Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan Pengukuran Kecepatan RembesanYahya M Aji
Semua jenis tanah tidak ada yang kedap air. Yang membedakan hanyalah waktu yang dibutuhkan air untuk melewati pori-pori tanah tersebut. Pada topic kali ini, akan dibahas penentuan koefisien permeabilitas tanah dengan pengukuran kecepatan rembesan. Teori Henry Darcy merupakan dasar dari metode ini.
Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan Pengukuran Kecepatan RembesanYahya M Aji
Semua jenis tanah tidak ada yang kedap air. Yang membedakan hanyalah waktu yang dibutuhkan air untuk melewati pori-pori tanah tersebut. Pada topic kali ini, akan dibahas penentuan koefisien permeabilitas tanah dengan pengukuran kecepatan rembesan. Teori Henry Darcy merupakan dasar dari metode ini.
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPTnoussevarenna
Semoga bermanfaat :)
Tolong jangan mengupload file ini kembali yaa, jika ingin mengupload kembali, copy url dan sertakan akun ini sebagai sumber ^^ Terima kasih
Video tidak dapat ditampilkan karena file terlalu besar, silahkan email ke : noussevarenna@gmail.com atau dm ke instagram : noussevarenna
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pada aliran tertutup, khususnya aliran melalui lubang, kita dapat menggunakan beberapa rumus atau persamaan dasar fisika, seperti kekekalan energi. Aliran melalui lubang dapat dibedakan mulai dari tertekan bebas hingga lubang terendam. Adanya koefisien debit merupakan akibat dari adanya koefisien kontraksi dan koefisien pengurangan kecepatan.
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPTnoussevarenna
Semoga bermanfaat :)
Tolong jangan mengupload file ini kembali yaa, jika ingin mengupload kembali, copy url dan sertakan akun ini sebagai sumber ^^ Terima kasih
Video tidak dapat ditampilkan karena file terlalu besar, silahkan email ke : noussevarenna@gmail.com atau dm ke instagram : noussevarenna
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pada aliran tertutup, khususnya aliran melalui lubang, kita dapat menggunakan beberapa rumus atau persamaan dasar fisika, seperti kekekalan energi. Aliran melalui lubang dapat dibedakan mulai dari tertekan bebas hingga lubang terendam. Adanya koefisien debit merupakan akibat dari adanya koefisien kontraksi dan koefisien pengurangan kecepatan.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
2. Outline
➢ Perencanaan tata letak bangunan irigasi
➢ Perencanaan petak tersier dan sekunder
➢ Perencanaan saluran tersier dan sekunder
3. Tahapan perencanaan irigasi
Yaitu Pembuatan :
• Peta lay out jaringan irigasi/tata letak (saluran pembawa dan saluran
pembuang, daerah yang tidak bisa diairi, kampung, jalan raya, jalan ka,
batas petak)
• Peta petak, luasan : 50 – 100 ha
• Perhitungan neraca air
• Perencanaan saluran irigasi (pembawa dan pembuang)
• Profil/potongan memanjang saluran (menentukan elevasi muka air)
• Profil/potongan melintang saluran (mengetahui galian dan timbunan)
4. Tahapan perencanaan irigasi
7. Desain Bangunan Pemberian Air :
• Bangunan Oncoran
• Bangunan Sadap
• Bangunan Bagi
• Bangunan Bagi Sadap
8. Desain Bangunan Ukur :
• Pintu Romijn, Crum De Gruyter
• Cipoletti,ambang Lebar
• Parshall Flumes
• Long Throated Flume (Leher Panjang)
5. Tahapan perencanaan irigasi
9. Desain Bangunan Pelengkap:
• Gorong – Gorong
• Bangunan Terjun
• Bangunan Got Miring
• Talang
• Shypon
• Pelimpah
• Bangunan Penguras
• Saluran Tertutup
• Jembatan Penyebrangan, Dll
6. Perencanaan Tata Letak
• Untuk pembuatan tata letak pendahuluan akan digunakan peta
topografi dengan skala 1:25.000 dan 1:5.000.
• Garis-garis kontur harus ditunjukkan dalam peta ini dengan
interval 0,50 m untuk daerah-daerah datar dan 1,00 m untuk
daerah-daerah dengan kemiringan medan lebih dari 2%.
7. Perencanaan Tata Letak
Tata letak pendahuluan menunjukkan:
• Lokasi bangunan utama
• Trase jaringan irigasi dan pembuang
• Batas-batas dan perkiraan luas (dalam ha) jaringan irigasi dengan petak-
petak
• primer, sekunder dan tersier serta daerah-daerah yang tidak bisa diairi.
• Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang lengkap
dengan fungsi dan tipenya.
• Konstruksi lindungan terhadap banjir, dan tanggul
• Jaringan jalan dengan bangunan-bangunannya
8. Perencanaan Tata Letak
1. Sungai-sungai dan jaringan pembuang alamiah
2. Punggung medan, cekungan (lembah) dan kemiringan medan.
3. Batas-batas administrasi desa, kecamatan dan kabupaten. Batas-batas
desa sangat penting artinya untuk penentuan batas petak tersier.
4. Jaringan irigasi yang sudah ada sebelumnya.
5. Jaringan jalan dan rel kereta api.
6. Daerah Hutan Lindung
7. Daerah sawah, rawa dan tambak
8. Daerah tinggi.
9. Lanjutan
6. Pindahkan trase saluran, batas petak dan lokasi sadap pada peta skala 1
: 5000 atau 1 : 2000
7. Plotkan batas-batas petak tersier dengan kriteria sbb:
– batas-batas ditentukan dengan topografi
– saluran tersier mengikuti kemiringan medan dengan kemiringan
minimum 0,25% (kecepatan minimum 0,20 m/det)
– ukuran petak tersier sebaiknya antara 50 – 100 ha
– sesuaikan batas-batas petak tersier dengan batas-batas
administratif
8.Plotkan lokasi bangunan sadap, bangunan bagi
9.Tentukan lokasi bangunan pembawa
10.Tentukan trase saluran primer dengan kemiringan minimum 0,30%
10. Perencanaan Trase Saluran
Secara planimetris perencanaan penempatan trase saluran saluran
harus mengacu kepada :
• Garis-garis lurus sepanjang mungkin yang dihubungkan dengan
kurva (lengkung bulat)
• Diusahakan agar muka air mendekati elevasi medan atau sedikit di
atas elevasi sawah di sebelahnya yang akan diairi.
• Muka air tanah mendekati muka air rencana atau sedikit
dibawahnya.
• Perencanaan harus menghasilkan bagian yang seimbang sehingga
jumlah galian sama dengan atau lebih dari jumlah timbunan.
11. Pewarnaan jaringan irigasi
BIRU UNTUK JARINGAN IRIGASI
• GARIS PENUH UNTUK SALURAN YANG sudah ada
• GARIS TITIK GARIS UNTUK SALURAN PRIMER & SEKUNDER rencana
• GARIS PUTUS-PUTUS UNTUK SALURAN tersier.
MERAH UNTUK SUNGAI & JARINGAN PEMBUANG
• GARIS PENUH UNTUK SALURAN PEMBUANG yang sudah ada
• GARIS PUTUS-PUTUS UNTUK SALURAN PEMBUANG rencana
12. Perencanaan petak tersier
• Petak tersier merupakan basis suatu jaringan irigasi.Perencanaan dan
pelaksanaan petak tersier dilaksanakan oleh para Petani melalui
Perkumpulan Pemakai Air (P3A) dengan bantuan teknis dari Pemerintah
melalui Pemerintah Kabupaten. Operasi dan pemeliharaannya menjadi
tanggung jawab para petani yang diorganisasi dalam Perkumpulan Petani
Pemakai Air atau P3A.
• Dalam pengembangan petak tersier ini, P3A mengajukan permohonan
bantuan teknis melalui Panitia Irigasi.
• Apabila disetujui, dalam perencanaannya keikut sertaan para petani
sangat diperlukan dan diusahakan memanfaatkan jaringan irigasi dan
pembuang yang sudah ada dengan memperhatikan keterangan dan
keinginan para petani
13. • Bentuk optimal petak tersier adalah bujur sangkar, karena
pembagian air akan menjadi sulit pada petak tersier berbentuk
memanjang.
• Lebar petak tergantung pada cara pemberian air, yakni apakah air
dibagi dari satu sisi atau kedua sisi saluran kuarter. Apabila aliran
dibagi dari satu sisi saluran kuarter maka aliran antar petak
hendaknya dibatasi sampai kurang lebih 8 sawah atau 300 m
panjang maksimum
• Dan apabila saluran kuarter membagi air ke kedua sisi seperti
pada daerah-daerah datar atau bergelombang maka lebar
maksimum petak akan dibatasi sampai 400 m (2x200 m)
14. • Kriteria umum perencanaan petak tersier dan kuarter
Ukuran petak tersier 50-100 ha
Ukuran petak kuarter 8-15 ha
Panjang saluran tersier < 1500 m
Panjang saluran kuarter < 500 m
Jarak antara saluran kuarter dan pembuang < 300 m
15.
16. Petak tersier pada
medan datar
Skema layout
ditunjukkan pada Gambar 4-
12. Saluran kuarter dapat
memberikan air dari kedua
sisinya dan panjangnya bisa
dibuat sama dengan
pembuang kuarter. Lebar
maksimum petak kuarter bisa
mencapai 400 m. Kesulitan
yang dialami dalam
memberikan air dari sawah
ke sawah pada tanah datar
dapat dikurangi dengan
membuat saluran cacing
tegak lurus terhadap saluran
kuarter.
17.
18.
19. Layout
7.2 ha
A 1 8.7 ha
A 3
10.1 ha
A 2
9.6 ha
B 1
10.4 ha
B 2
9.6 ha
D 1
8.8 ha
D 2
9.8 ha
D 3
9.1 ha
C 3
6.5 ha
C 2
9.8 ha
C 1
T 1
K 2
T 2 K 1
T 3
T 5
T 4 T 6
27.00
26.50
26.00
25.00
25.50
28.00
29.00
30.00
27.00
B.K 3
20. Skema jaringan irigasi
7.2 ha
A 1
8.7 ha
A 3
10.1 ha
A 2
9.6 ha
B 1
10.4 ha
B 2
9.6 ha
D 1
8.8 ha
D 2
9.1 ha
C 3
6.5 ha
C 2
9.8 ha
C 1
T 1
K 2
T 2 K 1
T 3
T 5
T 4 T 6
9.8 ha
D 3
B.K 3
22. Perencanaan saluran tersier dan kuarter
Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang mengambil air
dari bangunan sadap melalui petak tersier sampai ke boks bagi
terakhir (boks kuarter). Boks tersier akan membagi air ke saluran
kuarter dan saluran tersier berikutnya. Boks kuarter adalah boks
bagi terakhir dan memberi air ke sekurang-kurangnya dua saluran
kuarter. Saluran kuarter adalah saluran-saluran bagi dimana petani
mengambil air secara langsung dan umumnya dimulai dari boks bagi
sampai ke saluran pembuang
23. Parameter Saluran
Dimana :
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = luas penanmpang basah, m2
R = jari – jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/det
m = kemiringan talut (1 vertikal : m
horizontal)
24. Kriteria umum
Karakteristik
Perencanaan
Satuan Saluaran
tersier
Saluran
kuarter
Kecepatan maksimum m/dt Sesuai dengan grafik perencanaan
Kecepatan minimum m/dt 0,20 0,20
Harga k m1/3/dt 35 30
Lebar minimum dasar saluran m 0,30 0,30
Kemiringan talud - 1 : 1 1 : 1
Lebar minimum mercu m Tanggul
0,50
Jalan inspeksi
1,50 - 2,00 m
Tanggul
0,40
Jalan petani
1,00 - 1,50 m
Tinggi jagaan minimum (w) m 0,30 0,30
Saluran tanpa pasangan
27. w
0,50 w
0,20 cm
Pasangan batu
w
0,50w
ww
0.07-0,10 cm
0,50
Mortar
Pasangan ubin
beton talud dan
dasar
w
0,50w
ww
0,20
0.07-0,10 cm
0,50
Mortar
Pangkal pasangan batu
Pasangan ubin
beton talud saja
0,20
0,40
Koperan
0,20
0,40
Koperan
0,20
Saluran dengan
pasangan
28. Kriteria perencanaan saluran pasangan
Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut
ini dianjurkan pemakaiannya:
• pasangan batu : kecepatan maksimum 2 m/dt
• pasangan beton : kecepatan maksimum 3 m/dt
• pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diizinkan
• Ferrocement : kecepatan 3 m/dt
29. Kriteria saluran pasangan
Ketentuan dimensi dan kecepatan minimum yang disyaratkan pada
saluran tanpa pasangan juga berlaku untuk saluran pasangan. Harga
koefisien k diambil sebagai berikut :
• - Pasangan batu k = 50 m1/3/dt
• - Pasangan beton (untuk talud saja) k = 60 m1/3/dt
• - Pasangan beton (untuk talud dan dasar) k = 70 m1/3/dt
30. Kebutuhan air irigasi
dimana:
Qt = debit rencana, lt/dt
NFR = kebutuhan bersih air di sawah, lt/dt.ha
A = luas daerah yang diairi, ha
et = efisiensi irigasi di petak tersier.
32. • P = muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunansadap tersier
• A = elevasi sawah yang menentukan di petak tersier
• a = kedalaman air di sawah (- 10 cm)
• b = kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah (- 10 cm)
• c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter (5-15 cm/boks)
• n = jumlah boks bagi kuarter pada saluran yang direncana
• d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran tersier dan kuarter (I x L cm)
• e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier (- 10 cm/boks)
• m = jumlah boks tersier pada saluran yang direncana
• f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (- 5 cm per gorong - gorong)
• z = kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain
• g = kehilangan tinggi energi di pintu Romijn (- 2/3 H)
• ∆h = variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier (- 0,10 h100 )
• h100 = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan sadap.