SlideShare a Scribd company logo
KETUBAN PECAH DINI
LAPORAN PBL1 : KETUBAN PECAH DINI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sisyem Reproduksi
Oleh :
Youshian Elmy 115070207111004
Henky Indra Laksono 115070201111002
Rindika Illa Kurniawan 115070200111036
Ervina Ayu Misgiarti 115070200111044
Merchilliea Eso Navy 115070200111046
Erwina Rusmawati 115070201111018
M F Fitri 115070207111010
Dicky Syahrulloh Bakhri 115070207111012
Rahmayani Latif 115070207111032
Ana Muhasshonah 115070207111028
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
TRIGGER
Ny. P usia 25th
G1 P0000 Ab000 usia kehamilan 37 minggu. Dating dengan
keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi.
Pasien mengatakan sejak keluar cairan dari jalan lahir Ny.P tidak berani beraktivitas,
hanya tiduran sepanjang hari. Pasien mengeluh badanya demam, saat di RS hasil
pemeriksaan perawat didapatkan TD : 120/80 mmHg, N :98x/menit, RR : 18x/menit,
suhu : 37’C, DJJ : 120x/menit. Pasien tidakmerasakan adanya his. Hasil pemeriksaan
cairan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh. Pasien tampak tegang,
penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah. Berdasarkan anamnesa perawat, pasien
mengatakan jarang control kehamilan ke puskesmas.
SLO
1. Definisi dan klasifikasi KPD
2. Epidemiologi KPD
3. Factor resiko KPD
4. Manifestasi klinis KPD
5. Patofisiologi KPD
6. Pemeriksaan diagnostic KPD
7. Penatalaksanaan medis KPD
8. Komplikasi KPD
9. Asuhan keperawatan KPD
PEMBAHASAN
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan (UK) 37 minggu maka disebut KPD
pada kehamilan premature (Prawirohardjo, 2008)
KPD alah selaput ketuban yang pecah sebelum terdapat / dimulainya tanda
persalinan dan setelah ditunggu 1 jam belum ada tanda persalinan. (Manuaba, 2010)
Berdasarkan usia kehamilan (Manjoer, 2001), dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. KPD pada usia kehamilan < 37 minggu
KPD pada preterm  pecahnya membrane chorio-amniotik sebelum tanda persalinan
atau disebut juga PPROM (premature PRELABOUR rupture of membrane). Dengan
insiden 2% kehamilan.
2. KPD pada usia kehamilan > 37 minggu
KPD pada aterm  pecahnya membrane chorio-amniotik sebelum tanda persalinan atau
disebut juga PROM (premature rupture of membrane). Dengan insiden 6-19% kehamilan.
EPIDEMIOLOGI
Ketuban pecah dini merupakan salah satu dari komplikasi kehamilan yang
paling sering dijumpai. Insiden ketuban pecah dini dilaporkan bervariasi sekitar 6 – 10
persen dimana sekitar 20 persen kasus terjadi sebelum memasuki masa getasi 37
minggu. Sekitar 8 – 10 persen ketuban pecah dini memiliki resiko infeksi intrauterine
akibat interval ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini
berhubungan erat dengan30 – 44 persen persalinan pretermdimana 75 persen klien akan
mengalami persalinan 1minggu lebih dini dari jadwal. (Wiknjosastro, 2007)
Berdasarkan servei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2002/2003 angka
kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup
atau setiap jam nya terdapat 2 orang ibu meninggal karena bebrbagai sebab.
Diantaranya 65 persen kematian terjadi akibat komplikasi dari ketuban pecah dini.
(Wiknjosastro, 2007)
FAKTOR RESIKO
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui (Nugroho, 2011).
Faktor-faktor predisposisi itu antara lain adalah:
1. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana korion, amnion dan cairan
ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi
ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Prawirohardjo, 2008).
Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu
oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah
disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik. Grup B streptococcus mikroorganisme
yang sering menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis,
Lactobacilli dan Staphylococcusepidermidis adalah bakteri-bakteri yang sering
ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri-bakteri tersebut dapat
melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan
adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban (Varney,
2007).
2. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini
kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban
pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi (Nugroho,
2010).
Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang persalinan
maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan
lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak
mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi
mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.
(Nugroho, 2010).
3. Tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya
hidramnion dan gemeli. Pada kelahiran kembar sebelum 37 minggu sering terjadi
pelahiran preterm, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih sering mengalami ketuban
pecah dini (Nugroho, 2010).
Perubahan pada volume cairan amnion diketahui berhubungan erat dengan hasil akhir
kehamilan yang kurang bagus. Baik karakteristik janin maupun ibu dikaitkan dengan
perubahan pada volume cairan amnion. Polihidramnion dapat terjadi akibat kelainan
kongenital, diabetes mellitus, janin besar (makrosomia), kehamilan kembar, kelainan
pada plasenta dan tali pusat dan penggunaan obat-obatan (misalnya propiltiourasil).
Kelainan kongenital yang sering menimbulkan polihidramnion adalah defek tabung neural,
obstruksi traktus gastrointestinal bagian atas, dan kelainan kromosom (trisomi 21, 18, 8,
13) komplikasi yang sering terjadi pada polihidramnion adalah malpresentasi janin,
ketuban pecah dini, prolaps tali pusat, persalinan pretem dan gangguan pernafasan pada
ibu (Prawirohardjo, 2008).
4. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia)
Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia), didasarkan pada adanya
ketidakmampuan serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks
sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat
berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.
Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada konisasi,
produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi
kehamilan atau laserasi obstetrik (Prawirohardjo, 2008).
5. Paritas
Paritas terbagi menjadi primipara dan multipara. Primiparitas adalah seorang wanita
yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk pertama kali. Multiparitas adalah
wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali (sampai 5 kali atau
lebih) (Varney, 2007).
6. Kehamilan dengan janin kembar
Pada kehamilan kembar, evaluasi plasenta bukan hanya mencakup posisinya tetapi juga
korionisitas kedua janin. Pada banyak kasus adalah mungkin saja menentukan apakah
janin merupakan kembar monozigot atau dizigot. Selain itu, dapat juga ditentukan
apakah janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya membedakan ini diperlukan untuk
memperbaiki resiko kehamilan. Pengawasan pada wanita hamil kembar perlu ditingkatkan
untuk mengevaluasi resiko persalinan preterm. Gejala persalinan preterm harus ditinjau
kembali dengan cermat setiap kali melakukan kunjungan (Nugroho, 2010).
Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini juga
preeklamsi. Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi
hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam
mengamati gejala yang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-tanda ketuban pecah
(Varney, 2007).
7. Usia ibu yang ≤ 20 tahun
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan
uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah
dini. Sedangkan ibu dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk
melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah
dini (Nugroho, 2010).
8. Defisiensi vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen.
Selaput ketuban (yang dibentuk oleh jaringan kolagen) akan mempunyai elastisitas yang
berbeda tergantung kadar vitamin C dalam darah ibu.
9. Faktor tingkat sosio-ekonomi
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan insiden
KPD, lebih-lebih disertai dengan jumlah persalinan yang banyak, serta jarak kelahiran
yang dekat.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala adalah kunci untuk diagnosis, pasien biasanya melaporkan cairan yang tiba-tiba
menyembur dari vagina dan pengeluaran cairan yang berlanjutan. Gejala tambahan yang mungkin
penting termasuk warna dan konsistensi cairan adalah adanya bintik-bintik dari vernix atau
mekonium,penguranganukuranuterus,danpeningkatankeunggulanjaninuntukpalpasi(Saiffudin,
2011).
Menurut Mansjoer ( 2000) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1. Keluar air krtuban warna keruh. Jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air ketuban sudah
kering
6. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
7. Buyi jantung bisa tetap normal
PATOFISIOLOGI (terlampir)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Mendiagnosa ketuban pecah dini dapat dengan berbagai cara. Pertama, dengan
melakukan anamnesis yang baik dan teliti kapan mulai keluar air, jumlahnya,
merembes atau tiba-tiba banyak, konsistensinya encer atau kental dan
baunya. Kemudian dengan melakukan pemeriksaan fisik, sebagai
berikut(Suwiyoga, 2006 ; Steer, 1999) :
 Semua wanita dengan keluhan keluar air pervaginam harus dilakukan
pemeriksaan inspekulo steril. Pemeriksaan serviks mungkin memperlihatkan
keluarnya cairan amnion dari lubang serviks.
 Jika meragukan apakah cairan berasal dari lubang serviks atau cairan pada
forniks posterior vagina, dilakukan pemeriksaan pH dari cairan tersebut (cairan
amnion akan merubah lakmus menjadi berwarna biru karena bersifat alkalis).
Cairan vagina dalam keadaan normal bersifat asam. Perubahan pH dapat terjadi
akibat adanya cairan amnion, adanya infeksi bahkan setelah mandi. Tes nitrazine
kuning dapat menegaskan diagnosa dimana indikator pH akan berubah berwarna
hitam, walaupun urine dan semen dapat memberikan hasil positif palsu.
 Melihat cairan yang mengering di bawah mikroskop, cairan amnion akan
menunjukkan fern-like pattern (gambaran daun pakis), walaupun tes ini sedikit
rumit dan tidak dilakukan secara luas.
 Batasi pemeriksaan dalam untuk mencegah ascending infection. Lakukan
vaginal swab tingkat tinggi. Jika curiga terjadi infeksi, periksa darah lengkap,
cRP, MSU dan kultur darah. Berikan antibiotika spektrum luas.
 Pemeriksaan lebih lanjut seperti USG digunakan untuk melihat organ interna
dan fungsinya, juga menilai aliran darah uteroplasenta. USG yang menunjukkan
berkurangnya volume likuor pada keadaan ginjal bayi yang normal, tanpa adanya
IUGR sangat mengarah pada terjadinya ketuban pecah dini, walaupun volume
cairan yang normal tidak mengeksklusi diagnosis.
 Pada masa yang akan datang, tes seperti cairan prolaktin atau alpha-
fetoprotein, dan penghitungan fibronektin bayi mungkin dapat menentukan
dengan lebih tepat adanya ketuban pecah dini
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Konservatif (Prawirohardjo, 2008).
 Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari).
 Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak lagi keluar.
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif berikan deksametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
 Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 mingguu, sudah
inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi
sesudah 24 jam.
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, berikan antibiotik dan lakukan
induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin).
 Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6
jam selama 4 kali.
2. Aktif (Prawirohardjo, 2008).
 Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio
sesarea. Bila ada tanda – tanda infeksi berikan dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
 Bila skor
pelvik < 5 lakukan
pematangan serviks,
kemudian induksi.
Jika tidak berhasil,
akhiri persalinan
dengan seksio
sesarea. Bila skor
pelvik > 5 induksi
perlasinan
KOMPLIKASI
KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. jarak antara pecahnya ketuban
dan permulaan persalinan disebut periode laten (lag period = LP). Makin muda umur
kehamilan makin memanjang LP-nya. KPD dapat menimbulkan komplikasi yang bervariasi
sesuai dengan usia kehamilan, baik terhadap janin maupun terhadap ibu. Kurangnya
pemahaman terhadap kontribusi dari komplikasi yang mungkin timbul dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas perinatal bertanggung jawab terhadap kontroversi dalam
penatalaksanaannya (Saifudin, 2002; Manuaba, 201) :
1. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi, tetapi janin sudah terkena
infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum
gejala pada ibu dirasakan. jadi akan meninggikan morbiditas dan mortalitas perinatal.
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan KPD antara lain:
- Infeksi intrauterin
- Tali pusat menumbung
- Kelahiran prematur
- Amniotic Band Syndrome
2. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi
bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis
(nifas), peritonitis, septikemia, dan dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lam, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi. Hal-hal tersebut dapat meninggikan angka kematian dan
morbiditas pada ibu.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. P
Usia : 25 th
Jenis kelamin : Perempuan
2. Keluhan Utama :
Ny. P usia 25 th G1 P0000 Ab000 usia kehamilan 37 minggu datang ke rumah sakit dengan
keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir.
3. Lama Keluhan :
Sejak kemarin pagi.
4. Riwayat Penyakit
Sekarang :
Pasien mengeluh keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin
pagi. Pasien mengeluh badannya demam. Pasien tampak tegang, penurunan konsentrasi,
pucat, dan gelisah.
5. Riwayat kehamilan
 G1 P0000 Ab000
 Pasien hamil pertama dengan riwayat tidak pernah hamil sebelumnya dan tidak
pernah mengalami abortus.
6. Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran umum : Composmentis (klien tampak tegang, penurunan konsentrasi,
pucat dan gelisah)
 TTV : TD = 120/80 mmHg, N = 98x/menit, RR =
18x/menit, Suhu = 37o
C.
 Pasien tidak merasakan adanya his.
7. Pemeriksaan Penunjang
 DJJ : 120x/menit.
 Hasil pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh.
8. Diagnosa Medis : Premature Rupture of Membrane (Ketuban Pecah Dini)
B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
 Ds : mengeluh keluar cairan dari
jalan lahir sejak kemarin pagi, pasien
Beberapa factor resiko
↓
Resiko Infeksi
tidak berani beraktivitas berat dan hanya
tiduran sepanjang hari, mengeluh
badannya demam, dan dari hasil
anamnesa perawat, pasien mengatakan
jarang control kehamilan ke puskesmas
 Do : Td :120/80, suhu : 37’C, DJJ :
120x. pH amnion netral & keruh.
Mempengaruhi pembentukan dan pemeliharan kolagen
selaput amnion kurang optimal
↓
Selaput ketuban mudah pecah
↓
Cairan amnion merembes keluar melalui jalan lahir
↓
Adanya kondisi kelembabab dan kebersihan daerah parineal
yang buruk
↓
Perkembangan pathogen dan invasi
↓
Meningkatkan resiko terjasdinya infeksi
 Ds : mengeluh keluar cairan dari
jalan lahir sejak kemarin pagi, pasien
tidak berani beraktivitas berat dan hanya
tiduran sepanjang hari, mengeluh
badannya demam, dan dari hasil
anamnesa perawat, pasien mengatakan
jarang control kehamilan ke puskesmas
 Do : Td :120/80, suhu : 37’C, DJJ :
120x. pH amnion netral & keruh. Pasien
tampak tegang, pucat dan gelisah.
Beberapa factor resiko
↓
Mempengaruhi pembentukan dan pemeliharan kolagen
selaput amnion kurang optimal
↓
Selaput ketuban mudah pecah
↓
Cairan amnion merembes keluar melalui jalan lahir
↓
Kurangnya pajanan informasi tentang kondisinya
↓
Memicu kondisi tegang, gelisah dan penuruna konsentrasi
Ansietas
 Ds: mengeluh keluar cairan dari jalan
lahir sejak kemarin pagi, pasien tidak
berani beraktivitas berat dan hanya
tiduran sepanjang hari, mengeluh
badannya demam, dan dari hasil
anamnesa perawat, pasien mengatakan
jarang control kehamilan ke puskesmas.
 DO : Pasien tampak tegang, pucat
dan gelisah.
Selama kehamilah, ibu jarang control ke RS (pernah tapi
tidak rutin sesuai jadwal)
↓
Ibu kurang informasi tentang tanda-tanda dan gejala di
setiap usia kehamilan, apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari selama kehamilan
↓
Ibu terpajan dengan factor resiko ekternal ataupun internal
yang membuat membrane amnion tidak adekuat
↓
Ketuban pecah dini terjadi pada ibu
↓
Ibu tidak tau apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan
↓
Ibu hanya tiduran sepanjang hari
↓
ketidakefektif dalam manajemen kesehatan dirinya
Ketidakefektifan
manajemen
kesehatan diri b.d
kurang
pengetahuan
C. PERENCANAAN INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI
Risiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2x24 jam risiko infeksi pada klien
terkendali/terkontrol
KH :
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi yaitu
demam suhu : 37 0C
 Menunjukan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi: mengurangi demam
 Kaji tanda dan gejala infeksi (kemerahan,
panas, drainase)
 Monitor jumlah granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang
beresiko
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
seperti ampicilin 4x500 mg atau eritomicin bila
tidak tahan ampicilin dan metronidozol
2x500mg selama 7 hari
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
Ansietas b.d
perubahan dalam
status kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1x24 jam ansietas yang di alamai klien terkontrol
atau terkendali
KH :
 Klien mampu mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk
mengontrol cemas
 Klien menunjukan postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktifitas mengalami
penurunan kecemasan
 Kaji tingkat kecemasan
 Gunakan pendekatan yang menyenangkan
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
 Temani pasien untuk memberikan keamanan
dan mengurangi takut
 Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
 Intruksikan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi
 Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
sesuai indikasi
Ketidak efektifan
managemen
kesehatan b.d
kurang
pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 20 klien mampu memenejemen
kesehatan dirinya (kesadaran akan pentingnya
kontrol kehamilan)
KH :
 klien mampu menyeimbangkan aktivitas dan
istirahat
 Klien mengerti pentingnya control rutin ke
pelayanan kesehatan
 gunakan teknik intervensi sesuai dengan usia
klien
 Identivikasi factor ekterna dan internal yang
mengurangi motivasi klien
 Ajarkan dalam membuat jadwal kegiatan
yang sesuai dengan kondisi klien
 Kolaborasi dengan keluarga untuk
mempermudah klien menuju pelayanan
kesehatan
 Yakinkan klien agar rutin memeriksakan
kesehatan
DAFTAR REFERENSI
Prawirohardjo E.J. 2008, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Manuaba I.B.G. 2010. Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Wiknjosastro H,. ILMU KEBIDANAN. Edisi III, yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, jakarta, 2007
Saifuddin, Abdul bari. 2002. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal.Jakarta : YBP-SP
Nugroho, Taufan. 2011, Kasus Emergency Kebidanan, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Varney, Hellen, 2007, Midwifery, Edisi ketiga
Suwiyoga IK, Budayasa AA, Soetjiningsih. Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini
terhadap Insidens Sepsis Neonatorum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia
Kedokteran, No 151. 2006. p: 14-17
Steer P, Flint C. ABC of labour care Preterm labour and prematur rupture of membrans.
BMJ volume 318, April 1999. http://www.bmj.com. Akses 17 Oktober 2011.

More Related Content

What's hot

askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
Mariza Mustika
 
Askep post partum
Askep post partumAskep post partum
Askep post partum
Amalia Senja
 
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)Nenggar Sesanti
 
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahunMtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Amalia Senja
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan MudaKegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
pjj_kemenkes
 
LAPORAN KASUS pranikah.docx
LAPORAN KASUS pranikah.docxLAPORAN KASUS pranikah.docx
LAPORAN KASUS pranikah.docx
nursitadinaraniputri
 
Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal EsensialBuku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Lena Setianingsih
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
sicua050896
 
Bersalin
BersalinBersalin
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
Anna Nisa
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV PersalinanIndah Widi
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritisPradasary
 
Lp b bl_feran
Lp b bl_feranLp b bl_feran
Lp b bl_feran
kris_16
 
Sistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inap
Sistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inapSistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inap
Sistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inap
Oka Artawan
 
Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
AffiZakiyya
 
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaAsuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Fransiska Oktafiani
 

What's hot (20)

askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
Askep post partum
Askep post partumAskep post partum
Askep post partum
 
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
 
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahunMtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan MudaKegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
 
Bblr
BblrBblr
Bblr
 
LAPORAN KASUS pranikah.docx
LAPORAN KASUS pranikah.docxLAPORAN KASUS pranikah.docx
LAPORAN KASUS pranikah.docx
 
Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal EsensialBuku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
Bersalin
BersalinBersalin
Bersalin
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
Lp b bl_feran
Lp b bl_feranLp b bl_feran
Lp b bl_feran
 
Sistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inap
Sistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inapSistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inap
Sistem dokumentasi rawat jalan dan rawat inap
 
Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
 
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaAsuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
 

Viewers also liked

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
Warnet Raha
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dini
fikri asyura
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Ketuban pecah dini.power point
Ketuban pecah dini.power pointKetuban pecah dini.power point
Ketuban pecah dini.power pointRiana Budiastuti
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
Taufik Tias
 
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan PretermKetuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Pretermyoungdoctorsnote
 
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by suranggaKetuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Surangga Jaya
 
Kti sarnia
Kti sarniaKti sarnia
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...
Warnet Raha
 
Kti sarnia akbid paramata raha
Kti sarnia akbid paramata rahaKti sarnia akbid paramata raha
Kti sarnia akbid paramata raha
Operator Warnet Vast Raha
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
Warnet Raha
 
Kti nirwana akbid paramata raha
Kti nirwana akbid paramata rahaKti nirwana akbid paramata raha
Kti nirwana akbid paramata raha
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti ratma ningsih
Kti ratma ningsihKti ratma ningsih
Kti ratma ningsih
Operator Warnet Vast Raha
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
Warnet Raha
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
Warnet Raha
 
Kpd
KpdKpd
Partus kasep
Partus kasepPartus kasep
Partus kasepMayah M4y
 
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah diniAsuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah diniOperator Warnet Vast Raha
 
Asni
AsniAsni

Viewers also liked (20)

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dini
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dini
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Ketuban pecah dini.power point
Ketuban pecah dini.power pointKetuban pecah dini.power point
Ketuban pecah dini.power point
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
 
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan PretermKetuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
Ketuban Pecah Dini dan Kehamilan Preterm
 
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by suranggaKetuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
 
Kti sarnia
Kti sarniaKti sarnia
Kti sarnia
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEJADIAN RESPIRATORYDISTRESS OF NEWBORN(...
 
Kti sarnia akbid paramata raha
Kti sarnia akbid paramata rahaKti sarnia akbid paramata raha
Kti sarnia akbid paramata raha
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
 
Kti nirwana akbid paramata raha
Kti nirwana akbid paramata rahaKti nirwana akbid paramata raha
Kti nirwana akbid paramata raha
 
Kti ratma ningsih
Kti ratma ningsihKti ratma ningsih
Kti ratma ningsih
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
Kpd
KpdKpd
Kpd
 
Partus kasep
Partus kasepPartus kasep
Partus kasep
 
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah diniAsuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
 
Asni
AsniAsni
Asni
 

Similar to Ketuban pecah dini

Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Warung Bidan
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
Irmadani Irmadani
 
Askeb ketuban pecah dini.docx
Askeb ketuban pecah dini.docxAskeb ketuban pecah dini.docx
Askeb ketuban pecah dini.docx
arveminsovia
 
Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)
dila20
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
estikuliah21
 
Askep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswAskep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpsw
nurulrachma0
 
Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik tergangguKehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terganggu
Syarifah Merisa Dewi
 
Abortus habitualis
Abortus habitualisAbortus habitualis
Abortus habitualisNdan Permana
 
86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
Warnet Raha
 
Analisis jurnal management of plasenta previa and accreta
Analisis jurnal management of plasenta previa and accretaAnalisis jurnal management of plasenta previa and accreta
Analisis jurnal management of plasenta previa and accreta
Yulia mar'atuzzakiyah
 
Plasenta Previa
Plasenta PreviaPlasenta Previa
Plasenta Previa
Phil Adit R
 
173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama
steaphanisteaphani
 

Similar to Ketuban pecah dini (20)

Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Askeb ketuban pecah dini.docx
Askeb ketuban pecah dini.docxAskeb ketuban pecah dini.docx
Askeb ketuban pecah dini.docx
 
Word lapsus ket
Word lapsus ketWord lapsus ket
Word lapsus ket
 
Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)
 
Abortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptxAbortus-Inkomplit.pptx
Abortus-Inkomplit.pptx
 
PPT KET
PPT KETPPT KET
PPT KET
 
Askep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswAskep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpsw
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik tergangguKehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terganggu
 
Abortus habitualis
Abortus habitualisAbortus habitualis
Abortus habitualis
 
Kdp2
Kdp2Kdp2
Kdp2
 
Kdp2
Kdp2Kdp2
Kdp2
 
Kdp2
Kdp2Kdp2
Kdp2
 
Kdp2
Kdp2Kdp2
Kdp2
 
86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
 
86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
 
Analisis jurnal management of plasenta previa and accreta
Analisis jurnal management of plasenta previa and accretaAnalisis jurnal management of plasenta previa and accreta
Analisis jurnal management of plasenta previa and accreta
 
Plasenta Previa
Plasenta PreviaPlasenta Previa
Plasenta Previa
 
173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama
 

Ketuban pecah dini

  • 1. KETUBAN PECAH DINI LAPORAN PBL1 : KETUBAN PECAH DINI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sisyem Reproduksi Oleh : Youshian Elmy 115070207111004 Henky Indra Laksono 115070201111002 Rindika Illa Kurniawan 115070200111036 Ervina Ayu Misgiarti 115070200111044 Merchilliea Eso Navy 115070200111046 Erwina Rusmawati 115070201111018 M F Fitri 115070207111010 Dicky Syahrulloh Bakhri 115070207111012 Rahmayani Latif 115070207111032 Ana Muhasshonah 115070207111028 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 TRIGGER Ny. P usia 25th G1 P0000 Ab000 usia kehamilan 37 minggu. Dating dengan keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi. Pasien mengatakan sejak keluar cairan dari jalan lahir Ny.P tidak berani beraktivitas, hanya tiduran sepanjang hari. Pasien mengeluh badanya demam, saat di RS hasil pemeriksaan perawat didapatkan TD : 120/80 mmHg, N :98x/menit, RR : 18x/menit, suhu : 37’C, DJJ : 120x/menit. Pasien tidakmerasakan adanya his. Hasil pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh. Pasien tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah. Berdasarkan anamnesa perawat, pasien mengatakan jarang control kehamilan ke puskesmas. SLO 1. Definisi dan klasifikasi KPD
  • 2. 2. Epidemiologi KPD 3. Factor resiko KPD 4. Manifestasi klinis KPD 5. Patofisiologi KPD 6. Pemeriksaan diagnostic KPD 7. Penatalaksanaan medis KPD 8. Komplikasi KPD 9. Asuhan keperawatan KPD PEMBAHASAN DEFINISI DAN KLASIFIKASI Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan (UK) 37 minggu maka disebut KPD pada kehamilan premature (Prawirohardjo, 2008) KPD alah selaput ketuban yang pecah sebelum terdapat / dimulainya tanda persalinan dan setelah ditunggu 1 jam belum ada tanda persalinan. (Manuaba, 2010) Berdasarkan usia kehamilan (Manjoer, 2001), dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. KPD pada usia kehamilan < 37 minggu KPD pada preterm  pecahnya membrane chorio-amniotik sebelum tanda persalinan atau disebut juga PPROM (premature PRELABOUR rupture of membrane). Dengan insiden 2% kehamilan. 2. KPD pada usia kehamilan > 37 minggu KPD pada aterm  pecahnya membrane chorio-amniotik sebelum tanda persalinan atau disebut juga PROM (premature rupture of membrane). Dengan insiden 6-19% kehamilan. EPIDEMIOLOGI Ketuban pecah dini merupakan salah satu dari komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. Insiden ketuban pecah dini dilaporkan bervariasi sekitar 6 – 10 persen dimana sekitar 20 persen kasus terjadi sebelum memasuki masa getasi 37 minggu. Sekitar 8 – 10 persen ketuban pecah dini memiliki resiko infeksi intrauterine akibat interval ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini
  • 3. berhubungan erat dengan30 – 44 persen persalinan pretermdimana 75 persen klien akan mengalami persalinan 1minggu lebih dini dari jadwal. (Wiknjosastro, 2007) Berdasarkan servei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam nya terdapat 2 orang ibu meninggal karena bebrbagai sebab. Diantaranya 65 persen kematian terjadi akibat komplikasi dari ketuban pecah dini. (Wiknjosastro, 2007) FAKTOR RESIKO Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor- faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui (Nugroho, 2011). Faktor-faktor predisposisi itu antara lain adalah: 1. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis). Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Prawirohardjo, 2008). Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan Staphylococcusepidermidis adalah bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri-bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban (Varney, 2007). 2. Riwayat ketuban pecah dini Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi (Nugroho, 2010). Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya. (Nugroho, 2010). 3. Tekanan intra uterin Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya hidramnion dan gemeli. Pada kelahiran kembar sebelum 37 minggu sering terjadi
  • 4. pelahiran preterm, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih sering mengalami ketuban pecah dini (Nugroho, 2010). Perubahan pada volume cairan amnion diketahui berhubungan erat dengan hasil akhir kehamilan yang kurang bagus. Baik karakteristik janin maupun ibu dikaitkan dengan perubahan pada volume cairan amnion. Polihidramnion dapat terjadi akibat kelainan kongenital, diabetes mellitus, janin besar (makrosomia), kehamilan kembar, kelainan pada plasenta dan tali pusat dan penggunaan obat-obatan (misalnya propiltiourasil). Kelainan kongenital yang sering menimbulkan polihidramnion adalah defek tabung neural, obstruksi traktus gastrointestinal bagian atas, dan kelainan kromosom (trisomi 21, 18, 8, 13) komplikasi yang sering terjadi pada polihidramnion adalah malpresentasi janin, ketuban pecah dini, prolaps tali pusat, persalinan pretem dan gangguan pernafasan pada ibu (Prawirohardjo, 2008). 4. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia) Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia), didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetrik (Prawirohardjo, 2008). 5. Paritas Paritas terbagi menjadi primipara dan multipara. Primiparitas adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk pertama kali. Multiparitas adalah wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali (sampai 5 kali atau lebih) (Varney, 2007). 6. Kehamilan dengan janin kembar Pada kehamilan kembar, evaluasi plasenta bukan hanya mencakup posisinya tetapi juga korionisitas kedua janin. Pada banyak kasus adalah mungkin saja menentukan apakah janin merupakan kembar monozigot atau dizigot. Selain itu, dapat juga ditentukan apakah janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya membedakan ini diperlukan untuk memperbaiki resiko kehamilan. Pengawasan pada wanita hamil kembar perlu ditingkatkan untuk mengevaluasi resiko persalinan preterm. Gejala persalinan preterm harus ditinjau kembali dengan cermat setiap kali melakukan kunjungan (Nugroho, 2010). Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam mengamati gejala yang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-tanda ketuban pecah (Varney, 2007). 7. Usia ibu yang ≤ 20 tahun Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan ibu dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk
  • 5. melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini (Nugroho, 2010). 8. Defisiensi vitamin C Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen. Selaput ketuban (yang dibentuk oleh jaringan kolagen) akan mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar vitamin C dalam darah ibu. 9. Faktor tingkat sosio-ekonomi Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan insiden KPD, lebih-lebih disertai dengan jumlah persalinan yang banyak, serta jarak kelahiran yang dekat. MANIFESTASI KLINIS Gejala adalah kunci untuk diagnosis, pasien biasanya melaporkan cairan yang tiba-tiba menyembur dari vagina dan pengeluaran cairan yang berlanjutan. Gejala tambahan yang mungkin penting termasuk warna dan konsistensi cairan adalah adanya bintik-bintik dari vernix atau mekonium,penguranganukuranuterus,danpeningkatankeunggulanjaninuntukpalpasi(Saiffudin, 2011). Menurut Mansjoer ( 2000) manifestasi ketuban pecah dini adalah: 1. Keluar air krtuban warna keruh. Jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. 2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi 3. Janin mudah diraba 4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering 5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air ketuban sudah kering 6. Usia kehamilan vible (>20 minggu) 7. Buyi jantung bisa tetap normal PATOFISIOLOGI (terlampir) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Mendiagnosa ketuban pecah dini dapat dengan berbagai cara. Pertama, dengan melakukan anamnesis yang baik dan teliti kapan mulai keluar air, jumlahnya, merembes atau tiba-tiba banyak, konsistensinya encer atau kental dan baunya. Kemudian dengan melakukan pemeriksaan fisik, sebagai berikut(Suwiyoga, 2006 ; Steer, 1999) :  Semua wanita dengan keluhan keluar air pervaginam harus dilakukan pemeriksaan inspekulo steril. Pemeriksaan serviks mungkin memperlihatkan keluarnya cairan amnion dari lubang serviks.  Jika meragukan apakah cairan berasal dari lubang serviks atau cairan pada forniks posterior vagina, dilakukan pemeriksaan pH dari cairan tersebut (cairan amnion akan merubah lakmus menjadi berwarna biru karena bersifat alkalis).
  • 6. Cairan vagina dalam keadaan normal bersifat asam. Perubahan pH dapat terjadi akibat adanya cairan amnion, adanya infeksi bahkan setelah mandi. Tes nitrazine kuning dapat menegaskan diagnosa dimana indikator pH akan berubah berwarna hitam, walaupun urine dan semen dapat memberikan hasil positif palsu.  Melihat cairan yang mengering di bawah mikroskop, cairan amnion akan menunjukkan fern-like pattern (gambaran daun pakis), walaupun tes ini sedikit rumit dan tidak dilakukan secara luas.  Batasi pemeriksaan dalam untuk mencegah ascending infection. Lakukan vaginal swab tingkat tinggi. Jika curiga terjadi infeksi, periksa darah lengkap, cRP, MSU dan kultur darah. Berikan antibiotika spektrum luas.  Pemeriksaan lebih lanjut seperti USG digunakan untuk melihat organ interna dan fungsinya, juga menilai aliran darah uteroplasenta. USG yang menunjukkan berkurangnya volume likuor pada keadaan ginjal bayi yang normal, tanpa adanya IUGR sangat mengarah pada terjadinya ketuban pecah dini, walaupun volume cairan yang normal tidak mengeksklusi diagnosis.  Pada masa yang akan datang, tes seperti cairan prolaktin atau alpha- fetoprotein, dan penghitungan fibronektin bayi mungkin dapat menentukan dengan lebih tepat adanya ketuban pecah dini PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Konservatif (Prawirohardjo, 2008).  Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari).  Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.  Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan deksametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.  Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 mingguu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.  Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, berikan antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin).  Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali. 2. Aktif (Prawirohardjo, 2008).  Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Bila ada tanda – tanda infeksi berikan dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
  • 7.  Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5 induksi perlasinan KOMPLIKASI KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten (lag period = LP). Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. KPD dapat menimbulkan komplikasi yang bervariasi sesuai dengan usia kehamilan, baik terhadap janin maupun terhadap ibu. Kurangnya pemahaman terhadap kontribusi dari komplikasi yang mungkin timbul dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal bertanggung jawab terhadap kontroversi dalam penatalaksanaannya (Saifudin, 2002; Manuaba, 201) : 1. Terhadap janin Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi, tetapi janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. jadi akan meninggikan morbiditas dan mortalitas perinatal. Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan KPD antara lain: - Infeksi intrauterin - Tali pusat menumbung - Kelahiran prematur - Amniotic Band Syndrome 2. Terhadap ibu
  • 8. Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis, septikemia, dan dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lam, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal tersebut dapat meninggikan angka kematian dan morbiditas pada ibu. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien Nama : Ny. P Usia : 25 th Jenis kelamin : Perempuan 2. Keluhan Utama : Ny. P usia 25 th G1 P0000 Ab000 usia kehamilan 37 minggu datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir. 3. Lama Keluhan : Sejak kemarin pagi. 4. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi. Pasien mengeluh badannya demam. Pasien tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat, dan gelisah. 5. Riwayat kehamilan  G1 P0000 Ab000  Pasien hamil pertama dengan riwayat tidak pernah hamil sebelumnya dan tidak pernah mengalami abortus. 6. Pemeriksaan Fisik  Kesadaran umum : Composmentis (klien tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah)  TTV : TD = 120/80 mmHg, N = 98x/menit, RR = 18x/menit, Suhu = 37o C.  Pasien tidak merasakan adanya his. 7. Pemeriksaan Penunjang  DJJ : 120x/menit.  Hasil pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh. 8. Diagnosa Medis : Premature Rupture of Membrane (Ketuban Pecah Dini) B. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI DIAGNOSA  Ds : mengeluh keluar cairan dari jalan lahir sejak kemarin pagi, pasien Beberapa factor resiko ↓ Resiko Infeksi
  • 9. tidak berani beraktivitas berat dan hanya tiduran sepanjang hari, mengeluh badannya demam, dan dari hasil anamnesa perawat, pasien mengatakan jarang control kehamilan ke puskesmas  Do : Td :120/80, suhu : 37’C, DJJ : 120x. pH amnion netral & keruh. Mempengaruhi pembentukan dan pemeliharan kolagen selaput amnion kurang optimal ↓ Selaput ketuban mudah pecah ↓ Cairan amnion merembes keluar melalui jalan lahir ↓ Adanya kondisi kelembabab dan kebersihan daerah parineal yang buruk ↓ Perkembangan pathogen dan invasi ↓ Meningkatkan resiko terjasdinya infeksi  Ds : mengeluh keluar cairan dari jalan lahir sejak kemarin pagi, pasien tidak berani beraktivitas berat dan hanya tiduran sepanjang hari, mengeluh badannya demam, dan dari hasil anamnesa perawat, pasien mengatakan jarang control kehamilan ke puskesmas  Do : Td :120/80, suhu : 37’C, DJJ : 120x. pH amnion netral & keruh. Pasien tampak tegang, pucat dan gelisah. Beberapa factor resiko ↓ Mempengaruhi pembentukan dan pemeliharan kolagen selaput amnion kurang optimal ↓ Selaput ketuban mudah pecah ↓ Cairan amnion merembes keluar melalui jalan lahir ↓ Kurangnya pajanan informasi tentang kondisinya ↓ Memicu kondisi tegang, gelisah dan penuruna konsentrasi Ansietas  Ds: mengeluh keluar cairan dari jalan lahir sejak kemarin pagi, pasien tidak berani beraktivitas berat dan hanya tiduran sepanjang hari, mengeluh badannya demam, dan dari hasil anamnesa perawat, pasien mengatakan jarang control kehamilan ke puskesmas.  DO : Pasien tampak tegang, pucat dan gelisah. Selama kehamilah, ibu jarang control ke RS (pernah tapi tidak rutin sesuai jadwal) ↓ Ibu kurang informasi tentang tanda-tanda dan gejala di setiap usia kehamilan, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari selama kehamilan ↓ Ibu terpajan dengan factor resiko ekternal ataupun internal yang membuat membrane amnion tidak adekuat ↓ Ketuban pecah dini terjadi pada ibu ↓ Ibu tidak tau apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan ↓ Ibu hanya tiduran sepanjang hari ↓ ketidakefektif dalam manajemen kesehatan dirinya Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri b.d kurang pengetahuan
  • 10. C. PERENCANAAN INTERVENSI DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI Risiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam risiko infeksi pada klien terkendali/terkontrol KH :  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi yaitu demam suhu : 37 0C  Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi: mengurangi demam  Kaji tanda dan gejala infeksi (kemerahan, panas, drainase)  Monitor jumlah granulosit, WBC  Monitor kerentanan terhadap infeksi  Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik seperti ampicilin 4x500 mg atau eritomicin bila tidak tahan ampicilin dan metronidozol 2x500mg selama 7 hari  Ajarkan pasien dan keluarga tanda gejala infeksi  Ajarkan cara menghindari infeksi  Laporkan kecurigaan infeksi  Laporkan kultur positif Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam ansietas yang di alamai klien terkontrol atau terkendali KH :  Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas  Klien menunjukan postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas mengalami penurunan kecemasan  Kaji tingkat kecemasan  Gunakan pendekatan yang menyenangkan  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis  Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan sesuai indikasi Ketidak efektifan managemen kesehatan b.d kurang pengetahuan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 20 klien mampu memenejemen kesehatan dirinya (kesadaran akan pentingnya kontrol kehamilan) KH :  klien mampu menyeimbangkan aktivitas dan istirahat  Klien mengerti pentingnya control rutin ke pelayanan kesehatan  gunakan teknik intervensi sesuai dengan usia klien  Identivikasi factor ekterna dan internal yang mengurangi motivasi klien  Ajarkan dalam membuat jadwal kegiatan yang sesuai dengan kondisi klien  Kolaborasi dengan keluarga untuk mempermudah klien menuju pelayanan kesehatan
  • 11.  Yakinkan klien agar rutin memeriksakan kesehatan DAFTAR REFERENSI Prawirohardjo E.J. 2008, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Manuaba I.B.G. 2010. Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Wiknjosastro H,. ILMU KEBIDANAN. Edisi III, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, jakarta, 2007 Saifuddin, Abdul bari. 2002. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.Jakarta : YBP-SP Nugroho, Taufan. 2011, Kasus Emergency Kebidanan, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Varney, Hellen, 2007, Midwifery, Edisi ketiga Suwiyoga IK, Budayasa AA, Soetjiningsih. Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini terhadap Insidens Sepsis Neonatorum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia Kedokteran, No 151. 2006. p: 14-17 Steer P, Flint C. ABC of labour care Preterm labour and prematur rupture of membrans. BMJ volume 318, April 1999. http://www.bmj.com. Akses 17 Oktober 2011.