Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan demam pada umumnya dengan menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, pola, dan diagnosis beberapa jenis demam seperti demam tifoid, demam dengue, dan malaria."
2. DEFINISI DEMAM
Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi
suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan
peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus.
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,50 -37,20C.
Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah
rectal temperature ≥ 38,00 C atau oral temperature
≥37,50 C atau axillary temperature ≥37,20 C.
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non
infeksi berinteraksi dengan mekanisme pertahanan
hospes.
3. ETIOLOGI
Infeksi : infeksi bakteri, virus, ataupun parasit.
Bakteri : pneumonia, bronkitis, bakterial gastroenteritis, osteomyelitis,
appendicitis, tuberculosis, sepsis, bakteremia, infeksi saluran kemih,
meningitis, dan lain-lain.
Virus : influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya.
Parasit : malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.
Non infeksi :
faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,
keadaan tumbuh gigi, dan lain-lain).
penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis,
dan lain-lain)
keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dan lain-
lain)
pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin.
pada anak-anak dapat mengalami demam karena efek samping dari
pemberian imunisasi selama ± 1-10 hari.
5. POLA DEMAM
1. Demam Kontinyu
peningkatan suhu tubuh yang terus-menerus dan
memiliki fluktuasi yang tidak lebih dari 1o C.
6. POLA DEMAM
2. Demam Remiten
penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal
dengan fluktuasi melebihi 2o C. Variasi diurnal biasanya
terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses
infeksi.
7. POLA DEMAM
3. Demam Intermiten
peningkatan suhunya terjadi pada waktu tertentu dan
kemudian kembali ke suhu normal, kemudian meningkat
kembali. Siklus tersebur berulang-ulang hingga akhirnya
demam teratasi, dengan variasi suhu diurnal >10 C.
a) Demam quotidian : demam dengan periodisitas
siklus setiap 24 jam, khas pada malaria falciparum
8. POLA DEMAM
b) Demam tertian : demam dengan periodisitas siklus
setiap 48 jam, khas pada malaria tertian
(Plasmodium vivax).
9. POLA DEMAM
c) Demam quartan : demam dengan periodisitas
siklus setiap 72 jam, khas pada malaria kuartana
(Plasmodium malariae).
10. POLA DEMAM
4. Demam Septik
tipe demam ini suhu badan berangsur naik ke tingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke
tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat.
5. Demam Bifasik
menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam
yang berbeda
12. • Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi.
Definisi
• S. Typhi bakteri gram negatif yang tidak
berkapsul, mempunyai flagella.
• Ada beberapa spesies lain paratifi A,
paratifi B, dan paratifi C
• Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapisan luar dinding sel yang
dinamakan endotoksin.
Etiologi
14. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas demam tifoid
berlangsung antara 10-14
hari
Gejalanya asimtomatik
Minggu pertama :
Demam meningkat
perlahan-lahan t.u sore
hingga malam hari
Nyeri kepala, pusing
Nyeri otot
Anoreksia, mual, muntah
Obstipasi atau diare
Perasaan tidak enak di
perut
Minggu kedua :
Demam
Bradikardi relatif
Lidah kotor, tepi ujung
hiperemi dan tremor
Hepatomegali
Splenomegali
Meteorismus
Penurunan kesadaran
15. DIAGNOSIS
Anamnesis
Masa inkubasi 10-14
hari
Keluhan utama demam
yg diderita ± 5-7 hari
yang tidak membaik
dengan antipiretik
Demam makin naik tiap
hari t.u sore dan malam
hari
Badan lemah, nyeri
kepala, pusing, nyeri
otot
Perasaan tidak enak di
perut
Obstipasi dan kadang-
kadang diare
Mual, muntah
Kebiasaan makan dan
minum.
16. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Penderita nampak lesu,
letih, wajah kosong
Demam bradikardi relatif
Tifoid tongue
Rose spots
Meteorismus, kembung
Hepatomegali
Splenomegali
Pemeriksaan Penunjang
Leukositosis
Netropeni
Limfositosis
Anemia ringan
Trombositopenia
LED meningkat
SGOT/SGPT meningkat
Uji Widal : titer O widal I
1/320 atau titer O widal II
naik 4 kali lipat.
Tes Dipstick : IgM (+)
demam tifoid akut, IgG (+)
relaps.
18. • Demam Dengue : penyakit yang t.u terdapat pada anak
dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda
klinis berupa demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai leucopenia, dengan atau tanpa ruam, dan
limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat,
nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa
mengecap, trombositopenia ringan, dan ptekie spontan.
• Demam berdarah dengue : penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah 2 hari
pertama.
• Sindroma renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome) :
penyakit demam berdarah dengue yang disertai
renjatan/syok.
Definisi
• DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
Etiologi
19. PATOFISIOLOGI
Gigitan nyamuk aedes aegypti
Virus berkembang biak dlm
retikuloendotel sistem (RES)
viremia
Membentuk kompleks virus
antibodi
Agregasi trombosit
Aktivasi koagulasi
Aktivasi komplemen
Penghancuran
trombosit o/ RES
Trombositopenia Aktivasi faktor XII
(faktor hagemen)
Permeabilitas dinding
p.d me↑
Kebocoran plasma
Syok hipovolemia
DSS
Anoksia jaringan
Metabolisme
anaerob
Asidosis
metabolik
KEMATIAN
20. MANIFESTASI KLINIS
Asimtomatik
Pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,
diikuti oleh fase kritis 2-3 hari
Pada fase kritis pasien tidak demam tapi
mempunyai risiko untuk terjadinya renjatan/ syok.
21. DIAGNOSIS
Kriteria klinis Demam Dengue :
Suhu badan yang tiba-tiba meninggi
Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
Kurva demam yang menyerupai pelana kuda
Nyeri tekan terutama di otot-otot dan persendian
Adanya ruam-ruam pada kulit (ptekie)
Leukopenia
22. DIAGNOSIS
Kriteria klinis DBD menurut WHO 1997 :
Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari,
kemudian turun. Demam disertai gejala tidak
spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada
punggung, tulang, persendian, dan kepala.
Manifestasi perdarahan, seperti uji tourniquet
positif, ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.
Pembesaran hati (hepatomegali)
Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi
pada saat demam biasanya mempunyai prognosis
yang buruk.
Kenaikan nilai hematokrit/ hemokonsentrasi, yaitu
sedikitnya >20%.
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura,
asites atau hipoproteinemia.
23. DERAJAT BERATNYA DBD SECARA KLINIS
DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau
lebih tanda : sakit kepala,
nyeri retro-orbital, mialgia,
artralgia
Leukopenia,
trombositopenia, tidak
ditemukan kebocoran
plasma
Serologi
Dengue
positif
DBD I Gejala diatas ditambah uji
bending positif
Trombositopenia
(<100.000/µl), bukti ada
kebocoran plasma
Serologi
Dengue
positif
DBD II Gejala diatas ditambah
perdarahan spontan
Trombositopenia
(<100.000/µl), bukti ada
kebocoran plasma
Serologi
Dengue
positif
DBD III Gejala diatas ditambah
kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lembab serta
gelisah)
Trombositopenia
(<100.000/µl), bukti ada
kebocoran plasma
Serologi
Dengue
positif
DBD IV Syok berat disertai dengan
tekanan darah dan nadi
tidak terukur
Trombositopenia
(<100.000/µl), bukti ada
kebocoran plasma
Serologi
Dengue
positif
25. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan
oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut ataupun kronik.
Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat. (Paul, 2009)
26. 26
ETIOLOGI
Plasmodium parasit (protozoa)
Hidup dalam organ dan pembuluh darah
manusia
Empat spesies penyebab penyakit pada
manusia dgn manifestasi klinis berbeda
Plasmodium vivax malaria tertiana
Plasmodium falciparum malaria tropikana
Plasmodium malariae malaria kuartana
Plasmodium ovale malaria ovale
28. PATOGENESIS MALARIA
Patogenesis malaria ada 2 cara, yaitu :
Alami, melalui gigitan nyamuk ke manusia.
Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit
masuk ke dalam darah manusia melalui
transfuse, suntikan, atau pada bayi baru lahir
melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).
29. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas
P. vivax dan falciparum antara 10-14 hari
P. malariae antara 18 hari sampai 6 minggu
Pada masa prodormal gejala tidak khas : menggigil, demam,
nyeri kepala, nyeri otot (terutama punggung), nafsu makan
menurun, dan cepat lelah.
Gejala khas : serangan berulang paroksismal dari rangkaian
gejala menggigil-demam-berkeringat
Serangan Demam
P. vivax : terjadi tiap hari ketiga (malaria tertiana),
P. falciparum : <48 jam (malaria tropika/ subtertiana)
P. malariae : tiap 72 jam (malaria kuartana).
Gejala-gejala lain : ikterus, anemia, splenomegali, hipotensi
postural, urobilinuria, dan kadang-kadang diare.
30. DIAGNOSIS
Anamnesis :
Penderita baru bepergian ke daerah endemis malaria.
Adanya rangkaian gejala : menggigil, demam tinggi,
berkeringat banyak, disusul stadia sembuh, gejala
tersebut bersifat serangan berulang (paroksismal).
Air seni berwarna merah seperti teh, nyeri kepala dan
otot (terutama otot punggung), nafsu makan menurun.
Fisik :
pucat, anemia, ikterus, hipotensi postural,
hepatomegali, splenomegali.
Dengan pengobatan anti malaria penderita
sembuh.
31. DIAGNOSIS
Laboratorium
Air seni berwarna merah
seperti air teh karena
mengandung urobilin
Anemia hemolitik
Pada sediaan darah tipis dan
tebal nampak adanya parasit
malaria di dalam eritrosit
(pengecatan Giemsa atau
wright).
P. vivax :
pada hapusan darah tipis
maupun tebal dapat dilihat
eritrosit yang mengandung
parasit membesar, terdapat
titik Schoffner dan
sitoplasmanya berbentuk
ameboid.
P. ovale :
mirip P. vivax, hanya eritrosit yang
mengandung parasit berbentuk oval.
P. malariae :
pada sediaan tipis, nampak parasit
berbentuk pita (band), skizon
berbentuk bunga mawar dan trofozoid
bulat kecil-kecil nampak kompak
dengan tumpukan pigmen yang
kadang-kadang menutupi sitoplasma/
inti atau keduanya.
P. falciparum :
pada sediaan darah tipis, nampak
gametosit berbentukpisang ; terdapat
bentuk maurer.