3. “Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau
kegiatan strategi pencegahan primer yang tepat, berkaitan dengan
pasien, anggota keluarga dan masyarakat.” merupakan salah satu area
kompetensi seorang dokter.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)
4. Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di
seluruh dunia
WHO, UNICEF, & World Bank 2009
8. Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990,
Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan
suatutahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai
90% atau lebih.
Saat ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan
pada tahun 2014 (Pusat Komunikasi Publik, 2011).
12. 1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang
dasar-dasar imunisasi dan imunisasi dasar di
Indonesia, meliputi:
a. Memahami pengertian imunisasi.
b. Memahami tujuan imunisasi.
c. Memahami macam-macam imunisasi.
d. Memahami kontraindikasi imunisasi.
e. Memahami bagaimana menghitung jumlah
sasaran.
f. Memahami cara menentukan target
cakupan.
g. Memahami cara menghitung Indeks
Pemakaian Vaksin (IP) Vaksin.
h. Memahami cara menghitung kebutuhan alat.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
TUJUAN KHUSUS
13. 2. Mampu mengetahui dan menjelaskan manajemen
program serta prosedur imunisasi dasar bayi dan
balita, anak sekolah, ibu hamil dan calon pengantin
wanita di Puskesmas mulai dari perencanaan, cold
chain vaksin, pelaksanaan (termasuk mampu
memahami dan menjelaskan tentang KIPI “Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi” dan penanganannya),
pelaporan dan evaluasi keberhasilan program
imunisasi, meliputi:
TUJUAN
PEMBELAJARAN
TUJUAN KHUSUS
14. a. Memahami tahap persiapan vaksin, mulai dari
penyimpanan, pengontrolan vaksin, hingga vaksin
siap untuk digunakan.
b. Memahami alat-alat yang digunakan untuk
imunisasi.
c. Memahami tahap mempersiapkan pasien.
d. Mampu mengisi inform concent dan menjelaskan
kepada pasien tentang tujuan dan efeksamping
pemberian vaksin yang akan diberikan.
e. Memahami pelaksanaan imunisasi termasuk
macam-macam cara penyuntikan dan pemberian
masing-masing vaksin.
f. Memahami KIPI dari masing-masing vaksin.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
TUJUAN KHUSUS
15. PELAKSANAAN
PERTEMUAN KE-1
Selasa, 24 April 2015
Pengarahan tentang
materi imunisasi oleh
dokter dan bidan ahli di
Puskesmas Kerjo
PERTEMUAN KE-2
Sabtu, 28 Maret 2015
Kegiatan pembelajaran
ketrampilan imunisasi
meliputi pengamatan
langsung proses imunisasi
di Puskesmas Kerjo
PERTEMUAN KE-3
7 April 2015
Melakukan presentasi
hasil pembelajaran dan
pengamatan
di Puskesmas Kerjo
18. IMUNISA
SIadalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat
penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
19. IMUNISA
SIadalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat
penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
20. IMUNISA
SIadalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat
penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
21. VAKSIN
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Berdasarkan sifat
penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan.
24. BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC atau
sering disebut flek paru. BCG dianjurkan diberikan umur 2-
3 bulan atau dilakukan uji tuberkulin dahulu (bila usia anak
lebih dari 3 bulan) untuk mengetahui apakah anak telah
terinfeksi TBC atau belum. Kekebalan untuk penyakit TBC
tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler),
sehingga anak yang baru lahir tidak memiliki kekebalan
terhadap TBC. Inilah urgensi pemberian imunisasi BCG
umur 2-3 bulan.
IMUNISASI BCG
25. BCG tidak dapat diberikan pada penderita dengan
gangguan kekebalan seperti pada penderita leukemia
(kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid
jangka panjang dan penderita infeksi HIV.
IMUNISASI BCG
26. Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio
vaccine, yang sering dijumpai dan memang masih
digunakan oleh Indonesia, yaitu vaksin tetes mulut.
Sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine, vaksin ini
diberikan dengan cara disuntikkan. Vaksin polio dengan
cara oral dianggap mudah diberikan, murah, dan
mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak
digunakan. Sedangkan vaksin polip injeksi dianggap mahal
dan tidak punya efek epidemiologis walaupun efek
proteksinya lebih baik dari cara pemberian oral.
IMUNISASI POLIO
27. Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit
radang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan
lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh,
penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini
membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil. Sejumlah
besar penderita meninggal karena tidak dapat
menggerakkan otot pernapasan. Virus polio menular
secara langsung melalui percikan ludah penderita atau
makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya
dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes
setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi.
IMUNISASI POLIO
28. Penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya
tahan tubuhnya lemah sangat mudah terserang penyakit
yang disebabkan virus Morbili ini. Campak yang tidak
ditangan dapat mengakibatkan komplikasi, terutama pada
campak yang berat. Usia dan jumlah pemberian imunisasi
campak sebanyak 2 kali ( 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di
usia 6 tahun). Dianjurkan pemberian campak pertama
sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya
menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan
harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
IMUNISASI CAMPAK
29. Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh. Yang potemsial melalui
jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal
transfusi darah. Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Selain itu,
imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus
hepatitis B. Usia Pemberian sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir.
Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan
jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi
yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tersebut dilakukan
tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum
usia 24 jam. Namun imunisasi ini tidak dapat diberikan pada anak yang
sakit berat.
IMUNISASI HB
(HEPATITIS B)
30. DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml
Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Indikasi Untuk Imunisasi secara
simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang
dimurnikan 40 Lf Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B,
pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg.
IMUNISASI DPT
31. Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada
waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak,
Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib dan vaksin Yellow
Fever. Imunisasi DPT kedua tidak boleh diberikan kepada
anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama DPT. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan
hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.
Untuk individu penderita virus human immunodefficiency
(HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi
imunisasi DPT sesuai dengan standar jadwal tertentu.
IMUNISASI DPT
32. Vaksin ini digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi
Haemophilus Influenzae tipe b dengan cara simultan.
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi rutin yang
diberikan kepada sasarann pada usia 0-11 bulan. Imunisasi
lanjutan DPT-HB,Hib dan Campak, diberikan kepada batita
(Bawah Tiga Tahun). Pemberian Imunisasi DPT-HB,Hib
merupakan bagian dari pemberian imunisasi dasar pada
bayi sebanyak tiga dosis.
IMUNISASI PENTAVALEN/
PENTABIO
( DPT, HB, HIB )
33. Vaksin DPT-HB,Hib merupakan pengganti vaksin DPT-HB
sehingga memiliki jadwal yang sama dengan DPT-HB. Pada
tahap awal DPT-HB, Hib hanya diberikan pada bayi yang
belum pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila
sudah pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB dosis
pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian
imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga.
IMUNISASI PENTAVALEN/
PENTABIO
( DPT, HB, HIB )
34. Sasaran dihitung berdasarkan angka jumlah
penduduk, angka kelahiran dari hasil sensus
penduduk dari BPS.
PENGHITUNGAN DAN
PERENCANAAN
35. Berdasarkan angka persentase
kelahiran bayi dari jumlah
penduduk masing-masing
wilayah
Penghitungan Jumlah Sasaran
Bayi
Berdasarkan besarnya jumlah
sasaran bayi tahun lalu yang
diproyeksikan untuk tahun ini :
36. Berdasarkan angka persentase
kelahiran bayi dari jumlah
penduduk masing-masing
wilayah
Penghitungan Jumlah Sasaran
Bayi
Kecamatan:
CBR Kabupaten X Jumlh Penduduk
Kecamatan:
CBR Kabupaten X Jumlh Penduduk
37. Berdasarkan besarnya jumlah
sasaran bayi tahun lalu yang
diproyeksikan untuk tahun ini
:
Penghitungan Jumlah Sasaran
Bayi
Jumlah bayi desa tahun lalu x Jumlah bayi kecamatan th ini
Jumlah bayi kec.tahun lalu
38. Jumlahnya 10 % lebih besar dari jumlah bayi
Sasaran ibu hamil : 1,1 x Jumlah Bayi 22
Penghitungan Jumlah Sasaran Ibu
Hamil
39. Berdasarkan data dari Dinas
Pendidikan setempat.
Penghitungan Jumlah Sasaran
Anak Sekolah Tingkat Dasar
Jumlah sasaran WUS : 21,9 & x Jumlah
penduduk
Penghitungan Wanita Usia Subur
(WUS)
40. Menetapkan berapa besar cakupan imunisasi
yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan.
Target cakupan maksimal 100 %
Penghitungan Target Cakupan
41. Jumlah sasaran X Target(%)
IP Vaksin
Jumlah Suntikan (cakupan ) tahun lalu
Jumlah Vaksin yang terpakai tahun lalu
Penghitungan Indeks Pemakaian
Vaksin
Penghitungan Kebutuhan Vaksin
42. Kebutuhan = Sasaran x Target
Cakupan
Perencanaan Kebutuhan Alat
Suntik & Safety Box
Kebutuhan alat suntik = jumlah
vaksin yg dibutuhkan
43. = Jumlah alat suntik BCG+DPT+TT+DT+HB+Campak+Untukoplos
100
Perencanaan Kebutuhan Alat
Suntik & Safety Box
45. VAKSIN
BCG
Sedian BCG adalah sediaan padat sehingga untuk menggunakannya dibutuhkan
pelarut. Pelarut BCG harus dimasukkan ke dalam cool pack 12 jam sebelum
digunakan. Hal ini bertujuan untuk menyamaratakan suhu antara vaksin dan
pelarut.
BCG disuntikkan dengan dosis 0,05 ml secara intrakutan. Penyuntikan dilakukan di
lengan kanan atas.
46. VAKSIN
POLIO
Vaksin polio yang akrab digunakan adalah yang secara oral. Sehingga
penggunaannya hanya cukup meneteskan dua tetes pada mulut.
47. VAKSIN
CAMPAK
Sediaan vaksin campak sama seperti BCG yaitu sediaan kering. Sehingga dalam
penggunaannya perlu dilarutkan terlebih dahulu.
Vaksin campak disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara subkutan. Penyuntikan
dilakukan di lengan kiri atas.
48. VAKSIN
HEPATITI
S B
Sediaan vaksin ini adalah cair, sehingga tidak perlu dilarutkan saat akan digunakan.
Vaksin Hepatitis B disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular.
Penyuntikan dilakukan di paha kanan.
49. VAKSIN
PENTAVA
LEN/
PENTABI
O
Sediaan vaksin ini adalah cair, sehingga tidak membutuhkan pelarut.
Vaksin ini disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular. Penyuntikkan
dilakukan di paha kiri.
51. Menurut Komite Nasional Pengkajian dan
Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI adalah semua
kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah
imunisasi.
53. PELAP
ORAN
KIPI
Identitas
Dokter yang memeriksa
Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa
yang memberikan.
Riwayat KIPI
Gejala atau diagnosis
Saat timbulnya KIPI hingga diketahui, berapa lama
interval waktu antara pemberian imunisasi dengan
terjadinya KIPI, lama gejala KIPI.
55. KIPI YANG HARUS
DILAPORKAN 24 JAM PASCA
IMUNISASI:
1. Reaksi anafilaksis
2. Anafilaksis
3. Menangis menjerit yang tidak berhenti
selama >3 jam (persistent incosolable
screaming).
4. Hypotonic hypresponsive episode
5. Toxic shock syndrome
56. KIPI yang harus dilaporkan 5
hari pasca imunisasi:
1. Reaksi lokal hebat
2. Sepsis
3. Abses pada tempat suntikan
57. KIPI YANG HARUS DILAPORKAN 30 HARI
PASCA IMUNISASI:
1. Ensefalopati
2. Kejang
3. Meningitis aseptik
4. Trombositopenia
5. Lumpuh layuh (accute flaccid paralysis)
6. Meninggal, dirawat di RS
7. Reaksi lokal yang hebat
8. Abses di daerah suntikan
9. Neuritis Brakhial
62. Praktikan membantu mengisi informed concent
dengan ibu pasien dan mengukur suhu aksila.
Kemudian petugas imunisasi menyiapkan alat-alat
yang diperlukan selama proses imunisasi. Alat-
alat yang dibutuhkan antara lain: handscoon,
kapas, air hangat, tempat sampah, serta ADS 0,5
ml. Untuk bahan yang diperlukan, petugas
imunisasi mengambil vaksin Polio dan vaksin
Pentavalen. Vaksin polio diberikan secara oral
sebanyak 2 tetes, sedangkan vaksin pentavalen
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri.
Pasien Imunisasi Pentavalen & Polio
63. Imunisasi yang diberikan adalah vaksin
tetanus 2 (T-2). Vaksin ini diberikan
dengan cara intramuskular di lengan kiri
dengan dosis 0,5 cc.
Pasien Imunisasi Vaksin T-2
64. KESIMP
ULAN
Dari kegiatan yang kami lakukan didapatkan bahwa sesuai dengan tujuan
pembelajaran, kami telah memahami dasar-dasar imunisasi, imunisasi di Indonesia,
prosedur imunisasi dasar pada bayi dan calon pengantin wanita, serta melakukan
evaluasi terhadap program imunisasi. Didapatkan pelaksanaan imunisasi di
Puskesmas Kerjo Karanganyar sudah baik walaupun ada beberapa kekurangan.
Antusiasme masyarakat juga sudah baik dilihat dari jumlah masyarakat yang
melakukan imunisasi, sikap mematuhi jadwal imunisasi, mendengarkan penjelasan
mengenai imunisasi dari pihak Puskesmas Kerjo dengan baik, dan sikap tanggap
KIPI yang baik.
65. SARAN
Dari hasil pengamatan dalam kegiatan kami masih ditemukan beberapa hal yang
tidak sesuai prosedur imunisasi yang baik, yaitu:
1. Penyimpanan masing-masing dus vaksin di dalam lemari pendingin masih
dalam jarak yang terlalu dekat, sebaiknya diletakkan dengan jarak minimal 1-2
cm.
2. Kotak Syok Anafilaksis sebaiknya diletakkan dekat dengan area pelaksanaan
imunisasi agar lebih mudah digunakan saat terjadi syok anafilaksis.
Saran untuk kelompok kami adalah mempelajari lebih lanjut prosedur pelaksanaan
imunisasi dan cara berkomunikasi dengan pasien yang baik agar kedepannya dapat
diaplikasikan dalam pekerjaan dan tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.