SlideShare a Scribd company logo
INTISARI
       PP NOMOR 7 TAHUN 2008
              TENTANG
DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN




                 OLEH :
      Prof. DR. SADU WASISTIONO
      Hotel Oasis Amir Jakarta, 24 s/d 27 April 2008
KETENTUAN UMUM


• Dekonsentrasi adalah PELIMPAHAN WEWENANG :
  - dari PEMERINTAH
  - kepada GUBERNUR sebagai Wakil Pemerintah dan/atau
    kepada INSTANSI VERTIKAL di wilayah tertentu.

* Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang
  dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah, yang
  mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
  pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
  dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
PRESIDEN



         Menteri                       MDN                         Kementerian
                                                                     Negara

          Ka.
        Kakanwil                     Gubernur     KDH TK. I   +   DPRD

                                             Perangkat Wilayah
                                                    +
                                             Perangkat Daerah
           Ka.                       Bupati/
                                                 KDH TK. II   +   DPRD
        Kakandep                     Walikota
                                                                            Cadin
                                             Perangkat Wilayah
                                                    +
                                             Perangkat Daerah
       Kakandep
                                      Camat                                 Cadin
          Kec
Keterangan:
--------------- = Garis Komando
                = Garis Koordinasi
PRESIDEN



       Menteri                          MDN                              Menteri
    (Kew. Mutlak)                                                    (Kew.Concurrent)

         Ka.                         Gubernur
        Kanwil                        Sebagai     KDH PROP. +        DPRD         Ka.
                                   Wkl Pem. Pusat                                 UPT

                       Pengelola
                 ? Dekonsentrasi                        SKPD
                                            SPM

         Ka.                                            KDH                       Ka.
                                                                 +    DPRD        UPT
       Kandep                                         Kab/Kota
                                      SPM

Keterangan:                                             SKPD
         = Garis Komando
         = Garis Koordinasi
         = Garis Koordinasi Vertikal
         = Garis Supervisi SPM
         = Garis Pembinaan teknis fungsional dan administratif
• Tugas Pembantuan adalah PENUGASAN :
  - dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa;
  - dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota
    dan/atau desa;
  - dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa
        untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
        kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
        pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
• Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN
  yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup
  semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
  pelaksanaan tugas pembantuan.

• Dana Tugas Pembantuan Provinsi adalah dana yang berasal
  dari APBD Provinsi yang dilaksanakan oleh kabupaten, atau
  kota dan desa yang mencakup semua penerimaan dan
  pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari
  Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten, atau Kota,
  dan/atau Desa.

• Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota adalah dana yang
  berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh
  desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
  dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah
  Kabupaten, atau Kota kepada Desa.
PRINSIP PENYELENGGARAAN

• Pemerintah menyelenggarakan sebagian urusan yang menjadi
  kewenangannya di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi dan
  asas tugas pembantuan. (Pasal 2 ayat 1).
• Penyelenggaraan dekonsentrasi dilakukan melalui pelimpahan
  sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
  kementerian/lembaga. (Pasal 2 ayat 2).
• Penyelenggaraan tugas pembantuan dilakukan melalui
  penugasan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
  kewenangan pemberi tugas pembantuan dari Pemerintah
  kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada
  kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah
  kabupaten/kota kepada desa. (Pasal 2 ayat 3).
• Kementerian/lembaga menetapkan norma, standar, prosedur,
  dan kriteria pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas
  pembantuan. (Pasal 2 ayat 4).
• Pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dari
  Pemerintah kepada instansi vertikal di daerah didanai melalui
  anggaran kementerian/lembaga. (Pasal 3 ayat 1).

• Pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dari
  Pemerintah kepada gubernur dan penugasan dari Pemerintah
  kepada pemerintah daerah dan/atau pemerintah desa didanai
  melalui anggaran kementerian/lembaga. (Pasal 3 ayat 2).

• Pengelolaan anggaran untuk pelaksanaan pelimpahan
  sebagian urusan pemerintahan dan pelaksanaan penugasan
  dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-
  undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
  bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
  kepatutan. (Pasal 3 ayat 3).
• Sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada
  gubernur sebagai wakil Pemerintah dilaksanakan oleh SKPD
  provinsi berdasarkan penetapan dari gubernur. (Pasal 4 ayat 1).

• Sebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada
  pemerintah daerah dilaksanakan oleh SKPD provinsi atau
  kabupaten/kota berdasarkan penetapan dari gubernur atau
  bupati/walikota. (Pasal 4 ayat 2).

• Sebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada
  pemerintah desa dilaksanakan oleh kepala desa. (Pasal 4 ayat
  3).
• Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur
  sebagai wakil Pemerintah tidak boleh dilimpahkan kepada
  bupati/walikota. (Pasal 5 ayat 1).

• Urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah
  provinsi tidak boleh ditugaskan kepada pemerintah kabupaten/
  kota. (Pasal 5 ayat 2).

• Urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah
  kabupaten/kota tidak boleh ditugaskan kepada pemerintah
  desa. (Pasal 5 ayat 3).
• Pemerintah DAPAT memberikan penugasan kepada pemerintah
  desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
  tertentu. (Pasal 6 ayat 1).

• Dalam hal kementerian/lembaga akan memberikan penugasan
  kepada pemerintah desa, penugasan tersebut harus mendapat
  persetujuan dari Presiden. (Pasal 6 ayat 2).

• Presiden memberikan persetujuan penugasan setelah
  mendapat pertimbangan dari Menteri dalam Negeri, Menteri
  Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan
  pembangunan nasional. (Pasal 6 ayat 3).
• Menteri/pimpinan lembaga menetapkan Peraturan Menteri
  /Pimpinan Lembaga untuk memberikan penugasan kepada
  pemerintah desa setelah mendapat persetujuan Presiden.

• Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga disampaikan kepada
  kepala desa melalui bupati/walikota sebagai dasar pelaksanaan
  tugas pembantuan dengan tembusan kepada Menteri Dalam
  Negeri, Menteri Keuangan, menteri yang membidangi
  perencanaan pembangunan nasional, dan gubernur.
  (Pasal 7 ayat 1 dan 2).
RUANG LINGKUP


• Ruang lingkup dekonsentrasi dan tugas pembantuan
  mencakup :
  - aspek penyelenggaraan;
  - aspek pengelolaan dana;
  - aspek pertanggungjawaban dan pelaporan;
  - aspek pembinaan dan pengawasan;
  - aspek pemeriksaan;
  - aspek sanksi. (Pasal 8).
• Penyelenggaraan dekonsentrasi meliputi :
  a. pelimpahan urusan pemerintahan;
  b. tata cara pelimpahan;
  c. tata cara penyelenggaraan, dan
  d. tata cara penarikan pelimpahan. (Pasal 9 ayat 1).

• Pengelolaan dana dekonsentrasi meliputi :
  a. prinsip pendanaan;
  b. perencanaan dan penganggaran;
  c. penyaluran dan pelaksanaan; dan
  d. pengelolaan barang milik negara hasil pelaksanaan
     dekonsentrasi. (Pasal 9 ayat 2).

• Pertanggungjawaban dan pelaporan dekonsentrasi meliputi :
  a. penyelenggaraan dekonsentrasi, dan
  b. pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 9 ayat 3).
• Penyelenggaraan tugas pembantuan meliputi :
  a. penugasan urusan pemerintahan;
  b. tata cara penugasan;
  c. tata cara penyelenggaraan; dan
  d. penghentian tugas pembantuan. (Pasal 10 ayat 1).

• Pengelolaan dana tugas pembantuan meliputi :
  a. prinsip pendanaan;
  b. perencanaan dan penganggaran;
  c. penyaluran dan pelaksanaan; dan
  d. pengelolaan barang milik negara hasil pelaksanaan tugas
     pembantuan. (Pasal 10 ayat 2).
• Pertanggungjawaban dan pelaporan tugas pembantuan
  meliputi:
  a. penyelenggaraan tugas pembantuan; dan
  b. pengelolaan dana tugas pembantuan. (Pasal 10 ayat 3).
PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI


• Pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dalam rangka
  dekonsentrasi DAPAT dilakukan kepada :
  a. gubernur.
  b. instansi vertikal.
  c. pejabat Pemerintah di daerah. (Pasal 11 ayat 1 dan 2).

• Jangkauan pelayanan atas penyelenggaraan dekonsentrasi
  yang dilimpahkan kepada instansi vertikal dan/atau pejabat
  Pemerintah di daerah DAPAT melampaui satu wilayah
  administrasi pemerintahan provinsi. (Pasal 11 ayat 3).
• Penyelenggaraan dekonsentrasi yang melampaui satu wilayah
  administrasi pemerintahan provinsi dikoordinasikan kepada
  gubernur masing-masing wilayah. (Pasal 11 ayat 4).
• Instansi vertikal yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
  di provinsi dan kabupaten/kota wajib :
  a. BERKOORDINASI dengan gubernur atau bupati/walikota dan
     instansi terkait dalam perencanaan, pendanaan,
     pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan, sesuai dengan norma,
     standar, pedoman, arahan, dan kebijakan Pemerintah yang
     diselaraskan dengan perencanaan tata ruang dan program
     pembangunan daerah serta kebijakan pemerintah daerah
     lainnya; dan
  b. memberikan saran kepada menteri/pimpinan lembaga dan
     gubernur atau bupati/walikota berkenaan dengan
     penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan.
     (Pasal 12).
• Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah di
  bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
  moneter dan fiskal nasional, serta agama, yang
  didekonsentrasikan, diselenggarakan oleh instansi vertikal di
  daerah. (Pasal 13 ayat 1).
• Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah
  selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
  didekonsentrasikan kepada perangkat pusat di daerah,
  diselenggarakan sendiri melalui instansi vertikal tertentu di
  daerah. (Pasal 13 ayat 2).
• Urusan pemerintahan yang dapat dilimpahkandari Pemerintah
  kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah merupakan
  sebagian urusan pemerintahan yang menurut peraturan
  perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan Pemerintah.
• Tata cara penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
  didekonsentrasikan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
  undangan.
• Tata cara penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana
  dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan PP ini.
  (Pasal 13 ayat 5).
TATA CARA PELIMPAHAN

• Perencanaan program dan kegiatan dekonsentrasi merupakan
  bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan
  pembangunan nasional. (Pasal 15 ayat 1).

• Perencanaan program dan kegiatan dekonsentrasi harus
  memperhatikan aspek KEWENANGAN, EFISIENSI,
  EFEKTIVITAS, KEMAMPUAN KEUANGAN NEGARA, dan
  SINKRONISASI ANTARA RENCANA KEGIATAN
  DEKONSENTRASI DENGAN RENCANA KEGIATAN
  PEMBANGUNAN DAERAH. (Pasal 15 ayat 2).

• Penyusunan perencanaan program dan kegiatan dekonsentrasi
  dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan. (Pasal 15
  ayat 3).
• Setelah ditetapkannya pagu indikatif, kementerian/lembaga
  memprakarsai dan merumuskan sebagian urusan
  pemerintahan yang akan dilimpahkan kepada gubernur sebagai
  wakil pemerintah di daerah paling lambat pertengahan bulan
  maret untuk tahun anggaran berikutnya. (Pasal 16 ayat 1).

• Rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan
  dilimpahkan kepada gubernur dituangkan dalam Rancangan
  Renja-KL dan disampaikan kepada menteri yang membidangi
  perencanaan pembangunan nasional sebagai bahan koordinasi
  dalam Musrenbangnas. (Pasal 16 ayat 2).

• Menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional
  bersama menteri/pimpinan lembaga melakukan penelaahan
  rancangan Renja-KL yang memuat rumusan tentang sebagian
  urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan, dan hasilnya
  akan digunakan sebagai bahan penyusunan Renja-KL dan
  RKP. (Pasal 16 ayat 3).
• Kementerian/lembaga memberitahukan kepada gubernur
  mengenai lingkup urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan
  paling lambat pertengahan bulan Juni untuk tahun anggaran
  berikutnya setelah ditetapkannya pagu sementara. (Pasal 16
  ayat 4).

• Lingkup urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan
  ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga.

• Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga disampaikan kepada
  gubernur dengan tembusan kepada Menteri dalam Negeri,
  Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi
  pererncanaan pembangunan nasional paling lambat minggu
  pertama bulan Desember untuk tahun anggaran berikutnya
  setelah ditetapkannya Peraturan Presiden tentang Rincian
  Anggaran Belanja Pemerintah Pusat. (Pasal 16 ayat 6).
TATA CARA PENYELENGGARAAN
• Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
  dilimpahkan oleh Pemerintah, gubernur sebagai wakil
  Pemerintah melakukan :
  a. sinkronisasi dengan penyelenggara urusan pemerintahan
     daerah;
  b. penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan
     program dan kegiatan dekonsentrasi, dan
  c. koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan dan
     pelaporan. (Pasal 17 ayat 1).
• Gubernur membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan
  Peraturan Gubernur yang berpedoman pada Peraturan Menteri
  dalam Negeri berkaitan dengan penyelenggaraan urusan
  pemerintahan. (Pasal 17 ayat 2).
• Gubernur MEMBERITAHUKAN KEPADA DPRD berkaitan
  dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
  dilimpahkan oleh Pemerintah. (Pasal 17 ayat 3).
• Dalam penyelenggaraan urusan pemerintah yang dilimpahkan
  kepada gubernur, gubernur berpedoman pada norma, standar,
  pedoman, kriteria, dan kebijakan pemerintah, serta keserasian,
  kemanfaatan, kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan
  pembangunan daerah. (Pasal 18).
TATA CARA PENARIKAN PELIMPAHAN

• Penarikan urusan pemerintahan yang dilimpahkan DAPAT
  dilakukan apabila :
  a. urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena
     Pemerintah mengubah kebijakan, dan/atau
  b. pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan
     ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 19 ayat 1).
* Penarikan pelimpahan dari Pemerintah dilakukan melalui
  penetapan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga, yang
  tembusannya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri,
  Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi
  perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 19 ayat 2).
• Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga digunakan oleh Menteri
  Keuangan sebagai dasar pemblokiran dalam dokumen
  anggaran dan penghentian pencairan dana dekonsentrasi.
  (Pasal 19 ayat 3).
PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI


                      Prinsip Pendanaan

• Urusan pemerintahan yang dapat dilimpahkan kepada
  gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3)
  didanai dari APBN bagian anggaran kementerian/kelembagaan
  melalui danan dekonsentrasi sebagaimana diatur dalam PP ini.
• Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan setelah
  adanya pelimpahan wewenang dari Pemerintah melalui
  kementerian/lembaga kepada gubernur sebagai wakil
  Pemerintah di daerah.
• Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan UNTUK
  KEGIATAN YANG BERSIFAT NONFISIK. (Pasal 20 ayat 1,2,3).
Penjelasan Pasal 20 ayat (3) :

Kegiatan yang bersifat non-fisik antara lain koordinasi,
  perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan,
  dan pengendalian.
Sebagian besar dari dana dekonsentrasi digunakan untuk
  kegiatan non-fisik, dan sebagian kecil dapat digunakan untuk
  kegiatan penunjang berupa pengadaan barang yang dapat
  menghasilkan aset tetap.
Besar kecilnya belanja untuk kegiatan penunjang dimaksud
  disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-masing
  kementerian/lembag berdasarkan asas kepatutan, kewajaran,
  ekonomis, dan efisiensi.
Perencanaan dan Penganggaran

• Program dan kegiatan kementerian/lembaga yang akan
  didekonsentrasikan harus sesuai dengan Renja-KL dan RKP.
  (Pasal 21 ayat 1).

• Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan kegiatan
  yang akan didekonsentrasikan disusun dengan memperhatikan
  kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di
  daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah. (Pasal 21 ayat 2).
• Penganggaran dana dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan
  ketentuan yang berlaku bagi APBN.
• Penganggaran dana dekonsentrasi dituangkan dalam
  penyusunan RKA-KL.
• RKA-KL yang telah disusun menjadi dasar dalam pembahasan
  bersama antara kementerian/lemabag dengan komisi terkait di
  DPR.
• RKA-KL yang telah disepakati oleh komisi terkait di DPR
  disampaikan kepada Menteri Keuangan dan menteri yang
  membidangi perencanaan pembangunan nasional untuk
  dilakukan penelaahan.
• Hasil penelaahan RKA-KL ditetapkan menjadi Satuan Anggaran
  per Satuan Kerja (SAPSK)
  (Pasal 22 ayat 1,2,3,4,5).
• RKA-KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK disampaikan
  kepada kementerian/lembaga.
• Kementerian/lembaga menyampaikan RKA-KL yang telah
  ditetapkan menjadi SAPSK kepada gubernur.
• Setelah menerima RKA_KL, gubernur menetapkan Kuasa
  Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat
  Penguji taguhan/ Penandatangan Surat Perintah Membayar,
  dan Bendahara Pengeluaran serta menyampaikannya kepada
  menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan.
• RKA-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
  DIBERITAHUKAN OLEH GUBERNUR KEPADA DPRD PROVINSI
  pada saat pembahasan RAPBD.
• Tata cara penyusunan RKA-KL mengacu pada ketentuan
  peraturan perundang-undangan.
  (Pasal 22 ayat 6,7,8,9, dan 10).
• RKA_KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK sebagaimana
  dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6) menjadi dasar dalam
  penyusunan DIPA. (Pasal 23 ayat 1).

• Tata cara penyusunan DIPA serta penetapan/pengesahannya
  mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
  (Pasal 23 ayat 2).

* Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga sertaq RKA-KL dan DIPA
   digunakan oleh Menteri Keuangan sebagai bahan pemantauan
   dan evaluasi dana dekonsentrasi, serta perumusan kebijakan
   dan pengendalian fiskal nasional. (Pasal 24).
Penyaluran dan Pelaksanaan


• Penyaluran dana dekonsentrasi dilakukan oleh Bendahara
  Umum Negara atau kuasanya melalui rekening Kas Umum
  Negara. (Pasal 25 ayat 1).

• Tata cara penyaluran dana dekonsentrasi dilaksanakan sesuai
  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  (Pasal 25 ayat 2).
• Penerimaan sebagai akibat pelaksanaan dekonsentrasi
  merupakan penerimaan negara dan WAJIB disetor oleh Pejabat
  Kuasa Pengguna Anggaran ke Rekening Kas Umum Negara
  sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 26 ayat
  1).

• Dalam hal pelaksanaan dekonsentasri terdapat saldo kas pada
  akhir tahun anggaran, saldo tersebut HARUS disetor ke
  Rekening Kas Umum Negara. (Pasal 26 ayat 2).
Pengelolaan Barang Milik Negara
               Hasil Pelaksanaan Dekonsentrasi


• Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan
  dana dekonsentrasi merupakan barang milik negara. (Pasal 27
  ayat 1).

• Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
  sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi. (Pasal
  27 ayat 2).

• SKPD melakukan penatausahaan barang milik negara
  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
  peraturan perundang-undangan. (Pasal 27 ayat 3).
• Barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
  ayat (1), dapat dihibahkan kepada daerah. (Pasal 28 ayat 1).

• Dalam hal barang dihibahkan kepada daerah, penatausahaan,
  penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan
  oleh pemerintah provinsi sebagai barang milik daerah. (Pasal
  28 ayat 2).
• Penghibahan, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan
  barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2),
  merupakan bagian yang tidak terpisahlan dari pengelolaan
  barang milik negara/daerah. (Pasal 29 ayat 1).

• Tata cara pengelolaan barang milik negara serta pengendalian
  dan pengawasannya, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
  peraturan perundang-undangan. (Pasal 29 ayat 2).
Pertanggungjawaban dan Pelaporan Dekonsentrasi

• Pertanggungjawaban dan pelaporan dekonsentrasi mencakup
  aspek manajerial dan aspek akuntabilitas. (Pasal 30 ayat 1).

• Aspek manajerial terdiri dari perkembangan realisasi
  penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang
  dihadapi, dan saran tindak lanjut. (Pasal 30 ayat 2).

• Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran,
  neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan barang.
  (Pasal 31 ayat 3)
Penyelenggaraan

• Kepala SKPD provinsi bertanggung jawab atas pelaporan
  kegiatan dekonsentrasi. (Pasal 31 ayat 1).

• Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan dekonsentrasi
  dilakukan dengan tahapan :
  a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan dekonsentrasi
  menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan
  dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur
  melalui SKPD yang membidangi perencanaan dan kepada
  kementrian/lembaga pemberi dana dekonsentrasi.
  b. Gubernur menugaskan SKPD yang membidangi
  perencanaan untuk menggabungkan laporan sebagaimana
  dimaksud pada huruf a dan menyampaikannya setiap triwulan
  dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Menteri Dalam
  Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi
  perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 31 ayat 2).
• Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
  huruf b digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan,
  pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 31 ayat 3).

• Bentuk dan isi laporan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
  berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (Pasal 31
  ayat 4).
Pengelolaan Dana


•   Kepala SKPD provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran/BArang
    dekonsentrasi bertanggung jawab atas pelaksanaan dana
    dekonsentrasi. (Pasal 32 ayat 1).

•   Kepala SKPD provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang
    wajib menyelenggarakan akuntansi dan bertanggung jawab terhadap
    penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban
    keuangan dan barang. (Pasal 32 ayat 2).

•   Penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan
    dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari penatausahaan
    keuangan dan barang dalam pelaksanaan tugas pembantuan dan
    desentralisasi

•   Penatausahaan keuangan dan barang sebagaimana dimaksud pada
    ayat (3) diselenggarakan oleh SKPD provinsi sesuai dengan peraturan
    perundang-undangan. (Pasal 32 ayat 3).
• Penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban
  keuangan dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
  ayat (2) dilakukan dengan tahapan :
     a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan dekonsentrasi atas
     nama gubernur menyusun dan menyampaikan laporan
     pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap triwulan dan
     setiap berakhirnya tahun anggaran kepada menteri/pimpinan
     lembaga pemberi dana dekonsentrasi, dengan tembusan kepada
     SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah.
     b. Gubernur menggabungkan laporan pertanggungjawaban
     keuangan dan barang atas pelaksanaan dana dekonsentrasi dan
     menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun
     anggaran kepada Menteri Keuangan.
     c. Menteri/pimpinan lembaga yang mengalokasikan dana
     dekonsentrasi menyampaikan laporan pertanggungjawaban
     keuangan dan barang setiap berakhirnya tahun anggaran kepada
     Presiden melalui Menteri Keuangan. (Pasal 33 ayat 1).
• Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban keuangan dan
  barang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
  undangan. (Pasal 33 ayat 2)

• Laporan pertanggungjawaban keuangan secara tahunan atas
  pelaksanaan dekonsentrasi oleh gubernur dilampirkan dalam
  Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada
  DPRD. (Pasal 34 ayat 1).

• Penyampaian lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
  dapat dilakukan secara bersama-bersama atau terpisah dengan
  Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD. (Pasal 34
  ayat 2).
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN


• Pemerintah dapat memberikan tugas pembantuan kepada
  pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah
  desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan.
  (Pasal 35 ayat 1).

• Pemerintah provinsi dapat memberikan tugas pembantuan
  kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa
  untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan provinsi.
  Pasal 35 ayat 2).

• Pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan tugas
  pembantuan kepada pemerintah desa untuk melaksanakan
  sebagian urusan pemerintah kabupaten/kota. (Pasal 35 ayat 3).
• Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah
  kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau
  pemerintah desa merupakan sebagian urusan pemerintahan di
  luar 6 (enam) urusan yang bersifat mutlak yang menurut
  peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan
  Pemerintah. (Pasal 36 ayat 1).

• Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari pemerintah
  provinsi kepada pemerintahkabupaten/kota dan/atau
  pemerintah desa merupakan merupakan sebagian urusan
  pemerintahan yang menurut peraturan perundang-undangan
  ditetapkan sebagai urusan pemerintah provinsi. (Pasal 36 ayat
  2).

• Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari pemerintah
  kabupaten/kota kepada pemerintah desa merupakan sebagian
  urusan pemerintahan yang menurut peraturan perundang-
  undangan ditetapkan sebagai urusan pemerintah
  kabupaten/kota. (Pasal 36 ayat 3).
•   Urusan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah dijabarkan dalam
    bentuk program dan kegiatan kementrian/lembaga yang sudah
    ditetapkan dalam Renja-KL yang mengacu pada RKP. (Pasal 37 ayat
    1).

•   Urusan yang dapat ditugaskan dari pemerintah provinsi kepada
    pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa dijabarkan dalam
    bentuk program dan kegiatan pemerintah provinsi yang sudah
    ditetapkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
    (Renja SKPD) provinsi yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah
    Daerah (RKPD) provinsi. (Pasal 37 ayat 2).

•   Urusan yang dapat ditugaskan dari pemerintah kabupaten/kota kepada
    pemerintah desa dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan
    pemerintah kabupaten/kota yang sudah ditetapkan dalam Renja SKPD
    kabupaten/kota yang mengacu pada RKPD kabupaten/kota. (Pasal 37
    ayat 3)

•   Urusan yang ditugaskan wajib memperhatikan kriteria eksternalitas,
    akuntabilitas, dan efisiensi, serta keserasian pembangunan nasional
    dan wilayah. (Pasal 37 ayat 4).
TATA CARA PENUGASAN


• Perencanaan program dan kegiatan tugas pembantuan
  merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
  perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 38 ayat 1).

• Perencanaan program dan kegiatan tugas pembantuan harus
  memperhatikan aspek kewenangan, efisiensi, efektifitas,
  kemampuan keuangan negara, dan sinkronisasi antara rencana
  kegiatan tugas pembantuan dengan rencana kegiatan
  pembangunan daerah. (Pasal 38 ayat 2).

• Penyusunan rencanan program dan kegiatan tugas
  pembantuan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
  undangan. (Pasal 38 ayat 3).
Penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa
•   Setelah ditetapkannya pagu indikatif, kementerian/lembaga memprakarsai dan
    merumuskan sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada
    gubernur atau bupati/walikota, dan/atau kepala desa paling lambat pertengahan
    bulan Maret untuk tahun anggaran berikutnya. (Pasal 39 ayat 1).

•   Rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan
    kepada gubernur atau bupati/walikota, dan/atau kepala desa dituangkan dalam
    rancangan Renja-KL dan disampaikan kepada menteri yang membidangi
    perencanaan pembangunan nasional sebagai bahan koordinasi dalam
    Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas). (Pasal 39
    ayat 2).

•   Menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional bersama
    menteri/pimpinan lembaga melakukan penelaahan rancangan Renja-KL yang
    memuat rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan
    ditugaskan, dan hasilnya akan digunakan sebagai bahan penyusunan Renja-KL
    dan RKP. (Pasal 39 ayat 3).

•   Kementerian/lembaga memberitahukan kepada gubernur atau bupati/walikota
    dan/atau kepala desa mengenai lingkup urusan pemerintahan yang akan
    ditugaskan paling lambat pertengahan bulan Juni untuk tahun anggaran
    berikutnya setelah ditetapkannya pagu sementara. (Pasal 39 ayat 4).

•   Lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan ditetapkan dalam bentuk
    Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga.
• Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga disampaikan kepada
  gubernur atau bupati/walikota dan/atau kepala desa dengan
  tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,
  dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan
  nasional, paling lambat minggu pertama bulan Desember untuk
  tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Peraturan
  Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
  (Pasal 39 ayat 6).
Penugasan Dari Pemerintah Provinsi kepada
           Kabupaten/Kota dan/atau Desa

• Pemerintah provinsi memberitahukan kepada bupati/walikota
  dan/atau kepala desa mengenai lingkup urusan pemerintahan
  provinsi yang akan ditugaskan pada tahun anggaran
  berikutnya segera setelah ditetapkannya Prioritas dan Plafon
  Anggaran Sementara (PPAS). (Pasal 40 ayat 1).
• Pemberitahuan dilakukan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas
  penyelenggaraan pemerintahan serta sinkronisasi antara
  rencana kegiatan tugas pembantuan dengan rencana kegiatan
  pembangunan daerah kabupaten/kota dan/atau desa. (Pasal 40
  ayat 2).
• Pemberitahuan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
  bagi pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa dalam
  menyusun perencanaan dan anggaran daerah. (Pasal 40 ayat
  3).
• Apabila pemberitahuan DINILAI LAYAK, pemerintah kabupaten/
  kota dan/atau pemerintah desa membuat pernyataan menerima
  untuk melaksanakan penugasan dari pemerintah provinsi.
  (Pasal 40 ayat 4).
• Lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada
  bupati/walikota dan/atau kepala desa dituangkan dalam bentuk
  PERATURAN GUBERNUR. (Pasal 40 ayat 5).
• Peraturan Gubernur ditetapkan setelah mendapat masukan dari
  Tim Koordinasi Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Provinsi.
  (Pasal 40 ayat 6).
• Peraturan Gubernur menjadi dasar dalam pelaksanaan dan
  pengalokasian anggaran tugas pembantuan provinsi. (Pasal 40
  ayat 7).
Penugasan Dari Pemerintah Kabupaten/Kota
                    kepada Desa

• Pemerintah kabupaten/kota memberitahukan kepada kepala
  desa mengenai lingkup urusan pemerintahan kabupaten/kota
  yang akan ditugaskan pada tahun anggaran berikutnya segera
  setelah ditetapkannya Prioritas dan Plafon Anggaran
  Sementara (PPAS). (Pasal 41 ayat 1).
• Pemberitahuan dilakukan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas
  penyelenggaraan pemerintahan kabupaten atau kota serta
  sinkronisasi antara rencana kegiatan tugas pembantuan
  dengan rencana kegiatan pembangunan desa. (Pasal 41 ayat 2).
• Pemberitahuan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
  bagi pemerintah desa dalam menyusun perencanaan dan
  anggaran desa. (Pasal 41 ayat 3).
• Apabila pemberitahuan DINILAI LAYAK, pemerintah desa
  membuat pernyataan menerima untuk melaksanakan
  penugasan dari pemerintah kabupaten atau kota. (Pasal 41 ayat
  4).
• Lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada
  kepala desa dituangkan dalam bentuk PERATURAN BUPATI/
  WALIKOTA. (Pasal 41 ayat 5).
• Peraturan Bupati/Walikota ditetapkan setelah mendapat
  masukan dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan Tugas
  Pembantuan kabupaten/kota. (Pasal 41 ayat 6).
• Peraturan bupati/walikota menjadi dasar dalam pelaksanaan
  dan pengalokasian anggaran tugas pembantuan labupaten/kota.
  (Pasal 41 ayat 7).
Tata Cara Penyelenggaraan Tugas Pembantuan


            • Tugas Pembantuan dari Pemerintah
                Kepada Pemerintah Daerah

• Dalam penyelenggaran urusan pemerintahan yang ditugaskan
  dari Pemerintah, kepala daerah melakukan :
  a. sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan
     daerah;
  b. penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan
     program dan kegiatan tugas pembantuan; dan
  c. koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan, dan
     pelaporan. (Pasal 42 ayat 1).
• Kepala daerah membentuk tim koordinasi yang ditetapkan
  dengan Peraturan Kepala Daerah yang berpedoman pada
  Peraturan Menteri Dalam Negeri berkaitan dengan
  penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
  pada ayat (1). (Pasal 42 ayat 2).

• Kepala daerah MEMBERITAHUKAN KEPADA DPRD berkaitan
  dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana
  dimaksud pada ayat (1). (Pasal 42 ayat 3).

• Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan
  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), kepala daerah
  berpedoman pada norma, standar, pedoman, kriteria, dan
  kebijakan Pemerintah, serta keserasian, kemanfaatan,
  kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan
  daerah. (Pasal 43).
Tugas Pembantuan dari Pemerintah Provinsi Kepada Pemerintah
                      Kabupaten/Kota


• Dalam penyelenggaran urusan pemerintahan yang ditugaskan
  dari pemerintah provinsi, bupati/walikota melakukan :
  a. sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan
     daerah;
  b. penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan
     program dan kegiatan tugas pembantuan; dan
  c. koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan, dan
     pelaporan. (Pasal 44 ayat 1).
•   Bupati/Walikota membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan
    Peraturan Bupati/Walikota yang berpedoman pada Peraturan Menteri
    Dalam Negeri berkaitan dengan penyelenggaraan urusan
    pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 44 ayat 2).

•   Bupati/Walikota MEMBERITAHUKAN KEPADA DPRD berkaitan dengan
    penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1). (Pasal 44 ayat 3).

•   Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), kepala daerah
    berpedoman pada norma, standar, pedoman, kriteria, dan kebijakan
    Pemerintah, serta keserasian, kemanfaatan, kelancaran pelaksanaan
    tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. (Pasal 45).
Tugas Pembantuan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi
                   dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota
                        Kepada Pemerintah Desa
•     Kepala desa melakukan persiapan dan koordinasi dengan badan
      permusyawaratan desa, dan pemerintah kabupaten/kota berkaitan
      dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan dari
      Pemerintah dan/atau pemerintah provinsi. (Pasal 46 ayat 1).
•     Kepala desa melakukan persiapan dan koordinasi dengan badan
      permusyawaratan desa dan kecamatan berkaitan dengan
      penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan dari
      pemerintah kabupaten/kota. (Pasal 46 ayat 2).
•     Dalam penyelenggaran urusan pemerintahan yang ditugaskan
      sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), kepala desa
      memperhatikan norma, standar, pedoman, kriteria, dan kebijakan
      Pemerintah atau pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
      (Pasal 46 ayat 3).
•     CAMAT atau dengan sebutan lainnya mengkoordinasikan
      penyelenggaran tugas pembantuan dari Provinsi/Kabupaten/Kota yang
      ditugaskan kepada desa. (Pasal 46 ayat 4).
TATA CARA PENGHENTIAN PENUGASAN

• Penghentian urusan pemerintahan yang telah ditugaskan dapat
  dilakukan apabila :
  a. urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena pemberi
     penugasan mengubah kebijakan, dan/atau
  b. pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan
     ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
  c. penerima penugasan mengusulkan untuk dihentikan
     sebagaian atau seluruhnya. (Pasal 47 ayat 1).

*   Penghantian tugas pembantuan dari Pemerintah dilakukan
    melalui penetapan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga, yang
    tembusannya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri,
    Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan
    pembangunan nasional. (Pasal 47 ayat 2).
• Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga digunakan oleh Menteri
  Keuangan sebagai dasar pemblokiran dalam dokumen
  anggaran dan penghentian pencairan dana tugas pembantuan.
  (Pasal 47 ayat 3).
• Apabila dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak diusulkan
  penghentian penugasan belum ditetapkan Peraturan Menteri/
  Pimpinan Lembaga, kepala daerah dan kepala desa dapat
  menghentikan sementara penyelenggaraan urusan
  pemerintahan yang ditugaskan. (Pasal 47 ayat 4).
• Penghentian tugas pembantuan dari pemerintah provinsi
  dilakukan melalui Keputusan Gubernur setelah mendapat
  masukan dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan Tugas
  Pembantuan Provinsi, dengan tembusan kepada DPRD
  Provinsi. (Pasal 47 ayat 5).
• Penghentian tugas pembantuan dari pemerintah kabupaten
  atau kota dilakukan melalui Keputusan Bupati/Walikota setelah
  mendapat masukan dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan
  Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, dengan tembusan kepada
  DPRD kabupaten/kota. (Pasal 47 ayat 6).

• Selama Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga atau Keputusan
  Gubernur atau Bupati/Walikota belum ditetapkan, penerima
  penugasan DAPAT menyelenggarakan urusan pemerintahan
  yang ditugaskan. (Pasal 47 ayat 7).
PENGELOLAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN
                        • Prinsip Pendanaan
•   Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah
    kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah
    desa didanai dari APBN bagian anggaran kementerian/lembaga
    melalui dana tugas pembantuan sebagaimana diatur dalam PP ini.
    (Pasal 48 ayat 1).
•   Urusan pemerintahan yang ditugaskan dari pemerintah
    provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa
    didanai dari APBD provinsi. (Pasal 48 ayat 2).
•   Urusan pemerintahan yang ditugaskan dari pemerintah
    kabupaten/kota kepada pemerintah desa didanai dari APBD
    kabupaten/kota. (Pasal 48 ayat 3).
•   Tata cara pendanaan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
    Dalam Negeri dengan berpedoman pada peraturan perundang-
    undangan. (Pasal 48 ayat 4).
• Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan sebagaimana
  dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dialokasikan setelah adanya
  penugasan Pemerintah melalui kementerian/lembaga kepada
  gubernur atau bupati/walikota dan/atau kepala desa. (Pasal 49
  ayat 1).
• Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan DIALOKASIKAN
  UNTUK KEGIATAN YANG BERSIFAT FISIK. (Pasal 49 ayat 2).
  Penjelasan Pasal 49 ayat 2 :
  Kegiatan yang bersifat fisik antara lain pengadaan peralatan dan mesin,
  gedung dan bangunan, jaringan, dan kegiatan fisik lain yang
  menghasilkan keluaran (output) dan menambah nilai aset Pemerintah.
  Sebagian besar dari pagu dana tugas pembantuan digunakan untuk
  kegiatan murni fisik, dan sebagian kecil dapat digunakan untuk
  kegiatan penunjang berupa pengadaan jasa dan penunjang lainnya.
  Besar kecilnya belanja untuk kegiatan penunjang dimaksud
  disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-masing
  kementerian/ lembaga berdasarkan asas kepatutan, kewajaran,
  ekonomis, dan efisiensi.
Perencanaan dan Penganggaran


• Program dan kegiatan kementerian/lembaga yang akan
  ditugaskan harus sesuai dengan Renja-KL dan RKP. (Pasal 50
  ayat 1).

• Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan kegiatan
  yang akan ditugaskan disusun dengan memperhatikan
  kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di
  daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah. (Pasal 50 ayat 2).
• Penganggaran dana tugas pembantuan dilakukan sesuai
  dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. (Pasal 51 ayat 1).
• Pengganggaran dana tugas pembantuan dituangkan dalam
  penyusunan RKA-KL. (Pasal 51 ayat 2).
• RKA-KL yang telah disusun menjadi dasar dalam pembahasan
  bersama antara kementerian/lembaga dengan komisi terkait di
  DPR. (Pasal 51 ayat 3).
• RKA-KL yang telah disepakati oleh komisi terkait di DPR
  disampaikan kepada Menteri Keuangan dan menteri yang
  membidangi perencanaan pembangunan nasional untuk
  dilakukan penelahaan. (Pasal 51 ayat 4).
• Hssil penelahaan RKA-KL ditetapkan menjadi Satuan Anggaran
  Per Satuan Kerja (SAPSK). (Pasal 51 ayat 5).
• RKA-KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK disampaikan
  kepada kementerian/lembaga. (Pasal 51 ayat 6).
• Kementerian/lembaga menyampaikan RKA-KL sebagaimana
  dimaksud pada ayat (6) kepada gubernur atau bupati/walikota
  untuk diberitahukan kepada DPRD provinsi atau kabupaten/
  kota pada saat pembahasan RAPBD. (Pasal 51 ayat 7).

• Setelah menerima RKA-KL, gubernur atau bupati/walikota
  menyampaikan usulan pejabat pengelola keuangan tugas
  pembantuan untuk ditetapkan oleh kementerian/lembaga.
  (Pasal 51 ayat 8).

• Tata cara penyusunan RKA-KL mengacu pada ketentuan
  peraturan perundang-undangan. (Pasal 51 ayat 9).
• RKA-KL yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam
  Pasal 51 ayat (6) menjadi dasar dalam penyusunan DIPA. (Pasal
  52 ayat 1).

• Tata cara penyusunan dan pengesahan DIPA mengacu pada
  ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 52 ayat 2).

• Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga sebagaimana dimaksud
  dalam Pasal 39 ayat (5) serta RKA-KL dan DIPA sebagaimana
  dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) digunakan oleh Menteri
  Keuangan sebagai bahan pemantauan dan evaluasi dana tugas
  pembantuan, serta perumusan kebijakan dan pengendalian
  fiskal nasional. (Pasal 53).
Penyaluran dan Pelaksanaan

• Penyaluran dana tugas pembantuan dilakukan oleh KUASA
  BENDAHARA UMUM NEGARA melalui REKENING KAS UMUM
  NEGARA. (Pasal 54 ayat 1).
• Tata cara penyaluran dana tugas pembantuan dilaksanakan
  sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  (Pasal 54 ayat 2).

• Penerimaan sebagai akibat pelaksanaan tugas pembantuan
  merupakan penerimaan negara dan WAJIB DISETOR oleh
  Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran ke rekening Kas Umum
  Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal
  55 ayat 1).
• Dalam hal pelaksanaan tugas pembantuan terdapat saldo kas
  pada akhir tahun anggaran, saldo tersebut HARUS DISETOR ke
  rekening Kas Umum Negara. (Pasal 55 ayat 2).
Pengelolaan Barang Milik Negara
             Hasil Pelaksanaan Tugas Pembantuan


• SEMUA BARANG yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan
  dana tugas pembantuan merupakan barang milik negara. (Pasal
  56 ayat 1).
• SKPD melakukan penatausahaan barang milik negara
  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan
  perundang-undangan. (Pasal 56 ayat 2).

• Barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
  ayat (1), DAPAT dihibahkan kepada daerah. (Pasal 57 ayat 1).
• Dalam hal barang dihibahkan kepada daerah, penatausahaan,
  penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan
  oleh pemerintah provinsi atau kabupaten/kota sebagai barang
  milik daerah. (Pasal 57 ayat 2).
• Penghibahan, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan
  barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2),
  merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan
  barang milik negara/daerah. (Pasal 58 ayat 1).

• Tata cara pengelolaan barang milik negara serta pengendalian
  dan pengawasannya, dilakukan sesuai dengan ketentuan
  peraturan perundang-undangan. (Pasal 58 ayat 2).
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN
             TUGAS PEMBANTUAN

• Pertanggungjawaban dan pelaporan tugas pembantuan
  mencakup ASPEK MANAJERIAL dan ASPEK AKUNTABILITAS.
  (Pasal 59 ayat 1).

• Aspek Manajerial terdiri dari perkembangan realisasi
  penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang
  dihadapi, dan saran tindak lanjut. (Pasal 59 ayat 2).

• Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran,
  neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan barang.
  (Pasal 59 ayat 3).
Penyelenggaraan
          Tugas Pembantuan dari Pemerintah Kepada
          Pemerintah Provinsi, Kabupaten, atau Kota

• Kepala SKPD provinsi atau kabupaten/kota bertanggung jawab
  atas pelaporan kegiatan tugas pembantuan. (Pasal 60 ayat 1).
• Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas
  pembantuan dilakukan dengan tahapan :
  a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan
     menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap
     triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada
     gubernur melalui SKPD yang membidangi perencanaan dan
     kepada kementerian/lembaga pemebri dana tugas
     pembantuan.
b. Kepala SKPD kabupaten/kota yang melaksanakan tugas
   pembantuan menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan
   setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada
   kabupaten/kota melalui SKPD yang membidangi perencanaan dan
   kepada kementerian/lembaga pemberi dana tugas pembantuan dan
   menyampaikan tembusan kepada SKPD provinsi yang tugas dan
   kewenangannya sama;
c. Gubernur menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan untuk
   menggabungkan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
   menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun
   anggaran kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan
   menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional.
d. Bupati/walikota menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan
   untuk menggabungkan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b
   dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun
   anggaran kepada gubernur melalui SKPD provinsi yang membidangi
   perencanaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri
   yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 60 ayat
   2).
• Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
  huruf c dan huruf d digunakan sebagai bahan perencanaan,
  pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 60 ayat 3).

• Bentuk dan isi laporan pelaksanaan kegiatan tugas
  pembantuan berpedoman pada peraturan perundang-
  undangan. (Pasal 60 ayat 4).
Tugas Pembantuan Dari Pemerintah
              Kepada Pemerintah Desa

• Kegiatan tugas pembantuan dilaksanakan oleh kepala desa.
  (Pasal 61 ayat 1).

• Kepala desa bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas
  pembantuan. (Pasal 61 ayat 2).

• Pelaporan kegiatan tugas pembantuan dikoordinasikan oleh
  SKPD kabupaten/kota yang membidangi pemerintahan desa.
  (Pasal 61 ayat 3).
• Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas
  pembantuan dilakukan dengan tahapan :

  a. Kepala desa menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan
     setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran
     kepada SKPD kabupaten/kota.

  b. Kepala SKPD kabupaten/kota menghimpun dan
     menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap
     berakhirnya tahun anggaran kepada bupati/walikota melalui
     SKPD yang membidangi perencanaan;
c. Bupati/walikota menyampaikan laporan kegiatan setiap
   triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada
   kementeria/lembaga pemberi dana tugas pembantuan dan
   menyampaikan tembusan kepada gubernur;



d. Gubernur menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan
   untuk menggabungkan laporan dari bupati/walikota
   sebagaimana dimaksud pada huruf c dan menyampaikannya
   setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada
   Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang
   membidangi perencanaan pembangunan nasional.
• Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
  huruf c dan huruf d digunakan sebagai bahan perencanaan,
  pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 61 ayat 5).

• Bentuk dan isi laporan pelaksanaan kegiatan tugas
  pembantuan berpedoman pada peraturan perundang-
  undangan. (Pasal 61 ayat 6).
Tugas Pembantuan Provinsi
           Kepada Pemerintah Kabupaten/kota

• Kegiatan tugas pembantuan provinsi dilaksanakan oleh SKPD
  kabupaten/kota yang ditetapkan oleh bupati/walikota. (Pasal 62
  ayat 1).

• Kepala SKPD kabupaten/kota bertanggung jawab atas
  pelaporan kegiatan tugas pembantuan provinsi. (Pasal 62 ayat
  2).
• Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas
  pembantuan provinsi dilakukan dengan tahapan :

  a. Kepala SKPD kabupaten/kota menyusun dan menyampaikan
     laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya
     tahun anggaran kepada bupati/walikota melalui SKPD yang
     membidangi perencanaan;

* Bupati/walikota menugaskan SKPD yang membidangi
  perencanaan untuk menggabungkan laporan sebagaimana
  dimaksud pada huruf a dan menyampaikannya setiap triwulan
  dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur
  melalui SKPD provinsi yang membidangi perencanaan. (Pasal
  62 ayat 2).
* Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
   huruf b digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan,
   pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 62 ayat 4).

• Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penyampaian
  laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
  dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Pasal 62 ayat 5).
Tugas Pembantuan Provinsi
                Kepada Pemerintah Desa

• Kegiatan tugas pembantuan provinsi kepada pemerintah desa
  dilaksanakan oleh kepala desa. (Pasal 63 ayat 1).

• Kepala desa bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas
  pembantuan provinsi. (Pasal 63 ayat 2).

• Pelaporan kegiatan tugas pembantuan provinsi
  dikoordinasikan oleh SKPD kabupaten/kota yang membidangi
  pemerintahan desa. (Pasal 63 ayat 3).
•   Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas pembantuan
    dilakukan dengan tahapan :

    a. Kepala desa menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan
       setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran
       kepada SKPD kabupaten atau kota.

    b. Kepala SKPD kabupaten/kota menghimpun dan
       menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap
       berakhirnya tahun anggaran kepada bupati/walikota
       melalui SKPD yang membidangi perencanaan;
    c. Bupati/walikota menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan
       dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur. (Pasal
       63 ayat 4).
* Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
  huruf c digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan,
  pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 63 ayat 5).

• Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penyampaian
  laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur
  dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Pasal 63 ayat 6).
Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota
               Kepada Pemerintah Desa

• Kegiatan tugas pembantuan kabupaten/kota kepada
  pemerintah desa dilaksanakan oleh kepala desa. (Pasal 64 ayat
  1).

• Kepala desa bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas
  pembantuan kabupaten atau kota . (Pasal 64 ayat 2).

• Pelaporan kegiatan tugas pembantuan kabupaten/kota
  dikoordinasikan oleh SKPD kabupaten/kota yang membidangi
  pemerintahan desa. (Pasal 64 ayat 3).
• Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas
  pembantuan dilakukan dengan tahapan :

  a. Kepala desa menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan
     setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran
     kepada SKPD kabupaten atau kota.

  b. Kepala SKPD kabupaten/kota menghimpun dan
     menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap
     berakhirnya tahun anggaran kepada bupati/walikota
     melalui SKPD yang membidangi perencanaan;
     (Pasal 64 ayat 4).
* Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
  huruf b digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan,
  pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 63 ayat 5).

• Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penyampaian
  laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur
  dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Pasal 64 ayat 6).
Pengelolaan Dana

• Kepala SKPD provinsi atau kabupaten/kota selaku Kuasa
  Pengguna Anggaran/Barang tugas pembantuan bertanggung
  jawab atas pelaksanaan dana tugas pembantuan. (Pasal 65 ayat
  1).
• Kepala SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang wajib
  menyelenggarakan akuntasi dan bertanggung jawab terhadap
  penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban
  keuangan dan barang. (Pasal 65 ayat 2).
• Penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan
  kegiatan tugas pembantuan dilakukan secara terpisah dari
  penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan
  dekonsentrasi dan desentralisasi. (Pasal 65 ayat 3).
• Penatausahaan keuangan dan barang sebagaimana dimaksud
  pada ayat (3) diselenggarakan oleh SKPD provinsi atau
  kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  (Pasal 65 ayat 4).
•   Penyusunan dan penyampaian laporan pertangungjawaban keuangan
    dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) dilakukan
    dengan tahapan :
    a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan
       atas nama gubernur menyusun dan menyampaikan laporan
       pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap triwulan dan setiap
       berakhirnya tahun anggaran kepada menteri/pimpinan lembaga
       pemberi dana tugas pembantuan dengan tembusan kepada SKPD
       yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
    b. Kepala SKPD kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan
       atas nama bupati/walikota menyusun dan menyampaikan laporan
       pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap triwulan dan setiap
       berakhirnya tahun anggaran kepada menteri/pimpinan lembaga
       pemberi dana tugas pembantuan dengan tembusan kepada SKPD
       yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
• Gubernur menggabungkan laporan pertanggungjawaban
  keuangan dan barang atas pelaksanaan dana tugas pembantuan
  dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berkahirnya
  tahun anggaran kepada Menteri Keuangan.
• Bupati/walikota menggabungkan laporan pertanggungjawaban
  keuangan dan barang atas pelaksanaan dana tugas pembantuan
  dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berkahirnya
  tahun anggaran kepada Menteri Keuangan, dengan tembusan
  kepada gubernur.
• Menteri/pimpinan lemabag yang mengalokasikan dana tugas
  pembantuan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
  keuangan dan barang setiap berakhirnya tahun anggaran
  kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. (Pasal 66 ayat 1).

• Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban keuangan dan
  barang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
  undangan. (Pasal 66 ayat 2).
• Laporan pertangungjawaban keuangan dan barang atas
  pelaksanaan tugas pembantuan setiap berakhirnya tahun
  anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) butir
  c dan d dilampirkan dalam Laporan Pertanggungjawaban
  Pelaksanaan APBD kepada DPRD. (Pasal 67 ayat 1).

• Penyampaian lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
  dapat dilakukan secara bersama-sama atau terpisah dengan
  laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. (Pasal 67
  ayat 2).
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

                        Dekonsentrasi

* Menteri/pimpinan lembaga melakukan pembinaan dan
  pengawasan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
  yang dilimpahkan kepada gubernur (Pasal 68 ayat 1).
• Gubernur selaku penerima pelimpahan urusan pemerintahan
  dan Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan
  kegiatan dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD
  Provinsi. (Pasal 68 ayat 2).
• Pembinaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi pemberian
  pedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta
  pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan dekonsentrasi
  (Pasal 68 ayat 3).
• Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
  dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan
  akuntabilitas penyelenggaraan dekonsentrasi. (Psl 68 ayat 4).
• Menteri keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan
  terhadap pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat 1).
• Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
  koordinasi, pemberian pedoman, fasilitasi dan bimbingan
  teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas pengelolaan dana
  dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat 2).
• Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
  dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan
  akuntabilitas pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat
  3).
• Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
  dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi pengelolaan
  dana dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat 4).
Tugas Pembantuan

• Menteri/pimpinan lembaga melakukan pembinaan dan
  pengawasan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
  yang ditugaskan kepada gubernur atau bupati/walikota. (Pasal
  70 ayat 1).
• Gubernur atau bupati/walikota selaku penerima penugasan
  urusan pemerintahan dari Pemerintah melakukan pembinaan
  dan pengawasan kegiatan tugas pembantuan yang
  dilaksanakan oleh SKPD. (Psal 70 ayat 2).
• Pembinaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi pemberian
  pedoman, standar, fasilitasi, dan bimbingan teknis, serta
  pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan tugas
  pembantuan. (Pasal 70 ayat 3).
• Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
  dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan
  akuntabilitas penyelenggaraan tugas pembantuan. (Pasal 70
  ayat 4).
• Menteri keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan
  terhadap pengelolaan dana tugas pembantuan. (Pasal 71 ayat
  1).
• Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
  koordinasi, pemberian pedoman, fasilitasi dan bimbingan
  teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas pengelolaan dana
  tugas pembantuan. (Pasal 71 ayat 2).
• Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
  dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan
  akuntabilitas pengelolaan dana tgas pembantuan. (Pasal 71
  ayat 3).
• Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
  dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi pengelolaan
  dana tugas pembantuan. (Pasal 71 ayat 4).
Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan

• Dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan dan
  pengelolaan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan,
  menteri/pimpinan lembaga melakukan koordinasi bersama
  dengan Menteri Kusangan dan Menteri Dalam Negeri terhadap
  pelaksanaan pembinaan dan pengawasan. (Pasal 72 ayat 1).

• Hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
  pada ayat (1) digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan
  dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (Pasal 72 ayat 2).

• Pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan kegiatan
  dan pengelolaan dana dekonsentrasi dan dana tugas
  pembantuan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
  perundang- undangan. (Pasal 73).
PEMERIKSAAN

• Pemeriksaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan meliputi
  pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
  dengan tujuan tertentu. (Pasal 74 ayat 1).

• Pemeriksaan keuangan berupa pemeriksaan atas laporan
  keuangan. (Pasal 74 ayat 2).

• Pemeriksaan kinerja berupa pemeriksaan atas pengelolaan
  keuangan negara yang terdiri dari pemeriksaan atas aspek
  ekonomi dan efisiensi serta aspek efektivitas. (Pasal 74 ayat 3).

• Pemeriksaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh unit
  pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
  pengendalian intern Pemerintah. (Pasal 74 ayat 4).
• Pemeriksaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh unit
  pemeriksa internal kementerian/lembaga dan/atau unit
  pemeriksa eksternal Pemerintah. (Pasal74 ayat 5).

• Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan keuangan,
  pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan untuk tujuan tertentu
  sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
  berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (Pasal 74
  ayat 6).
SANKSI

• SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan
  laporan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat dikenai
  sanksi berupa :
  a. penundaan pencairan dana dekonsentrasi dan tugas
     pembantuan untuk triwulan berikutnya, atau
  b. penghentian alokasi dana dekonsentrasi dan tugas
     pembantuan utk tahun anggaran berikutnya. (Psl 75 ayat 1).

• Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
  membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan
  dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud
  dalam PP ini.(Pasal 75 ayat 2).
• Ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi sebagaimana
  dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
  peraturan perundang-undangan. (Pasal 75 ayat 3).
KETENTUAN PERALIHAN


• Sebagian dari anggaran kementerian/lembaga yang digunakan
  untuk mendanai urusan pemerintahan yang merupakan
  kewenangan daerah, dialihkan menjadi DANA ALOKASI
  KHUSUS. (Pasal 76 ayat 1).
• Dalam rangka pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
  menteri/pimpinan lembaga, Menteri Keuangan, dan menteri
  yang membidangi perencanaan pembangunan nasional terlebih
  dahulu melakukan identifikasi dan pemilahan atas program dan
  kegiatan yang akan didanai dari bagian anggaran kementerian/
  lembaga. (Pasal 76 ayat 2).
• Identifikasi dan pemilahan atas program dan kegiatan
  dilakukan pada saat penyusunan Renja-KL. (Pasal 76 ayat 3).
• Berdasarkan hasil identifikasi dan pemilahan sebagaimana
  dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) kementerian/lembaga
  mengajukan usulan besaran bagian anggaran
  kementerian/lembaga yang akan dialihkan menjadi Dana
  Alokasi Kusus kepada Menteri Keuangan. (Pasal 77 ayat 1).
• Menteri Keuangan melakukan penetapan besaran bagian
  anggaran kementerian/lembaga yang akan dialihkan menjadi
  Dana Alokasi Khusus. (Pasal 77 ayat 2).
• Pengalihan besaran bagian anggaran kementerian/lembaga
  sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara
  bertahap sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan. (Pasal
  77 ayat 3).
• Program dan kegiatan kementerian/lembaga yang menurut
  peraturan perundang-undangan telah ditetapkan sebagai
  urusan Pemerintah dan dilaksanakan berdasarkan asas
  dekonsentrasi/tugas pembantuan, pendanaannya wajib
  mengikuti ketentuan yang telah diatur dalam PP ini. {Psl 77 (4)}
KETENTUAN PENUTUP


• Pada saat berlakunya PP ini, maka :
  1. PP Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
     Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan
     Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (LNRI Tahun 2000
     Nomor 200, dan TLNRI Nomor 4023);
  2. PP Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
     Dekonsentrasi (LNRI Tahun 2001 Nomor 62, dan TLNRI
     Nomor 4095); dan
  3. PP Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas
     Pembantuan (LNRI Tahun 2001 Nomor 77,dan TLNRI Nomor
     4106);
  DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU. (Psl 78).
• Ketentuanlebih lanjut mengenai pedoman pengelolaan dana
  dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan diatur dengan
  PERATURAN MENTERI KEUANGAN. (Pasal 79).

• Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
  berkaitan dengan penyelenggaraan dekonsentrasi,
  penyelenggaraan tugas pembantuan, serta pendanaan
  dekonsentrasi dan tugas pembantuan wajib mendasatkan dan
  menyesuaikan pengaturannya dengan PP ini. (Pasal 80).

• PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangan. Agar setiap
  orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PP ini
  dengan penempatannya dalam LNRI. (Psl 81).

• DITETAPKAN DI JAKARTA PADA TANGGAL 4 FEBRUARI 2008.

More Related Content

What's hot

Permendagri no 13_thn_2006_
Permendagri no 13_thn_2006_Permendagri no 13_thn_2006_
Permendagri no 13_thn_2006_
id_tribudi
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Joy Irman
 
Permendagri 13 dgn_59
Permendagri 13 dgn_59 Permendagri 13 dgn_59
Permendagri 13 dgn_59
Putroe Phang
 
Permendagri no 13 tahun 2006
Permendagri no 13 tahun 2006Permendagri no 13 tahun 2006
Permendagri no 13 tahun 2006
hersu12345
 
Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010
Ssdotnet
 
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Penataan Ruang
 
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraUndang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Penataan Ruang
 
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan RakyatPedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Oswar Mungkasa
 
2011 Sot dppkad
2011 Sot dppkad2011 Sot dppkad
2011 Sot dppkadPA_Klaten
 
Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011
Ismed Nur
 
Ak pemerintahan part 7
Ak pemerintahan part 7Ak pemerintahan part 7
Ak pemerintahan part 7
HendiP1
 
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPeraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Penataan Ruang
 
Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011
Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011
Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011Bayu Wahyudi
 
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
kabupaten_pakpakbharat
 
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPeraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Penataan Ruang
 
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususUndang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Penataan Ruang
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
Lily Herliana
 
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Frans Dione
 
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 Ade Suerani
 

What's hot (19)

Permendagri no 13_thn_2006_
Permendagri no 13_thn_2006_Permendagri no 13_thn_2006_
Permendagri no 13_thn_2006_
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
 
Permendagri 13 dgn_59
Permendagri 13 dgn_59 Permendagri 13 dgn_59
Permendagri 13 dgn_59
 
Permendagri no 13 tahun 2006
Permendagri no 13 tahun 2006Permendagri no 13 tahun 2006
Permendagri no 13 tahun 2006
 
Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010
 
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
 
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraUndang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
 
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan RakyatPedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
Pedoman Umum Perencanaan Tahunan Kementerian Perumahan Rakyat
 
2011 Sot dppkad
2011 Sot dppkad2011 Sot dppkad
2011 Sot dppkad
 
Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011
 
Ak pemerintahan part 7
Ak pemerintahan part 7Ak pemerintahan part 7
Ak pemerintahan part 7
 
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPeraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
 
Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011
Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011
Tupoksi BKD Kab. Trenggalek - Perbup Trenggalek No. 108 Tahun 2011
 
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
 
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPeraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
 
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususUndang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
 
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
 

Viewers also liked

Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)
Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)
Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)Yudhi Aldriand
 
Optimalisasi peran & fungsi camat dlm pelayanan publik september 2007
Optimalisasi peran  & fungsi camat dlm pelayanan publik  september 2007Optimalisasi peran  & fungsi camat dlm pelayanan publik  september 2007
Optimalisasi peran & fungsi camat dlm pelayanan publik september 2007Yudhi Aldriand
 
Sistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RISistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RI
Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...Yudhi Aldriand
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
Tri Widodo W. UTOMO
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Penataan Ruang
 
Materi dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset Desa
Materi dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset DesaMateri dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset Desa
Materi dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset DesaYudhi Aldriand
 
Tugas dan Fungsi Kepala Desa (asda 1 kab. bekasi)
Tugas dan Fungsi Kepala Desa  (asda 1 kab. bekasi)Tugas dan Fungsi Kepala Desa  (asda 1 kab. bekasi)
Tugas dan Fungsi Kepala Desa (asda 1 kab. bekasi)Yudhi Aldriand
 
Pakaian dinas kepala desa
Pakaian dinas kepala desaPakaian dinas kepala desa
Pakaian dinas kepala desaYudhi Aldriand
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Penataan Ruang
 
Materi polresta bekasi
Materi  polresta bekasiMateri  polresta bekasi
Materi polresta bekasiYudhi Aldriand
 
Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...
Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...
Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...Yudhi Aldriand
 
Sistem administrasi-negara-republik-indonesia
Sistem administrasi-negara-republik-indonesiaSistem administrasi-negara-republik-indonesia
Sistem administrasi-negara-republik-indonesiavera pasaribu
 
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)Yudhi Aldriand
 
Petunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPD
Petunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPDPetunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPD
Petunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPDYudhi Aldriand
 
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Yudhi Aldriand
 
Permen no.07 2008 pengawasan pemerintah desa
Permen no.07 2008 pengawasan pemerintah desaPermen no.07 2008 pengawasan pemerintah desa
Permen no.07 2008 pengawasan pemerintah desaAbdul Kohar
 

Viewers also liked (20)

Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)
Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)
Kebijakan penilaian prestasi kerja PNS (pp 46 tahun 2011)
 
Optimalisasi peran & fungsi camat dlm pelayanan publik september 2007
Optimalisasi peran  & fungsi camat dlm pelayanan publik  september 2007Optimalisasi peran  & fungsi camat dlm pelayanan publik  september 2007
Optimalisasi peran & fungsi camat dlm pelayanan publik september 2007
 
Sistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RISistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RI
 
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai Peraturan Mendagri No 7 T...
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
Materi Bagian Hukum
Materi Bagian HukumMateri Bagian Hukum
Materi Bagian Hukum
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
 
Materi dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset Desa
Materi dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset DesaMateri dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset Desa
Materi dari dppka (pengelolaan barang milik daerah (aset daerah) dan Aset Desa
 
Tugas dan Fungsi Kepala Desa (asda 1 kab. bekasi)
Tugas dan Fungsi Kepala Desa  (asda 1 kab. bekasi)Tugas dan Fungsi Kepala Desa  (asda 1 kab. bekasi)
Tugas dan Fungsi Kepala Desa (asda 1 kab. bekasi)
 
Pakaian dinas kepala desa
Pakaian dinas kepala desaPakaian dinas kepala desa
Pakaian dinas kepala desa
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
 
Materi polresta bekasi
Materi  polresta bekasiMateri  polresta bekasi
Materi polresta bekasi
 
Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...
Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...
Swakelola menurut perpres 54 tahun 2010 (materi bintek orientasi tata kerja a...
 
Sistem administrasi-negara-republik-indonesia
Sistem administrasi-negara-republik-indonesiaSistem administrasi-negara-republik-indonesia
Sistem administrasi-negara-republik-indonesia
 
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)Badan Permusyawaratan Desa  (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
 
Pembentukan BPD
Pembentukan BPDPembentukan BPD
Pembentukan BPD
 
Petunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPD
Petunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPDPetunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPD
Petunjuk Pelaksanaan Pelantikan BPD
 
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
 
Permen no.07 2008 pengawasan pemerintah desa
Permen no.07 2008 pengawasan pemerintah desaPermen no.07 2008 pengawasan pemerintah desa
Permen no.07 2008 pengawasan pemerintah desa
 

Similar to Intisari PP 7 tahun 2008. (Prof. DR. Sadu Wasistiono) pdf

Expose Dekon Rev
Expose Dekon   RevExpose Dekon   Rev
Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014
Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014
Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014
FaishalFadli
 
Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...
Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...
Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...
Oswar Mungkasa
 
Inspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptx
Inspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptxInspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptx
Inspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptx
InspektoratDaerah2
 
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010apotek agam farma
 
ARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdf
ARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdfARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdf
ARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdf
YandryAbun1
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 
INSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdf
INSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdfINSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdf
INSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdf
BerandalBeji
 
Gambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdf
Gambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdfGambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdf
Gambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdf
jane164133
 
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010apotek agam farma
 
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptxImplementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
KutaiTimur
 
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Dadang Solihin
 
Azas pembantuan
Azas pembantuanAzas pembantuan
Azas pembantuan
Dozan Rivaldo
 
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 20182018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
Ahmad Abdul Haq
 
FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...
FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...
FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...
fisika putra
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Dadang Solihin
 
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Dadang Solihin
 
Pedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie netPedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie netapotek agam farma
 
08 local government accounting system
08 local government accounting system08 local government accounting system
08 local government accounting system
Chaerina Septia
 

Similar to Intisari PP 7 tahun 2008. (Prof. DR. Sadu Wasistiono) pdf (20)

Expose Dekon Rev
Expose Dekon   RevExpose Dekon   Rev
Expose Dekon Rev
 
Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014
Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014
Materi Kuliah Perencanaan DKTP Sesuai UU 23 2014
 
Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...
Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...
Pokok-Pokok Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan daerah dalam Pelaksanaan PN...
 
Inspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptx
Inspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptxInspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptx
Inspektorat Daerah - Materi Reviu Keuangan dan Aset UPK.pptx
 
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
 
ARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdf
ARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdfARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdf
ARAH KEBIJAKAN PMDN 77 DAN 90.pdf
 
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 
INSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdf
INSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdfINSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdf
INSTRUMENTASI TATA KELOLA KEUANGAN BLUD JULI 2.pdf
 
Gambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdf
Gambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdfGambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdf
Gambaran Umum Keu BLUD - LPPSP UI 2023 nw.pdf
 
Presentasi dak
Presentasi dakPresentasi dak
Presentasi dak
 
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
Djauharie evaluasi raperda apbd 11 juni 2010
 
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptxImplementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
 
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
Memahami Perencanaan Pembangunan Nasional Sesuai UU 25/2004 Kebijakan Ekonomi...
 
Azas pembantuan
Azas pembantuanAzas pembantuan
Azas pembantuan
 
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 20182018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
 
FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...
FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...
FINAL PEMAPARAN PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN 2020_pelaksanaan dan penatausahaan k...
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan
 
Pedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie netPedum baru 2011 djauharie net
Pedum baru 2011 djauharie net
 
08 local government accounting system
08 local government accounting system08 local government accounting system
08 local government accounting system
 

More from Yudhi Aldriand

PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerahPP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
Yudhi Aldriand
 
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
Yudhi Aldriand
 
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasiPeraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
Yudhi Aldriand
 
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
Yudhi Aldriand
 
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
Yudhi Aldriand
 
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
Yudhi Aldriand
 
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
Yudhi Aldriand
 
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
Yudhi Aldriand
 
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Yudhi Aldriand
 
Permendagri no.110 tahun 2016
Permendagri no.110 tahun 2016Permendagri no.110 tahun 2016
Permendagri no.110 tahun 2016
Yudhi Aldriand
 
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
Yudhi Aldriand
 
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
Yudhi Aldriand
 
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desaPermen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
Yudhi Aldriand
 
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan aset desa
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan  aset desaPermen no.1 th 2016 tentang pengelolaan  aset desa
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan aset desa
Yudhi Aldriand
 
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
Yudhi Aldriand
 
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan PajakUU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
Yudhi Aldriand
 
Sekilas Info tentang Pilkades PAW
Sekilas Info tentang Pilkades PAWSekilas Info tentang Pilkades PAW
Sekilas Info tentang Pilkades PAW
Yudhi Aldriand
 
Pemilihan kepala desa antarwaktu
Pemilihan kepala desa antarwaktuPemilihan kepala desa antarwaktu
Pemilihan kepala desa antarwaktu
Yudhi Aldriand
 
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan DesaBPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
Yudhi Aldriand
 
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desaPermendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
Yudhi Aldriand
 

More from Yudhi Aldriand (20)

PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerahPP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
PP 72 2019 perubahan_PP 18_2016_perangkat_daerah
 
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...
 
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasiPeraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
Peraturan bkn-no.-5-tahun-2019-tata-cara-pelaksanaan-mutasi
 
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
Permendagri 58 tahun 2019 tentang Mutasi PNS antarKabupaten/Kota Antarprovins...
 
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...
 
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...
 
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
Permendagri No 66 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Permendagri No 82 Tahun 2...
 
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 201...
 
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
 
Permendagri no.110 tahun 2016
Permendagri no.110 tahun 2016Permendagri no.110 tahun 2016
Permendagri no.110 tahun 2016
 
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...
 
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
Surat kepala-bkn-nomor-k.26-30-v.108-6-99-penjelasan-permasalahan-kepegawaian...
 
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desaPermen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
Permen no.47 th 2016 tentang administrasi pemerintahan desa
 
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan aset desa
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan  aset desaPermen no.1 th 2016 tentang pengelolaan  aset desa
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan aset desa
 
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
 
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan PajakUU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
 
Sekilas Info tentang Pilkades PAW
Sekilas Info tentang Pilkades PAWSekilas Info tentang Pilkades PAW
Sekilas Info tentang Pilkades PAW
 
Pemilihan kepala desa antarwaktu
Pemilihan kepala desa antarwaktuPemilihan kepala desa antarwaktu
Pemilihan kepala desa antarwaktu
 
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan DesaBPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
BPKP Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
 
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desaPermendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
Permendagri no-112-th-2014-pemilihan-kepala-desa
 

Intisari PP 7 tahun 2008. (Prof. DR. Sadu Wasistiono) pdf

  • 1. INTISARI PP NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN OLEH : Prof. DR. SADU WASISTIONO Hotel Oasis Amir Jakarta, 24 s/d 27 April 2008
  • 2. KETENTUAN UMUM • Dekonsentrasi adalah PELIMPAHAN WEWENANG : - dari PEMERINTAH - kepada GUBERNUR sebagai Wakil Pemerintah dan/atau kepada INSTANSI VERTIKAL di wilayah tertentu. * Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah, yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
  • 3. PRESIDEN Menteri MDN Kementerian Negara Ka. Kakanwil Gubernur KDH TK. I + DPRD Perangkat Wilayah + Perangkat Daerah Ka. Bupati/ KDH TK. II + DPRD Kakandep Walikota Cadin Perangkat Wilayah + Perangkat Daerah Kakandep Camat Cadin Kec Keterangan: --------------- = Garis Komando = Garis Koordinasi
  • 4. PRESIDEN Menteri MDN Menteri (Kew. Mutlak) (Kew.Concurrent) Ka. Gubernur Kanwil Sebagai KDH PROP. + DPRD Ka. Wkl Pem. Pusat UPT Pengelola ? Dekonsentrasi SKPD SPM Ka. KDH Ka. + DPRD UPT Kandep Kab/Kota SPM Keterangan: SKPD = Garis Komando = Garis Koordinasi = Garis Koordinasi Vertikal = Garis Supervisi SPM = Garis Pembinaan teknis fungsional dan administratif
  • 5. • Tugas Pembantuan adalah PENUGASAN : - dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa; - dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa; - dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
  • 6. • Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. • Dana Tugas Pembantuan Provinsi adalah dana yang berasal dari APBD Provinsi yang dilaksanakan oleh kabupaten, atau kota dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten, atau Kota, dan/atau Desa. • Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota adalah dana yang berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Kabupaten, atau Kota kepada Desa.
  • 7. PRINSIP PENYELENGGARAAN • Pemerintah menyelenggarakan sebagian urusan yang menjadi kewenangannya di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. (Pasal 2 ayat 1). • Penyelenggaraan dekonsentrasi dilakukan melalui pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kementerian/lembaga. (Pasal 2 ayat 2). • Penyelenggaraan tugas pembantuan dilakukan melalui penugasan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemberi tugas pembantuan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa. (Pasal 2 ayat 3). • Kementerian/lembaga menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (Pasal 2 ayat 4).
  • 8. • Pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dari Pemerintah kepada instansi vertikal di daerah didanai melalui anggaran kementerian/lembaga. (Pasal 3 ayat 1). • Pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dari Pemerintah kepada gubernur dan penugasan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dan/atau pemerintah desa didanai melalui anggaran kementerian/lembaga. (Pasal 3 ayat 2). • Pengelolaan anggaran untuk pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dan pelaksanaan penugasan dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. (Pasal 3 ayat 3).
  • 9. • Sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah dilaksanakan oleh SKPD provinsi berdasarkan penetapan dari gubernur. (Pasal 4 ayat 1). • Sebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dilaksanakan oleh SKPD provinsi atau kabupaten/kota berdasarkan penetapan dari gubernur atau bupati/walikota. (Pasal 4 ayat 2). • Sebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah desa dilaksanakan oleh kepala desa. (Pasal 4 ayat 3).
  • 10. • Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah tidak boleh dilimpahkan kepada bupati/walikota. (Pasal 5 ayat 1). • Urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah provinsi tidak boleh ditugaskan kepada pemerintah kabupaten/ kota. (Pasal 5 ayat 2). • Urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah kabupaten/kota tidak boleh ditugaskan kepada pemerintah desa. (Pasal 5 ayat 3).
  • 11. • Pemerintah DAPAT memberikan penugasan kepada pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan tertentu. (Pasal 6 ayat 1). • Dalam hal kementerian/lembaga akan memberikan penugasan kepada pemerintah desa, penugasan tersebut harus mendapat persetujuan dari Presiden. (Pasal 6 ayat 2). • Presiden memberikan persetujuan penugasan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 6 ayat 3).
  • 12. • Menteri/pimpinan lembaga menetapkan Peraturan Menteri /Pimpinan Lembaga untuk memberikan penugasan kepada pemerintah desa setelah mendapat persetujuan Presiden. • Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga disampaikan kepada kepala desa melalui bupati/walikota sebagai dasar pelaksanaan tugas pembantuan dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional, dan gubernur. (Pasal 7 ayat 1 dan 2).
  • 13. RUANG LINGKUP • Ruang lingkup dekonsentrasi dan tugas pembantuan mencakup : - aspek penyelenggaraan; - aspek pengelolaan dana; - aspek pertanggungjawaban dan pelaporan; - aspek pembinaan dan pengawasan; - aspek pemeriksaan; - aspek sanksi. (Pasal 8).
  • 14. • Penyelenggaraan dekonsentrasi meliputi : a. pelimpahan urusan pemerintahan; b. tata cara pelimpahan; c. tata cara penyelenggaraan, dan d. tata cara penarikan pelimpahan. (Pasal 9 ayat 1). • Pengelolaan dana dekonsentrasi meliputi : a. prinsip pendanaan; b. perencanaan dan penganggaran; c. penyaluran dan pelaksanaan; dan d. pengelolaan barang milik negara hasil pelaksanaan dekonsentrasi. (Pasal 9 ayat 2). • Pertanggungjawaban dan pelaporan dekonsentrasi meliputi : a. penyelenggaraan dekonsentrasi, dan b. pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 9 ayat 3).
  • 15. • Penyelenggaraan tugas pembantuan meliputi : a. penugasan urusan pemerintahan; b. tata cara penugasan; c. tata cara penyelenggaraan; dan d. penghentian tugas pembantuan. (Pasal 10 ayat 1). • Pengelolaan dana tugas pembantuan meliputi : a. prinsip pendanaan; b. perencanaan dan penganggaran; c. penyaluran dan pelaksanaan; dan d. pengelolaan barang milik negara hasil pelaksanaan tugas pembantuan. (Pasal 10 ayat 2). • Pertanggungjawaban dan pelaporan tugas pembantuan meliputi: a. penyelenggaraan tugas pembantuan; dan b. pengelolaan dana tugas pembantuan. (Pasal 10 ayat 3).
  • 16. PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI • Pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dalam rangka dekonsentrasi DAPAT dilakukan kepada : a. gubernur. b. instansi vertikal. c. pejabat Pemerintah di daerah. (Pasal 11 ayat 1 dan 2). • Jangkauan pelayanan atas penyelenggaraan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada instansi vertikal dan/atau pejabat Pemerintah di daerah DAPAT melampaui satu wilayah administrasi pemerintahan provinsi. (Pasal 11 ayat 3). • Penyelenggaraan dekonsentrasi yang melampaui satu wilayah administrasi pemerintahan provinsi dikoordinasikan kepada gubernur masing-masing wilayah. (Pasal 11 ayat 4).
  • 17. • Instansi vertikal yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di provinsi dan kabupaten/kota wajib : a. BERKOORDINASI dengan gubernur atau bupati/walikota dan instansi terkait dalam perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan, sesuai dengan norma, standar, pedoman, arahan, dan kebijakan Pemerintah yang diselaraskan dengan perencanaan tata ruang dan program pembangunan daerah serta kebijakan pemerintah daerah lainnya; dan b. memberikan saran kepada menteri/pimpinan lembaga dan gubernur atau bupati/walikota berkenaan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan. (Pasal 12).
  • 18. • Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah di bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama, yang didekonsentrasikan, diselenggarakan oleh instansi vertikal di daerah. (Pasal 13 ayat 1). • Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang didekonsentrasikan kepada perangkat pusat di daerah, diselenggarakan sendiri melalui instansi vertikal tertentu di daerah. (Pasal 13 ayat 2). • Urusan pemerintahan yang dapat dilimpahkandari Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah merupakan sebagian urusan pemerintahan yang menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan Pemerintah. • Tata cara penyelenggaraan urusan pemerintahan yang didekonsentrasikan dilaksanakan sesuai peraturan perundang- undangan. • Tata cara penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan PP ini. (Pasal 13 ayat 5).
  • 19. TATA CARA PELIMPAHAN • Perencanaan program dan kegiatan dekonsentrasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 15 ayat 1). • Perencanaan program dan kegiatan dekonsentrasi harus memperhatikan aspek KEWENANGAN, EFISIENSI, EFEKTIVITAS, KEMAMPUAN KEUANGAN NEGARA, dan SINKRONISASI ANTARA RENCANA KEGIATAN DEKONSENTRASI DENGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH. (Pasal 15 ayat 2). • Penyusunan perencanaan program dan kegiatan dekonsentrasi dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan. (Pasal 15 ayat 3).
  • 20. • Setelah ditetapkannya pagu indikatif, kementerian/lembaga memprakarsai dan merumuskan sebagian urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah paling lambat pertengahan bulan maret untuk tahun anggaran berikutnya. (Pasal 16 ayat 1). • Rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan kepada gubernur dituangkan dalam Rancangan Renja-KL dan disampaikan kepada menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional sebagai bahan koordinasi dalam Musrenbangnas. (Pasal 16 ayat 2). • Menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional bersama menteri/pimpinan lembaga melakukan penelaahan rancangan Renja-KL yang memuat rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan, dan hasilnya akan digunakan sebagai bahan penyusunan Renja-KL dan RKP. (Pasal 16 ayat 3).
  • 21. • Kementerian/lembaga memberitahukan kepada gubernur mengenai lingkup urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan paling lambat pertengahan bulan Juni untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya pagu sementara. (Pasal 16 ayat 4). • Lingkup urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga. • Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga disampaikan kepada gubernur dengan tembusan kepada Menteri dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi pererncanaan pembangunan nasional paling lambat minggu pertama bulan Desember untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat. (Pasal 16 ayat 6).
  • 22. TATA CARA PENYELENGGARAAN • Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Pemerintah, gubernur sebagai wakil Pemerintah melakukan : a. sinkronisasi dengan penyelenggara urusan pemerintahan daerah; b. penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan program dan kegiatan dekonsentrasi, dan c. koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan dan pelaporan. (Pasal 17 ayat 1). • Gubernur membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur yang berpedoman pada Peraturan Menteri dalam Negeri berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. (Pasal 17 ayat 2). • Gubernur MEMBERITAHUKAN KEPADA DPRD berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Pemerintah. (Pasal 17 ayat 3).
  • 23. • Dalam penyelenggaraan urusan pemerintah yang dilimpahkan kepada gubernur, gubernur berpedoman pada norma, standar, pedoman, kriteria, dan kebijakan pemerintah, serta keserasian, kemanfaatan, kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. (Pasal 18).
  • 24. TATA CARA PENARIKAN PELIMPAHAN • Penarikan urusan pemerintahan yang dilimpahkan DAPAT dilakukan apabila : a. urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena Pemerintah mengubah kebijakan, dan/atau b. pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 19 ayat 1). * Penarikan pelimpahan dari Pemerintah dilakukan melalui penetapan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga, yang tembusannya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 19 ayat 2). • Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga digunakan oleh Menteri Keuangan sebagai dasar pemblokiran dalam dokumen anggaran dan penghentian pencairan dana dekonsentrasi. (Pasal 19 ayat 3).
  • 25. PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI Prinsip Pendanaan • Urusan pemerintahan yang dapat dilimpahkan kepada gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) didanai dari APBN bagian anggaran kementerian/kelembagaan melalui danan dekonsentrasi sebagaimana diatur dalam PP ini. • Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan setelah adanya pelimpahan wewenang dari Pemerintah melalui kementerian/lembaga kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah. • Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan UNTUK KEGIATAN YANG BERSIFAT NONFISIK. (Pasal 20 ayat 1,2,3).
  • 26. Penjelasan Pasal 20 ayat (3) : Kegiatan yang bersifat non-fisik antara lain koordinasi, perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Sebagian besar dari dana dekonsentrasi digunakan untuk kegiatan non-fisik, dan sebagian kecil dapat digunakan untuk kegiatan penunjang berupa pengadaan barang yang dapat menghasilkan aset tetap. Besar kecilnya belanja untuk kegiatan penunjang dimaksud disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-masing kementerian/lembag berdasarkan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis, dan efisiensi.
  • 27. Perencanaan dan Penganggaran • Program dan kegiatan kementerian/lembaga yang akan didekonsentrasikan harus sesuai dengan Renja-KL dan RKP. (Pasal 21 ayat 1). • Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan disusun dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah. (Pasal 21 ayat 2).
  • 28. • Penganggaran dana dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. • Penganggaran dana dekonsentrasi dituangkan dalam penyusunan RKA-KL. • RKA-KL yang telah disusun menjadi dasar dalam pembahasan bersama antara kementerian/lemabag dengan komisi terkait di DPR. • RKA-KL yang telah disepakati oleh komisi terkait di DPR disampaikan kepada Menteri Keuangan dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional untuk dilakukan penelaahan. • Hasil penelaahan RKA-KL ditetapkan menjadi Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK) (Pasal 22 ayat 1,2,3,4,5).
  • 29. • RKA-KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK disampaikan kepada kementerian/lembaga. • Kementerian/lembaga menyampaikan RKA-KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK kepada gubernur. • Setelah menerima RKA_KL, gubernur menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji taguhan/ Penandatangan Surat Perintah Membayar, dan Bendahara Pengeluaran serta menyampaikannya kepada menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan. • RKA-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (7) DIBERITAHUKAN OLEH GUBERNUR KEPADA DPRD PROVINSI pada saat pembahasan RAPBD. • Tata cara penyusunan RKA-KL mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 22 ayat 6,7,8,9, dan 10).
  • 30. • RKA_KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6) menjadi dasar dalam penyusunan DIPA. (Pasal 23 ayat 1). • Tata cara penyusunan DIPA serta penetapan/pengesahannya mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 23 ayat 2). * Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga sertaq RKA-KL dan DIPA digunakan oleh Menteri Keuangan sebagai bahan pemantauan dan evaluasi dana dekonsentrasi, serta perumusan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional. (Pasal 24).
  • 31. Penyaluran dan Pelaksanaan • Penyaluran dana dekonsentrasi dilakukan oleh Bendahara Umum Negara atau kuasanya melalui rekening Kas Umum Negara. (Pasal 25 ayat 1). • Tata cara penyaluran dana dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 25 ayat 2).
  • 32. • Penerimaan sebagai akibat pelaksanaan dekonsentrasi merupakan penerimaan negara dan WAJIB disetor oleh Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran ke Rekening Kas Umum Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 26 ayat 1). • Dalam hal pelaksanaan dekonsentasri terdapat saldo kas pada akhir tahun anggaran, saldo tersebut HARUS disetor ke Rekening Kas Umum Negara. (Pasal 26 ayat 2).
  • 33. Pengelolaan Barang Milik Negara Hasil Pelaksanaan Dekonsentrasi • Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan dana dekonsentrasi merupakan barang milik negara. (Pasal 27 ayat 1). • Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi. (Pasal 27 ayat 2). • SKPD melakukan penatausahaan barang milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 27 ayat 3).
  • 34. • Barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), dapat dihibahkan kepada daerah. (Pasal 28 ayat 1). • Dalam hal barang dihibahkan kepada daerah, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan oleh pemerintah provinsi sebagai barang milik daerah. (Pasal 28 ayat 2).
  • 35. • Penghibahan, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2), merupakan bagian yang tidak terpisahlan dari pengelolaan barang milik negara/daerah. (Pasal 29 ayat 1). • Tata cara pengelolaan barang milik negara serta pengendalian dan pengawasannya, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 29 ayat 2).
  • 36. Pertanggungjawaban dan Pelaporan Dekonsentrasi • Pertanggungjawaban dan pelaporan dekonsentrasi mencakup aspek manajerial dan aspek akuntabilitas. (Pasal 30 ayat 1). • Aspek manajerial terdiri dari perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut. (Pasal 30 ayat 2). • Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan barang. (Pasal 31 ayat 3)
  • 37. Penyelenggaraan • Kepala SKPD provinsi bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan dekonsentrasi. (Pasal 31 ayat 1). • Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan dekonsentrasi dilakukan dengan tahapan : a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan dekonsentrasi menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur melalui SKPD yang membidangi perencanaan dan kepada kementrian/lembaga pemberi dana dekonsentrasi. b. Gubernur menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan untuk menggabungkan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 31 ayat 2).
  • 38. • Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 31 ayat 3). • Bentuk dan isi laporan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (Pasal 31 ayat 4).
  • 39. Pengelolaan Dana • Kepala SKPD provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran/BArang dekonsentrasi bertanggung jawab atas pelaksanaan dana dekonsentrasi. (Pasal 32 ayat 1). • Kepala SKPD provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang wajib menyelenggarakan akuntansi dan bertanggung jawab terhadap penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang. (Pasal 32 ayat 2). • Penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan tugas pembantuan dan desentralisasi • Penatausahaan keuangan dan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diselenggarakan oleh SKPD provinsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 32 ayat 3).
  • 40. • Penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dilakukan dengan tahapan : a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan dekonsentrasi atas nama gubernur menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada menteri/pimpinan lembaga pemberi dana dekonsentrasi, dengan tembusan kepada SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah. b. Gubernur menggabungkan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang atas pelaksanaan dana dekonsentrasi dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Menteri Keuangan. c. Menteri/pimpinan lembaga yang mengalokasikan dana dekonsentrasi menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. (Pasal 33 ayat 1).
  • 41. • Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang- undangan. (Pasal 33 ayat 2) • Laporan pertanggungjawaban keuangan secara tahunan atas pelaksanaan dekonsentrasi oleh gubernur dilampirkan dalam Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD. (Pasal 34 ayat 1). • Penyampaian lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara bersama-bersama atau terpisah dengan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD. (Pasal 34 ayat 2).
  • 42. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN • Pemerintah dapat memberikan tugas pembantuan kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan. (Pasal 35 ayat 1). • Pemerintah provinsi dapat memberikan tugas pembantuan kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan provinsi. Pasal 35 ayat 2). • Pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan tugas pembantuan kepada pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintah kabupaten/kota. (Pasal 35 ayat 3).
  • 43. • Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa merupakan sebagian urusan pemerintahan di luar 6 (enam) urusan yang bersifat mutlak yang menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan Pemerintah. (Pasal 36 ayat 1). • Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari pemerintah provinsi kepada pemerintahkabupaten/kota dan/atau pemerintah desa merupakan merupakan sebagian urusan pemerintahan yang menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan pemerintah provinsi. (Pasal 36 ayat 2). • Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa merupakan sebagian urusan pemerintahan yang menurut peraturan perundang- undangan ditetapkan sebagai urusan pemerintah kabupaten/kota. (Pasal 36 ayat 3).
  • 44. Urusan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan kementrian/lembaga yang sudah ditetapkan dalam Renja-KL yang mengacu pada RKP. (Pasal 37 ayat 1). • Urusan yang dapat ditugaskan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan pemerintah provinsi yang sudah ditetapkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) provinsi yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) provinsi. (Pasal 37 ayat 2). • Urusan yang dapat ditugaskan dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan pemerintah kabupaten/kota yang sudah ditetapkan dalam Renja SKPD kabupaten/kota yang mengacu pada RKPD kabupaten/kota. (Pasal 37 ayat 3) • Urusan yang ditugaskan wajib memperhatikan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi, serta keserasian pembangunan nasional dan wilayah. (Pasal 37 ayat 4).
  • 45. TATA CARA PENUGASAN • Perencanaan program dan kegiatan tugas pembantuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 38 ayat 1). • Perencanaan program dan kegiatan tugas pembantuan harus memperhatikan aspek kewenangan, efisiensi, efektifitas, kemampuan keuangan negara, dan sinkronisasi antara rencana kegiatan tugas pembantuan dengan rencana kegiatan pembangunan daerah. (Pasal 38 ayat 2). • Penyusunan rencanan program dan kegiatan tugas pembantuan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. (Pasal 38 ayat 3).
  • 46. Penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa • Setelah ditetapkannya pagu indikatif, kementerian/lembaga memprakarsai dan merumuskan sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada gubernur atau bupati/walikota, dan/atau kepala desa paling lambat pertengahan bulan Maret untuk tahun anggaran berikutnya. (Pasal 39 ayat 1). • Rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada gubernur atau bupati/walikota, dan/atau kepala desa dituangkan dalam rancangan Renja-KL dan disampaikan kepada menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional sebagai bahan koordinasi dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas). (Pasal 39 ayat 2). • Menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional bersama menteri/pimpinan lembaga melakukan penelaahan rancangan Renja-KL yang memuat rumusan tentang sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan, dan hasilnya akan digunakan sebagai bahan penyusunan Renja-KL dan RKP. (Pasal 39 ayat 3). • Kementerian/lembaga memberitahukan kepada gubernur atau bupati/walikota dan/atau kepala desa mengenai lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan paling lambat pertengahan bulan Juni untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya pagu sementara. (Pasal 39 ayat 4). • Lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga.
  • 47. • Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga disampaikan kepada gubernur atau bupati/walikota dan/atau kepala desa dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional, paling lambat minggu pertama bulan Desember untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat. (Pasal 39 ayat 6).
  • 48. Penugasan Dari Pemerintah Provinsi kepada Kabupaten/Kota dan/atau Desa • Pemerintah provinsi memberitahukan kepada bupati/walikota dan/atau kepala desa mengenai lingkup urusan pemerintahan provinsi yang akan ditugaskan pada tahun anggaran berikutnya segera setelah ditetapkannya Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). (Pasal 40 ayat 1). • Pemberitahuan dilakukan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan serta sinkronisasi antara rencana kegiatan tugas pembantuan dengan rencana kegiatan pembangunan daerah kabupaten/kota dan/atau desa. (Pasal 40 ayat 2). • Pemberitahuan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa dalam menyusun perencanaan dan anggaran daerah. (Pasal 40 ayat 3).
  • 49. • Apabila pemberitahuan DINILAI LAYAK, pemerintah kabupaten/ kota dan/atau pemerintah desa membuat pernyataan menerima untuk melaksanakan penugasan dari pemerintah provinsi. (Pasal 40 ayat 4). • Lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada bupati/walikota dan/atau kepala desa dituangkan dalam bentuk PERATURAN GUBERNUR. (Pasal 40 ayat 5). • Peraturan Gubernur ditetapkan setelah mendapat masukan dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Provinsi. (Pasal 40 ayat 6). • Peraturan Gubernur menjadi dasar dalam pelaksanaan dan pengalokasian anggaran tugas pembantuan provinsi. (Pasal 40 ayat 7).
  • 50. Penugasan Dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa • Pemerintah kabupaten/kota memberitahukan kepada kepala desa mengenai lingkup urusan pemerintahan kabupaten/kota yang akan ditugaskan pada tahun anggaran berikutnya segera setelah ditetapkannya Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). (Pasal 41 ayat 1). • Pemberitahuan dilakukan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan kabupaten atau kota serta sinkronisasi antara rencana kegiatan tugas pembantuan dengan rencana kegiatan pembangunan desa. (Pasal 41 ayat 2). • Pemberitahuan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah desa dalam menyusun perencanaan dan anggaran desa. (Pasal 41 ayat 3).
  • 51. • Apabila pemberitahuan DINILAI LAYAK, pemerintah desa membuat pernyataan menerima untuk melaksanakan penugasan dari pemerintah kabupaten atau kota. (Pasal 41 ayat 4). • Lingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada kepala desa dituangkan dalam bentuk PERATURAN BUPATI/ WALIKOTA. (Pasal 41 ayat 5). • Peraturan Bupati/Walikota ditetapkan setelah mendapat masukan dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan Tugas Pembantuan kabupaten/kota. (Pasal 41 ayat 6). • Peraturan bupati/walikota menjadi dasar dalam pelaksanaan dan pengalokasian anggaran tugas pembantuan labupaten/kota. (Pasal 41 ayat 7).
  • 52. Tata Cara Penyelenggaraan Tugas Pembantuan • Tugas Pembantuan dari Pemerintah Kepada Pemerintah Daerah • Dalam penyelenggaran urusan pemerintahan yang ditugaskan dari Pemerintah, kepala daerah melakukan : a. sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah; b. penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan program dan kegiatan tugas pembantuan; dan c. koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan, dan pelaporan. (Pasal 42 ayat 1).
  • 53. • Kepala daerah membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 42 ayat 2). • Kepala daerah MEMBERITAHUKAN KEPADA DPRD berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 42 ayat 3). • Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), kepala daerah berpedoman pada norma, standar, pedoman, kriteria, dan kebijakan Pemerintah, serta keserasian, kemanfaatan, kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. (Pasal 43).
  • 54. Tugas Pembantuan dari Pemerintah Provinsi Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota • Dalam penyelenggaran urusan pemerintahan yang ditugaskan dari pemerintah provinsi, bupati/walikota melakukan : a. sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah; b. penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan program dan kegiatan tugas pembantuan; dan c. koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan, dan pelaporan. (Pasal 44 ayat 1).
  • 55. Bupati/Walikota membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 44 ayat 2). • Bupati/Walikota MEMBERITAHUKAN KEPADA DPRD berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 44 ayat 3). • Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), kepala daerah berpedoman pada norma, standar, pedoman, kriteria, dan kebijakan Pemerintah, serta keserasian, kemanfaatan, kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. (Pasal 45).
  • 56. Tugas Pembantuan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota Kepada Pemerintah Desa • Kepala desa melakukan persiapan dan koordinasi dengan badan permusyawaratan desa, dan pemerintah kabupaten/kota berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan dari Pemerintah dan/atau pemerintah provinsi. (Pasal 46 ayat 1). • Kepala desa melakukan persiapan dan koordinasi dengan badan permusyawaratan desa dan kecamatan berkaitan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan dari pemerintah kabupaten/kota. (Pasal 46 ayat 2). • Dalam penyelenggaran urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), kepala desa memperhatikan norma, standar, pedoman, kriteria, dan kebijakan Pemerintah atau pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. (Pasal 46 ayat 3). • CAMAT atau dengan sebutan lainnya mengkoordinasikan penyelenggaran tugas pembantuan dari Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditugaskan kepada desa. (Pasal 46 ayat 4).
  • 57. TATA CARA PENGHENTIAN PENUGASAN • Penghentian urusan pemerintahan yang telah ditugaskan dapat dilakukan apabila : a. urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena pemberi penugasan mengubah kebijakan, dan/atau b. pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau c. penerima penugasan mengusulkan untuk dihentikan sebagaian atau seluruhnya. (Pasal 47 ayat 1). * Penghantian tugas pembantuan dari Pemerintah dilakukan melalui penetapan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga, yang tembusannya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 47 ayat 2).
  • 58. • Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga digunakan oleh Menteri Keuangan sebagai dasar pemblokiran dalam dokumen anggaran dan penghentian pencairan dana tugas pembantuan. (Pasal 47 ayat 3). • Apabila dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak diusulkan penghentian penugasan belum ditetapkan Peraturan Menteri/ Pimpinan Lembaga, kepala daerah dan kepala desa dapat menghentikan sementara penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan. (Pasal 47 ayat 4). • Penghentian tugas pembantuan dari pemerintah provinsi dilakukan melalui Keputusan Gubernur setelah mendapat masukan dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Provinsi, dengan tembusan kepada DPRD Provinsi. (Pasal 47 ayat 5).
  • 59. • Penghentian tugas pembantuan dari pemerintah kabupaten atau kota dilakukan melalui Keputusan Bupati/Walikota setelah mendapat masukan dari Tim Koordinasi Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, dengan tembusan kepada DPRD kabupaten/kota. (Pasal 47 ayat 6). • Selama Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga atau Keputusan Gubernur atau Bupati/Walikota belum ditetapkan, penerima penugasan DAPAT menyelenggarakan urusan pemerintahan yang ditugaskan. (Pasal 47 ayat 7).
  • 60. PENGELOLAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN • Prinsip Pendanaan • Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa didanai dari APBN bagian anggaran kementerian/lembaga melalui dana tugas pembantuan sebagaimana diatur dalam PP ini. (Pasal 48 ayat 1). • Urusan pemerintahan yang ditugaskan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa didanai dari APBD provinsi. (Pasal 48 ayat 2). • Urusan pemerintahan yang ditugaskan dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa didanai dari APBD kabupaten/kota. (Pasal 48 ayat 3). • Tata cara pendanaan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri dengan berpedoman pada peraturan perundang- undangan. (Pasal 48 ayat 4).
  • 61. • Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dialokasikan setelah adanya penugasan Pemerintah melalui kementerian/lembaga kepada gubernur atau bupati/walikota dan/atau kepala desa. (Pasal 49 ayat 1). • Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan DIALOKASIKAN UNTUK KEGIATAN YANG BERSIFAT FISIK. (Pasal 49 ayat 2). Penjelasan Pasal 49 ayat 2 : Kegiatan yang bersifat fisik antara lain pengadaan peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, dan kegiatan fisik lain yang menghasilkan keluaran (output) dan menambah nilai aset Pemerintah. Sebagian besar dari pagu dana tugas pembantuan digunakan untuk kegiatan murni fisik, dan sebagian kecil dapat digunakan untuk kegiatan penunjang berupa pengadaan jasa dan penunjang lainnya. Besar kecilnya belanja untuk kegiatan penunjang dimaksud disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-masing kementerian/ lembaga berdasarkan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis, dan efisiensi.
  • 62. Perencanaan dan Penganggaran • Program dan kegiatan kementerian/lembaga yang akan ditugaskan harus sesuai dengan Renja-KL dan RKP. (Pasal 50 ayat 1). • Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan kegiatan yang akan ditugaskan disusun dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah. (Pasal 50 ayat 2).
  • 63. • Penganggaran dana tugas pembantuan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. (Pasal 51 ayat 1). • Pengganggaran dana tugas pembantuan dituangkan dalam penyusunan RKA-KL. (Pasal 51 ayat 2). • RKA-KL yang telah disusun menjadi dasar dalam pembahasan bersama antara kementerian/lembaga dengan komisi terkait di DPR. (Pasal 51 ayat 3). • RKA-KL yang telah disepakati oleh komisi terkait di DPR disampaikan kepada Menteri Keuangan dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional untuk dilakukan penelahaan. (Pasal 51 ayat 4). • Hssil penelahaan RKA-KL ditetapkan menjadi Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK). (Pasal 51 ayat 5). • RKA-KL yang telah ditetapkan menjadi SAPSK disampaikan kepada kementerian/lembaga. (Pasal 51 ayat 6).
  • 64. • Kementerian/lembaga menyampaikan RKA-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (6) kepada gubernur atau bupati/walikota untuk diberitahukan kepada DPRD provinsi atau kabupaten/ kota pada saat pembahasan RAPBD. (Pasal 51 ayat 7). • Setelah menerima RKA-KL, gubernur atau bupati/walikota menyampaikan usulan pejabat pengelola keuangan tugas pembantuan untuk ditetapkan oleh kementerian/lembaga. (Pasal 51 ayat 8). • Tata cara penyusunan RKA-KL mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 51 ayat 9).
  • 65. • RKA-KL yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (6) menjadi dasar dalam penyusunan DIPA. (Pasal 52 ayat 1). • Tata cara penyusunan dan pengesahan DIPA mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 52 ayat 2). • Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (5) serta RKA-KL dan DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) digunakan oleh Menteri Keuangan sebagai bahan pemantauan dan evaluasi dana tugas pembantuan, serta perumusan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional. (Pasal 53).
  • 66. Penyaluran dan Pelaksanaan • Penyaluran dana tugas pembantuan dilakukan oleh KUASA BENDAHARA UMUM NEGARA melalui REKENING KAS UMUM NEGARA. (Pasal 54 ayat 1). • Tata cara penyaluran dana tugas pembantuan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 54 ayat 2). • Penerimaan sebagai akibat pelaksanaan tugas pembantuan merupakan penerimaan negara dan WAJIB DISETOR oleh Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran ke rekening Kas Umum Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 55 ayat 1). • Dalam hal pelaksanaan tugas pembantuan terdapat saldo kas pada akhir tahun anggaran, saldo tersebut HARUS DISETOR ke rekening Kas Umum Negara. (Pasal 55 ayat 2).
  • 67. Pengelolaan Barang Milik Negara Hasil Pelaksanaan Tugas Pembantuan • SEMUA BARANG yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan dana tugas pembantuan merupakan barang milik negara. (Pasal 56 ayat 1). • SKPD melakukan penatausahaan barang milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 56 ayat 2). • Barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1), DAPAT dihibahkan kepada daerah. (Pasal 57 ayat 1). • Dalam hal barang dihibahkan kepada daerah, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan oleh pemerintah provinsi atau kabupaten/kota sebagai barang milik daerah. (Pasal 57 ayat 2).
  • 68. • Penghibahan, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2), merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan barang milik negara/daerah. (Pasal 58 ayat 1). • Tata cara pengelolaan barang milik negara serta pengendalian dan pengawasannya, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 58 ayat 2).
  • 69. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN TUGAS PEMBANTUAN • Pertanggungjawaban dan pelaporan tugas pembantuan mencakup ASPEK MANAJERIAL dan ASPEK AKUNTABILITAS. (Pasal 59 ayat 1). • Aspek Manajerial terdiri dari perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut. (Pasal 59 ayat 2). • Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan barang. (Pasal 59 ayat 3).
  • 70. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan dari Pemerintah Kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten, atau Kota • Kepala SKPD provinsi atau kabupaten/kota bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas pembantuan. (Pasal 60 ayat 1). • Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas pembantuan dilakukan dengan tahapan : a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur melalui SKPD yang membidangi perencanaan dan kepada kementerian/lembaga pemebri dana tugas pembantuan.
  • 71. b. Kepala SKPD kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada kabupaten/kota melalui SKPD yang membidangi perencanaan dan kepada kementerian/lembaga pemberi dana tugas pembantuan dan menyampaikan tembusan kepada SKPD provinsi yang tugas dan kewenangannya sama; c. Gubernur menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan untuk menggabungkan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. d. Bupati/walikota menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan untuk menggabungkan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur melalui SKPD provinsi yang membidangi perencanaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 60 ayat 2).
  • 72. • Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 60 ayat 3). • Bentuk dan isi laporan pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan berpedoman pada peraturan perundang- undangan. (Pasal 60 ayat 4).
  • 73. Tugas Pembantuan Dari Pemerintah Kepada Pemerintah Desa • Kegiatan tugas pembantuan dilaksanakan oleh kepala desa. (Pasal 61 ayat 1). • Kepala desa bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas pembantuan. (Pasal 61 ayat 2). • Pelaporan kegiatan tugas pembantuan dikoordinasikan oleh SKPD kabupaten/kota yang membidangi pemerintahan desa. (Pasal 61 ayat 3).
  • 74. • Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas pembantuan dilakukan dengan tahapan : a. Kepala desa menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada SKPD kabupaten/kota. b. Kepala SKPD kabupaten/kota menghimpun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada bupati/walikota melalui SKPD yang membidangi perencanaan;
  • 75. c. Bupati/walikota menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada kementeria/lembaga pemberi dana tugas pembantuan dan menyampaikan tembusan kepada gubernur; d. Gubernur menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan untuk menggabungkan laporan dari bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada huruf c dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional.
  • 76. • Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dan huruf d digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 61 ayat 5). • Bentuk dan isi laporan pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan berpedoman pada peraturan perundang- undangan. (Pasal 61 ayat 6).
  • 77. Tugas Pembantuan Provinsi Kepada Pemerintah Kabupaten/kota • Kegiatan tugas pembantuan provinsi dilaksanakan oleh SKPD kabupaten/kota yang ditetapkan oleh bupati/walikota. (Pasal 62 ayat 1). • Kepala SKPD kabupaten/kota bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas pembantuan provinsi. (Pasal 62 ayat 2).
  • 78. • Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas pembantuan provinsi dilakukan dengan tahapan : a. Kepala SKPD kabupaten/kota menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada bupati/walikota melalui SKPD yang membidangi perencanaan; * Bupati/walikota menugaskan SKPD yang membidangi perencanaan untuk menggabungkan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur melalui SKPD provinsi yang membidangi perencanaan. (Pasal 62 ayat 2).
  • 79. * Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 62 ayat 4). • Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Pasal 62 ayat 5).
  • 80. Tugas Pembantuan Provinsi Kepada Pemerintah Desa • Kegiatan tugas pembantuan provinsi kepada pemerintah desa dilaksanakan oleh kepala desa. (Pasal 63 ayat 1). • Kepala desa bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas pembantuan provinsi. (Pasal 63 ayat 2). • Pelaporan kegiatan tugas pembantuan provinsi dikoordinasikan oleh SKPD kabupaten/kota yang membidangi pemerintahan desa. (Pasal 63 ayat 3).
  • 81. Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas pembantuan dilakukan dengan tahapan : a. Kepala desa menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada SKPD kabupaten atau kota. b. Kepala SKPD kabupaten/kota menghimpun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada bupati/walikota melalui SKPD yang membidangi perencanaan; c. Bupati/walikota menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur. (Pasal 63 ayat 4).
  • 82. * Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 63 ayat 5). • Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Pasal 63 ayat 6).
  • 83. Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Kepada Pemerintah Desa • Kegiatan tugas pembantuan kabupaten/kota kepada pemerintah desa dilaksanakan oleh kepala desa. (Pasal 64 ayat 1). • Kepala desa bertanggung jawab atas pelaporan kegiatan tugas pembantuan kabupaten atau kota . (Pasal 64 ayat 2). • Pelaporan kegiatan tugas pembantuan kabupaten/kota dikoordinasikan oleh SKPD kabupaten/kota yang membidangi pemerintahan desa. (Pasal 64 ayat 3).
  • 84. • Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan tugas pembantuan dilakukan dengan tahapan : a. Kepala desa menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada SKPD kabupaten atau kota. b. Kepala SKPD kabupaten/kota menghimpun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada bupati/walikota melalui SKPD yang membidangi perencanaan; (Pasal 64 ayat 4).
  • 85. * Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan, pengendalian, dan evaluasi. (Pasal 63 ayat 5). • Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. (Pasal 64 ayat 6).
  • 86. Pengelolaan Dana • Kepala SKPD provinsi atau kabupaten/kota selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang tugas pembantuan bertanggung jawab atas pelaksanaan dana tugas pembantuan. (Pasal 65 ayat 1). • Kepala SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang wajib menyelenggarakan akuntasi dan bertanggung jawab terhadap penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang. (Pasal 65 ayat 2). • Penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan dilakukan secara terpisah dari penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan dekonsentrasi dan desentralisasi. (Pasal 65 ayat 3). • Penatausahaan keuangan dan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diselenggarakan oleh SKPD provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 65 ayat 4).
  • 87. Penyusunan dan penyampaian laporan pertangungjawaban keuangan dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) dilakukan dengan tahapan : a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan atas nama gubernur menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada menteri/pimpinan lembaga pemberi dana tugas pembantuan dengan tembusan kepada SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah; b. Kepala SKPD kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan atas nama bupati/walikota menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada menteri/pimpinan lembaga pemberi dana tugas pembantuan dengan tembusan kepada SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
  • 88. • Gubernur menggabungkan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang atas pelaksanaan dana tugas pembantuan dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berkahirnya tahun anggaran kepada Menteri Keuangan. • Bupati/walikota menggabungkan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang atas pelaksanaan dana tugas pembantuan dan menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berkahirnya tahun anggaran kepada Menteri Keuangan, dengan tembusan kepada gubernur. • Menteri/pimpinan lemabag yang mengalokasikan dana tugas pembantuan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. (Pasal 66 ayat 1). • Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang- undangan. (Pasal 66 ayat 2).
  • 89. • Laporan pertangungjawaban keuangan dan barang atas pelaksanaan tugas pembantuan setiap berakhirnya tahun anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) butir c dan d dilampirkan dalam Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD. (Pasal 67 ayat 1). • Penyampaian lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara bersama-sama atau terpisah dengan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. (Pasal 67 ayat 2).
  • 90. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Dekonsentrasi * Menteri/pimpinan lembaga melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur (Pasal 68 ayat 1). • Gubernur selaku penerima pelimpahan urusan pemerintahan dan Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Provinsi. (Pasal 68 ayat 2). • Pembinaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan dekonsentrasi (Pasal 68 ayat 3). • Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan dekonsentrasi. (Psl 68 ayat 4).
  • 91. • Menteri keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat 1). • Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi koordinasi, pemberian pedoman, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat 2). • Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat 3). • Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi pengelolaan dana dekonsentrasi. (Pasal 69 ayat 4).
  • 92. Tugas Pembantuan • Menteri/pimpinan lembaga melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada gubernur atau bupati/walikota. (Pasal 70 ayat 1). • Gubernur atau bupati/walikota selaku penerima penugasan urusan pemerintahan dari Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan tugas pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD. (Psal 70 ayat 2). • Pembinaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman, standar, fasilitasi, dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan tugas pembantuan. (Pasal 70 ayat 3). • Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan tugas pembantuan. (Pasal 70 ayat 4).
  • 93. • Menteri keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan dana tugas pembantuan. (Pasal 71 ayat 1). • Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi koordinasi, pemberian pedoman, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas pengelolaan dana tugas pembantuan. (Pasal 71 ayat 2). • Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan dana tgas pembantuan. (Pasal 71 ayat 3). • Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi pengelolaan dana tugas pembantuan. (Pasal 71 ayat 4).
  • 94. Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan • Dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan dan pengelolaan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, menteri/pimpinan lembaga melakukan koordinasi bersama dengan Menteri Kusangan dan Menteri Dalam Negeri terhadap pelaksanaan pembinaan dan pengawasan. (Pasal 72 ayat 1). • Hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (Pasal 72 ayat 2). • Pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan kegiatan dan pengelolaan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. (Pasal 73).
  • 95. PEMERIKSAAN • Pemeriksaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. (Pasal 74 ayat 1). • Pemeriksaan keuangan berupa pemeriksaan atas laporan keuangan. (Pasal 74 ayat 2). • Pemeriksaan kinerja berupa pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri dari pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi serta aspek efektivitas. (Pasal 74 ayat 3). • Pemeriksaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh unit pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern Pemerintah. (Pasal 74 ayat 4).
  • 96. • Pemeriksaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh unit pemeriksa internal kementerian/lembaga dan/atau unit pemeriksa eksternal Pemerintah. (Pasal74 ayat 5). • Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan untuk tujuan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (Pasal 74 ayat 6).
  • 97. SANKSI • SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat dikenai sanksi berupa : a. penundaan pencairan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk triwulan berikutnya, atau b. penghentian alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan utk tahun anggaran berikutnya. (Psl 75 ayat 1). • Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud dalam PP ini.(Pasal 75 ayat 2). • Ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 75 ayat 3).
  • 98. KETENTUAN PERALIHAN • Sebagian dari anggaran kementerian/lembaga yang digunakan untuk mendanai urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan daerah, dialihkan menjadi DANA ALOKASI KHUSUS. (Pasal 76 ayat 1). • Dalam rangka pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri/pimpinan lembaga, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi perencanaan pembangunan nasional terlebih dahulu melakukan identifikasi dan pemilahan atas program dan kegiatan yang akan didanai dari bagian anggaran kementerian/ lembaga. (Pasal 76 ayat 2). • Identifikasi dan pemilahan atas program dan kegiatan dilakukan pada saat penyusunan Renja-KL. (Pasal 76 ayat 3).
  • 99. • Berdasarkan hasil identifikasi dan pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) kementerian/lembaga mengajukan usulan besaran bagian anggaran kementerian/lembaga yang akan dialihkan menjadi Dana Alokasi Kusus kepada Menteri Keuangan. (Pasal 77 ayat 1). • Menteri Keuangan melakukan penetapan besaran bagian anggaran kementerian/lembaga yang akan dialihkan menjadi Dana Alokasi Khusus. (Pasal 77 ayat 2). • Pengalihan besaran bagian anggaran kementerian/lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara bertahap sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan. (Pasal 77 ayat 3). • Program dan kegiatan kementerian/lembaga yang menurut peraturan perundang-undangan telah ditetapkan sebagai urusan Pemerintah dan dilaksanakan berdasarkan asas dekonsentrasi/tugas pembantuan, pendanaannya wajib mengikuti ketentuan yang telah diatur dalam PP ini. {Psl 77 (4)}
  • 100. KETENTUAN PENUTUP • Pada saat berlakunya PP ini, maka : 1. PP Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (LNRI Tahun 2000 Nomor 200, dan TLNRI Nomor 4023); 2. PP Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (LNRI Tahun 2001 Nomor 62, dan TLNRI Nomor 4095); dan 3. PP Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan (LNRI Tahun 2001 Nomor 77,dan TLNRI Nomor 4106); DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU. (Psl 78).
  • 101. • Ketentuanlebih lanjut mengenai pedoman pengelolaan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan diatur dengan PERATURAN MENTERI KEUANGAN. (Pasal 79). • Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan dekonsentrasi, penyelenggaraan tugas pembantuan, serta pendanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan wajib mendasatkan dan menyesuaikan pengaturannya dengan PP ini. (Pasal 80). • PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PP ini dengan penempatannya dalam LNRI. (Psl 81). • DITETAPKAN DI JAKARTA PADA TANGGAL 4 FEBRUARI 2008.