SlideShare a Scribd company logo
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI (PD3I)
Disampaikan pada
TOT Pengelola Program Imunisasi
26 November 2018
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) masih mengancam dunia
WHO 2010
• 1.5 juta anak meninggal karena
penyakit yang dapat dicegah oleh
vaksin
• Hampir 17% kematian pada anak
<5 tahun dapat dicegah dengan
vaksinasi
1. WHO. Global Immunization Data. October 2012;
2. WHO. WHO vaccine-preventable diseases: monitoring system – 2013 global summary
Diperlukan imunisasi berkesinambungan
dengan cakupan tinggi
Penyakit yang
dapat dicegah
dengan imunisasi
masih mengancam
dunia
Diperlukan
cakupan imunisasi
yang senantiasa
tinggi
1. Mencegah
individu terhadap
penyakit yang
berbahaya
2. Mencegah
penularan di
masyarakat
1. WHO. Global Immunization Data. October 2012;
2. WHO. WHO vaccine-preventable diseases: monitoring system – 2013 global summary
%
100
80
60
40
20
10
Lengkap Tidak lengkap Tidak diimunisasi
41.6
53.8
59.2
49.2
33.5
32.1
9.1 12.7 8.7
2007
2008
2013
Kelengkapan imunisasi di Indonesia
Riskesdas, Kementrian Kesehatan 2013
Alasan tidak
diimunisasi
(%)
Keluarga
tidak
mengizin
kan 26.3%
28.8
Anak
sering
sakit
6.8%
Tempat
imunisasi
jauh
21.9%
16.3
Anak demam
28.8%
Tidak tahu
Tempat
Imunisasi
6.7%
Sibuk/repot
16.3%
Alasan mengapa
tidak
diimunisasi
Riskesdas,2013
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I)
Tuberculosis Polio
Tetanus
Diphteria
Pertusis MeaslesPneumonia
Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi
-Hepatitis B
-Poliomielitis
-Tuberkulosis
-Difteri
-Pertusis
-Tetanus
-Campak
-Rubella
-Hepatitis A
-Gondongan (mumps)
-Campak Jerman (rubela)
-Demam Tifoid
-Radang selaput otak (meningitis)
-Cacar air (varisela)
--Diare akibat rotavirus
-influenza
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi rutin
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi pilihan
Imunisasi dalam tahap Demonstration Project
-Invasive Pneumococcal Disease (PCV)
-Kanker leher rahim (kanker serviks/HPV=Human Papiloma Virus)
- Japanese Encephalitis (JE)
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Hepatitis Penyebab : virus Hepatitis B dan A
Cara penularan : melalui darah /
suntikan / cairan tubuh (hep B) atau
makanan / minuman tercemar (hep A)
Gejala: bervariasi dari tak bergejala
hingga sakit berat, demam tinggi, perut
bengkak, kulit kuning
Komplikasi berat : pengerasan /
sirosis hati, kanker hati, kegagalan fungsi
hati.
https://dinkeskebumen.wordpress.com/2012/11/09/
Transmisi neonatal
70%-90% dari ibu HBsAg dan HBeAg positif
20% apabila ibu HbsAg positif
Bayi tertular saat dilahirkan
(penularan vertikal)
90% menjadi menahun
Terjadi sirosis hepatis >> kanker hati
www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/index.html
Imunisasi Hepatitis B
Vaksin HepatitisVaksin Hepatitis B bayi baru lahir
dianjurkan diberikan segera
dalam waktu 24 jam* sesudah
bayi lahir, diberikan setelah
vitamin K 1
Cara pemberian : suntikan intra
muskular (IM) di paha antero lateral
HBIg pada paha yang berlainan,
untuk bayi dari Ibu yang HBsAg
positif
Dilanjutkan DPT-HB-Hib 1,2 dan 3
pada usia 2,3 dan 4 bulan
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
TBC Penyebab : bakteri Mycobacterium
tuberculosis
Cara penularan : melalui percikan
ludah dari orang dewasa serumah
kepada anak (terutama < 5 thn)
Komplikasi berat :
Milier TB, Meningitis TB, Tb sendi, dll.
Imunisasi BCG
Vaksin BCG
Vaksin BCG diberikan sebanyak 1
kali pada bayi usia 1 bulan
Cara pemberian: suntikan intra kutan
(IK) pada lengan atas kanan
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Poliomielitis
http://umaza.edu.ar/blog/universidadsaludable/2014/05/08/
Penyebab : virus Polio. Virus polio
menyerang cornu anterior medula
spinalis atau medula oblongata
Cara penularan : masuk ke dalam
tubuh melalui makanan atau
minuman (orofecal)
Masa inkubasi: 5 – 35 hari
Gejala : bervariasi dari tidak ada
gejala hingga kelumpuhan
Komplikasi berat : kelumpuhan
dan cacat seumur hidup
8/10/2020 14
Manifestasi klinis
– Abortive (5%): panas, lemas,
anoreksia, sakit kepala
– Non paralytic (1%): kekakuan
leher, refleks menurun
– Paralytic (0,1%): kelumpuhan
asimetris, dapat mengenai saraf
otak, otak dan refleks
menghilang
8/10/2020 15
• Diagnosis pasti  Virus Polio di tinja
(+)
• Tatalaksana : simptomatik dan
fisioterapi
• Pasien dirawat 2 minggu
dipulangkan jika klinis sedikit
membaik
• Tinja pasien mengandung virus polio
selama 3 bulan  diberikan klorin
• Gejala sisa: lumpuh layuh, biasanya
tungkai satu sisi mengecil, dapat
terjadi kontraktur
• Pemantauan: surveilans lumpuh layuh
akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP)
Rojudin,Campang
WayHandak,lumpuh
tgl28-05-05
Foto03-07-’05
Cacat
Menetap
INDONESIA
STILL HIGH RISK AREA for Polio
25 provinces in Indonesia
HIGH RISK for Polio
Published 21 November 2018
*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year
2016
Status : HIGH RISK
*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year
2017
Status : HIGH RISK
2017
Legend Remark
Number of
Prov
%
High Risk 25 73,5
Medium Risk 8 23,5
Low Risk 1 3,0
Compatible Polio and Hot Cases
Indonesia, 2017 - 2018
Published 21 November 2018 : 1 Compatible case, N= 0
: 1 Hot case, N= 0
2017
2018
Polio Compatible Cases
(Indragiri Hulu / Riau)
Onset Paralysis
25/07/2017
Polio Compatible
Cases (Badung / Bali)
Onset Paralysis
01/05/2017
Polio Compatible: Menyerupai polio namun tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan
laboratorium karena spesimen tinja tidak tersedia/tidak adekuat
Distributions of AFP Cases With Vaccine Polio Virus Positive
Indonesia, 2017 - 2018
: VPV type 2: VPV type 1
: VPV Mix: VPV type 3 * Dots are randomly place
2017 (sudah bOPV)
VPV 3 Cases
(Dompu)
Onset Paralysis
04/05/2017
BUKAN POLIO
Published 21 November 2018
VPV 3 Cases
(Sleman)
Onset
Paralysis
21/05/2017
BUKAN
POLIO
VPV Mix Cases
(Pesisir
Selatan)
Onset
Paralysis
26/05/2017
BUKAN POLIO
VPV 3 Cases
(Bandung)
Onset Paralysis
24/01/2017
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
VPV Mix Cases
(Kota Bandar
Lampung)
Onset Paralysis
30/11/2017
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
VPV Mix Cases
(Bone)
Onset Paralysis
04/01/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
2018 (sudah bOPV)
n = 1 CasesVPV 3 Cases
(Kota Batam)
Onset Paralysis
28/02/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
VPV Mix Cases
(Muna)
Onset Paralysis
19/02/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
VPV Type 1 Cases
(Bireuen)
Onset Paralysis
09/03/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
VPV Type 1 Cases
(Kota Bekasi)
Onset Paralysis
02/04/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
VPV 3 Cases
(Penukal Abab
Lematang Ilir)
Onset Paralysis
10/04/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
VPV 3 Cases
(Kota Batam)
Onset Paralysis
28/02/2018
Belum Kunjungan
Ulang 60 Hari
n = 5 Cases
Imunisasi Polio
Vaksin Polio Vaksin Polio oral (bOPV)
diberikan sebanyak 4 kali yaitu
saat bayi berusia 1 bulan, 2
bulan, 3 bulan dan 4 bulan
Cara pemberian : diberikan secara
per oral sebanyak 2 tetes
Vaksin polio suntik (IPV)
diberikan pada bayi usia 4 bulan
Cara pemberian: suntikan intra
muskular (IM) pada paha
anterolateral kiri
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Difteri Penyebab : bakteri
Corynebacterium diphteriae
Cara penularan : melalui udara
(batuk / bersin)
Gejala : demam, bengkak pada
amandel dan leher, terdapat selaput
putih menutup jalan napas
Komplikasi berat : sumbatan jalan
napas, peradangan jantung,
kelumpuhan, kematian.
Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae
Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)
GEJALA KLINIS DIFTERI
Demam atau
tanpa demam
Munculnya
pseudomembran putih
keabuan, sulit lepas
dan mudah berdarah
jika
dilepas/dimanipulasi
Sakit waktu
menelan
 Sebanyak
94% kasus
Difteri
mengenai
tonsil dan
faring
Leher
membengkak
Sesak nafas
disertai
bunyiKOMPLIKASI DIFTERI
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Difteri
CARA PENULARAN DIFTERI
melalui droplet (percikan ludah) dari dari batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit.
SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI?
Semua kelompok usia dapat tertular penyakit
ini, terutama yang belum mendapatkan
imunisasi lengkap
MASA INKUBASI DIFTERI
 antara 1 – 10 hari, rata-rata 2 – 5 hari
 Kasus dapat menularkan penyakit ke
orang lain 2- 4 minggu sejak masa
inkubasi
KEMATIAN
kelumpuhan otot jantung atau
sumbatan jalan nafas.
Bila tidak diobati dengan tepat
angka kematian 5 – 10 % pada
anak usia <5 tahun dan pada
dewasa (diatas 40 tahun) dapat
mencapai 20 %
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI
 Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1
(satu) kasus suspek difteri
 dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan
(PHEOC – Public Health Emergency Operation Centre).
Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
Patogenesis Difteria
Percikan
ludah
Terhirup
Kolonisasi
di tenggorokan
dan memproduksi toksin
Nekrosis setempat
dan terkumpul
jaringan mati
Toksin diserap dan masuk
ke peredaran darah menyebar
ke otot jantung, ginjal,
syaraf perifer
Terbentuk pseudo
membran
Miokarditis,
neuritis
PSEUDOMEMBRAN
Strep throat
Mononucleosis infeksiosa
Candidiosis oral Herpangina
DD/ DIFTERI
Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang
terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan
pertolongan
APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN?
CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI
 Pencegahan: Imunisasi Lengkap sesuai Usia
Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka
dilakukan ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan
kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
 Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum
(ADS) dan antibiotika
KomunikasiRisikodan
MelibatkanPeranMasyarakat
KEGIATAN UTAMA :
1. Deteksi Dini Kasus Suspek Difteri dan
Penyelidikan Epidemiologi
2. Pencegahan penyebaran KLB difteri
3. Edukasi tentang difteri dan
pencegahannya terhadap masyarakat
4. Imunisasi Respon KLB
Tujuan: Untuk mencegah penularan penyakit dari kontak yang mungkin sudah
terinfeksi dengan kuman Corynebacterium diphtheria dan memberikan kekebalan
jangka menengah dan panjang terhadap penyakit
i. Perawatan dan
Pengobatan kasus
secara adekuat
ii. Penemuan dan
Pengobatan kasus
tambahan
iii. Tata laksana kontak
erat
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
KONTAK ERAT
 Semua orang yang pernah kontak (secara fisik: berbicara atau
terkena percikan ludah saat batuk/bersin) dengan kasus suspek
difteri
 Sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit menelan sampai 2 hari
setelah pengobatan (masa penularan).
Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah:
 Kontak erat satu rumah: tidur satu atap
 Kontak erat satu kamar di asrama
 Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain
 Kontak erat satu ruang kerja
 Kontak erat tetangga, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi
rumah
 Petugas kesehatan di lapangan dan di RS
 Pendamping kasus selama dirawat
Cara Pencegahan Penularan
Penyakit Difteri
• Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian prophilaksis
terhadap kontak dan karier
• Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan
tatalaksana karier yang adekuat
• ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan
kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata
(cakupan minimal 90%)
• Penguatan imunisasi rutin : perbaikan cakupan dan kualitas
pelayanan imunisasi rutin difteri bagi bayi, anak usia di bawah
dua tahun serta anak usia sekolah dasar di seluruh wilayah di
Indonesia.
• Penggunaan masker dan PHBS
Surat Edaran Dirjen P2P
SE 21 Des 2017
Langkah
penaggulangan KLB
Difteri
Pelaksana ORI Luas
(82 kab/kota)
SE 11 Jan 2018
Revisi Pelaksana ORI Luas
(85 kab/kota)
Dasar :
1.Kasus lab (+)
2.Difteri dgn kematian
3.Peningkatan kasus yang
signifikan
4.Cakupan imunisasi
SE 9 Feb 2018:
Update
Pelaksana ORI
Luas (80
kab/kota)
AREA PELAKSANAAN ORI LUAS DI 80 KAB/KOTA
Cluster 1: 12 Kab/Kota
i.Putaran I: Desember 2017
ii.Putaran II: Februari 2018
iii.Putaran III: Agustus 2018
Cluster 2: 24 Kab/Kota
i.Putaran I: Februari 2018
ii.Putaran II: Juni 2018
iii.Putaran III: Desember 2018
Jawa Timur: 38 Kab/Kota
i.Putaran I: Februari 2018
ii.Putaran II: Juli 2018
iii.Putaran III: November 2018
Cluster 3: 6 Kab/Kota
i.Putaran I: Februari 2018
ii.Putaran II: April 2018
iii.Putaran III: Oktober 2018
Cluster 3
Cluster 2
Cluster 1
Jawa Timur
Kalimantan Timur
1.Kota Balikpapan
2.Kutai Kertanegara
3.Kutai Timur
4.Kota Bontang
5.Kota Samarinda
Kalimantan Barat
1.Kota Pontianak
2.Sintang
Aceh
1.Pidie
2.Aceh Utara
3.Kota Banda Aceh
4.Kota Lhokseumawe
Sumatera Barat
1.Kota Padang
2.Kota Payakumbuh
Sumatera Selatan
1.Kota Palembang
Lampung
1.Kota Bandar Lampung
2.Lampung Tengah
Jawa Timur
Seluruh Kab/Kota
Jawa Barat
Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok
Bogor, Garut, Ciamis, Bandung Barat, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya
DKI Jakarta
Jakarta Barat, Jakarta Utara
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur
Banten
Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Tangsel
Pandeglang, Lebak, Kota Cilegon
Kalimantan Selatan
1.Kota Banjarbaru
Teknis Operasional ORI Luas
(Kabupaten/Kota)
• Sasaran ORI
Anak usia 1 tahun s.d <19 tahun
pemberian 3 kali interval 1 bulan dari dosis pertama ke dosis
kedua, interval 6 bulan dari dosis kedua ke dosis ke tiga tanpa
memandang status imunisasi
• Vaksin yang digunakan :
a. DPT-HB-Hib untuk anak usia 1 tahun s.d <5 tahun
b. DT untuk anak usia 5 tahun s.d <7 tahun
c. Td untuk anak usia 7 tahun s.d <19 tahun
• Imunisasi diberikan secara intramuskular di area deltoid
lengan kiri dengan dosis 0, 5 ml
1. Jelaskan kepada Masyarakat tanda-tanda dini difteri
2. Rujuk ke Rumah Sakit jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang menderita
sesuai gejala difteri
3. Jelaskan cara untuk menghindari penularan dengan :
1. Kurangi kontak penderita dengan orang lain
2. Keluarga yang menunggu penderita agar memakai masker dan selalu
mencuci tangan
3. Minum eritomisin 4x500 mg (dewasa) ATAU 50mg/kg BB/4 dosis
(anak-anak) selama 7 hari
4. Jelaskan kenapa keluarga/kontak erat harus minum obat eritromisin dan harus 7
hari.
5. Jelaskan cara minum eritromisin dan efek sampingnya dan harus diminum setelah
makan.
6. Minta keluarga untuk imunisasi difteri lengkap dan jelaskan jadwal imunisasi difteri.
7. Minta keluarga agar penderita diimunisasi 1 bulan setelah pulang dari RS
EDUKASI PETUGAS KESEHATAN
TENTANG DIFTERI KEPADA MASYARAKAT
1.Semua petugas medis yang kontak dengan penderita difteri
agar telah melengkapi Imunisasi Difteri.
2.Menggunakan masker saat kontak dengan penderita
3.Cuci tangan setiap kontak dengan penderita
4.Petugas yang kontak dengan penderita tidak menggunakan
APD dan berada lebih 1 jam dengan jarak <1 meter harus
minum profilaksis .
5.Petugas yang kontak dengan penderita tetapi menggunakan
APD serta telah melengkapi imunisasi difteri tidak perlu
minum profilaksis. PEMBERIAN PROFILAKSIS YANG SUKSES
KEPADA KONTAK ERAT AKAN
MEMPERCEPAT PEMUTUSAN PENULARAN
PERLINDUNGAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN
Distribusi kasus difteri per provinsi per bulan s.d mgg 46 Tahun 2018
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Pertusis/Batuk Rejan/Batuk 100 hari
Penyebab : bakteri Bordetella
pertussis
Cara penularan :percikan ludah
(droplet infection) yang keluar dari
batuk atau bersin.
Gejala : batuk terus menerus (> 2
minggu), hingga muka kebiruan dan
pendarahan di mata, muntah, sesak
napas.
Komplikasi berat : radang paru,
henti napas, kematian mendadak
https://www.cdc.gov/
Kontak kasus adalah orang serumah, tetangga,
teman bermain, teman sekolah, termasuk guru,
teman kerja yang kontak dengan kasus dalam
periode 20 hari (3 mg) dari mulai timbul gejala
(stadium kataral)
10/08/2020
TATALAKSANA PERTUSIS
• Rujuk ke puskesmas/RS
• Isolasi kasus dari lingkungan anak-anak kecil dan bayi
disekitarnya, khususnya dari bayi yang belum
diimunisasi, sampai dengan penderita diberi paling
sedikit 5 hari dari 14 hari dosis antibiotika yang harus
diberikan.
• Kasus tersangka yang tidak mendapatkan antibiotika
harus diisolasi paling sedikit selama 3 minggu.
• Penderita diberikan antibiotik (eritromicin) dosis 40 - 50
kg/BB/hari mak 2 gram/hari dibagi dalam 4 dosis
diberikan selama 14 hr.
• Kontak diberikan antibiotik yang sama sebagai
profilaksis selama 14 hari.
10/08/2020
Kejadian Kasus Pertusis Di Indonesia
2015 - 2017
0
2
4
6
8
10
12
14
Kalimantan
Tengah
Jawa Barat Sumatera
Selatan
Sumatera Barat Jawa Timur Kalimantan
Barat
Kasus
Kematian
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Tetanus Penyebab : bakteri Clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin.
Cara penularan : tidak menyebar dari orang ke
orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam.
Masuk ke luka yang tak bersih, gigi berlubang,
atau infeksi telinga, pemotongan tali pusat bayi
yang tidak steril
Gejala : demam, kaku dan kejang, sulit minum.
Pada bayi terdapat juga gejala berhenti
menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28
hari setelah lahir  Gejala berikutnya adalah
kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
Komplikasi berat : kejang tak berhenti, henti
napas, kematian
https://www.immunize.org/
https://www.idph.state.il.us./
Distribution of Neonatal Cases by Province
Indonesia, 2017-2018
: 1 NT case
2017: 25 cases
Source: Integrated VPD Surveillance data
*Dots are randomly placed within provinces
2018: 6 cases
Data as received on Central at
15 Aug 2018
Neonatal Tetanus Cases and TT2+/TD (PW) Immunization Coverage
Indonesia, 2002 - 2018
Data as received on Central at
15 Jul 2018
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Meningitis / Radang selaput otak
Penyebab : bakteri Haemophilus
influenzae, pneumokokus, dan
meningokokus
Cara penularan : percikan ludah
ketika bicara, batuk, bersin
Gejala : demam, kejang, kaku
kuduk, penurunan kesadaran
Komplikasi berat : kelumpuhan
dan cacat seumur hidup, kematian
Courtesy of Martin Leman
Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalent)
Vaksin DPT-HB-Hib
Vaksin DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3
kali pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan
Cara pemberian :suntikan intra
muskular (IM) pada paha antero lateral
Vaksin DPT-HB-Hib lanjutan diberikan
pada anak usia 18 bulan
Cara pemberian: suntikan intramuskular
(IM) pada paha antero lateral kanan*
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Campak (morbilli, measles)
Penyebab : virus campak
Cara penularan : percikan ludah
dan melalui jalan napas.
Masa inkubasi: 10-12 hari
Gejala : demam, batuk pilek, mata
merah, diare, muncul bercak-bercak
merah pada kulit
Komplikasi berat : radang paru,
radang otak, diare, radang telinga,
dehidrasi, kematian
https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
week/
Gejala klinis:
• Stadium prodromal
– demam makin tinggi dapat mencapai >38,50C
– batuk, pilek, konjungtivitis dan Koplik spots
• Stadium erupsi/ruam (rash)
– 2-4 hari setelah prodromal
– Ruam makulopapular, dimulai dari muka dan
kepala, berlangsung 5-6 hari
• Stadium penyembuhan: hiperpigmentasi
46
Campak (morbilli, measles)
47
Timeline Manifestasi Klinis
Tata Laksana
antiviral : tidak
perlu
terapi suportif:
istirahat,
antipiretik,
nutrisi dan
hidrasi,
simptomatik
Antibiotik :
bila ada infeksi
sekunder bakteri
Vitamin A dosis
tinggi :
100.000 U, per oral
(usia 6 bln-1 thn)
200.000 U, per
oral (usia >1thn),
diulangi pada hari
ke-2 dan 4 minggu
Garna H.Morbili. Dalam: Garna H,editor. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Sagung Seto;2012
48
• Diare
• Bronkhopneumonia
• Pneumonia
• Malnutrisi
• Radang telinga
tengah
• Ulkus mucosa mulut
• Komplikasi mata
Sering
• Encephalitis
• Myocarditis
• Pneumothorax
• Pneumomediastinum
• Appendicitis
• Subacute sclerosing
panencephalitis (SSPE)
Jarang
Komplikasi Penyakit Campak
10/08/2020
KEMATIAN CAMPAK:
 Kematian dari seorang penderita campak pasti, yang terjadi dalam 30
hari setelah timbul rash, biasanya disebabkan komplikasi, bukan disebabkan
oleh hal-hal lain (seperti: trauma atau penyakit kronik yang tidak
berhubungan dengan komplikasi campak)
Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat menular,
yang biasanya ringan pada anak, ditandai ruam, demam
subfebril, pembesaran KGB suboccipital/
retroauricular
Penyebab : virus Rubella, virus RNA dari genus
Rubivirus, famili Togaviridae
Cara penularan : melalui saluran napas pada saat
batuk atau bersin
Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil pada
trimester pertama atau awal kehamilan, dapat
menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang
dilahirkan yang dikenal sebagai Sindroma Rubella
Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome (CRS)
Courtesy of PGPKT
50
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Rubella
Patogenesa Rubella
• Virus rubella berkembang biak di
nasofaring dan kelenjar getah bening
regional. Viremia terjadi 4 – 7 hari setelah
virus masuk tubuh
• Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7
hari sebelum hingga 7 hari setelah rash
• Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 –
21 hari
• IgM rubella biasanya mulai muncul pada 4
hari setelah rash dan setelah 8 minggu
akan menurun dan tidak terdeteksi lagi,
dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari
setelah infeksi dan puncaknya pada 4
minggu kemudian dan umumnya menetap
seumur hidup.
51
Manifestasi Klinis
Gejala prodromal bervariasi sesuai umur,
Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul
ruam.
Ruam pertama muka kemudian lengan, badan, dan tungkai.
Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam bervariasi.
Pada kasus khas: ruam seluruh tubuh ( 24 jam pertama)  memudar mulai muka pada
hari kedua, dan menghilang hari ketiga. ruam eritematous, makulopapula, dan
diskreta.
Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular
posterior, dan servikal.,
1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau
lebih
Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur
minimal, timbul biasanya bersamaan dengan timbulnya
ruam dan akan kembali normal sesudah ruam hilang.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada
anak perempuan yang sudah cukup besar.
Tata Laksana
Tidak ada terapi antiviral spesifik
Pengobatan yang
diberikan bersifat
suportif
Maldonado Y. Rubella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition.
Saunders; 2012
53
Definisi: sindrom kecacatan pada bayi baru lahir
yang meliputi kelainan pada jantung dan mata,
ketulian dan keterlambatan perkembangan
Penyebab : ibu hamil terutama trimestes 1 yang
terinfeksi virus Rubella
Cara penularan : ibu hamil menulari janin
melalui placenta
Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan <12 minggu
risiko janin tertular 80-90%
Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu, risiko janin
tertular 10-20%
Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
• Tidak ada tatalaksana khusushanya bersifat suportif
• Terapi sesuai gejala & kerjasama antardisiplin ilmu 
tatalaksana yang holistik
• Konsul ke bagian terkait
• Tumbuh kembang
• THt: test BERA dan pemasangan ABD
• Mata:memperbaiki visus dan koreksi katarak
• Jantung:koreksi PJB
• Nutrisi
55
Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
Epidemiologi Campak
Negara dengan
kasus campak
terbanyak di dunia,
2016: Indonesia
ranking 6!!
Source: Global MR Initiative.org
56
Epidemiologi Rubella
• Tersebar di
seluruh dunia
• Pandemi tiap
6 – 9 tahun
sebelum vaksin1238 kasus di
Indonesia
8274 kasus di
India
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs367/en
57
Source:
•Routine report (measles validation &
integrated VPD Surveillance data)
•Outbreak report (integrated VPD surveillance data)
Distribusi Kasus Suspek Campak per Bulan
di Indonesia, 2018
PROVINSI Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep TOTAL
JAKARTA 49 63 73 91 83 14 47 52 19 491
YOGYAKARTA 66 71 57 36 26 33 35 74 25 423
JAWA TENGAH 40 36 63 33 44 22 42 65 16 361
LAMPUNG 55 46 49 54 34 10 23 23 11 305
JAWA TIMUR 62 26 38 38 21 11 42 47 18 303
KALIMANTAN SELATAN 0 10 12 25 14 27 8 62 98 256
SUMATERA SELATAN 40 8 53 53 12 16 24 16 20 242
BALI 35 37 49 47 24 11 20 8 0 231
NUSA TENGGARA BARAT 47 40 43 27 16 14 0 1 4 192
JAWA BARAT 25 15 19 26 27 8 24 25 15 184
SULAWESI SELATAN 36 43 37 33 1 6 6 7 0 169
SUMATERA BARAT 23 16 23 21 19 3 15 11 15 146
RIAU 12 12 44 31 10 3 1 11 6 130
ACEH 12 18 31 26 6 0 3 16 4 116
KALIMANTAN BARAT 12 37 14 14 9 1 1 12 0 100
JAMBI 9 7 17 19 6 8 15 7 0 88
KALIMANTAN TIMUR 6 8 9 6 11 4 7 11 13 75
PAPUA 35 13 14 1 0 0 0 4 0 67
KEPULAUAN RIAU 6 11 13 15 1 3 6 6 0 61
SULAWESI BARAT 2 16 30 2 10 1 0 0 0 61
KALIMANTAN TENGAH 5 5 8 6 6 0 1 9 18 58
NUSA TENGGARA TIMUR 0 5 17 18 8 0 0 0 0 48
SUMATERA UTARA 0 10 0 3 2 0 4 19 6 44
SULAWESI TENGGARA 3 6 11 2 5 6 1 4 0 38
KALIMANTAN UTARA 8 6 0 2 2 0 0 3 14 35
BANTEN 4 4 0 2 7 1 2 1 8 29
GORONTALO 6 0 8 2 2 1 0 1 0 20
BANGKA BELITUNG 3 0 2 4 5 0 3 0 0 17
MALUKU 13 3 0 0 0 0 0 0 0 16
SULAWESI UTARA 0 0 0 2 5 0 0 0 0 7
PAPUA BARAT 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
BENGKULU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SULAWESI TENGAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MALUKU UTARA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hospital
Reference Lab
CRS Surveillance provinces
Surveilans CRS Sentinel di 13 RS 10 Provinsi
Sumatera
Utara
RS Adam
Malik
Sumatera
Selatan
RS Moh.
Hoesin
DKI Jakarta
• RS Cipto
Mangunkusum
o
• RSIA Harapan
Kita
Jawa Barat
• RS Hasan Sadikin
• RS Mata Cicendo
Jawa
Tengah
RS dr.
Kariadi
Yogyakarta
RS dr.
Sardjito
Jawa Timur
• RS dr.
Soetomo
• RS Haji
Bali
RS
Sanglah
Sulawesi
Selatan
RS Wahidin
Soedirohusod
o
Sulawesi
Utara
RS dr. Kandou
Multiple Mayor Syndrome in Lab-confirmed CRS
2017 - 2018
Data as 15 August 2018
Total cases with Lab confirmed CRS
2017 : 54 cases
2018 : 38 cases
Congenital Heart
Disease
Cataract Congenital Hearing
Impairment
3 cases; 5,5
%
7 cases;
13 %
9
Cases
16,7 %
16
29,6 %
2017
8 cases;
14,8 %
3 cases;
5,5 %
7 cases; 13 %
Congenital Heart
Disease
Cataract Congenital Hearing
Impairment
1 cases; 2,6
%
16 cases;
42,1 %
4
Cases
10,5%
3
7,9 %
2018
5 cases;
13,1 %
0 cases;
0 %
8 cases; 21 %
Multiple Mayor Syndrome in Lab-confirmed CRS (Aggregate)
(Data comparison 2016 and 2015)
Data as 31 December 2017
Total cases with Lab confirmed
CRS
2015 : 36 cases
2016 : 65 cases
Congenital Heart
Disease
3 cases; 4,6 %
Cataract
Congenital
9 cases;
13,8%
Hearing
Impairment
5 cases; 7,7%
17 cases;
26,2%
5 cases;
7,7%
5
Cases
7,7%
20
30,8 %
2016
Congenital Heart
Disease
5 cases; 13,9%
Cataract Congenital Hearing Impairment
1 cases;
2,8%
13 cases
36,1%
7 cases;
19,4%
5;
13,9%
2015
5 cases; 13,9%
0 cases;
0 %
Imunisasi Campak-Rubella
Vaksin Campak-Rubella (MR)
Vaksin MR diberikan pada bayi
usia 9 bulan
Cara pemberian : suntikan sub
kutan (SK) pada lengan atas (deltoid)
kiri
Vaksin MR dosis lanjutan
diberikan pada bayi usia 18
bulan*
Cara pemberian: suntikan sub
kutan (SK) pada lengan atas (deltoid)
kiri
https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
week/
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Radang Paru, Radang Otak, Bakteriemia (sepsis)
(Invasive Pneumococal Disease)
Penyebab : bakteri Streptococcus
pneumoniae
Cara penularan : udara (percikan
ludah)
Gejala : demam, infeksi saluran
napas, kejang, sesak napas
Komplikasi berat : radang paru,
radang otak, sepsis, infeksi telinga,
selulitis,kematian.
Courtesy of Martin Leman
Courtesy of Martin Leman
Pneumonia di Indonesia
• Indonesia adalah satu dari 10 negara dengan angka
kematian tertinggi pada balita akibat pneumonia.
• Dan 14% kematian pada balita di Indonesia
disebabkan oleh pneumonia.
Di Indonesia, setiap
jamnya 2-3 balita
meninggal karena
pneumonia
The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A Progress Renewed. Progress Report 2015.
UNICEF. September 2015. http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22, 2016
Penyebab Pneumonia pada Anak-anak
1. UNICEF; WHO. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children.
2006.
2. Pneumonia. Fact Sheet No. 331. Updated November 2014. WHO.
Kasus Pneumonia Berat1
Streptococcus pneumoniae, penyebab terbanyak terjadinya pneumonia pada anak-anak.2
S.Pneumonia
(Pneumococcu
s) 50%
Lainnya
(Jamur, Virus)
30%
H.Influenza tipe B
20%
Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV)
Vaksin PCV
Vaksin PCV diberikan sebanyak dua kali
pada bayi usia 2 dan 3 bulan
Cara pemberian : suntikan intra muskular
(IM) pada paha anterolateral kiri
Vaksin PCV lanjutan diberikan pada bayi
usia 12 bulan
Cara pemberian : suntikan intra muskular
(IM) pada paha anterolateral kiri
Vaksin PCV diberikan dalam program
demonstrasi PCV di Lombok Barat dan
Lombok Timur pada tahun 2017
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Kanker Serviks
Penyebab : virus Human Papilloma
Virus (HPV).* utamanya tipe 16 dan
18, dan biasanya terjadi pada
perempuan usia reproduksi.
Cara penularan : Infeksi HPV yang
menyebabkan Kanker serviks menular
dari orang ke orang melalui vagina,
dubur (anus), mulut, hubungan
seksual dan sentuhan melalui kulit
lainnya
Merupakan kanker penyebab
kematian no 2 terbesar di
Indonesia
Imunisasi HPV
Vaksin HPV
Vaksin HPV diberikan dalam
kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) sebanyak 2 kali yaitu
bagi siswi kelas 5 (dosis pertama)
dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI
dan yang sederajat
Cara pemberian : Suntikan intra
muskular (IM) di lengan atas
(pertengahan M. deltoideus)
PD3I
Dalam tahap Demonstration Project
1. Vaksin Pneumococcus Conjugated Vaccine / PCV
• Demonstration project dimulai dengan Provinsi
NTB (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi NTB
memiliki data serotype Pneumococus yang cukup
lengkap)
• 2017 dimulai di 2 kab (Lombok Barat dan Lombok
Timur)
• 2018 rencana semula akan dikembangkan di
seluruh Pulau Lombok, namun adanya bencana
alam sehingga Lombok Utara ditunda
pelaksanaannya pada tahun 2019 bersamaan
dengan kab/kota di luar Pulau Lombok
PD3I
Dalam tahap Demonstration Project
2. Vaksin Human Papiloma Vaccine (HPV)
• Demonstration project dimulai tahun 2016 di
Provinsi DKI (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi
DKI merupakan wilayah risiko tinggi untuk kanker
serviks)
• Imunisasi diberikan bagi siswi kelas 5 (dosis
pertama) dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI dan
yang sederajat pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS)
• Tahun 2018 dikembangkan ke Provinsi Sulawesi
Selatan (Kota Makassar) dan Provinsi Sulawesi
Utara (Kota Manado)
PD3I
Dalam tahap Demonstration Project
3. Vaksin Japanese Encephalitis (JE)
• Demonstration project dimulai tahun 2018 di
Provinsi Bali (sesuai rekomendasi ITAGI:
Provinsi Bali merupakan provinsi risiko tinggi
dan memiliki data angka kesakitan & angka
kematian JE yang tinggi)
• Dimulai dengan kampanye untuk usia sasaran 9
bulan – 15 tahun, kemudian diikuti dengan
introduksi vaksin JE pada program imunisasi
rutin pada anak usia 10 bulan di Provinsi Bali
• Pelaksanaan pada sekolah dan luar sekolah
(tempat pelayanan imunisasi yang ditunjuk)
INGAT !!!! 4 pesan penting yg perlu
disampaikan kepada orang tua
ï‚— Manfaat dari vaksin yang diberikan
(contoh: BCG untuk mencegah TBC)
ï‚— Tanggal imunisasi dan pentingnya KMS
disimpan secara aman dan dibawa
pada kunjungan berikut
ï‚— Keluhan yang dapat dialami, cara
mengatasi dan tidak perlu kuatir.
ï‚— Tanggal imunisasi berikutnya:
tujuannya minimal 5 kali kontak untuk
Imunisasi Dasar Lengkap sebelum
berusia 1 tahun.
75
76

More Related Content

What's hot

Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
rickygunawan84
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdfBab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
ssuserc3081c
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Ditjen P2P Kemenkes
 
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
arum prasetyaning
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
moharip1
 
Kak program-tb
Kak program-tbKak program-tb
Kak program-tb
henny kusrini
 
Kespro bagi catin
Kespro bagi catinKespro bagi catin
Kespro bagi catin
wawanhermawan72
 
Pelayanan imunisasi
Pelayanan  imunisasiPelayanan  imunisasi
Pelayanan imunisasiJoni Iswanto
 
Konsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahKonsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabah
rickygunawan84
 
Program TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasProgram TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasJoni Iswanto
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUVera_Radcliffe
 
Prosedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasiProsedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasiJoni Iswanto
 
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmas
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmasSurveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmas
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmas
I Putu Cahya Legawa
 
PPT PENYAKIT AFP.pdf
PPT PENYAKIT AFP.pdfPPT PENYAKIT AFP.pdf
PPT PENYAKIT AFP.pdf
Niken Kurniasih
 
Soal posyandu
Soal posyanduSoal posyandu
Soal posyandu
Abi Muhlies
 
Nusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tbNusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tb
BidangTFBBPKCiloto
 

What's hot (20)

Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdfBab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
 
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
 
Kak program-tb
Kak program-tbKak program-tb
Kak program-tb
 
Kespro bagi catin
Kespro bagi catinKespro bagi catin
Kespro bagi catin
 
Wabah
WabahWabah
Wabah
 
Pelayanan imunisasi
Pelayanan  imunisasiPelayanan  imunisasi
Pelayanan imunisasi
 
Konsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahKonsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabah
 
Program TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasProgram TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmas
 
Mtbs
MtbsMtbs
Mtbs
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Prosedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasiProsedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasi
 
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmas
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmasSurveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmas
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmas
 
Pedoman PMTCT Nasional
Pedoman PMTCT NasionalPedoman PMTCT Nasional
Pedoman PMTCT Nasional
 
PPT PENYAKIT AFP.pdf
PPT PENYAKIT AFP.pdfPPT PENYAKIT AFP.pdf
PPT PENYAKIT AFP.pdf
 
Soal posyandu
Soal posyanduSoal posyandu
Soal posyandu
 
Nusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tbNusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tb
 

Similar to PD3I Nusantara Sehat

imunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.pptimunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.ppt
PTBOGORSARINUTRISI
 
Imunisasi bcg dan polio
Imunisasi bcg dan polioImunisasi bcg dan polio
Imunisasi bcg dan polio
Sandi Saputra
 
IMUNISASI BAYI.pptx
IMUNISASI BAYI.pptxIMUNISASI BAYI.pptx
IMUNISASI BAYI.pptx
SulasmiMirai
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
eliza293643
 
TUGAS POWERPOINT.pptx
TUGAS POWERPOINT.pptxTUGAS POWERPOINT.pptx
TUGAS POWERPOINT.pptx
Gugungumilar16
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Amalia Ifanasari
 
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptxHIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
ssuserafc4c11
 
Pelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptx
Pelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptxPelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptx
Pelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptx
DewiNurKhotimah1
 
What is Epidemic?
What is Epidemic?What is Epidemic?
What is Epidemic?
Mohd Farhan Ismail
 
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdfLEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
MimaBaitanu1
 
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
noviarani6
 
Imunisasi Masyarakat contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat  contoh materii pptImunisasi Masyarakat  contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat contoh materii ppt
AZIZATUZZAHRA2
 
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdf
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdfPermasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdf
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdf
susisusanti305451
 
Sosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptx
Sosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptxSosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptx
Sosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptx
zeynita1
 
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
StephanieLexyLouis1
 
United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...
United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...
United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...
CNS www.citizen-news.org
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasikenggi
 

Similar to PD3I Nusantara Sehat (20)

imunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.pptimunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.ppt
 
Imunisasi bcg dan polio
Imunisasi bcg dan polioImunisasi bcg dan polio
Imunisasi bcg dan polio
 
IMUNISASI BAYI.pptx
IMUNISASI BAYI.pptxIMUNISASI BAYI.pptx
IMUNISASI BAYI.pptx
 
Immunisasi
Immunisasi Immunisasi
Immunisasi
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
 
TUGAS POWERPOINT.pptx
TUGAS POWERPOINT.pptxTUGAS POWERPOINT.pptx
TUGAS POWERPOINT.pptx
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
 
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptxHIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
 
Pelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptx
Pelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptxPelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptx
Pelaksanaan-Introduksi-Imunisasi-Pcv.pptx
 
What is Epidemic?
What is Epidemic?What is Epidemic?
What is Epidemic?
 
Leaflet isk akper raha
Leaflet isk akper rahaLeaflet isk akper raha
Leaflet isk akper raha
 
Leaflet isk akper raha
Leaflet isk akper rahaLeaflet isk akper raha
Leaflet isk akper raha
 
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdfLEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
 
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
 
Imunisasi Masyarakat contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat  contoh materii pptImunisasi Masyarakat  contoh materii ppt
Imunisasi Masyarakat contoh materii ppt
 
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdf
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdfPermasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdf
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdf
 
Sosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptx
Sosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptxSosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptx
Sosialisasi vaksin baru untuk bayi dan balita.pptx
 
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
 
United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...
United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...
United multisectoral actions to fight drug-resistant TB in Indonesia: Dr Erli...
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 

Recently uploaded

Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 

Recently uploaded (20)

Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 

PD3I Nusantara Sehat

  • 1. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) Disampaikan pada TOT Pengelola Program Imunisasi 26 November 2018
  • 2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) masih mengancam dunia WHO 2010 • 1.5 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin • Hampir 17% kematian pada anak <5 tahun dapat dicegah dengan vaksinasi 1. WHO. Global Immunization Data. October 2012; 2. WHO. WHO vaccine-preventable diseases: monitoring system – 2013 global summary
  • 3. Diperlukan imunisasi berkesinambungan dengan cakupan tinggi Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi masih mengancam dunia Diperlukan cakupan imunisasi yang senantiasa tinggi 1. Mencegah individu terhadap penyakit yang berbahaya 2. Mencegah penularan di masyarakat 1. WHO. Global Immunization Data. October 2012; 2. WHO. WHO vaccine-preventable diseases: monitoring system – 2013 global summary
  • 4. % 100 80 60 40 20 10 Lengkap Tidak lengkap Tidak diimunisasi 41.6 53.8 59.2 49.2 33.5 32.1 9.1 12.7 8.7 2007 2008 2013 Kelengkapan imunisasi di Indonesia Riskesdas, Kementrian Kesehatan 2013
  • 5. Alasan tidak diimunisasi (%) Keluarga tidak mengizin kan 26.3% 28.8 Anak sering sakit 6.8% Tempat imunisasi jauh 21.9% 16.3 Anak demam 28.8% Tidak tahu Tempat Imunisasi 6.7% Sibuk/repot 16.3% Alasan mengapa tidak diimunisasi Riskesdas,2013
  • 6. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Tuberculosis Polio Tetanus Diphteria Pertusis MeaslesPneumonia
  • 7. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi -Hepatitis B -Poliomielitis -Tuberkulosis -Difteri -Pertusis -Tetanus -Campak -Rubella -Hepatitis A -Gondongan (mumps) -Campak Jerman (rubela) -Demam Tifoid -Radang selaput otak (meningitis) -Cacar air (varisela) --Diare akibat rotavirus -influenza Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi rutin Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pilihan Imunisasi dalam tahap Demonstration Project -Invasive Pneumococcal Disease (PCV) -Kanker leher rahim (kanker serviks/HPV=Human Papiloma Virus) - Japanese Encephalitis (JE)
  • 8. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Hepatitis Penyebab : virus Hepatitis B dan A Cara penularan : melalui darah / suntikan / cairan tubuh (hep B) atau makanan / minuman tercemar (hep A) Gejala: bervariasi dari tak bergejala hingga sakit berat, demam tinggi, perut bengkak, kulit kuning Komplikasi berat : pengerasan / sirosis hati, kanker hati, kegagalan fungsi hati. https://dinkeskebumen.wordpress.com/2012/11/09/
  • 9. Transmisi neonatal 70%-90% dari ibu HBsAg dan HBeAg positif 20% apabila ibu HbsAg positif Bayi tertular saat dilahirkan (penularan vertikal) 90% menjadi menahun Terjadi sirosis hepatis >> kanker hati www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/index.html
  • 10. Imunisasi Hepatitis B Vaksin HepatitisVaksin Hepatitis B bayi baru lahir dianjurkan diberikan segera dalam waktu 24 jam* sesudah bayi lahir, diberikan setelah vitamin K 1 Cara pemberian : suntikan intra muskular (IM) di paha antero lateral HBIg pada paha yang berlainan, untuk bayi dari Ibu yang HBsAg positif Dilanjutkan DPT-HB-Hib 1,2 dan 3 pada usia 2,3 dan 4 bulan
  • 11. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi TBC Penyebab : bakteri Mycobacterium tuberculosis Cara penularan : melalui percikan ludah dari orang dewasa serumah kepada anak (terutama < 5 thn) Komplikasi berat : Milier TB, Meningitis TB, Tb sendi, dll.
  • 12. Imunisasi BCG Vaksin BCG Vaksin BCG diberikan sebanyak 1 kali pada bayi usia 1 bulan Cara pemberian: suntikan intra kutan (IK) pada lengan atas kanan
  • 13. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Poliomielitis http://umaza.edu.ar/blog/universidadsaludable/2014/05/08/ Penyebab : virus Polio. Virus polio menyerang cornu anterior medula spinalis atau medula oblongata Cara penularan : masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman (orofecal) Masa inkubasi: 5 – 35 hari Gejala : bervariasi dari tidak ada gejala hingga kelumpuhan Komplikasi berat : kelumpuhan dan cacat seumur hidup
  • 14. 8/10/2020 14 Manifestasi klinis – Abortive (5%): panas, lemas, anoreksia, sakit kepala – Non paralytic (1%): kekakuan leher, refleks menurun – Paralytic (0,1%): kelumpuhan asimetris, dapat mengenai saraf otak, otak dan refleks menghilang
  • 15. 8/10/2020 15 • Diagnosis pasti  Virus Polio di tinja (+) • Tatalaksana : simptomatik dan fisioterapi • Pasien dirawat 2 minggu dipulangkan jika klinis sedikit membaik • Tinja pasien mengandung virus polio selama 3 bulan  diberikan klorin • Gejala sisa: lumpuh layuh, biasanya tungkai satu sisi mengecil, dapat terjadi kontraktur • Pemantauan: surveilans lumpuh layuh akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP) Rojudin,Campang WayHandak,lumpuh tgl28-05-05 Foto03-07-’05 Cacat Menetap
  • 16. INDONESIA STILL HIGH RISK AREA for Polio 25 provinces in Indonesia HIGH RISK for Polio Published 21 November 2018 *Polio Risk Assessment with WHO Tools Year 2016 Status : HIGH RISK *Polio Risk Assessment with WHO Tools Year 2017 Status : HIGH RISK 2017 Legend Remark Number of Prov % High Risk 25 73,5 Medium Risk 8 23,5 Low Risk 1 3,0
  • 17. Compatible Polio and Hot Cases Indonesia, 2017 - 2018 Published 21 November 2018 : 1 Compatible case, N= 0 : 1 Hot case, N= 0 2017 2018 Polio Compatible Cases (Indragiri Hulu / Riau) Onset Paralysis 25/07/2017 Polio Compatible Cases (Badung / Bali) Onset Paralysis 01/05/2017 Polio Compatible: Menyerupai polio namun tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium karena spesimen tinja tidak tersedia/tidak adekuat
  • 18. Distributions of AFP Cases With Vaccine Polio Virus Positive Indonesia, 2017 - 2018 : VPV type 2: VPV type 1 : VPV Mix: VPV type 3 * Dots are randomly place 2017 (sudah bOPV) VPV 3 Cases (Dompu) Onset Paralysis 04/05/2017 BUKAN POLIO Published 21 November 2018 VPV 3 Cases (Sleman) Onset Paralysis 21/05/2017 BUKAN POLIO VPV Mix Cases (Pesisir Selatan) Onset Paralysis 26/05/2017 BUKAN POLIO VPV 3 Cases (Bandung) Onset Paralysis 24/01/2017 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari VPV Mix Cases (Kota Bandar Lampung) Onset Paralysis 30/11/2017 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari VPV Mix Cases (Bone) Onset Paralysis 04/01/2018 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari 2018 (sudah bOPV) n = 1 CasesVPV 3 Cases (Kota Batam) Onset Paralysis 28/02/2018 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari VPV Mix Cases (Muna) Onset Paralysis 19/02/2018 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari VPV Type 1 Cases (Bireuen) Onset Paralysis 09/03/2018 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari VPV Type 1 Cases (Kota Bekasi) Onset Paralysis 02/04/2018 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari VPV 3 Cases (Penukal Abab Lematang Ilir) Onset Paralysis 10/04/2018 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari VPV 3 Cases (Kota Batam) Onset Paralysis 28/02/2018 Belum Kunjungan Ulang 60 Hari n = 5 Cases
  • 19. Imunisasi Polio Vaksin Polio Vaksin Polio oral (bOPV) diberikan sebanyak 4 kali yaitu saat bayi berusia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan Cara pemberian : diberikan secara per oral sebanyak 2 tetes Vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada bayi usia 4 bulan Cara pemberian: suntikan intra muskular (IM) pada paha anterolateral kiri
  • 20. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Difteri Penyebab : bakteri Corynebacterium diphteriae Cara penularan : melalui udara (batuk / bersin) Gejala : demam, bengkak pada amandel dan leher, terdapat selaput putih menutup jalan napas Komplikasi berat : sumbatan jalan napas, peradangan jantung, kelumpuhan, kematian.
  • 21. Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin) GEJALA KLINIS DIFTERI Demam atau tanpa demam Munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit lepas dan mudah berdarah jika dilepas/dimanipulasi Sakit waktu menelan  Sebanyak 94% kasus Difteri mengenai tonsil dan faring Leher membengkak Sesak nafas disertai bunyiKOMPLIKASI DIFTERI Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Difteri
  • 22. CARA PENULARAN DIFTERI melalui droplet (percikan ludah) dari dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit. SIAPA YANG BISA TERTULAR DIFTERI? Semua kelompok usia dapat tertular penyakit ini, terutama yang belum mendapatkan imunisasi lengkap MASA INKUBASI DIFTERI  antara 1 – 10 hari, rata-rata 2 – 5 hari  Kasus dapat menularkan penyakit ke orang lain 2- 4 minggu sejak masa inkubasi KEMATIAN kelumpuhan otot jantung atau sumbatan jalan nafas. Bila tidak diobati dengan tepat angka kematian 5 – 10 % pada anak usia <5 tahun dan pada dewasa (diatas 40 tahun) dapat mencapai 20 % KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIFTERI  Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus suspek difteri  dilaporkan dalam 24 jam ke Kementerian Kesehatan (PHEOC – Public Health Emergency Operation Centre).
  • 23. Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999. Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d. Patogenesis Difteria Percikan ludah Terhirup Kolonisasi di tenggorokan dan memproduksi toksin Nekrosis setempat dan terkumpul jaringan mati Toksin diserap dan masuk ke peredaran darah menyebar ke otot jantung, ginjal, syaraf perifer Terbentuk pseudo membran Miokarditis, neuritis
  • 26. Difteri dapat disembuhkan apabila orang yang terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan pertolongan APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN? CARA PENCEGAHAN PENULARAN DIFTERI  Pencegahan: Imunisasi Lengkap sesuai Usia Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka dilakukan ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata  Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)  Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus  Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotika
  • 27. KomunikasiRisikodan MelibatkanPeranMasyarakat KEGIATAN UTAMA : 1. Deteksi Dini Kasus Suspek Difteri dan Penyelidikan Epidemiologi 2. Pencegahan penyebaran KLB difteri 3. Edukasi tentang difteri dan pencegahannya terhadap masyarakat 4. Imunisasi Respon KLB Tujuan: Untuk mencegah penularan penyakit dari kontak yang mungkin sudah terinfeksi dengan kuman Corynebacterium diphtheria dan memberikan kekebalan jangka menengah dan panjang terhadap penyakit i. Perawatan dan Pengobatan kasus secara adekuat ii. Penemuan dan Pengobatan kasus tambahan iii. Tata laksana kontak erat STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
  • 28. KONTAK ERAT  Semua orang yang pernah kontak (secara fisik: berbicara atau terkena percikan ludah saat batuk/bersin) dengan kasus suspek difteri  Sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit menelan sampai 2 hari setelah pengobatan (masa penularan). Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah:  Kontak erat satu rumah: tidur satu atap  Kontak erat satu kamar di asrama  Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain  Kontak erat satu ruang kerja  Kontak erat tetangga, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi rumah  Petugas kesehatan di lapangan dan di RS  Pendamping kasus selama dirawat
  • 29. Cara Pencegahan Penularan Penyakit Difteri • Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian prophilaksis terhadap kontak dan karier • Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan tatalaksana karier yang adekuat • ORI (Outbreak Response Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata (cakupan minimal 90%) • Penguatan imunisasi rutin : perbaikan cakupan dan kualitas pelayanan imunisasi rutin difteri bagi bayi, anak usia di bawah dua tahun serta anak usia sekolah dasar di seluruh wilayah di Indonesia. • Penggunaan masker dan PHBS
  • 30. Surat Edaran Dirjen P2P SE 21 Des 2017 Langkah penaggulangan KLB Difteri Pelaksana ORI Luas (82 kab/kota) SE 11 Jan 2018 Revisi Pelaksana ORI Luas (85 kab/kota) Dasar : 1.Kasus lab (+) 2.Difteri dgn kematian 3.Peningkatan kasus yang signifikan 4.Cakupan imunisasi SE 9 Feb 2018: Update Pelaksana ORI Luas (80 kab/kota)
  • 31. AREA PELAKSANAAN ORI LUAS DI 80 KAB/KOTA Cluster 1: 12 Kab/Kota i.Putaran I: Desember 2017 ii.Putaran II: Februari 2018 iii.Putaran III: Agustus 2018 Cluster 2: 24 Kab/Kota i.Putaran I: Februari 2018 ii.Putaran II: Juni 2018 iii.Putaran III: Desember 2018 Jawa Timur: 38 Kab/Kota i.Putaran I: Februari 2018 ii.Putaran II: Juli 2018 iii.Putaran III: November 2018 Cluster 3: 6 Kab/Kota i.Putaran I: Februari 2018 ii.Putaran II: April 2018 iii.Putaran III: Oktober 2018 Cluster 3 Cluster 2 Cluster 1 Jawa Timur Kalimantan Timur 1.Kota Balikpapan 2.Kutai Kertanegara 3.Kutai Timur 4.Kota Bontang 5.Kota Samarinda Kalimantan Barat 1.Kota Pontianak 2.Sintang Aceh 1.Pidie 2.Aceh Utara 3.Kota Banda Aceh 4.Kota Lhokseumawe Sumatera Barat 1.Kota Padang 2.Kota Payakumbuh Sumatera Selatan 1.Kota Palembang Lampung 1.Kota Bandar Lampung 2.Lampung Tengah Jawa Timur Seluruh Kab/Kota Jawa Barat Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok Bogor, Garut, Ciamis, Bandung Barat, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya DKI Jakarta Jakarta Barat, Jakarta Utara Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur Banten Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Tangsel Pandeglang, Lebak, Kota Cilegon Kalimantan Selatan 1.Kota Banjarbaru
  • 32. Teknis Operasional ORI Luas (Kabupaten/Kota) • Sasaran ORI Anak usia 1 tahun s.d <19 tahun pemberian 3 kali interval 1 bulan dari dosis pertama ke dosis kedua, interval 6 bulan dari dosis kedua ke dosis ke tiga tanpa memandang status imunisasi • Vaksin yang digunakan : a. DPT-HB-Hib untuk anak usia 1 tahun s.d <5 tahun b. DT untuk anak usia 5 tahun s.d <7 tahun c. Td untuk anak usia 7 tahun s.d <19 tahun • Imunisasi diberikan secara intramuskular di area deltoid lengan kiri dengan dosis 0, 5 ml
  • 33. 1. Jelaskan kepada Masyarakat tanda-tanda dini difteri 2. Rujuk ke Rumah Sakit jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang menderita sesuai gejala difteri 3. Jelaskan cara untuk menghindari penularan dengan : 1. Kurangi kontak penderita dengan orang lain 2. Keluarga yang menunggu penderita agar memakai masker dan selalu mencuci tangan 3. Minum eritomisin 4x500 mg (dewasa) ATAU 50mg/kg BB/4 dosis (anak-anak) selama 7 hari 4. Jelaskan kenapa keluarga/kontak erat harus minum obat eritromisin dan harus 7 hari. 5. Jelaskan cara minum eritromisin dan efek sampingnya dan harus diminum setelah makan. 6. Minta keluarga untuk imunisasi difteri lengkap dan jelaskan jadwal imunisasi difteri. 7. Minta keluarga agar penderita diimunisasi 1 bulan setelah pulang dari RS EDUKASI PETUGAS KESEHATAN TENTANG DIFTERI KEPADA MASYARAKAT
  • 34. 1.Semua petugas medis yang kontak dengan penderita difteri agar telah melengkapi Imunisasi Difteri. 2.Menggunakan masker saat kontak dengan penderita 3.Cuci tangan setiap kontak dengan penderita 4.Petugas yang kontak dengan penderita tidak menggunakan APD dan berada lebih 1 jam dengan jarak <1 meter harus minum profilaksis . 5.Petugas yang kontak dengan penderita tetapi menggunakan APD serta telah melengkapi imunisasi difteri tidak perlu minum profilaksis. PEMBERIAN PROFILAKSIS YANG SUKSES KEPADA KONTAK ERAT AKAN MEMPERCEPAT PEMUTUSAN PENULARAN PERLINDUNGAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN
  • 35. Distribusi kasus difteri per provinsi per bulan s.d mgg 46 Tahun 2018
  • 36. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Pertusis/Batuk Rejan/Batuk 100 hari Penyebab : bakteri Bordetella pertussis Cara penularan :percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala : batuk terus menerus (> 2 minggu), hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata, muntah, sesak napas. Komplikasi berat : radang paru, henti napas, kematian mendadak https://www.cdc.gov/
  • 37. Kontak kasus adalah orang serumah, tetangga, teman bermain, teman sekolah, termasuk guru, teman kerja yang kontak dengan kasus dalam periode 20 hari (3 mg) dari mulai timbul gejala (stadium kataral) 10/08/2020
  • 38. TATALAKSANA PERTUSIS • Rujuk ke puskesmas/RS • Isolasi kasus dari lingkungan anak-anak kecil dan bayi disekitarnya, khususnya dari bayi yang belum diimunisasi, sampai dengan penderita diberi paling sedikit 5 hari dari 14 hari dosis antibiotika yang harus diberikan. • Kasus tersangka yang tidak mendapatkan antibiotika harus diisolasi paling sedikit selama 3 minggu. • Penderita diberikan antibiotik (eritromicin) dosis 40 - 50 kg/BB/hari mak 2 gram/hari dibagi dalam 4 dosis diberikan selama 14 hr. • Kontak diberikan antibiotik yang sama sebagai profilaksis selama 14 hari. 10/08/2020
  • 39. Kejadian Kasus Pertusis Di Indonesia 2015 - 2017 0 2 4 6 8 10 12 14 Kalimantan Tengah Jawa Barat Sumatera Selatan Sumatera Barat Jawa Timur Kalimantan Barat Kasus Kematian
  • 40. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Tetanus Penyebab : bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Cara penularan : tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Masuk ke luka yang tak bersih, gigi berlubang, atau infeksi telinga, pemotongan tali pusat bayi yang tidak steril Gejala : demam, kaku dan kejang, sulit minum. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir  Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi berat : kejang tak berhenti, henti napas, kematian https://www.immunize.org/ https://www.idph.state.il.us./
  • 41. Distribution of Neonatal Cases by Province Indonesia, 2017-2018 : 1 NT case 2017: 25 cases Source: Integrated VPD Surveillance data *Dots are randomly placed within provinces 2018: 6 cases Data as received on Central at 15 Aug 2018
  • 42. Neonatal Tetanus Cases and TT2+/TD (PW) Immunization Coverage Indonesia, 2002 - 2018 Data as received on Central at 15 Jul 2018
  • 43. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Meningitis / Radang selaput otak Penyebab : bakteri Haemophilus influenzae, pneumokokus, dan meningokokus Cara penularan : percikan ludah ketika bicara, batuk, bersin Gejala : demam, kejang, kaku kuduk, penurunan kesadaran Komplikasi berat : kelumpuhan dan cacat seumur hidup, kematian Courtesy of Martin Leman
  • 44. Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalent) Vaksin DPT-HB-Hib Vaksin DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3 kali pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan Cara pemberian :suntikan intra muskular (IM) pada paha antero lateral Vaksin DPT-HB-Hib lanjutan diberikan pada anak usia 18 bulan Cara pemberian: suntikan intramuskular (IM) pada paha antero lateral kanan*
  • 45. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Campak (morbilli, measles) Penyebab : virus campak Cara penularan : percikan ludah dan melalui jalan napas. Masa inkubasi: 10-12 hari Gejala : demam, batuk pilek, mata merah, diare, muncul bercak-bercak merah pada kulit Komplikasi berat : radang paru, radang otak, diare, radang telinga, dehidrasi, kematian https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization- week/
  • 46. Gejala klinis: • Stadium prodromal – demam makin tinggi dapat mencapai >38,50C – batuk, pilek, konjungtivitis dan Koplik spots • Stadium erupsi/ruam (rash) – 2-4 hari setelah prodromal – Ruam makulopapular, dimulai dari muka dan kepala, berlangsung 5-6 hari • Stadium penyembuhan: hiperpigmentasi 46 Campak (morbilli, measles)
  • 48. Tata Laksana antiviral : tidak perlu terapi suportif: istirahat, antipiretik, nutrisi dan hidrasi, simptomatik Antibiotik : bila ada infeksi sekunder bakteri Vitamin A dosis tinggi : 100.000 U, per oral (usia 6 bln-1 thn) 200.000 U, per oral (usia >1thn), diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu Garna H.Morbili. Dalam: Garna H,editor. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Sagung Seto;2012 48
  • 49. • Diare • Bronkhopneumonia • Pneumonia • Malnutrisi • Radang telinga tengah • Ulkus mucosa mulut • Komplikasi mata Sering • Encephalitis • Myocarditis • Pneumothorax • Pneumomediastinum • Appendicitis • Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) Jarang Komplikasi Penyakit Campak 10/08/2020 KEMATIAN CAMPAK:  Kematian dari seorang penderita campak pasti, yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash, biasanya disebabkan komplikasi, bukan disebabkan oleh hal-hal lain (seperti: trauma atau penyakit kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak)
  • 50. Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat menular, yang biasanya ringan pada anak, ditandai ruam, demam subfebril, pembesaran KGB suboccipital/ retroauricular Penyebab : virus Rubella, virus RNA dari genus Rubivirus, famili Togaviridae Cara penularan : melalui saluran napas pada saat batuk atau bersin Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai Sindroma Rubella Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome (CRS) Courtesy of PGPKT 50 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Rubella
  • 51. Patogenesa Rubella • Virus rubella berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional. Viremia terjadi 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh • Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash • Masa inkubasi rubella berkisar antara 14 – 21 hari • IgM rubella biasanya mulai muncul pada 4 hari setelah rash dan setelah 8 minggu akan menurun dan tidak terdeteksi lagi, dan IgG mulai muncul dalam 14-18 hari setelah infeksi dan puncaknya pada 4 minggu kemudian dan umumnya menetap seumur hidup. 51
  • 52. Manifestasi Klinis Gejala prodromal bervariasi sesuai umur, Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam. Ruam pertama muka kemudian lengan, badan, dan tungkai. Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam bervariasi. Pada kasus khas: ruam seluruh tubuh ( 24 jam pertama)  memudar mulai muka pada hari kedua, dan menghilang hari ketiga. ruam eritematous, makulopapula, dan diskreta. Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal., 1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur minimal, timbul biasanya bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan kembali normal sesudah ruam hilang. Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak perempuan yang sudah cukup besar.
  • 53. Tata Laksana Tidak ada terapi antiviral spesifik Pengobatan yang diberikan bersifat suportif Maldonado Y. Rubella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition. Saunders; 2012 53
  • 54. Definisi: sindrom kecacatan pada bayi baru lahir yang meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan perkembangan Penyebab : ibu hamil terutama trimestes 1 yang terinfeksi virus Rubella Cara penularan : ibu hamil menulari janin melalui placenta Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan <12 minggu risiko janin tertular 80-90% Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu, risiko janin tertular 10-20% Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
  • 55. • Tidak ada tatalaksana khusushanya bersifat suportif • Terapi sesuai gejala & kerjasama antardisiplin ilmu  tatalaksana yang holistik • Konsul ke bagian terkait • Tumbuh kembang • THt: test BERA dan pemasangan ABD • Mata:memperbaiki visus dan koreksi katarak • Jantung:koreksi PJB • Nutrisi 55 Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
  • 56. Epidemiologi Campak Negara dengan kasus campak terbanyak di dunia, 2016: Indonesia ranking 6!! Source: Global MR Initiative.org 56
  • 57. Epidemiologi Rubella • Tersebar di seluruh dunia • Pandemi tiap 6 – 9 tahun sebelum vaksin1238 kasus di Indonesia 8274 kasus di India www.who.int/mediacentre/factsheets/fs367/en 57
  • 58. Source: •Routine report (measles validation & integrated VPD Surveillance data) •Outbreak report (integrated VPD surveillance data) Distribusi Kasus Suspek Campak per Bulan di Indonesia, 2018
  • 59. PROVINSI Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep TOTAL JAKARTA 49 63 73 91 83 14 47 52 19 491 YOGYAKARTA 66 71 57 36 26 33 35 74 25 423 JAWA TENGAH 40 36 63 33 44 22 42 65 16 361 LAMPUNG 55 46 49 54 34 10 23 23 11 305 JAWA TIMUR 62 26 38 38 21 11 42 47 18 303 KALIMANTAN SELATAN 0 10 12 25 14 27 8 62 98 256 SUMATERA SELATAN 40 8 53 53 12 16 24 16 20 242 BALI 35 37 49 47 24 11 20 8 0 231 NUSA TENGGARA BARAT 47 40 43 27 16 14 0 1 4 192 JAWA BARAT 25 15 19 26 27 8 24 25 15 184 SULAWESI SELATAN 36 43 37 33 1 6 6 7 0 169 SUMATERA BARAT 23 16 23 21 19 3 15 11 15 146 RIAU 12 12 44 31 10 3 1 11 6 130 ACEH 12 18 31 26 6 0 3 16 4 116 KALIMANTAN BARAT 12 37 14 14 9 1 1 12 0 100 JAMBI 9 7 17 19 6 8 15 7 0 88 KALIMANTAN TIMUR 6 8 9 6 11 4 7 11 13 75 PAPUA 35 13 14 1 0 0 0 4 0 67 KEPULAUAN RIAU 6 11 13 15 1 3 6 6 0 61 SULAWESI BARAT 2 16 30 2 10 1 0 0 0 61 KALIMANTAN TENGAH 5 5 8 6 6 0 1 9 18 58 NUSA TENGGARA TIMUR 0 5 17 18 8 0 0 0 0 48 SUMATERA UTARA 0 10 0 3 2 0 4 19 6 44 SULAWESI TENGGARA 3 6 11 2 5 6 1 4 0 38 KALIMANTAN UTARA 8 6 0 2 2 0 0 3 14 35 BANTEN 4 4 0 2 7 1 2 1 8 29 GORONTALO 6 0 8 2 2 1 0 1 0 20 BANGKA BELITUNG 3 0 2 4 5 0 3 0 0 17 MALUKU 13 3 0 0 0 0 0 0 0 16 SULAWESI UTARA 0 0 0 2 5 0 0 0 0 7 PAPUA BARAT 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 BENGKULU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 SULAWESI TENGAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 MALUKU UTARA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
  • 60.
  • 61.
  • 62. Hospital Reference Lab CRS Surveillance provinces Surveilans CRS Sentinel di 13 RS 10 Provinsi Sumatera Utara RS Adam Malik Sumatera Selatan RS Moh. Hoesin DKI Jakarta • RS Cipto Mangunkusum o • RSIA Harapan Kita Jawa Barat • RS Hasan Sadikin • RS Mata Cicendo Jawa Tengah RS dr. Kariadi Yogyakarta RS dr. Sardjito Jawa Timur • RS dr. Soetomo • RS Haji Bali RS Sanglah Sulawesi Selatan RS Wahidin Soedirohusod o Sulawesi Utara RS dr. Kandou
  • 63. Multiple Mayor Syndrome in Lab-confirmed CRS 2017 - 2018 Data as 15 August 2018 Total cases with Lab confirmed CRS 2017 : 54 cases 2018 : 38 cases Congenital Heart Disease Cataract Congenital Hearing Impairment 3 cases; 5,5 % 7 cases; 13 % 9 Cases 16,7 % 16 29,6 % 2017 8 cases; 14,8 % 3 cases; 5,5 % 7 cases; 13 % Congenital Heart Disease Cataract Congenital Hearing Impairment 1 cases; 2,6 % 16 cases; 42,1 % 4 Cases 10,5% 3 7,9 % 2018 5 cases; 13,1 % 0 cases; 0 % 8 cases; 21 %
  • 64. Multiple Mayor Syndrome in Lab-confirmed CRS (Aggregate) (Data comparison 2016 and 2015) Data as 31 December 2017 Total cases with Lab confirmed CRS 2015 : 36 cases 2016 : 65 cases Congenital Heart Disease 3 cases; 4,6 % Cataract Congenital 9 cases; 13,8% Hearing Impairment 5 cases; 7,7% 17 cases; 26,2% 5 cases; 7,7% 5 Cases 7,7% 20 30,8 % 2016 Congenital Heart Disease 5 cases; 13,9% Cataract Congenital Hearing Impairment 1 cases; 2,8% 13 cases 36,1% 7 cases; 19,4% 5; 13,9% 2015 5 cases; 13,9% 0 cases; 0 %
  • 65. Imunisasi Campak-Rubella Vaksin Campak-Rubella (MR) Vaksin MR diberikan pada bayi usia 9 bulan Cara pemberian : suntikan sub kutan (SK) pada lengan atas (deltoid) kiri Vaksin MR dosis lanjutan diberikan pada bayi usia 18 bulan* Cara pemberian: suntikan sub kutan (SK) pada lengan atas (deltoid) kiri https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization- week/
  • 66. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Radang Paru, Radang Otak, Bakteriemia (sepsis) (Invasive Pneumococal Disease) Penyebab : bakteri Streptococcus pneumoniae Cara penularan : udara (percikan ludah) Gejala : demam, infeksi saluran napas, kejang, sesak napas Komplikasi berat : radang paru, radang otak, sepsis, infeksi telinga, selulitis,kematian. Courtesy of Martin Leman Courtesy of Martin Leman
  • 67. Pneumonia di Indonesia • Indonesia adalah satu dari 10 negara dengan angka kematian tertinggi pada balita akibat pneumonia. • Dan 14% kematian pada balita di Indonesia disebabkan oleh pneumonia. Di Indonesia, setiap jamnya 2-3 balita meninggal karena pneumonia The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A Progress Renewed. Progress Report 2015. UNICEF. September 2015. http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22, 2016
  • 68. Penyebab Pneumonia pada Anak-anak 1. UNICEF; WHO. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. 2006. 2. Pneumonia. Fact Sheet No. 331. Updated November 2014. WHO. Kasus Pneumonia Berat1 Streptococcus pneumoniae, penyebab terbanyak terjadinya pneumonia pada anak-anak.2 S.Pneumonia (Pneumococcu s) 50% Lainnya (Jamur, Virus) 30% H.Influenza tipe B 20%
  • 69. Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV) Vaksin PCV Vaksin PCV diberikan sebanyak dua kali pada bayi usia 2 dan 3 bulan Cara pemberian : suntikan intra muskular (IM) pada paha anterolateral kiri Vaksin PCV lanjutan diberikan pada bayi usia 12 bulan Cara pemberian : suntikan intra muskular (IM) pada paha anterolateral kiri Vaksin PCV diberikan dalam program demonstrasi PCV di Lombok Barat dan Lombok Timur pada tahun 2017
  • 70. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Kanker Serviks Penyebab : virus Human Papilloma Virus (HPV).* utamanya tipe 16 dan 18, dan biasanya terjadi pada perempuan usia reproduksi. Cara penularan : Infeksi HPV yang menyebabkan Kanker serviks menular dari orang ke orang melalui vagina, dubur (anus), mulut, hubungan seksual dan sentuhan melalui kulit lainnya Merupakan kanker penyebab kematian no 2 terbesar di Indonesia
  • 71. Imunisasi HPV Vaksin HPV Vaksin HPV diberikan dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) sebanyak 2 kali yaitu bagi siswi kelas 5 (dosis pertama) dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI dan yang sederajat Cara pemberian : Suntikan intra muskular (IM) di lengan atas (pertengahan M. deltoideus)
  • 72. PD3I Dalam tahap Demonstration Project 1. Vaksin Pneumococcus Conjugated Vaccine / PCV • Demonstration project dimulai dengan Provinsi NTB (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi NTB memiliki data serotype Pneumococus yang cukup lengkap) • 2017 dimulai di 2 kab (Lombok Barat dan Lombok Timur) • 2018 rencana semula akan dikembangkan di seluruh Pulau Lombok, namun adanya bencana alam sehingga Lombok Utara ditunda pelaksanaannya pada tahun 2019 bersamaan dengan kab/kota di luar Pulau Lombok
  • 73. PD3I Dalam tahap Demonstration Project 2. Vaksin Human Papiloma Vaccine (HPV) • Demonstration project dimulai tahun 2016 di Provinsi DKI (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi DKI merupakan wilayah risiko tinggi untuk kanker serviks) • Imunisasi diberikan bagi siswi kelas 5 (dosis pertama) dan kelas 6 (dosis kedua) SD/MI dan yang sederajat pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) • Tahun 2018 dikembangkan ke Provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar) dan Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado)
  • 74. PD3I Dalam tahap Demonstration Project 3. Vaksin Japanese Encephalitis (JE) • Demonstration project dimulai tahun 2018 di Provinsi Bali (sesuai rekomendasi ITAGI: Provinsi Bali merupakan provinsi risiko tinggi dan memiliki data angka kesakitan & angka kematian JE yang tinggi) • Dimulai dengan kampanye untuk usia sasaran 9 bulan – 15 tahun, kemudian diikuti dengan introduksi vaksin JE pada program imunisasi rutin pada anak usia 10 bulan di Provinsi Bali • Pelaksanaan pada sekolah dan luar sekolah (tempat pelayanan imunisasi yang ditunjuk)
  • 75. INGAT !!!! 4 pesan penting yg perlu disampaikan kepada orang tua ï‚— Manfaat dari vaksin yang diberikan (contoh: BCG untuk mencegah TBC) ï‚— Tanggal imunisasi dan pentingnya KMS disimpan secara aman dan dibawa pada kunjungan berikut ï‚— Keluhan yang dapat dialami, cara mengatasi dan tidak perlu kuatir. ï‚— Tanggal imunisasi berikutnya: tujuannya minimal 5 kali kontak untuk Imunisasi Dasar Lengkap sebelum berusia 1 tahun. 75
  • 76. 76