SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
2 
BAB II 
TEORI 
A. Teori Pajak Menurut Syari’ah 
Sumber-sumber pendapatan baitul mal dalam khalifah islam yang telah 
ditetapkan syariat sebenarnya cukup untuk membiayai pengaturan dan 
pemeliharaan urusan dan kemaslahatan rakyat. Namun, ketika baitul mal tidak 
terdpat harta atau kurang, sementara sumbangan sukarela dari kaum muslim atas 
inisiatif mereka juga belum mencukupi, maka syariat menetapkan pembiayaannya 
menjadi kewajiban kaum muslim. Sebab tidak adanya pembiayaan atas berbagai 
keperluan dan itu akan menyababkan bahaya kaum muslim. Allah telah 
mewajibkan kepada Negara dan umat untuk menghilangkan bahaya itu dari kaum 
muslim. Rasulullah saw. bersabda: 
“tidak boleh mencelakakan orang lain dan tidak boleh mencelakakan diri 
sendiri” ( HR Malik dan Ahmad dari Ibnu Abbas) 
Memang pada harta tak ada kewajiban selaian zakat. Namun, apabila zakat 
telah diselesaikan, kemudian sesudah itu ternyata datang kebutuhan mendesak, 
maka wajib bagi orang kaya mengeluarkan hartanya untuk keperluan tersebut. 
Apabila harta baitul mal kosong, kemudian keperluan biaya militer meningkat, 
maka imam hendaklah membebankan biaya (pajak) itu kepada mereka yang kaya 
sekira dapat mencukupi keperluan tersebut, sehingga baitulmal berisi kembali. 
Menurut Qardawi, asas teori wajib zakat dan pajak adalah sebagai berikut:1 
1 Yusuf Qardhawi Asas Teori Wajib Zakat dan Pajak, dalam Gusfahmi, Pajak Menurut 
Sayriah, hlm. 204.
3 
1. Teori Beban Umum 
Teori ini didasarkan bahwa merupakan hak Allah sebagai pemberi nikmat 
untuk membebankan kepada hambanya apa yang dikehendakinya baik kewajiban 
badani maupun harta, untuk melaksanakan kewajibanNya dan tanda syukur atas 
nimatNya dan untuk menguji apa yang ada di hati mereka, agar Allah 
membersihkanNya juga Allah mengetahui siapa yang taat kepada Rasul-Nya dan 
siapa yang membangkang, sehingga Allah dapat membedakan yang buruk dan 
yang baik, mana yang jahat mana yang baik, kemudian Allah membalas amal 
perbuatan mereka, sedang mereka tidak dianiaya. Firman allah swt:2 
   
    
  
“ Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu 
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada 
kami?” (Q.S Al-mu’minun : 115) 
    
  
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa 
pertanggung jawaban)?” (Q.S.Al-Qiyamah: 36) 
      
   
   
   
  
2Al-Qur’an dan Terjemahan
“ dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di 
bumi supaya Dia memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat 
terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi Balasan kepada orang-orang 
yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).” (Q.S.Al-Najm 
4 
: 31) 
2. Teori Khalifah 
Teori pajak yang kedua ini ialah bahwa harta itu adalah amanah Allah. Asas 
teori ini berpegang pada keyakinan bahwa semua harta adalah kepunyaan 
allahswt.dan manusia hanyalah sebagai pemegang amanah atas harta itu. Allah-lah 
pemilik yang sebenarnya seluruh jaga raya ini. 
      
    
   
“ kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang 
di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (Q.S.Thaha: 6) 
Semua yang ada di alam ini baik di bagian atas maupun bagian bawahnya 
adalah kepunyaan Allah semata, tidak ada seorang pun ikut melilikinya meski 
sebesar atom. 
     
    
     
      
   
  
“tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya Para 
Malaikat kepada mereka[824] atau datangnya perintah Tuhanmu[825]. 
Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. dan
Allah tidak Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu Menganiaya 
diri mereka sendiri,” (Q.S. An-Nahl :33)3 
Maka tak heran setelah manusia memperoleh nikmat itu, sebagai hamba 
Allah ia harus mengeluarkan sebagaian rezekinya itu untuk tujuan di jalan Allah, 
meninggikan rahmat Allah dan menolong saudara-saudaranya sesama hamba 
Allah, sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. 
5 
3. Teori Pembelaan Antara Pribadi Dan Masyarakat 
Diantara hak masyarakat terhadap negaranya yang membimbing dan 
mengurus kepentingannya ialah setiap anggota masyarakat yang punya kewajiban 
menyerahkan sebagian hartanya, yang akan digunakan untuk memelihara 
kelangsungan hidupnya, memberantas segala bentuk kejahatan dan permusuhan 
serta segala sesuatu untuk kebaikan masyarakat seluruhnya . firman Allah swt : 
    
   
    
      
     
    
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta 
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang 
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh 
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Q.S.An-nisa 
29) 
3Ibid, An-Nahl ayat 33.
4. Teori Persaudaraan 
Persaudaraan yang dibawa oleh Islam ada dua macam atau dua 
tingkatan,yaitu persaudaraan yang asasnya adalah sama-sama sebagai manusia 
dan persaudaraan yang “hai semua manusia”. Dan persaudaraan yang asasnya 
sama-sama dalam warna kulit yang berbeda-beda, dan berbeda-beda pula tingkat 
dan derajatnya, namun dia berasal dari satu turunan yaitu dari satuayah. Oleh 
karena itu Allah memanggil mereka”hai anak cucu Adam” sebagaimana 
memanggilnya, Hai semua manusia.4 
Diantara seluruh amanusia terdapat jalinan kasih saying dan persaudaraan 
yang bersifat universal, Allah swt. menegaskan adanya jalinan kasih sayang 
kemanusiaan dengan firman Allah swt: 
   
     
    
    
    
   
     
   
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan 
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari 
6 
4 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 207.
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang 
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama- 
Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan 
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”( Q.S. 
An-Nisa 1)5 
7 
BAB III 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Pajak 
1. Pengertian pajak menurut para tokoh 
 Prof. Dr. Rochmat soemitro, S.H. 
Pajak merupakan peralihan kekayaan dari sector swasta ke sector public 
berdasakan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan 
imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk 
membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, 
penghambat atau pencegah, untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang 
keuangan.6 
 Prof. Dr. P.J.A. Adriani 
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang 
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak 
mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya 
5Al-Qur’an dan terjemahan, An-Nisa ayat 1. 
6 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 27.
adalah untuk membiayai kepentingan umum berhubungan dengan tugas Negara 
untuk menyelenggarkan pemerintahan.7 
8 
 Abdul Qadim Zallum 
Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah Swt. kepada kaum muslimin 
untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang 
diwajibkan atas mereka, pada kondisi Baitul Mal tidak ada uang/harta.8 
2. Pengertian Pajak Menurut Syariah 
Secara etimologi pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah 
Dharibah (beban), disebut beban karena merupakan kewajiban tambahan atas 
harata setelah zakat, sehiingga dalam pelaksanaannya akan dirasakan sebagai 
sebuah beban. 
Secara terminolgi dharibah dalam penggunaannya memang mempunyai 
banyak arti, namun para ulama memakai ungkapan dharibah untuk menyebut 
harta yang dipungut sebagai kewajiban. Jadi , dharibah merupakan harta yang 
dipungut secara wajib dari rakyat oleh Negara untuk selain jizyah dan kharaj. 
B. Karakteristik Pajak Menurut Syariat 
Ada beberapa ketentuan mengenai pajak (dharibah) menurut Syariat Islam, 
yang sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sistem kapitalis (non-Islam), 
yaitu :9 
1. Pajak bersifat tempore, tidak bersifat kontinu; hanya boleh dipungut 
ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal 
sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. 
7 Ibid. 
8 Ibid, hlm. 32. 
9 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 34.
2. Pajak hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan 
kewajiban bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan 
untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. 
3. Pajak hanya diambil dari kaum muslim dan tidak dipungut dari non-muslim. 
Sebab, dharibah dipungut untuk membiayai keperluan yang 
menjadi kewajiban bagi kaum muslim, yang tidak menjadi kewajiban 
non-muslim. 
4. Pajak hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak dipungut 
dari selainnya. Orang kaya adalah orang yang mempunyai kelebihan 
harta dari pembiayaan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya bagi 
dirinya dan keluarganya menurut kelayakan masyarakat sekitarnya. 
9 
C. Pendapat Ulama Tentang Pajak 
Dalam kaitannya, mengenai pajak terdapat perbedaan pendapat di 
kalangan para ulama; 
1) Ulama yang membolehkan adanya pajak setelah zakat: 
 Imam Al-Qutubi mengatakan: 
Para ulama sependapat bila datang suatu kebutuhan yang mendesak 
kepada kaum muslim-setelah membayar zakat-maka wajib kepada mereka yang 
kaya mengeluarkan hartanya untuk menanggulangi keperluan tersebut. 
 Mahmud Syaltut mengatakan: 
Apabila pemerintah atau pemimpin rakyat tidak mendapatkan dana untuk 
menunjang kemaslahatan umum, seperti pembangunan sarana pendidikan, balai 
pengobatan, perbaikan jalan dan saluran air, serta mendirikan industri alat 
pertahanan Negara dimana kaum hartawan masih diam membelenggu tangannya,
maka dibolehkan bagi pemerintah, untuk memungut pajak dari kaum hartawan, 
untuk meringankan pelaksana rencana pembangunan itu.10 
10 
 Hasan Al-Banna mengatakan: 
Melihat tujuan keadilan social dan distribusi pendapatan yang merata, 
maka system perpajakan progresif tampaknya seiraman dengan sasaran-sasaran 
islam.11 
2. Ulama yang berpendapat bahwa pajak itu haram : 
Disamping sejumlah ulama yang menyatakan pajak itu boleh dipungut, 
sebagian lagi ulama mempertanyakan ( menolak ) hak Negara untuk 
meningkatkan sumber-sumbeer daya melalui pajak, selain zakat. Antara lain : 
 Dr. Hasan Turobi dari Sudan, dalam karyanya Principle of governance, 
freedom, and responsibility in islam, menyatakan : 
Pemerintahan yang ada di dunia muslim dalam sejarah yang begitu lama 
“pada umumnya tidak sah”. Karena itu, para ulama khawatir jika diperbolehkan 
menarik pajak akan disalah gunakan dan menjadi suatu alat penindasan.12 
Dari ketiga pendapat ulama di atas dapat kita simpulkan, bahwa para 
ulama membolehkan pajak karena adanya kondisi tertentu, dan juga syarat 
tertentu, misalnya harus adil, merata, dan lain-lain. Jika hal tersebut dilanggar, 
maka pajak seharusnya dihapus, dan pemerintah mencukupkan diri dengan 
sumber-sumber pendapatan yang jelas ada nashnya serta kembali kepada system 
anggaran berimbang. 
D. Pajak-pajak di Indonesia yang Sesuai dengan Syariah 
1. Pajak PPh menurut Syariah 
Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan 
perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak Penghasilan dipungut 
10 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 181 
11Ibid, hlm. 185 
12 Hasan Turobi, Principle of Governance, Freedom and Responsibility in Islam, dalam 
Gusfahmi Pajak Menurut Syariah, hlm.186.
karena objeknya adalah harta (al-mal), bagi yang memiliki kelebihan, atas kaum 
Muslim, namun perlu perbaikan dalam hal-hal berikut: 
 Langkah pertama adalah membedakan atas wajib pajak Muslim dan non- 
Muslim. Mekanisme yang dapat dilakukan adalah memberi kode tertentu 
pada Nomor Pokok Wajib Pajak Muslim. 
 Kedua, memungut pajak bukan atas nama badan usaha, melainkan atas 
perorangan (individu), karena dalam sitem ekonomi Islam tidak 
mewajibkan pajak/zakat atas badan. Oleh karena itu, laba badan usaha 
harus dibagi per-lembar saham pemilik. 
 Kemudian atas nama masing-masing pemilik dikenakan pajak (dharibah) 
perorangan. Penggunaan dana pajak (dharibah) hanya untuk hal-hal yang 
benar-benar diperlukan, yang merupakan kewajiban kaum Muslim. Ia 
tidak dapat di pakai untuk kegiatan-kegiatan yang subhat, apalagi haram. 
11 
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menurut Syariah 
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap 
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya 
dari produsen ke konsumen.13 
 PPN dikenakan kepada masyarakat, karena konsumsi barang dan/atau jasa 
tertentu. Dikenakannya pajak karena mengkonsumsi barang atau jasa tertentu 
seperti ini, tidak ditemukan dalil yang memerintahkanya dari Al-Quran, Hadist, 
Ijma’, ataupun Qiyas. Kalau larangan jika mengkonsumsi yang haram, jelas nash-nya. 
Namun mengenakan pajak atas konsumsi barang dan jasa barang yang halal, 
seperti air dalam kemasan, tidak ada contohnya. Kalaupun dikatakan mirip dengan 
PPN itu adalah bea cukai (ushr), dengan tarif 10%, juga tidak tepat. Oleh karena, 
ushr dikenakan bukan karena barang dagangan, melainkan sebagai balasan 
(penyeimbang) bagi kaum kafir yang memasuki wilayah kaum Muslim. Oleh 
13 http://awalrezkiawan.blogspot.com/2013/05/pajak-dan-jenis-jenisnya-pbb-ppn-pph
sebab itu, pajak atas konsumsi barang dan jasa tertentu, tidak diperbolehkan dalam 
sistem ekonomi Islam. 
 PPN juga sulit membedakan antara orang kaya dan miskin. Jika yang 
12 
terkena adalah orang miskin, hal ini tentunya menjadi haram. 
 PPN akan sangat membebani perekonomian (in-efesiensi) dan 
menyebabkan harga-harga barang dan jasa termasuk barang-barang kebutuhan 
pokok jauh di atas harga sewajarnya. 
3. Pajak Bumi dan Bangunan menurut Syariah 
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak kebendaan atas bumi dan/atau 
bangunan yang dikenakan terhadap subyek pajak orang pribadi atau badan yang 
secara nyata : Mempunyai hak dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, 
dan/atau Memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.14 
Kharaj dijelaskan bahwa atas tanah-tanah taklukan (kharajiyah), kaum 
kafir wajib membayar kharaj. Jika di jual kepada kaum Muslim, ia tetap 
dikenakan karena status tanah kharajiyah, meskipun nilainya berubah menjadi 
zakat. Sedangkan terhadap negeri yang penduduknya masuk Islam seperti 
Indonesia, atau tanah yang statusnya bukan tanah kharaj, maka kharaj tidak 
berlaku, karena tanah tersebut merupakan tanah ’usyuriyah’ yang wajib 
dikeluarkan zakatnya. Seluruh potensi pemungutan atas hasil tanah, telah 
terakumulasi dalam zakat. 
14 http://zqzakky.blogspot.com/2012/02/ Pajak Bumi dan Bangunan.
13 
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa: 
 Atas kaum Muslim Indonesia tidak boleh dipungut Pajak Bumi dan 
Bangunan (PBB), termasuk juga terhadap non-Muslim. Karena tanah yang 
mereka tinggali bukan termasuk tanah kharajiyah.15 
 Jika PBB memungut pajak terhadap tanah dan bangunan, maka hal ini 
adalah kezaliman. Sebab atas hasil usaha mereka telah dipungut ’ushr 
(zakat) bagi kaum Muslim dan jizyah (pajak kepala) bagi non-Muslim.16 
 Kharaj termasuk penerimaan negara resmi atas non-Muslim atas tanah 
kharajiyah, namun karena Indonesia bukan termasuk tanah kharajiyah, 
maka PBB tidak boleh dipungut. 
BAB IV 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Dharibah (pajak) merupakan harta yang dipungut secara wajib dari rakyat 
oleh Negara untuk selain jizyah dan kharaj. Para ulama membolehkan pajak 
karena adanya kondisi tertentu, dan juga syarat tertentu, misalnya harus adil, 
merata, dan lain-lain. Jika hal tersebut dilanggar, maka pajak seharusnya dihapus, 
dan pemerintah mencukupkan diri dengan sumber-sumber pendapatan yang jelas 
ada nashnya serta kembali kepada system anggaran berimbang. 
Ada beberapa ketentuan mengenai pajak (dharibah) menurut Syariat Islam, 
yang sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sistem kapitalis (non-Islam), 
yaitu : 
15Deny Setiawan, Jurnal sosial ekonomi pembangunan Tahun I, No.1 November 2010. 
16 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm.241.
1. Pajak bersifat tempore, tidak bersifat kontinu; hanya boleh dipungut 
ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal 
sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. 
2. Pajak hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan 
kewajiban bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan 
untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. 
3. Pajak hanya diambil dari kaum muslim dan tidak dipungut dari non-muslim. 
Sebab, dharibah dipungut untuk membiayai keperluan yang 
menjadi kewajiban bagi kaum muslim, yang tidak menjadi kewajiban 
non-muslim. 
4. Pajak hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak dipungut 
dari selainnya. Orang kaya adalah orang yang mempunyai kelebihan 
harta dari pembiayaan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya bagi 
dirinya dan keluarganya menurut kelayakan masyarakat sekitarnya. 
14 
DAFTAR PUSTAKA 
Gusfahmi, Pajak Menurut Sayriah, edisi 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo 
Persada, 2007. 
Qardhawi,Yusuf, Asas Teori Wajib Zakat dan Pajak, dalam Gusfahmi, 
Pajak Menurut Sayriah, edisi 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. 
http://zqzakky.blogspot.com/2012/02/ Pajak Bumi dan Bangunan. 
http://awalrezkiawan.blogspot.com/2013/05/pajak-dan-jenis-jenisnya-pbb-ppn- 
pph 
Deny Setiawan, Jurnal sosial ekonomi pembangunan Tahun I, No.1 November 
2010 
Hasan Turobi, Principle of Governance, Freedom and Responsibility in Islam, 
dalam Gusfahmi Pajak Menurut Syariah, edisi 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo 
Persada, 2007.
15 
Al-Qur’an dan Terjemahan

More Related Content

What's hot

03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAMfissilmikaffah1
 
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...Hasaniahmadsaid
 
Harta dari perspektif islam 2
Harta dari perspektif islam 2Harta dari perspektif islam 2
Harta dari perspektif islam 2Abdul Ghani
 
Riba dalam al qur'an
Riba dalam al qur'anRiba dalam al qur'an
Riba dalam al qur'anMuhammad Azmi
 
Pengertian sedekah
Pengertian sedekahPengertian sedekah
Pengertian sedekahIlaa Pilus
 
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islamEncep Bahauddin
 
13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batilasnin_syafiuddin
 
Sedekah menurut Al Quran
Sedekah menurut Al QuranSedekah menurut Al Quran
Sedekah menurut Al QuranNursestikes
 
Bahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu
Bahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsuBahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu
Bahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsuHelmon Chan
 
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahHiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahAhmad Zainal Arifin
 
Zakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqohZakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqohMarSus Sajjah
 

What's hot (20)

riba
ribariba
riba
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
 
Harta dari perspektif islam 2
Harta dari perspektif islam 2Harta dari perspektif islam 2
Harta dari perspektif islam 2
 
11. riba
11. riba11. riba
11. riba
 
Akad
AkadAkad
Akad
 
Makalah muamalah
Makalah muamalahMakalah muamalah
Makalah muamalah
 
Riba dalam al qur'an
Riba dalam al qur'anRiba dalam al qur'an
Riba dalam al qur'an
 
Pengertian sedekah
Pengertian sedekahPengertian sedekah
Pengertian sedekah
 
10 keutamaan shodaqah
10 keutamaan shodaqah10 keutamaan shodaqah
10 keutamaan shodaqah
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
 
13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil
 
Materi bab 10
Materi bab 10Materi bab 10
Materi bab 10
 
Konsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam IslamKonsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam Islam
 
Sedekah menurut Al Quran
Sedekah menurut Al QuranSedekah menurut Al Quran
Sedekah menurut Al Quran
 
Bahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu
Bahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsuBahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu
Bahan mutivasi dan dawah Menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalahHiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
Hiwalah, rahn, wakalah dan kafalah
 
Zakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqohZakat, infak, sodaqoh
Zakat, infak, sodaqoh
 

Similar to TEORI PAJAK

Teori Konsumsi
Teori KonsumsiTeori Konsumsi
Teori KonsumsiRia Widia
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamEsti Rahayu Suwondo
 
Sistem Khalifah
Sistem Khalifah Sistem Khalifah
Sistem Khalifah m10ehebat
 
13 sistem khalifah alya ameera azizul
13 sistem khalifah alya ameera azizul13 sistem khalifah alya ameera azizul
13 sistem khalifah alya ameera azizulDania Azmy
 
Islam Sebagai Konsep Ekonomi Islam
Islam Sebagai Konsep Ekonomi IslamIslam Sebagai Konsep Ekonomi Islam
Islam Sebagai Konsep Ekonomi IslamAsikin Aja
 
Keisitimewaan ekonomi islam
Keisitimewaan ekonomi islamKeisitimewaan ekonomi islam
Keisitimewaan ekonomi islamAkhi Nazar
 
HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam Islam
HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam IslamHAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam Islam
HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam IslamAnggita Intan Pertiwi
 
Makalah aik iv
Makalah aik ivMakalah aik iv
Makalah aik ivYunanda NA
 
Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010
Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010
Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010Fathur Rohman
 
Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam" Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam" adofadhoil
 
Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"adofadhoil
 
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptxpengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptxKhiyaroh1
 
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam IslamEkonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam IslamIfwhar Yuhono
 

Similar to TEORI PAJAK (20)

Ekonomi syari’ah
Ekonomi syari’ahEkonomi syari’ah
Ekonomi syari’ah
 
Teori Konsumsi
Teori KonsumsiTeori Konsumsi
Teori Konsumsi
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Sistem Khalifah
Sistem Khalifah Sistem Khalifah
Sistem Khalifah
 
13 sistem khalifah alya ameera azizul
13 sistem khalifah alya ameera azizul13 sistem khalifah alya ameera azizul
13 sistem khalifah alya ameera azizul
 
Islam Sebagai Konsep Ekonomi Islam
Islam Sebagai Konsep Ekonomi IslamIslam Sebagai Konsep Ekonomi Islam
Islam Sebagai Konsep Ekonomi Islam
 
Keisitimewaan ekonomi islam
Keisitimewaan ekonomi islamKeisitimewaan ekonomi islam
Keisitimewaan ekonomi islam
 
Jangan tamak
Jangan tamakJangan tamak
Jangan tamak
 
HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam Islam
HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam IslamHAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam Islam
HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam Islam
 
Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2
 
Makalah aik iv
Makalah aik ivMakalah aik iv
Makalah aik iv
 
Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010
Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010
Materi 7 nilai nilai anti-korupsi dalam agama 2010
 
Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam" Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"
 
Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"
 
Agama ppt
Agama pptAgama ppt
Agama ppt
 
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptxpengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
 
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam IslamEkonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
Ekonomi, Kesejahteraan dan Etos Kerja Dalam Islam
 
28.12.2012
28.12.201228.12.2012
28.12.2012
 

TEORI PAJAK

  • 1. 2 BAB II TEORI A. Teori Pajak Menurut Syari’ah Sumber-sumber pendapatan baitul mal dalam khalifah islam yang telah ditetapkan syariat sebenarnya cukup untuk membiayai pengaturan dan pemeliharaan urusan dan kemaslahatan rakyat. Namun, ketika baitul mal tidak terdpat harta atau kurang, sementara sumbangan sukarela dari kaum muslim atas inisiatif mereka juga belum mencukupi, maka syariat menetapkan pembiayaannya menjadi kewajiban kaum muslim. Sebab tidak adanya pembiayaan atas berbagai keperluan dan itu akan menyababkan bahaya kaum muslim. Allah telah mewajibkan kepada Negara dan umat untuk menghilangkan bahaya itu dari kaum muslim. Rasulullah saw. bersabda: “tidak boleh mencelakakan orang lain dan tidak boleh mencelakakan diri sendiri” ( HR Malik dan Ahmad dari Ibnu Abbas) Memang pada harta tak ada kewajiban selaian zakat. Namun, apabila zakat telah diselesaikan, kemudian sesudah itu ternyata datang kebutuhan mendesak, maka wajib bagi orang kaya mengeluarkan hartanya untuk keperluan tersebut. Apabila harta baitul mal kosong, kemudian keperluan biaya militer meningkat, maka imam hendaklah membebankan biaya (pajak) itu kepada mereka yang kaya sekira dapat mencukupi keperluan tersebut, sehingga baitulmal berisi kembali. Menurut Qardawi, asas teori wajib zakat dan pajak adalah sebagai berikut:1 1 Yusuf Qardhawi Asas Teori Wajib Zakat dan Pajak, dalam Gusfahmi, Pajak Menurut Sayriah, hlm. 204.
  • 2. 3 1. Teori Beban Umum Teori ini didasarkan bahwa merupakan hak Allah sebagai pemberi nikmat untuk membebankan kepada hambanya apa yang dikehendakinya baik kewajiban badani maupun harta, untuk melaksanakan kewajibanNya dan tanda syukur atas nimatNya dan untuk menguji apa yang ada di hati mereka, agar Allah membersihkanNya juga Allah mengetahui siapa yang taat kepada Rasul-Nya dan siapa yang membangkang, sehingga Allah dapat membedakan yang buruk dan yang baik, mana yang jahat mana yang baik, kemudian Allah membalas amal perbuatan mereka, sedang mereka tidak dianiaya. Firman allah swt:2          “ Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (Q.S Al-mu’minun : 115)       “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (Q.S.Al-Qiyamah: 36)                  2Al-Qur’an dan Terjemahan
  • 3. “ dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).” (Q.S.Al-Najm 4 : 31) 2. Teori Khalifah Teori pajak yang kedua ini ialah bahwa harta itu adalah amanah Allah. Asas teori ini berpegang pada keyakinan bahwa semua harta adalah kepunyaan allahswt.dan manusia hanyalah sebagai pemegang amanah atas harta itu. Allah-lah pemilik yang sebenarnya seluruh jaga raya ini.              “ kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (Q.S.Thaha: 6) Semua yang ada di alam ini baik di bagian atas maupun bagian bawahnya adalah kepunyaan Allah semata, tidak ada seorang pun ikut melilikinya meski sebesar atom.                          “tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya Para Malaikat kepada mereka[824] atau datangnya perintah Tuhanmu[825]. Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. dan
  • 4. Allah tidak Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu Menganiaya diri mereka sendiri,” (Q.S. An-Nahl :33)3 Maka tak heran setelah manusia memperoleh nikmat itu, sebagai hamba Allah ia harus mengeluarkan sebagaian rezekinya itu untuk tujuan di jalan Allah, meninggikan rahmat Allah dan menolong saudara-saudaranya sesama hamba Allah, sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. 5 3. Teori Pembelaan Antara Pribadi Dan Masyarakat Diantara hak masyarakat terhadap negaranya yang membimbing dan mengurus kepentingannya ialah setiap anggota masyarakat yang punya kewajiban menyerahkan sebagian hartanya, yang akan digunakan untuk memelihara kelangsungan hidupnya, memberantas segala bentuk kejahatan dan permusuhan serta segala sesuatu untuk kebaikan masyarakat seluruhnya . firman Allah swt :                           “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Q.S.An-nisa 29) 3Ibid, An-Nahl ayat 33.
  • 5. 4. Teori Persaudaraan Persaudaraan yang dibawa oleh Islam ada dua macam atau dua tingkatan,yaitu persaudaraan yang asasnya adalah sama-sama sebagai manusia dan persaudaraan yang “hai semua manusia”. Dan persaudaraan yang asasnya sama-sama dalam warna kulit yang berbeda-beda, dan berbeda-beda pula tingkat dan derajatnya, namun dia berasal dari satu turunan yaitu dari satuayah. Oleh karena itu Allah memanggil mereka”hai anak cucu Adam” sebagaimana memanggilnya, Hai semua manusia.4 Diantara seluruh amanusia terdapat jalinan kasih saying dan persaudaraan yang bersifat universal, Allah swt. menegaskan adanya jalinan kasih sayang kemanusiaan dengan firman Allah swt:                                “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari 6 4 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 207.
  • 6. pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama- Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”( Q.S. An-Nisa 1)5 7 BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Pajak 1. Pengertian pajak menurut para tokoh  Prof. Dr. Rochmat soemitro, S.H. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari sector swasta ke sector public berdasakan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah, untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan.6  Prof. Dr. P.J.A. Adriani Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya 5Al-Qur’an dan terjemahan, An-Nisa ayat 1. 6 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 27.
  • 7. adalah untuk membiayai kepentingan umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarkan pemerintahan.7 8  Abdul Qadim Zallum Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah Swt. kepada kaum muslimin untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi Baitul Mal tidak ada uang/harta.8 2. Pengertian Pajak Menurut Syariah Secara etimologi pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Dharibah (beban), disebut beban karena merupakan kewajiban tambahan atas harata setelah zakat, sehiingga dalam pelaksanaannya akan dirasakan sebagai sebuah beban. Secara terminolgi dharibah dalam penggunaannya memang mempunyai banyak arti, namun para ulama memakai ungkapan dharibah untuk menyebut harta yang dipungut sebagai kewajiban. Jadi , dharibah merupakan harta yang dipungut secara wajib dari rakyat oleh Negara untuk selain jizyah dan kharaj. B. Karakteristik Pajak Menurut Syariat Ada beberapa ketentuan mengenai pajak (dharibah) menurut Syariat Islam, yang sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sistem kapitalis (non-Islam), yaitu :9 1. Pajak bersifat tempore, tidak bersifat kontinu; hanya boleh dipungut ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. 7 Ibid. 8 Ibid, hlm. 32. 9 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 34.
  • 8. 2. Pajak hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan kewajiban bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. 3. Pajak hanya diambil dari kaum muslim dan tidak dipungut dari non-muslim. Sebab, dharibah dipungut untuk membiayai keperluan yang menjadi kewajiban bagi kaum muslim, yang tidak menjadi kewajiban non-muslim. 4. Pajak hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak dipungut dari selainnya. Orang kaya adalah orang yang mempunyai kelebihan harta dari pembiayaan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya bagi dirinya dan keluarganya menurut kelayakan masyarakat sekitarnya. 9 C. Pendapat Ulama Tentang Pajak Dalam kaitannya, mengenai pajak terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama; 1) Ulama yang membolehkan adanya pajak setelah zakat:  Imam Al-Qutubi mengatakan: Para ulama sependapat bila datang suatu kebutuhan yang mendesak kepada kaum muslim-setelah membayar zakat-maka wajib kepada mereka yang kaya mengeluarkan hartanya untuk menanggulangi keperluan tersebut.  Mahmud Syaltut mengatakan: Apabila pemerintah atau pemimpin rakyat tidak mendapatkan dana untuk menunjang kemaslahatan umum, seperti pembangunan sarana pendidikan, balai pengobatan, perbaikan jalan dan saluran air, serta mendirikan industri alat pertahanan Negara dimana kaum hartawan masih diam membelenggu tangannya,
  • 9. maka dibolehkan bagi pemerintah, untuk memungut pajak dari kaum hartawan, untuk meringankan pelaksana rencana pembangunan itu.10 10  Hasan Al-Banna mengatakan: Melihat tujuan keadilan social dan distribusi pendapatan yang merata, maka system perpajakan progresif tampaknya seiraman dengan sasaran-sasaran islam.11 2. Ulama yang berpendapat bahwa pajak itu haram : Disamping sejumlah ulama yang menyatakan pajak itu boleh dipungut, sebagian lagi ulama mempertanyakan ( menolak ) hak Negara untuk meningkatkan sumber-sumbeer daya melalui pajak, selain zakat. Antara lain :  Dr. Hasan Turobi dari Sudan, dalam karyanya Principle of governance, freedom, and responsibility in islam, menyatakan : Pemerintahan yang ada di dunia muslim dalam sejarah yang begitu lama “pada umumnya tidak sah”. Karena itu, para ulama khawatir jika diperbolehkan menarik pajak akan disalah gunakan dan menjadi suatu alat penindasan.12 Dari ketiga pendapat ulama di atas dapat kita simpulkan, bahwa para ulama membolehkan pajak karena adanya kondisi tertentu, dan juga syarat tertentu, misalnya harus adil, merata, dan lain-lain. Jika hal tersebut dilanggar, maka pajak seharusnya dihapus, dan pemerintah mencukupkan diri dengan sumber-sumber pendapatan yang jelas ada nashnya serta kembali kepada system anggaran berimbang. D. Pajak-pajak di Indonesia yang Sesuai dengan Syariah 1. Pajak PPh menurut Syariah Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak Penghasilan dipungut 10 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm. 181 11Ibid, hlm. 185 12 Hasan Turobi, Principle of Governance, Freedom and Responsibility in Islam, dalam Gusfahmi Pajak Menurut Syariah, hlm.186.
  • 10. karena objeknya adalah harta (al-mal), bagi yang memiliki kelebihan, atas kaum Muslim, namun perlu perbaikan dalam hal-hal berikut:  Langkah pertama adalah membedakan atas wajib pajak Muslim dan non- Muslim. Mekanisme yang dapat dilakukan adalah memberi kode tertentu pada Nomor Pokok Wajib Pajak Muslim.  Kedua, memungut pajak bukan atas nama badan usaha, melainkan atas perorangan (individu), karena dalam sitem ekonomi Islam tidak mewajibkan pajak/zakat atas badan. Oleh karena itu, laba badan usaha harus dibagi per-lembar saham pemilik.  Kemudian atas nama masing-masing pemilik dikenakan pajak (dharibah) perorangan. Penggunaan dana pajak (dharibah) hanya untuk hal-hal yang benar-benar diperlukan, yang merupakan kewajiban kaum Muslim. Ia tidak dapat di pakai untuk kegiatan-kegiatan yang subhat, apalagi haram. 11 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menurut Syariah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.13  PPN dikenakan kepada masyarakat, karena konsumsi barang dan/atau jasa tertentu. Dikenakannya pajak karena mengkonsumsi barang atau jasa tertentu seperti ini, tidak ditemukan dalil yang memerintahkanya dari Al-Quran, Hadist, Ijma’, ataupun Qiyas. Kalau larangan jika mengkonsumsi yang haram, jelas nash-nya. Namun mengenakan pajak atas konsumsi barang dan jasa barang yang halal, seperti air dalam kemasan, tidak ada contohnya. Kalaupun dikatakan mirip dengan PPN itu adalah bea cukai (ushr), dengan tarif 10%, juga tidak tepat. Oleh karena, ushr dikenakan bukan karena barang dagangan, melainkan sebagai balasan (penyeimbang) bagi kaum kafir yang memasuki wilayah kaum Muslim. Oleh 13 http://awalrezkiawan.blogspot.com/2013/05/pajak-dan-jenis-jenisnya-pbb-ppn-pph
  • 11. sebab itu, pajak atas konsumsi barang dan jasa tertentu, tidak diperbolehkan dalam sistem ekonomi Islam.  PPN juga sulit membedakan antara orang kaya dan miskin. Jika yang 12 terkena adalah orang miskin, hal ini tentunya menjadi haram.  PPN akan sangat membebani perekonomian (in-efesiensi) dan menyebabkan harga-harga barang dan jasa termasuk barang-barang kebutuhan pokok jauh di atas harga sewajarnya. 3. Pajak Bumi dan Bangunan menurut Syariah Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak kebendaan atas bumi dan/atau bangunan yang dikenakan terhadap subyek pajak orang pribadi atau badan yang secara nyata : Mempunyai hak dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau Memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.14 Kharaj dijelaskan bahwa atas tanah-tanah taklukan (kharajiyah), kaum kafir wajib membayar kharaj. Jika di jual kepada kaum Muslim, ia tetap dikenakan karena status tanah kharajiyah, meskipun nilainya berubah menjadi zakat. Sedangkan terhadap negeri yang penduduknya masuk Islam seperti Indonesia, atau tanah yang statusnya bukan tanah kharaj, maka kharaj tidak berlaku, karena tanah tersebut merupakan tanah ’usyuriyah’ yang wajib dikeluarkan zakatnya. Seluruh potensi pemungutan atas hasil tanah, telah terakumulasi dalam zakat. 14 http://zqzakky.blogspot.com/2012/02/ Pajak Bumi dan Bangunan.
  • 12. 13 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa:  Atas kaum Muslim Indonesia tidak boleh dipungut Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), termasuk juga terhadap non-Muslim. Karena tanah yang mereka tinggali bukan termasuk tanah kharajiyah.15  Jika PBB memungut pajak terhadap tanah dan bangunan, maka hal ini adalah kezaliman. Sebab atas hasil usaha mereka telah dipungut ’ushr (zakat) bagi kaum Muslim dan jizyah (pajak kepala) bagi non-Muslim.16  Kharaj termasuk penerimaan negara resmi atas non-Muslim atas tanah kharajiyah, namun karena Indonesia bukan termasuk tanah kharajiyah, maka PBB tidak boleh dipungut. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dharibah (pajak) merupakan harta yang dipungut secara wajib dari rakyat oleh Negara untuk selain jizyah dan kharaj. Para ulama membolehkan pajak karena adanya kondisi tertentu, dan juga syarat tertentu, misalnya harus adil, merata, dan lain-lain. Jika hal tersebut dilanggar, maka pajak seharusnya dihapus, dan pemerintah mencukupkan diri dengan sumber-sumber pendapatan yang jelas ada nashnya serta kembali kepada system anggaran berimbang. Ada beberapa ketentuan mengenai pajak (dharibah) menurut Syariat Islam, yang sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sistem kapitalis (non-Islam), yaitu : 15Deny Setiawan, Jurnal sosial ekonomi pembangunan Tahun I, No.1 November 2010. 16 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Edisi 1 januari 2007, hlm.241.
  • 13. 1. Pajak bersifat tempore, tidak bersifat kontinu; hanya boleh dipungut ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. 2. Pajak hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan kewajiban bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. 3. Pajak hanya diambil dari kaum muslim dan tidak dipungut dari non-muslim. Sebab, dharibah dipungut untuk membiayai keperluan yang menjadi kewajiban bagi kaum muslim, yang tidak menjadi kewajiban non-muslim. 4. Pajak hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak dipungut dari selainnya. Orang kaya adalah orang yang mempunyai kelebihan harta dari pembiayaan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya bagi dirinya dan keluarganya menurut kelayakan masyarakat sekitarnya. 14 DAFTAR PUSTAKA Gusfahmi, Pajak Menurut Sayriah, edisi 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Qardhawi,Yusuf, Asas Teori Wajib Zakat dan Pajak, dalam Gusfahmi, Pajak Menurut Sayriah, edisi 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. http://zqzakky.blogspot.com/2012/02/ Pajak Bumi dan Bangunan. http://awalrezkiawan.blogspot.com/2013/05/pajak-dan-jenis-jenisnya-pbb-ppn- pph Deny Setiawan, Jurnal sosial ekonomi pembangunan Tahun I, No.1 November 2010 Hasan Turobi, Principle of Governance, Freedom and Responsibility in Islam, dalam Gusfahmi Pajak Menurut Syariah, edisi 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
  • 14. 15 Al-Qur’an dan Terjemahan