2. Latar Belakang
• Air : semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat.
• Air permukaan : semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
• Air tanah : air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
Awan
Evaporasi
Presipitasi
Laut
Air Tanah
Transpirasi
Hujan
Run Off
Permukaan
Presipitasi
Salju & Es
Perkolasi
Evaporasi
Atmosfer
Air
3. Latar Belakang
• Sumber air : tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
• Daya air : potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber
air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi
kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
Awan
Evaporasi
Presipitasi
Laut
Air Tanah
Transpirasi
Hujan
Run Off
Permukaan
Presipitasi
Salju & Es
Perkolasi
Evaporasi
Atmosfer
Sumber Air & Daya Air
4. Latar Belakang
• Pemanfataan sumberdaya air
• Irigasi
• Non-Irigasi (Industri)
• Pemanfataan sumberdaya air untuk irigasi
• Bendung
• Pengambilan Bebas
• Pompa Air
• Bendungan
• Pompa Air Tanah
Sumberdaya Air
Pemanfaatan Sumberdaya Air
Bendungan
Pengambilan
Bebas
Pengambilan
Pompa Air
Pompa Air Tanah
Bendung
Industri
air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
5. Latar Belakang
• Permasalahan
• Ketinggian muka air sumber air tidak dapat mencapai lahan diairi Irigasi
• Irigasi : usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak
Hujan
Irigasi pompa
Irigasi permukaan
Irigasi
6. Latar Belakang
1. mengambil air dari sumber,
2. mengalirkannya ke dalam saluran,
3. membagikan ke petak sawah,
4. memberikan air pada tanaman, dan
5. membuang kelebihan air ke jaringan
pembuang.
IRIGASI
Intake
Pelimpah
Samping
Bangunan Ukur
(flume)
Bangunan
Terjun Boks
Intake Chek
Structure
Irigasi
7. Pengertian
• Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
• kegiatan pengaturan air dan jaringan irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangannya, termasuk usaha mempertahankan kondisi jaringan irigasi agar tetap
berfungsi dengan baik
Penyediaan air irigasi
penentuan volume air per satuan waktu, yang dialokasikan dari suatu sumber
air untuk suatu daerah irigasi didasarkan waktu dan mutu sesuai kebutuhan
untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
Pembagian air irigasi
kegiatan membagi air di bangunan pembagi dalam jaringan utama.
Pemberian air irigasi
kegiatan menyalurkan volume air per satuan waktu dengan jumlah tertentu
dari jaringan utama ke petak tersier.
Penggunaan air irigasi
kegiatan memanfaatkan volume air per satuan waktu per luasan lahan
pertanian pada periode tertentu.
Pembuangan/drainase
pengaliran kelebihan air irigasi yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu
daerah irigasi tertentu.
8. Prinsip Dasar Pemberian Irigasi
akibat negatip yang
mungkin ditimbulkan
oleh air berlebihan
dapat dihindari.
air yang tersedia
dibagi
secara adil dan merata,
air yang tersedia dapat
dipergunakan atau dimanfaatkan
secara efektif dan efisien,
IRIGASI
air yang diberikan ke petak-petak tersier
secara tepat cara, waktu dan jumlah, sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman
9. Prinsip Dasar Pemberian Irigasi
• Tempat
• setiap petak tersier mempunyai kebutuhan air yang yang berbeda tergantung dari
jenis tanah dan iklim, serta kehilangan air di saluran
• Jumlah
• petak tersier memiliki luas dan usahatani yang berbeda
• Waktu
• setiap fase tanaman pertumbuhan (fase pengolahan tanah, pertumbuhan dan
panen) mempunyai kebutuhan air yang berbeda.
• Mutu
• air irigasi harus memenuhi standard mutu irigasi
10. Jaringan Irigasi dan Daerah Irigasi
• Jaringan Irigasi
• saluran dan bangunan yang merupakan
satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi yang mencakup
penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan
pembuangannya.
• Daerah Irigasi
• kesatuan wilayah yang mendapat air
dari satu jaringan irigasi.
11. Pengertian Pengelolaan Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak;
Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi;
Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan dan
pembuangannya;
Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu system irigasi,
mulai dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran sekunder, dan
bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya;
Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air didalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang
disebut saluran tersier, saluran pembagi, yang disebut saluran kuarter dan
saluran pembuang berikut saluran bangunan turutan serta pelengkapnya,
termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan
dengan areal tersier;
12. Bangunan Sadap
Bangunan Bagi Sadap
Bang. Bagi
Bangunan Sadap
Bangunan Sadap
Bangunan Sadap
Contoh Peta
Jaringan
Irigasi &
Daerah Irigasi
Intake
13. Jaringan Irigasi dan Daerah Irigasi
Daerah Irigasi I
LEGENDA
Sungai
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap
Daerah Irigasi
Petak Tersier
Daerah Irigasi II
Saluran Suplisi
14. Jaringan Irigasi dan Daerah Irigasi
Daerah Irigasi I
LEGENDA
Sungai
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap
Daerah Irigasi
Petak Tersier
Daerah Irigasi II
Daerah Irigasi III
15. Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Jaringan Irigasi Utama
• Jaringan irigasi utama meliputi bangunan utama, saluran sekunder dan primer serta bangunan air yang
ada di saluran primer dan saluran sekunder.
• Jaringan irigasi utama ini tanggung jawab oleh pemerintah/pemda dengan batas pengelolaan saluran
tersier berjarak batas 50 m dari bangunan sadap tersier.
• Jaringan Irigasi Tersier
• Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan irigasi di petak tersier, mulai saluran tersier saluran kuarter
dan bangunan yang ada di kedua saluran tersebut (boks bagi tersier, boks bagi kuarter dan bangunan air
lainnya).
• Jaringan irigasi ini tanggung jawab oleh petani dibawah koordinasi HIPPA (bimbingan aspek teknis
diperoleh dari Dinas Pengairan dan bimbingan aspek pertanian di bawah Dinas Pertanian).
Pengelolaan
16. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Batas Daerah Layanan
LEGENDA
Sungai
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap
Boks Tersier
Boks Kuater
Daerah Irigasi
Petak Tersier
Blok Tersier
Petak Tersier
JARINGAN TERSIER
Tanggung Jawab
Petani
JARINGAN UTAMA
Tanggung Jawab
Pemerintah & Pemda
Pengelolaan
Petak Tersier max 150 Ha
Petak Kuarter 10 – 15 Ha
17. Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Jaringan Irigasi Sederhana
• Sistem pelaksanaan operasional pembagian air pada jaringan irigasi sederhana pada umumnya air tidak
diukur dan diatur.
• Jaringan Irigasi Semi-Teknis
• Pengambilan jaringan irigasi ini telah mampu berfungsi dengan baik dan sebagian telah dilengkapi
dengan bangunan ukur.
• Pemisahan saluran pembawa dan pembuang belum dipisahkan secara baik dan pembagian petak
tersier belum dilakukan secara detail, sehingga sulit dilakukan pembagian air.
• Jaringan Irigasi Teknis
• Jaringan irigasi ini telah dibangun sistem pengambilan yang permanen, sistem pembagian air dapat
diukur dan diatur, serta pembagian jaringan pembawa dan pembuang telah terpisahkan secara jelas.
Kemampuan Operasional
18. Klasifikasi Jaringan Irigasi Kemampuan Operasional
Jaringan Irigasi Pengatur Pengukuran Saluran Pembawa
dan Pembuang
Sederhana Tidak dapat Tidak dapat Tidak Dipisah
Semi Teknis Dapat Dapat Tidak Dipisah
Teknis Dapat dapat Dipisah
Pengatur
Pengukur
19. Peta & Skema
46
30
41
45
43
33
39
34
35
42
38
37
36
44a
29
44
43a
43b
40
33a
34a
36a
K. Kenteng
K. Gonggang
K. Pucang
LEMBEYAN
PARANG
BABADAN
SUKOREJO
SOMOROTO
PONOROGO
MLARAK
SIMAN
JETIS
JEBENG
SAMBAT
BUNGKAL
SLAHUNG
SOOKO
PULUNG
NGEBEL
K. Sepi
K. Among
K. Sungkur
BADEKAN
K. Domas
K. Mayong
K
.
Ir
e
n
g
K
. N
am
bang
K
.
S
la
h
u
n
g
K. Sono
K. Keyang
K. Gendol
K. Jurdo
K. Plongko
K
.
C
e
m
e
r
K. Asin
30a
K
.
P
e
le
n
K.
Munggu
43c
44
31
13
60b
CABANG DINAS PU PENGAIRAN BARAT
CABANG DINAS PU PENGAIRAN MADIUN
CABANG DINAS PU PENGAIRAN PACITAN
EKS. KARESIDENAN
KEDIRI
EKS.
KARESIDENAN
SURAKARTA
PETA RESORT
CABANG PU PENGAIRAN PONOROGO
Peta Situasi Dinas Pengairan
20. Peta & Skema Peta Situasi DI
DI Kebun Agung - Kabupaten Sumenep
21. Peta & Skema
ASTA TINGGI
40Ha
KA.2E Ki
15 Ha 38 I/dt
KG.3 Ki
30 Ha 70 l/dt
KG.1 Ka
47 Ha 103 l/dt
KA.2A Ka
5 Ha 13 l/dt
KG.2 Ka
20 Ha 50 l/dt
KG.3 Ka
68 Ha 133 l/dt
KA.3 Ki
25 Ha 63 l/dt
KA.3 Ka
19 Ha 48 l/dt
KA.2 Ka
78 Ha 146 l/dt
KA.2 Ka
29 Ha 73 l/dt
KB.4 Ki
30 Ha 70 l/dt
KB.3 Ki
48 Ha 106 l/dt
KB.2 Ki
25 Ha 63 l/dt
KB.1 Ki
30 Ha 70 l/dt
KP.1 Ki
20 Ha 50 l/dt
KP.1 Ka
27 Ha 68 l/dt
KP.2 Ki
9 Ha 23 I/dt
KP.2 Ka
15 Ha 38 l/dt
KP.3 Ki
30 Ha 70 l/dt
KP.3 Ka
30 Ha 70 l/dt
KK.2 Ka
95 Ha 164 l/dt
KK.3 Ka
5 Ha 13 l/dt
KK.1Ki
8 Ha 20 l/dt
KK.3A Ki
5 Ha 13 l/dt
KK.4 Ki
44 Ha 97 l/dt
KK.4 Ka
25 Ha 49 l/dt
B.KA..1 B.KK..1 B.KK..2 B.KK..3
B.KK..3A
B.KK..4
B.KA.2E
B.KA.2
B.KA.3
B.KA.4
B.KP.1
B.KP.2
B.KP.3
B.KG.1 B.KG.2A B.KG.2 B.KG.3
B.KB.1
B.KB.2
B.KB.3
B.KB.4
SAL.PRIMER KEBON AGUNG
SAL.SEKUNDER KOLOR
SAL.SEKUNDER GEDONGAN
SAL.SEKUNDER BABALAN
SAL.SEKUNDER
PATEYAN
DAM KEBON AGUNG
B.ASTA TINGGI
K.ANJUK
SAL.SEKUNDER
KEBON
AGUNG
Skema Jaringan Irigasi
DI Kebun Agung - Kabupaten Sumenep
24. Bangunan Utama
M. 1 Ka 2
114 Ha
KM.000 Bendung Jati
Sungai
Madiun
B. M. 1
Bendung Jati
Mercu Bendung Karet
Pintu
Pengatur
Intake
Intake
Rumah
Pompa
25. Bangunan Pengatur
B. CE.4
B. SK.2
B. SK.1
SALURAN
SEKUNDER
CERME
SALURAN SEKUNDER SULING KULON
B. SK. 4
Km 1,995
B. SK. 4 d
Km 1,903
B. SK. 4c
Km 1,847
B. SK. 4 a
Km 1,732
B. SK. 4b
Km 1,790
B. SK. 3
Km 1,666
B. SK. 2
Km 1,353
B.
SK.
1
a
Km
0,068
B.
SK.
1
b
Km
0,137
B.
SK.
1
c
Km
0,195
B.
SK.
1
d
Km
248
B.
SK.
1
e
Km
0,296
B.
SK.
1
f
Km
0,342
B.
SK.
1
g
Km
0,392
B.
SK.
1
h
Km
0,453
B.
SK.
1
i
Km
0,486
B.
SK.
1
j
Km
0,556
B.
SK.
1
k
Km
0,604
B. SK. 1 l
Km 0,792
B.
SK.
1
m
Km
0,822
B. SK. 1 n
Km 0,875
B. SK. 1 o
Km 1,180
Bangunan Bagi : B. CE. 4 – Sal. Sek. Cerme
26. Bangunan Pengatur
B. CE.4
B. SK.2
B. SK.1
SALURAN
SEKUNDER
CERME
SALURAN SEKUNDER SULING KULON
B. SK. 4
Km 1,995
B. SK. 4 d
Km 1,903
B. SK. 4c
Km 1,847
B. SK. 4 a
Km 1,732
B. SK. 4b
Km 1,790
B. SK. 3
Km 1,666
B. SK. 2
Km 1,353
B.
SK.
1
a
Km
0,068
B.
SK.
1
b
Km
0,137
B.
SK.
1
c
Km
0,195
B.
SK.
1
d
Km
248
B.
SK.
1
e
Km
0,296
B.
SK.
1
f
Km
0,342
B.
SK.
1
g
Km
0,392
B.
SK.
1
h
Km
0,453
B.
SK.
1
i
Km
0,486
B.
SK.
1
j
Km
0,556
B.
SK.
1
k
Km
0,604
B. SK. 1 l
Km 0,792
B.
SK.
1
m
Km
0,822
B. SK. 1 n
Km 0,875
B. SK. 1 o
Km 1,180
Bangunan Sadap : Saluran Sekunder Suling
27. Bangunan Pengatur
B. CE.4
B. SK.2
B. SK.1
SALURAN
SEKUNDER
CERME
SALURAN SEKUNDER SULING KULON
B. SK. 4
Km 1,995
B. SK. 4 d
Km 1,903
B. SK. 4c
Km 1,847
B. SK. 4 a
Km 1,732
B. SK. 4b
Km 1,790
B. SK. 3
Km 1,666
B. SK. 2
Km 1,353
B.
SK.
1
a
Km
0,068
B.
SK.
1
b
Km
0,137
B.
SK.
1
c
Km
0,195
B.
SK.
1
d
Km
248
B.
SK.
1
e
Km
0,296
B.
SK.
1
f
Km
0,342
B.
SK.
1
g
Km
0,392
B.
SK.
1
h
Km
0,453
B.
SK.
1
i
Km
0,486
B.
SK.
1
j
Km
0,556
B.
SK.
1
k
Km
0,604
B. SK. 1 l
Km 0,792
B.
SK.
1
m
Km
0,822
B. SK. 1 n
Km 0,875
B. SK. 1 o
Km 1,180
Bangunan Sadap : Saluran Sekunder Suling
28. Bangunan Pengatur
B. CE.4
B. SK.2
B. SK.1
SALURAN
SEKUNDER
CERME
SALURAN SEKUNDER SULING KULON
B. SK. 4
Km 1,995
B. SK. 4 d
Km 1,903
B. SK. 4c
Km 1,847
B. SK. 4 a
Km 1,732
B. SK. 4b
Km 1,790
B. SK. 3
Km 1,666
B. SK. 2
Km 1,353
B.
SK.
1
a
Km
0,068
B.
SK.
1
b
Km
0,137
B.
SK.
1
c
Km
0,195
B.
SK.
1
d
Km
248
B.
SK.
1
e
Km
0,296
B.
SK.
1
f
Km
0,342
B.
SK.
1
g
Km
0,392
B.
SK.
1
h
Km
0,453
B.
SK.
1
i
Km
0,486
B.
SK.
1
j
Km
0,556
B.
SK.
1
k
Km
0,604
B. SK. 1 l
Km 0,792
B.
SK.
1
m
Km
0,822
B. SK. 1 n
Km 0,875
B. SK. 1 o
Km 1,180
Bangunan Sadap : Saluran Sekunder Suling
29. Bangunan Pengatur
B. CE.4
B. SK.2
B. SK.1
SALURAN
SEKUNDER
CERME
SALURAN SEKUNDER SULING KULON
B. SK. 4
Km 1,995
B. SK. 4 d
Km 1,903
B. SK. 4c
Km 1,847
B. SK. 4 a
Km 1,732
B. SK. 4b
Km 1,790
B. SK. 3
Km 1,666
B. SK. 2
Km 1,353
B.
SK.
1
a
Km
0,068
B.
SK.
1
b
Km
0,137
B.
SK.
1
c
Km
0,195
B.
SK.
1
d
Km
248
B.
SK.
1
e
Km
0,296
B.
SK.
1
f
Km
0,342
B.
SK.
1
g
Km
0,392
B.
SK.
1
h
Km
0,453
B.
SK.
1
i
Km
0,486
B.
SK.
1
j
Km
0,556
B.
SK.
1
k
Km
0,604
B. SK. 1 l
Km 0,792
B.
SK.
1
m
Km
0,822
B. SK. 1 n
Km 0,875
B. SK. 1 o
Km 1,180
Bangunan Sadap : Saluran Sekunder Suling
30. Bangunan Pelengkap
B. CE.4
B. SK.2
B. SK.1
SALURAN
SEKUNDER
CERME
SALURAN SEKUNDER SULING KULON
B. SK. 4
Km 1,995
B. SK. 4 d
Km 1,903
B. SK. 4c
Km 1,847
B. SK. 4 a
Km 1,732
B. SK. 4b
Km 1,790
B. SK. 3
Km 1,666
B. SK. 2
Km 1,353
B.
SK.
1
a
Km
0,068
B.
SK.
1
b
Km
0,137
B.
SK.
1
c
Km
0,195
B.
SK.
1
d
Km
248
B.
SK.
1
e
Km
0,296
B.
SK.
1
f
Km
0,342
B.
SK.
1
g
Km
0,392
B.
SK.
1
h
Km
0,453
B.
SK.
1
i
Km
0,486
B.
SK.
1
j
Km
0,556
B.
SK.
1
k
Km
0,604
B. SK. 1 l
Km 0,792
B.
SK.
1
m
Km
0,822
B. SK. 1 n
Km 0,875
B. SK. 1 o
Km 1,180
Saluran Sekunder Suling
31. Saluran Irigasi
B. CE.4
B. SK.2
B. SK.1
SALURAN
SEKUNDER
CERME
SALURAN SEKUNDER SULING KULON
B. SK. 4
Km 1,995
B. SK. 4 d
Km 1,903
B. SK. 4c
Km 1,847
B. SK. 4 a
Km 1,732
B. SK. 4b
Km 1,790
B. SK. 3
Km 1,666
B. SK. 2
Km 1,353
B.
SK.
1
a
Km
0,068
B.
SK.
1
b
Km
0,137
B.
SK.
1
c
Km
0,195
B.
SK.
1
d
Km
248
B.
SK.
1
e
Km
0,296
B.
SK.
1
f
Km
0,342
B.
SK.
1
g
Km
0,392
B.
SK.
1
h
Km
0,453
B.
SK.
1
i
Km
0,486
B.
SK.
1
j
Km
0,556
B.
SK.
1
k
Km
0,604
B. SK. 1 l
Km 0,792
B.
SK.
1
m
Km
0,822
B. SK. 1 n
Km 0,875
B. SK. 1 o
Km 1,180
Ruas Saluran
32. Saluran Irigasi
• Saluran adalah bangunan yang berfungsi untuk membawa air dari
satu tempat ke tempat yang lain.
• Jenis saluran ada 2 macam yaitu :
• Saluran tanah adalah saluran dimana talud dan dasarnya dari tanah
• Saluran pasangan adalah saluran yang talud dan dasarnya dari pasangan
Jalan Inspeksi
Tanggul saluran
Tanggul saluran
Muka Air Normal
W
h
b
Rumput/
Tanaman Liar
Pasangan
1
m
Definisi dan Jenis
33. Saluran Irigasi
• Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya
pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah.
• Erosi dan sedimentasi di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang tahun.
• Ruas-ruas saluran harus mantap.
Kecepatan Maksimum Kecepatan Minimum
Sedimentasi
Erosi
erosi
Sedimentasi
Dasar Perencanaan
34. Standard Tata Nama
• Nama yang dipergunakan untuk nama
daerah irigasi adalah sebagai berikut :
• Nama daerah atau nama desa terpenting yang
dekat dengan bangunan utama; atau
• Nama sumber air (sungai/mata air)
• Daerah Irigasi Kebun Agung
(sumber air berasal dari Sungai Anjuk, lokasi
bangunan utama terletak di Daerah Kebun
Agung, kab. Sumenep)
• Daerah Irigasi Mayang
(sumber air berasal dari Kali Mayang, Jember)
Nama Daerah irigasi
35. Standard Tata Nama
• Nama Bangunan Utama
Pemberian nama bangunan utama sesuai dengan pemberian nama
pada daerah irigasi.
• Dam Jatimlerek untuk DI. Jatimlerek
• Dam Mayang untuk DI. Mayang
• Nama Saluran Primer
Pemberian nama saluran irigasi primer diberikan sesuai nama daerah
irigasi yang dilayani.
• Saluran Induk Mayang untuk DI. Mayang
• Saluran Primer Papar untuk DI. Papar
• Saluran Induk Madiununtuk DI. SIM
Bangunan Utama dan Saluran Primer
36. Standard Tata Nama
• Nama Saluran Sekunder
Pemberian nama saluran sekunder diberikan sesuai dengan nama
desa/daerah yang terletak di petak sekunder dan petak sekunder
diberikan nama sesuai dengan nama saluran sekunder.
Contoh:
• Saluran Sekunder Jatimlerek
• Petak Sekunder Jatimlerek
KK.2 Ka
95 Ha 164 l/dt
KK.3 Ka
5 Ha 13 l/dt
KK.1Ki
8 Ha 20 l/dt
KK.3A Ki
5 Ha 13 l/dt
KK.4 Ki
44 Ha 97 l/dt
KK.4 Ka
25 Ha 49 l/dt
B.KA..1 B.KK..1 B.KK..2 B.KK..3
B.KK..3A
B.KK..4
SAL.SEKUNDER KOLOR
Nama Saluran Sekunder
37. Standard Tata Nama
• Nama bangunan bagi dan sadap yang terletak pada saluran primer
atau sekunder, diberikan
• nama akronim satu atau dua huruf (satu huruf jika dalam daerah irigasi tersebut tidak terdapat
duplikasi nama) yang
• diawali dengan huruf B dan diakhiri dengan nomer urut dari hulu ke hilir.
KA.2E Ki
15 Ha 38 I/dt
KA.3 Ki
25 Ha 63 l/dt
KA.3 Ka
19 Ha 48 l/dt
KA.2 Ka
78 Ha 146 l/dt
KA.2 Ka
29 Ha 73 l/dt
KK.2 Ka
95 Ha 164 l/dt
KK.3 Ka
5 Ha 13 l/dt
KK.1Ki
8 Ha 20 l/dt
KK.3A Ki
5 Ha 13 l/dt
KK.4 Ki
44 Ha 97 l/dt
KK.4 Ka
25 Ha 49 l/dt
B.KA..1 B.KK..1 B.KK..2 B.KK..3
B.KK..3A
B.KK..4
B.KA.2E
B.KA.2
B.KA.3
B.KA.4
SAL.PRIMER KEBON AGUNG
SAL.SEKUNDER KOLOR
DAM KEBON AGUNG
K.ANJUK
SAL.SEKUNDER
KEBON
AGUNG
Nama Bangunan Bagi/Sadap/Bagi-Sadap
38. Standard Tata Nama
• Ruas saluran sekunder atau primer adalah ruas saluran di
saluran sekunder atau primer antara bangunan utama dengan
bangunan utama bagi dan sadap atau antar bangunan bagi
dan sadap.
• Pemberian nama ruas saluran sekunder atau primer sesuai
nama akronim yang dipergunakan untuk nama bangunan bagi
dan sadap yang diawali dengan huruf R dan diakhiri dengan
nomer urut dari hulu ke hilir.
SAL.SEKUNDER
KEBUN
AGUNG
SAL.PRIMER KEBON AGUNG
SAL.SEKUNDER KOLOR
K.ANJUK
B.KA.1
(KM
0.432)
B.KK.1a
(KM
0.026)
B.KA.1a
(KM
0.339)
B.KK.1b
(KM
0.185)
B.KK.1c
(KM
0.213)
B.KK.1d
(KM
0.216)
B.KK.1e
(KM
0.357)
B.KK.1f
(KM
0.360)
B.KK.1g
(KM
0.377)
B.KK.1h
(KM
0.410)
B.KK.1i
(KM
0.432)
B.KK.1j
(KM
0.497)
B.KK.1k
(KM
0.563)
B.KK.1l
(KM
0.609)
B.KK.1m
(KM
0.740)
B.KK.2a
(KM
1.211)
B.KK.1
(KM
1.052)
B.KK.2b
(KM
1.396)
B.KK.2c
(KM
1.402)
B.KK.2d
(KM
1.410)
B.KK.2e
(KM
1.416)
B.KK.2
(KM
1.509)
B.KK.3
(KM
1.720)
B.KK.3a
(KM
1.755)
B.KK.1n
(KM
0.750)
Nama Bangunan Bagi/Sadap/Bagi-Sadap
R. KK. 1 R. KK. 2
R.
KK.
3
R.
KK.
4
R.
KK.
5
39. Standard Tata Nama
•Pemberian nama bangunan
pelengkap sesuai
• nama akronim yang dipergunakan untuk
nama bangunan bagi dan sadap yang
• diawali dengan huruf B dan
• diakhiri dengan nomer urut yang sesuai
dengan pemberian nama ruas saluran
dan urutan huruf kecil (a, b, c ... dan
seterusnya) dari hulu ke hilir
Bangunan Pelengkap
40.
41. Standard Tata Nama
• Petak Tersier diberi
• nama sesuai akronim dan nomer urut bangunan bagi dan sadap, tetapi tanpa di awali dengan huruf B
dan diakhir dengan
• akronim arah aliran yang keluar dari bangunan bagi dan sadap
• Ka untuk air yang keluar dari pintu kanan,
• Ki untuk air yang keluar dari pintu kiri dan
• Te untuk air yang keluar dari pintu tengah.
• Jika pada lokasi yang yang sama terdapat lebih dari satu petak, maka
nama petak tersier ditambahkan urutan nomer urut.
KK.2 Ka
95 Ha 164 l/dt
KK.3 Ka
5 Ha 13 l/dt
KK.1Ki
8 Ha 20 l/dt
KK.3A Ki
5 Ha 13 l/dt
KK.4 Ki
44 Ha 97 l/dt
KK.4 Ka
25 Ha 49 l/dt
B.KA..1 B.KK..1 B.KK..2 B.KK..3
B.KK..3A
B.KK..4
SAL.SEKUNDER KOLOR
Petak Tersier