Praktikum tentang pembuatan aspal dengan baik berdasarkan spesifikasi AC. Praktikum yang dilakukan sebagai berikut, Abrasi/keausan, Berat Jenis Agregat, Analisa Saringan, Comb. Agregat dan JMF ( Joint Mix Formula), Berat Jenis Aspal, Daktilitas, Ekstraksi, Titik Nyala, Titik Leleh, Penetrasi, Uji Marshall, Kehilangan Berat.
Praktikum tentang pembuatan aspal dengan baik berdasarkan spesifikasi AC. Praktikum yang dilakukan sebagai berikut, Abrasi/keausan, Berat Jenis Agregat, Analisa Saringan, Comb. Agregat dan JMF ( Joint Mix Formula), Berat Jenis Aspal, Daktilitas, Ekstraksi, Titik Nyala, Titik Leleh, Penetrasi, Uji Marshall, Kehilangan Berat.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Fantastic tutorial, shared with us by Dario Ilardi, of Grafica2d3d.com, I recommend to see.
The website is in Italian, but it is full of excellent tutorials, understandable in any language.
This great tutorial, explain, step by step, how to obtain, by using vray 2.0 for sketchup, a render, clear and clean as what we see in the picture below.
Dario say : " I'm experimenting with the use of brute force as a substitute of irradiance map and I must say that in terms of speed and quality impressed me positively "
Thanks so much Dario for this one, the result is really good !
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Fantastic tutorial, shared with us by Dario Ilardi, of Grafica2d3d.com, I recommend to see.
The website is in Italian, but it is full of excellent tutorials, understandable in any language.
This great tutorial, explain, step by step, how to obtain, by using vray 2.0 for sketchup, a render, clear and clean as what we see in the picture below.
Dario say : " I'm experimenting with the use of brute force as a substitute of irradiance map and I must say that in terms of speed and quality impressed me positively "
Thanks so much Dario for this one, the result is really good !
Perencanaan perkerasan jalan dengan manual desain perkerasan jalan nomor 02/M...Hapsari Safira
Tugas UKD3 mata kuliah Perkerasan Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret dengan pengampu mata kuliah Ir. ARY SETYAWAN , MSc.Ph.D
PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA, ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-...Dian Werokila
Perkembangan teknologi dan peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi dewasa ini mendorong terjadinya inovasi-inovasi di bidang konstruksi serta diperlukan peningkatan baik kuantitas maupun kualitas yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pengunaan Batu Kapur, Bata Ringan, Kaca, Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC), Aspal Buton, dan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku dalam bidang konstruksi, sebagai wujud perkembangan teknologi dan peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi dewasa ini sehingga diharapkan memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitas konstruksi.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.
Pada makalah ini akan dibahas tentang pengunaan Batu Kapur, Bata Ringan, Kaca, Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC), Aspal Buton, dan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku dalam bidang konstruksi.
Pembahasan singkat dari analisis data praktikum dan grafik mengenai beberapa parameter dasar terkait dengan peforma generator AC, parameter pembahasan terkait daya input dan output, torsi, kecepatan putar poros, arus, tegangan, dan efisiensi mesin
Detail instalasi pengolahan air limbah sistem setempat (on site sanitation) s...
Laporan Pratikum Perkerasan Jalan Raya
1. 1
ANALISIS SARINGAN AGREGAT
( SIEVE ANALYSIS )
A. TUJUAN
Membuat suatu distribusi satuan ukuran agregat dalam bentuk grafik yang
dapat memperlihatkan bagian butir ( gradasi ) suatu agregat dengan
menggunakan saringan.
B. ALAT
a. Saringan satu set : 1”, ¾”, ½”, 3/8”, ¼”, No.4, No.8, No.16, No.30,
No.50, No.100, No.200
b. Timbangan digital
Gambar 1.1 Timbangan digital
c. Oven
d. Alat pemisah sampel
e. Mesin penggetar saringan
f. Kuas
g. Sendok
h. Ember
i. dll
C. BAHAN
a. Agregat kasar (split) = 1000 gram (lolos saringan 25,4 mm)
2. 2
b. Agregat kasar (screen) = 1000 gram (lolos saringan 9,5 mm)
c. Agregat kasar (AB) = 500 gram (lolos saringan 4,75 mm)
D. TEORI SINGKAT
Analisis saringan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk
menentukan persentase berat butiran agregat yang lolos dalam satu set
saringan, yang angka persentase kumulatif digambarkan pada grafik
pembagian butir. Ukuran butiran yang maksimum dari agregat ditunjukkan
dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut masih bisa lolos 100%.
Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar
dimana diatas saringan tersebut terdapat sebagian agregat yang tertahan.
Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat dikontrol oleh spesifikasi.
Susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam perencanaan suatu
perkerasan.
Saringan yang biasanya digunakan untuk analisis saringan adalah saringan
menurut standard ASTM (Amerika), British Standard, DIN (Jerman),
AFNOR (Perancis), dan ISo (Internasional). Setiap standart mempunyai
ukuran berbeda satusama lainnya. Meskipun demikian biasanya dapat diambil
ukuran-ukuran lubang yang berdekatan atau ekivalennya. Saringan utama
terdiri dari saringan yang berurutan dengan ukuran lubang ayakan di
bawahnya. Satu set saringan terdiri dari saringan ukuran 4”,3”, 2”, 1”,
¾”,1/2”, 3/8”, No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200.
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lakukan pembagian agregat dengan alat pemisah
3. Timbang agregat yang sudah dibagi sesuai kebutuhan
4. Masukan agregat kedalam susunan ayakan standard dan letakan diatas
vibrator (mesin penggetar)
5. Lakukan penggetaran ±15 menit
3. 3
Gambar 1.2 penggetaran saringan di vibrator
6. Timbang agregat yang tertahan pada setiap saringan
Gambar 1.3 penimbangan agregat
7. Hitung persentase lolos dan tertahan pada masing – masing saringan
8. Masukan data pada table dan plot pada grafik
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
Rumus-rumus yang digunakan
Berat tertahan (gr) = (Berat saringan + agregat) – Berat saringan
Kumulatif tertahan (%) = %100
)(
)(
X
grtertahanlkomulatifjumlahtota
grertahanankomulatift
6. 6
G. KESIMPULAN
Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase dari
split 19,5%, screen = 18,5 % dan abubatu = 63 %. Berdasarkan susunan dari
butiran agregat tersebut kurang baik untuk perkerasan jalan, karena
persentase abubatu yang terlalu banyak. Dari hal itu, dapat kita simpulkan
bahwa Semakin kecil nilai kumulatif tertahan (%) maka semakin besar nilai
kumulatif lolos (%) dan nilai fullernya.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm
Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil
UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro
Penerbit
SNI 03-1968-1990
http://www.ilmusipil.com/analisa-saringan-agregat-kasar-dan-halus
http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/pengujian-analisa-saringan-
agregat.html
http://www.scribd.com/doc/57830914/Analisa-saringan-agregat
http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran
7. 7
PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT PADA ASPAL
( AFFINITY FOR BITTUMEN )
A. TUJUAN
Menguji kelekatan agregat terhadap aspal dengan cara visual.
B. ALAT
a. Saringan 9,52 mm (3/8”), dan 6,3 mm (1/4”)
b. Timbangan digital
c. Oven
Gambar 2.1 oven
d. Pisau pengaduk/sendok
e. Wadah/talam
C. BAHAN
a. Agregat lolos saringan 9.5 mm dan tertahan saringan 6,3 mm = 100 gram
yang sudah kering oven
b. Air suling
c. Aspal
8. 8
D. TEORI SINGKAT
Aspal adalah bahan yang terdiri dari fraksi cair yang disebut malten dan
fraksi padat yang disebut dengan asphalten. Aspal merupakan material yang
pada temperature ruangan berbentuk padat sampai agak padat dan bersifat
termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai 8emperature
tertentu, dan kembali membeku jika 8emperature turun. Bersama dengan
agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10%
berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran. Di
perkerasan jalan aspal akan mengalami aksidasi dan polimerisasi sejak dari
pemanasan dan pencampuran di unit pencampur aspal sampai diperkerasan
jalan yang sangat tergantung pada pori-pori perkerasan dan kondisi cuaca
setempat.
Sifat agregat merupakan salah satu factor penentu kemampuan
perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap
cuaca.Oleh karena itu perlu pemeriksaan yang teliti sebelum diputuskan
suatu agregat dapat dipergunakan sebagai material perkersan jalan. Sifat
agregat terhadap air dibagi atas 2, yaitu:
a. Agregat yang suka akan air (hydrophylik)
Yaitu granit dan agregat yang mengandung silica.
b. Agregat yang tidak suka akan air (Hydropholik)
Seperti diorite dan ondesit.
Kelekatan agregat terhadap aspal adalah angka yang menunjukkkan
persentase luasan permukaan agregat yang masih terselimuti oleh aspal
setelah agregat tersebut direndam selama 24 jam. Pengujian ini dapat
dilakukan terhadap semua jenis bahan yang digunakan sebagai agregat bahan
jalan dan campuran aspal. Kelekatan aspal terhadap agregat dinyatakan
dalam persen (%). Menurut standar SNI-03-2439-1991, atau AASTHO 182-
84 , nilai kelekatan aspal yang baik minimal 95%.kelekatan aspal yang tinggi
dapat diartikan bahwa aspal tersebut memiliki kemampuan yang tinggi untuk
melekatkan agregat sehingga semakin baik digunakan sebagai bahan ikat ikat
perkerasan.
9. 9
Agar kelekatan agregat terhadap aspal dapat sempurna diharapkan
agregat yang digunakan ialah agregat yag tidak suka air tetapi suka akan
aspal sehingga bias didapatkan persentase kelekatan aspal agregat terhadap
aspal sesuai dengan standar minimal dari daya lekat agregat terhadap aspal.
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masukkan 100 gram benda uji kedalam wadah + sendok
3. Panaskan wadah + benda uji + sendok kedalam oven selama 1 jam
bersuhu tetap antara 140 ± 5 ºC
4. Panaskan aspal dalam wajan sampai cair
Gambar 2.2 Aspal yang dipanaskan
5. Masukkan aspal yang sudah panas sebanyak 5,5 ± 0,2 gram
6. Aduk sampai merata dengan sendok selama 2 -3 menit sampai benda uji
terselimuti oleh aspal
Gambar 2.3 Pencampuran agregat + aspal
10. 10
7. Diamkan sampai mencapai suhu ruang
8. Pindahkan benda uji yang sudah terselimuti oleh aspal kedalam tabung
gelas kimia kapasitas 600 ml
9. Isi gelas kimia tersebut dengan air suling sebanyak 400 ml
Gambar 2.4 agregat + aspal + air suling dalam gelas ukur
10. Diamkan pada suhu ruang selama 16 – 18 jam
11. Ambil selaput aspal yang mengambang dipermukaan air dengan tidak
mengganggu agregat yang berada didalamnya
12. Perkirakan persentase luasan permukaan agregat yang masih terselimuti
oleh aspal dengan melakukan pengamatan secarqa visual.
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
No. Pengamat Hasil Pengamatan/Kelekatan (%)
1
2
3
4
5
A
B
C
D
E
99
99
98
99
98
Rata- rata 98,6
Tabel 2.1 data kelekatan aspal
11. 11
2. PERHITUNGAN
Dari data yang di dapat diatas maka persentase kelekatan agregat
terhadap aspal adalah :
=
= 98,6%
G. KESIMPULAN
Dari hasil pratikum yang telah dilaksanakan, agregat yang masih
terselimuti oleh aspal setelah direndam selama 16 jam sebanyak 98.6%. Ini
berarti aspal memiliki daya lekat yang baik terhadap agregat.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil
UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro
Penerbit
SNI 03-2439-1991
http://lexonos.blogspot.com/2009/07/metode-pengujian-kelekatan-
agregat.html
http://www.scribd.com/doc/71395662/Kelekatan-Agregat-Terhadap-
Aspal
http://softwareyudhipram.blogspot.com/2011/11/metode-pengujian-
kelekatan-agregat.html
12. 12
PENGUJIAN PENETRASI ASPAL
( AFFINITY FOR BITTUMEN )
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menentukan nilai penetrasi aspal
2. Mengklasifikasikan aspal berdasarkan angka penetrasi
B. ALAT
a. Alat penetrasi (penetrometer) lengkap
Gambar 3.1 penetrometer
b. Cawan silinder
c. Timbangan elektrik
d. Kompor
e. Wajan
f. Waterbath
Gambar 3.2 Waterbath
13. 13
C. BAHAN
a. Aspal
b. Air suling
D. TEORI SINGKAT
Aspal merupakan salah satu dari jenis bitumen yang merupakan bahan
pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan
suatu campuran aspal yang merupakan bahan jalan. Dari sudut pandang
rekayasa engineering, ragam dari komposisi unsur penyusun bahan bitumen
biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik
ragam respon material bahan bitumen tersebut diperkenalkan beberapa
parameter, yang salah satunya adalah nilai PEN (Penetrasi). Penetrasi adalah
masuknya jarum penetrasi dalam suatu ukuran tertentu, beban dan waktu
tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu.
Nilai Penetrasi menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu
standar 25o
C, yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum
standar, dengan beban standar (50 gr/100 gr), dalam rentang waktu yang juga
standar (5 detik).
British Standard (BS) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam,
dengan rentang nilai PEN 15 s/d 450, sedangkan AASHTO mendefenisikan
nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk material bahan bitumen terkeras
dan PEN 200-300 untuk bahan bitumen terlembek/terlunak.
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu
kamar akan menghasilkan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai
penetrasi dapat di susun sedemikian rupa hingga di hasilkan grafik hubungan
antara suhu dan nilai penetrasi. Penetration Index dapat di tentukan dari
grafik tersebut.
Seperangkat alat untuk penetrasi aspal disebut penetrometer. Penetrometer
terdiri dari alat ukur jarak masuknya jarum kedalam benda uji. Semakin
besar penetrasi maka semakin lunak aspal tersebut dan viskositasnya.
Jarum yang digunakan untuk penetrasi aspal dirancang khusus dan sangat
akurat untuk penetrasi sampel aspal dibawah beban standar secara vertical
14. 14
yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban, waktu, dan
temperature yang diketahui.
Alat penetrometer yang dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum
ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat. Penetrometer harus dilengkapi
dengan waterpass untuk memastikan pasisi jarum dan pemegang jarum tegak
(900
) ke permukaan.
Jarum penetrasi harus terbuat dari stainless steel dari bahan yang kuat.
Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm dan jarum panjang memiliki
panjang sekitar 60 mm.
Pengujian penetrasi aspal diatur oleh standar SNI 06-2456-1991 dimana
disebutkan:
“Metode ini sebagai acuan dalam pelaksanaan/menentukan penetrasi aspal
keras atau lembek dengan tujuan menyeragamkan dari pengujian dan
pengedalian mutu bahan dalam elaksanaan bangunan.”
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Panaskan aspal.
3. Tuangkan aspal ke dalam cawan silinder sebanyak 2/3 bagian, pada
suhu ruang 250
C (tutup sampel agar bebas dari debu)
Gambar 3.3 Sampel Aspal
4. Apabila aspal tersebut sudah dingin, masukkan dua sampel ke dalam
waterbath selama 30 menit.
15. 15
5. Setelah 30 menit dalam waterbath, angkat sampel yang ada di dalam
waterbath dan letakkan pada alat penetrasi.
6. Turunkan jarum penetrasi hingga menyentuh permukaan sampel.
7. Aturlah parameter penetrometer, lepaskan memegang jarum.
8. Baca arloji penetrometer.
9. Ulangi langkah 5-8 untuk sampel yang tidak dimasukkan ke dalam
waterbath.
10. Masukkan data ke dalam tabel.
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
No Kegiatan Uraian
1 Pembukaan contoh Contoh dipanaskan
Mulai jam : 14.10
Selesai jam : 14.20
2 Mendinginkan contoh Didiamkan di suhu ruang
Mulai jam : 14.22
Selesai jam : 15.14
3
Mencapai suhu
pemeriksaan Direndam pada suhu 250
C Pembacaan suhu
Mulai jam : 15.16 waterbath 600
C
Selesai jam : 15.46
4 Pemeriksaan Penetrasi pada suhu 250
C
Mulai jam : 16.15
Selesai jam : 17.15
Tabel 3.1 data Penetrasi Aspal
16. 16
No
Penetrasi pada suhu
25o
C
Pengamatan
Suhu Ruang Waterbath
1 A 325-400=75 395-485=90
2 B 323-407=84 362-465=103
3 C 390-467=77 370-476=106
4 D 005-070=65 390-495=105
5 E 380-455=75 380-485=105
Rata-rata 75,2 101,8
Tabel 3.2 Pengamatan Penetrasi Aspal
2. PERHITUNGAN
a. Rata-rata Penetrasi yang pada suhu ruang
=
= 75,2
b. Rata-rata Penetrasi yang direndam dalam waterbath
=
= 101,8
G. KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan, didapatkan data:
1. Nilai Penetrasi pada suhu ruang adalah : 75,2
2. Nilai Penetrasi pada sampel yang direndam pada waterbath adalah:
101,8
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aspal yang digunakan tergolong
dalam aspal yang keras. Karena aspal pada suhu ruang nilai penetrasinya
75,2 yang memasuki standart SNI 06-2456-1991 yaitu 60 – 79. Sedangkan
aspal yang direndam di waterbath nilai penetrasinya adalah 101,8, yang
berarti rendaman tersebut membuat aspal lebih aspal lunak dan
psikositasnya lebir rendah dibandingkan pada suhu ruang.
17. 17
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm
Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil
UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro
Penerbit
SNI 06-2456-1991
http://www.scribd.com/doc/59158177/penetrasi-aspal
http://kerudungmukena.blogspot.com/2009/05/aspal-penetrasi-6070.html
http://napitupulu-anggiat.blogspot.com/2011/06/penetrasi-aspal.html
18. 18
PENGUJIAN BERAT JENIS
DAN PENYERAPAN AGREGAT
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
Menentukan berat jenis kering oven (bulk), berat jenis kering permukaan
jenuh (saturated surface dry=SSD), berat jenis semu (apparent), dan
penyerapan agregat.
B. ALAT
a. Rifle sampel
b. Timbangan elektrik
c. Kerucut Abram
Gambar 4.1 Kerucut Abram
d. Tabung kaca
e. Plat kaca
Gambar 4.2 Plat Kaca
19. 19
f. Kipas angin
g. Pan
h. Ember
i. Kain penyerap
j. Tissue
k. Oven
l. Saringan 4,75 mm dan 3,36 mm
C. BAHAN
a. Agregat
Split = 3 kg
Screen = 3 kg
AB = 1 kg
b. Air Suling
D. TEORI SINGKAT
Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan
volume bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur
20˚-25˚C (68˚-77˚F). Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya
tergantung dari jenis batuan, susunan, mineral, struktur butiran, dan porositas
batuannya.
Terdapat 3 jenis berat jenis (spesifik gravity) yaitu :
a. Berat Jenis Bulk (Bulk Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan
kering dan seluruh volume agregat. (Vs + Vi + Vp + Vc)
b. Berat Jenis Kering Permukaan (Saturated Surface Dry)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalm keadaan
kering permukaan. Jadi merupakan berat agregat kering + berat air
yang dapat meresap kedalam pori agregat dan seluruh volume agregat.
(Vc + Vi + Vp + Vc)
20. 20
c. Berat Jenis Semu (Apperent Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkanberat agregat dalamkeadaaan
kering, dan volume agregat yang tidak dapat diresapi oleh air. (Vs +
Vi)
d. Berat Jenis Efektif (Efective Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam
keadaankering, jadi merupakan berat agregat kering, dan volume
agregat yang tidak dapat diresapi aspal.
Nilai penyerapan adalah perbandingan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori – pori dengan berat agregat pada kondisi kering.
Standart laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam
agregat yang kering ke dalam air selama ± 24 jam. Untuk agregat yang telah
kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya,
persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari
kadar air total yang ditentukan dengan cara uji AASTHO T 255.
RUMUS :
a. Agregat Kasar
BeratJenisKeringPermukaan (SSD) =
BeratJenisKering Oven (Bulk) =
BeratJenisSemu (Apparent) =
Penyerapan Air (%) =
b. Agregat Halus
BeratJenisKeringPermukaan (SSD) =
BeratJenisKering Oven (Bulk) =
BeratJenisSemu (Apparent) =
21. 21
Penyerapan Air (%) =
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Persiapkan benda uji
a. Rendam benda uji ke dalam air selama jam sampai menjadi
dalam keadaan jenuh
b. Tiriskan, lalu saring dengan saringan 4,75 mm (SP & SC) dan 2,36
mm (AB)
c. Untuk split dan screen yang tertahan saringan 4,75 mm lakukan
pengu jian berat jenis dan penyerapan untuk agregat kasar,
sedangkan yang lolos saringan 4,75 mmlakukan pengujian berat
jenis dan penyerapa air untuk agregat halus
d. Untuk AB yang tertahan saringan 2,36 mm, lakukan pengujian
berat jenis dan penyerapan air untuk agregat kasar, sedangkan
untuk yang lolos saringan 2,36 mm lakukan pengujian berat jenis
dan penyerapan air untuk agegat halus
3. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
a. Buat agregat dalam keadaan SSD
b. Tentukan volume uji
1) Timbang benda uji (W1)
2) Timbang benda uji dalam air (w2)
Gambar 4.3 Penimbangan Benda Uji dalam Air
22. 22
3) masukkan benda uji ke dalam oven selama jam, lalu
timbang (W3)
4. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
a. Buat agregat dalam keadaan SSD
1) Angin-anginkan agregat halus menggunakan kipas angin
dalam pan besar
2) Cek kondisi SSD dengan kerucur Abram
b. Tentukan volume uji
1) Sediakan tabung kaca + plat kaca
2) Isi dengan air suling sampai penuh hingga tidak ada
gelembung udara dalam botol
3) Tutup botol dengan plat kaca, lalu timbang (B)
4) Timbang agregat yang akan di uji berat jenisnya (A)
5) Buang air sebagian dalam tabung kaca, lalu masukkan
agregat ke dalam tabung kaca, hilangkan gelembung udara
dalam tabung kaca
6) Isis air sampai penuh agar gelembung udara naik semua,
lalu tutup dengan plat kaca
7) Lap bagian luar tabung dan plat kaca yang terkena air
8) Timbang tabung+ plat kaca+benda uji SSD (C)
9) Keringkan benda uji dalam oven, lalu timbang (D)
23. 23
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
a. Agregat Kasar > 4,75 mm (split dan Screen)
No contoh Sp Sc
Berat benda uji SSD (gr) W1 1027,9 1019,6
Berat benda uji SSD dalam air
(gr)
W2 619,7 593,2
Berat benda uji kering oven
(gr)
W3 991,2 986,2
Bj SSD
2,518 2,391
Bj Bulk
2,4282 2,3129
Bj Apparent
2,668 2,509
Penyerapan Air
3,703% 3,387%
Tabel 4.1 analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air, agregat kasar >
4,75mm (Split dan Screen)
Analsis data diatas:
1. Split
Diketahui : W1 = 1027,9 gr
W2 = 619,7 gr
W3 = 991,2 gr
a. BJ SSD = =
–
= 2,518 gr
b. BJ bulk = =
–
= 2,4282 gr
c. BJ apparent = = = 2,668 gr
d. Penyerapan agregat =
=
24. 24
= 3,703 %
2. Screen
Diketahui : W1 = 1019,6 gr
W2 = 593,2 gr
W3 = 986,2 gr
a. BJ SSD = = = 2,391 gr
b. BJ bulk = = = 2,3129 gr
c. BJ apparent = =
–
= 2,509 gr
d. Penyerapan agregat =
=
–
= 3,387 %
Agregat < 4,75 mm
Uji Berat Jenis tidak dilakukan, karena berat agregat yang lolos <
10% dari berat total.
Split = 0.9 gr = 0.0876 %
Screen =0.3 gr = 0.0294 %
25. 25
b. Agregat Halus (Abubatu)
No contoh >2.36 <2.36
Berat benda uji SSD (gr) A 287,6 188,5
Berat tabung+plat+air (gr) B 2729,2 2729,6
Berat tabung+plat+air+agregat (gr) C 2900,8 2839,6
Berat benda iji kering oven (gr) D 269,8 167,5
Bj SSD
2,479 2,411
Bj Bulk
2,326 2,142
Bj Apparent
2,747 2,928
Penyerapan Air
6,598% 12,5%
Tabel 4.2 analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air, agregat halus
(Abubatu)
Analsis data diatas
Abubatu > 2,36 mm
Diketahui : A = 287,6 gr
B = 2729,3gr
C = 2900,8gr
D = 269,8 gr
1. BJ SSD = =
–
= 2,479 gr
2. BJ bulk = =
–
= 2,326 gr
3. BJ apparent= =
–
= 2,747 gr
4. Penyerapan agregat =
=
26. 26
= 6,598 %
Abubatu < 2,36 mm
Diketahui : A = 188,5 gr
B = 2729,6 gr
C = 2839,9 gr
D = 167,5 gr
1. BJ SSD = =
–
= 2,411 gr
2. BJ bulk = =
–
= 2,142 gr
3. BJ apparent = =
–
= 2,928
gr
4. Penyerapan agregat =
=
= 12,5 %
AGREGAT PROPORSI BERAT JENIS Penyerapan air
mm % SSD BULK APPARENT %
Split >4.75 99,912 2,518 2,4282 2,688 3,703
<4.75 0,088
Screen >4.75 99,971 2,391 2,3129 2,509 3,387
<4.75 0,029
Ab >2.36 60,407 2,479 2,326 2,747 6,598
<2.36 39,593 2,411 2,142 2,928 12,5
Tabel 4.3 hasil analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air
27. 27
G. KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Pada agregat kasar > 4,75mm (split dan screen), perbedaan antara berat
jenis SSD,Bulk dan Apperent tidak jauh berbeda.
2. Pada agregat kasar < 4,75mm (split dan screen), tidak dilakukan
pratikum, karena jumlah agregatnya < dari 10%, yaitu untuk split
0,088% dan untuk screen hanya 0,029 % dari berat total agregat.
3. Penyerapan air pada Split 3,703 %, sedangkan penyerapan air pada split
3,387%, yang tidak jauh berbeda.
4. Berat jenis pada abubatu >2,36 mm,SSD = 2,479, Bulk = 2,2362,
Apperent = 2,747 sedangkan pada < 2,36 mm,SSD = 2,411, Bulk =
2,142, Apperent = 2,928. Yang tidak jauh berbeda.
5. Penyerapan air pada abubatu memiliki perbedaan yangcukup signifikan
yaitu abubatu>2,36 mm =6,598% sedangkan abubatu<2,36mm =12,5%.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm
Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil
UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro
Penerbit
SNI 03-1969-2008
http://lexonos.blogspot.com/2009/03/metode-pengujian-berat-jenis-
dan_30.html
http://blog.unand.ac.id/lompatkodok/catatan-kuliah/analisis-specific-
gravity-dan-penyerapan-agregat-halus-2/
28. 28
KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI LOS ANGELES
( LOS ANGELES ABRASSION TEST )
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat
menentukan sifat agregat kasar berdasarkan keausannya, dengan menghitung
% jumlah bagian berat yang aus (lolos saringan 1.17mm/ No. 12) setelah
mendapatkan abrasi pada mesin los angeles.
B. ALAT
a. Saringan satu set : 19,1mm (3/4”), 9.5mm (3/8”), 4.76mm (No.4),
2.38mm (No. 8), 1.2mm ( No. 12)
b. Timbangan
c. Mesin Los Angeles + bola baja
Gambar 5.1 Mesin Los Angeles
d. Oven
e. Wadah / talam
C. BAHAN
Agregat yang lolos saringan 37.5mm ( 1 ½”) = 5000 gram (yang sudah
kering oven).
29. 29
D. TEORI SINGKAT
Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya
penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis
agregat, gradasi campuran, ukuran pertikel, bentuk agregat, dan besarnya
energy yang dialami oleh agregat tersebut.
Daya tahan agregat terhadap beban mekanis diperiksa dengan melakukan
pengujian abrasi menggunakan abrasi Los Angeles, sesuai dengan SNI-03-
2417-1991 atau AASHTO T96-87. Gaya mekanis pada pemeriksaan dengan
alat abrasi Los Angeles diperoleh dari bola-bola baja yang dimasukkan
bersama dengan agregat yang hendak di uji.
Penggolongan tingkat keausan agregat diindikasi oleh nilai abrasi dari
hasil pengujian mesin Los Angeles terdiri dari:
Agregat kasar nilai abrasi < 20%
Agregat lunak nilai abrasi >50%
Mesin abrasi Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 711 mm (28") panjang dalam 508 mm (20");
silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar
pada poros mendatar; Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji:
penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 89 mm (3,5").
Metode abrasi Los Angeles ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk
menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan
mempergunakan mesin Abrasi Los Angeles.
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.
12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.Pengujian ini dapat
digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar. Hasil pengujian bahan ini
dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan
atau konstruksi beton.
30. 30
Prinsip Los Angeles adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi
standardnya akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan dan pengiasan
dalam drum baja. Ketika drum berputar, bilah baja yang terdapat di
dalamnya mengangkat sampel dan bola baja, membawanya berputar sampai
kembali jatuh mengakibatkan efek tumbuk-tekan/impact-crushing pada
sampel. Sampel sendiri kemudian berguling dengan mengalami aksi abrasi
da penilasan sampai bilah baja kembali menekan dan membawanya berputar.
Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam
mesin abrasi, putar mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah
putaran untuk masing-masing gradasi berbeda, keluarkan benda uji
kemudian saring, butiran yang tertahan dicuci dan dikeringkan dalam oven
sampai berat tetap.
Gambar 5.2 Spesifikasi Mesin Los Angeles
Putaran dapat dilakukan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33
rpm. Nilai abrasi dinyatakan dalam persen yang merupak nila perbandingan
antara berat benda uji semula dikurangi berat tertahan saringan no.12
denagn bera benda uji semula.
% keausan =
Ket: W1 = berat total agregat semula (gr)
W2 = berat total agregat tertahan saringan n0.12 (gr)
31. 31
Keausan pada 500 putaran menurut PB-0206-76 manual pemeriksaan
bahan jalan maksimum adalah 40%.
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang agregat sebanyak 5000 gram.
3. Saring agregat dengan saringan 19.1mm – 2.38mm dan timbang agregat
sesuai dengan gradasinya, kemudian hitung total berat agregat (W1
dalam gram).
4. Masukkan agregat + bola baja sesuai dengan gradasi agregat sesuai
dengan ke dalam mesin Los Angeles.
5. Putar mesin dengan kecepatan 30 – 33 rpm, sebanyak 500 putaran.
6. Setelah selesai pemutaran, keluarkan agregat dari mesin Los Angeles
dan lakukan penyaringan dengan saringan 1.17mm (No. 12)
7. Timbang agregat (W2 dalam gram)
8. Hitung % keausan = ((W1-W2)/W1) x 100%
TABEL GRADASI DAN JUMLAH AGREGAT
Ukuran saringan (mm)
Gradasi dan berat untuk setiap ukuran
(gram)
Lolos Tertahan A B C D
37,5 25 1250±25
25 19 1250±25
19 12,5 1250±10 2500±10
12,5 9,5 1250±10 2500±10
9,5 6,3 2500±10
6,3 4,75 2500±10
4,75 2,36 5000±10
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10
Jumlah bola baja 12 11 8 6
Tabel 5.1 gradasi dan Jumlah agregat
32. 32
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
Ukuran saringan
(mm)
Gradasi dan berat
untuk setiap ukuran (gr)
Lolos Tertahan Sebelum Sesudah
37,5 19 4168,5 1823,3
19 9,5 822,3 1485,2
9,5 4,75 3,2 343,6
4,75 2,36 2,2 329,7
2,36 1,176 180,4
Jumlah berat 4958.1 4162,2
Berat tertahan No.12 - 4162,2
Tabel 5.2 Data berat Agregat
2. PERHITUNGAN
W1 = 4996,2 gr
W2 = 4162,2 gr
W1-W2= 4996,2-4162 = 834 gr
Keausan =
=
= 16,693 %
= 16,7%
G. KESIMPULAN
Setelah melakukan pratikum ini, maka didapatkan Angka Keausan adalah
16,7 % dengan menggunakan 12 buah bola baja. Nilai Keausan berada
dibwah 20%, maka dapat kita simpulkan bahwasannya agregat cukup bagus
untuk menahan Keausan, yang berarti Nilai Keausan memenuhi standar
ketetapan atau yang diharapkan.
33. 33
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm
Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil
UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro
Penerbit
SNI 03-2417-1991
http://www.mediafire.com/?ukq8tj4w3uw9vpa
http://www.ferryndalle.com/2011/08/pengujian-keausan-agregat-
dengan-mesin.html
http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran
34. 34
MERANCANG CAMPURAN BERASPAL, MEMBUAT BENDA UJI,
DAN PEMERIKSAAN BENDA UJI SERTA EVALUASI HASIL
RANCANGAN
A. TUJUAN
Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Merancang campuran aspal beton.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan benda uji mulai dari
mencampur,mengaduk sampai memadatkan banda uji aspal beton untuk
Marshall Test sesuai dengan % kadar aspal masing-masing.
3. Untuk mengetahui kadar aspal optimum yang memenuhi persyaratan
sifat campuran yang dipilih.
B. ALAT
a. Cetakan dari logam diameter 10.16 mm dan tinggi 7.62 mm, lengkap
dengan pelat alas dan leher sambung.
Gambar 6.1 Cetakan logam
b. Mesin penumbuk lengkap lindasan pemadat dan pemegang cetakan
benda uji.
Gambar 6.2 alat Penumbuk lengkap
35. 35
c. Ekstruder/ alat pengeluar benda uji.
Gambar 6.3 Ekstruder
d. Alat marshall lengkap
Gambar 6.4 Alat Marshall
e. Oven
f. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu.
Gambar 6.5 waterbath
36. 36
g. Timbangan
h. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer)
i. Perlengkapan lain:
Wajan/ panic pemanas agregat, aspal dan campuran aspal
Sendok pengaduk dan spatula
Kompor dan pemanas, (hot plate)
Sarung tangan tahan panas, masker
Kompor gas elpiji atau minyak tanah
C. BAHAN
a. Aspal
b. Split
c. Screen
d. Abubatu
e. Air suling
D. TEORI SINGKAT
Aspal beton campuran panas adalah salah satu jenis dari lapis perkerasan
konstruksi perkerasan lentur, jenis perkerasan ini merupakan campuran
homogeny antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu
tertentu.
Beton aspal terdiri dari campuran agregat dari berbagai diameter dan
aspal. Pencampuran dapat dilakukan secara dingin (cold mix) maupun secara
panas (hot mix). Pencampuran secara hot mix, yaitu suatu campuran yang
terdiri dari komponen-komponen agregat yang merupakan komponen
terbesar dalam campuran dan bahan pengikatny aspal, dimana cara
pencampurannya melalui proses pemanasan. Pada hot mix bahan dipanasi
sampai suhu 195°C untuk agregat dan 140°C untuk aspal. Serta akan
menghasilkan campuran dengan suhu + 145°C.
Bahan penyusunnya:
37. 37
Bahan ikat: aspal
Agregat : -agregat kasar, agregat halus, pengisi/filler.
Peralatan marshall adalah merupakan alat penguji campuran beraspal
panas (hot mix) yang umum dilakukan untuk mengetahui untuk kekuatan
campuran beraspal panas (hot mix) yang digunakan dalam perkerasan lentur
jalan raya. Parameter kekuatan campuran beraspal panas (hot mix) yang diuji
dengan alat marshall harus memenuhi spesifikasi seperti: penyerapan aspal,
rongga dalam aspal (VIM), rongga dalam agregat (VMA), rongga terisi aspal
(VFB), stabilitas marshall (MS), pelelehan (FLOW), marshall quotient,
stabilitas marshall sisa setelah perendaman selama 24 jam, rongga dalam
campuran pada kepadatan membal (refusal). Rencana perkerasan lebih
mengenal parameter stabilitas marshall (MS) dan perameter lain harus
memenuhi spesifikasi, karena parameter MS tersebut berkaitan langsung
dengan koefisien kekuatan relative (layer coefficient) yang digunakan untuk
menghitung tebal perkerasan.
Stabilitas, yaitu kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu
lintas, tanpa terjadi perubahan untuk tetap seperti gelombang, alur ataupun
bleeding. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar
partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal.
Ketahanan terhadap kelelehan (flow), merupakan kemampuan beton
aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya
kelehan berupa alur atau retak. Hal ini dapat tercapai jika menggunakan
kadar aspal yang tinggi.
E. LANGKAH KERJA
1. Langkah kerja pembuatan benda uji
Persiapan bahan
a. Keringkan agregat sampai berat tetap
b. Siapkan bahan untuk setiap benda uji yaitu agregat gram
dari % analisis saringan.
38. 38
Pembuatan benda uji
a. Panaskan agregat yang sudah dicampur untuk setiap benda uji
denga suhu
Gambar 6.6 Pemanasan Agregat
b. Panaskan aspal dengan suhu
Gambar 6.7 Pemanasan Aspal
c. Siapkan peralatan seperti: cetakan, alat penumbuk, dan lain-lain;
alat ini harus dipanaskan terlebih dahulu
d. Timbang wajan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian catat
beratnya (A gram)
e. Masukkan campuran agregat dalam keadaan panas ke dalam wajan
yang sudah dipanaskan terlebih dahulu dan aduk secara merata dan
perlahan
f. Timbang campuran agregat +wajan (B garam)
39. 39
g. Hitung berat aspal yang sesuai dengan kadar aspal yang aka dibuat
benda ujinya
Kadar aspal yag digunakan 4-7%dengan kenaikan 0.5 % untuk
setiap benda uji.
Gambar 6.8 penambahan aspal pada agregat
h. Campur dan aduk aspal dengan campuran agregat sampai rata
denga suhu
i. Pengadukan harus homogen untuk mendapatkan hasil yang baik
Gambar 6.9 pengadukan aspal dan agregat
j. Masukkan campuran agregat +aspal tersebut ke dalam cetakan
yang sudah dipanaskan, disusun terlebih dahulu cetakannya serta di
bagian alasnya dipasang kertas saring
40. 40
Gambar 6.10 pemasukan aspal dan agregat ke mol
k. Tusuk bagian benda uji dengan spatula sebanyak 15 kali di pinggir
dan 10 kali di tengah
l. Tutup bagian atasnya dengan kertas saring
m. Tumbuk benda uji masing-masing sebanyak 75 tumbukan tiap
permukaannya (atas dan bawah) pada suhu
Gambar 6.11 proses penumbukkan
n. Lepasakan cetakan dari alat penumbuk, biarkan menit sambil
diselimuti lap basah
41. 41
Gambar 6.12 proses pedinginan
o. Keluarkan benda uji dari cetakan dengan menggunakan ekstruder,
kemudian beri tanda kadar aspal, kelompok
Gambar 6.13 proses pengeluaran benda uji
p. Diamkan benda uji pada suhu ruang selama 24 jam, setelah itu
lakukan pengujian Marshall
2. Langkah kerja pengujian Marshall
Ada tiga tahap pengukuran
a. Melakukan pengukuran berat jenis
b. Pengukuran stabilitas dan flow
c. Pengukuran kerapatan dan analisis rongga
Persiapan
a. Benda uji harus bersih dari kotoran
b. Setiap benda uji diberi tanda
42. 42
c. Ukur tinggi dan diameter masing-masing benda uji dengan
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm. tinggi dan
diameter benda uji adalah rata-rata dari 3 kali pengukuran.
Pengukuran berat jenis
a. Timbang benda uji (berat benda uji kering)
b. Masukkan benda uji ke dalan air suhu selama 3-5 menit dan
timbang untuk mendapatkan berat benda ijindalam air
c. Angkat benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat
menyerap air lalu timbang (berat benda uji kondisi jenuh-kering
permukaan/SSD). Proses pengambilan dari dalam air dan
menyelimuti benda uji dengan kain serta penimbangan sebaiknya
dilakukan tidak lebih dari 30 detik
d. Berat Jenis Curah benda iji adalah berat benda uji kering/ berat
benda uji kondisi jenuh kering permukaan-berat benda uji dalam
air
Pengukuran stabilitas dan flow
a. Rendam benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit
dengan suhu tetap
b. Kelurakan benda uji dari bak perendam dan letakkan ke dalam
proving ring. Proses pengangkatan benda iji dari bak perendam
sampai terjadi beban maks tidak boleh melebihi 30 detik
c. Pasang proving ring keseluruhan dan letakkan pada mesin penguji
d. Pasang arloji pengukur pelelehan (flow) dan atur kedudukannya
e. Naikkkan kepala penekan beserta benda ujinya hingga menyentuh
alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan
f. Berikan pembebanan pada benda uji denga kecepatan tetap sampai
pembebenan maks tercapai atau pembebanan menurun seperti
ditunjukka oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan
maksimum
g. Catat nilai flow pada saat pembebanan maksimum tercapai
43. 43
Gambar 6.14 proses pengujian Marshall
Tahap perhitungan
a. Perhitungan Bulk Spsific Gravity Agregat=
b. Perhitungan Effective Specific Gravity Campuran =
c. Perhitungan Bulk Specific Gravity Campuran =
d. Berat Benda Uji Maksimum Campuran Teoritis (Max. Theoretical
Specific Gravity)=
44. 44
e. Volume Benda Uji (Campuran)=
f. Berat Isi Banda Uji (Campuran)=
g. Perhitungan total rongga dalam campuran (VIM)
h. Perhitungan jumlah rongga dalam agregat (VMA, Void in the
Mineral Agregat )=
i. Rongga terisi aspal (VFA, Void Filled with Asphalt)=
Analisis data
Koreksi nilai stabilitas perlu dilakukan jika tinggi benda uji tidak sama
dengan 63,5 mm (2,5”) dengan mengggunakan table koreksi
Hitung nilai rata-rata yang mewakili setiap nilai kadar aspal untuk nilai
stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi campuran,VIM,VMA,VFA
Buat grafik untuk masing-masing stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi
campuran,VIM,VMA,VFA. Kecenderungan yang umum pada garfik:
Nilai stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan
mencapai puncaknya pada suatu kadar aspal tertentu. Setelah itu
pertambahan kadar aspal akan mernurunkan nilai stabilitas
Nilai flow akan naik sesuai pertambhan kadar aspal
Kurva untuk berat isi campuran kecenderungannya sama dengan
kurva untuk stabilitas, tetapi biasanya (tidak selalu) nilai
maksimum untuk berat isi akan diperoleh untuk kadar aspal yang
45. 45
sedikit lebih tinggi daripada kadar aspal untuk stabilitas
maksimum
VIM akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal
VMA akan turun ke suatu nilai minimum kemudian akan naik
lagi sesuai dengan pertambahan kadar aspal
stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi
campuran,VIM,VMA,VFA
VFA akan naik sesuai dengan pertmbahan kadar aspal, karena
VIM terisi oleh aspal.
Isi benda uji
(cm)3
Tebal benda
uji (mm)
Angka
Korelasi
200-213
214-225
226-237
238-250
251-264
265-276
277-289
290-301
302-316
317-328
329-340
341-353
354-367
368-379
380-392
393-405
406-420
421-431
432-443
444-456
457-470
471-482
483-495
496-508
509-522
523-535
536-546
547-559
560-573
25,4
27,0
28,6
30,2
31,8
33,3
34,9
36,5
38,1
39,1
41,3
42,9
44,4
46,0
47,6
49,2
50,8
52,4
54,0
55,6
57,2
58,7
60,3
61,9
63,5
65,1
66,7
68,3
69,9
5,56
5,00
4,55
4,17
3,85
3,57
3,33
3,03
2,78
2,50
2,27
2,08
1,92
1,79
1,67
1,56
1,47
1,39
1,32
1,25
1,19
1,14
1,09
1,04
1,00
0,96
0,93
0,89
0,86
46. 46
574-585
586-598
599-610
611-625
71,4
73,0
74,6
76,2
0,83
0,81
0,78
0,76
Tabel 6.1 Koreksi Nilai Stabilitas berdasarkan benda uji
F. DATA DAN PERHITUNGAN
1. DATA
Campuran agregat yang di pakai:
Split 18,88 %
Screen 20,37 %
Abu batu 60,75 %
Kadar aspal W1 W2 W3 W4 W5 W6
% gr gr gr gr gr gr
4 3488.8 4588.8 1100 45.8 1145.8 4634.6
4.5 3762 4833.4 1071.4 50.5 1121.9 4883.9
5 3174.9 4255.6 1080.7 56.9 1137.6 4312.5
5.5 3173.5 4243.3 1069.8 62.3 1132.1 4305.6
6 3453.5 4521.3 1067.8 68.2 1136.0 4589.5
6.5 3174.6 4249.4 1074.8 74.7 1149.5 4324.1
6.5 3763.8 4846.5 1082.7 75.3 1158.0 4921.8
7 3176.7 4248.5 1071.8 80.7 1152.5 4329.2
Tabel 6.2 data benda uji
Keterangan:
W1 = Berat Wajan
W2 = Berat Wajan + Agregat
W3 = Berat Agregat
W4 = Berat Aspal
W5 = Berat Agregat + Aspal
W6 = Berat Wajan + Agregat + Aspal
50. 50
Grafik 2: Kadar Aspal dan Stabiliti
Grafik 3: Kadar Aspal dan Flow
0.000
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
500.000
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
AxisTitle Kadar Aspal dan Stabiliti
kadar aspal dan stabiliti
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
AxisTitle
Kadar Aspal dan Flow
kadar aspal dan flow
51. 51
Grafik 4: Kadar Aspal dan VIM
Grafik 5: Kadar Aspal dan VMA
99.805
99.810
99.815
99.820
99.825
99.830
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Kadar Aspal dan VIM
kadar aspal dan VIM
0.000
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Kadar Aspal dan VMA
kadar aspal dan VMA
52. 52
Grafik 6: Kadar Aspal dan VFA
Grafik 7: Kadar Aspal dan MQ
G. KESIMPULAN
Dari pratikum yang dilaksanakan didapatkan data:
1. Bulk specific gravity campuran yang diperoleh adalah 2,00
2. Berat jenis maksimum campuran teoritis (max SG) = 2,31
3. Marshall Quotient yang diperoleh 184,51 kg/mm
4. Berat benda uji dalam air kurang lebih setengah dari berat kering
ataupun berat SSD.
-700.000
-600.000
-500.000
-400.000
-300.000
-200.000
-100.000
0.000
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Kadar Aspal dan VFA
kadar aspal dan VFA
0.000
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Kadar Aspal dan MQ
kadar aspal dan MQ
53. 53
5. Berat isi rata-rata = 0,0034 t/m³
6. - VIM rata – rata = 99,85 %
7. VMA rata – rata = 17,76 %
8. VFA rata – rata = 475,94 %
H. DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.1995.Perkerasan Lentur Jalan Raya.Bandung: Penerbit
Nova
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil
UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro
Penerbit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm
Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga
SNI 03-1737-1989
http://www.scribd.com/doc/39795880/13-Perancangan-Campuran-
Beton-Aspal-Panas-Berbasis-Spesifikasi-Lama
http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-aspal-
beton-mix.html
http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-aspal-
beton-mix.html
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&q
ual=high&fname=/jiunkpe/s1/sip4/2000/jiunkpe-ns-s1-2000-21495132-
14781-struktur-chapter3.pdf
54. 54
REKAPITULASI DATA HASIL PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
RAYA
1. Analisis Saringan Agregat ( Sieve Analisis )
Persentase gradasi Agregat yang didapatkan adalah :
1. Split = 19,5 %
2. Screen = 18,5 %
3. Abu batu = 63 %
2. Pengujian Kelekatan Agregat Pada Aspal ( Affinity For Bitumen )
No. Pengamat Hasil Pengamatan/Kelekatan (%)
1
2
3
4
5
A
B
C
D
E
99
99
98
99
98
Rata- rata 98,6
Perhitungan :
= 98,6
3. Pengujian Penetrasi Aspal ( Penetration Of Bituminous Materials )
No
Penetrasi pada suhu
25o
C
Pengamatan
Suhu Ruang Waterbath
1 Abdul Arif 325-400=75 395-485=90
2 Kiki Rizky Amalia 323-407=84 362-465=103
3 Rahmat Herwandi 390-467=77 370-476=106
4 Wandika Andi Putra 005-070=65 390-495=105
5 Zuancher 380-455=75 380-485=105
Rata-rata 75,2 101,8
55. 55
Perhitungan
a. Rata-rata Penetrasi yang pada suhu ruang
=
= 75,2
b. Rata-rata Penetrasi yang direndam dalam waterbath
=
= 101,8
4. Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
AGREGAT PROPORSI BERAT JENIS Penyerapan air
mm % SSD BULK APPARENT %
Split >4.75 99,912 2,518 2,4282 2,688 3,703
<4.75 0,088
Screen >4.75 99,971 2,391 2,3129 2,509 3,387
<4.75 0,029
Ab >2.36 60,407 2,479 2,326 2,747 6,598
<2.36 39,593 2,411 2,142 2,928 12,5
5. Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles ( Los Angeles Abration
Test )
W1 = 4996,2 gr
W2 = 4162,2 gr
W1-W2= 4996,2-4162 = 834 gr
Keausan =
=
= 16,693 %
= 16,7%
57. 57
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan:
Analisis Saringan Agregat ( Sieve Analisis )
Persentase dari split 19,5%, screen = 18,5 % dan abubatu = 63 %.
Berdasarkan susunan dari butiran agregat tersebut kurang baik untuk
perkerasan jalan, karena persentase abubatu yang terlalu banyak. Dari hal
itu, dapat kita simpulkan bahwa Semakin kecil nilai kumulatif tertahan (%)
maka semakin besar nilai kumulatif lolos (%) dan nilai fullernya.
Pengujian Kelekatan Agregat Pada Aspal ( Affinity For Bitumen )
Agregat yang masih terselimuti oleh aspal setelah direndam selama 16 jam
sebanyak 98.6%. Ini berarti aspal memiliki daya lekat yang baik terhadap
agregat.
Pengujian Penetrasi Aspal ( Penetration Of Bituminous Materials )
1. Nilai Penetrasi pada suhu ruang adalah : 75,2
2. Nilai Penetrasi pada sampel yang direndam pada waterbath adalah:
101,8
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aspal yang digunakan
tergolong dalam aspal yang keras. Karena aspal pada suhu ruang nilai
penetrasinya 75,2 yang memasuki standart SNI 06-2456-1991 yaitu 60 –
79. Sedangkan aspal yang direndam di waterbath nilai penetrasinya adalah
101,8, yang berarti rendaman tersebut membuat aspal lebih aspal lunak
dan psikositasnya lebir rendah dibandingkan pada suhu ruang.
Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
Pada agregat kasar > 4,75mm (split dan screen), perbedaan antara berat
jenis SSD,Bulk dan Apperent tidak jauh berbeda.
58. 58
Pada agregat kasar < 4,75mm (split dan screen), tidak dilakukan pratikum,
karena jumlah agregatnya < dari 10%, yaitu untuk split 0,088% dan untuk
screen hanya 0,029 % dari berat total agregat.
Penyerapan air pada Split 3,703 %, sedangkan penyerapan air pada split
3,387%, yang tidak jauh berbeda.
Berat jenis pada abubatu >2,36 mm,SSD = 2,479, Bulk = 2,2362, Apperent
= 2,747 sedangkan pada < 2,36 mm,SSD = 2,411, Bulk = 2,142, Apperent
= 2,928. Yang tidak jauh berbeda.
Penyerapan air pada abubatu memiliki perbedaan yangcukup signifikan
yaitu abubatu>2,36 mm =6,598% sedangkan abubatu<2,36mm =12,5%.
Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles ( Los Angeles Abration Test)
Setelah melakukan pratikum ini, maka didapatkan Angka Keausan adalah
16,7 % dengan menggunakan 12 buah bola baja. Nilai Keausan berada
dibwah 20%, maka dapat kita simpulkan bahwasannya agregat cukup
bagus untuk menahan Keausan, yang berarti Nilai Keausan memenuhi
standar ketetapan atau yang diharapkan.
Merancang Campuran Beraspal, Membuat Benda Uji, dan Pemeriksaan Benda Uji
Serta Evaluasi Hasil Rancangan
Bulk specific gravity campuran yang diperoleh adalah 2,00
Berat jenis maksimum campuran teoritis (max SG) = 2,31
Marshall Quotient yang diperoleh 184,51 kg/mm
Berat benda uji dalam air kurang lebih setengah dari berat kering ataupun
berat SSD.
Berat isi rata-rata = 0,0034 t/m³
VIM rata – rata = 99,85 %
VMA rata – rata = 17,76 %
VFA rata – rata = 475,94 %
59. 59
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit
Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm
Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga
G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil
UNP
Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro
Penerbit
Sukirman, Silvia.1995.Perkerasan Lentur Jalan Raya.Bandung: Penerbit
Nova
SNI 03-1968-1990
SNI 03-2439-1991
SNI 06-2456-1991
SNI 03-1969-2008
SNI 03-2417-1991
SNI 03-1737-1989
http://www.ilmusipil.com/analisa-saringan-agregat-kasar-dan-halus
http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/pengujian-analisa-saringan-
agregat.html
http://www.scribd.com/doc/57830914/Analisa-saringan-agregat
http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran
http://lexonos.blogspot.com/2009/07/metode-pengujian-kelekatan-
agregat.html
http://www.scribd.com/doc/71395662/Kelekatan-Agregat-Terhadap-
Aspal
http://softwareyudhipram.blogspot.com/2011/11/metode-pengujian-
kelekatan-agregat.html
http://www.scribd.com/doc/59158177/penetrasi-aspal
http://kerudungmukena.blogspot.com/2009/05/aspal-penetrasi-6070.html
http://napitupulu-anggiat.blogspot.com/2011/06/penetrasi-aspal.html