SlideShare a Scribd company logo
Pertemuan - 10
Irigasi & Bangunan Air
Bangunan-bangunan pengukur debit (lanjutan)
• Romijn
• Crump de-Gruyter
Alat ukur romijn
Alat Ukur Romijn
Pintu Romijn adalah pintu dengan konstruksi daun pintu ganda, daun
pintu atas dengan pelat meja ukur sebagai pengukur debit aliran
diatasnya, sedang daun pintu bawah dipergunakan untuk menggelontor
saluran yang dipasangi pintu tersebut.
Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan
untuk mengatur dan mengukur debit. Agar dapat bergerak, mercunya
dibuat dari pelat baja dan dipasang di atas pintu sorong. Alat sering
digunakan sebagai bangunan sadap tersier tetapi dapat juga dipakai
sebagai bangunan sadap sekunder.
Romijn sama dengan ambang lebar, perbedaannya hanya pada meja
ambang yang dapat digerakkan naik turun. Kegunaan meja ini untuk
mengatur debit.
Direktorat Irigasi memandang perlu tetap mempertahankan daun pintu
bawah untuk penggelontoran dalam perencanaan standar.
Alat Ukur Romijn
Perencanaan hidrolis
Persamaaan debit untuk pintu Romijn dengan mercu datar dan lingkar tunggal
sebagai peralihan penyempitan adalah serupa dengan alat ukur ambang lebar yang
telah dibicarakan sebelumnya.
dimana :
Q= debit, m3/dt
Cd = koefisien debit = 0,93 + 0,10 H1/L, untuk 0,1<H1/L<1,0
H1 = h1 + v1
2/2g , adalah tinggi energi hulu, m
L = panjang meja horisontal, m
Cv = koefisien kecepatan datang
g= percepatan gravitasi, m/dt2
bc= lebar meja, m
h1= kedalaman air hulu di atas meja, m
5
,
1
1
3
2
3
2 h
b
g
C
C
Q c
v
d

Romijn
Pintu Romijn di Bendung
Lomaya dan Pilohayanga
terletak di Kecamatan Tapa
Kabupaten Bone Bolango
Provinsi Gorontalo
nidya
Potongan Melintang Pintu Romijn
Beberapa masalah yg ditemuan pada
pintu Romijn
Kemacetan pintu atas dan bawah dalam sponing dan tekuk pada bagian penumpu roda
gigi.
Kemacetan disebabkan karena kelonggaran dalam sponing tidak cukup, untuk
menerima daun pintu.
Hal ini dalam usaha mengurangi kebocoran sampai tingkat minimum.Tekuk pada bagian
tegak pengangkat pintu, karena dibuat terlalu ramping, juga merupakan penyebab
kemacetan pintu.
Tekuk pada bagian penumpu roda gigi adalah akibat langsung dari kemacetan pintu.
Pintu Romijn dikonstruksi daun pintu ganda mempunyai masalah kebocoran apabila
pintu dalam keadaan tertutup dan terdapat kelonggaran cukup.
Pada perencanaan pintu Romijn standar masalah kebocoran diatasi dengan
mempergunakan perapat karet. Tetapi bagian perapat karet harus dijamin dengan
pemeliharaan yang teratur.
Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap sekunder memberi air ke saluran sekunder dan
melayani lebih dari satu petak tersier.
Kapasitas bangunan (Q) > 0,250 m3/dt.
Bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder:
- Alat ukur Romijn
- Alat ukur Crump-de Gruyter
- Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar
- Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume
nidya
Crump de-Gruiter
Crump de Gruyter
Perencanaan yg dianjurkan untk alat ukur
Crmup de - Gruyter
Karakteristik Alat ukur Crump de-Gruyter
Crump-de Gruyter
Way Sekampung, Lampung, Sumatra, Indonesia
Tipe bangunan tergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan
diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diijinkan.
Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang
dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang
lebar.
Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka
digunakan alat ukur Crump-de Gruyter. Bangunan ini dapat
direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit ±
0,9 m3/dt setiap pintu.
nidya
Karakteritik pemilihan jenis alat ukur dan
pintu pengatur
Irigasi dan Bangunan Air 10.pdf

More Related Content

What's hot

Monitoring 2012 odd
Monitoring 2012 oddMonitoring 2012 odd
Monitoring 2012 odd
Faisal Akbar
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
'Oke Aflatun'
 
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
Herizki Trisatria
 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
Teguh Efrianes
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Ayu Fatimah Zahra
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
ironsand2009
 
02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal
02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal
02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal
Afianto Faisol
 
Metode jalan beton
Metode jalan betonMetode jalan beton
Metode jalan beton
Onasis Onasis
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
Mira Pemayun
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
Mira Pemayun
 
SNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdf
SNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdfSNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdf
SNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdf
Yusrizal Mahendra
 
Perancangan campuran beton
Perancangan campuran betonPerancangan campuran beton
Perancangan campuran beton
indah0330
 
Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
Chandra Dewangga P
 
bangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap pptbangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap ppt
zadha
 
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdfPk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Agus Tri
 
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
Dugie Gentri Nugroho
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
muhamad ulul azmi
 
BENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIALBENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIAL
mahesha ramadhini zolyan
 

What's hot (20)

Monitoring 2012 odd
Monitoring 2012 oddMonitoring 2012 odd
Monitoring 2012 odd
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
PPT PERKERASAN JALAN RAYA 2015
 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal
02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal
02 Agus=Kerusakan Pada Perkerasan Aspal
 
Metode jalan beton
Metode jalan betonMetode jalan beton
Metode jalan beton
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
 
SNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdf
SNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdfSNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdf
SNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.pdf
 
Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53
Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53
Kriteria pelabuhan pp 61 & km 53
 
Perancangan campuran beton
Perancangan campuran betonPerancangan campuran beton
Perancangan campuran beton
 
Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
 
bangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap pptbangunan irigasi pelengkap ppt
bangunan irigasi pelengkap ppt
 
GD dan GAM Presentation
GD dan GAM PresentationGD dan GAM Presentation
GD dan GAM Presentation
 
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdfPk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
Pk7-KD4T1. Bagian-bagian Struktur Konstruksi Jembatan.pdf
 
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
 
BENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIALBENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIAL
 

More from Aswar Amiruddin

Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdfIrigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Aswar Amiruddin
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Aswar Amiruddin
 
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfIrigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Aswar Amiruddin
 
Irigasi dan Bangunan Air 12.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 12.pdfIrigasi dan Bangunan Air 12.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 12.pdf
Aswar Amiruddin
 
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfIrigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Aswar Amiruddin
 
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdfIrigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Aswar Amiruddin
 
Irigasi dan Bangunan Air 5.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 5.pdfIrigasi dan Bangunan Air 5.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 5.pdf
Aswar Amiruddin
 
MODUL-14.pdf
MODUL-14.pdfMODUL-14.pdf
MODUL-14.pdf
Aswar Amiruddin
 
MATERI PERTEMUAN 13.pdf
MATERI PERTEMUAN 13.pdfMATERI PERTEMUAN 13.pdf
MATERI PERTEMUAN 13.pdf
Aswar Amiruddin
 
MATERI PERTEMUAN 12.pdf
MATERI PERTEMUAN 12.pdfMATERI PERTEMUAN 12.pdf
MATERI PERTEMUAN 12.pdf
Aswar Amiruddin
 
Tugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docx
Tugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docxTugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docx
Tugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docx
Aswar Amiruddin
 
Ppt rekayasa pantai 1 aswar
Ppt rekayasa pantai 1 aswarPpt rekayasa pantai 1 aswar
Ppt rekayasa pantai 1 aswar
Aswar Amiruddin
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1 Pertemuan 1
Pertemuan 1
Aswar Amiruddin
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
Aswar Amiruddin
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
Aswar Amiruddin
 
Psda 5
Psda 5  Psda 5
Rekayasa hidrologi pertemuan 2
Rekayasa hidrologi pertemuan 2Rekayasa hidrologi pertemuan 2
Rekayasa hidrologi pertemuan 2
Aswar Amiruddin
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Aswar Amiruddin
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 3
Rekayasa hidrologi pertemuan 3Rekayasa hidrologi pertemuan 3
Rekayasa hidrologi pertemuan 3
Aswar Amiruddin
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 4
Rekayasa hidrologi pertemuan 4Rekayasa hidrologi pertemuan 4
Rekayasa hidrologi pertemuan 4
Aswar Amiruddin
 

More from Aswar Amiruddin (20)

Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdfIrigasi dan Bangunan Air 9.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 9.pdf
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
 
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfIrigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
 
Irigasi dan Bangunan Air 12.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 12.pdfIrigasi dan Bangunan Air 12.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 12.pdf
 
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfIrigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
 
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdfIrigasi dan Bangunan Air 4.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 4.pdf
 
Irigasi dan Bangunan Air 5.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 5.pdfIrigasi dan Bangunan Air 5.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 5.pdf
 
MODUL-14.pdf
MODUL-14.pdfMODUL-14.pdf
MODUL-14.pdf
 
MATERI PERTEMUAN 13.pdf
MATERI PERTEMUAN 13.pdfMATERI PERTEMUAN 13.pdf
MATERI PERTEMUAN 13.pdf
 
MATERI PERTEMUAN 12.pdf
MATERI PERTEMUAN 12.pdfMATERI PERTEMUAN 12.pdf
MATERI PERTEMUAN 12.pdf
 
Tugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docx
Tugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docxTugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docx
Tugas-Observasi-Kelompok-Selumit-Pantai-Salin.docx
 
Ppt rekayasa pantai 1 aswar
Ppt rekayasa pantai 1 aswarPpt rekayasa pantai 1 aswar
Ppt rekayasa pantai 1 aswar
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1 Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Psda 5
Psda 5  Psda 5
Psda 5
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 2
Rekayasa hidrologi pertemuan 2Rekayasa hidrologi pertemuan 2
Rekayasa hidrologi pertemuan 2
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1Rekayasa hidrologi pertemuan 1
Rekayasa hidrologi pertemuan 1
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 3
Rekayasa hidrologi pertemuan 3Rekayasa hidrologi pertemuan 3
Rekayasa hidrologi pertemuan 3
 
Rekayasa hidrologi pertemuan 4
Rekayasa hidrologi pertemuan 4Rekayasa hidrologi pertemuan 4
Rekayasa hidrologi pertemuan 4
 

Recently uploaded

DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
ssuser0b6eb8
 
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
RobiahIqlima
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
ssuser5e48eb
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
RifkiAbrar2
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
ymikhael4
 

Recently uploaded (8)

DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
 
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
 

Irigasi dan Bangunan Air 10.pdf

  • 1. Pertemuan - 10 Irigasi & Bangunan Air Bangunan-bangunan pengukur debit (lanjutan) • Romijn • Crump de-Gruyter
  • 3. Alat Ukur Romijn Pintu Romijn adalah pintu dengan konstruksi daun pintu ganda, daun pintu atas dengan pelat meja ukur sebagai pengukur debit aliran diatasnya, sedang daun pintu bawah dipergunakan untuk menggelontor saluran yang dipasangi pintu tersebut. Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan mengukur debit. Agar dapat bergerak, mercunya dibuat dari pelat baja dan dipasang di atas pintu sorong. Alat sering digunakan sebagai bangunan sadap tersier tetapi dapat juga dipakai sebagai bangunan sadap sekunder. Romijn sama dengan ambang lebar, perbedaannya hanya pada meja ambang yang dapat digerakkan naik turun. Kegunaan meja ini untuk mengatur debit. Direktorat Irigasi memandang perlu tetap mempertahankan daun pintu bawah untuk penggelontoran dalam perencanaan standar.
  • 4.
  • 5.
  • 6.
  • 7. Alat Ukur Romijn Perencanaan hidrolis Persamaaan debit untuk pintu Romijn dengan mercu datar dan lingkar tunggal sebagai peralihan penyempitan adalah serupa dengan alat ukur ambang lebar yang telah dibicarakan sebelumnya. dimana : Q= debit, m3/dt Cd = koefisien debit = 0,93 + 0,10 H1/L, untuk 0,1<H1/L<1,0 H1 = h1 + v1 2/2g , adalah tinggi energi hulu, m L = panjang meja horisontal, m Cv = koefisien kecepatan datang g= percepatan gravitasi, m/dt2 bc= lebar meja, m h1= kedalaman air hulu di atas meja, m 5 , 1 1 3 2 3 2 h b g C C Q c v d 
  • 8.
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12. Romijn Pintu Romijn di Bendung Lomaya dan Pilohayanga terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo nidya
  • 13.
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 17.
  • 19. Beberapa masalah yg ditemuan pada pintu Romijn Kemacetan pintu atas dan bawah dalam sponing dan tekuk pada bagian penumpu roda gigi. Kemacetan disebabkan karena kelonggaran dalam sponing tidak cukup, untuk menerima daun pintu. Hal ini dalam usaha mengurangi kebocoran sampai tingkat minimum.Tekuk pada bagian tegak pengangkat pintu, karena dibuat terlalu ramping, juga merupakan penyebab kemacetan pintu. Tekuk pada bagian penumpu roda gigi adalah akibat langsung dari kemacetan pintu. Pintu Romijn dikonstruksi daun pintu ganda mempunyai masalah kebocoran apabila pintu dalam keadaan tertutup dan terdapat kelonggaran cukup. Pada perencanaan pintu Romijn standar masalah kebocoran diatasi dengan mempergunakan perapat karet. Tetapi bagian perapat karet harus dijamin dengan pemeliharaan yang teratur.
  • 20. Bangunan Sadap Sekunder Bangunan sadap sekunder memberi air ke saluran sekunder dan melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan (Q) > 0,250 m3/dt. Bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder: - Alat ukur Romijn - Alat ukur Crump-de Gruyter - Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar - Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume nidya
  • 23. Perencanaan yg dianjurkan untk alat ukur Crmup de - Gruyter
  • 24.
  • 25.
  • 26. Karakteristik Alat ukur Crump de-Gruyter
  • 27.
  • 28.
  • 29. Crump-de Gruyter Way Sekampung, Lampung, Sumatra, Indonesia
  • 30. Tipe bangunan tergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diijinkan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang lebar. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka digunakan alat ukur Crump-de Gruyter. Bangunan ini dapat direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit ± 0,9 m3/dt setiap pintu. nidya Karakteritik pemilihan jenis alat ukur dan pintu pengatur