Manual plasenta dilakukan untuk mengeluarkan plasenta yang masih melekat pada dinding uterus setelah persalinan, dengan menggunakan tangan untuk menyusuri dan melepaskan sambungan plasenta secara hati-hati guna mencegah perdarahan berlebih. Prosedur ini dilakukan bersama pemberian obat untuk merangsang kontraksi uterus.
Pasien wanita paritas 4 mengalami perdarahan berulang akibat plasenta previa totalis pada kehamilan trimester ketiga. Diagnosis ditetapkan berdasarkan pemeriksaan fisik, USG, dan dilakukan tindakan bedah sesar sebagai penatalaksanaan.
Dokumen tersebut membahas mengenai pemantauan kesehatan janin dalam rahim melalui beberapa metode seperti ultrasonografi, tes non-stres, analisis cairan ketuban, dan profil biofisik guna mengetahui tingkat kematangan dan kemungkinan asfiksia janin. Hasil pemeriksaan tersebut digunakan untuk pertimbangan mengenai induksi persalinan.
Keguguran dapat berlaku karena faktor ibu, janin, atau genetik. Ada beberapa jenis keguguran seperti keguguran terancam, tak terelak, tak lengkap, tertinggal, dan tabiat. Gejala dan penanganannya berbeda untuk setiap jenis keguguran. Diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai diperlukan untuk mengelola keguguran dan mencegah komplikasi.
Pasien wanita paritas 4 mengalami perdarahan berulang akibat plasenta previa totalis pada kehamilan trimester ketiga. Diagnosis ditetapkan berdasarkan pemeriksaan fisik, USG, dan dilakukan tindakan bedah sesar sebagai penatalaksanaan.
Dokumen tersebut membahas mengenai pemantauan kesehatan janin dalam rahim melalui beberapa metode seperti ultrasonografi, tes non-stres, analisis cairan ketuban, dan profil biofisik guna mengetahui tingkat kematangan dan kemungkinan asfiksia janin. Hasil pemeriksaan tersebut digunakan untuk pertimbangan mengenai induksi persalinan.
Keguguran dapat berlaku karena faktor ibu, janin, atau genetik. Ada beberapa jenis keguguran seperti keguguran terancam, tak terelak, tak lengkap, tertinggal, dan tabiat. Gejala dan penanganannya berbeda untuk setiap jenis keguguran. Diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai diperlukan untuk mengelola keguguran dan mencegah komplikasi.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum proses persalinan berlangsung setelah kehamilan berusia 22 minggu. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada janin seperti kematian janin di dalam rahim, asfiksia, dan prematuritas, serta komplikasi pada ibu seperti infeksi dan perdarahan. Penanganannya meliputi pemberian antibiotik, kortikosteroid untuk meningkatkan kematangan paru-
Makalah ini membahas tentang kehamilan ektopik dan kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana implantasi terjadi di luar rahim, seperti di saluran telur, ovarium, atau rongga perut. Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau ruptur. Makalah ini memperkenalkan definisi, penyebab, gejala, patofisiologi, komplikasi, diagnosis, dan penanganan
Ketuban pecah dini adalah kondisi pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan dimulai. Dokumen ini membahas definisi, klasifikasi, epidemiologi, faktor risiko, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini atau KPD adalah ketika ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, riwayat KPD sebelumnya, atau merokok. Penderita KPD dapat mengalami komplikasi seperti persalinan prematur, infeksi, atau asfiksia janin. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan induksi persalinan tergant
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai metode kontrasepsi yang ada beserta gambarannya. Ada delapan metode kontrasepsi alami dan modern yang dijelaskan secara singkat mulai dari coitus interruptus, spermatisida, vagina diafragma, pil KB, suntik KB, implan/susuk KB, IUD, hingga sterilisasi. Tujuan akhir program KB adalah menurunkan tingkat fertilitas untuk mengurangi beban pembangunan dan demi kesejahteraan rakyat Indonesia
Dokumen tersebut membahas tentang infertilitas pasangan dan teknik-teknik reproduksi bantuan. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain definisi infertilitas primer dan sekunder, faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan, pemeriksaan yang dilakukan untuk suami dan istri seperti analisis sperma dan pemeriksaan hormonal, serta teknik-teknik reproduksi bantuan seperti inseminasi intrauterin dan fertilisasi in vitro.
Perdarahan pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik, atau mola hidatidosa. Abortus dapat berupa abortus imminens, insipiens, inkomplit, atau komplit. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari observasi, evakuasi manual, hingga infus oksitosin tergantung tingkat keparahan dan usia kehamilan.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah kesehatan penting yang berkontribusi terhadap angka kematian ibu dan bayi. KPD dapat terjadi pada kehamilan prematur maupun aterm dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti infeksi, vitamin C, usia, paritas, dan sosioekonomi. Diagnosa KPD didasarkan pada pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan dimulai. Patofisiologi KPD terkait
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Faktor penyebabnya antara lain gangguan pertumbuhan janin, kelainan plasenta, dan penyakit ibu. Ada dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Gejala klinisnya meliputi perdarahan dan keluarnya jaringan janin. Penatalaksanaannya meliputi pengosongan rahim, pember
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan infertilitas yang mencakup konsep dasar infertilitas, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Asuhan keperawatan infertilitas berfokus pada menurunkan kecemasan, meningkatkan konsep diri, serta membantu pasien dalam mengantisipasi rasa berduka.
Dokumen tersebut membahas tentang anastesi dan persiapan prabedah serta tindakan-tindakan operatif kebidanan seperti ekstraksi vakum. Anastesi digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama operasi, sedangkan persiapan prabedah meliputi persiapan pasien, peralatan, dan tim medis. Tindakan operatif seperti ekstraksi vakum digunakan untuk mempersingkat persalinan dengan menggunakan alat penghisap
Dokumen tersebut membahas tentang infertilitas atau kesuburan yang berkurang. Faktor-faktor penyebabnya meliputi gangguan ovulasi, kelainan pada pria seperti gangguan spermatogenesis, dan kelainan pada tuba falopi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan ovulasi, sperma, lendir serviks, tuba falopi, dan endometrium.
Infertilitas adalah kegagalan untuk hamil setelah 1 tahun berhubungan seks secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi. Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor pada pria atau wanita, seperti gangguan organ reproduksi, ovulasi, sperma, atau faktor lingkungan. Pemeriksaan dan penatalaksanaan infertilitas meliputi evaluasi medis pasangan, pengobatan, dan teknik bantuan reproduksi seperti inseminasi bu
The document lists the names of five members of Group 3 and announces their welcome presentation on placenta retention. It then defines four classifications of placenta retention from adhesive to percreta and lists potential predisposing factors and treatments.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum proses persalinan berlangsung setelah kehamilan berusia 22 minggu. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada janin seperti kematian janin di dalam rahim, asfiksia, dan prematuritas, serta komplikasi pada ibu seperti infeksi dan perdarahan. Penanganannya meliputi pemberian antibiotik, kortikosteroid untuk meningkatkan kematangan paru-
Makalah ini membahas tentang kehamilan ektopik dan kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana implantasi terjadi di luar rahim, seperti di saluran telur, ovarium, atau rongga perut. Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau ruptur. Makalah ini memperkenalkan definisi, penyebab, gejala, patofisiologi, komplikasi, diagnosis, dan penanganan
Ketuban pecah dini adalah kondisi pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan dimulai. Dokumen ini membahas definisi, klasifikasi, epidemiologi, faktor risiko, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini atau KPD adalah ketika ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, riwayat KPD sebelumnya, atau merokok. Penderita KPD dapat mengalami komplikasi seperti persalinan prematur, infeksi, atau asfiksia janin. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan induksi persalinan tergant
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai metode kontrasepsi yang ada beserta gambarannya. Ada delapan metode kontrasepsi alami dan modern yang dijelaskan secara singkat mulai dari coitus interruptus, spermatisida, vagina diafragma, pil KB, suntik KB, implan/susuk KB, IUD, hingga sterilisasi. Tujuan akhir program KB adalah menurunkan tingkat fertilitas untuk mengurangi beban pembangunan dan demi kesejahteraan rakyat Indonesia
Dokumen tersebut membahas tentang infertilitas pasangan dan teknik-teknik reproduksi bantuan. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain definisi infertilitas primer dan sekunder, faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan, pemeriksaan yang dilakukan untuk suami dan istri seperti analisis sperma dan pemeriksaan hormonal, serta teknik-teknik reproduksi bantuan seperti inseminasi intrauterin dan fertilisasi in vitro.
Perdarahan pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik, atau mola hidatidosa. Abortus dapat berupa abortus imminens, insipiens, inkomplit, atau komplit. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari observasi, evakuasi manual, hingga infus oksitosin tergantung tingkat keparahan dan usia kehamilan.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah kesehatan penting yang berkontribusi terhadap angka kematian ibu dan bayi. KPD dapat terjadi pada kehamilan prematur maupun aterm dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti infeksi, vitamin C, usia, paritas, dan sosioekonomi. Diagnosa KPD didasarkan pada pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan dimulai. Patofisiologi KPD terkait
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Faktor penyebabnya antara lain gangguan pertumbuhan janin, kelainan plasenta, dan penyakit ibu. Ada dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Gejala klinisnya meliputi perdarahan dan keluarnya jaringan janin. Penatalaksanaannya meliputi pengosongan rahim, pember
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan infertilitas yang mencakup konsep dasar infertilitas, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Asuhan keperawatan infertilitas berfokus pada menurunkan kecemasan, meningkatkan konsep diri, serta membantu pasien dalam mengantisipasi rasa berduka.
Dokumen tersebut membahas tentang anastesi dan persiapan prabedah serta tindakan-tindakan operatif kebidanan seperti ekstraksi vakum. Anastesi digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama operasi, sedangkan persiapan prabedah meliputi persiapan pasien, peralatan, dan tim medis. Tindakan operatif seperti ekstraksi vakum digunakan untuk mempersingkat persalinan dengan menggunakan alat penghisap
Dokumen tersebut membahas tentang infertilitas atau kesuburan yang berkurang. Faktor-faktor penyebabnya meliputi gangguan ovulasi, kelainan pada pria seperti gangguan spermatogenesis, dan kelainan pada tuba falopi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan ovulasi, sperma, lendir serviks, tuba falopi, dan endometrium.
Infertilitas adalah kegagalan untuk hamil setelah 1 tahun berhubungan seks secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi. Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor pada pria atau wanita, seperti gangguan organ reproduksi, ovulasi, sperma, atau faktor lingkungan. Pemeriksaan dan penatalaksanaan infertilitas meliputi evaluasi medis pasangan, pengobatan, dan teknik bantuan reproduksi seperti inseminasi bu
The document lists the names of five members of Group 3 and announces their welcome presentation on placenta retention. It then defines four classifications of placenta retention from adhesive to percreta and lists potential predisposing factors and treatments.
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah persalinan. Hal ini termasuk salah satu penyebab perdarahan kala tiga. Retensio plasenta dibedakan menjadi tanpa perdarahan dan dengan perdarahan, yang disebabkan oleh atonia uteri, pimpinan persalinan yang salah, kontraksi uterus yang hipertonik, atau plasenta yang adhesif. Pencegahannya melalui ANC rutin dan penanganann
Retensio plasenta adalah kondisi dimana plasenta tidak lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir. Penyebabnya meliputi atonia uteri, kontraksi rahim yang tidak normal, plasenta yang menempel terlalu erat, dan kelainan bentuk plasenta. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan infeksi.
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mempersulit kala III antara lain:
1. Faktor ibu (primipara, umur muda/tua, kurang gizi, hipertensi)
2. Faktor janin (prematur, makrosomia, kembar)
3. Faktor persalinan (persalinan dibantu, pendarahan dini, asfiksia janin)
4. Faktor plasenta (plasenta previa, plasenta akreta, vasa
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai abortus. Definisi abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan berat janin kurang dari 500 gram dan usia kehamilan antara 20-22 minggu. Ada beberapa penyebab abortus seperti kelainan genetik, infeksi, dan faktor lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan tanda, diagnosis, klasifikasi, dan penanganan abortus berdasarkan gejalanya.
Dokumen tersebut merangkum penatalaksanaan keadaan kegawatdaruratan dalam bidang obstetri dan ginekologi. Mencakup penanganan berbagai kondisi seperti perdarahan, hipertensi kehamilan, distosia bahu, dan infeksi puerperal. Juga memberikan panduan umum seperti resusitasi pasien dan persiapan transfusi darah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami abortus, meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan berbagai jenis abortus seperti abortus imminen, insipien, inkompletus, kompletus, habitualis, dan missed abortion. Dokumen tersebut juga membahas tentang komplikasi yang dapat timbul dan perawatan yang
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptxAninImana
Ibu hamil usia 20 minggu mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami keguguran. Ibu mengeluh nyeri perut dan pinggang serta ditemukan perdarahan vagina. Ibu mengalami syok akibat kecelakaan dan keguguran.
Plasenta previa merupakan kondisi dimana plasenta berimplantasi di bagian bawah rahim, menutupi atau berdekatan dengan mulut rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan antepartum yang berulang. Diagnosis didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik dan ultrasonografi. Penatalaksanaannya meliputi persalinan per vaginam, persalinan per abdominal, atau penanganan secara ekspektatif. Plasenta previa berisiko
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi dengan alat kuretase seperti sendok kerokan. Sebelum kuretase, penolong harus memeriksa letak dan ukuran uterus serta keadaan serviks untuk mencegah kecelakaan seperti perforasi. Kuretase digunakan untuk mengeluarkan sisa konsepsi pada abortus inkomplit, mola hidatidosa, blighted ovum, dan missed abortion.
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi dengan alat kuretase seperti sendok kerokan. Sebelum kuretase, penolong harus memeriksa letak dan ukuran uterus serta keadaan serviks untuk mencegah kecelakaan seperti perforasi. Kuretase digunakan untuk mengeluarkan sisa konsepsi pada abortus inkomplit, mola hidatidosa, blighted ovum, dan missed abortion.
Dokumen tersebut membahas berbagai keadaan kegawatdaruratan dalam bidang obstetri dan ginekologi seperti perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, distosia bahu, dan ruptur uteri. Prinsip penanganannya meliputi resusitasi, penatalaksanaan definitif seperti operasi atau obat, serta rujukan ke fasilitas kesehatan lebih lanjut bila diperlukan.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usia 28 minggu atau janin belum mampu hidup di luar rahim. Dokumen ini membahas pengertian, penyebab, klasifikasi, gejala klinis, mekanisme terjadinya, pemeriksaan pendukung, dan komplikasi dari abortus. Termasuk di dalamnya adalah penjelasan mengenai abortus spontan, provokatif, habitualis, infeksiosa, missed abortion, serta penatalaksanaannya.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
1. K A M I S , 11 A G U S T U S 2 0 1 6
KEPANITERAAN KLINIK STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
PERIODE 25 JULI – 02 OKTOBER 2016
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016
Journal Reading
“A Randomized Trial of Progesterone in
Women with Recurrent Miscarriages”
Oleh :
Putri Intan Nurrahma
2012730147
Dokter Pembimbing:
dr. Aranda Tri P, Sp.OG
2. • A Randomized Trial of Progesterone in Women with
Recurrent MiscarriagesTitle
• A. Coomarasamy, H. Williams, E. Truchanowicz, P.T. Seed, R.
Small, S. Queenby, P. Gupta, F. Dawood, Y.E.M Koot, R. Bender
Atik, K.W.M. Bloemenkamp, R. Brady, A.L. Briley, R. Cavallaro, Y.C.
Cheong, J.J Chu, A. Eapen, A. Eweis, A. Hoek, E.M. Kaijk, C.A.M.
Koks, T.-C. Li, M. MacLean, B.W. Mol, J. Moore, J.A. Ross, L.
Sharpe, J. Stewart, N. Vaithilingam, R.G. Farquharson, M.D. Kilby, Y.
Khalaf, M. Goddijn, L. Regan, dan R. Rai
Author
• The New England Journal of MedicinePublisher
• November, 26th 2015Publish Date
JOURNAL’S IDENTITY
3. • Abortus berulang didefinisikan sebagai keguguran yang
terjadi sebanyak 3 kali atau lebih.
• Abortus berulang yang tidak diketahui penyebabnya
dihubungkan dengan kejadian yang merugikan dan
konsekuensi psikologi pada wanita dan keluarganya.
LATAR BELAKANG
4. PROGESTERONE penting untuk mencapai dan mempertahankan
kehamilan.
disekresikan secara alami oleh korpus luteum selama paruh kedua
siklus menstruasi dan oleh korpus luteum dan plasenta selama awal
kehamilan.
mempersiapkan endometrium untuk implantasi embrio.
• Ulasan Cochrane (empat penelitan kecil) risiko signifikan lebih rendah
terjadinya abortus pada wanita yang menerima progesterone dibandingkan
dengan mereka yang menerima placebo atau tanpa pengobatan.
5. TUJUAN
Untuk menyelidiki apakah pengobatan dengan
progesterone akan meningkatkan kelahiran hidup dan
kelangsungan hidup bayi baru lahir pada wanita dengan
abortus berulang yang tidak dapat dijelaskan.
6. METODE
Metode Penelitian
• Randomized Control Trial (placebo-controlled trial) (Progesterone in
Recurrent Miscarriage [PROMISE])
Pemantauan Penelitian
• Disetujui oleh Badan Regulasi Obat dan Produk Kesehatan Inggris
Raya, the National Research Ethics Service, departemen terkait.
Analisis Statistik
• Chi-Square
7. (*) Wanita
berusia 18-39
tahun
(*) Secara aktif
berusaha untuk
hamil secara
alami setelah
mengalami
abortus berulang
yang tidak jelas
Kriteria
Inklusi
(*) Peserta tidak hamil secara
alami selama 1 tahun semenjak
diikutkan dalam penelitian ini
(*) Memiliki sindrom antifosfolipid
atau memiliki keadaan trombofilik
(*) Cavum uterus abnormal
(*) Abnormal parental karyotype
(*) Penyebab abortus berulang
yang lain seperti diabetes, tiroid,
SLE
(*) Menerima heparin berulang
(*) Kontraindikasi untuk
menggunakan progesterone
Kriteria
Eksklusi
8. Lokasi Penelitian
• RS sepanjang Inggris Raya (36 tempat) dan Belanda (9 tempat)
Regimen Obat
• Menerima vaginal suposituria yang mengandung 400 mg micronized
progesterone 2dd1 (Uterogestan, Besins Healthcare) atau diberikan
placebo sejak hasil tes urin +
9. Hasil
Ukur
Primer
Sekunder
Kelahiran hidup setelah
usia kehamilan 24 minggu
• Klinis kehamilan (gestasional sac pada
usia kehamilan 6-8 minggu)
• Aktivitas jantung janin pada usia
kehamilan 12 minggu
• Abortus (sebelum 24 minggu)
• Usia kehamilan saat melahirkan
• Kelangsungan hidup neonatal pada 28
hari
• Kelainan bawaan (anomali genital
hipospadia)
12. PEMBAHASAN
Terapi progesteron pada trimester pertama kehamilan TIDAK
mengakibatkan peningkatan yang signifikan dalam tingkat kelahiran
hidup pada wanita dengan riwayat abortus berulang
Hal ini tidak mendukung temuan sebelumnya dari analisis Cochrane
yang menyebutkan adanya manfaat terapi progesterone pada trimester
I kehamilan
13. KETERBATASAN PENELITIAN
• Pada penelitian ini, diberikan preparat progesterone pervaginam,
dosis 400 mg 2x1
• Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa preparat intramuskular
progesterone dapat memberikan manfaat terapeutik yang lebih
besardari preparat pervaginam.
• Tidak bisa menjawab apakah suplementasi progesterone bisa lebih
efektif dalam mengurangi risiko abortus jika diberikan selama fase luteal
14. KESIMPULAN
Tidak adanya peningkatan yang signifikan dalam tingkat
kelahiran hidup dengan penggunaan progesterone
pervaginam pada trimester I kehamilan pada wanita dengan
abortus berulang.
17. INDIKASI MANUAL PLASENTA
1. Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
• Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
• Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
• Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
• Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plaSenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
• Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus.
• Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
• Darah penderita terlalu banyak hilang,
• Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
• Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
18. • Pasang set dan cairan infus RL/NaCl
• Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
• Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
• Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
• Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus.
• Lakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan telah disertai manajeman aktif kala III.
• Dan atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan perdarahan berlanjut.
• Lakukan persetujuan tindakan medis (informed consent).
• Berikan sedatif diazepam 10 mg IM/IV.
• Antibiotika dosis tunggal (profilaksis): Ampisilin 2 g IV + metronidazol 500 mg IV, ATAU Cefazolin 1 g IV + metronidazol 500 mg
IV
• Cuci tangan dan pasang sarung tangan panjang steril.
• Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan sejajar dengan lantai.
• Masukkan tangan dalam posisi obstetri dengan menelusuri bagian bawah tali pusat.
• Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat hingga masuk ke dalam kavum uteri, sedangkan tangan di luar menahan fundus
uteri, untuk mencegah inversio uteri. Menggunakan lateral jari tangan, disusuri dan dicari pinggir perlekatan (insersi) plasenta.
• Tangan obstetri dibuka menjadi seperti memberi salam, lalu jari-jari dirapatkan.
• Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
• Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke arah kranial hingga seluruh permukaan plasenta dilepaskan.
• Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta. Siapkan laparotomi untuk
histerektomi supravaginal.
• Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
• Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan.
• Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
19. • Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60
tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan kontraksi.
• Bila masih perdarahan banyak:
o Berikan ergometrin 0,2 mg IM
o Rujuk ibu ke rumah sakit
o Selama transportasi, rasakan apakah uterus berkontraksi baik
o Bila tidak, tetap lakukan masase ``dan beri ulang oksitosin 10 unit IM/IV
o Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan lebih hebat
berlangsung
Editor's Notes
Peserta secara acak dibagi menjadi 2 untuk menerima vaginal suposituria yang mengandung 400 mg micronized progesterone 2 kali sehari, atau diberikan placebo sejak mengetahui hasil tes urin positif (tidak lebih dari usia kehamilan 6 minggu) selama 12 minggu usia kehamilan (atau lebih awal jika didiagnosis kehamilan ektopik atau abortus yang terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu
Tak 1 pun percobaan sebelumnya dinilai tingkat kelahiran hidup
Hasil temuan kami tidak mendukung temuan sebelumnya dari tinjauan Cochrane yang menyarankan manfaat terapi progesteron pada trimester pertama pada perempuan dengan abortus berulang.