Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
ANALISIS BUTIRAN AGREGAT
1. BAB 1
PERSIAPAN AGREGAT
1.1.ANALISA SARINGAN
1.1.1.TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat
kasar dan agregat halus.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
1.1.2. ALAT
1. Timbangan
2. Alat pemisah contoh ( Riffle Sampler )
3. Talam / ccawan
4. Satu set ayakan standart untuk agregat kasar
5. Satu set ayakan standart untuk agregat halus
6. Kuas, sikat kuningan
1.1.3.BAHAN
1. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
2. Bila agregat berupa campuran dari agregat kasar dan agregat halus,
agregat tersebutdipisahkan menjadi 2 bagian. Selanjutnya agregat
tersebut diayak sesuai dengan satu set ayakan yang telah disiapkan
1.1.4.TEORI SINGKAT
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir
agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat
adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai
ukuran yang sama (seragam),maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran
butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran
yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-
porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada agregat
untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya
membutuhkan bahan pengikat saja. Pemeriksaan Ini dimaksutkan untuk
menentukan bangian butiran (gradasi) agregat kasar dan halus sehingga dapat
ditentukan persentase, kombinasi, gradasi agregat kasar dan halus untuk perkuatan
campuran aspal panas salah satu cara yang umum di gunakan adalah analisa
saringan. Pengujian dilaksanakan terhadap agregat batu pecah dengan ukuran
maksimum ¾ dan 3/8 serta abu batu yang lolos saringan nomer.4
2. 1.1.5. LANGKAH KERJA
a. Benda uji disaring lewat susunan ayakan dengan ukuran saringan paling
besarditempatkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan cara
meletakkan susunan ayakan pada mesin penggetar / pengguncang, dan
digetarkan / digoncangkan selama 15 menit.
b. Masing-masing ayakan dibersihkan, dimulai dari ayakan teratas dengan
menggunakan kuas.
c. Berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan
ditimbang.Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas
masing-masing ayakan terhadap berat total benda uji.
4. 1.2. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
1.2.1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
Menentukan berat jenis kering oven (bulk), berat jenis kering permukaan
jenuh (saturated surface dry=SSD), berat jenis semu (apparent), dan
penyerapan agregat
1.2.2. ALAT
a. Rifle sampel
b. Timbangan elektrik
c. Tabung kaca
d. Kipas angin
e. Pan
f. Ember
g. Kain penyerap
h. Oven
i. Saringan 4,75 mm dan 3,36 mm
1.2.3.BAHAN
a. Agregat
Screening = 1000 g
Pasir = 500 g
b. Air Suling
1.2.4. TEORI SINGKAT
Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan volume
bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur 20˚-25˚C
(68˚-77˚F). Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya tergantung dari jenis
batuan, susunan, mineral, struktur butiran, dan porositas batuannya.
Terdapat 3 jenis berat jenis (spesifik gravity) yaitu :
a. Berat Jenis Bulk (Bulk Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan
kering dan seluruh volume agregat. (Vs + Vi + Vp + Vc)
5. b. Berat Jenis Kering Permukaan (Saturated Surface Dry)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalm keadaan kering
permukaan. Jadi merupakan berat agregat kering + berat air yang dapat
meresap kedalam pori agregat dan seluruh volume agregat. (Vc + Vi +
Vp + Vc)
c. Berat Jenis Semu (Apperent Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkanberat agregat dalamkeadaaan
kering, dan volume agregat yang tidak dapat diresapi oleh air. (Vs + Vi)
d. Berat Jenis Efektif (Efective Spesifik Gravity)
Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam
keadaankering, jadi merupakan berat agregat kering, dan volume
agregat yang tidak dapat diresapi aspal.
Nilai penyerapan adalah perbandingan perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori – pori dengan berat agregat pada kondisi kering. Standart
laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam agregat yang
kering ke dalam air selama ± 24 jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air
dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat
ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total yang ditentukan
dengan cara uji AASTHO T 255
1.2.5. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Persiapkan benda uji
a. Rendam benda uji ke dalam air selama ± 24 jam sampai menjadi
dalam keadaan jenuh
b. Tiriskan, lalu saring dengan saringan 4,75 mm (SP & SC) dan 2,36
mm (AB)
c. Untuk split dan screen yang tertahan saringan 4,75 mm lakukan
pengu jian berat jenis dan penyerapan untuk agregat kasar,
sedangkan yang lolos saringan 4,75 mmlakukan pengujian berat
jenis dan penyerapa air untuk agregat halus
d. Untuk AB yang tertahan saringan 2,36 mm, lakukan pengujian berat
jenis dan penyerapan air untuk agregat kasar, sedangkan untuk yang
lolos saringan 2,36 mm lakukan pengujian berat jenis dan
penyerapan air untuk agegat halus
3. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
6. a. Buat agregat dalam keadaan SSD
b. Tentukan volume uji
1) Timbang benda uji
2) Timbang benda uji dalam air
Gambar 1.1 Penimbangan Benda Uji dalam Air
3) masukkan benda uji ke dalam oven selama ± 24 jam, lalu
timbang
4. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
a. Buat agregat dalam keadaan SSD
1) Angin-anginkan agregat halus menggunakan kipas angin
dalam pan besar
2) Cek kondisi SSD dengan kerucur Abram
b. Tentukan volume uji
1) Sediakan tabung kaca + plat kaca
2) Isi dengan air suling sampai penuh hingga tidak ada
gelembung udara dalam botol
3) Tutup botol dengan plat kaca, lalu timbang (B)
4) Timbang agregat yang akan di uji berat jenisnya (A)
5) Buang air sebagian dalam tabung kaca, lalu masukkan
agregat ke dalam tabung kaca, hilangkan gelembung udara
dalam tabung kaca
6) Isis air sampai penuh agar gelembung udara naik semua, lalu
tutup dengan plat kaca
7) Lap bagian luar tabung dan plat kaca yang terkena air
8) Timbang tabung+ plat kaca+benda uji SSD (C)
9) Keringkan benda uji dalam oven, lalu timbang (D)
8. BAB 2
PERSIAPAN ASPAL
2.1. PENGUJIAN PENETRASI ASPAL ( AFFINITY FOR BITTUMEN )
2.1.1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menentukan nilai penetrasi aspal
2. Mengklasifikasikan aspal berdasarkan angka penetrasI
2.1.2. ALAT
1.Alat penetrasi (penetrometer) lengkap
Gambar 2.1 penetrometer
2. Cawan silinder
3. Timbangan elektrik
4. Kompor
5. Wajan
6. Waterbath
2.1.3. BAHAN
1. Aspal
2.Air suling
2.1.4. TEORI SINGKAT
9. Aspal merupakan salah satu dari jenis bitumen yang merupakan bahan
pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan
suatu campuran aspal yang merupakan bahan jalan. Dari sudut pandang
rekayasa engineering, ragam dari komposisi unsur penyusun bahan bitumen
biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik
ragam respon material bahan bitumen tersebut diperkenalkan beberapa
parameter, yang salah satunya adalah nilai PEN (Penetrasi). Penetrasi adalah
masuknya jarum penetrasi dalam suatu ukuran tertentu, beban dan waktu
tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu.
Nilai Penetrasi menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu
standar 25oC, yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum
standar, dengan beban standar (50 gr/100 gr), dalam rentang waktu yang juga
standar (5 detik).
British Standard (BS) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam,
dengan rentang nilai PEN 15 s/d 450, sedangkan AASHTO mendefenisikan
nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk material bahan bitumen terkeras dan
PEN 200-300 untuk bahan bitumen terlembek/terlunak.
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu
kamar akan menghasilkan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai
penetrasi dapat di susun sedemikian rupa hingga di hasilkan grafik hubungan
antara suhu dan nilai penetrasi. Penetration Index dapat di tentukan dari grafik
tersebut.
Seperangkat alat untuk penetrasi aspal disebut penetrometer. Penetrometer
terdiri dari alat ukur jarak masuknya jarum kedalam benda uji. Semakin besar
penetrasi maka semakin lunak aspal tersebut dan viskositasnya.
Jarum yang digunakan untuk penetrasi aspal dirancang khusus dan sangat
akurat untuk penetrasi sampel aspal dibawah beban standar secara vertical
yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban, waktu, dan
temperature yang diketahui.
Alat penetrometer yang dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum
ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat. Penetrometer harus dilengkapi
dengan waterpass untuk memastikan pasisi jarum dan pemegang jarum tegak
(900) ke permukaan.
Jarum penetrasi harus terbuat dari stainless steel dari bahan yang kuat.
Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm dan jarum panjang memiliki
10. panjang sekitar 60 mm. Pengujian penetrasi aspal diatur oleh standar SNI 06-
2456-1991 dimana disebutkan:
Metode ini sebagai acuan dalam pelaksanaan/menentukan penetrasi aspal
keras atau lembek dengan tujuan menyeragamkan dari pengujian dan
pengedalian mutu bahan dalam elaksanaan bangunan.”
2.1.5. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Panaskan aspal.
3. Tuangkan aspal ke dalam cawan silinder sebanyak 2/3 bagian, pada suhu
ruang 250 C (tutup sampel agar bebas dari debu)
Gambar 2.3 Sampel Aspal
4. Apabila aspal tersebut sudah dingin, masukkan dua sampel ke dalam
waterbath selama 30 menit.
5. Setelah 30 menit dalam waterbath, angkat sampel yang ada di dalam
waterbath dan letakkan pada alat penetrasi.
6. Turunkan jarum penetrasi hingga menyentuh permukaan sampel.
7. Aturlah parameter penetrometer, lepaskan memegang jarum.
8. Baca arloji penetrometer.
9. Ulangi langkah 5-8 untuk sampel yang tidak dimasukkan ke dalam
waterbath.
10. Masukkan data ke dalam tabel.
12. 2.2. PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL
2.2.2.TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui suhu dimana aspal mualai lembek dengan menggunakan
alat ring and ball dimana suhu ini akan menjadi acuan dilapangan atas
kemampuan aspal menahan suhu yang terjadi untuk tidak lembek
sehingga dapt mengurangi daya lekat
2. Memahami prosedur pelaksanaan pengujian titik lembek aspal dan ter.
3. Terampil menggunakan peralatan pengujian titik lembek aspal dan ter
dengan baik dan benar.
4. Melakukan pencatatan dan analisa data pengujian yang diperoleh.
Menyimpulan besarnya suatu titik lembek aspal dan ter yang diuji
berdasarkan standar yang diacu
2.2.2.ALAT
1. Cincin kuningan
2. Bola baja diameter 9,53 mm berta 3,45 gr – 3,55 gr
3. Dudukan benda Uji. Lengkap dengan pengaruh bola baja dan plat dasar
yang mempunyai jarak tertentu.
4. Bejana besar tahan panas mendadak , diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi
12 cm berkapasitas 800 ml
5. Termometer
6. Penjepit
7. Stopwacth
8. Alat pengaruh bola
9. Spatula.
2.2.3.BAHAN
1. Aspal keras
2. Gliserin
3. Air bersih
4. Esbatu
2.2.4. TEORI SINGKAT
13. Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair sesuai
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu.
Namun perilaku material aspal tersebut terhadap suhu atau prinsipnya
membentuk suatu spektrum / beragam. Tergantung dari komposisi unsur-
unsur penyusunannya.
Percobaan ini di lakukan karena pelembekan bahan asapal dan ter, tidak
terjado secara lansung dan tiba tiba pada suhu tertentu, tetapi bahan gradual
seiring penambahan suhu.oleh sebab itu setiap prosedur yang di pergunakan
diadopsi untuk menentukan titik lembek aspal dan ter, hendaknya mengikuti
sifat dasar tersebut artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya
berlansung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Dalam percobaan ini titik lembek ditujukan dengan suhu pada bola baja
edngan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang
tertahan dalam cincin dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai kecepatan
pemanasan.
Titik lembek menjadi suatu batasan dalam penggolongan aspal dan ter. Titik
lembek haruslah diperhatikan dalam membangun kontruksi jalan. Titik
lembek hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaaan jalan . titik lembek aspal
dan ter adalah 30 ° C - 200° C yang artinya masih ada nilai titik lembek yang
hamper sama dengan suhu permukaan jalan. Pada umumnya cara ini diatasi
dengan menguakkan filler terhadap campuran aspal.
Metoda ring and ball pada umumnya di terapkan pada aspal dan ter ini. Dapat
mengukur titik lembek bahan semi solit sampain solit. Titik lembek adalah
besar besar suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai leleh)
dibawah kondisi spsic tes, berdasarkan tesau sparatus yang ada bahwa
pengujian titik lembek di pengaruhi banyak factor.
Spesifikasi bina marga tentang titik lembek untuk aspal keras pen 40 (Ringg
and ball) adalah 51°C (minimum) dan 63 °C (maksimum), sedangkan pen 60
adalah min 48°C dan max 58°C
14. Titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat
kelembekan (mulai meleleh) dibawah kondisi spesifikasi dari es :
1. Berat bola isi
2. Jarak antara ring dan doser plat besi
3. Besarnya suhu pemanas
Menurut SK SNI 06 – 2434 – 1991, titik lembek aspal dan ter berkisar antara
46º - 54ºc. Dalam pengujian titik lembek ini diharapkan titik lembek
hendaknya lebioh tinggi dari suhu permikaan jalan sehingga tidak terjadi
pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan, untuk itu dilakukan usaha
untuk mempertinggi titik lembek antara lain dengan menggunakan filler
terhadap campuarn beraspal.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengujian titik lembek antara lain adalah
:
1. Kualitas dan jenis cairan penghantar.
2. Berat bola besi.
3. Jarak antara Ring dengan aspal plat besi.
4. Besarnya suhu pemanasan.
Aplikasi dari nilai titik lembek antara lain dapat digunakan sebagai :
1. Bersama – sama dengan nilai Penetrasi digunakan untuk menentukan PI
(Penetration Index) yang merupakan tingkat kepekatan aspal terhadap
temperatur.
2. Menentukan modulus bahan aspal dengan menggunakan nomogram Van
Der Poel.
3. Menentukan sifat kelelahan dari lapisan aspal dan agregat.
2.2.5. LANGKAH KERJA
a. Penyiapan benda uji
1. Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan.
2. Panaskan contoh benda uji aspal secara perlahan sambil di aduk secara
terus menerus hingga cairan merata.
15. 3. Pemanasan pengadukan dilakukan secara perlahan lahan agar gelembung
udaranya cepat keluar.
4. Panaskan juga 2 cincin sampai mencapi suhu ruang contoh dan letakkan
kedua cicncin palt kuningan yang telah diberi gliserin
5. Setelah air merata tuangkan aspal kedalam 2 buah cincin yang mana suhu
pemanasan aspal tidak melebihi 56°C diatas ttitik lembeknya 100°C.
6. Setelah aspal dingin , ratakan permukaan contoh dlam cincin dengan
spatula atau pisau yang telah di panaskan.
Hal – hal yang perllu diprhatikan dalam penyiapan sampel :
Suhu pemanasan max adalah titik lembek perkiraan + 50°C (kira-kira
100°C)
Lama pemanasan diatas api tidak boleh lebih dari 30 menit dan didalam oven
tidak lebih dari 2 jam
Larutan gliserin digunakan pada permukaan plat besi bukan pada reng benda
uji
Contoh aspal yang telah di panaskan dihitung dalam cetakan bend uji dan
diamkan selama 30 menit
b. Pengujan titik lembek
1. Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas kedudukan dan letakkan
pengarah bola di atasnya, kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut
kedalam bejana gelas lalu isi dengan air dan masukkan seluruh tersebbut
kedalam bejana gelas lalu isi dengan air dan masukkan batu es untuk
menjadikan suhu bejana 5 ± 1 °C,
2. Letakkan termometer yang sesuai dengan praktikum di antara kedua benda
uji.
3. Periksa dan aturlah jarak antara permukaan plat dasar benda uji hingga
menjadi 25,4 mm.
4. Letakkan bola baja tersebut ditengah - tengah posisi benda uji dengan
menggunkan penjepit.
5. Letakkan bejana gelas di atas pemanas setelah suhu bejana gelas tersebut
emncapai ± 1°C
16. 6. Panas bejana gelas dan catat penambahan/ kenaikan suhu.per 5°C beserta
waktu pada suhu tersebut dengan stopwatch terhitung awal pemanasan.
7. Perhatikan dengan teliti dari penambahan / kenaikan suhu . pada suhu
waktu beberapa aspal bemda uji yang di timpa bola baha meleleh dan
menyentuh plat dasar kedudukan.
8. Catat hasil pengujian dalam formulir pengamatan
18. 2.3. PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ASPAL
2.3.1. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya
yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79 o C
2.3.2. ALAT
1. Termometer, sesuai Daftar no. 1, Gambar no. 1
2. Cleveland open cup adalah cawan kuningan dengan bentuk dan ukuran
seperti Gambar no. 2
3. Pelat pemanas
4. Terdiri dari logam, untuk melekatkan cawan Cleveland, Gambar no. 3 dan
bagian atas dilapisi seluruhnya oleh asbes setebal 0,6 cm (1/4”)
5. Sumber pemanasan
6. Pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar alcohol yang tidak
menimbulkan asap atau nyala disekitar bagian atas cawan
7. Penahan angin, yaitu alat yang menahan angin apabila digunakan nyala
sebagai pemanasan
Nyala penguji> Yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2
sampai 4,8 mm, dengan panjang tabung 7,5 cm seperti Gambar no. 4
2.3.3. BAHAN
1. Aspal keras
2. Gliserin
3. Air bersih
4. Esbatu
2.3.4. TEORI SINGKAT
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu
titik diatas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala
sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal
19. 2.3.5. LANGKAH KERJA
1. Meletakkan cawan diatas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas
sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.
2. Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan.
3. Menempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak
6,4 mm diatas cawan dasar, dan terletak pada satu garis yeng
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.
Kemudian aturlah sehingga poros termometer terletak pada jarak ¼
diameter cawan dari tepi.
4. Menempatkan penahan angin didepan nyala penguji.
5. Menyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga
kenaikan suhu menjadi (15 ± 1) o C per-menit sampai benda uji
mancapai suhu 56 o C di bawah titiknyala perkiraan.
6. Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5 o C sampai 6 o C per-menit
pada suhu antara 56 o C dan 28 o C di bawah titik nyala perkiraan.
7. Menyalakan myala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji
tersebut menjadi 3,2 sampai 4,8 mm
8. Memutar nyala penguji sehingga sampai permukaan cawan (dari tepi
ke tepi cawan) dalam waktu 1 detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap
kenaikan 2 o C.
9. Melanjutkan pekerjaan f dan h sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik diatas permukaan benda uji. Membaca suhu pada termometer dan
catat.
10. Melanjukan perkerjaan i sampai terlihat nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji. Bacalah suhu
pada termometer dan catat.
21. 2.4. PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT AKIBAT
PEMANASAN THIN OF FILM ASPALT (TOFT)
2.4.1.TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami prosedur pengujian kehilangan berat dengan
pemanasan TFOT
2. Menggunakan peralatan pengujian dengan baik dan benar
3. Melakukan pencatatan dan analisa data pengujian kehilangan berat
akibat pemanasan
4. Menyimpulkan besarnya nilai kehilangan barat dan membandingkan
dengan standar yang digunaka
2.4.2. ALAT
1. Cawan kuningan logam diameter 15 mm dengan tinggi 31 mm
2. Thermometer
3. Oven yang dilengkapi dengan
- pengatur suhu untuk memanasi aspal Pada Suhu TOFT
- piring logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven pada proses
vertical dan berputar dengan kecepatan 5-6 putaran permenit.
4. Timbangan Digital, kapasitas 3 kg dengan ketelitian 0,001
2.4.3. BAHAN
1. Aspal cair
2.4.4. TEORI SINGKAT
Cahaya diketahui memiliki efek yang merusak pada aspal. Kerusakan yang timbul
sering berasal dari sinar mata hari , yang akna merusak aspal, dengan di bantu oleh
Factor air dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul dengan cara ini disebut factor oksidasi, untungnya sinar
yang merusak ini hanya dapat mempengaruhi beberapa lapisan molekul lapisan atas
aspal. Oleh karena itu , foto oksidasi dianggap kecil pengaruhnya apabila dilihat
dari table aspal keseluruhan. Namun proses di atas tidak dapat di abaikan dalam
22. konstribusinya terhadap proses pengrusakan akibat cuaca pada pad alapisan
permukaan tipis aspal.
Karakteristik campuran aspal khususnya mengenai durabilitas sangat
tergantung Pada karakteristik yang tersedia pada lapisan tipis aspal. Untuk
mengevaluasi durabitas material aspal tersedia prosedur yang disebut Thin film
Oven Test (TFOT) dengan melakukan pembatasan evaluasinya hanya pada
karakteristik aspal, seperti kehilangan berat.
Padapengujian ini kita menggnakan metoda TFOT , dimana suatu sampel tipis
di panaskan dalam oven selama periode tertentu, dan karakteristik sampel sesudah
dipanaskan kemudian diperiksa untuk meneliti indikasi adanya proses pengerasan
dari material aspal.
Pengujian TOFT bertujuan mengetahui kehilangan minyak pada aspal
akibat pemanasan berulang, pengujian ini mengukur perubahan kenerja aspal akibat
kehilangan berat. Cahaya diketahui mempunyai efek yang merusak pada aspal
karena kerusakan yang ditimbulkan sering berasal dari matahari dan dibantu oleh
aspek air dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul aspal ini dinamakan oksidasi. Ini dianggap kecil
pengaruhnya apabila dari tebak aspal keseluruhannya, namun proses diatas akibat
cuaca pada lapisan permukaan agregat.
Kharakteristik campuran khususnya durabilitas aspal sangat tergantung
pada karakteristik lapis tipis aspal. Pada Pengujian ini, suatu sampel tipis
dipanaskan. Kemudian diperiksa untuk meneliti adanya proses pengerasan atau
proses pelapukan atau proses pelapukan material aspal.
Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi
karhakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat yang dilihat adalah nilai
penetrasi titik lembek dan daktalitas. Untuk itu sangat dianjurkan saat penyiapan
sampel dibuat 2 buah sampel.
23. Untuk mendapatkan material aspal yang akan dipakai untuk campuran,
diharapkan pengujian TFOT dan penurunan berat ini tidak terlalu besar, besarnya
nilai penurunan berat ini tidak terlalu besar , selisih dari nilai penetrasi sebelum dan
sesudah menunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.
Untuk menentuakn nilai kehilangan berat akibat pemanasan dapat menggunakan
rumus
Penurunan berat
Dimana : A = Berat sampel + cawan sebelum pemanasan
B = Berat sampel + cawan sesudah pemanasan
2.4.5. LANGKAH KERJA
Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini.
1. Persiapan Benda Uji
2. Panaskan aspal sampai cair untuk campuran yang merata.
3. Kemudian tuangkan benda uji ¾ bagian dari tinggi cawan tersebut, lalu
dinginkan benda uji pada suhu ruang.( cawan kosongsudah ditimbang
terlebih dahulu )
4. Sampel diperiksa harus bebas air.
5. Setelah itu benda uji dingin timbang beratnya sebagai A
6. Pengujian Benda Uji
7. Kemudian letakkan beda uji kedalam Oven yang mana suhunya sudah
8. menunjukkan 163°C oven benda uji selam 5 jam lalu keluarkan benda uji
9. Setelah dingin timbang kembali berat benda uji dan catat sebagai (B)
10. Catat hasil pengamatan pada formulir yang telah disiapkan.
tentukan nilai kehilangan berat aspal setelah di panaskan berdasarkan rumus yang
telah ditentukan
25. 2.5. PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN ( AS
05 )
2.5.1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami prosedur pelaksanaan pengujian daktalitas dengan baik dan
benar
2. Menggunakan peralatan pengujian dengan baik dan benar
3. Melakukan pencatatan dan analisa data pengujian daktilitas yang
dilakukan
4. Menyimpulkan besarnya harga daktilitas aspal yang di uji berdasarkan
standar yang di acuan
Mengetahui kekenyalan/keplastisan aspal yang dinyatakan dengan panjang pelumaran
aspal yang dapat dicapai aspal sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tertentu
2.5.2. ALAT
1. Mould Ductility (cetakan) kuningan
2. Plat alas cetakan
3. Bak perendam
4. Pengukur suhu
5. Spatula
6. Mesin Uji
7. Alat pemanas untuk mencairkan aspal keras
26. 2.5.3. BAHAN
1. Aspal keras
2. Air bersih/air suling
3. Gliserin
4. Garam
2.5.4. TEORI SINGKAT
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal,
apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan cara
menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada suhu 25˚C dengan
dengaa toleransi ± 5 %.
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap
retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas yang
rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan
mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki
daktilitas yang cukup tinggi.
Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa
hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan yang dipakai adalah
100 – 200 cm. Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang yang dapat ditarik
antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm.
Adapun tingkat kekenyalan dari aspal adalah :
< 100 cm = getas
100 - 200 cm = plastis
> 200 cm = sangat plastis liat
sifat daklitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan
senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung senyawa prakin
dengfan senyawa panjang, maka daktalitas rendah. Demikian aspal didapatkan dari
27. blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang mudah menyusut
sedangkan yang banyak mengandung parakin karena susunan rantai hidrokarbonya dan
kekuatan strukturnya kurang plastis.
2.5.5. LANGKAH KERJA
1. Persiapan Sampel
2. Panaskan aspal hingga mencair
3. Susun bagian cetakan kuningan
4. Lapisi bagian atas dan bawah cetakan serta permukaannya plat atas cetaka
5. serta permukaan plat atas cetakan dengan bahan campuran gliserin. Gliseri
6. akan berfungsi sebagai agar aspal jika telah dingin dan akan di buka tidak
melekat pada kuningan tersebut
7. Pasang alat cetakan diatas plat dasar
8. Tuangkan aspal yang tyelah mencair dari kedalamn cetakan, lakukan dengan
hati – hati dan pemanasan dilakukan sampai 50 – 100 ºC diatas titik lembek
lalu tuangkan hingga penuh
9. Dingaikan cetakan pada ruangan 30 – 40 menit lalu pindahkan benda uji
kedalam bak yang telah disediakan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan
spesikasinya) selama 30 menit
10. Ratakan contoh yang berlebihan dengan spatula
11. Persiapkan alat tarik
12. Sampel didiamkan selama 85 – 95 menit pada suhu 25o c dalam bak
perendam,an , kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan lepaskan
cetakan kecuali bagian ujungnya
13. Sambil menunggu perendaman persiapakan tempat alat tarik nya
14. Mesin Uji diisi air hingga setengah bak cukup dan beri garam untuk me
nyamakan berat jenis air dan aspal agar aspal tidak terapung.
15. Langkah pengujian daktalitas
28. 16. Pasang cetakan dicincin yang telah diisi sampel pada alat mesin uji dan
jalankan mesin uji sehingga menarik sampel secara teratur dengan kecepatan
5cm/menit sampai sampel putus, perbedaan kecepatan ± 5 % mesin diizinkan
17. Pada saat pengujian, apabila sampel menyetuh dasar mesin uji atau terapung
pada permukaan air maka pengujian dianggap gagal dan tidak normal, untuk
menghindarinya karena itulah ditambahkan garam.
18. Bacalah jarak penampang cetakan pada saat sampel putus (dalam cm), selama
percobaan berlangsung sampai harus terendam 2,5 cm dibawah permukaan air
(melayang) dengan suhu 25 ± 5ºc .
Hentikan pengujian jika aspal telah tertarik sepanjang 1 meter dan tidak putus
30. BAB 3
ASPAL DAN AGREGAT
3.1. PENGUJIAN DENSITY
3.1.1. TUJUAN
untuk menunjukan besar nya kerapatan suatu campuran yang sudah di padatkan
3.1.2. ALAT
1. Timbangan eletrik dengan ketelitian 0.1mm
2. Bak berisi air
3. Kain pengelap
3.1.3. BAHAN
Benda Uji berupa aspal
3.1.4. TEORI SINGKAT
Nilai desnity besarnya kerapatan pada suatu campuran , yang sudah di
padatkan, campuran yang mempunyai kepadatan yang lebih tinggi akan ebih mampu
menahan beban yang lebih besar. Density juga saying bergantung pada gradasi, suatu
pemadatan , pola pemadatan bentuk butiran dan agregat halus. Pada nenelitian ini
gradasi yang mendekati ideal spesikfikasi nya . sehingah interlocking antara batuan
cukup baik
3.1.5. LANGKAH KERJA
Panaskan wadah pencampur kira kira 28˚C temperature
Masukan agergatyang telah di panaskan ke wadah pencampur
Tuangkan aspal sebanyak yang di butuhkan ke dalam agregat yang sudah di
panaskan, kemudian aduk cepat hingga agregat tercampur terselimuti aspal
sampai rata
31. Bersihkan perlengkapan benda uji serta bagian benda penumbukseksama dan
panaskansampai 90-150˚C
Letakan cetakan di alas pemadat tahan dengan pemegang cetakan dan letakan
kertas sesuai dengan ukuran cetakan
Masukan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk tusuk campuran
dengan spatula yang telah di panaskan sebangak 15 kali di bagian pinggir dan
10 kali di bangian tengah
Letakan kertas di bagian permukaan benda uji ukuran sesuai cetakan
Padat kan campuran dengan temperature yang sesuai dengan kekentalan aspal
yang di gunakan , dengan jumlah tumubukan 57 kali untuk lintas berat , 50
untuk lintas sedang , 35 untuk lintasan ringan
Kemudian cetakan yang telah di tumbuk tadi di balikan di tumbuk kembali
dengan jumlah tumbukan yang sama
Keluarkan benda ujidan bersikan dari kotoran lalu ukur tinggi benda uji dengan
ketelitian 0.1mm dengan timbangan
Rendam benda uji dalam pemanas air selama 30-40 menit dengan temperature
60˚c
Lalu setelah itu timbang benda uji dalam keaadaan terendam
Lalu angkat benda uji dan di lap lap sampai menjadi kondisi SSD , kemudian timbang
33. 3.2. PENGUJIAN MARSHALL
3.2.1. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastisitas ( flow ) dari campuran aspal .Ketahanan ( stabilitas
) ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelahan beaban sampai terjadi kelelahan plastisitas ialah keadaan perubahan
bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban batas runtuh yang
dinyatakan dalam mm, atau 0,01”
3.2.2. ALAT
1. Mesin Uji Marshall
2. Jangka Sorong
3. Komputer
4. Timbangan
5. Alat Perendam Benda Uji
3.2.3. BAHAN
Benda Uji berupa aspal yang sudah di rendam air dengan suhu 60 derajat
3.2.4. TEORI DASAR
Agar pencampuran dan pemadatan dapat menghasilkan campuran yang baik,
maka salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian sehingga
peran aspal dalam proses pencampuran dan pemadatan dapat maksimal.
Metode Al menyarankan bahwa pada saat pencampuran kekentalan ( viskositas
) kinetis aspal adalah 170 ± 20 centistokes. Nilai kekentalan ini dapat dicapai pada
rentang suhu tertentu yang sering disebut sebagai suhu pencampuran dan suhu
pemadatan. Kedua rentang suhu ini dapat dicari dengan menggunakan grafik hubungan
antara suhu dengan viskositas yang dapat dikembangkan untuk setiap jenis aspal
34. 3.2.5. LANGKAH KERJA
1. Panaskan wadah pencampur kira kira 28˚C temperature
2. Masukan agergatyang telah di panaskan ke wadah pencampur
3. Tuangkan aspal sebanyak yang di butuhkan ke dalam agregat yang sudah di
panaskan, kemudian aduk cepat hingga agregat tercampur terselimuti aspal
sampai rata
4. Bersihkan perlengkapan benda uji serta bagian benda penumbukseksama dan
panaskansampai 90-150˚C
5. Letakan cetakan di alas pemadat tahan dengan pemegang cetakan dan letakan
kertas sesuai dengan ukuran cetakan
6. Masukan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk tusuk campuran
dengan spatula yang telah di panaskan sebangak 15 kali di bagian pinggir dan
10 kali di bangian tengah
7. Letakan kertas di bagian permukaan benda uji ukuran sesuai cetakan
8. Padat kan campuran dengan temperature yang sesuai dengan kekentalan aspal
yang di gunakan , dengan jumlah tumubukan 57 kali untuk lintas berat , 50
untuk lintas sedang , 35 untuk lintasan ringan
9. Kemudian cetakan yang telah di tumbuk tadi di balikan di tumbuk kembali
dengan jumlah tumbukan yang sama
10. Keluarkan benda ujidan bersikan dari kotoran lalu ukur tinggi benda uji dengan
ketelitian 0.1mm dengan timbangan
11. Rendam benda uji dalam pemanas air selama 30-40 menit dengan temperature
60˚c
12. Keluarkan benda uji dari pemanas air lalu letakan di alat uji marshal ,pasang
pengukur kelelehan pada salah satu batang penuntun
13. Sebelum pembebanan di berikan , naikan kepala penekan hingga menyentuh
alas cicin penguji
14. Atur jarum jam arloji tekan pada kedudukan angka nol
35. 15. Berikan pembenanan dengan kecematan 58mm/menit sampai beban
maksimum tercapai dan catat c, catat lah nilai pelelehanyang di tunjukan jarum
pada saat pembebanan maksimum