Pendidikan secara umum didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran terhadap manusia
secara terus menerus, agar manusia tersebut menjadi pribadi yang amil
(sempurna) lahir dan batin1. Karena itu jika pendidikan menghasilkan pribadi-
pribadi yang lemah, doyan KKN, tidak bertanggungjawab, tidak bermoral,tidak mandiri, maka berarti program pendidikan itu gagal. Kegagalan tersebut mungkin disebabkan karena adanya kesalahan dalam filosofi maupun manajemen pendidikan sehingga tidak sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri. Belakangan ini kita melihat berbagai masalah pendidikan nasional sering menjadi bulan-bulanan kritik di masyarakat. Kenapa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dalam ilmu pengetahuan, akhlak, dan kemanusiaan? Kita melihat sendi-sendi kehidupan bangsa saat ini tengah digoyang berbagai macam aksi kekerasan, kerusuhan, anarki, korupsi, vandalisme, dan tindakan-tindakan amoral.
Dalam Suatu pendidikan tidak lepas dari yang namanya mendewasakan manusia. Dimana manusia (anak) tersebut diharapkan menjadi pribadi yang memiliki norma serta pengetahuan agar mampu menghadapi dunia yang senantiasa berubah.
Disini kita akan membahas mengenai peranan pancasila dalam pendidikan. Pancasila merupakan dasar bagi bangsa Indonesia dalam menata kehidupannya termasuk di dalamnya menata pendidikan. Pancasila merupakan dasar pendidikan nasional sebagaimana tercantuum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bunyinya: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jadi pancasila merupakan salah satu dasar pendidikan nasionla di Indonesia. Pancasila juga sebagai dasar pengetahuan yang memiliki nilai-nilai serta norma-norma yang telah diterima oleh masyarakat sebagai bentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Pendidikan secara umum didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran terhadap manusia
secara terus menerus, agar manusia tersebut menjadi pribadi yang amil
(sempurna) lahir dan batin1. Karena itu jika pendidikan menghasilkan pribadi-
pribadi yang lemah, doyan KKN, tidak bertanggungjawab, tidak bermoral,tidak mandiri, maka berarti program pendidikan itu gagal. Kegagalan tersebut mungkin disebabkan karena adanya kesalahan dalam filosofi maupun manajemen pendidikan sehingga tidak sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri. Belakangan ini kita melihat berbagai masalah pendidikan nasional sering menjadi bulan-bulanan kritik di masyarakat. Kenapa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dalam ilmu pengetahuan, akhlak, dan kemanusiaan? Kita melihat sendi-sendi kehidupan bangsa saat ini tengah digoyang berbagai macam aksi kekerasan, kerusuhan, anarki, korupsi, vandalisme, dan tindakan-tindakan amoral.
Dalam Suatu pendidikan tidak lepas dari yang namanya mendewasakan manusia. Dimana manusia (anak) tersebut diharapkan menjadi pribadi yang memiliki norma serta pengetahuan agar mampu menghadapi dunia yang senantiasa berubah.
Disini kita akan membahas mengenai peranan pancasila dalam pendidikan. Pancasila merupakan dasar bagi bangsa Indonesia dalam menata kehidupannya termasuk di dalamnya menata pendidikan. Pancasila merupakan dasar pendidikan nasional sebagaimana tercantuum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bunyinya: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jadi pancasila merupakan salah satu dasar pendidikan nasionla di Indonesia. Pancasila juga sebagai dasar pengetahuan yang memiliki nilai-nilai serta norma-norma yang telah diterima oleh masyarakat sebagai bentuk kepribadian bangsa Indonesia.
makalah pendidikan pacasila
model model penanaman nilai nilai pancasila
moh arrizanul akbar
nim 160604848071 ikor 2016 B
pendidikan kesehatan dan rekreasi
universitas negeri surabaya
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Aktualisasi nilai pancasila sebagai kunci mengatasi penyalahgunaan napza pada generasi muda di indonesia
1. AKTUALISASI NILAI PANCASILA SEBAGAI KUNCI MENGATASI
PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA GENERASI MUDA DI INDONESIA
ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya
Yang dibimbing oleh M Januar Ibnu Adham, S.Pd, M.Pd.
Disusun oleh :
1. Carlista Mega Septiani (NPM 1510631050020)
2. Diandra Tri Hardianti (NPM 1510631050031)
Kelas : 5A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGPERBANGSA KARAWANG
2017
2. AKTUALISASI NILAI PANCASILA SEBAGAI KUNCI MENGATASI
PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA GENERASI MUDA DI INDONESIA
Carlista Mega Septiani1, Diandra Tri Hardianti2, M Januar Ibnu Adam3
12Mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3Dosen Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Singaperbangsa Karawang, Jl. HS Ronggowaluyo, Telukjambe-Karawang
Email: megacarlista@gmail.com, diandratrihardianti@gmail.com
ABSTRAK
Peredaran gelap dan penyalahgunaan napza di Indonesia sudah mencapai tingkatan yang
mengkhawatirkan. Pengguna napza di Indonesia ± mencapai 5,9 juta orang sehingga Indonesia layak
mendapatkan status darurat napza. Maraknya napza akan mengancam masa depan generasi muda
Indonesia. Generasi muda adalah harapan bangsa untuk meneruskan pembangun di Indonesia. Secara
yuridis, instrumen hukum yang mengaturnya baik berupa peraturan perundang-undangan maupun
konvensi yang sudah diratifikasi, sebenarnya sudah jauh dari cukup sebagai dasar pemberantasan dan
penanggulangan penyalahgunaan napza. Tetapi dalam praktek penegakan hukumnya masih terkesan
tidak sungguh-sungguh, karena seringkali pelaku hanya dihukum ringan atau malah dibebaskan begitu
saja. Mengingat peredaran napza sekarang ini sudah begitu merebak, maka upaya penanggulangannya
tidak dapat semata-mata dibebankan kepada pemerintah dan aparat penegak hukum saja, tetapi
merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, diperlukan tindakan yang bersifat
solutif dengan mengajak masyarakat Indonesia kembali membumikan Pancasila. Aktualisasi kelima
sila dalam Pancasila secara aplikatif dapat menjadi solusi untuk mengatasi penyalahgunaan napza di
Indonesia.
Kata Kunci : NAPZA , Nilai-nilai Pancasila
ABSTRACT
The illegal trafficking and misappropriation of Napza in Indonesia have reached alarming levels.
Napza users in Indonesia is about ± reach 5.9 million people so that Indonesia deserves emergency
Napza status. The rise of napza will threaten the Indonesia's young generation future. The young
generation is the hope of the nation to continue the builders in Indonesia. Juridically, the legal
instruments that regulate them in the form of laws and regulations that have been ratified, in fact is far
from enough as the basis for the eradication and control of Napza misappropriation. But in practice of
law enforcement still seems not serious, because often the perpetrator is only punished lightly or even
freed just like that. Considering the current circulation of Napza, the prevention efforts can not be
solely borne by the government and law enforcement agencies, but it is our duty and responsibility
together. Therefore, solutive action is needed by inviting the people of Indonesia to repatriate
Pancasila again. Actualization of the five principles in Pancasila applicable can be a solution to
overcome Napza misappropriation in Indonesia.
Keyword : NAPZA ,The Values of Pancasila
3. PENDAHULUAN
Indonesia adalah sebuah negara yang luas, dengan jumlah penduduk yang padat.
Luasnya wilayah dan jumlahnya penduduk yang sangat besar membuat Indonesia berperan
strategis dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, diharapkan ini membuat perekonomian
Indonesia semakin maju sehingga kesejahteraan hidup masyarakatnya meningkat. Namun,
Indonesia sangat rawan dengan banyaknya kejahatan, misalnya kejahatan internasional yang
salah satunya adalah kejahatan NAPZA(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Dengan
banyaknya penduduk indonesia dan gaya hidup masyarakatnya yang memiliki daya beli
tinggi, sehingga memberikan banyak peluang beredarnya NAPZA(narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif) dan memberikan kemudahan membeli barang haram tersebut.
Penyalahgunaan dan peredaran NAPZA menjadi masalah serius yang sudah
merajalela ke lapisan masyarakat baik orang tua, anak-anak, dan remaja sehingga sulit untuk
mengontrolnya. Tak jauh berbeda di Indonesia, dimana penegakkan hukum yang sangat kuat
terus dijalankan namun belum mampu menyelesaikan penyalahgunaan narkoba, bahkan
konsumennya cenderung meningkat (Saputra, 2017).
Kejahatan narkoba merupakan kejahatan international. Kejahatan ini melibatkan dana
yang besar , dukungan teknologi yang canggih dan dampak negatif yang luas baik fisik,
psikis, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan(hankam), dan lain sebagainya.
Jika penyalahgunaan NAPZA tidak ditanggulangi dengan baik, maka akan merusak generasi
muda Indonesia. Maka dibutuhkan kerja sana yang baik dari seluruh masyarakat Indonesia
dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif).
Meski ancaman hukuman kepada pelaku dan pengedar narkoba cukup berat (hukuman
penjara minimal 4 tahun dan denda mencapai ratusan juta), realitasnya pelaku narkoba belum
sepenuhnya jera (Saputra, 2017). Hukum tersebut hanya dapat meminimalisir, belum
sepenuhnya berhasil dalam pemberantasan NAPZA. Kasus penyalahgunaan narkoba tiap
tahun pecandu narkoba di Indonesia, terus meningkat. Dari data BNN Pusat, pada lima tahun
lalu, pengguna narkoba di Indonesia ada 1,8 persen. Namun sekarang meningkat menjadi
sekitar 2,2 persen atau 3,8 juta. Ini sangat memprihatinkan.Sebab banyak pecandu yang
belum mau berobat. Ironisnya, para pecandu itu kebanyakan pelajar.
Adanya persoalan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tidak dapat
terlepaskan dari kegagalan manusia dalam menyerap nilai pancasila sebagai sebuah nilai
luhur bangsa. Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Republik Indonesia secara resmi
tercantum di dalam alenia ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila yang
disahkan sebagai dasar negara yang dipahami sebagai sistem filsafat bangsa yang bersumber
dari nilai-nilai budaya Bangsa. Sebagai ideologi, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi budaya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara di Indonesia. Seiring dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, nilai-nilai luhur Pancasila
diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia. Adapun perilaku yang menyimpang
dari nilai-nilai luhur Pancasila, salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Penyimpangan
tersebut tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan ajaran yang terkandung di dalam
Pancasila. Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang dapat dijadikan
pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan dalam hidup berbangsa
dan bernegara. Sudah selayaknya, bangsa Indonesia mengembangkan dan mengamalkan
4. nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan
cita-cita bangsa.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka persoalan narkoba sudah bersifat
darurat mengingat penyebarannya sudah memakan banyak korban dan mengancam
kelangsungan generasi masa depan bangsa. Narkoba menjadi permasalahan bersama semua
elemen bangsa yang membutuhkan kehadiran nilai Pancasila yang bersifat aplikatif.
Berangkat dari masalah itu, tulisan ini akan membahas pentingnya aktualisasi nilai Pancasila
dalam mengatasi penyalahgunaan NAPZA pada generasi muda di Indonesia.
5. KAJIAN TEORI
A. Nilai-Nilai Pancasila
Muchson AR (Khofianti, 2012), mendefinisikan nilai yang dalam bahasa
Inggrisnya adalah value biasa diartikan sebagai harga, penghargaan, atau taksiran.
Maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan terhadap
sesuatu. Sedangkan menurut Kaelan (Khofianti, 2012), nilai itu pada hakekatnya
adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada
sesuatu itu.
Pancasila yang berisi seperangkat nilai-nilai dasar ideal, merupakan komitmen
kebangsaan, identitas bangsa dan menjadi dasar pembangunan karakter
keindonesiaan. Mendasarkan pada perspektif teori fungsionalisme struktural, sebuah
negara bangsa yang majemuk seperti Indonesia membutuhkan nilai bersama yang
dapat dijadikan nilai pengikat integrasi (integrative value), titik temu (common
denominator), jati diri bangsa (national identity) dan sekaligus nilai yang dianggap
baik untuk diwujudkan (ideal value), Menurut Winarno Narmoatmojo (Khofianti,
2012).
Sebagai ideologi nasional, nilai-nilai dasar Pancasila menjadi cita-cita
masyarakat Indonesia yang sekaligus menunjukan karakter bangsa yang hendak
dibangun. Karakter, identitas atau jati diri sebuah bangsa bukanlah sesuatu yang telah
jadi. Karakter adalah hasil konstruksi dan produk dari pembudayaan melalui
pendidikan.
Pancasila mendasari dan menjiwai semua proses penyelenggaraan negara
dalam berbagai bidang serta menjadi rujukan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
bersikap dan bertindak dalam kehidupannya sehari-hari. Pancasila memberikan suatu
arah dan kriteria yang jelas mengenai layak atau tidaknya suatu sikap dan tindakan
yang dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Bagian terpenting penanaman nilai-nilai Pancasila di dunia pendidikan tidak
hanya meliputi materi, tetapi juga sikap-sikap yang dibentuk dalam nilai Pancasila itu
sendiri. Pasalnya, meskipun diberikan mata pelajaran itu, belum tentu anak tersebut
menjadi seorang pancasilais. Saat ini sebagian besar orang hanya mengetahui rambu-
rambu Pancasila, tetapi jarang sekali yang mengamalkan inti dari nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi tersebut.
Menurut Moerdiono (Khofianti, 2012) ada 3 tataran nilai dalam ideologi
Pancasila yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
a. Nilai dasar yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap, yang
terlepas dari pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan prinsip,
yang bersifat amat abstrak, bersifat amat umum, tidak terikat oleh waktu
dan tempat, dengan kandungan kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari
segi kandungan nilainya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi
sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya
b. Nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang
merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk
kondisi tertentu.
6. c. Nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari,
berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai
Pancasila. Nilai praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan
nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh
cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan
sosial politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi,
oleh pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara
perseorangan.
B. NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian
tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA
bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan
bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk
mengobati gangguan jiwa (psyche).
3. Bahan Adiktif
Golongan adiktif adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan.
7. PEMBAHASAN
A. Konsep Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bangsa Indonesia yang diwariskan dari para
pendiri bangsa. Pancasila terdiri dari dua kata dalam bahasa Sansekerta, Panca artinya
lima dan Sila berarti prinsip atau asas. Perkataan Pancasila memiliki lima sendi utama
yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. persatuan Indonesia,
4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmata kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini semua tercantum dalam
paragraf keempat dalam pembukaan UUD 1945.
Pancasila, secara filsafat memiliki nilai yang sudah berkembang sejak
Indonesia masih berbentuk kerajaan. Ketika itu nilai adat istiadat, agama, budaya
menyatu dalam satu kesatuan yang membentuk kelahiran Pancasila itu sendiri.
Melalui nilai agama, manusia Indonesia dididik mengenal dan mempercayai
kehidupan ini membutuhkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa bimbingan
nilai spiritualitas, maka kehidupan seorang manusia akan mengalami kegersangan dan
tidak memiliki panduan hidup. Untuk itu, manusia Indonesia memiliki agama sebagai
pedoman kehidupan dengan adanya kebebasan dari negara untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing.
Selain nilai yang bersifat individu, Pancasila mengandung nilai yang bersifat
kelompok seperti kemanusiaan yang adil dan beradab. Dimana setiap manusia harus
memiliki rasa kemanusiaan terhadap manusia dan alam di sekitarnya.
B. Konsep NAPZA
NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya yang merupakan sekelompok obat, yang berpengaruh pada kerja tubuh,
terutama otak. Satu sisi narkoba merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Namun, di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan apabila dipergunakan tanpa
adanya pengendalian.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan NAPZA(narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif) sebagai bagian dari narkoba adalah zat
berbahaya yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat mengakibatkan reaksi
kehilangan kesadaran diri dan mati rasa.
C. Aktualisasi Nilai Pancasila Sebagai Kunci Mengatasi Penyalahgunaan NAPZA pada
Generasi Muda Di Indonesia
Dalam mengatasi bahaya narkoba pada masyarakat Indonesia, diperlukan
kesadaran membumikan dan mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Gerakan kembali kepada Pancasila perlu dimunculkan mengingat
masalah narkoba muncul disebabkan masyarakat Indonesia mengalami anomi. Kita
sebagai bangsa sudah terlalu jauh meninggalkan nilai budi pekerti Pancasila yang
luhur. Dampak kehilangan nilai Pancasila, kepribadian manusia Indonesia mengalami
8. kerentanan menghadapi dampak negatif kejahatan antar negara seperti
penyalahgunaan NAPZA.
Nilai Pancasila secara umum dibagi menjadi dua yaitu nilai dasar dan nilai
instrumental. Nilai dasar itu bersifat abstrak dan normatif dimana isinya belum dapat
dioperasionalkan. Untuk dapat bergerak secara operasional dan eksplisit, maka
dibutuhkan penjabaran ke dalam nilai instrumental seperti UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan. Dengan bersumber lima nilai dasar (Nilai Ketuhanan, Nilai
Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan, Nilai Keadilan) maka dapat dibuat
dan dijabarkan nilai-nilai instrumental (Budiyono, Wawan 2013)
Dalam pandangan Moerdiono (1995/1996 dalam Mulyono, 2010) menjelaskan
adanya 3 tataran nilai dalam ideologi Pancasila.
1) Nilai dasar, yaitu suatu nilai prinsip yang bersifat umum, abstrak dan tetap,
yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu dan tempat, dengan kandungan
kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai
dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan,
tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan para pendiri
negara yang tumbuh dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajahan dan berasal dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi
tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kebersamaan,
persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
2) Nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar yang merupakan arahan
kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai
instrumental ini dapat dan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun
nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya.
Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk baru
untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang
dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai
instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana,
program dan proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut.
Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental adalah MPR,
Presiden, dan DPR.
3) Nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa
cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila.
Nilai praksis terdapat pada banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, baik cabang eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan,
badan-badan ekonomi, pimpinan kemasyarakatan, bahkan warganegara secara
perseorangan. Dari segi kandungan nilainya, nilai praksis merupakan
gelanggang pertarungan antara idealisme dan realitas.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana proses nilai-nilai Pancasila benar-
benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari
pimpinan negara, aparatur negara sampai kepada rakyat biasa. Aktualisasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara memerlukan
situasi dan kondisi yang memungkinkan seluruh lapisan masyarakat yang dapat
9. mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Darmadi: 2013)
Persoalannya bagaimana bentuk konkret aktualisasi nilai Pancasila dalam
mengatasi penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Bagaimanapun lima sila yang ada
perlu diaplikasikan dalam bentuk nilai operasional yang bersifat aplikatif. Peneliti
menilai, ada beberapa bentuk nyata dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila.
Pertama, diperlukan kesadaran setiap manusia Indonesia bahwa narkoba bertentangan
dengan ajaran agama. Semua agama mengajarkan manusia agar hidup sehat,
memperbanyak kebaikan dan menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia. Maka
sejatinya agama mampu menjadi pedoman hidup agar setiap pemeluknya menjauhi
narkoba yang merusak dan mengancam keberlangsungan hidup individu dan masa
depan bangsa. Konteks ini setiap warga negara Indonesia yang beragama harus
memahami ajaran agamanya dengan lebih mendalam, dimana pada dasarnya setiap
agama menolak narkoba karena mengakibatkan kesengsaraan bagi kehidupan
manusia.
Kedua, menanamkan rasa kemanusiaan dimana setiap manusia Indonesia pada
dasarnya memiliki rasa kasih sayang dan hati nurani yang bersih. Perilaku memakai
narkoba jelas bertentangan dengan nurani dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)
dimana akibat narkoba pertemanan menjadi renggang, hidup menyendiri sehingga
kehilangan kasih sayang dan pada tahap tertentu harus kehilangan nyawa. Kesadaran
kolektif harus terus ditumbuhkan bahwa narkoba merusak tubuh dan menghilangkan
rasa kemanusiaan.
Ketiga, nilai persatuan Indonesia menekankan proses kerjasama seluruh
elemen bangsa untuk menolak narkoba. Kesediaan bekerjasama berangkat dari
pemikiran bahwa memakai narkoba menandakan hilangnya cinta kepada tanah air.
Para pemakai narkoba hanya mementingkan diri sendiri (egois) dengan mengabaikan
dampak kerusakan sosial terhadap masyarakat di sekitarnya. Penyalahgunaan narkoba
mengakibatkan kecanduan sehingga melahirkan kemalasan dan hidup menyendiri,
sehingga menghilangkan nasionalisme dan kebhinekaan yang ditandai kesiapan hidup
di dunia yang berbeda-beda (heterogen)
Keempat, seorang pengedar narkoba akan memaksakan kehendaknya kepada
pemakai untuk membeli barang haram tersebut. Hal ini bertentangan dengan
semangat sila keempat, dimana setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih di
negara yang demokratis ini. Setiap masalah diupayakan selesai melalui proses
musyawarah, sementara para penjual narkoba tidak mau mengerti proses tersebut.
Mereka hanya mengejar keuntungan finansial tanpa mau peduli melanggar hak orang
lain dan merugikan kepentingan bangsa dan negara. Sehingga tepat kiranya jika ada
kasus pemaksaan kehendak ini, ada warga yang bertindak responsif menangkap
pelaku narkoba di lingkungan sekitarnya.
Kelima, hilangnya kemakmuran dan kesejahteraan disebabkan masyarakat
mengalami kecanduan narkoba yang mengarah kepada hilangnya nyawa manusia.
Narkoba membawa dampak buruk ketergantungan pemakainya kepada “barang
haram” tersebut akibat pemakaian yang berlebihan. Tubuh menjadi rusak karena
secara kesehatan narkoba membuat pemakainya yang sudah kecanduan menjadi
kurus, kehilangan semangat hidup, mudah lupa dan dapat sewaktu-waktu bertindak
10. anarkis di luar kesadaran dirinya. Selain itu pikiran menjadi tidak fokus sehingga
pekerjaan dan aktivitas kehidupan menjadi kacau dan tidak terencana dengan baik.
Sehingga penting kiranya dibutuhkan kesadaran kolektif dan massif di
lingkungan tempat tinggal kita agar narkoba tidak dibiarkan masuk dengan cara
apapun. Perlu dimunculkan kegiatan positif yang menjauhkan warga dari nakroba
serta tanggung jawab individu untuk saling berpartisipasi aktif dalam mengingatkan
diri, anggota keluarga dan tetangganya agar menjauhi narkoba yang dapat
mengancam kelangsungan masa depan generasi muda dan bangsa Indonesia.
11. SIMPULAN DAN SARAN
Kita perlu memahami bahwa penyalahgunaan NAPZA adalah musuh bersama
manusia di seluruh dunia termasuk Indonesia. Adanya penyalahgunaan NAPZA
menghasilkan banyak sekali efek buruk seperti memperlebar kesenjangan sosial di
masyarakat, merusak kesehatan tubuh, memperburuk kondisi perekonomian bangsa
dan berdampak kepada lemahnya mental generasi muda.
Untuk itu, diperlukan kesadaran kolektif, terstruktur untuk mengembalikan
nilai Pancasila ke dalam kehidupan dan kepribadian masyarakat Indonesia. Nilai luhur
Pancasila menghendaki warga negara Indonesia yang sehat jasmani dan rohani,
sehingga menjauhi napza sama dengan mengaktualisasikan secara nyata nilai dalam
Pancasila. Cita-cita negara makmur, adil dan sejahtera sesuai yang digariskan
konstitusi termasuk di dalamnya Pancasila hanya dapat tercapai jika masyarakat
menjauhi penyalahgunaan NAPZA dan mendorong warga negara lainnya menolak
penyalahgunaan NAPZA masuk dalam kehidupan pribadi dan lingkungan sekitarnya.
Pancasila harus melekat dalam kepribadian setiap manusia Indonesia. Mereka
yang menjalankan Pancasila bukan sebatas hafalan di ruang kelas, akan mudah
menyadari ada persinggungan yang erat antara Pancasila dan agenda perang terhadap
penyalahgunaan napza. Sebab ditinjau dari kelima sila dalam ajaran luhur ini,
penyalahgunaan napza jelas banyak mengalami pertentangan. Napza adalah musuh
bersama seluruh bangsa Indonesia, sehingga untuk mengusirnya dari bumi Indonesia
membutuhkan partisipasi bersama semua kalangan di Indonesia.
Aktualisasi nilai Pancasila di atas tentu masih bersifat tentatif dan masih dapat
terus dikembangkan secara detil. Nilai Pancasila itu harus diaktualisasikan melalui
proses deseminasi secara serius dan menggunakan pendekatan yang tepat, ilmiah,
rasional dan tidak bersifat indoktrinasi yang menekankan hafalan semata, bukan
praktek nyata (Saputra: 2017). Diperlukan pula kajian bersama dan evaluasi rutin
mengenai rumusan aplikatif yang dapat diterima dan dijalankan semua lapisan
masyarakat Indoensia. Kembali kepada Pancasila adalah solusi dan praktek nyata
mengatasi segala persoalan yang menjerat Indonesia termasuk narkoba di dalamnya.
Maka, Nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan manusia, karena dengan
diterapkannya nilai pancasila manusia dapat mencegah penyalahgunaan NAPZA.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam penyusunan tugas ini, kami memperoleh
bantuan dari berbagi pihak, salah satunya adalah dosen kami Bapak M. Januar Ibnu
Adham. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih. Jurnal ini disusun berkaitan
dengan tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya mengenai Aktualisasi
Nilai Pancasila Sebagai Kunci Mengatasi Penyalahgunaan Napza Pada Generasi
Muda Di Indonesia.
12. DAFTAR PUSTAKA
Handaningrum Ratnasari. 2014. Penyalahgunaan Narkoba Sebagai Penyimpangan Nilai
Pancasila.
Khofiyati. 2012. Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila Dalam Mata Pembelajaran Pendidikan
Kewarwanegaraan Di SMP. Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak
Diterbitkan.
Sholihah. 2013. Efektivitas Program P4GN Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan Napza.
Lampung. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 9(1), 153-159.
Wahyono Imron. 2017. Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kegiatan Pembelajaran.
Universitas Negeri Yogyakarta:Tidak diterbitkan.
Immanudin Fitrah. 2012. (https://www.kompasiana.com/fitrah/penyalahgunaan-napza-pada
remaja_55114722a33311e542ba7ea6 diakses pada 30 november pukul
15:47)