Teks tersebut membahas tentang definisi dan penjelasan mengenai sifat tamak. Sifat tamak dijelaskan sebagai cinta yang berlebihan terhadap dunia tanpa memperhatikan batasan halal dan haram, sehingga dapat menyebabkan lupa akan tujuan hidup dan kewajiban kepada Allah. Orang tamak akan merasa tidak pernah cukup dengan apa yang dimiliki saat ini dan selalu ingin memiliki lebih banyak lagi tanpa menikmati n
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
Tamak
1. Jangan Tamak
DALAM diri manusia ada sifat baik dan buruk. Sifat baik dipacu rasa keimanan,
ketakwaan dan kemanusiaan, manakala sifat buruk didorong nafsu buruk, sifat
kebinatangan, kejahilan dan ingkar perintah.
Sifat baik dan buruk saling bertentangan mempengaruhi antara satu sama lain untuk
lebih menguasai corak kehidupan seseorang. Jika iman dan takwa lebih berkuasa, maka
aman hidup seseorang daripada pengaruh sifat buruk yang didalangi syaitan.
Sifat tamak adalah salah satu sifat buruk, yang wujud secara bersama dengan sifat
buruk lain seperti angkuh, cintakan dunia, kedekut, pecah amanah dan iri hati. Ia
berlawanan dengan sifat bersyukur, ikhlas, pemurah, rendah diri dan jujur.
Orang tamak meletakkan usaha mencari habuan dunia mengatasi mencari bekalan
untuk hari akhirat. Bahkan, individu berkenaan sanggup melakukan apa saja asalkan
matlamatnya tercapai, biarpun perbuatan itu bertentangan dengan syariat.
2. Tidak dinafikan harta dan kedudukan adalah keperluan hidup. Keteguhan, kestabilan
dan taraf hidup seseorang lazimnya diukur berdasarkan sebanyak mana harta yang
dimiliki dan kedudukan darjat dalam masyarakat. Keharmonian, kerukunan dan
kebahagiaan sesebuah rumah tangga juga banyak dipengaruhi harta.
Justeru, Islam menggalakkan umatnya mencari harta dan kedudukan yang baik dalam
masyarakat. Sekiranya usaha itu dilakukan dengan ikhlas menepati tuntutan syariat,
maka ia juga termasuk dalam kategori ibadah. Individu yang melakukan amanah itu
beroleh keuntungan di dunia dan akhirat sekali gus.
Sebaliknya, sikap tamak meletakkan urusan mencari kekayaan dan kedudukan dengan
jalan keterlaluan dan terdorong melakukan perbuatan salah. Orang tamak sentiasa tidak
puas dan cukup apa dimiliki. Sikap terlalu cintakan kebendaan dan kemewahan
mendorong perasaan untuk memiliki semua apa yang ada di dunia ini.
Orang tamak sentiasa lapar dan dahaga kehidupan dunia. Makin banyak yang diperoleh
dan menjadi miliknya, semakin rasa lapar dan dahaga untuk mendapatkan lebih banyak
lagi. Jadi, mereka sebenarnya tidak dapat menikmati kebaikan daripada apa yang
dimiliki, sebaliknya menjadi satu bebanan hidup.
Lanjutan itu, kehidupan seharian hanya ditumpukan untuk terus mendapat apa yang
diingini. Orang tamak lupa tujuan sebenar amanah hidup di dunia ini. Mereka tidak
peduli hal lain, melainkan mengisi segenap ruang memuaskan nafsu tamak.
Sesungguhnya Allah mencipta manusia sebagai khalifah untuk melaksanakan
tanggungjawab sebagai hamba-Nya. Firman Allah yang bermaksud: “Tidak Aku
jadikan jin dan manusia kecuali supaya mengabdikan diri kepada-Ku.” (Surah adz-
Dzariyat, ayat 56).
Ironinya, orang tamak tidak pernah berasakan dirinya sebagai hamba-Nya. Sebaliknya,
mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan
seluruh usaha dan minda untuk mengejar bayang kemewahan dunia.
Sebab itu, orang tamak biasanya takutkan mati. Mereka cintakan dunia dan sentiasa
mengejar kemewahan hidup. Kematian hanya akan menyebabkan apa yang dimiliki
terpaksa ditinggalkan menjadi habuan orang yang masih hidup.
Jadi, biarpun diketahui hari kiamat (kematian) semakin hampir, mereka yang tamak
masih berusaha menambahkan apa yang diingini. Ketika itulah antara masa paling
dinantikan syaitan untuk terus menyesatkan manusia dan meninggal dalam keadaan
tidak beriman.
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: “Hari kiamat telah hampir dan manusia
masih lagi bertambah tamak kepada dunia dan bertambah jauh daripada
Allah.” (Hadis riwayat Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).
3. Sebenarnya orang tamak selalu rugi. Sifat tidak bersyukur dan tidak puas dengan apa
diperoleh, menyebabkan hidup makin tekanan. Perasaan tidak puas atau tidak cukup
dengan apa yang dimiliki adalah satu penyakit jiwa yang boleh menyebabkan seseorang
hilang kawalan hidup.
Bidalan Melayu menyamakan sifat orang tamak seperti anjing dengan bayang-bayang,
melepaskan seketul tulang di mulutnya kerana inginkan tulang yang lebih besar.
Sedangkan, tulang besar itu hanyalah bayang-bayang di dalam air, tulang yang sedang
digigitnya sendiri.
Sesungguhnya harta itu ialah amanah Allah kepada seseorang. Harta hendaklah dicari
dengan cara yang halal dan kemudian dibelanjakan pula ke jalan kebaikan. Orang yang
memiliki harta menunjukkan rasa bersyukur dengan cara mengeluarkan zakat dan
bersedekah.
Tamak lahir daripada sikap tidak bersyukur. Orang tamak ingin memperoleh lebih
daripada itu dan melakukan apa saja tanpa memikirkan akibatnya.
Individu beriman tidak mudah menerima bulat-bulat tawaran kemewahan hidup,
melainkan melalui cara yang dipastikan halal. Sikap mengikut hawa nafsu membawa
kepada kebinasaan. Nafsu dikuasai syaitan tidak mungkin mendatangkan kebaikan.
4. Definisi Tamak & Penjelasannya
Tanbihun – Dalam diri manusia terdapat 2 sifat, yaitu: baik dan buruk. Sifat yang baik dilandaskan atas
dasar rasa keimanan, ketakwaan dan kemanusiaan, manakala sifat buruk selalu didorong nafsu, seperti:
sifat kebinatangan, kejahilan dan ingkar akan perintah Allah. Kedua sifat ini saling bertentangan antara
satu sama lain. Jika iman dan takwa lebih berkuasa, maka hidup seseorang akan aman daripada pengaruh
sifat buruk yang didalangi syaitan. Diantara sifat buruk yang kita kenal adalah tamak, yaitu sifat yang
berlawanan dengan Qanaah (menerima dengan lapang dada).
Secara bahasa tamak berarti rakus hatinya. Sedang menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta)
terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar[1].
Dari definisi diatas bisa kita fahami, bahwa tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat
kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini dijelaskan oleh Syeikh Ahmad
Rifai sebagai sebab timbulnya rasa dengki, hasud, permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar lainnya,
yang kemudian pada penghujungnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah SWT, kehidupan akhirat
serta menjauhi kewajiban agama.
Sifat rakus terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi hina, sifat ini digambarkan oleh beliau seperti
orang yang haus yang hendak minum air laut, semakin banyak ia meminum air laut, semakin bertambah
rasa dahaganya. Maksudnya, bertambahnya harta tidak akan menghasilkan kepuasan hidup karena
keberhasilan dalam mengumpulkan harta akan menimbulkan harapan untuk mendapatkan harta benda baru
yang lebih banyak.[2] Orang yang tamak senantiasa lapar dan dahaga kehidupan dunia. Makin banyak
5. yang diperoleh dan menjadi miliknya, semakin rasa lapar dan dahaga untuk mendapatkan lebih banyak
lagi. Jadi, mereka sebenarnya tidak dapat menikmati kebaikan dari apa yang dimiliki, tetapi sebaliknya
menjadi satu bebanan hidup.
Selanjutnya, kehidupannya hanya disibukkan untuk terus mendapat apa yang diinginkannya, karena orang
tamak lupa tujuan sebenarnya amanah hidup di dunia ini. Mereka tidak peduli hal lain, melainkan mengisi
segenap ruang untuk memuaskan nafsu tamaknya. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai
khalifah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba-Nya. Seperti dalam firman-Nya:
― D -K .‖[3]
Tamak timbul dari waham iaitu ragu-ragu dengan rezeki yang dijamin oleh Allah SWT. Karena itu Ibnu
Athaillah : ―T h mendorong kepada Tamak melainkan imajinasi (waham) itu
‖, Do o f, -lamunan panjang yang palsu senantiasa menjuruskan kita pada
ketamakan dan segala bentuk keinginan yang ada kaitannya dengan kekuatan, kekuasaan, dan fasilitas
makhluk. Wahamatau imajinasi itulah yang memproduksi hijab-hijab penghalang antara kita dengan Allah
SWT, Sehingga pencerahan cahaya yakin sirna ditutup oleh hal-hal yang imajiner belaka.
S o f , ―J hw anda hadir di depan Allah
h .‖
Maka perlu kita renungkan firman Allah SWT dalam surat Asy-S ‘ ‘ 88-89:
88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
89. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Qalb al-Salim adalah hati yang selamat dari segala hal selain Allah SWT. Kesimpulannya memang
imajinasi itu menjadi hijab.
Dari segi implementasinya, hijab terbagi dalam tiga macam:
1. Hijab kaum awam, berupa dorongan imajinatif untuk bergantung dengan sesama makhluk dan
terhalang untuk berjalan menuju kepada Allah.
2. Hijab kaum khawash (kalangan khusus) manakala masih berbekas adanya wujud dunia dan terpaku
pada cahaya-cahaya pencerahan.
6. 3. Hijab kaum khawas al- khawash (kalangan sangat khusus) adalah halangan yang terbebas dari hijab.
Karena itu jika ketamakan menyimpulkan kehinaan, sementara ubudiyah, yaqin dan wara’menumbuhkan
kemuliaan dan kebebasan, maka dalam matan Al-Hikam- , : ― h
merdeka manakala asa anda putus dari orang yang anda tamaki, dan anda menjadi budak bagi yang anda
h .‖ P h h emesta ini adalah hamba Allah dan tunduk atas perintah-Nya. Jika anda
berada dan bersama dengan jagad semesta, sepanjang tidak melihat yang mencipta alam semesta, maka
alam semestalah yang bersama anda, siapa yang menjadi hamba Allah, berarti bebas dari segala hal selain
Allah.
Orang yang ragu-ragu terhadap jaminan Allah SWT menafikan kewajiban yang diamanatkan kepadanya
serta rajin mencari apa yang dijamin untuknya sehingga mengambil yang menjadi jaminan untuk orang
lain. Inilah yang terjadi pada orang tamak. Bagaimana bisa dia menghampiri Allah, jika amanat yang
diserahkan kepadanya diabaikan dan tanggungjawab yang dipikulkan kepadanya pun ia campakkan.
Tamak dan sangkaan tidak berpisah. Kekuasaan, pangkat dan harta tidak memerdekakan seseorang yang
tamak, dia hanya boleh merdeka jika dia membuang sifat ini. Apabila tidak ada lagi keinginannya untuk
memiliki apa yang berada di dalam tangan orang lain, barulah dia bebas berjalan menuju Allah SWT.
Allah SWT memberi ancaman keras kepada mereka yang tamak, dijelaskan dalam surah Al-‗
6-11:
8)
10)
(11)
6. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,
7. Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
8. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta[4].
9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
10. Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
7. 11. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
Dalam surah al-Fajr ayat 16-23, Allah berfirman:
16)
18)
20)
22)
23)
Artinya:
16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia : ―T h
h ‖[5].
17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim[6],
18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
19. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil),
20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
21. Jangan (berbuat demikian). apabila bumi digoncangkan berturut-turut,
22. Dan datanglah Tuhanmu; sedang Malaikat berbaris-baris.
23. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak
berguna lagi mengingat itu baginya.
Syeikh Abul Abbas al-M : ―D h, h h
h h h .‖ M o oh N llah Ibrahim as, ketika mengatakan,
―S h , P h h h h .‖
Ketika Nabi Ibrahim dihukum oleh Raja Namrud untuk dibakar, Malaikat Jibril As, ingin sekali
o o . ― ( o o ?)‖ w J . ―K ,
h, !‖ J w N I h , ― oho h -N .‖ L N
I h w , ―C h oho hw D h o .‖ Co a kita
renungkan bagaimana Nabi Ibrahim as, menghilangkan keterkaitan sesama makhluk termasuk dengan
8. Jibril as, dan hanya memohon pertolongan dengan Allah, dan itu pun dengan kalimat kepasrahan total
kepada Allah.
Kisah Abul Abbas al-Mursy ketika masa awal di Iskandariyah, suatu ketika ingin sedekah kepada orang
h o h . ―S , h
, .‖ T - h f/h w f ( h ) ―K an
h .‖ B o h h h
. B h , ―O h
selamanya. Lihatlah kata Tamak terdiri dari huruf-huruf : Th ‘ ,ط : M :م , ‗ : ,
ع h f , : عمط .
Abul Hasan Al-W q , ―S h ,
telah dibunuh oleh pedang ketamakan. Kalau tamak ditanya siapa bapakmu? Maka sang tamak
, ―K h .‖.
K w h ? ―P h h .‖ J
? ―T h h h h.‖
Cara mengobati penyakit tamak:
Obat dari penyakit ini terdiri dari tiga unsur, yaitu : sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum
dalam hal-hal berikut ini:
1. Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.
2. Jika seseorang bisa mendapatkan keperluan yang mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan
masa depan, yang bisa dibantu dengan membatasi harapan-harapan yang hendak dicapainya dan merasa
yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah. Jika sebuah pintu rezeki tertutup baginya,
sesungguhnya rezeki akan tetap menunggunya di pintu-pintu yang lain. Oleh karena itu hatinya tidak perlu
merasa gusar, sebagaimana di jelaskan dalam surat Al-‗ 60:
: ―D ( ) w ( ) z i. Allah-
lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu, dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
9. 3. Hendaklah dia mengetahui bahwa qana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dalam
kerakusan dan tamak itu ada kehinaan karena dengan kedua sifat tersebut dia merasa tidak pernah cukup.
Barangsiapa yang lebih mementingkan hawa nafsunya dibandingkan kemuliaan dirinya, berarti dia adalah
orang yang lemah akalnya dan tipis imannya.
4. Memikirkan orang-orang Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang hina dan bodoh karena tenggelam
dalam kenikmatan. Setelah itu hendaklah dia melihat kepada para nabi dan orang shalih, menyimak
perkataan dan keadaan mereka, lalu menyuruh akalnya untuk memilih antara makhluk yang mulia di sisi
Allah ataukah menyerupai penghuni dunia yang hina.
5. Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik[7].
Rasulullah SAW bersabda:
―L h h o w h h h o ,
demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat yang Allah limpahkan kepada
.‖ (H w M ).
Hadits ini berlaku dalam urusan dunia. Adapun dalam urusan akhirat, maka hendaklah setiap muslim
berlomba-lomba untuk mencapai derajat kedudukan tertinggi. Penopang urusan ini adalah sabar dan
membatasi harapan serta menyadari bahwa sasaran kesabarannya di dunia hanya berlangsung tidak
seberapa lama untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi, seperti orang sakit yang harus menunggu
pahitnya obat saat menelannya, karena dia mengharapkan kesembuhan selama-lamanya. Karena itu wahai
penempuh Jalan Ilahi, hendaknya anda menghilangkan hasrat harapanmu kepada sesama makhluk, dan
h h , o z , h .‖
R h S W h : ―H h h h
bertambah tamak kep h h h.‖ (H w T z , I M h
dan Hakim).
Para ulama mengatakan bahwa:
: ―T h h h h h ‖.
10. Tamak diibaratkan sebagai benih yang menumbuhkan pohon kehinaan. Dahan-dahan kehinaan akan
menjalar dan terhulur ke sana ke mari, sehingga akan semakin bercabang kepada penyakit lainnya,
penyakit tamak akan mengikis perasaan malu dan menghapuskan harga diri, dia menjadi hina dalam
pandangan makhluk dan lebih buruk lagi kedudukannya di sisi Allah SWT. Dia umpama anjing yang
lidahnya selalu terjulur melihat apa yang ada di tangan orang lain. Si anjing tidak memperdulikan apakah
ia dimaki, diusir atau dipukul asalkan ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Si tamak melihat seolah-olah
rezeki untuknya tidak terbatas, sementara rezeki orang lain masuk di dalam rezekinya, sebab itu menjadi
hak untuk mengambil hak orang lain. Si tamak tidak memperdulikan bagaimana dia mendapatkan apa yang
dia hajatkan, apakah dengan menengadahkan kedua tangan, memujuk rayu, menipu ataupun memaksa.
Dasar pijakan hukum lainnya, sebagaimana dalam surah Asy Syuraa ayat 20:
.
Artinya:( Qs Asy Syuraa ayat 20) ― B h h K
tambah keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan
ke , h h .‖ Ayat ini
menjelaskan bahwa aspek ke-rakus-an manusia lebih cenderung terhadap unsur-unsur bendawi (uang,
kemuliaan dunia berupa jabatan dan imbalan yang diterima).
Orang yang tamak dalam mencari kesenangan duniawi, sanggup melakukan apa saja asalkan tujuannya
tercapai, walaupun perbuatan itu bertentangan dengan syariat. Sikap tamak meletakkan urusan mencari
kekayaan dan kedudukan dengan jalan keterlaluan dan terdorong melakukan perbuatan salah.
Sebagaimana para ulama berpendapat:
―Y (h , w h . ) ,
adapun orang-orang yang selalu asyik dan terlena kepadanya (dunia), maka ia termasuk dalam golongan
h ‖.
11. Orang tamak senantiasa tidak puas dan cukup dengan apa yang dimiliki. Sikap terlalu cintakan kebendaan
dan kemewahan mendorong perasaan untuk memiliki semua apa yang ada di dunia ini. Orang-orang ini
sekalipun secara lahiriyah memiliki segalanya, tetapi bathinnya kosong dan selalu tidak puas dengan
pemberian dan anugerah Allah SWT. Sebagaimana dinyatakan oleh ulama:
―O f h , w ‖[9].
orang tamak tidak pernah merasa dirinya sebagai hamba-Nya. Sebaliknya, mereka menjadi hamba kepada
dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan seluruh usaha dan fikirannya untuk mengejar
bayang kemewahan dunia. Oleh karena itu, mari kita telaah firman Allah SWT:
,
―H o -orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka Itulah orang-o ‖.
Ibnu dahlan El-Madary
Shollallahu Ala Muhammad Wa Aalihi
Seri Kembangan, Sungai Besi, Kuala lumpur
12 Rabiul Akhir 1432H/17 Maret 2011:09:45PM.
[1] S h h R f ‘I, R h h , B I T awuf, Korasan 21, Halaman 8, baris 3, bisa juga lihat
dalam kitab karangan beliau lainnya seperti dalam Abyan al-Hawaaij, Asn Al-Miqashad beliau
12. menjelaskan tamak adalah: Lebih banyak berharap kepada dunia, tanpa memperhitungkan haram dan dosa
besar.
[2] Shodiq Abdullah, Islam Tarjumah: Komunitas, Doktrin dan tradisi, RaSAIL: Semarang, Desember
2006, halaman 134
[3] Surah Adz-Dzariyat ayat 56
[4] Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud ayat ini Ialah: manusia itu sangat kuat cintanya
kepada harta sehingga ia menjadi bakhil.
[5] Maksudnya ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu
kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. tetapi
sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.
[6] Yang dimaksud dengan tidak memuliakan anak yatim ialah tidak memberikan hak-haknya dan tidak
berbuat baik kepadanya.
[7] Ibnu Qudamah al-Maqdisi: Mukhtashar Minhajul Qashidin
[8] Syeh h R f ‘I, R h h , B I T w f, Ko 21, H 11, 1
[9] Ibid———————————————————–, Korasan 21, halaman 11, baris 9
Dari berbagai sumber di internet