Praktikum ini bertujuan untuk membuat formulasi kapsul yang mengandung ekstrak jambu biji dan mengevaluasi kapsul tersebut. Mahasiswa membuat 25 kapsul dengan kadar kuersetin 5 mg/kapsul dengan menambahkan bahan tambahan. Kapsul dievaluasi melalui penentuan keseragaman bobot dan penetapan kadar kuersetin menggunakan KLT densitometri.
Dokumen tersebut membahas tentang kapsul sebagai sediaan farmasi. Kapsul dapat berbentuk keras atau lunak yang terdiri dari zat aktif, cangkang, dan zat tambahan. Kapsul diproduksi secara massal menggunakan mesin atau secara manual, kemudian dikemas dan diberi label sesuai persyaratan. Kapsul memiliki keuntungan seperti mudah ditelan namun juga memiliki kerugian sepertu tidak sesuai untuk zat
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari bahan obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul harus memenuhi syarat keseragaman bobot dan kandungan serta disolusi. Kapsul dapat diberikan secara peroral, per rektal, per vaginal, atau topikal tergantung tujuan pemberiannya.
Makalah ini membahas tentang kapsul, termasuk definisi kapsul, jenis kapsul (keras dan lunak), cara pembuatan kapsul gelatin keras dan lunak, serta sifat-sifat kapsul.
Dokumen tersebut membahas tentang kapsul sebagai sediaan farmasi. Kapsul dapat berbentuk keras atau lunak yang terdiri dari zat aktif, cangkang, dan zat tambahan. Kapsul diproduksi secara massal menggunakan mesin atau secara manual, kemudian dikemas dan diberi label sesuai persyaratan. Kapsul memiliki keuntungan seperti mudah ditelan namun juga memiliki kerugian sepertu tidak sesuai untuk zat
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari bahan obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul harus memenuhi syarat keseragaman bobot dan kandungan serta disolusi. Kapsul dapat diberikan secara peroral, per rektal, per vaginal, atau topikal tergantung tujuan pemberiannya.
Makalah ini membahas tentang kapsul, termasuk definisi kapsul, jenis kapsul (keras dan lunak), cara pembuatan kapsul gelatin keras dan lunak, serta sifat-sifat kapsul.
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI edisiIV)
Sediaankapsuladalahbentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul Keras dan lunak.(FI edisiIII)
Secara umum;Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, yang mengandungsatu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan beyond use date (BUD) pada sediaan farmasi. BUD didefinisikan sebagai batas waktu penggunaan sediaan setelah dipersiapkan atau kemasan dibuka. BUD ditentukan berdasarkan faktor-faktor seperti sifat obat, jenis wadah, suhu penyimpanan, dan keamanan mikrobiologi. BUD berbeda dengan expiration date yang ditetapkan produsen untuk produk yang belum dibuka
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang presentasi yang diberikan oleh beberapa apoteker mengenai stabilitas obat dan penentuan Beyond Use Date (BUD) untuk berbagai sediaan obat.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan kapsul doksisiklin yang meliputi bahan-bahan, proses pembuatan, dan uji kualitas. Kapsul digunakan sebagai sediaan doksisiklin karena dapat menutupi rasa tidak enak obat serta proses pembuatannya relatif mudah. Ada dua formula yang diusulkan dengan perbedaan penggunaan bahan pengisi. Uji kualitas meliputi keseragaman bobot, waktu hancur, disolusi, dan
Teknologi sediaan Farmasi produksi suspensi paracetamol yang baik dengan membandingkan dari 3 formula sehingga memilih formula yang baik. suspensi (Inggris: suspension) adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Zat yang didispersikan harus halus dan tidak cepat mengendap. Jika endapan diguncang perlahan, harus segera disebarkan kembali, dapat mengandung zat tambahan untuk memastikan stabilitas suspensi. Salah satu alasan untuk menyiapkan suspensi oral adalah bahwa obat-obatan tertentu secara kimiawi tidak stabil dalam bentuk terlarut tetapi stabil dalam bentuk ditangguhkan. Tujuan menyiapkan sediaan suspensi adalah agar mudah diminum, dosis yang relatif besar dapat lebih mudah diberikan, dan dapat dengan mudah diterapkan pada anak-anak. Contoh suspensi adalah air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, dan campuran air dengan minyak, kombinasi kopi dengan air, lumpur serta tanah liat yang tersuspensi dalam air, suspensi debu serta udara, kabut ialah sistem air tersuspensi di udara, serta sirup obat batuk.
Buku pedoman ini membahas tentang teknik pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika secara aseptis di instalasi farmasi rumah sakit. Terdapat informasi mengenai persiapan pencampuran, teknik pencampuran obat dari ampul dan vial, ketidakcampuran beberapa obat suntik, serta penanganan kecelakaan selama proses pencampuran.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai bentuk sediaan obat padat seperti serbuk, pulveres, kapsul, dan tablet serta cara pembuatannya. Dokumen juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat dan menggunakan berbagai bentuk sediaan obat tersebut seperti derajat halus serbuk, cara membuat dan menyimpan pulveres, jenis kapsul, serta komposisi tablet.
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Ada beberapa jenis serbuk seperti serbuk tabur, serbuk gigi, dan serbuk efervessen yang akan mengeluarkan gas CO2 ketika dilarutkan dalam air. Pembuatan serbuk memerlukan penghalusan bahan, pencampuran bahan secara merata, dan membungkus serbuk.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi dan pembuatan suspensi cair dan semi padat. Terdapat informasi mengenai tujuan pembuatan suspensi, jenis-jenisnya, komponen penting yang harus ada dalam suspensi seperti zat aktif, bahan pensuspensi, dan lainnya. Juga dijelaskan tahapan pembuatan suspensi mulai dari persiapan bahan sampai evaluasi stabilitas fisiknya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pembuatan tablet vitamin C menggunakan metode cetak langsung. Metode ini digunakan karena vitamin C tidak stabil pada pemanasan dan cepat teroksidasi, sehingga tidak cocok dengan metode granulasi basah. Tablet dibuat menggunakan campuran vitamin C, amprotab, pati, avicel, magnesium stearat, dan talk sebagai bahan pengisi. Evaluasi granul dan tablet dilakukan untuk mengetahui sifat alir, organoleptik
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang Dasar-Dasar Produksi Secara CPOB, Tatacara Perizinan dan Produksi, serta Perlengkapan dan Kelengkapan Perusahaan Obat Tradisional.
2) Dibahas pula ruang lingkup izin usaha industri obat tradisional dan persyaratan permohonan persetujuan prinsip industri obat tradisional.
3) Juga dibahas mengenai alur permohon
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kultur jaringan, tujuan, dan manfaat kultur jaringan serta tahapan perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan. 2. Kultur jaringan adalah budidaya jaringan/sel tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya. 3. Kultur jaringan bermanfaat untuk pengadaan bibit, menyediakan bibit bebas virus, membantu program pemuliaan,
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI edisiIV)
Sediaankapsuladalahbentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul Keras dan lunak.(FI edisiIII)
Secara umum;Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, yang mengandungsatu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan beyond use date (BUD) pada sediaan farmasi. BUD didefinisikan sebagai batas waktu penggunaan sediaan setelah dipersiapkan atau kemasan dibuka. BUD ditentukan berdasarkan faktor-faktor seperti sifat obat, jenis wadah, suhu penyimpanan, dan keamanan mikrobiologi. BUD berbeda dengan expiration date yang ditetapkan produsen untuk produk yang belum dibuka
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang presentasi yang diberikan oleh beberapa apoteker mengenai stabilitas obat dan penentuan Beyond Use Date (BUD) untuk berbagai sediaan obat.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan kapsul doksisiklin yang meliputi bahan-bahan, proses pembuatan, dan uji kualitas. Kapsul digunakan sebagai sediaan doksisiklin karena dapat menutupi rasa tidak enak obat serta proses pembuatannya relatif mudah. Ada dua formula yang diusulkan dengan perbedaan penggunaan bahan pengisi. Uji kualitas meliputi keseragaman bobot, waktu hancur, disolusi, dan
Teknologi sediaan Farmasi produksi suspensi paracetamol yang baik dengan membandingkan dari 3 formula sehingga memilih formula yang baik. suspensi (Inggris: suspension) adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Zat yang didispersikan harus halus dan tidak cepat mengendap. Jika endapan diguncang perlahan, harus segera disebarkan kembali, dapat mengandung zat tambahan untuk memastikan stabilitas suspensi. Salah satu alasan untuk menyiapkan suspensi oral adalah bahwa obat-obatan tertentu secara kimiawi tidak stabil dalam bentuk terlarut tetapi stabil dalam bentuk ditangguhkan. Tujuan menyiapkan sediaan suspensi adalah agar mudah diminum, dosis yang relatif besar dapat lebih mudah diberikan, dan dapat dengan mudah diterapkan pada anak-anak. Contoh suspensi adalah air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, dan campuran air dengan minyak, kombinasi kopi dengan air, lumpur serta tanah liat yang tersuspensi dalam air, suspensi debu serta udara, kabut ialah sistem air tersuspensi di udara, serta sirup obat batuk.
Buku pedoman ini membahas tentang teknik pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika secara aseptis di instalasi farmasi rumah sakit. Terdapat informasi mengenai persiapan pencampuran, teknik pencampuran obat dari ampul dan vial, ketidakcampuran beberapa obat suntik, serta penanganan kecelakaan selama proses pencampuran.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai bentuk sediaan obat padat seperti serbuk, pulveres, kapsul, dan tablet serta cara pembuatannya. Dokumen juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat dan menggunakan berbagai bentuk sediaan obat tersebut seperti derajat halus serbuk, cara membuat dan menyimpan pulveres, jenis kapsul, serta komposisi tablet.
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Ada beberapa jenis serbuk seperti serbuk tabur, serbuk gigi, dan serbuk efervessen yang akan mengeluarkan gas CO2 ketika dilarutkan dalam air. Pembuatan serbuk memerlukan penghalusan bahan, pencampuran bahan secara merata, dan membungkus serbuk.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi dan pembuatan suspensi cair dan semi padat. Terdapat informasi mengenai tujuan pembuatan suspensi, jenis-jenisnya, komponen penting yang harus ada dalam suspensi seperti zat aktif, bahan pensuspensi, dan lainnya. Juga dijelaskan tahapan pembuatan suspensi mulai dari persiapan bahan sampai evaluasi stabilitas fisiknya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pembuatan tablet vitamin C menggunakan metode cetak langsung. Metode ini digunakan karena vitamin C tidak stabil pada pemanasan dan cepat teroksidasi, sehingga tidak cocok dengan metode granulasi basah. Tablet dibuat menggunakan campuran vitamin C, amprotab, pati, avicel, magnesium stearat, dan talk sebagai bahan pengisi. Evaluasi granul dan tablet dilakukan untuk mengetahui sifat alir, organoleptik
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang Dasar-Dasar Produksi Secara CPOB, Tatacara Perizinan dan Produksi, serta Perlengkapan dan Kelengkapan Perusahaan Obat Tradisional.
2) Dibahas pula ruang lingkup izin usaha industri obat tradisional dan persyaratan permohonan persetujuan prinsip industri obat tradisional.
3) Juga dibahas mengenai alur permohon
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kultur jaringan, tujuan, dan manfaat kultur jaringan serta tahapan perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan. 2. Kultur jaringan adalah budidaya jaringan/sel tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya. 3. Kultur jaringan bermanfaat untuk pengadaan bibit, menyediakan bibit bebas virus, membantu program pemuliaan,
Metode pewarnaan kapsul menurut Anthony digunakan untuk mengecat kapsul bakteri dengan larutan kristal violet dan terusi untuk membedakan bakteri yang memiliki kapsul dari yang tidak. Teknik ini melibatkan beberapa tahap seperti persiapan sampel, pewarnaan, dan pengamatan hasil di bawah mikroskop."
Bab III menjelaskan metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, tempat penelitian, alat dan bahan, serta tahapan penelitian yang terdiri atas pembuatan ekstrak daun pepaya, formulasi sabun cair, evaluasi sediaan sabun, uji aktivitas antibakteri, dan analisis statistik hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya dalam berbagai konsentrasi sabun cair terhadap bakter
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In VitroNesha Mutiara
Ringkasan dokumen laporan praktikum bioanalisis uji ekivalensi in-vitro antara kapsul amoksisilin generik dan kapsul pembanding menggunakan metode uji disolusi terbanding adalah sebagai berikut:
Mahasiswa melakukan uji disolusi terbanding untuk menentukan ekivalensi in-vitro antara kapsul amoksisilin generik dan kapsul pembanding dengan membuat media disolusi pH 1.2, 4.5 dan 6.8, membuat kur
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menghasilkan empat formula gel antioksidan dari ekstrak etanol bunga brokoli dengan basis Metocel K15M Premium EP.
2. Formula 2 terpilih sebagai formula yang paling stabil secara fisik berdasarkan pengujian stabilitas fisik selama 28 hari.
3. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan ekstrak etanol bunga brokoli memiliki IC50 12,479 mg/
Makalah ini membahas tentang formulasi minuman berbahan dasar biji nangka dan rasa stroberi yang bertujuan menciptakan inovasi baru, dengan menjelaskan formula, bahan, prosedur pembuatan, uji stabilitas, dan spesifikasi produk minuman tersebut."
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxfitrialavita
bambu merupakan tumbuhan hijau yang memiliki 1575 spesies termasuk dalam sub famili Bambusoideae dari famili rumput-rumpuran atau Poaceae. Indonesia memilik 157 jenis bambu, 50% bambu Indonesia merupakan jenis endemik dan lebih dari 50% merupakan jenis bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan
bambu merupakan tanaman yang memiliki berbagai manfaat mulai dari ujung atas sampai ke akar terutama reung. Tunas bambu yang dikenal dengan rebung dimanfaatkan sebagai sayuran dan makanan lezat diberbagai negara.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum mengenai kuantitasi mikroba dengan metode hitungan cawan yang dilakukan oleh mahasiswa farmasi. Tujuan praktikum adalah mempelajari prosedur hitungan cawan untuk menghitung jumlah mikroba pada sempel minuman teh. Hasilnya menunjukkan angka lempeng total sebesar 300.000.000 koloni per gram yang dihitung berdasarkan hasil penghitungan koloni pada ketiga peng
Dokumen tersebut merangkum laporan praktik kerja lapangan (PKL) yang dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan kimia Universitas Cenderawasih di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Jayapura pada tahun 2014. Laporan ini menjelaskan tujuan, prosedur, dan hasil pengujian berbagai sampel obat, kosmetik, pangan, dan bahan kimia lainnya di laboratorium BBPOM untuk memenuhi syarat keamanan dan kualitas
Uji aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan dan toksisitas terhadap ekt...Ginanjar Puspanegara
Ekstrak kunyit menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E. Coli dan Bacillus sp namun tidak aktif sebagai antijamur. Uji toksisitas menunjukkan ekstrak kunyit toksik terhadap udang Artemia dengan LC-50 384,67 ppm. Ekstrak kunyit juga beraktivitas sebagai antioksidan dengan nilai IC-50 1068,46 ppm melalui uji DPPH.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Jurnal praktikum fitofarmasi 3
1. Jurnal Praktikum Fitofarmasi
Nama : Dewi Gayatri W.
NIM : 102210101057
Kelompok : S4
Hari/ tgl praktikum : Selasa, 2 April 2013
Dosen pembimbing : Nuri, S.Si., M.Si., Apt.
Materi percobaan : Formulasi dan Evaluasi
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
a. Agar mahasiswa dapat melakukan formulasi sediaan yang mengandung ekstrak
jambu biji.
b. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan dan formulasi sediaan yang dibuat.
2. Dasar Teori
Tahap pengembangan sediaan ( formulasi ) dimaksudkan agar bentuk sediaan fitofarmaka
yang akan diberikan kepada manusia memenuhi persyaratan – persyaratan kualitas maupun
estetika. Tahapan – tahapan dalam pengembangan sediaan diantaranya adalah praformulasi,
pengembangan formulasi, pengembangan proses dan produksi ( scale up ). Praformulasi adlah
penelitian atau pemeriksaan sifat – sifat fisika dan kimia suatu zat aktif ( ekstrak terstandar )
dan eksipien sehingga dapat diperoleh produk yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan
aman.
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat dimana satu macam bahan obat /
lebih dan bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang / wadah kecil yang
umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Tergantung pada formulasinya kapsul dari gelatin
bisa lunak dan bisa juga keras. Persiapan pengisian kapsul dapat dibagi dalam tahapan –
tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan dan pengembangan formulasi serta pemilihan ukuran kapsul
b. Pengisian cangkang kapsul
c. Pembersihan dan pemolesan kapsul yang telah terisi
2. Kapsul biasanya dikemas dalam wadah dari plastik, beberapa berisi kantong bahan
pengering untuk mencegah terjadinya absorpsi kelebihan uap air oleh kapsul. Kapsul lunak
mempunyai kecenderungan yang lebih besar dibanding dengan kapsul keras untuk melunak
dan melekat satu sama lainnya. Kapsul – kapsul ini harus disimpan pada tempat yang dingin
dan kering. Pada kenyataannya semua kapsul tahan lama disimpan dalam wadah yang tertutup
dengan segel ditempat dingin dengan kelembapan rendah.
Eksipien
Untuk mendapatkan suatu produk sediaan farmasi diperlukan bahan tambahan (eksipien).
Tujuan penggunaan eksipien diantaranya adalah :
a. Membawa obat dalam bentuk sediaan yang sesuai
b. Memperbaiki sifat obat yang meliputi : membawa obat dalam bentuk yang tepat ke
tempat absorbsi, pelepasan obat yang terkontrol, memperbaiki stabilitas obat, menutup
rasa pahit dan memperbaiki penerimaan penderita.
Syarat umum bahan obat dan eksipien antara lain :
Tidak toksik (karsinigenik, teratogenik, alergenik, tidak mengiritasi)
Kandungan mikroorganisme (mengandung mikroba serendah mungkin 10 2 /gram
dan tidak boleh mengandung mikroba patogen)
Tidak OTT antara obat dengan obat dan eksipien
Stabil (terhadap suhu, lembab, cahaya dan O2)
Murni (dari pengotor dan degradan)
Sifat fisika mekanik (ukuran dan bentuk partikel, sifat permukaan, bobot jenis
bulk, sifat aliran, sifat kompresibilitas)
Bentuk sediaan Fitofarmasi
Pemilihan bentuk sediaan fitofarmasi didasarkan atas pertimbangan khasiat, keamanan,
dan mutu yang tinggi serta nilai estetika. Bentuk – bentuk sediaan fitofarmasi diantaranya :
a. Sediaan padat (tablet, tablet salut, tablet hisap, tablet effervescent, kapsul, dan granul)
b. Sediaan cair (sirup, larutan, suspensi, dan kapsul lunak)
c. Sediaan semi solida ( krim, salep, suppositoria, dan pasta)
Evaluasi
Suatu sediaan fitofarmasi harus memenuhi persyaratan sebagai sediaan jadi. Beberapa
jenis pengujian untuk suatu sediaan farmasi adalah :
1. Bentuk pil, kapsul, dan tablet : pemeriksaan organoleptik, kebenaran zat identitas / zat
berkhasiat, zat tambahan yang diizinkan, cemaran mikroba, cemaran logam berat
(Pb/As), kadar air, keseragaman bobot, dan waktu hancur.
3. 2. Sirup : organoleptik, kebenaran zat identitas/komposisi termasuk mikroskopik,
cemaran mikroba, cemaran logam berat (Pb/As), kadar air (untuk sirup kering), kadar
metanol (untuk sirup yang mengandung alkohol), kadar etanol (untuk sirup yang
mengandung alkohol), kadar gula, keseragaman volume.
3. Sediaan terdisper (suspensi/emulsi), meliputi : pemeriksaan organoleptik, kebenaran
zat identitas, zat tambahan yang diizinkan, cemaran mikroba, cemaran logam berat
(Pb/As), kadar metanol (untuk sirup yang mengandung alkohol), kadar etanol (untuk
sirup yang mengandung alkohol), keseragaman volume.
4. Salep/krim untuk topikal : pemeriksaan organoleptik, kebenaran zat identitas, zat
tambahan yang diizinkan, keseragaman bobot, dan homogenitas.
5. Suppositoria : pemeriksaan organoleptik, kebenaran zat identitas, zat tambahan yang
diizinkan, keseragaman bobot, waktu hancur, temperatur lebur dan uji khusus.
Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, jambu biji ( Psidium guajava )
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Magnoliopsida
Ordo : Myrtates
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium L.
Spesies : Psidium guajava L.
Salah satu kandungan dari daun jambu biji adalah kuersetin. Kuersetin adalah senyawa
kelompok flavonol terbesar, kuersetin dan glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60-70%
dari flavonoid. Kuersetin adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat
kuat. Saat ini penggunaan senyawa antioksidan semakin berkembang baik untuk makanan
maupun untuk pengobatan seiring dengan bertambahnya pengetahuan tentang aktivitas radikal
bebas (Boer, 2000). Stres oksidatif merupakan keadaan yang tidak seimbang antara jumlah
molekul radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh (Trilaksani, 2003). Senyawa
antioksidan merupakan suatu inhibitor yang digunakan untuk menghambat autooksidasi. Efek
antioksidan senyawa fenolik dikarenakan sifat oksidasi yang berperan dalam menetralisasi
radikal bebas (Panovska et al, 2005).
4. 3. Alat dan bahan
a. Alat
Labu alas bulat
Labu ukur 10 ml
Lempeng KLT
KLT densitometri
Timbangan
Mortir dan stamper
Gelas ukur
Oven
Ayakan no 40, no 80
Loyang
b. Bahan
Ekstrak jambu biji
Standar kuersetin
Etanol
HCL 57 %
Avicel
Cab-O-Sil
Cangkang kapsul
4. Cara Kerja
1. Formulasi
Dibuat 25 kapsul dengan kadar kuersetin 5
mg/kapsul
Tambahkan bahan tambahan dengan komposisi :
Cab-O-Sil
Avicel
Cab-O-Sil : Avicel = 4 :6
Avicel : Cab-O-Sil = 4 : 6
5. 2. Evaluasi
a. Keseragaman bobot
Timbang 20 kapsul
Timbang lagi satu per satu
Keluarkan isi semua kapsul kemudian timbang
seluruh bagian cangkang kapsul
Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata – rata tiap
isi kapsul
Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata – rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang
ditetapkan kolom A, dan untuk setiap 2 kapsul tidak boleh
lebih dari yang ditetapkan kolom B
Bobot rata – rata isi kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
A B
120 mg atau lebih ± 10% ± 20%
Lebih dari 120 mg ± 7,5 % ± 15 %
b. Penetapan kadar
1. Preparasi standar kuersetin
Timbang standar kuersetin dengan seksama
sebanyak 30 mg
Masukkan labu ukur 10 ml
6. Tambah etanol ad tanda
Kocok pelan ad larut ( larutan baku induk )
Larrutan baku induk diencerkan dengan konsentrasi 300,
600, 900, 1200, dan 1800 ppm untuk mendapatkan larutan
baku kerja
2. Preparasi sampel
Ambil 3 kapsul secara random
Masukkan dke dalam labu alas bulat
Masing – masing ditambah etanol 21 ml dan HCl 57% 0,6 ml
Hidrolisis pada suhu 70ºC selama 30 menit
Masukkan hasil hidrolisis dalam labu ukur 5 ml dan
tambahkan etanol ad tanda
3. Penetapan Kadar
Totolkan larutan standar pada pelat KLT masing – masing
sebanyak 2 µl dan sampel 2 µl dengan replikasi sebanyak 3 kali
Eluasi dan analisis dengan KLT densitometri pada panjang
gelombang maksimum
7. Data yang diperoleh dibuat persamaan regresi linear antara
konsentrasi dengan area noda
Hitung harga koefisien regresinya, sehingga kadar kuersetin
dapat diketahui dalam sediaan kapsul
8. Daftar Pustaka
Ansel, H.C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Lea and Febiger.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ( Balitro ). 2007. Jambu Biji Berpeluang
sebagai Bahan Baku Industri Fitofarmaka. Bogor : Litbang, Deptan Bogor.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Panovska, T.K., Kulevanova, S., Stefova., 2005. In Vitro Antioxidant Activity of Some
Teucrium Spesies (Lamiaceae). Acta Pharm, 55 hal 207-214.
Trilaksani, W., 2003, Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran
Terhadap Kesehatan, Institute Pertanian Bogor, Bogor, hal 1-12