SlideShare a Scribd company logo
Imunisasi Polio
Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa latin yang berarti
medulla spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada kedua spinalis yang
secara klasik menimbulkan kelumpuhan. Pada tahun 1789 Underwood yang berasal dari inggris
pertama kali menulis tentang kelumpuhan anggota badan bagian bawah (ekstremitas inferior)
pada anak, yang kemudian dikenal sebagai poliomielitis. Pada permulaan abab ke 19 dilaporkan
terjadi wabah di Eropa dan beberapa tahun kemudian terjadi di Amerika Serikat. Pada saat itu
banyak terjadi wabah penyakit pda musim panas dan gugur. Pada tahun 1952 penyakit polio
mencapai puncaknya dan dilaporkan terdapat lebih dari 21.000 kasus polio paralitik. Angka
kejadian kasus polio secara drastis menurun setelah pemberian vaksin yang sangat efektif. Di
Amerika Serikat kasus terakhir virus polio liar ditemukakan pada tahun 1979. Di Indonesia
imunisasi polio sebagai program memakai oral polio vaccine (OPV) dilaksanakan sejak tahun
1980 dan tahun 1990 telah mencapai UCI (Universal of child immunization).
Patogenesis
Virus polio masuk melalui mulut dan multiplikasi pertama kali terjadi pada tempat
implantasi dalam farings dan traktus gastrointestinal. Virus tersebut umumnya ditemukan di
daerah tenggorokan dan tinja sebelum timbulnya gejala. Satu minggu setelah timbulnya
penyakit, virus terdapat dalam jumlah kecil ditenggorokan, tetapi virus menerus dikeluarkan
bersama tinja dalam beberapa minggu. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk
kedalam pembuluh darah kemudian masuk ke dalam sistem saraf pusat. Replikasi virus polio
dalam neuron motor kornu anterior medula spinalis dan batang otak mengakibatkan kerusakan
sel dan menyebabkan manifestasi poliomielitis yang spesifik.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi poliomielitis umumnya berlangsung 6-20 hari dengan kisaran 3-35 hari.
Respon terhadap inveksi virus polio sangat bervariasi dan tingkatannya sangat bergantung pada
bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari semua infeksi polio termasuk sub-klinis tanpa
gejala atau asimtomatis. Menurut estimasi rasio penyakit yang tanpa gejala terhadap penyakit
yang paralitik bervariasi dari 50:1(rata-rata 200:1). Pasien yang terkena infeksi tanpa gejala
menularkan virus ke orang lain. Sekitar 4%-8% dari infeksi polio terdiri atas penyakit ringan
yang non spesifik tanpa bukti klinis atau laboratorium dari invasi dalam sistem saraf pusat.
Sindrom ini dikenal sebagai poliomielitis abortif dengan ciri khas penyembuhan sempurna dan
berlangsung kurang dari seminggu.
Vaksin
Vaksin virus polio oral (oral polio vaccine= OPV)
 Vaksin virus polio hidup orang yang dibuat oleh PT. Biofarma Bandung, berisi virus
polio tipe 1,2, dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan
(attenuated). Vaksin ini di buat dalam biakan jaringan ginjal kera dan di stabilkan dengan
sukrosa. Tiap dosis (2 tetes=0,1 ml) mengandung virus tipe 1: 106,0 CCID50, tipe 2:
105,0 CCID50 dan tipe 3: 105,5 CCID50 dan eritromisin tidak lebih dari 2 mcg, serta
kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.
 Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin
ini kemudian menempat diri diusus dan memacu pembentukan anti body baik dalam
darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus
polio liar yang datang masuk kemudian. Dengan cara ini, maka frekuensi eksresi polio
virus liar dalam masyarakat dapat dikurangi.
 Vaksin akan menghambat infeksi virus polio liar yang masuk bersamaan, maka sangat
berguna untuk mengendalikan epidemi. Jenis vaksin virus polio ini dapat bertahan dalam
tinja sampai 6 minggu setelah pemberian OPV.
 Penerimaan vaksin dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama namun 3 dosis
berikutnya akan memberikan imunitas jangka lama terhadap tiga tipe virus polio.
 Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-80C.
 Vaksin sangat stabil namun sekali buka, vaksin akan kehilangan protein disebabkan oleh
perubahan pH setelah terpapar udara. Kebijakan departemen kesehatan menganjurkan
bahwa vaksin polio yang telah terbuka botolnya pada akhir sesi imunisasi (pasca
imunisasi massal) harus dibuang. Tapi saat ini kebijakan WHO membolehkan botol-botol
yang berisi vaksin dosis ganda (multidose) digunakan pada sesi-sesi imunisasi,bila tiga
syarat dibawah ini dipenuhi:
 Tanggal kadaluarsa tidak terlampaui
 Vaksin-vaksin disimpan dalam rantai dingin yang benar (2-80C)
 Botol vaksin yang telah terbuka yang terpakai hari itu telah dibuang oleh petugas
puskesmas
 Vaksin polio orang (OPV) dapat disimpan beku pada temperatur <-200C. Vaksin yang
beku dengan cepat dcairkan dengan cara ditempatkan antara dua telapak tangan dan
digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda sampai orange muda
(sebagai indikator pH).
 Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat di
bekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan dan tanggal
kadaluarsa harus selalu diperhatikan.
Vaksin polio inactivated (inactived poliomyelitis vaccine= IPV)
 Vaksin polio inactivated berisi tipe 1, 2, 3 dibiakkan pada sel-sel vero ginjal kera dan
dibuat tidak aktif dengan formaldehid. Pada vaksin tersebut dijumpai dalam jumlah kecil
selain formaldehid juga ada neomisin, streptomisin dan polimiksin B.
 Vaksin polio inactivated harus disimpan pada suhu 2-80C dan tidak boleh di bekukan.
 Pemberian dengan dosis 0,5 ml dengan subkutan dalam tiga kali berturut-turut dengan
jarak 2 bulan antara masing-masing dosis akan memberikan imunitas jangka panjang
(mukosal maupun humoral) terhadap tiga macam tipe virus polio.
 Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang
ditimbulkan oleh OPV.
Rekomendasi
Imunisasi primer bayi dan anak
 Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir sebagai dosis awal, sesuai dengan PPI
dan ERAPO tahun 2000. Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar melalui umur 2-3
bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu.
Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat
diberikan bersama-sama waktunya dengan suntukan vaksin DPT dan Hib. Bila OPV yang
diberikan dimuntahkan dalam waktu 10 menit, maka dosis tersebut perlu diulang.
 Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh besar pada respon anti bodi terhadap OPV dan
imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. Anak-anak dengan imunosupresi dan kontak
mereka yang dekat harus di imunisasi dengan IPV.
 Anak yang telah mendapatkan imunisasi OPV dapat memberikan ekskresi virus vaksin
selama 6 minggu dan akan melakukan infeksi, pada kontak yang belum di imunisasi.
Untuk mereka yang berhubungan (kontak) dengan bayi yang baru saja diberi OPV supaya
menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.
Vaksinasi terhadap orang tua yang anaknya divaksinasi
Anggota keluarga yang belum pernah divaksinasi atau belum lengkap vaksinasinya dan
mendapat kontak anak-anak yang mendapatkan vaksinasi OPV, harus ditawarkan vaksinasi dasar
OPV pada waktu bersamaan dengan anak tersebut. Dalam hal ini tidak boleh diberikan IPV,
mengingat resiko infeksi yang dapat dari anak dapat terjadi sebelum anti bodi terbentuk sebagai
respon terhadap IPV. Kepada orang dewasa yang telah mendapat imunisasi sebelumnya, tidak di
perlukan vaksin penguat (booster). Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang
dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa mengulang lagi.
Imunisasi penguat (booster)
Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada saat
dosis DPT diberikan sebagai penguat; dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19
tahun atau sebelum meninggalkan sekolah. Sejak tahun 2007 semua calon jamaah haji dan
umroh dibawah umur 15 tahun, harus mendapatkan 2 tetes OPV.
Imunisasi polio untuk orang dewasa
Untuk orang dewasa, sebagian imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis
berturut-turut 2 tetes OPV dengan jarak 4-8 minggu. Semua orang dewasa seharusnya
divaksinasi terhadap poliomyelitis dan tidak boleh ada yang tertinggal. Dosis penguat untuk
orang dewasa tidak diperlukan kecuali mereka dalam resiko khusus, misalnya;
 Berpergian ke daerah-daerah yang poliomyelitis masih endemis atau saat terjadi epidemi.
 Petugas-petugas kesehatan yang kemungkinan mendapat kontak dengan kasus
poliomyelitis.
Bagi mereka yang secara terus-menerus mengalami resiko infeksi, dianjurkan diberikan dosis
tunggal sebagai penguat 2 tetes setiap 10 tahun.
Indikasi kontra
Indikasi kontra pemberian OPV sebagai berikut,
 Penyakit akut atau demam (suhu > 38,500C), vaksinasi harus ditunda,
 Muntah atau diare, vaksinasi ditunda,
 Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang diberikan oral maupun
suntikan, juga yang mendapat pengobatan radiasi umum (termasuk kontak dengan
pasien),
 Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial
(limforma, leukimia dan penyakit hodgkin) dan yang mekanisme imunologisnya
tergantung, misalnya pada hipogamaglobulinemia,
 Infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak,
 Walaupun kejadian ikutan pada fetus belum pernah dilaporkan, OPV jangan diberikan
kepada orang hamil 4 bulan pertama kehamilan kecuali terdapat alasan mendesak,
misalnya berpergian ke daerah edemis poliomyelitis,
 Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin inactivated dan virus
hidup lainnya (sesuai dengan indikasi) tetapi jangan bersama dengan vaksin oral tifoid,
 Bila BCG diberikan pada bayi tidak perlu memperlambat pemberian OPV, karena OPV
memacu imunitas lokal dan pembentukan antibodi dengan cara replikasi dalam usus,
 OPV dan IPV mengandung sejumlah kecil antibiotik (neomisin, polimicsin, streptomisin)
namun hal ini tidak merupakan indikasi kontra, kecuali pada anak yang mempunyai bakat
hipersensitif yang berlebihan,
 Anggota keluarga kontak dengan anak yang menderita imunosupresi jangan di berikan
IPV, jangan OPV.
CHECK LIST SKILL LAB:
IMUNISASI POLIO
No. Aspek Penilaian
Skor
0 1 2 3
1. Alat dan bahan:
Alat :
Pinset/ gunting kecil
Bahan :
Vaksin polio
Pipet polio
2. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan
3. Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik (perhatikan nomor, tanggal
kadarluarsa dan vaksin vial monitor)
4. Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset/ gunting kecil
5. Pasang pipet diatas botol vaksin
6. Letakkan anak pada posisi senyaman mungkin
7. Buka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes
8.
Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak . Jaga sterilitas
vaksin.
9.
Jika dimuntahkan atau dikeluarkan oleh anak, ulangi lagi
penetesannya (jika dimuntahkan sebelum 15 menit).
10. Rapikan alat
11. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan.
Keterangan Skor Aceh Besar, ............. 2016
0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%)
2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%)
3.Dilakukan dengan benar
NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......)
33
Imunisasi BCG
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh mycobacterium tubercolosis dan mycobacterium
bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ-organ
lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis, dll. Seseorang yang terinfeksi
mycobacterium tubercolosis tidak selalu menjadi sakit tuberkulosis. Beberapa minggu (2-12
minggu) setelah infeksi mycobacterium tubercolosis terjadi respon imunitas selular yang dapat
ditunjukkan dengan uji tuberkulin.
Vaksin BCG (bacille calmette-guerin)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari/ mycobacterium bovis
yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih
mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitifitas terhadap tuberkulin. Masih
banyak perbedaan pendapat mengenai sensitifitas terhadap tuberkulin yang terjadi berkaitan
dengan imunitas yang terjadi.
 Vaksin yang dipakai di indonesia adalah vaksin BCG buatan PT. Biofarma Bandung.
Vaksin BCG berisi suspensi M. Bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksinasi BCG
tidak mencegah infeksi Tuberkulosis tetapi mengurangi resiko terjadi tuberkulosis berat
seperti miningitis TB dan tuberkulosis milier.
 Vaksin BCG diberikan pada umur < 2 bulan, sebaiknya pada anak dengan uji mentox
(tuberkulin) negatif.
 Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan efek proteksi bervariasi antara 0-
80%, berhubungan dengan beberapa faktor yaitu mutu vaksin yang dipakai, lingkungan
dengan mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur, keadaan gizi dll).
 Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,10 ml untuk anak 0,05 ml untuk bayi baru
lahir.
 Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu2-80C, tidak
boleh beku. Vaksin yang telah diencerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksinasi BCG
Penyuntikan BCG secara intradermal akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial 3
minggu setelah penyuntikan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan
meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang
timbul lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik
kedalam (retracted).
Limfadenitis
Limfadenitis supuratif diaksila atau dileher kadang-kadang dijumpai setelah penyuntikan
BCG. Hal ini tergantung pada umur anak, dosis, galur (strain) yang di pakai. Limfadenitis akan
sembuh sendiri, jika tidak perlu diobati apabila limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula
maka dapat dibersihkan (dilakukan drainage) dan diberikan obat anti tuberkulosis oral.
Pemberian obat anti tuberkulosis sistemik tidak efektif.
BCG-itisdiseminasi
BCG- itisdiseminasi jarang terjadi, sering kali berhubungan dengan imunodefisiensi
berat. Komplikasi lainnya adalah eritema modosum, iritis, lupus vulgaris dan osteomielitis.
Komplikasi ini harus di obati dengan kombinasi obat anti tuberkulosis.
Kontraindikasi BCG
 Reaksi uji tuberkulin > 5 mm,
 Menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid, obat imuno-subresif,mendapat pengobatan radiasi, penyakit
keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
 Menderita gizi buruk,
 Menderita demam tinggi,
 Menderita infeksi kulit yang luas,
 Pernah sakit tuberkulosis,
 Kehamilan.
Rekomendasi
 BCG diberikan pada bayi < 2 bulan
 Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan bakteri tahan asam (BTA) + 3
sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat
diberi BCG
BCG jangan diberikan pada bayi atau anak dengan imunodefisiensi, misalnya HIV, gizi buruk
dll.
CHECK LIST SKILL LAB:
IMUNISASI BCG
No. Aspek Penilaian
Skor
0 1 2 3
1. Pastikan anak belum pernah di bcg dengan menanyakan kepada orang
tua anak tersebut
2. Bahan :
Vaksin BCG
Jarum dan disposable spuit 1 ml
Disposable spuit 5 cc untuk melarutkan
kapas
3. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan
4. Pastikan vaksin BCG dalam keadaan baik (perhatikan nomor,
kadarluarsa dan vaksin vial monitor) dan spuit yang akan digunakan
5. Larutkan vaksin dengan cairan pelarut BCG1 ampul (1 cc)
6. Ambil 0,05 cc vaksin BCG yang telah dilarutkan tadi
7.
Bersihkan lengan dengan kapas yang telah dibasahi air bersih, jangan
menggunakan alcohol atau desinfektan sebab akan merusak vaksin
tersebut
8.
Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya
pada insertion muskulus deltoideus ) secara intrakutan (ic) / dibawah
kulit
9. Rapikan alat
10. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan
Keterangan Skor Aceh Besar, ............. 2016
0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%)
2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%)
3.Dilakukan dengan benar
NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......)
30

More Related Content

What's hot

Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
melda amalia
 
Manfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasiManfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasi
edukasiblog
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi dasar
Imunisasi dasarImunisasi dasar
Imunisasi dasar
Andriey Setyawan
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasikenggi
 
Pelatihan kader pin polio 2016
Pelatihan kader pin polio 2016Pelatihan kader pin polio 2016
Pelatihan kader pin polio 2016
Angghaw
 
Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayiImunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayiChaicha Ceria
 
Pentingnya Imunisasi
Pentingnya ImunisasiPentingnya Imunisasi
Pentingnya Imunisasi
Happy Islam
 
Persentasi vaksin
Persentasi vaksinPersentasi vaksin
Persentasi vaksin
Fathan Hakim
 
Konsep imunisasi (anak)
Konsep imunisasi (anak)Konsep imunisasi (anak)
Konsep imunisasi (anak)whenny
 
Pelayanan imunisasi
Pelayanan  imunisasiPelayanan  imunisasi
Pelayanan imunisasiJoni Iswanto
 
Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764
Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764
Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764Pramudito Hutomo
 
Promkes imunisasi
Promkes imunisasiPromkes imunisasi
Promkes imunisasiIra Rosita
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
Kusuma Wijayanti
 
PPT Imunisasi - PowerPoint Imunisasi
PPT Imunisasi - PowerPoint ImunisasiPPT Imunisasi - PowerPoint Imunisasi
PPT Imunisasi - PowerPoint Imunisasi
Lutfi Imansari
 
Fiqh Kontemporer
Fiqh KontemporerFiqh Kontemporer
Fiqh Kontemporer
LAILA KHUSNA
 

What's hot (20)

Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Manfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasiManfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasi
 
Vaksin
VaksinVaksin
Vaksin
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Imunisasi dasar
Imunisasi dasarImunisasi dasar
Imunisasi dasar
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Pelatihan kader pin polio 2016
Pelatihan kader pin polio 2016Pelatihan kader pin polio 2016
Pelatihan kader pin polio 2016
 
Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayiImunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayi
 
Pentingnya Imunisasi
Pentingnya ImunisasiPentingnya Imunisasi
Pentingnya Imunisasi
 
Persentasi vaksin
Persentasi vaksinPersentasi vaksin
Persentasi vaksin
 
Presentation Imunisasi
Presentation ImunisasiPresentation Imunisasi
Presentation Imunisasi
 
Vaksinasi
VaksinasiVaksinasi
Vaksinasi
 
Konsep imunisasi (anak)
Konsep imunisasi (anak)Konsep imunisasi (anak)
Konsep imunisasi (anak)
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Pelayanan imunisasi
Pelayanan  imunisasiPelayanan  imunisasi
Pelayanan imunisasi
 
Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764
Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764
Makalah imunisasi (pramudito hutomo) 6135101764
 
Promkes imunisasi
Promkes imunisasiPromkes imunisasi
Promkes imunisasi
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
PPT Imunisasi - PowerPoint Imunisasi
PPT Imunisasi - PowerPoint ImunisasiPPT Imunisasi - PowerPoint Imunisasi
PPT Imunisasi - PowerPoint Imunisasi
 
Fiqh Kontemporer
Fiqh KontemporerFiqh Kontemporer
Fiqh Kontemporer
 

Viewers also liked

Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak
Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak
Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak elysabethpepo
 
Imunisasi bcg
Imunisasi bcgImunisasi bcg
Imunisasi bcg
Fitri Sastra Kemala
 
EPI
EPIEPI
Imunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAPImunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAPZakiah dr
 
Modul 9.5 Skill Kejururawatan
Modul 9.5   Skill KejururawatanModul 9.5   Skill Kejururawatan
Modul 9.5 Skill Kejururawatanjunehyde
 
Vaccination ppt
Vaccination pptVaccination ppt
Vaccination ppt
ali7070
 

Viewers also liked (7)

Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak
Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak
Pemberian Imunisasi BCG sebagai Upaya Pencegahan Penyakit TBC Pada Anak
 
Imunisasi bcg
Imunisasi bcgImunisasi bcg
Imunisasi bcg
 
EPI
EPIEPI
EPI
 
Imunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAPImunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAP
 
Modul 9.5 Skill Kejururawatan
Modul 9.5   Skill KejururawatanModul 9.5   Skill Kejururawatan
Modul 9.5 Skill Kejururawatan
 
Vaccination
VaccinationVaccination
Vaccination
 
Vaccination ppt
Vaccination pptVaccination ppt
Vaccination ppt
 

Similar to Imunisasi bcg dan polio

imunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.pptimunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.ppt
PTBOGORSARINUTRISI
 
Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!
Soya Odut
 
Vaksinasi 110712062015-phpapp02
Vaksinasi 110712062015-phpapp02Vaksinasi 110712062015-phpapp02
Vaksinasi 110712062015-phpapp02
MarrCenllon Hia
 
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdfLEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
MimaBaitanu1
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Amalia Ifanasari
 
PD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara SehatPD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara Sehat
Junghans Sitorus
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
Klinik Atlanta
 
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah RubellaImunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah RubellaTyaseta Sardjono
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
endangSuharyati2
 
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).pptPOLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
PuskesmasPasundanGar
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
FitrianaNooryadi
 
Leaflet Polio
Leaflet PolioLeaflet Polio
Leaflet Polio
athox zoemanta
 
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.pptfile_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
zenithameida
 
leaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdfleaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdf
dhofir1988
 
Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdfBuku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
imunsebabi
 
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
StephanieLexyLouis1
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
eliza293643
 
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknyaJenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
susantisanti21
 

Similar to Imunisasi bcg dan polio (20)

imunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.pptimunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.ppt
 
Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!
 
Vaksinasi 110712062015-phpapp02
Vaksinasi 110712062015-phpapp02Vaksinasi 110712062015-phpapp02
Vaksinasi 110712062015-phpapp02
 
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdfLEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
 
PD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara SehatPD3I Nusantara Sehat
PD3I Nusantara Sehat
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah RubellaImunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
 
Imunisasi PPI
Imunisasi PPIImunisasi PPI
Imunisasi PPI
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
 
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).pptPOLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
 
Leaflet Polio
Leaflet PolioLeaflet Polio
Leaflet Polio
 
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.pptfile_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
 
leaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdfleaflet-Imunisasi.pdf
leaflet-Imunisasi.pdf
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdfBuku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
 
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
 
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknyaJenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
Jenis jenis imunisasi pada anak dan dampaknya
 

Recently uploaded

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 

Recently uploaded (20)

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 

Imunisasi bcg dan polio

  • 1. Imunisasi Polio Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa latin yang berarti medulla spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada kedua spinalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan. Pada tahun 1789 Underwood yang berasal dari inggris pertama kali menulis tentang kelumpuhan anggota badan bagian bawah (ekstremitas inferior) pada anak, yang kemudian dikenal sebagai poliomielitis. Pada permulaan abab ke 19 dilaporkan terjadi wabah di Eropa dan beberapa tahun kemudian terjadi di Amerika Serikat. Pada saat itu banyak terjadi wabah penyakit pda musim panas dan gugur. Pada tahun 1952 penyakit polio mencapai puncaknya dan dilaporkan terdapat lebih dari 21.000 kasus polio paralitik. Angka kejadian kasus polio secara drastis menurun setelah pemberian vaksin yang sangat efektif. Di Amerika Serikat kasus terakhir virus polio liar ditemukakan pada tahun 1979. Di Indonesia imunisasi polio sebagai program memakai oral polio vaccine (OPV) dilaksanakan sejak tahun 1980 dan tahun 1990 telah mencapai UCI (Universal of child immunization). Patogenesis Virus polio masuk melalui mulut dan multiplikasi pertama kali terjadi pada tempat implantasi dalam farings dan traktus gastrointestinal. Virus tersebut umumnya ditemukan di daerah tenggorokan dan tinja sebelum timbulnya gejala. Satu minggu setelah timbulnya penyakit, virus terdapat dalam jumlah kecil ditenggorokan, tetapi virus menerus dikeluarkan bersama tinja dalam beberapa minggu. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk kedalam pembuluh darah kemudian masuk ke dalam sistem saraf pusat. Replikasi virus polio dalam neuron motor kornu anterior medula spinalis dan batang otak mengakibatkan kerusakan sel dan menyebabkan manifestasi poliomielitis yang spesifik. Gambaran Klinis Masa inkubasi poliomielitis umumnya berlangsung 6-20 hari dengan kisaran 3-35 hari. Respon terhadap inveksi virus polio sangat bervariasi dan tingkatannya sangat bergantung pada bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari semua infeksi polio termasuk sub-klinis tanpa gejala atau asimtomatis. Menurut estimasi rasio penyakit yang tanpa gejala terhadap penyakit yang paralitik bervariasi dari 50:1(rata-rata 200:1). Pasien yang terkena infeksi tanpa gejala menularkan virus ke orang lain. Sekitar 4%-8% dari infeksi polio terdiri atas penyakit ringan yang non spesifik tanpa bukti klinis atau laboratorium dari invasi dalam sistem saraf pusat. Sindrom ini dikenal sebagai poliomielitis abortif dengan ciri khas penyembuhan sempurna dan berlangsung kurang dari seminggu.
  • 2. Vaksin Vaksin virus polio oral (oral polio vaccine= OPV)  Vaksin virus polio hidup orang yang dibuat oleh PT. Biofarma Bandung, berisi virus polio tipe 1,2, dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini di buat dalam biakan jaringan ginjal kera dan di stabilkan dengan sukrosa. Tiap dosis (2 tetes=0,1 ml) mengandung virus tipe 1: 106,0 CCID50, tipe 2: 105,0 CCID50 dan tipe 3: 105,5 CCID50 dan eritromisin tidak lebih dari 2 mcg, serta kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.  Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempat diri diusus dan memacu pembentukan anti body baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian. Dengan cara ini, maka frekuensi eksresi polio virus liar dalam masyarakat dapat dikurangi.  Vaksin akan menghambat infeksi virus polio liar yang masuk bersamaan, maka sangat berguna untuk mengendalikan epidemi. Jenis vaksin virus polio ini dapat bertahan dalam tinja sampai 6 minggu setelah pemberian OPV.  Penerimaan vaksin dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama namun 3 dosis berikutnya akan memberikan imunitas jangka lama terhadap tiga tipe virus polio.  Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-80C.  Vaksin sangat stabil namun sekali buka, vaksin akan kehilangan protein disebabkan oleh perubahan pH setelah terpapar udara. Kebijakan departemen kesehatan menganjurkan bahwa vaksin polio yang telah terbuka botolnya pada akhir sesi imunisasi (pasca imunisasi massal) harus dibuang. Tapi saat ini kebijakan WHO membolehkan botol-botol yang berisi vaksin dosis ganda (multidose) digunakan pada sesi-sesi imunisasi,bila tiga syarat dibawah ini dipenuhi:  Tanggal kadaluarsa tidak terlampaui  Vaksin-vaksin disimpan dalam rantai dingin yang benar (2-80C)  Botol vaksin yang telah terbuka yang terpakai hari itu telah dibuang oleh petugas puskesmas  Vaksin polio orang (OPV) dapat disimpan beku pada temperatur <-200C. Vaksin yang beku dengan cepat dcairkan dengan cara ditempatkan antara dua telapak tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda sampai orange muda (sebagai indikator pH).  Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat di bekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan dan tanggal kadaluarsa harus selalu diperhatikan.
  • 3. Vaksin polio inactivated (inactived poliomyelitis vaccine= IPV)  Vaksin polio inactivated berisi tipe 1, 2, 3 dibiakkan pada sel-sel vero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid. Pada vaksin tersebut dijumpai dalam jumlah kecil selain formaldehid juga ada neomisin, streptomisin dan polimiksin B.  Vaksin polio inactivated harus disimpan pada suhu 2-80C dan tidak boleh di bekukan.  Pemberian dengan dosis 0,5 ml dengan subkutan dalam tiga kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing dosis akan memberikan imunitas jangka panjang (mukosal maupun humoral) terhadap tiga macam tipe virus polio.  Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh OPV. Rekomendasi Imunisasi primer bayi dan anak  Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir sebagai dosis awal, sesuai dengan PPI dan ERAPO tahun 2000. Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar melalui umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu. Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama-sama waktunya dengan suntukan vaksin DPT dan Hib. Bila OPV yang diberikan dimuntahkan dalam waktu 10 menit, maka dosis tersebut perlu diulang.  Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh besar pada respon anti bodi terhadap OPV dan imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. Anak-anak dengan imunosupresi dan kontak mereka yang dekat harus di imunisasi dengan IPV.  Anak yang telah mendapatkan imunisasi OPV dapat memberikan ekskresi virus vaksin selama 6 minggu dan akan melakukan infeksi, pada kontak yang belum di imunisasi. Untuk mereka yang berhubungan (kontak) dengan bayi yang baru saja diberi OPV supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi. Vaksinasi terhadap orang tua yang anaknya divaksinasi Anggota keluarga yang belum pernah divaksinasi atau belum lengkap vaksinasinya dan mendapat kontak anak-anak yang mendapatkan vaksinasi OPV, harus ditawarkan vaksinasi dasar OPV pada waktu bersamaan dengan anak tersebut. Dalam hal ini tidak boleh diberikan IPV, mengingat resiko infeksi yang dapat dari anak dapat terjadi sebelum anti bodi terbentuk sebagai respon terhadap IPV. Kepada orang dewasa yang telah mendapat imunisasi sebelumnya, tidak di perlukan vaksin penguat (booster). Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa mengulang lagi. Imunisasi penguat (booster) Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada saat dosis DPT diberikan sebagai penguat; dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19
  • 4. tahun atau sebelum meninggalkan sekolah. Sejak tahun 2007 semua calon jamaah haji dan umroh dibawah umur 15 tahun, harus mendapatkan 2 tetes OPV. Imunisasi polio untuk orang dewasa Untuk orang dewasa, sebagian imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis berturut-turut 2 tetes OPV dengan jarak 4-8 minggu. Semua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap poliomyelitis dan tidak boleh ada yang tertinggal. Dosis penguat untuk orang dewasa tidak diperlukan kecuali mereka dalam resiko khusus, misalnya;  Berpergian ke daerah-daerah yang poliomyelitis masih endemis atau saat terjadi epidemi.  Petugas-petugas kesehatan yang kemungkinan mendapat kontak dengan kasus poliomyelitis. Bagi mereka yang secara terus-menerus mengalami resiko infeksi, dianjurkan diberikan dosis tunggal sebagai penguat 2 tetes setiap 10 tahun. Indikasi kontra Indikasi kontra pemberian OPV sebagai berikut,  Penyakit akut atau demam (suhu > 38,500C), vaksinasi harus ditunda,  Muntah atau diare, vaksinasi ditunda,  Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang diberikan oral maupun suntikan, juga yang mendapat pengobatan radiasi umum (termasuk kontak dengan pasien),  Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial (limforma, leukimia dan penyakit hodgkin) dan yang mekanisme imunologisnya tergantung, misalnya pada hipogamaglobulinemia,  Infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak,  Walaupun kejadian ikutan pada fetus belum pernah dilaporkan, OPV jangan diberikan kepada orang hamil 4 bulan pertama kehamilan kecuali terdapat alasan mendesak, misalnya berpergian ke daerah edemis poliomyelitis,  Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin inactivated dan virus hidup lainnya (sesuai dengan indikasi) tetapi jangan bersama dengan vaksin oral tifoid,  Bila BCG diberikan pada bayi tidak perlu memperlambat pemberian OPV, karena OPV memacu imunitas lokal dan pembentukan antibodi dengan cara replikasi dalam usus,  OPV dan IPV mengandung sejumlah kecil antibiotik (neomisin, polimicsin, streptomisin) namun hal ini tidak merupakan indikasi kontra, kecuali pada anak yang mempunyai bakat hipersensitif yang berlebihan,  Anggota keluarga kontak dengan anak yang menderita imunosupresi jangan di berikan IPV, jangan OPV.
  • 5. CHECK LIST SKILL LAB: IMUNISASI POLIO No. Aspek Penilaian Skor 0 1 2 3 1. Alat dan bahan: Alat : Pinset/ gunting kecil Bahan : Vaksin polio Pipet polio 2. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan 3. Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik (perhatikan nomor, tanggal kadarluarsa dan vaksin vial monitor) 4. Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset/ gunting kecil 5. Pasang pipet diatas botol vaksin 6. Letakkan anak pada posisi senyaman mungkin 7. Buka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes 8. Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak . Jaga sterilitas vaksin. 9. Jika dimuntahkan atau dikeluarkan oleh anak, ulangi lagi penetesannya (jika dimuntahkan sebelum 15 menit). 10. Rapikan alat 11. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan. Keterangan Skor Aceh Besar, ............. 2016 0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur, 1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%) 2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%) 3.Dilakukan dengan benar NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......) 33
  • 6. Imunisasi BCG Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh mycobacterium tubercolosis dan mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis, dll. Seseorang yang terinfeksi mycobacterium tubercolosis tidak selalu menjadi sakit tuberkulosis. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi mycobacterium tubercolosis terjadi respon imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Vaksin BCG (bacille calmette-guerin) Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari/ mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitifitas terhadap tuberkulin. Masih banyak perbedaan pendapat mengenai sensitifitas terhadap tuberkulin yang terjadi berkaitan dengan imunitas yang terjadi.  Vaksin yang dipakai di indonesia adalah vaksin BCG buatan PT. Biofarma Bandung. Vaksin BCG berisi suspensi M. Bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi Tuberkulosis tetapi mengurangi resiko terjadi tuberkulosis berat seperti miningitis TB dan tuberkulosis milier.  Vaksin BCG diberikan pada umur < 2 bulan, sebaiknya pada anak dengan uji mentox (tuberkulin) negatif.  Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan efek proteksi bervariasi antara 0- 80%, berhubungan dengan beberapa faktor yaitu mutu vaksin yang dipakai, lingkungan dengan mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur, keadaan gizi dll).  Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,10 ml untuk anak 0,05 ml untuk bayi baru lahir.  Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu2-80C, tidak boleh beku. Vaksin yang telah diencerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksinasi BCG Penyuntikan BCG secara intradermal akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik kedalam (retracted). Limfadenitis Limfadenitis supuratif diaksila atau dileher kadang-kadang dijumpai setelah penyuntikan BCG. Hal ini tergantung pada umur anak, dosis, galur (strain) yang di pakai. Limfadenitis akan sembuh sendiri, jika tidak perlu diobati apabila limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula
  • 7. maka dapat dibersihkan (dilakukan drainage) dan diberikan obat anti tuberkulosis oral. Pemberian obat anti tuberkulosis sistemik tidak efektif. BCG-itisdiseminasi BCG- itisdiseminasi jarang terjadi, sering kali berhubungan dengan imunodefisiensi berat. Komplikasi lainnya adalah eritema modosum, iritis, lupus vulgaris dan osteomielitis. Komplikasi ini harus di obati dengan kombinasi obat anti tuberkulosis. Kontraindikasi BCG  Reaksi uji tuberkulin > 5 mm,  Menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imuno-subresif,mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe  Menderita gizi buruk,  Menderita demam tinggi,  Menderita infeksi kulit yang luas,  Pernah sakit tuberkulosis,  Kehamilan. Rekomendasi  BCG diberikan pada bayi < 2 bulan  Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan bakteri tahan asam (BTA) + 3 sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat diberi BCG BCG jangan diberikan pada bayi atau anak dengan imunodefisiensi, misalnya HIV, gizi buruk dll.
  • 8. CHECK LIST SKILL LAB: IMUNISASI BCG No. Aspek Penilaian Skor 0 1 2 3 1. Pastikan anak belum pernah di bcg dengan menanyakan kepada orang tua anak tersebut 2. Bahan : Vaksin BCG Jarum dan disposable spuit 1 ml Disposable spuit 5 cc untuk melarutkan kapas 3. Mencuci tangan dengan 6 langkah dan memakai sarung tangan 4. Pastikan vaksin BCG dalam keadaan baik (perhatikan nomor, kadarluarsa dan vaksin vial monitor) dan spuit yang akan digunakan 5. Larutkan vaksin dengan cairan pelarut BCG1 ampul (1 cc) 6. Ambil 0,05 cc vaksin BCG yang telah dilarutkan tadi 7. Bersihkan lengan dengan kapas yang telah dibasahi air bersih, jangan menggunakan alcohol atau desinfektan sebab akan merusak vaksin tersebut 8. Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya pada insertion muskulus deltoideus ) secara intrakutan (ic) / dibawah kulit 9. Rapikan alat 10. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan Keterangan Skor Aceh Besar, ............. 2016 0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur, 1. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%) 2. Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%) 3.Dilakukan dengan benar NILAI : Skor Total X 100 = ........... (……..................……......) 30