1. FASILITATOR ITU SEORANG PREDATOR ANAK
Joana Zettira (17102030015)
Berbicara mengenai tokoh Indonesia, mungkin yang satu ini akan luput dari pembahasan
kita semua. Tokoh remaja millennial ini, menurut hemat penulis, menjadi penting untuk
diperbincangkan. Menyoal usianya yang masih muda, prestasinya yang begitu membanggakan,
dan yang terpenting skandal yang kini tengah membelitnya.
Tokoh muda zaman now ini memiliki nama Pandu Dharma Wicaksana. Lahir di
Balikpapan 21 tahun yang lalu. Ia tengah menantikan hari dimana ia akan di wisuda, akhir tahun
ini. Mahasiswa semester akhir di salah satu universitas paling bergengsi di Yogyakarta ini
mengambil studi Ilmu Komunikasi. Di tengah kesibukan kuliah, Pandu ikut serta dalam banyak
organisasi dan menorehkan banyak prestasi diantaranya:
NO NAMA KEGIATAN/ORGANISASI PREDIKAT TAHUN
1 Green Generation Indonesia Founder and President 2013 - …..
2. 2 New Zealand Ministry of Foreign Honorary Youth Ambassador 2016 - …..
3 Zetizen Alpha Zetize of The Year 2016 - …..
4 Ikatan Alumni Tunas Muda
Pemimpin Indonesia
Public Relation Manager 2016 - …..
5 Forum Anak Nasional Fasilitator 2015 - …..
6 BEM KM UGM Direktur Jenderal Hubungan
Internasional
2016 - …..
7 Gerakan mari berbagi Volunteer 2015
8 Youth Climate Change Indonesia Area Manager 2014
9 Inspirasi Mud Kaltim External Relations Kalimantan
Timur
2013
10 Forum Anak Balikpapan Ketua umum 2013
Melihat prestasinya yang begitu membanggakan, rasanya sulit dipercaya ketika Pandu
ditangkap aparat dengan kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur. Apalagi, statusnya
sebagai fasilitator anak nasional. Berita ini menjadi tamparan bagi Kementerian Anak dan
Pemberdayaan Perempuan, setidaknya itu yang penulis dengar dari kawan penulis yang juga
aktif di forum ini. Bagaimana bisa, seorang faslitator yang telah dibekali berbagai keterampilan
dalam menangani permasalahan justru melakukan tindak asusila yang bertentangan dengan visi
awal, dan tentunya, Pancasila.
Pencabulan, adalah tindak asusila. Tidak satupun agama memperbolehkan adanya praktik
ini. Itu sebabnya, tindakan cabul telah menyalahi sila pertama kita: Ketuhanan yang Maha Esa.
Tidak hanya itu, tindakan amoral ini tidak sejalan dengan semangat sila kedua Pancasila:
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Adab menjadi kabur. Ketika tindakan ini dilakukan,
sekalipun tanpa paksaan. Sebab dalam penyidikan polisi, hampir seluruh korban tidak merasa
dipaksa. Namun dirayu dengan berbagai upaya.
Pancasila yang menjadi dasar hidup, terdesak. Digantikan oleh nafsu semata. Ini perlu
menjadi refleksi bagi kita semua. Pencabulan pada anak dibawah umur adalah ancaman bagi
bangsa Indonesia. Penting hukumnya bagi pemerintah untuk menindak tegas pelaku. Komitmen
3. itu termaktub dalam Undang Undang No 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak. Utamanya
pada pasal 76D, 76E, dan pasal pasal lain yang mengatur tentang pidana pencabulan anak.