Peraturan Menteri Dalam Negeri ini membahas perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa. Perubahan tersebut meliputi pengaturan interval waktu pemilihan kepala desa secara bergelombang, tugas panitia pemilihan tingkat kabupaten/kota, persyaratan calon kepala desa, penetapan calon terpilih, serta pengaturan pemilihan kepala desa antar waktu melalui m
Berikut Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk Kegiatan pelaksanaan pembangunan sarana prasarana Desa Wlahar Wetan pada Tahun Anggaran 2015, semoga pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan lancar dan hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat desa Wlahar Wetan
TATA CARA PENGAJUAN HIBAH DAN PENERBITAN NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH (NPHD)
Dalam penyelenggaraan Pilkada, Panwas Kab/Kota menerima hibah langsung dari Pemerintah Kab/Kota sehingga diperlukan pengaturan tambahan karena kedudukan Panwas bersifat ad hoc (panitia) bukan lembaga tetap (satuan kerja) sehingga secara normatif tidak dapat ditunjuk sebagai KPA
Berikut Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk Kegiatan pelaksanaan pembangunan sarana prasarana Desa Wlahar Wetan pada Tahun Anggaran 2015, semoga pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan lancar dan hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat desa Wlahar Wetan
TATA CARA PENGAJUAN HIBAH DAN PENERBITAN NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH (NPHD)
Dalam penyelenggaraan Pilkada, Panwas Kab/Kota menerima hibah langsung dari Pemerintah Kab/Kota sehingga diperlukan pengaturan tambahan karena kedudukan Panwas bersifat ad hoc (panitia) bukan lembaga tetap (satuan kerja) sehingga secara normatif tidak dapat ditunjuk sebagai KPA
Pemilihan kepala desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah perlu diubah untuk memperkuat peran dan kapasitas inspektorat Daerah agar lebih independen dan obyektif dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme serta meningkatkan efektivitas, profesionalisme, dan kinerja pelayanan rumah sakit Daerah
SURAT EDARAN BKN NOMOR 3/SE/VIII/l2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN BKN ...Yudhi Aldriand
menjadi pedoman bagi Instansi Pemerintah dalam melakukan mutasi; dan menentukan kewenangan pemberian pertimbangan teknis mutasi dan penetapan keputusan mutasi
untuk melaksanakan ketentuan Pasal I97 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2OI7 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, perlu menetapkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara tentang Tata Cara Pelaksanaan Mutasi
PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUB...Yudhi Aldriand
Pedoman Umum Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 ini diharapkan menjadi arah kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa yang dibiayai dengan Dana Desa.
Surat Kepala BKN Nomor :.26-30/V-119-2/99 Tanggal 3 Oktober 2017 Perihal Bata...Yudhi Aldriand
Batas Usia Pensiun bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional sesuai Pasal 239, Pasal 240, Pasal 354, dan Pasal 355 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 79 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, perlu menetapkan Peraturan
Permenkeu nomor 128 pmk.02-2016 tentang persyaratan dan besar manfaat tabunga...Yudhi Aldriand
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2013
Permen no.1 th 2016 tentang pengelolaan aset desaYudhi Aldriand
Pengelolaan Aset Desa merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian aset Desa
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...Yudhi Aldriand
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 huruf a, huruf b, huruf d, dan huruf e Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak
Wajib Pajak yang berhak mendapatkan Pengampunan Pajak adalah Wajib Pajak yang mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Dalam hal Wajib Pajak belum mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak, Wajib Pajak harus mendaftarkan diri terlebih dahulu untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak di kantor Direkorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan.
Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa disusun dengan maksud untuk dijadikan panduan sekaligus referensi bagi Perwakilan BPKP sebagai pengemban amanat dalam peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan desa dan pemerintah daerah yang mempunyai peran dalam memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah desa
Uu 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahanYudhi Aldriand
Tugas pemerintahan untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tugas tersebut merupakan tugas yang sangat luas. Begitu luasnya cakupan tugas Administrasi Pemerintahan sehingga diperlukan peraturan yang dapat mengarahkan penyelenggaraan Pemerintahan menjadi lebih sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat (citizen friendly), guna memberikan landasan dan pedoman bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
Permendagri NO.65 th_2017 Tentang Perubahan atas Permendagri No 112 Tahun 2014 Tentang PILKADES
1. MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG
PEMILIHAN KEPALA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Putusan Mahkamah
Konstitusi dalam perkara Nomor 128/PUU-XIII/2015,
ketentuan Pasal 33 huruf g Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa dinyatakan bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat sehingga berimplikasi hukum dalam
penyelenggaraan pemilihan kepala Desa;
b. bahwa untuk menyesuaikan dinamika perkembangan
peraturan perundang-undangan dan kebutuhan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa maka Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa perlu diubah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 tentang
Pemilihan Kepala Desa;
SALINAN
2. - 2 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016
tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA.
3. - 3 -
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092)
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan ayat (3) Pasal 4 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 4
(1) Pemilihan kepala Desa secara bergelombang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat
dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a. pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan
kepala Desa di wilayah kabupaten/kota;
b. kemampuan keuangan daerah; dan/atau
c. ketersediaan pegawai negeri sipil di lingkungan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang
memenuhi persyaratan sebagai penjabat kepala
Desa.
(2) Pemilihan kepala Desa secara bergelombang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6
(enam) tahun.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Interval waktu
pemilihan kepala Desa secara bergelombang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati/Wali Kota.
2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 5
(1) Bupati/wali kota membentuk panitia pemilihan di
kabupaten/kota yang ditetapkan dengan keputusan
bupati/wali kota.
(2) Tugas panitia pemilihan di kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
4. - 4 -
a. merencanakan, mengkoordinasikan dan
menyelenggarakan semua tahapan pelaksanaan
pemilihan tingkat kabupaten/kota;
b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan
pemilihan kepala Desa terhadap panitia pemilihan
kepala Desa tingkat Desa;
c. menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;
d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan
pembuatan kotak suara serta perlengkapan
pemilihan lainnya;
e. menyampaikan surat suara dan kotak suara dan
perlengkapan pemilihan lainnya kepada panitia
pemilihan;
f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan
kepala Desa tingkat kabupaten/kota;
g. melakukan pengawasan penyelenggaraan pemilihan
kepala Desa dan melaporkan serta membuat
rekomendasi kepada bupati/wali kota; dan
h. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pemilihan.
(3) Tugas panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c, huruf d dan huruf e pelaksanaanya
dapat ditugaskan kepada Desa yang diatur dengan
Peraturan Bupati/Wali Kota.
3. Ketentuan huruf g Pasal 21 dihapus, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 21
Calon kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan pancasila,
melaksanakan undang-undang dasar negara republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
5. - 5 -
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah
pertama atau sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada
saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa;
g. dihapus;
h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai
menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara
jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai
pelaku kejahatan berulang-ulang;
j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
k. berbadan sehat;
l. tidak pernah sebagai kepala Desa selama 3 (tiga) kali
masa jabatan; dan
m. syarat lain yang diatur dalam peraturan Daerah.
4. Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 42
(1) Calon kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak
dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai calon kepala
Desa terpilih.
(2) Dalam hal calon kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak lebih dari 1 (satu) orang, calon terpilih
ditetapkan berdasarkan wilayah perolehan suara sah
yang lebih luas.
6. - 6 -
(3) Pelaksanaan perolehan suara sah yang lebih luas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
peraturan bupati/wali kota.
5. Di antara BAB IV dan BAB V disisipkan 1 (satu) BAB yaitu
BAB IVA dan 6 (enam) Pasal baru yakni Pasal 47A, Pasal
47B, Pasal 47C, Pasal 47D, dan Pasal 47E sehingga
berbunyi sebagai berikut:
BAB IVA
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU MELALUI
MUSYAWARAH DESA
Pasal 47A
(1) Kepala Desa yang berhenti dan/atau diberhentikan
dengan sisa masa jabatan lebih dari satu tahun,
bupati/wali kota mengangkat PNS dari pemerintah
daerah kabupaten/kota sebagai penjabat kepala Desa
sampai dengan ditetapkan kepala Desa antar waktu
hasil musyawarah Desa.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak
kepala Desa diberhentikan.
(3) Masa jabatan kepala Desa yang ditetapkan melalui
musyawarah Desa terhitung sejak tanggal pelantikan
sampai dengan habis sisa masa jabatan kepala Desa
yang diberhentikan.
Pasal 47B
(1) BPD membentuk panitia pemilihan kepala Desa antar
waktu.
(2) Pembentukan panitia pemilihan kepala Desa antar
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan pimpinan BPD.
(3) Panitia pemilihan kepala Desa antar waktu terdiri atas
perangkat Desa dan unsur masyarakat.
7. - 7 -
(4) Panitia pemilihan kepala Desa antar waktu
sebagaimana dimaksud ayat (3), jumlahnya
disesuaikan dengan beban tugas dan kemampuan
anggaran pendapatan belanja Desa.
(5) Panitia pemilihan kepala Desa antar waktu
sebagaimana dimaksud ayat (4) bertanggungjawab
kepada pimpinan BPD.
Pasal 47C
(1) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
47B ayat (3) melakukan penjaringan dan penyaringan
bakal calon kepala Desa antar waktu.
(2) Penyaringan bakal calon kepala Desa menjadi calon
kepala Desa ditetapkan paling sedikit 2 (dua) orang
calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon.
(3) Dalam hal jumlah calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang memenuhi persyaratan lebih dari 3 (tiga)
orang, panitia melakukan seleksi tambahan.
(4) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri atas:
a. memiliki pengalaman mengenai pemerintahan
Desa;
b. tingkat pendidikan; dan/atau
c. persyaratan lain yang ditetapkan bupati/wali kota.
(4) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan kurang
dari 2 (dua) orang, panitia pemilihan memperpanjang
waktu pendaftaran selama 7 (tujuh) hari.
(5) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan tetap
kurang dari 2 (dua) orang setelah perpanjangan waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), BPD menunda
pelaksanaan musyawarah Desa pemilihan kepala Desa
sampai dengan waktu yang ditetapkan oleh BPD.
Pasal 47D
(1) Pemilihan kepala Desa antar waktu dilaksanakan
melalui tahapan:
a. persiapan;
8. - 8 -
b. pelaksanaan; dan
c. pelaporan.
(2) Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. pembentukan panitia pemilihan kepala Desa antar
waktu oleh BPD paling lama dalam jangka waktu
15 (lima belas) hari terhitung sejak kepala Desa
diberhentikan;
b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa oleh panitia
pemilihan kepada penjabat kepala Desa paling
lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak panitia terbentuk;
c. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh
penjabat kepala Desa paling lama dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diajukan
oleh panitia pemilihan;
d. pengumuman dan pendaftaran bakal calon kepala
Desa oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 15
(lima belas) Hari;
e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi
bakal calon oleh panitia pemilihan dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari; dan
f. penetapan calon kepala Desa antar waktu oleh
panitia pemilihan paling sedikit 2 (dua) orang calon
dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang
dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk
ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam
musyawarah Desa.
(3) Tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh
Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya
dilakukan oleh panitia pemilihan;
9. - 9 -
b. pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih
oleh musyawarah Desa melalui musyawarah
mufakat atau melalui pemungutan suara;
c. pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh
panitia pemilihan dan peserta musyawarah Desa
melalui mekanisme musyawarah mufakat atau
melalui pemungutan suara yang telah disepakati
oleh musyawarah Desa;
d. pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh
panitia pemilihan kepada musyawarah Desa; dan
e. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa.
(4) Peserta musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c melibatkan unsur masyarakat.
(5) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) berasal dari:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan
anak;
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin; atau
k. unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat.
(6) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf k diwakili paling banyak 5 (lima) orang dari
setiap dusun atau sebutan lain.
(7) Jumlah peserta musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dibahas dan
disepakati bersama BPD dan pemerintah Desa dengan
memperhatikan jumlah penduduk yang mempunyai
hak pilih di Desa yang ditetapkan dengan keputusan
BPD.
10. - 10 -
(8) Tahapan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi:
a. pelaporan hasil pemilihan kepala Desa melalui
musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari setelah musyawarah Desa
mengesahkan calon kepala Desa terpilih;
b. pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil
musyawarah Desa oleh ketua BPD kepada
bupati/wali kota paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah menerima laporan dari panitia pemilihan;
c. penerbitan keputusan bupati/wali kota tentang
pengesahan pengangkatan calon kepala Desa
terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya laporan dari BPD; dan
d. pelantikan kepala Desa oleh bupati/wali kota
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan
keputusan pengesahan pengangkatan calon kepala
Desa terpilih dengan urutan acara pelantikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(9) Tahapan pelaksanaan pemilihan kepala Desa antar
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) dapat dipersingkat dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas yang
pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Bupati/
Wali Kota.
Pasal 47E
(1) BPD menyampaikan laporan calon kepala Desa terpilih
hasil musyawarah Desa kepada bupati/wali kota.
(2) Bupati/wali kota mengesahkan calon kepala Desa
terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
keputusan bupati/wali kota.
(3) Bupati/wali kota wajib melantik calon kepala Desa
terpilih sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
11. - 11 -
6. Ketentuan Pasal 48 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 48
(1) Biaya pemilihan kepala Desa dan tugas panitia
pemilihan kabupaten/kota yang pelaksanaannya
ditugaskan kepada Desa dibebankan pada APBD.
(2) Pemilihan kepala Desa antar waktu melalui
musyawarah Desa dibebankan pada APBDesa.
7. Ketentuan Pasal 49 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 49
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemilihan
kepala Desa serentak dan antar waktu diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
12. - 12 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Agustus 2017
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TJAHJO KUMOLO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 September 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 1221.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,
ttd
WIDODO SIGIT PUDJIANTO
Pembina Utama Madya (IV/d)
NIP. 19590203 198903 1 001.