Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan konstruksi jalan dari jalan tanah, jalan kerikil, jalan batu pecah, hingga jalan aspal beton beserta rumus-rumus perhitungan tebal lapisan perkerasan jalan berdasarkan beban lalu lintas dan CBR tanah dasar."
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, Lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Sebuah tulisan mengenai cara menghitung pembesian pada bore pile atau strauss pile terutama untuk bentuk sengkang / begel yang berbentuk spiral
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, Lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Sebuah tulisan mengenai cara menghitung pembesian pada bore pile atau strauss pile terutama untuk bentuk sengkang / begel yang berbentuk spiral
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. SEJARAH PERKERASAN JALAN
1. SEBELUM MENGENAL HEWAN SEBAGAI
ALAT ANGKUTAN
2. SETELAH MENGENAL HEWAN SEBAGAI
ALAT ANGKUTAN
Manusia sudah mengenal konstruksi jalan.
* Bentuk jalan bertangga – tangga sudah dibuat
lebih mendatar.
* Batu – batu yang ditempatkan jarang – jarang
ditempat yang jelek sudah dibuat lebih kerap.
3. SETELAH MENGENAL
KENDARAAN
BERODA
2. KONSTRUKSI
1.
Jalan Tanah : adalah jalan yang bahan perkerasannya
tanah, yang didapat dari meratakan muka tanah,
apakah itu diperlukan penggalian atau timbunan.
Timbunan :
Tanggul
3–5%
Sal. Pembuang
Antara 10 – 20 m
Jalur LL
5. b.
Pasir Kasar
Batu Pecah 6/7
4 – 8 cm
Batu Kerikil (Permulaan)
Batu Pinggir
Batu Kali / Pecah
4. JALAN SISTEM TELFORD
Bahan dasar untuk lapisan cengkam yang dipakai adalah batu kali
Prinsip : Desak mendesak
Pasir Aspal → lap. aus
Batu Kali 5 / 7
Batu Kali 15 / 20 – 25 / 30
Batu Pinggir
Batu Kali
10 / 15 – 15 / 25
Pasir Urug 10 – 20 cm
P
6. 5. JALAN SISTEM MAC. ADAM
Prinsip : Tumpang Tindih
Batu Pecah
5. JALAN PENETRASI
2/3
3/5
15 / 20
Pasir Urug
8. Pembuatan Jalan :
Jalan Baru
Peningkatan Jalan / Highway Betterment
Konstruksi saat ini yang banyak kita pakai dengan urutan sebagai berikut :
1. Badan Jalan
2. Sub. Base Course
3. Base Course
4. a. Asphalt Concrete
b. TBST
Pekerjaan yang akan kita kerjakan :
1. REKONSTRUKSI
Melaksanakan kons. yang dikehendaki, adakalanya dari Embankment
atau hanya dari Sub Grade Preparation saja.
9. 2. RE-SURFACE: Pekerjaan penambahan sub base saja, baik lebar
maupun tebalnya.
3. OVERLAY
: Pada umumnya kita menambah lapisan aspal ( AC )
langsung diatas aspal/ jalan lama.
Ilmu tentang konstruksi jalan raya dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1. Perhitungan tebal perkerasan
2. Konstruksi perkerasan
3. Perencanaan geometrik
Perkembangan cara perhitungan tebal perkerasan dapat dibagi
3 bagian :
1. Menitik beratkan pada pengalaman dilapangan
2. Menitik beratkan pada teori dan analisa
3. Mengembangkan rumus teoritis tsb. Dengan percobaan –
percobaan yang intensif di lab.
10. RUMUS EMPIRIS :
1. Berdasarkan Klas Jalan dan Keadaan Tanah Dasar
h = k1 . P
dimana :
h = tebal perkerasan ( cm )
P = klas jalan ( ton ) ( ESAL )
k1= suatu koeffisien ( cm/ton ) tergantung tanah dasarnya.
Tabel 1. Klas Jalan di Indonesia yang Masih Berlaku
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Klas Jalan
Tek. Gandar Tunggal
Klas I
Klas II
Klas III
Klas IIIa
Klas IV
Klas VI
7 ton
5 ton
3,5 ton
2,75 ton
2 ton
1,5 ton
11. Tabel 2. Nilai Koefisien k
No.
Koef.Tanah Dasar
1
Tanah Bagus
Jenis Tanah Dasar
* Tanah Pasir Berkerikil
Nilai k1
2,5 (cm/ton)
* Tanah Pasir Berbatu
2
Tanah Baik
3
Tanah Sedang
4
Tanah Jelek
* Tanah Pasir
5 (cm/ton)
* Tanah Liat/ Silt
7,5 (cm/ton)
* Tanah Liat Mengandung Organik
10 (cm/ton)
Contoh : Hitung tebal perkerasan jalan kelas I di tanah baik.
h = k1 . P = 5 x 7 = 35 cm.
12. 2. Berdasarkan Jumlah Tonase Kendaraan yang Lewat dan Keadaan
Tanah Dasar.
h = k2. ∑P
dimana :
h = tebal perkerasan ( cm )
∑P = P1 + P2 + P3 + ......
= jumlah tonase kend. Yg lewat.
k2 = suatu koef. ( cm/ 100 ton )
Tabel 3. Nilai k2 dan Tebal Minimum
Klasifikasi
No Tanah Dasar
.
1.
2.
3.
4.
Bagus
Baik
Sedang
Jelek
Nilai k2
Tebal Minimum
Perkerasan
1 cm/100 t
2,5 cm/100 t
3 cm/100 t
4 cm/100 t
10 cm
20 cm
30 cm
40 cm
13. PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN
DENGAN METHODE TANPA BAHAN PENGIKAT
( UNBOUND METHODE )
σα = (σtnh )
σα = tek.dari atas akibat muatan kend.
σtnh = Daya dukung tanah dasar yang
diijinkan.
Pada konstruksi perkerasan yang konvensional
ada 3 lapisan :
1. Lapisan teratas ( surface ) dibuat dari beton aspal ( AC )
2. Lapisan tengah ( base ) dibuat dari batu pecah kualitas
baik.
3. Lapisan bawah ( sub base ) dibuat dari batu pecah
kualitas sedang atau
14. P
W=½P
45o
h
σt
r=h
h = tebal perkerasan
P = tekanan gandar ( statis ) maksimum
W = ½ P = tekanan roda statis
σt = kekuatan tanah dasar
γ = koef. Keamanan untuk kejut dan untuk getaran karena
lalu lintas.
P dinamis = γ.P γ = 1,25 – 4 ( tergantung lalu lintasnya)
15. HUKUM KESEIMBANGAN :
Gaya muatan atas karena W harus sama dengan gaya dukung
dari tanah dasar karena σt.
= luas daerah tekanan x σt
= π r2 x σt
= π . h2 . σt
jadi : h = 2πP.σt ( statis )......1.
W
½P
h =
γ .P
2π .σt
( dinamis ) ........ 1a
16. SISTIM CBR
Hubungan antara CBR, E ( modulus Elastisitas ) dari tanah dan σt.
Rumus umum : σt = ε . E
Menurut Yeuffroy’s,
ε = 0,008
Menurut Heukolom,
E = ± 110 CBR ( % )
Menurut Darmon,
E = ± 100 CBR ( % )
Untuk tanah diambil
E = 100 CBR
Sehingga didapat :
σt = ε . E
= 0,008 x 100 CBR
σt = 0,8 CBR
Harga σt ini dimasukkan ke rumus 1a :
h=
γ .P
2.π .σt
=
γ .P
2π .0,8CBR
=
γ .P
1,6.π .CBR
17. Harga koef. Kejut menurut Asphalt Institute :
γa = 4
: lalu lintas sangat padat
γb = 3,085
: lalu lintas padat
γc = 2,170
: lalu lintas sedang
γd = 1,25
: lalu lintas jarang
Bila koef. Tersebut dimasukkan rumus 1a, maka :
Ha = 28
P
CBR
;
Hc = 20
Hb = 25
P
CBR
;
Hd = 16
P
CBR
P
CBR
;
;
18. CONTOH SOAL
Jalan lingkar selatan direncanakan untuk jalan klas II dengan muatan
gandar maksimum 14,0 ton dengan lalu lintas padat. CBR tanah liat /
pasir laut yang dipadatkan untuk tanah dasar diambil 5 %.
H = 25
P = 25 14
5
CBR
= 41,8 ∼ 42 cm
Gambar Rencana Konstruksi :
4 Surface (Stabilitas Marshall ≥ 1500)
8 Binder (Stabilitas Marshall ≥ 800)
20 Base CBR 80 %
10 Sub. Base CBR 20 %
19. FAKTOR LALU LINTAS
Menurut Kerkhoven dan Darmon :
Pada muatan titik tidak berulang : σt = ε . E
* Pada
muatan titik berulang n kali : σt =
Bila dimasukkan ke rumus 1 : h =
Akibat muatan berulang :
h=
h=
P
ε .E
2π
1 + 0,7 log n
.........1b
(1 + 0,7 log n) P
2πε .E
*
ε .E
1 + 0,7 log n
P
2π .σt
20. dari 1a: h =
γ .P
2π .σt
γ .P
h = 2π .ε .E
Dari 1a dan 1b dapat dibandingkan bahwa :
γ = 1 + 0,7 log n
lalu : σt = ε . E = 0,008 . E = 0,8 CBR
dimasukkan ke rumus 1b :
(1 + 0,7 log n) P
2π .0,8.CBR
h=
h =14
P(1 + 0,7 log n)
CBR
21. P = Pmaks., kalau dijadikan Po ( tonase klas jalan ), maka :
P = 2Po
h = 20
→
h = 14
2 Po(1 + 0,7 log n)
CBR
Po(1 + 0,7 log n)
CBR
Bila dicocokkan dengan nilai γ yang dulu : γ = 1 + 0,7 log n
No.
Kode
a
b
c
d
Klasifikasi
Lalu lintas
Nilai n
maks.
γ yg sekarang
(γ=1+0,7log n )
γ yang
dulu
LL sangat Padat
LL padat
LL sedang
LL jarang
10.000
1.000
100
10
3,8
3,1
2,4
1,7
4
3,085
2,170
1,25
22. Menghitung Tebal Lapisan – Lapisan D1, D2, D3
htd = tinggi konst. Sampai base
htd = tinggi konst. Sampai sub base
htd = tinggi konst. Sampai sub grade
Rumus – Rumus :
a. hb
= D1 = 20
Po(1 + 0,7 log n)
CBRbase
b. hsb
= D2 = 20
Po(1 + 0,7 log n)
CBRsubbase
c. htd
= D3 = 20
Po(1 + 0,7 log n)
CBRsubgrade
23. Bila faktor – faktor regional diperhitungkan, maka faktor LL ( n ) diganti
dengan no, dimana :
no = δ . η . n
δ = faktor keadaan drainase setempat
η = faktor curah hujan setempat
n = LL ekivalen rencana
no = LL ekivalen yang diperhitungkan.
24. RUMUS ANALITIS DENGAN BAHAN PENGIKAT
( BOUND METHOD )
Nilai Ekivalen Tebal Lapisan ( a )
D1
o
45
I
D2
II
D3
Jadi sesungguhnya, h = D1 tg α1 + D2 tg α2 + D3 tg α3
Bila h = heq, maka :
tg α1 = a1
tg α2 = a2
tg α3 = a3
Sehingga : heq = a1D1 + a2D2 + a3D3
heq =
20
Po(1 + 0,7 log n)
CBR
25. Beberapa Contoh Kombinasi Konstruksi :
a. Kombinasi :
- D1 = Surface dari aspal beton klas A
- D2 = Base dari batu pecah dengan CBR ≥ 80
- D3 = Sub base dari sirtu dengan CBR ≥ 30
Rumus : heq = 2 D1 + D2 + 0,75 D3
b. Kombinasi :
- D1 = Surface dari aspal beton klas B
- D2 = Base dari batu pecah dengan CBR ≥ 80
- D3 = Sub base dari sirtu dengan CBR ≥ 30
Rumus : heq = 1,5 D1 + D2 = 0,75 D3
c. Kombinasi :
- D1 = Surface dari aspal beton klas C
- D2 = Base dari batu pecah dengan CBR ≥ 80
- D3 = Sub base dari sirtu dengan CBR ≥ 30
Rumus : heq = D1 + D2 + 0,75 D3
26. FAKTOR REGIONAL
Lamanya air tertahan didalam konstruksi perkerasan/ tanah dasar
sangat dipengaruhi :
a. Keadaan drainase.
b. Lamanya atau banyaknya curah hujan didaerah tsb.
c. Sifat tanah menahan air.
Rumus umum : heq =
no = u. δ . η . n
20
Po(1 + 0,7 log n)
CBR
heq = 20 Po(1 + 0,7 log u.δ .η .n)
CBR
27. heq = a1D1 + a2D2 + a3D3
dimana :
no = LL ekivalen yang diperhitungkan
u = UR ( tahun )
δ = faktor keadaan drainase lingkungan
η = faktor curah hujan dan P.I bahan/ tanah dasar
n = LL ekivalen yang direncanakan
Tabel 4. Faktor Drainase ( δ )
No.
Klasifikasi
Air Tanah
Jenis Tanah
1.
2.
3.
4.
Bagus
Baik
Sedang
Jelek
Dalam
Dalam
Tinggi
Tinggi
Berbutir kasar
Berbutir halus
Berbutir kasar
Berbutir halus
δ
1,0 – 1,5
1,5 – 2,5
2,5 – 3,5
3,5 – 5,0
28. Tabel 5. Faktor Curah Hujan (η )
Jenis Tanah
No.
PI ≤ 10
1.
2.
3.
Curah Hujan
Jarang
Sedang
Banyak
PI = 10 - 20
η=1,25-1,75
η=1,75-2,50
η=2,50-4,00
PI = 20 - 30
η=2,00-2,50
η=2,50-4,00
η=4,00-7,00
η=2,50-3,00
η=3,00-6,00
η=6,00-12,5
Tabel 6. Faktor Lalu Lintas
No.
Klasifikasi
Kepadatan
LL
LER ( n )
D1+D2 min
( cm )
D1 min
( cm )
1
2
3
4
Sangat Padat
Padat
Sedang
Jarang
> 1000
100– 1.000
10 – 100
1 - 10
25
20
15
12,5
9 -10
7–8
7–8
4–5
29. MACAM – MACAM PERKERASAN
1. Flexible Pavement
2. Rigid Pavement
3. Composite Pavement
1. FLEXIBLE PAVEMENT
Bahan perkerasan terdiri dari : Bahan ikat ( aspal ), batu.
Umumnya terdiri dari 3 lapis atau lebih.
P TON
SURFACE COARSE
BASE COARSE
TEBAL
PERKERASAN
SUB BASE COARSE
SUB GRADE
30. 2. RIGID PAVEMENT
Bahan perkerasan terdiri dari : Bahan ikat ( PC ), batu.
Joint
Joint
Tebal
Slab Beton
Base Coarse
Sub Grade
3. COMPOSITE PAVEMENT
Merupakan kombinasi antara Rigid dan Flexible Pavement.
Flexible
Rigid
31. Perencanaan Perkerasan, Meliputi :
a. Structural Pavement Design
Yaitu menentukan tebal dari pavement dan komponennya.
Misal
: Tebal flexible pavement dan perinciannya untuk ketebalan
surface, base dan sub base.
b. Paving Mixture Design
Yaitu menentukan jenis dan kualitas bahan yang digunakan beserta
bagian-bagiannya.
Misal : kualitas beton, perbandingan campuran antara semen, pasir
dan kerikil.
32. BAHAN PERKERASAN
ASPAL
Macam-macam aspal :
a. Aspal alam, terdapat di alam, misalnya :
- Lake Asphalt : Trinidad, Bermuda
- Rock Asphalt : P. Buton
b. Aspal Buatan, diperoleh dari distilasi minyak tanah mentah.
Ada 2 macam : * Aspal keras ( asphalt cement – AC )
* Aspal cair ( cutback asphalt ) termasuk
juga aspal emulsi.
ASPAL KERAS ( AC )
Ada beberapa jenis aspal keras, missal :
AC.40-50; AC.50-60; AC.60-80 dll.
33. Syarat umum AC :
* AC berasal dari hasil minyak bumi
* Kadar parafin dalam aspal tidak melebihi 2 %
* Tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan
o
sampai 175 C.
ASPAL CAIR
Dibuat dengan mencampur AC dan hasil penyulingan minyak mentah.
AC + gasoline
→
RC
AC + kerosen
→
MC
AC + diesel oil
→
SC
34. 2. BATU PECAH ( AGREGATE )
Terdiri atas agregat alam
maupun buatAgregat dapat dinyatakan dengan mengukur ∅ butiran.
Untuk mengetahui ∅ butiran, dikenal beberapa ukuran saringan :
# 1 ¼”
no.8 – 2,36 mm no.80 – 0,177 mm
# 1”
no.10 – 2,00 mm
no.100 – 0,150 mm
# ¾”
no.30 – 0,60 mm
no.120 – 0,120 mm
# ½”
no.40 –
0,42 mm no.140 – 0,105 mm
no. 4 – 4,76 mm
no.60
– 0,25 mm no.200 – 0,074 mm
Macam – macam agregat berdasarkan ukuran butirannya :
*
Agregat Kasar, butiran yang tinggal diatas # 4.
* Agregat
Halus, butiran yang terletak # 4 - # 200
* Agregat Pengisi,
butiran yang lolos # 200.
Pada pekerjaan jalan, penggunaan agregat biasanya ditunjukkan
dengan menuliskan gradasi dari agregat yang akan digunakan.
Contoh : agregat untuk base coarse dituliskan gradasinya sbb :
Saringan
1½“
% butiran lolos
100
1“
½“
75 - 95
35 - 65
No. 4
30 - 40
No. 200
0-7
35. Contoh pencampuran beberapa agregat dengan gradasi yang berbeda
sebagai berikut :
* Agregat A dan B dengan gradasi yang berbeda harus dicampur
sehingga mendapatkan campuran yang memenuhi limit spesifikasi C.
% Lolos
#
2”
1½“
¾“
no.4
no.10
no.200
A
B
C
100
100
65
25
15
3
100
95
85
50
40
7
100
90 –100
65 – 80
30 – 40
20 – 35
0–5
36. Penyelesaian :
1. Gradasi agregat A digambarkan pada sisi kiri.
2. Gradasi agregat B digambarkan pada sisi kanan.
3. Titik pada gradasi A dan B yang mempunyai ∅ butiran/ ayakan yg
sama saling dihubungkan.
4. Gambarkan pada garis – garis hubung tersebut batas – batas
gradasi agregat C untuk nomor ayakan yang sama.
5. Tentukan daerah/ garis yang masuk dalam batasan tersebut dan
dengan demikian akan didapat perbandingan campuran A dan B
yang memenuhi gradasi agregat C.
Analisa Saringan untuk 3 Fraksi
%
L
O
Saringan No.
¾”
Limit Spesifikasi 100/95
3/8”
No.4
No.8
85/65
70/45
55/ 30
No.30
No.50
30/15
20/10
No.200
10/4
L
Agg. Fraksi I
95
40
10
2.4
1.0
0.7
0.4
O
Agg. Fraksi II
98
95
70
30
10
5
3
S
Agg. Fraksi III
100
96
90
80
35
25
10
41. LALU LINTAS TINGGI
1. Rencanakan : Tebal perkerasan untuk jalan 2 jalur 2 arah, data lalu lintas
tahun 2005 seperti dibawah ini, dengan umur rencana :
a. 10 tahun b. 15 tahun.
2. Data – Data :
* Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1 )
= 3500 kend.
* Bus 8 ton ( 3 + 5 )
= 1750 kend.
* Truk 2 as 13 ton ( 5 + 8 )
= 450 kend.
* Truk 3 as 20 ton ( 6 + 7.7 )
= 120 kend.
* Truk 5 as 30 ton ( 6 + 7.7 + 5 + 5 )
= 80 kend.
LHR2005 = 5.900 kend/hr/2 jalur
Jalan akan dibuka tahun 2008 ( awal umur rencana ) dengan i = 4 %,
perkembangan lalu lintas ( i ) = untuk 10 th = 6% dan untuk 15 th = 5%.
CBR tanah dasar = 3,4 % ; IP = 2,0 ; FR = 1,0
Bahan – Bahan Perkerasan :
→ Asbuton ( MS. 744 )
→ Batu Pecah ( CBR 100 )
→ Sirtu ( CBR 60 )
42. 3. Penyelesaian :
*
•
•
•
•
LHR pada tahun 2008 ( awal UR ) dengan rumus ( 1 + i ) n
Kend. Ringan 2 t
= 3937 kend.
Bus 8 t
= 1968 kend.
Truk 2 as 13 t
= 506 kend.
Truk 3 as 20 t
= 135 kend.
Truk 5 as 30 t
= 90 kend.
LHR pada tahun ke 10
* Kend. Ringan 2 t
= 7051 kend.
* Bus 8 t
= 3525 kend.
* Truk 2 as 13 t
= 906 kend.
* Truk 3 as 20 t
= 241 kend.
* Truk 5 as 30 t
= 161 kend.
LHR pada tahun ke 15
* Kend. Ringan 2 t
= 8185 kend.
* Bus 8 t
= 4091 kend.
* Truk 2 as 13 t
= 1052 kend.
* Truk 3 as 20 t
= 282 kend.
* Truk 5 as 30 t
= 187 kend.
43. Setelah dihitung, angka ekivalen ( E ) masing-masing kend. sbb :
* Kend. Ringan 2 t
= 0,0002 + 0,0002
= 0,0004
* Bus 8 t
= 0,0183 + 0,1410
= 0,1593
* Truk 2 as 13 t
= 0,1410 + 0,9238
= 1,0648
* Truk 3 as 20 t
= 0,2923 + 0,7452
= 1,0375
* Truk 5 as 30 t
= 1,0375 + 2 (0,1410)
= 1,3195
MENGHITUNG LEP :
* Kend. Ringan 2 t
* Bus 8 t
* Truk 2 as 13 t
* Truk 3 as 20 t
* Truk 5 as 30 t
= 0,50 x 3937 x 0,0004
= 0,50 x 1968 x 0,1593
= 0,50 x 506 x 1,0648
= 0,50 x 135 x 1,0375
= 0,50 x 90 x 1,3195
LEP
= 0,7874
= 156,75
= 268,39
= 70,03
= 59,38
= 556,34
44. MENGHITUNG LEA 10 TAHUN :
* Kend. Ringan 2 t
= 0,50 x 7051 x 0,0004
* Bus 8 t
= 0,50 x 3525 x 0,1593
* Truk 2 as 13 t
= 0,50 x 906 x 1,0648
* Truk 3 as 20 t
= 0,50 x 241 x 1,0375
* Truk 5 as 30 t
= 0,50 x 161 x 1,3195
= 1,4102
= 280,77
= 482,35
= 125,02
= 106,22
LEA10 = 995,77
MENGHITUNG LEA 15 TAHUN :
* Kend. Ringan 2 t
= 0,50 x 8185 x 0,0004
* Bus 8 t
= 0,50 x 4091 x 0,1593
* Truk 2 as 13 t
= 0,50 x 1052 x 1,0648
* Truk 3 as 20 t
= 0,50 x 280 x 1,0375
* Truk 5 as 30 t
= 0,50 x 187 x 1,3195
= 1,637
= 325,85
= 560,08
= 145,25
= 123,37
LEA15 = 1156,19
45. MENGHITUNG LET :
LET10 = ½ ( LEP + LEA10 )
LET15 = ½ ( LEP + LEA15 )
MENGHITUNG LER :
LER10 = LET10 x UR/10
LER15 = LET15 x UR/10
= ½ ( 556,34 + 995,77 )
= 776,06
= ½ ( 556,34 + 1156,19 )
= 1284,41
= 776,06 x 10/10
= 1284,41 x 15/10
= 776,06
= 1926,62
MENCARI ITP :
CBR tanah dasar = 3,4 % ; DDT = 4 ; IP = 2,0 : FR = 1,0
LER10 = 776,06
→ ITP10 = 10 ( IP0 = 3,9 – 3,5 )
LER15 = 1926,62 → ITP15 = 11 ( IP0 = 3,9 – 3,5 )
47. PERENCANAAN KONSTRUKSI BERTAHAP
1. Rencanakan :
Tebal perkerasan untuk jalan 2 jalur, data-data lalu lintas
tahun 2005 seperti dibawah ini, dan umur rencana : ( 5 + 5 )
Jalan dibuka tahun 2008 ( i selama pelaksanaan = 3,2 %
per tahun ) FR = 1,0 dan data CBR tanah dasar = 3,4 %.
2. Data – Data Lalu Lintas :
* Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1 )
= 4785
* Bus 8 ton ( 3 + 5 )
= 2580
* Truk 2 as 13 ton ( 5 + 8 )
= 1875
* Truk 3 as 20 ton ( 6 + 7.7 )
= 925
* Truk 5 as 30 ton ( 6 + 7.7 + 5 + 5 )
= 70
LHR 2005 = 10.225 kend/hr/2 jurusan
Perkembangan Lalu Lintas ( i ) = 3,8 %
Bahan – Bahan Perkerasan :
* Laston ( MS.590 )
* Batu Pecah Klas A
* Sirtu Klas B
48. * PENYELESAIAN :
LHR pada tahun 2008 ( awal umur rencana ) : i = 3,2 %
Rumus : LHR ( 1 + i ) n
* Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1 )
* Bus 8 ton ( 3 + 5 )
* Truk 2 as 13 ton ( 5 + 8 )
* Truk 3 as 20 ton ( 6 + 7.7 )
* Truk 5 as 30 ton ( 6 + 7.7 + 5 + 5 )
= 5259,2
= 2835,6
= 2060,8
= 1016,6
= 76,9
LHR pada tahun ke 5, 10 ( Akhir Umur Rencana ) : i = 3,8 %
5 tahun
10 tahun
* Kendaraan ringan 2 ton
= 6337,3
7636,9
* Bus 8 ton
= 3417,0
4117,4
* Truk 2 as 13 ton
= 2483,2
2992,3
* Truk 3 as 20 ton
= 1225,0
1476,2
* Truk 5 as 30 ton
= 92,7
111,7
49. Angka Ekivalen ( E )
* Kendaraan ringan 2 ton
* Bus 8 ton
* Truk 2 as 13 ton
* Truk 3 as 20 ton
* Truk 5 as 30 ton
= 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
= 0,0183 + 0,1410 = 0,1593
= 0,1410 + 0,9238 = 1,0648
= 0,2923 + 0,7452 = 1,0375
= 1,0372 +2(0,1410) = 1,3195
Menghitung LEP : Rumus C x LHR x E
* Kendaraan ringan 2 ton
= 0,50 x 5259,2 x 0,0004 = 0,0518
* Bus 8 ton
= 0,50 x 2835,6 x 0,1593 = 225,9
* Truk 2 as 13 ton
= 0,50 x 2060,8 x 1,0648 = 1097,1
* Truk 3 as 20 ton
= 0,50 x 1016,0 x 1,0375 = 527,4
* Truk 5 as 30 ton
= 0,50 x 76,9 x 1,3195 = 50,8
LEP = 1901,25
50. Menghitung LEA : Rumus C x LHR x E
- 5 Tahun
* Kendaraan ringan 2 ton
= 0,50 x 6337,3 x 0,0004 = 1,2674
* Bus 8 ton
= 0,50 x 3417,0 x 0,1593 = 272,16
* Truk 2 as 13 ton
= 0,50 x 2483,2 x 1,0648 = 1322,1
* Truk 3 as 20 ton
= 0,50 x 1225,0 x 1,0375 = 635,51
* Truk 5 as 30 ton
= 0,50 x 92,7 x 1,3195 = 61,165
LEA5 = 2292,21
- 10 Tahun
* Kendaraan ringan 2 ton
* Bus 8 ton
* Truk 2 as 13 ton
* Truk 3 as 20 ton
* Truk 5 as 30 ton
= 0,50 x 7636.9 x 0,0004 = 1.5274
= 0,50 x 4117.4 x 0,1593 = 327,9
= 0,50 x 2992.3 x 1,0648 = 1593.1
= 0,50 x 1476.3 x 1,0375 = 765.8
= 0,50 x 111.7 x 1,3195 = 73.7
LEA10= 2762,02
51. Menghitung LET
LET5
= ½ ( LEP + LEA5 )
= ½ ( 1901,25 + 2292,21 ) = 2096,73
LET10 = ½ ( LEA5 + LEA10 )
= ½ ( 2292,21 + 2762,12 ) = 2527,17
Menghitung LER :
LER5 = LET5 x UR/10 = 2096,73 x 5/10 = 1048,37
LER10 = LET10 x UR/10 = 2527,17 x 10/10 = 2527,17
Mencari ITP :
CBR = 3,4 ; DDT = 4 ; IP = 2,0 ; FR = 1,0 ; IP0 = 3,9 – 3,5
1,67 LER5
=1750,78
ITP5 =
2,5 LER10
= 6317,93
ITP10 =
52. Menetapkan Tebal Perkerasan :
* UR = ( 5 + 5 ) tahun
ITP5
= a1D1 + a2D2 + a3D3
= 0,35 D1 + 0,13 . 20 + 0,11 . 10
= 0,35 D1 + 3,7
0,35 D1 =
D1 =
ITP10 = a1D1 + a2D2 + a3D3
= 0,35 D1 + 0,13 . 20 + 0,11 . 10
= 0,35 D1 + 3,7
0,35 D1 =
D1 =
Susunan Perkerasan 5 Tahun
Laston MS 590
=
Batu Pecah Klas A
= 20 cm
Sirtu Klas B
= 10 cm
Susunan Perkerasan 10 Tahun
Laston MS 590
=
Batu Pecah Klas A
= 20 cm
Sirtu Klas B
= 10 cm
53. PELAPISAN TAMBAHAN
1. Rencanakan
Tebal lapisan tambahan lama 2 jalur, data lalu lintas tahun 2000
seperti di bawah ini, dan umur rencana adalah :
a. 5 tahun
b. 15 tahun
Susunan perkerasan jalan lama :
* Asbuton ( MS 744 )
= 10,5 cm
* Batu Pecah ( CBR 100 )
= 20 cm
* Sirtu ( CBR 50 )
= 10 cm
Hasil penilaian kondisi jalan menunjukkan bahwa pada lapis
permukaan Asbuton terlihat crack sedang, beberapa deformasi pada
jalur roda akibat jumlah lalu lintas yang melebihi perkiraan semula.
FR = 1,0
54. 2. Data – data :
* Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1 )
* Bus 8 ton ( 3 + 5 )
* Truk 2 as 13 ton ( 5 + 8 )
* Truk 3 as 20 ton ( 6 + 7.7 )
* Truk 5 as 30 ton ( 6 + 7.7 + 5 + 5 )
=
=
=
=
= 2000 kendaraan
600 kendaraan
100 kendaraan
60 kendaraan
20 kendaraan
LHR2000 = 2780 kend./ hari/ 2 jurusan
* Perkembangan lalu lintas ( i ) :
untuk 5 tahun = 8 %
untuk 15 tahun = 6 %
* Bahan lapis tambahan Asbuton ( MS 744 )
55. 3. Penyelesaian
LHR pada tahun ke 5, rumus ( 1 + i )n :
* Kendaraan ringan 2 ton
= 2938,6 kendaraan
* Bus 8 ton
= 881,6 kendaraan
* Truk 2 as 13 ton
= 146,9 kendaraan
* Truk 3 as 20 ton
= 88,2 kendaraan
* Truk 5 as 30 ton
= 29,4 kendaraan
LHR pada tahun ke 10, ( akhir umur rencana ), rumus ( 1 + 1 ) n :
* Kendaraan ringan 2 ton
= 4793,1 kendaraan
* Bus 8 ton
= 1437,9 kendaraan
* Truk 2 as 13 ton
= 239,7 kendaraan
* Truk 3 as 20 ton
= 143,8 kendaraan
* Truk 5 as 30 ton
= 47,9 kendaraan
56. Setelah dihitung angka ekivalen ( E ) masing – masing kendaraan
sebagai berikut :
* Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1 )
= 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
* Bus 8 ton ( 3 + 5 )
= 0,0183 + 0,1410 = 0,1593
* Truk 2 as 13 ton ( 5 + 8 )
= 0,1410 + 0,9238 = 1,0648
* Truk 3 as 20 ton ( 6 + 7.7 )
= 0,2923 + 0,7452 = 1,0375
* Truk 5 as 30 ton ( 6 + 7.7 ) + 5 + 5
= 1,0375 + 2 (1,3195)= 1,3195
Menghitung LEP :
* Kendaraan ringan 2 ton
* Bus 8 ton
* Truk 2 as 13 ton
* Truk 3 as 20 ton
* Truk 5 as 30 ton
= 0,50 x 2000 x 0,0004 = 0,400
= 0,50 x 600 x 0,1593 = 47,790
= 0,50 x 100 x 1,0648 = 53,240
= 0,50 x 60 x 1,0375 = 31,125
= 0,50 x 20 x 1,3195 = 13,194
LEP = 145,759
57. Menghitung LEA :
5 Tahun
* Kendaraan ringan 2 ton
* Bus 8 ton
* Truk 2 as 13 ton
* Truk 3 as 20 ton
* Truk 5 as 30 ton
= 0,50 x 2938,6 x 0,0004 = 0,588
= 0,50 x 881,6 x 0,1593 = 70,219
= 0,50 x 146,9 x 1,0648 = 78,210
= 0,50 x 88,2 x 1,0375 = 45,754
= 0,50 x 29,4 x 1,3195 = 19,395
LEA5
15 Tahun
* Kendaraan ringan 2 ton
* Bus 8 ton
* Truk 2 as 13 ton
* Truk 3 as 20 ton
* Truk 5 as 30 ton
= 214,166
= 0,50 x 4793,1 x 0,0004 = 0,959
= 0,50 x 1437,9 x 0,1593 = 114,529
= 0,50 x 239,7 x 1,0648 = 127,616
= 0,50 x 143,8 x 1,0375 = 74,596
= 0,50 x 47,9 x 1,3195 = 31,600
LEA15
= 349,300
58. Menghitung LET :
= ½ ( LEP + LEA5 )
• LET5
• LET15
= 180
= ½ ( LEP + LEA15 )
= ½ ( 145,749 + 214,166 )
= ½ ( 145,749 + 249,300 )
= 248
Menghitung LER :
= LET5 x UR / 10 = 180 x 5 / 10
• LER5
• LER15
= 90
= LET15 x UR / 10 = 248 x 10 / 10 = 372
Mencari ITP :
• CBR tanah dasar
• IP
• FR
LER5
= 90
= 3,4 % ; DDT = 4
= 2,0
= 1,0
ITP5
= 7,1 ( IP0 = 3,9 – 3,5 )
LER15
ITP15
= 372
= 8,8 ( IP0 = 3,9 – 3,5 )
59. Menetapkan tebal lapis tambahan :
Kekuatan tebal lapis tambahan :
Asbuton ( MS 744 ) 10,5 cm
= 60 % x 10,5 x 0,35 = 2,2
Batu Pecah ( CBR 100 ) 20 cm = 100 % x 20 x 0,14 = 2,8
Sirtu ( CBR 50 ) 10 cm
= 100 % x 10 x 0,12 = 1,2
ITP ada
UR
= 5 tahun
ITP = ITP5 - ITP ada = 7,1 – 6,2 = 0,9
0,9 = 0,35 . D1
D1
= 2,6 = 3 cm Asbuton ( MS 744 )
UR
= 15 tahun
ITP = ITP5 - ITP ada = 8,8 – 6,2 = 2,6
2,6 = 0,35 . D1
D1
= 7,4 ≈ 7,5 cm Asbuton ( MS 744 )
= 6,2
60. Tabel 8.1 Nilai Kondisi Perkerasan Jalan
1. Lapis Permukaan
• Umumnya tidak crack, hanya sedikit deformasi
pada jalur roda.
• Terlihat crack halus, sedikit deformasi pada jalur
roda namun masih tetap stabil.
• Crack sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,
pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan.
• Crack banyak, demikian juga deformasi pada jalur
roda, menunjukkan gejala ketidakstabilan.
90 % - 100 %
70 % - 90 %
50 % - 70 %
30 % - 70 %
61. 2. Lapis Pondasi
a.
•
•
•
Pondasi aspal beton atau penetrasi macadam
Umumnya tidak crack
Terlihat crack halus, namun masih stabil
Crack sedang, pada dasarnya masih
menunjukkan kestabilan
• Crack banyak, menunjukkan gejala
ketidakstabilan
90 % - 100 %
70 % - 90 %
50 % - 70 %
30 % - 50 %
b. Stabilisasi tanah dengan semen atau kapur :
• Plastisitas Index ( PI ) ≤ 10
70 % - 100 %
c. Pondasi makadam atau batu pecah :
• Plastisitas Index ( PI ) ≤ 6
60 % - 100 %
62. 3. Lapis Pondasi Bawah
• Plastisitas Index ( IP ) ≤ 6
90 % - 100 %
• Plastisitas Index ( IP ) ≤ 10
70 % - 100 %