1. هللا ورحمة عليكن م السال
ته وبركا
Pendidikan Agama
dan
Pendekatan Psikologis
2. 1.TIMBULNYA JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK
Manusia dilahirkan dalam
keadaan lemah, fisik maupun
psikis,walaupun dalam keadaan
yang demikian ia telah memiliki
kemampuan bawaan yang
tersembunyi. Potensi bawaan ini
memerlukan pengembangan
melalui bimbingan dan
pendidikan yang baik sejak usia
dini.
3. Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak
menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan
prinsip yang dimilikinya, yaitu:
Prinsip biologis
Secara fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah.
Dalam gejala gerak dan tindakan tanduknya ia selalu
memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa
disekelilingnya. Dengan kata lain, ia belum dapat
berdirisendiri karena manusia bukanlah merupakan
makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara
sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
Prinsip Tanpa Daya
Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan
psikisnya maka anak yang baru dilahirkan hingga menginjak
usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang
tuanya. Ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurus
dirinya sendiri.
4. Prinsip Eksplorasi
Kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi
manusia yang dibawanya sejak lahir baik jasmani maupun
rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan
latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika
dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun
baru akan menjadi baik daqn berfungsi kematangan dan
pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada
pengeksplorasian perkembangannya.
5. 2. PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK
Fitrah beragama dalam diri setiap anak
merupakan naluri yang menggerakkan
hatinya untuk melakukan perbuatan “suci”
yang diilhami Allah swt . Fitrah manusia
mempunyai sifat suci, yang dengan
nalurinya tersebut ia secara terbuka
menerima kehadiran Allah swt. Hal itu
sebagaimana dijelaskan dal al-Qur’an.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(Q.S. Ar-Rum:30)
6. Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid.
secara naluri anak manusia memiliki kesiapan untuk mengenal dan meyakini
adanya Tuhan. Dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan terhadap
Allah swt sebenarnya telah tertanam secara kokoh dalam fitrah manusia.
Namun perbaduan dengan jasad telah membuat berbagai kesibukan manusia
untuk memenuhi berbagi tuntutan dan berbagai godaan serta tipu daya
duniawi yang lain telah membuat pengetahuan dan pengakuan tersebut
kadang-kadang terlengahkan, bahkan ada yang berbalik mengabaikan.
Pada dasarnya fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun
kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuh,
pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.
7. faktor-faktor yang dominan dalam perkembangan jiwa
keagamaan pada anak , antara lain :
a. Rasa Ketergantungan
Teori ini dikemukakan oleh Thomas
melalui teori faur Wishes. Menurutnya
manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki
empat keinginan yaitu : keinginan untuk
perlindungan, keinginan akan pengalaman
baru, keinginan untuk mendapat tanggapan,
keinginan untuk dikenal. Berdasarkan
kenyataan dan kerjasama dari keempat
keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan
hidup dalam ketergantungan. Melalui
pengalaman-pengalaman yang diterimanya
dari lingkungan itu kemudian terbentuklah
rasa keagamaan pada diri anak.
8. b. Instink Keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah
memiliki beberapa instink di antaranya instink
keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri
anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang
kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna.
Pada dasarnya potensi keberagaman bagi seorang anak
sudah ada semenjak lahir kedunia, ia mempunyai potensi
untuk beriman kepada Tuhan. Hanya saja persoalan dalam
pengembangan serta pemeliharaan potensi (rasa religious)
yang ada pada diri anak, sehingga peran orang tua disini
sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan
keberagaman anak.
Pada umumnya anak sebelum usia 4 tahun, mereka masih
belum menyadari tentang agama. Tuhan bagi anak masih
dalam fantasi atau gambaran disamakan dengan makhluk
lain. Oleh karena itu pengembangan perasaan potensi
Ketuhanan anak dapat dimulai sejak sedini mungkin
melalui tanggapan, dan bahasa anak.
9. Melalui penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-
anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1. The Fairy Tale Stage
(tingkat dongeng)
Tingkatan ini dimulai pada anak
berusia 3-6 tahun. Pada
tingkatan ini konsep mengenai
Tuhan lebih banyak dipengaruhi
oleh fantasi dan emosi. Pada
tingkat perkembangan ini anak
menghayati konsep ke-Tuhanan
sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya.
2.The Ralistic Stage (tingkat
kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk
Sekolah Dasar. Pada masa ini, ide
ketuhanan anak sudah mencerminkan
konsep-konsep yang berdasarkan
kepada kenyataan (realis). Pada masa
ini ide keagamaan pada anak
didasarkan atas dorongan emosional,
hingga mereka dapat melahirkan
konsep Tuhan yang formalis.
Berdasarkan hal itu maka pada masa
ini anak tertarik dan senang pada
lembaga keagamaan yang mereka
lihat dikelola oleh orang dewasa
dalam lingkungan mereka.
10. Lanjutan……..
3. The Ralistic Stage (tingkat
kenyataan)
Pada tingkat ini anak telah
memiliki kepekaan emosi yang
paling tinggi sejalan dengan
perkembangan usia mereka.
Konsep keagamaan yang
individualistis ini terbagi atas
tiga golongan, yaitu:
Konsep ketuhanan yang konvensional
dan konservatif dengan dipengaruhi
sebagian kecil fantasi. Hal tersebut
disebabkan oleh pengaruh luar.
Konsep ketuhanan yang lebih murni
yang dinyatakan dalam pandangan yang
bersifat personal (perorangan).
Konsep ketuhanan yang bersifat
humanistik. Agama telah menjadi etos
humanis pada diri mereka dalam
menghayati ajaran agama. Perubahan ini
setiap tingkatan dipengaruhi oleh factor
entern yaitu perkembangan usia dan
factor ekstern berupa pengaruh luar yang
dialaminya.
11. Faktor Pembentuk Jiwa Keagamaan pada Anak
a. Faktor intern (bawaan)
Di masyarakat yang masih primitif muncul kepercayaan terhadap
roh-roh gaib yang dapat memberikan kebaikan atau bahkan
malapetaka. Agar roh-roh itu tidak berperilaku jahat, maka mereka
berusaha untuk mendekatinya melalui saji-sajian (bahasa sunda =
sasajen ) yang di persembahkan kepada roh roh tersebut. Bahkan di
kalangan modern pun masih ada yang mempunyai kepercayaan
kepad hal-hal yang sifatnya tahayul tersebut. Kenyataan di atas
membuktikan bahwa manusia itu memiliki fitrah untuk
mempercayai suatu zat yang mempunyai kekuatan baik memberikan
sesuatu yang bermanfaat maupun yang madharat.
Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang berjalan
secara alamiah (seperti contoh-contoh diatas) dan ada juga yang
mendapatkan bimbingan dari para rasul Allah SWT.
12. b. Faktor lingkungan (external)
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak oleh
karena itu kedudukan keluarga dalam
pengembangan kepribadian anak
sangatlah dominan.
Dalam keluarga hendaknya peran orang
tua sangat penting.ada beberapa hal yang
perlu menjadi kepedulian (perhatian)
orang tua sebagai berikut:
1. Menjadi sosok yang patut di
tiru,karena pada masa anak anak ini
mereka akan mengidentifikasi sosok yang
mereka kenal.
2. Mebveri perlakuan yang
baik,sekalipun si anak melakukan
kesalahan.
3. Orang tua hendaknya membimbing,
mengajarkan atau melatih ajaran agama
terhadap anak.
Lanjutan……
13. 2. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang mempunyai progam yang
sitematik yang melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan
kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan yang di
harapkan. Menurut hurlock (1959 :561) pengaruh sekolah terhadap
perkembangan kepribadian anak snagat besar, karena sekolah
meruapakan subtitusi dari keluarga dan guru-guru subtitusi dari
orang tua.
Dalam kaitannya dengan proses pengambanagan keagamaanpara
siswa, maka sekolah berperan penting dalam mengembangkan
wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau
akhlak melalui pelajaran agama.
Lanjutan……
14. 3. Lingkungan Masyarakat
Yang di magsud lingkungan masyarakat di sisni
adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan
sosiokultural yang secara potensial
berpengaruh terhadap terhadap perkembangan
fitrah beragama atau kesadaran beragama
individu.
Di dalam masyarakat, individu akan
melakukan interaksi sisial dengan teman
sebayanya atau anggota masyarakat lainya.
Menurut Hurlock (1959: 436) mengemukakan
bahwa “standar atau aturan gang (kelompok
bermain) memberikan pengaruh kepada
pandangan moral dan tingkah laku para
anggotanya” Corak perilaku anak merupakan
cermin dari corak atau perilaku masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu di sini dapat di
kemukakan bahwa kualitas perkembangan
kesadaran beragama bagi anak sanagt
bergantung pada kulaitas perilaku atau pribadi
orang dewasa atau warga masyarakat.
Lanjutan……
15. Berkaitan dengan masalah ini, Imam
Bawani membagi fase perkembangan
agama pada masa anak menjadi empat
bagian, yaitu:
a. Fase dalam kandungan
a. Fase bayi
b. Fase kanak- kanak
c. Masa anak sekolah
16. 3. SIFAT-SIFAT AGAMA PADA ANAK
a. Unreflective (kurang mendalam)
Kebenaran yang mereka terima
tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya
saja. Dan mereka merasa puas dengan
keterangan yang kadang- kadang kurang
masuk akal. Menurut penelitian, pikiran
kritis baru muncul pada anak berusia 12
tahun, sejala
b. Egosentris
Sifat egosentris ini berdasarkan hasil
ppenelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia
3 – 7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak
tidak mempunyai arti seperti orang dewasa.
Pada usia 7 – 9 tahun, doa secara khusus
dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik
tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9
– 12 tahun ide tentang doa sebagai komunikasi antara
anak dengan Ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah
isi doa beralih dari keinginan egosentris menuju
masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat
etis.
17. c. Anthromorphis
Konsep mengenai Ketuhanan pada
anakberasal dari hasil pengalamanya dika ia
berhubungan dengan orang lain. Tapi semua
kenyataan konsep Ketuhanan mereka nampak
jelas menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan.
d. Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak sebagian
besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka
menghafal secara verbal kalimat- kalimat
keagamaan dan mengerjakan amaliah yang
mereka laksanakan berdasarkan pengalaman
mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada
mereka. Shalat dan doa yang menarik bagi mereka
adalah yang mengandung gerak dan biasa
dilakukan (tidak asing baginya).
Lanjutan…..
18. e. Imitatif
Tindak keagamaan yang
dilakukan oleh anak pada dasarnya
diperoleh dengan meniru. Dalam hal ini
orang tua memegang peranan penting.
Pendidikan sikap religius anak pada
dasarnya tidak berbentuk pengajaran,
akan tetapi berupa teladan.
f. Rasa heran
Rasa heran dan kagum
merupakan tanda dan sifat keagamaan
yang terakhir pada anak. Dan rasa kagum
pada anak berbeda dengan rasa kagum
pada orang tua, rasa kagum pada anak
tidak bersifat kritis dan kreatif. Mereka
hanya kagum terhadap keindahan
lahiriyah saja. Rasa kagum mereka dapat
disalurkan melalui cerita-cerita yang
menimbulkan rasa takjub.
19. 4. pendekatan dalam membina Jiwa
Agama pada Anak
Dalam pembinaan agama pada diri
pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan
dan latihan-latihan yang cocok dan yang
sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Karena pembiasaan dan latihan-latihan
tersebut akan membentuk sikap tertentu pada
anak, yang lambat laun sikap itu akan
bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak
tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi
bagian dari pribadinya.
Untuk membina agar anak-anak mempunyai sifat
terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan saja, akan tetapi
perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang
diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu, dan
menjauhi sifat-sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah
yang membuat anak cenderung melakukan perbuatan yang
baik dan meninggalkan yang kurang baik.
20. Demikian pula dengan pendidikan
agama, semakin kecil umur anak, hendaknya
semakin banyak latihan dan pembiasaan
agama yang dilakukan pada anak, dan
semakin bertambah umur anak, hendaknya
semakin bertambah pula penjelasan dan
pengertian tentang agama itu sesuai dengan
perkembangan yang dijelaskannya.
Pembentukan sikap, pembinaan
moral dan pribadi pada umumnya, terjadi
melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau
pembina yang pertama adalah orang tua,
kemudian guru. Sikap anak terhadap agama
dibentuk pertama kali di rumah melalui
pengalaman yang didapat dari orang tuanya,
kemudian dissempurnakan dan diperbaiki
oleh guru disekolah maupun ditempat
pengajian seperti masjid, mushola, TPQ dan
madrasah diniyyah.
Lanjutan…
21. Lanjutan….
Latihan- latihan yang menyangkut
ibadah seperti sembahyang, do’a, membaca al-
Qur’an, sopan santun, dan lain sebagainya,
semua itu harus dibiasakan sejak kecil,
sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa
senang dan terbiasa dengan aktifitas tersebut
tanpa ada rasa terbebani sedikitpun.
Pembinaan yang baik pada anak
adalah membiasakan untuk melakukan
kegiatan keagamaaan atau dibiasakan dalam
suasana keagamaan, yang sudah barang tentu
kesemuanya diiringi dengan contoh atau
teladan yang baik. Kemudian pada tingkat
berikutnya anak baru diberikan pengertian
tentang ajaran atau norma-norma keagamaan
untuk dapat dipatuhi secara baik.