SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
MAKALAH
JIWA KEAGAMAAN ANAK INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah
BAHASA INDONESIA
Dosen pengampun : Bahruddin Zaini, M.Pd
Disusun Oleh :
Ahmad. Maulal Karomah
(22.12.07.24.0729)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYA’RIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2022-2023
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengalaman Keagamaan Pada Anak.................................................. 3
B. Sifat Agama Pada Anak ..................................................................... 3
C. Teori Pertumbuhan Pada Anak .......................................................... 8
D. Kesadaran Beragama Pada Anak ...................................................... 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang
berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi).
Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri hampir sama pada diri manusia
dewasa, normal dan beradab.1
Harun Nasution menurut pengertian agama berdasarkan asal kata yaitu: al-
Din, religi (relegere, religare), dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-undang
atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin)
atau relegere berarti mengumpukan dan membaca. Kemudian religare berarti
mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a=tidak; gam=pergi. mengarti arti tidak
pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-menurun. (Harun Nasution, 1974: 10)1
Dapat disimpulkan Psikologi agama adalah Ilmu yang mempelajari
kehidupan beragama seseorang dalam ruang lingkup kesehariannya pada
tingkahlaku dan sikapnya dalam merealisasikan ilmu keagamaannya.
Setiap manusia akan berbeda dalam pengertian agama, namun akan tetap
sama dalam permaknaannya (tafsir). Dalam hal peribadatan agama akan
menunjukkan jalan kelurusan bagi manusia untuk sentiasa mengabdikan dirinya
kepada Tuhannya.2
Berbeda dengan anak-anak. Masa perkembangan anak-anak menunjukkan
alur kehidupan dalam membuka cakrawala ilmu agama yang menjadi logo tebal
bagi si anak di kehidupan masa depan. Dalam pembahasan ini, penulis akan
membahas dalam uraian per bab mengenai perkembangan agama pada anak yang
disertai contoh dan faktor perkembangannya.
1
Jalaluddin. 2005. PSIKOLOGI AGAMA. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hal. 7
2
QS. Adz-Dzariyat(51): 56
2
Sehingga akan dapat dipahami seberapa jauh pemahaman agama pada anak
dan proses penerimaan agama pada anak dan menjadi bentuk kepribadian agama
pada si anak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengalaman keagamaan pada anak?
2. Bagaimana sifat agama pada anak?
3. Bagaimana teori pertumbuhan agama pada anak?
4. Bagaimana kesadaran beragama pada anak?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengalaman keagamaan pada anak
2. Untuk mengetahui sifat agama pada anak
3. Untuk mengetahui pertumbuhan agama pada anak
4. Untuk mengetahui kesadaran beragama pada anak
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengalaman Ke-Tuhanan Pada Anak
Cerita ke-Tuhanan saat seseorang masih kecil sangat beragam.
Keberagaman atas banyaknya keinginan yang diinginkan anak-anak saat meminta
kepada Tuhannya. Permintaan ini atas dasar keinginan anak bukan pada kebutuhan.
Dalam hal ini, semisal, ia menginginkan permen, bola kaki, bisa sekolah. Maka
sangat sedikit ditemukan seorang anak yang memohon kepada Tuhannya untuk
bertemu dengan-Nya, menjadi kekasih-Nya, disejukkan hatinya walaupun dalam
lingkungan kita pernah terdengar akan hal yang sama, namun perlu diperhatikan
dengan seksama. Karena anak-anak tidak mengetahui bagaimana nilai Tuhan
tersebut. Anak-anak mengetahui nilai Tuhan hanya dari segi pemuasan yang ia rasa
butuh pada suatu keinginan kepada Tuhannya. Saat anak bermohon, maka akan
cenderung pada emosional dan afektif. Rasa emosional ini terbentuk pada anak atas
jalinan antara anak dengan orangtua. Jalinan yang terbentuk sebab kasih sayang dan
bahagia mengarah pada proses identifikasi yaitu proses anak melihat dan
menghayati setiap tingkah laku pada orangtuanya yang hampir secara keseluruhan
tanpa disadari. Orangtua akan menjadi idola bagi si anak. Sehingga dalam praktek
beribadah pun menjadi motivasi bagi si anak.
B. Sifat Agama Pada Anak
Pada umumnya anak-anak akan lebih menyukai suatu hal yang memotivasi,
dalam arti sesuai dengan keinginannya. Namun dalam kaitan keinginan ini muncul
dua kategori :
1. Berdasarkan ingin saja yang berlandaskan hawa nafsu;
2. Berdasarkan keinginan yang berada dalam pola aturan tetap anak.
Pertanyaannya ialah apakah anak-anak tidak seperti remaja atau dewasa
yang bisa memahami apa yang diinginkan?.
4
Semisal: “Di dapur rumah bibi Andi, Andi melihat kue donat. Andi
pun tidak memakannya, dengan alasan “itu bukan milik saya. Milik bibi saya.”
Sedangkan Andi anak sholeh dan rajin shalat.”
Telaah secara tidak langsung mengartikan Andi memahami bahwa tidak
sopannya mengambil makanan tanpa seizin bibinya walaupun setiap dari dapur,
apalagi Andi yang masih anak-anak. Mengenai hal itu bisa diwajarkan.
Kesadaran tersebut akar dari dalam diri.”Sifat”. Hakekat sifat berdasarkan
KBBI ialah “tabiat (nomina)” atau dikenal dasar watak (dibawa sejak lahir).
Perkembangan kebaikan yang menjadi salah satu ciri khas agama sang anak
menjadikan anak lebih berkembang dan maju baik dalam segi jasmani maupun
psikis.
Sesuai dengan ciri khas yang mereka (anak-anak) pada umumnya miliki,
maka sikap agama pada anak-anak mengikuti pola ideas concept on outhority.
“Konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar
diri mereka. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah
melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka
telah melihat dan mengikuti apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa
dan orangtua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan
kemaslahatan agama. Orangtua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai
dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki.”1
Dengan demikian, sikap keagamaan pada anak berdasarkan atas kebiasaan
anak terhadap tingkah laku sebagai media pendidikan baik dari orang tua, guru
maupun lingkungan.
Bentuk dan sifat agama pada diri anak dibagi atas3
:
a. Unreflective (Tidak Mendalam)
Dalam Penelitian Machion tentang sejumlah konsep ke-Tuhanan pada diri
anak, 73 % mereka menganggap Tuhan ini bersifat manusia. Dalam suatu sekolah
bahkan ada siswa yang mengatakan bahwa Santa Klaus memotong jenggotnya
untuk membuat bantal. Dengan demikian, anggapan mereka terhadap ajaran agama
3
Ibid,. Hal. 70-74
5
dapat saja mereka terima dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak
begitu mendalam, sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas
denganketerangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian,
pada beberapa anak memiliki ketajaman pikiran untuk menimbang pendapat yang
mereka terima dari orang lain.
Penelitian Praff mengemukakan dua contoh tentang hal itu :
1. Suatu peristiwa, seorang anak mendapat keterangan dari ayahnya bahwa Tuhan
selalu mengabulkan permintaan hamba-Nya. Kebetulan, seorang anak lalu di
depan sebuah toko mainan. Sang anak tertarik pada sebuah topi berbentuk
kerucut. Sekembalinya ke rumah, ia langsung berdoa kepada Tuhan untuk apa
yang dinginkannya itu. Karena hal itu diketahui oleh ibunya, maka ia ditegur.
Ibunya berkata dalam berdo’a tidak boleh memaksakan Tuhan untuk
mengabulkan barang yang yang diinginkannya itu. Mendengar hal tersebut anak
tadi langsung mengemukakan pertanyaan, “mengapa”.
2. Seorang anak perempuan diberitahukan tentang do’a yang dapat menggerakkan
sebuah gunung. Berdasarkan pengetahuan tersebut maka suatu kesempatan
anak itu berdoa selama beberapa jam agar Tuhan memindahkan gunung-gunung
yang ada di daerah Washington ke laut. Karena keinginannya tidak terwujud,
maka semenjak itu ia tidak mau berdoa lagi.
Dua contoh di atas menunjukkan anak itu sudah menunjukkan pemikiran
yang kritis, walaupun bersifat sederhana. Menurut penelitian, pikiran kritis baru
timbul pada umur 12 tahun sejalan dengan pertumbuhan moral. Di usia tersebut,
bahkan anak kurang cerdas pun menunjukkan pemikiran yang korektif. Di sini
menunjukkan bahwa anak meragukan kebenaran ajaran agama pada aspek-
aspek yang bersifat konkret.
b. Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia
perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan
pengalamannya. Apabila kesadaran akan diri itu mulai subur pada diri anak,
maka akan tumbuh keraguan pada egonya. Semakin bertumbuh semakin
6
meningkat pula egoisnya. Sehubungan dengan keagamaannya anak akan
semakin egois dalam pemahaman agamanya. Dalam diri anak akan menuntut
pemahaman yang lebih dari pemahaman sewaktu ia kecil. Dalam hal ini, anak
yang kurang kasih sayang dan mendapati tekanan, anak berego rendah dan akan
mengganggu pertumbuhan keagamaannya.
c. Anthromorphis
Pada umumnya, konsep ketuhanan pada anak lebih kepada pemikiran yang
lebih spesifik. Anak akan berpikir bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan
manusia. Pekerjaan Tuhan mencari dan menghukum orang yang berbuat jahat
di saat orang itu berada dalam tempat yang gelap. Surga terletak di langit dan
untuk tempatorang yang baik. Anak menganggap bahwa Tuhan dapat melihat
segala perbuatannya langsung ke rumah-rumah mereka sebagai layaknya orang
mengintai. Pada anak berusia 6 tahun, menurut penelitian Praff , pandangan
anak tentang Tuhan adalah sebagai berikut :
“Tuhan mempunyai wajah seperti manusia, telinganya lebar
dan besar. Tuhan tidak makan dan hanya minum embun.”
Subandi (2013) melaksanakan sebuah survey terhadap mahasiswa Fakultas
Psikologi UGM tentang pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan agama yang
pernah muncul pada masa kekanak-kanakan mereka dulu. Seperti pada anak-
anak yang beragama Kristen, anak-anak yang beragama Islam juga banyak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar agama, seperti terungkap di bawah
ini1
:
“Mengapa ada Tuhan ?”
“Bagaimana bentuk Tuhan? Apakah bentuknya seperti awan-awan
pada Power
Ranger?”
“Tuhan itu tinggal dimana?”
“Apakah Tuhan itu laki-laki atau perempuan?”
“Sebesar apakah Allah? Apa melebihi Ultraman?”
7
“Kenapa Tuhan setiap agama berbeda-beda?”
“Mengapa harus shalat? Kenapa harus puasa?”
“Mengapa saya menganut agama Islam?”
“Mengapa hanya laki-laki saja yang disunat?”
“Nabi Muhammad itu ganteng apa enggak?”
“Apakah suatu saat setan dapat mengalahkan Tuhan?
“Apakah Tuhan sebesar bulan?”
“Bagaimana Tuhan menciptakan alam?”
“Apakah Tuhan tidur? Apa juga makan? Apa Tuhan punya anak
dan berapa
anaknya? Apa Tuhan bisa mati?”
“Tuhan itu sehari-harinya ngapain saja?
d. Verbalis dan Ritualis
Dari kenyataan yang kita alami ternyata, kehidupan beragama pada anak mula-
mulanya tumbuh secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-
kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan
berdasarkan tuntunan yang diajarkan kepada mereka. Sepintas lalu, kedua hal
tersebut kurang ada hubungannya dengan perkembangan agama pada anak masa
selanjutnya, tetapi penyelidikan hal itu berpengaruh pada keagamaan anak di masa
dewasa. Bukti menunjukkan bahwa banyak para orang dewasa taat dan patuh
kepada ajaran agamanya berdasarkan pengalaman mereka di masa anak-anak yang
diajarkan nilai-nilai keagamaan. Sebaliknya, belajar agama di usia dewasa
mengalami kesukaran. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan
yang bersifat ritualis (praktik) merupakan hal yang berarti dan merupakan salah
satu ciri dari tingkat perkembangan agama anak-anak.
8
e. Imitatif
Pada umumnya, kehidupan keseharian anak-anak dalam tindakannya
bersifat meniru. Anak-anak lebih cenderung meniru pada lingkungan sekitarnya.
Baik disadari atau tidak, hal ini akan berpengaruh positif pada pendidikan
keagamaan anak. Menurut penelitian Gillesphy dan Young terhadap sejumlah
mahasiswa di salah satu perguruan tinggi menunjukkan, bahwa anak yang tidak
mendapat pendidikan agama dalam keluarga tidak akan dapat diharapkan menjadi
pemilik kematangan agama yang kekal.
Walaupun anak mendapat ajaran agama tidak semata-mata berdasarkan
yang mereka peroleh sejak kecil, namun pendidikan keagamaan (religious
paedagogis) sangat mempengaruhi terwujudnya tingkah laku keagamaan (religious
behaviour) melalui sifat meniru itu.
f. Rasa Heran
Rasa heran dan kagum merupakan sifat dan tanda terakhir pada anak.
Berbeda dengan rasa kagum pada orang dewasa, maka rasa kagum pada anak ini
belum bersifat kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriyah
saja. Hal ini merupakan langkah pertama dari pernyataan kebutuhan anak akan
dorongan untuk mengenal sesuatu yang baru (new experience). Rasa kagum mereka
dapat disalurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub.
C. Teori Pertumbuhan Agama Pada Anak
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu
melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam tingkatan The Development of Religious
on Children, ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu
menjadi tiga tingkatan yaitu4
:
1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini
konsep ke-Tuhanan lebih banyak oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat
4
Jalaluddin. 2005. PSIKOLOGI AGAMA. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hal. 66-67
9
perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi
kehidupan fantasi, hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan
konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal..
2. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak mulai masuk Sekolah Dasar hingga ke (masa
usia) adolesense.Pada masa ini, ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-
konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui
lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya.
Pada masa ini ide keagamaan anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga
mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal itu, maka
pada masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga keagamaan yang mereka
lihat dikelola oleh orag dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak
(amal) keagamaan mereka ikuti dan pelajari dengan penuh nikmat.
3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi
sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistis
ini terbagi atas tiga golongan yaitu :
a. Konsep ke-Tuhanan yang konvesional dna konservatif dengan dipengaruhi
sebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh luar.
b. Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan yang
bersifat personal (perorangan)
c. Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos
humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini setiap
tingkatan dipengaruhi oleh faktor intern , yaitu perkembangan usia dan faktor
ekstern berupa pengaruh luar yang dialaminya.
D. Kesadaran Beragama Pada Anak
Sadar; dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah “insaf; merasa;
tahu dan mengerti”. Setiap kesadaran yang jatuh pada seseorang akan membawa
10
kebutuhan jiwa dan fisik. Dapat kita pahami, “sewaktu kita lapar, maka kita
membutuhkan makanan dan minuman. Sewaktu kita capek atau letih, maka yang
kita butuhkan ialah istirahat. Saat badan terasa pegal atau demam, maka upaya yang
kita lakukan ialah urut badan atau minum minuman herbal atau berobat ke dokter,
dan sebagainya.” Kesadaran ini sangat umum kita temukan, terlebih kepada anak-
anak kita. Tapi, tidak banyak kita temukan yaitu kesadaran anak dalam hal
kejiwaannya.1
Melihat perilaku keseharian anak-anak, terutama di Indonesia. Anak-anak
cenderung kepada kasih sayang ibu. Sedangkan ayah adalah bagian kedua bagi
anak. Tapi, ini masih diperdebatkan, dikarenakan semua tergantung pada situasi
dan kondisi. Bilamana sang ibu telah tiada, maka peran ayah menjadi bagian
keibuan serta penafkah bagi anak.
“Pada waktu lahir, anak belum beragama. Ia baru memiliki potensi untuk
berkembang menjadi manusia beragama. Bayi belum mempunyai kesadaran
beragama, tetapi telah memiliki potensial kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan ber-
Tuhan. Isi, warna, dan corak perkembangan kesadaran beragama anak sangat
dipengaruhi oleh keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan orangtuanya.
Keadaan jiwa orangtua sudah berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak sejak
janin di dalam kandungan. Selaras dengan perkembangan kepribadian, kesadaran
beragama seseorang juga menunjukkan adanya kontinuitas atau berlanjut dan tidak
pernah terputus-putus.5
Hal ini bisa kita amati dalam sikap keseharian anak-anak dalam membentuk
jiwa keagamaannya atau nilai spiritualitasnya. Sadar atau tidak sadar, anak-anak
akan cenderung mencontoh kepada apa yang ia anggap itu menyenangkan daripada
berpikir secara logis atau rasional dan kritis. Anak-anak cenderung pada sifat
kemudahan. Sedangkan kemudahan bisa diartikan sebagai “pengabaian” dalam
konteks anak. Inilah yang menjadi alasan kuat kecendrungan kejiwaan anak
tergantung pada orangtuanya.
5
Abdul Aziz Ahyadi. 1995. PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM
PANCASILA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Hal. 40
11
Dalam pembahasan ini dapat kita hubungkan pada sabda Rasulullah SAW. :
‫يمجسانه‬ ‫أو‬ ‫ينصرانه‬ ‫أو‬ ‫دانه‬ ‫يهو‬ ‫فأبواه‬ ‫الفطرة‬ ‫علي‬ ‫يولد‬ ‫مولود‬ ‫كل‬
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci, kemudian kedua orangtua
yang menjadikannya Yahudi, Nashari, atau Majusi.”1
Sehingga, orangtua yang lingkungannya gelap akan gelap pada anak, maka
terang adalah kebaikan bagi anak. Namun, seiring waktu berjalan, maka kesadaran
anak akan muncul bersamaan dengan pola pikir yang berubah dari waktu ke waktu.
Dulu yang terbiasa makan disuapi ibu, maka anak akan mencoba makan dengan
sendiri, dulu membaca buku sebelum tidur, maka sekarang anak mencoba belajar
untuk membaca dengan sendiri tanpa memerlukan bantuan ibu. Pola pikir ini akan
mengubah anak juga kepada perilaku yang lebih dari sebelumnya. Pola pikir ini
ialah kesadaran dalam pengertian pengaruh lingkungan sebagai sumber kedua dari
kesadaran jiwa anak(hati) sebagai sumber utama.
Jalaluddin menyebutkan bahwa perkembangan kesadaran agama pada anak
terdiri dari beberapa fase dan setiap fase secara umum memiliki ciri-ciri tertentu,
diantaranya6
:
a. Pengalaman Ke-Tuhanan Yang Lebih Bersifat Afektif, Emosional dan
Egosentris
Pengalaman ke-Tuhanan dipelajari oleh anak melalui hubungan emosional
secara otomatis antara anak dan orangtua. Hubungan emosional ini dapat berupa
kasih sayang dan kemesraan antara orangtua dan anak yang akan menimbulkan
orises identifikasi yaitu proses penghayatan dan peniruan secara tidak sepenuhnya
disadari oleh anak terhadap sikap dan perilaku orangtua. Orangtua merupakan
tokoh idola bagi si anak, sehingga apapun yang diperbuat oleh orangtua akan ia
ikuti. Si anak menghayati Tuhan lebih sebagai pemuas keinginan dan hayalan yang
bersifat egosentris. Pusat segala sesuatu bagi si anak adalah dirinya sendiri,
kepentingan, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan dorongan biologisnya. Jika
6
Abdul Aziz Ahyadi. 1995. PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM
PANCASILA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Hal. 40-43
12
disuruh berdo’a makan si anak akan memohon kepada Tuhan agar diberi mainan,
permen, kue, mercon, dan sebagainya. Oleh karena itu penanaman kesadaran
beragama kepada si anak yang berhubungan dengan pengalaman ke-Tuhanan
hendaknya menekankan pada pemuasan kebutuhan afektif. Usahakanlah agar si
anak dapat menghayati dan merasakan bahwa Tuhan itu adalah pemberi kue,
mainan, dan berbagai kenikmatan lainnya. Tuhan adalah Maha Pengasih,
Penyayang, Pelindung, Pemberi Rasa aman dan tentram serta pemuas kebutuhan
alam perasaan lainnya, Untuk itu orangtua harus bersikap pengasih, penyayang,
pelindung, dan pemuas kebutuhan emosional lainnya.
b. Keimanannya Bersifat Magis dan Anthropomorphis Yang Berkembang
Menuju Ke Fase Realistik
Keimanan si anak kepada Tuhan belum merupakan suatu keyakinan sebagai
hasil pemikiran yang objektif, akan tetapi lebih merupakan bagian dari kehidupan
alam perasaan yang berhubungan dengan kebutuhan jiwanya akan kasih sayang,
rasa aman, dan kenikmatan jasmaniah.Walaupun anak sekitar delapan tahun sikap
anak makin tertuju ke dunia luar, namun hubungan anak dengan Tuhan masih lebih
merupakan hubungan emosional antara kebutuhan pribadinya dengan sesuatu yang
gaib dan dibayangkan secara konkret. Tuhan dihayati secara konkret sebagai
pelindung bagi si anak. Kadang-kadang si anak mempercayai kemampuan orang
yang dikeramatkan untuk mendapatkan benda magis dari Tuhan yang digunakan
sebagai penangkal bahaya, pelindung diri dan pekasih. Ia ingin memiliki semacam
tongkat Nabi Musa atau cincin Nabi Sulaiman untuk digunakan sebagai alat bagi
pemenuhan pemuasan kebutuhan dan keinginannya yang bersifat egisentris,
konkret dan segera.
Ia menginginkan kekuatan dan keistimewaan itu tanpa usaha yang ulet dan
tabah. Ajaran orangtua dan gurunya tentang keimanan belum betul-betul dihayati
dan belum merupakan bagian pusat pemikirannya. Penerimaan akan adanya Tuhan
dapat menenangkan jiwanya dan menimbulkan kesiapan untuk menghadapi
tantangan dari lingkungan.
Dengan bertambahnya umur, pemikiran yang bersifat tradisional konkret
beralih pada nilai wujud atau eksistensi hasil pengamatan, Pemikiran tentang Tuhan
13
semakin menuju kepada kebenaran yang diajarkan oleh para pendidiknya.
Pengamatan kepada Tuhan tadinya yang bersifat konkret emosional berubah
menuju tanggapan kepada Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara. Hubungan
dengan Tuhan sedikit demi sedikit mulai disertai pemikiran dan logika. Tuhan
bukan hanya pencipta dirinya, tetapi Tuhan adalah pencipta alam semesta yang
melimpahkan rahmat-Nya bagi seluruh makhluk. Rahmat Tuhan yang diberikan
kepadanya hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari kasih sayang Tuhan yang
terbatas. Dengan kepercayaan adanya rahmat Tuhan, si anak mampu mengadakan
hubungan yang harmonis dengan dunia luar.Ia benar-benar beriman bahwa Tuhan
yang menciptakan alam mulai menarik perhatiannya.
Kepercayaan pada hantu, azimat, benda keramat yang memiliki kekuatan
gaib adalah sejalan dengan fungsi kognitifnya yang mempersepsikan segala sesuatu
sebagai bernyawa dan dinamis. Pada orang primitif dikenal adanya animisme dan
dinamisme yang mempercayai bahwa batu, gunung, pepohonan, topan, petir,
patung dan tempat angker mempunyai kekuatan spiritual dan bernyawa. Mereka
memberikan sesajen agar jangan dimarahi dan mudah untuk meminta pertolongan.
Pengamatan yang bersifat physiognomis dengan menganggap segala sesuatu
mempunyai kehidupan spiritual dilanjutkan dengan personifikasi itu dapat
membawa si anak pada tanggapan yang bersifat anthropomorphis terhadap Tuhan.
Tuhan diberi ciri-ciri dan sifat-sifat manusia. Tuhan dianggap memiliki istri,
beranak, bertelinga, dan bermata sebagaimana manusia memiliki sifat dan ciri-ciri
tersebut. Adanya peragaan konkret tentang Tuhan sejalan dengan pemikiran yang
belum mampu berpikir abstrak. Kalau dikatakan bahwa Tuhan adalah Maha
Melihat si anak membayangkan betapa besarnya mata Tuhan. Baru setelah anak
berpikir secara abstrak dan logik, ia akan memahami bahwa Tuhan itu tidak dapat
ditangkap dengan pancaindera dan tidak mungkin dibayangkan oleh khayalan
pikiran.
c. Peribadatan Anak Masih Merupakan Tiruan dan Kebiasaan Yang Kurang
Dihayati
Pada umur 6-12 tahun perhatian anak yang tadinya lebih tertuju kepada
dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai tertuju pada dunia luar terutama
14
perilaku orang-orang di sekitarnya. Ia berusaha untuk menjadi makhluk sosial dan
mematuhi aturan-aturan, tata krama, sopan santun, dan tata cara bertingkah laku
yang sesuai dengan lingkungan rumah dan sekolahnya.
Pada usia 12 tahun pertama merupakan tahun-tahun sosialisasi, disiplin dan
tumbuhnya kesadaran moral. Dengan adanya kesadaran bermoral dan disiplin,
perhatian anak pada kehidupan keagamaan semakin bertambah kuat. Surga, neraka
dan kehidupan akhirat tidak lagi hanya merupakan khayalan, akan tetapi keharusan
moral yang dibutuhkan guna mengekangdiri dari perbuatan salah dan mendorong
untuk mengerjakan kebaikan dan kebenaran. Tuhan bukan hanya sebagai pemberi
kepuasan emosional, tetapi juga Hakim Yang Maha Adil sebagai keharusan dalam
kehidupan bermoral. Tuhan akan selalu mengawasi dan mengetahui segala sikap
dan perilakunya serta akan memberikan pertolongan dan ganjaran apabila ia
berbuat kebaikan.
Kegiatan ibadah seperti : shalat, puasa, dan berdoa yang pada mulanya
hanya mneiru tingkah laku orangtua atau karena diperintahkan kepadanya, lambat
laun semakin dihayati dan dilaksanakan dengan kesungguhan . Ia betul-betul
mencari keridhaan Allah dan memohon pertolongan-Nya dalam menghadapi
berbagai kesukaran yang timbul dari dalam dirinya sendiri atau dari lingkungan.
Peningkatan rasa ke-Tuhanan dalam hubungan emosional yang diperkuat dengan
ikatan moral akan dapat menumbuhkan penilaian, bahwa kebaikan tertinggi adalah
mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Sedangkankejahatan
terbesar adalah durhaka kepada Allah dan mendustai agama. Akhirnya si anak
berusaha menyesuaikan dirinya dengan ajaran dan kehendak Tuhan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi umum secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia
yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak
(conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri hampir sama pada diri
manusia dewasa, normal dan beradab.
Psikologi agama adalah Ilmu yang mempelajari kehidupan beragama
seseorang dalam ruang lingkup kesehariannya pada tingkahlaku dan sikapnya
dalam merealisasikan ilmu keagamaannya.
Kehidupan keagamaan anak pada penggambaran Tuhan lebih bersifat
afektif dan konkret disebabkan keinginan yang menjadi faktor utama dibalik
kebutuhan secara sadar.
Dalam proses pendekatan-penanaman nilai keagamaan pada anak dalam
kehidupan kesehariannya dapat dilalui melalui penyontohan dan sikap prinsip
pribadi nilai agama yang menjadi nilai terapan orang tua maupun lingkungan
sekitarnya.
B. Saran
Metode penulisan penulis disesuaikan pada kebutuhan tugas pada mata
kuliah Psikologi Agama dan proses penguraian dan penjelasan berdasarkan
referensi buku dan kitab Al qura dan Hadits dan sedikit tambahan pemikiran
dari penulis.
Setiap manusia dekat pada kesalahan yang bersifat khilaf. Maka, penulis
mengharapkan sapaan dan teguran kepada Bapak dosen dalam menilai karya
ilmiah yang telah dibuat. Guna perbaikan karya tulis yang lebih baik dan
bermanfaat kedepannya.
Semoga bermanfaat dan bernilai lebih di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Aamien
16
DAFTAR PUSTAKA
 Kitab Al Quran dan Hadits
 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
 Abdul Aziz Ahyadi. 1995. PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM
PANCASILA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.
 Kautsar Muhammad al-Minawi. 2009. HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM.
Penerbit Satusta : Yogyakarta.
 Jalaluddin. 2005. PSIKOLOGI AGAMA. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta
 Subandi. 2013. PSIKOLOGI AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL. Pustaka
pelajar: Yogyakarta

More Related Content

Similar to Jiwa Keagamaan Anak Indonesia.pdf

HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...Indra Wijaya
 
9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdf
9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdf9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdf
9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdfAufaMRafi
 
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...Anis Ilahi
 
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaBimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaZuraHarahap20
 
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22STT Lintas Budaya
 
peran orang dalam keluarga kristen.pptx
peran orang dalam keluarga kristen.pptxperan orang dalam keluarga kristen.pptx
peran orang dalam keluarga kristen.pptxSeanJayeng
 
Materi kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karierMateri kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karierSun Ndary
 
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...RAFITA AL QORNY
 
Kemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptx
Kemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptxKemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptx
Kemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptxhanimusmantoro1
 
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1AnAyatilah Jakariah
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Muhammad Najamuddin Jeneponto
 
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptxSesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptxNurChasanah59
 

Similar to Jiwa Keagamaan Anak Indonesia.pdf (20)

Makalah sosiologi keluarga
Makalah sosiologi keluargaMakalah sosiologi keluarga
Makalah sosiologi keluarga
 
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA...
 
Tugas mandiri agama
Tugas mandiri agamaTugas mandiri agama
Tugas mandiri agama
 
9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdf
9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdf9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdf
9. Pendidikan Agama dan Pendekatan Psikologis.pdf
 
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...
 
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaBimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
 
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22
Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Remaja Menurut Amsal 22
 
Cek
CekCek
Cek
 
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINIPENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
 
peran orang dalam keluarga kristen.pptx
peran orang dalam keluarga kristen.pptxperan orang dalam keluarga kristen.pptx
peran orang dalam keluarga kristen.pptx
 
Materi kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karierMateri kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karier
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
 
Kemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptx
Kemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptxKemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptx
Kemandirian Dalam Belajar Otodidak.pptx
 
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
 
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
201510430311004 pgsd ii a an ayatilah 1
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
 
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptxSesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
Sesi 3-Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar (1).pptx
 
SKRIPSI
SKRIPSISKRIPSI
SKRIPSI
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 

More from Zukét Printing

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Recently uploaded

Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptxMateri Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptxEkaOktaviani24
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxEmmyKardianasari
 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxEmmyKardianasari
 
Uji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasi
Uji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasiUji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasi
Uji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasiHadisHasyimiMiftahul
 
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)ahmad0548
 
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdfTUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdfAbdulHalim854302
 
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbimilhamulqolbi81
 
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.pptPENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.pptaprilianto6
 

Recently uploaded (8)

Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptxMateri Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
 
Uji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasi
Uji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasiUji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasi
Uji triaxial pada material batuan beku sebagai penanda kekuatan pondasi
 
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
 
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdfTUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
 
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
 
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.pptPENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
 

Jiwa Keagamaan Anak Indonesia.pdf

  • 1. MAKALAH JIWA KEAGAMAAN ANAK INDONESIA Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah BAHASA INDONESIA Dosen pengampun : Bahruddin Zaini, M.Pd Disusun Oleh : Ahmad. Maulal Karomah (22.12.07.24.0729) PROGRAM STUDI EKONOMI SYA’RIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO 2022-2023
  • 2. i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................i BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2 C. Tujuan Masalah ................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3 A. Pengalaman Keagamaan Pada Anak.................................................. 3 B. Sifat Agama Pada Anak ..................................................................... 3 C. Teori Pertumbuhan Pada Anak .......................................................... 8 D. Kesadaran Beragama Pada Anak ...................................................... 9 BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15 A. Kesimpulan ..................................................................................... 15 B. Saran ................................................................................................ 15 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16
  • 3. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab.1 Harun Nasution menurut pengertian agama berdasarkan asal kata yaitu: al- Din, religi (relegere, religare), dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpukan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a=tidak; gam=pergi. mengarti arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-menurun. (Harun Nasution, 1974: 10)1 Dapat disimpulkan Psikologi agama adalah Ilmu yang mempelajari kehidupan beragama seseorang dalam ruang lingkup kesehariannya pada tingkahlaku dan sikapnya dalam merealisasikan ilmu keagamaannya. Setiap manusia akan berbeda dalam pengertian agama, namun akan tetap sama dalam permaknaannya (tafsir). Dalam hal peribadatan agama akan menunjukkan jalan kelurusan bagi manusia untuk sentiasa mengabdikan dirinya kepada Tuhannya.2 Berbeda dengan anak-anak. Masa perkembangan anak-anak menunjukkan alur kehidupan dalam membuka cakrawala ilmu agama yang menjadi logo tebal bagi si anak di kehidupan masa depan. Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas dalam uraian per bab mengenai perkembangan agama pada anak yang disertai contoh dan faktor perkembangannya. 1 Jalaluddin. 2005. PSIKOLOGI AGAMA. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hal. 7 2 QS. Adz-Dzariyat(51): 56
  • 4. 2 Sehingga akan dapat dipahami seberapa jauh pemahaman agama pada anak dan proses penerimaan agama pada anak dan menjadi bentuk kepribadian agama pada si anak. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengalaman keagamaan pada anak? 2. Bagaimana sifat agama pada anak? 3. Bagaimana teori pertumbuhan agama pada anak? 4. Bagaimana kesadaran beragama pada anak? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengalaman keagamaan pada anak 2. Untuk mengetahui sifat agama pada anak 3. Untuk mengetahui pertumbuhan agama pada anak 4. Untuk mengetahui kesadaran beragama pada anak
  • 5. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengalaman Ke-Tuhanan Pada Anak Cerita ke-Tuhanan saat seseorang masih kecil sangat beragam. Keberagaman atas banyaknya keinginan yang diinginkan anak-anak saat meminta kepada Tuhannya. Permintaan ini atas dasar keinginan anak bukan pada kebutuhan. Dalam hal ini, semisal, ia menginginkan permen, bola kaki, bisa sekolah. Maka sangat sedikit ditemukan seorang anak yang memohon kepada Tuhannya untuk bertemu dengan-Nya, menjadi kekasih-Nya, disejukkan hatinya walaupun dalam lingkungan kita pernah terdengar akan hal yang sama, namun perlu diperhatikan dengan seksama. Karena anak-anak tidak mengetahui bagaimana nilai Tuhan tersebut. Anak-anak mengetahui nilai Tuhan hanya dari segi pemuasan yang ia rasa butuh pada suatu keinginan kepada Tuhannya. Saat anak bermohon, maka akan cenderung pada emosional dan afektif. Rasa emosional ini terbentuk pada anak atas jalinan antara anak dengan orangtua. Jalinan yang terbentuk sebab kasih sayang dan bahagia mengarah pada proses identifikasi yaitu proses anak melihat dan menghayati setiap tingkah laku pada orangtuanya yang hampir secara keseluruhan tanpa disadari. Orangtua akan menjadi idola bagi si anak. Sehingga dalam praktek beribadah pun menjadi motivasi bagi si anak. B. Sifat Agama Pada Anak Pada umumnya anak-anak akan lebih menyukai suatu hal yang memotivasi, dalam arti sesuai dengan keinginannya. Namun dalam kaitan keinginan ini muncul dua kategori : 1. Berdasarkan ingin saja yang berlandaskan hawa nafsu; 2. Berdasarkan keinginan yang berada dalam pola aturan tetap anak. Pertanyaannya ialah apakah anak-anak tidak seperti remaja atau dewasa yang bisa memahami apa yang diinginkan?.
  • 6. 4 Semisal: “Di dapur rumah bibi Andi, Andi melihat kue donat. Andi pun tidak memakannya, dengan alasan “itu bukan milik saya. Milik bibi saya.” Sedangkan Andi anak sholeh dan rajin shalat.” Telaah secara tidak langsung mengartikan Andi memahami bahwa tidak sopannya mengambil makanan tanpa seizin bibinya walaupun setiap dari dapur, apalagi Andi yang masih anak-anak. Mengenai hal itu bisa diwajarkan. Kesadaran tersebut akar dari dalam diri.”Sifat”. Hakekat sifat berdasarkan KBBI ialah “tabiat (nomina)” atau dikenal dasar watak (dibawa sejak lahir). Perkembangan kebaikan yang menjadi salah satu ciri khas agama sang anak menjadikan anak lebih berkembang dan maju baik dalam segi jasmani maupun psikis. Sesuai dengan ciri khas yang mereka (anak-anak) pada umumnya miliki, maka sikap agama pada anak-anak mengikuti pola ideas concept on outhority. “Konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orangtua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Orangtua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki.”1 Dengan demikian, sikap keagamaan pada anak berdasarkan atas kebiasaan anak terhadap tingkah laku sebagai media pendidikan baik dari orang tua, guru maupun lingkungan. Bentuk dan sifat agama pada diri anak dibagi atas3 : a. Unreflective (Tidak Mendalam) Dalam Penelitian Machion tentang sejumlah konsep ke-Tuhanan pada diri anak, 73 % mereka menganggap Tuhan ini bersifat manusia. Dalam suatu sekolah bahkan ada siswa yang mengatakan bahwa Santa Klaus memotong jenggotnya untuk membuat bantal. Dengan demikian, anggapan mereka terhadap ajaran agama 3 Ibid,. Hal. 70-74
  • 7. 5 dapat saja mereka terima dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas denganketerangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian, pada beberapa anak memiliki ketajaman pikiran untuk menimbang pendapat yang mereka terima dari orang lain. Penelitian Praff mengemukakan dua contoh tentang hal itu : 1. Suatu peristiwa, seorang anak mendapat keterangan dari ayahnya bahwa Tuhan selalu mengabulkan permintaan hamba-Nya. Kebetulan, seorang anak lalu di depan sebuah toko mainan. Sang anak tertarik pada sebuah topi berbentuk kerucut. Sekembalinya ke rumah, ia langsung berdoa kepada Tuhan untuk apa yang dinginkannya itu. Karena hal itu diketahui oleh ibunya, maka ia ditegur. Ibunya berkata dalam berdo’a tidak boleh memaksakan Tuhan untuk mengabulkan barang yang yang diinginkannya itu. Mendengar hal tersebut anak tadi langsung mengemukakan pertanyaan, “mengapa”. 2. Seorang anak perempuan diberitahukan tentang do’a yang dapat menggerakkan sebuah gunung. Berdasarkan pengetahuan tersebut maka suatu kesempatan anak itu berdoa selama beberapa jam agar Tuhan memindahkan gunung-gunung yang ada di daerah Washington ke laut. Karena keinginannya tidak terwujud, maka semenjak itu ia tidak mau berdoa lagi. Dua contoh di atas menunjukkan anak itu sudah menunjukkan pemikiran yang kritis, walaupun bersifat sederhana. Menurut penelitian, pikiran kritis baru timbul pada umur 12 tahun sejalan dengan pertumbuhan moral. Di usia tersebut, bahkan anak kurang cerdas pun menunjukkan pemikiran yang korektif. Di sini menunjukkan bahwa anak meragukan kebenaran ajaran agama pada aspek- aspek yang bersifat konkret. b. Egosentris Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran akan diri itu mulai subur pada diri anak, maka akan tumbuh keraguan pada egonya. Semakin bertumbuh semakin
  • 8. 6 meningkat pula egoisnya. Sehubungan dengan keagamaannya anak akan semakin egois dalam pemahaman agamanya. Dalam diri anak akan menuntut pemahaman yang lebih dari pemahaman sewaktu ia kecil. Dalam hal ini, anak yang kurang kasih sayang dan mendapati tekanan, anak berego rendah dan akan mengganggu pertumbuhan keagamaannya. c. Anthromorphis Pada umumnya, konsep ketuhanan pada anak lebih kepada pemikiran yang lebih spesifik. Anak akan berpikir bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia. Pekerjaan Tuhan mencari dan menghukum orang yang berbuat jahat di saat orang itu berada dalam tempat yang gelap. Surga terletak di langit dan untuk tempatorang yang baik. Anak menganggap bahwa Tuhan dapat melihat segala perbuatannya langsung ke rumah-rumah mereka sebagai layaknya orang mengintai. Pada anak berusia 6 tahun, menurut penelitian Praff , pandangan anak tentang Tuhan adalah sebagai berikut : “Tuhan mempunyai wajah seperti manusia, telinganya lebar dan besar. Tuhan tidak makan dan hanya minum embun.” Subandi (2013) melaksanakan sebuah survey terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi UGM tentang pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan agama yang pernah muncul pada masa kekanak-kanakan mereka dulu. Seperti pada anak- anak yang beragama Kristen, anak-anak yang beragama Islam juga banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar agama, seperti terungkap di bawah ini1 : “Mengapa ada Tuhan ?” “Bagaimana bentuk Tuhan? Apakah bentuknya seperti awan-awan pada Power Ranger?” “Tuhan itu tinggal dimana?” “Apakah Tuhan itu laki-laki atau perempuan?” “Sebesar apakah Allah? Apa melebihi Ultraman?”
  • 9. 7 “Kenapa Tuhan setiap agama berbeda-beda?” “Mengapa harus shalat? Kenapa harus puasa?” “Mengapa saya menganut agama Islam?” “Mengapa hanya laki-laki saja yang disunat?” “Nabi Muhammad itu ganteng apa enggak?” “Apakah suatu saat setan dapat mengalahkan Tuhan? “Apakah Tuhan sebesar bulan?” “Bagaimana Tuhan menciptakan alam?” “Apakah Tuhan tidur? Apa juga makan? Apa Tuhan punya anak dan berapa anaknya? Apa Tuhan bisa mati?” “Tuhan itu sehari-harinya ngapain saja? d. Verbalis dan Ritualis Dari kenyataan yang kita alami ternyata, kehidupan beragama pada anak mula- mulanya tumbuh secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat- kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan tuntunan yang diajarkan kepada mereka. Sepintas lalu, kedua hal tersebut kurang ada hubungannya dengan perkembangan agama pada anak masa selanjutnya, tetapi penyelidikan hal itu berpengaruh pada keagamaan anak di masa dewasa. Bukti menunjukkan bahwa banyak para orang dewasa taat dan patuh kepada ajaran agamanya berdasarkan pengalaman mereka di masa anak-anak yang diajarkan nilai-nilai keagamaan. Sebaliknya, belajar agama di usia dewasa mengalami kesukaran. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat ritualis (praktik) merupakan hal yang berarti dan merupakan salah satu ciri dari tingkat perkembangan agama anak-anak.
  • 10. 8 e. Imitatif Pada umumnya, kehidupan keseharian anak-anak dalam tindakannya bersifat meniru. Anak-anak lebih cenderung meniru pada lingkungan sekitarnya. Baik disadari atau tidak, hal ini akan berpengaruh positif pada pendidikan keagamaan anak. Menurut penelitian Gillesphy dan Young terhadap sejumlah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi menunjukkan, bahwa anak yang tidak mendapat pendidikan agama dalam keluarga tidak akan dapat diharapkan menjadi pemilik kematangan agama yang kekal. Walaupun anak mendapat ajaran agama tidak semata-mata berdasarkan yang mereka peroleh sejak kecil, namun pendidikan keagamaan (religious paedagogis) sangat mempengaruhi terwujudnya tingkah laku keagamaan (religious behaviour) melalui sifat meniru itu. f. Rasa Heran Rasa heran dan kagum merupakan sifat dan tanda terakhir pada anak. Berbeda dengan rasa kagum pada orang dewasa, maka rasa kagum pada anak ini belum bersifat kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriyah saja. Hal ini merupakan langkah pertama dari pernyataan kebutuhan anak akan dorongan untuk mengenal sesuatu yang baru (new experience). Rasa kagum mereka dapat disalurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub. C. Teori Pertumbuhan Agama Pada Anak Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam tingkatan The Development of Religious on Children, ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu menjadi tiga tingkatan yaitu4 : 1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng) Tingkatan ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini konsep ke-Tuhanan lebih banyak oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat 4 Jalaluddin. 2005. PSIKOLOGI AGAMA. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hal. 66-67
  • 11. 9 perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi, hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.. 2. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan) Tingkat ini dimulai sejak anak mulai masuk Sekolah Dasar hingga ke (masa usia) adolesense.Pada masa ini, ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep- konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini ide keagamaan anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal itu, maka pada masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orag dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak (amal) keagamaan mereka ikuti dan pelajari dengan penuh nikmat. 3. The Individual Stage (Tingkat Individu) Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistis ini terbagi atas tiga golongan yaitu : a. Konsep ke-Tuhanan yang konvesional dna konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh luar. b. Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal (perorangan) c. Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor intern , yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa pengaruh luar yang dialaminya. D. Kesadaran Beragama Pada Anak Sadar; dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah “insaf; merasa; tahu dan mengerti”. Setiap kesadaran yang jatuh pada seseorang akan membawa
  • 12. 10 kebutuhan jiwa dan fisik. Dapat kita pahami, “sewaktu kita lapar, maka kita membutuhkan makanan dan minuman. Sewaktu kita capek atau letih, maka yang kita butuhkan ialah istirahat. Saat badan terasa pegal atau demam, maka upaya yang kita lakukan ialah urut badan atau minum minuman herbal atau berobat ke dokter, dan sebagainya.” Kesadaran ini sangat umum kita temukan, terlebih kepada anak- anak kita. Tapi, tidak banyak kita temukan yaitu kesadaran anak dalam hal kejiwaannya.1 Melihat perilaku keseharian anak-anak, terutama di Indonesia. Anak-anak cenderung kepada kasih sayang ibu. Sedangkan ayah adalah bagian kedua bagi anak. Tapi, ini masih diperdebatkan, dikarenakan semua tergantung pada situasi dan kondisi. Bilamana sang ibu telah tiada, maka peran ayah menjadi bagian keibuan serta penafkah bagi anak. “Pada waktu lahir, anak belum beragama. Ia baru memiliki potensi untuk berkembang menjadi manusia beragama. Bayi belum mempunyai kesadaran beragama, tetapi telah memiliki potensial kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan ber- Tuhan. Isi, warna, dan corak perkembangan kesadaran beragama anak sangat dipengaruhi oleh keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan orangtuanya. Keadaan jiwa orangtua sudah berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak sejak janin di dalam kandungan. Selaras dengan perkembangan kepribadian, kesadaran beragama seseorang juga menunjukkan adanya kontinuitas atau berlanjut dan tidak pernah terputus-putus.5 Hal ini bisa kita amati dalam sikap keseharian anak-anak dalam membentuk jiwa keagamaannya atau nilai spiritualitasnya. Sadar atau tidak sadar, anak-anak akan cenderung mencontoh kepada apa yang ia anggap itu menyenangkan daripada berpikir secara logis atau rasional dan kritis. Anak-anak cenderung pada sifat kemudahan. Sedangkan kemudahan bisa diartikan sebagai “pengabaian” dalam konteks anak. Inilah yang menjadi alasan kuat kecendrungan kejiwaan anak tergantung pada orangtuanya. 5 Abdul Aziz Ahyadi. 1995. PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM PANCASILA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Hal. 40
  • 13. 11 Dalam pembahasan ini dapat kita hubungkan pada sabda Rasulullah SAW. : ‫يمجسانه‬ ‫أو‬ ‫ينصرانه‬ ‫أو‬ ‫دانه‬ ‫يهو‬ ‫فأبواه‬ ‫الفطرة‬ ‫علي‬ ‫يولد‬ ‫مولود‬ ‫كل‬ “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci, kemudian kedua orangtua yang menjadikannya Yahudi, Nashari, atau Majusi.”1 Sehingga, orangtua yang lingkungannya gelap akan gelap pada anak, maka terang adalah kebaikan bagi anak. Namun, seiring waktu berjalan, maka kesadaran anak akan muncul bersamaan dengan pola pikir yang berubah dari waktu ke waktu. Dulu yang terbiasa makan disuapi ibu, maka anak akan mencoba makan dengan sendiri, dulu membaca buku sebelum tidur, maka sekarang anak mencoba belajar untuk membaca dengan sendiri tanpa memerlukan bantuan ibu. Pola pikir ini akan mengubah anak juga kepada perilaku yang lebih dari sebelumnya. Pola pikir ini ialah kesadaran dalam pengertian pengaruh lingkungan sebagai sumber kedua dari kesadaran jiwa anak(hati) sebagai sumber utama. Jalaluddin menyebutkan bahwa perkembangan kesadaran agama pada anak terdiri dari beberapa fase dan setiap fase secara umum memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya6 : a. Pengalaman Ke-Tuhanan Yang Lebih Bersifat Afektif, Emosional dan Egosentris Pengalaman ke-Tuhanan dipelajari oleh anak melalui hubungan emosional secara otomatis antara anak dan orangtua. Hubungan emosional ini dapat berupa kasih sayang dan kemesraan antara orangtua dan anak yang akan menimbulkan orises identifikasi yaitu proses penghayatan dan peniruan secara tidak sepenuhnya disadari oleh anak terhadap sikap dan perilaku orangtua. Orangtua merupakan tokoh idola bagi si anak, sehingga apapun yang diperbuat oleh orangtua akan ia ikuti. Si anak menghayati Tuhan lebih sebagai pemuas keinginan dan hayalan yang bersifat egosentris. Pusat segala sesuatu bagi si anak adalah dirinya sendiri, kepentingan, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan dorongan biologisnya. Jika 6 Abdul Aziz Ahyadi. 1995. PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM PANCASILA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Hal. 40-43
  • 14. 12 disuruh berdo’a makan si anak akan memohon kepada Tuhan agar diberi mainan, permen, kue, mercon, dan sebagainya. Oleh karena itu penanaman kesadaran beragama kepada si anak yang berhubungan dengan pengalaman ke-Tuhanan hendaknya menekankan pada pemuasan kebutuhan afektif. Usahakanlah agar si anak dapat menghayati dan merasakan bahwa Tuhan itu adalah pemberi kue, mainan, dan berbagai kenikmatan lainnya. Tuhan adalah Maha Pengasih, Penyayang, Pelindung, Pemberi Rasa aman dan tentram serta pemuas kebutuhan alam perasaan lainnya, Untuk itu orangtua harus bersikap pengasih, penyayang, pelindung, dan pemuas kebutuhan emosional lainnya. b. Keimanannya Bersifat Magis dan Anthropomorphis Yang Berkembang Menuju Ke Fase Realistik Keimanan si anak kepada Tuhan belum merupakan suatu keyakinan sebagai hasil pemikiran yang objektif, akan tetapi lebih merupakan bagian dari kehidupan alam perasaan yang berhubungan dengan kebutuhan jiwanya akan kasih sayang, rasa aman, dan kenikmatan jasmaniah.Walaupun anak sekitar delapan tahun sikap anak makin tertuju ke dunia luar, namun hubungan anak dengan Tuhan masih lebih merupakan hubungan emosional antara kebutuhan pribadinya dengan sesuatu yang gaib dan dibayangkan secara konkret. Tuhan dihayati secara konkret sebagai pelindung bagi si anak. Kadang-kadang si anak mempercayai kemampuan orang yang dikeramatkan untuk mendapatkan benda magis dari Tuhan yang digunakan sebagai penangkal bahaya, pelindung diri dan pekasih. Ia ingin memiliki semacam tongkat Nabi Musa atau cincin Nabi Sulaiman untuk digunakan sebagai alat bagi pemenuhan pemuasan kebutuhan dan keinginannya yang bersifat egisentris, konkret dan segera. Ia menginginkan kekuatan dan keistimewaan itu tanpa usaha yang ulet dan tabah. Ajaran orangtua dan gurunya tentang keimanan belum betul-betul dihayati dan belum merupakan bagian pusat pemikirannya. Penerimaan akan adanya Tuhan dapat menenangkan jiwanya dan menimbulkan kesiapan untuk menghadapi tantangan dari lingkungan. Dengan bertambahnya umur, pemikiran yang bersifat tradisional konkret beralih pada nilai wujud atau eksistensi hasil pengamatan, Pemikiran tentang Tuhan
  • 15. 13 semakin menuju kepada kebenaran yang diajarkan oleh para pendidiknya. Pengamatan kepada Tuhan tadinya yang bersifat konkret emosional berubah menuju tanggapan kepada Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara. Hubungan dengan Tuhan sedikit demi sedikit mulai disertai pemikiran dan logika. Tuhan bukan hanya pencipta dirinya, tetapi Tuhan adalah pencipta alam semesta yang melimpahkan rahmat-Nya bagi seluruh makhluk. Rahmat Tuhan yang diberikan kepadanya hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari kasih sayang Tuhan yang terbatas. Dengan kepercayaan adanya rahmat Tuhan, si anak mampu mengadakan hubungan yang harmonis dengan dunia luar.Ia benar-benar beriman bahwa Tuhan yang menciptakan alam mulai menarik perhatiannya. Kepercayaan pada hantu, azimat, benda keramat yang memiliki kekuatan gaib adalah sejalan dengan fungsi kognitifnya yang mempersepsikan segala sesuatu sebagai bernyawa dan dinamis. Pada orang primitif dikenal adanya animisme dan dinamisme yang mempercayai bahwa batu, gunung, pepohonan, topan, petir, patung dan tempat angker mempunyai kekuatan spiritual dan bernyawa. Mereka memberikan sesajen agar jangan dimarahi dan mudah untuk meminta pertolongan. Pengamatan yang bersifat physiognomis dengan menganggap segala sesuatu mempunyai kehidupan spiritual dilanjutkan dengan personifikasi itu dapat membawa si anak pada tanggapan yang bersifat anthropomorphis terhadap Tuhan. Tuhan diberi ciri-ciri dan sifat-sifat manusia. Tuhan dianggap memiliki istri, beranak, bertelinga, dan bermata sebagaimana manusia memiliki sifat dan ciri-ciri tersebut. Adanya peragaan konkret tentang Tuhan sejalan dengan pemikiran yang belum mampu berpikir abstrak. Kalau dikatakan bahwa Tuhan adalah Maha Melihat si anak membayangkan betapa besarnya mata Tuhan. Baru setelah anak berpikir secara abstrak dan logik, ia akan memahami bahwa Tuhan itu tidak dapat ditangkap dengan pancaindera dan tidak mungkin dibayangkan oleh khayalan pikiran. c. Peribadatan Anak Masih Merupakan Tiruan dan Kebiasaan Yang Kurang Dihayati Pada umur 6-12 tahun perhatian anak yang tadinya lebih tertuju kepada dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai tertuju pada dunia luar terutama
  • 16. 14 perilaku orang-orang di sekitarnya. Ia berusaha untuk menjadi makhluk sosial dan mematuhi aturan-aturan, tata krama, sopan santun, dan tata cara bertingkah laku yang sesuai dengan lingkungan rumah dan sekolahnya. Pada usia 12 tahun pertama merupakan tahun-tahun sosialisasi, disiplin dan tumbuhnya kesadaran moral. Dengan adanya kesadaran bermoral dan disiplin, perhatian anak pada kehidupan keagamaan semakin bertambah kuat. Surga, neraka dan kehidupan akhirat tidak lagi hanya merupakan khayalan, akan tetapi keharusan moral yang dibutuhkan guna mengekangdiri dari perbuatan salah dan mendorong untuk mengerjakan kebaikan dan kebenaran. Tuhan bukan hanya sebagai pemberi kepuasan emosional, tetapi juga Hakim Yang Maha Adil sebagai keharusan dalam kehidupan bermoral. Tuhan akan selalu mengawasi dan mengetahui segala sikap dan perilakunya serta akan memberikan pertolongan dan ganjaran apabila ia berbuat kebaikan. Kegiatan ibadah seperti : shalat, puasa, dan berdoa yang pada mulanya hanya mneiru tingkah laku orangtua atau karena diperintahkan kepadanya, lambat laun semakin dihayati dan dilaksanakan dengan kesungguhan . Ia betul-betul mencari keridhaan Allah dan memohon pertolongan-Nya dalam menghadapi berbagai kesukaran yang timbul dari dalam dirinya sendiri atau dari lingkungan. Peningkatan rasa ke-Tuhanan dalam hubungan emosional yang diperkuat dengan ikatan moral akan dapat menumbuhkan penilaian, bahwa kebaikan tertinggi adalah mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Sedangkankejahatan terbesar adalah durhaka kepada Allah dan mendustai agama. Akhirnya si anak berusaha menyesuaikan dirinya dengan ajaran dan kehendak Tuhan.
  • 17. 15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Psikologi umum secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Psikologi agama adalah Ilmu yang mempelajari kehidupan beragama seseorang dalam ruang lingkup kesehariannya pada tingkahlaku dan sikapnya dalam merealisasikan ilmu keagamaannya. Kehidupan keagamaan anak pada penggambaran Tuhan lebih bersifat afektif dan konkret disebabkan keinginan yang menjadi faktor utama dibalik kebutuhan secara sadar. Dalam proses pendekatan-penanaman nilai keagamaan pada anak dalam kehidupan kesehariannya dapat dilalui melalui penyontohan dan sikap prinsip pribadi nilai agama yang menjadi nilai terapan orang tua maupun lingkungan sekitarnya. B. Saran Metode penulisan penulis disesuaikan pada kebutuhan tugas pada mata kuliah Psikologi Agama dan proses penguraian dan penjelasan berdasarkan referensi buku dan kitab Al qura dan Hadits dan sedikit tambahan pemikiran dari penulis. Setiap manusia dekat pada kesalahan yang bersifat khilaf. Maka, penulis mengharapkan sapaan dan teguran kepada Bapak dosen dalam menilai karya ilmiah yang telah dibuat. Guna perbaikan karya tulis yang lebih baik dan bermanfaat kedepannya. Semoga bermanfaat dan bernilai lebih di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamien
  • 18. 16 DAFTAR PUSTAKA  Kitab Al Quran dan Hadits  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  Abdul Aziz Ahyadi. 1995. PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM PANCASILA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.  Kautsar Muhammad al-Minawi. 2009. HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM. Penerbit Satusta : Yogyakarta.  Jalaluddin. 2005. PSIKOLOGI AGAMA. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta  Subandi. 2013. PSIKOLOGI AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL. Pustaka pelajar: Yogyakarta