbul pula sebanyak tiga kalapa
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 16 10. Agama Katolik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujud- kan dalam pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur ke- lahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode: a. IUD b. Implant c. Suntik d. Alami yang memanfaatkan masa tidak subur
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 Tugas Mandiri Setelah menelaah uraian KB 3, coba anda telaah kembali kasus-kasus kebidanan yang terjadi akibat kegagalan pemasangan alat kontrasepsi. Hal tersebut sebenarnya sangat meresahkan klien yang menyebabkan klien tidak mau lagi mengikuti program KB. Bagaiman sikap anda terhadap klien tersebut dan apa yang akan anda lakukan. Berikan penjelasannya!
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 18 Kunci Jawaban Evaluasi Formatif KB 3 No Jawaban 1. B 2. A 3. A 4. D 5. A 6. A 7. C 8. B 9. A 10. D
  • 22. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 2015