Dokumen tersebut membahas tentang vaksinasi polio, termasuk jenis vaksin polio, cara kerja, dosis pemberian, efek samping, dan kontraindikasinya. Vaksin polio terdiri dari vaksin polio inaktif (IPV) yang diberikan secara suntik dan vaksin virus polio oral (OPV) yang diberikan secara oral. Kedua jenis vaksin bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap virus polio dengan memicu produksi antibodi di tub
Dokumen ini membahas pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit dan kematian pada bayi serta anak-anak. Tanpa imunisasi, banyak anak yang akan meninggal karena penyakit seperti campak, batuk rejan, dan tetanus. Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan kekebalan dan melindungi dari paparan penyakit. Imunisasi dasar diberikan untuk memberikan kekebalan awal secara aktif pada bayi
Dokumen tersebut membahas tentang jadwal imunisasi untuk dua bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi berbeda, yaitu ibu dengan hepatitis B dan ibu dengan TB paru. Dokumen juga menjelaskan definisi, tujuan, manfaat, syarat, dan jenis-jenis imunisasi dasar.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi yang merupakan metode pencegahan utama penyakit infeksi. Terdapat berbagai jenis vaksin yang diberikan sesuai jadwal untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit seperti campak, polio, HIB, pneumokokus, hepatitis, dan lainnya. Imunisasi sangat penting untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada anak.
Program Imunisasi Nasional bertujuan menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dengan memberikan vaksin berkualitas sesuai standar WHO secara merata. Fatwa MUI mendukung pelaksanaan imunisasi secara menyeluruh di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas konsep dan proses imunisasi pada anak, termasuk pengertian, jenis, dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis, campak, hepatitis B, dan typhus abdominalis. Dokumen ini juga menjelaskan proses pemberian imunisasi serta hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dokumen tersebut membahas tentang vaksinasi polio, termasuk jenis vaksin polio, cara kerja, dosis pemberian, efek samping, dan kontraindikasinya. Vaksin polio terdiri dari vaksin polio inaktif (IPV) yang diberikan secara suntik dan vaksin virus polio oral (OPV) yang diberikan secara oral. Kedua jenis vaksin bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap virus polio dengan memicu produksi antibodi di tub
Dokumen ini membahas pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit dan kematian pada bayi serta anak-anak. Tanpa imunisasi, banyak anak yang akan meninggal karena penyakit seperti campak, batuk rejan, dan tetanus. Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan kekebalan dan melindungi dari paparan penyakit. Imunisasi dasar diberikan untuk memberikan kekebalan awal secara aktif pada bayi
Dokumen tersebut membahas tentang jadwal imunisasi untuk dua bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi berbeda, yaitu ibu dengan hepatitis B dan ibu dengan TB paru. Dokumen juga menjelaskan definisi, tujuan, manfaat, syarat, dan jenis-jenis imunisasi dasar.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi yang merupakan metode pencegahan utama penyakit infeksi. Terdapat berbagai jenis vaksin yang diberikan sesuai jadwal untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit seperti campak, polio, HIB, pneumokokus, hepatitis, dan lainnya. Imunisasi sangat penting untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada anak.
Program Imunisasi Nasional bertujuan menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dengan memberikan vaksin berkualitas sesuai standar WHO secara merata. Fatwa MUI mendukung pelaksanaan imunisasi secara menyeluruh di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas konsep dan proses imunisasi pada anak, termasuk pengertian, jenis, dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis, campak, hepatitis B, dan typhus abdominalis. Dokumen ini juga menjelaskan proses pemberian imunisasi serta hal-hal yang perlu diperhatikan.
Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar terbentuk zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Dokumen ini membahas mengenai pengertian, tujuan, jenis, dan jadwal imunisasi dasar serta booster yang dianjurkan untuk mencegah berbagai penyakit seperti TBC, polio, campak, dan hepatitis.
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh memproduksi antibodi. Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh. dan memberikan kekebalan bayi dan anak.
Dokumen tersebut merangkum jadwal dan jenis imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi dan anak, termasuk hepatitis B, polio, BCG, DPT, campak, dan Hib. Imunisasi ini bertujuan untuk mencapai tingkat kekebalan yang memadai untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti hepatitis, polio, tuberkulosis, tetanus, pertusis, campak, dan infeksi Hib.
Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memberikan vaksin. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti polio, campak, hepatitis B, tetanus, dan pneumonia. Ada beberapa jenis imunisasi rutin untuk bayi, anak usia sekolah, dan wanita usia subur serta imunisasi tambahan dan khus
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, pencegahan penyakit, dan jaminan halal dalam perspektif fikih. Prinsip dasarnya adalah mencegah terjadinya kemudaratan dan merealisasikan kemaslahatan dengan menjaga kesehatan secara preventif melalui imunisasi dan langkah-langkah lainnya, asalkan menggunakan sarana yang halal. Fatwa MUI juga membahas tentang penggunaan vaksin polio dan meningitis
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok 2 yang terdiri dari 7 orang dan imunisasi atau vaksinasi yang merupakan teknologi kesehatan yang sangat berhasil untuk mencegah penyakit tertentu seperti TBC, polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, dan campak dengan memberikan jadwal dan jenis vaksin yang diberikan.
5 jenis vaksin imunisasi dasar untuk bayi, yaitu vaksin Polio, Campak, BCG, Hepatitis B, dan DPT. Vaksin-vaksin ini diberikan secara suntikan atau tetesan mulut untuk mencegah 7 penyakit berbahaya pada bayi seperti TBC, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus, Poliomielitis, Campak dan Hepatitis B. Jadwal dan cara pemberian vaksin ditetapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seperti campak, cacar air, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B, dan tuberkulosis. Jenis vaksin yang digunakan meliputi vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, subunit, serta imunoglobulin. Vaksin-vaksin tersebut memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui pemberian vaksin secara aktif atau pasif. Imunisasi memberikan manfaat seperti meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan angka kematian dan kesakitan, serta mencegah penyakit seperti TBC, difteri, tetanus, polio, campak, dan hepatitis B.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi. Secara singkat, imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit menular dengan memberikan antigen ke dalam tubuh sehingga dapat memproduksi antibodi. Vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi sejak tahun 1956 untuk mengendalikan berbagai penyakit menular seperti cacar,
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yaitu upaya untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit menular melalui pemberian vaksin pada bayi, anak, dan orang dewasa. Imunisasi dapat dilakukan secara aktif maupun pasif, dengan tujuan mencegah penyakit tertentu. Faktor-faktor seperti status kekebalan tubuh, genetik, dan kualitas vaksin dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi untuk mencegah berbagai penyakit seperti difteri, pertusis, tetanus, TBC, campak, polio dan hepatitis B. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin seperti BCG, TT, DT, polio, campak dan hepatitis B secara berkala sesuai jadwal yang ditetapkan. Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan pada tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit yang dapat
1. Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, tuberkulosis, dan hepatitis B.
2. Juga membahas tentang jenis kekebalan, baik kekebalan pasif maupun aktif, serta jadwal dan cara pemberian berbagai vaksin imunisasi anak dan dewasa.
3. Termasuk penjelasan singkat mengenai karakteristik
Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar terbentuk zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Dokumen ini membahas mengenai pengertian, tujuan, jenis, dan jadwal imunisasi dasar serta booster yang dianjurkan untuk mencegah berbagai penyakit seperti TBC, polio, campak, dan hepatitis.
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh memproduksi antibodi. Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh. dan memberikan kekebalan bayi dan anak.
Dokumen tersebut merangkum jadwal dan jenis imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi dan anak, termasuk hepatitis B, polio, BCG, DPT, campak, dan Hib. Imunisasi ini bertujuan untuk mencapai tingkat kekebalan yang memadai untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti hepatitis, polio, tuberkulosis, tetanus, pertusis, campak, dan infeksi Hib.
Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memberikan vaksin. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti polio, campak, hepatitis B, tetanus, dan pneumonia. Ada beberapa jenis imunisasi rutin untuk bayi, anak usia sekolah, dan wanita usia subur serta imunisasi tambahan dan khus
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, pencegahan penyakit, dan jaminan halal dalam perspektif fikih. Prinsip dasarnya adalah mencegah terjadinya kemudaratan dan merealisasikan kemaslahatan dengan menjaga kesehatan secara preventif melalui imunisasi dan langkah-langkah lainnya, asalkan menggunakan sarana yang halal. Fatwa MUI juga membahas tentang penggunaan vaksin polio dan meningitis
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok 2 yang terdiri dari 7 orang dan imunisasi atau vaksinasi yang merupakan teknologi kesehatan yang sangat berhasil untuk mencegah penyakit tertentu seperti TBC, polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, dan campak dengan memberikan jadwal dan jenis vaksin yang diberikan.
5 jenis vaksin imunisasi dasar untuk bayi, yaitu vaksin Polio, Campak, BCG, Hepatitis B, dan DPT. Vaksin-vaksin ini diberikan secara suntikan atau tetesan mulut untuk mencegah 7 penyakit berbahaya pada bayi seperti TBC, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus, Poliomielitis, Campak dan Hepatitis B. Jadwal dan cara pemberian vaksin ditetapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seperti campak, cacar air, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B, dan tuberkulosis. Jenis vaksin yang digunakan meliputi vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, subunit, serta imunoglobulin. Vaksin-vaksin tersebut memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui pemberian vaksin secara aktif atau pasif. Imunisasi memberikan manfaat seperti meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan angka kematian dan kesakitan, serta mencegah penyakit seperti TBC, difteri, tetanus, polio, campak, dan hepatitis B.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi. Secara singkat, imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit menular dengan memberikan antigen ke dalam tubuh sehingga dapat memproduksi antibodi. Vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi sejak tahun 1956 untuk mengendalikan berbagai penyakit menular seperti cacar,
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yaitu upaya untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit menular melalui pemberian vaksin pada bayi, anak, dan orang dewasa. Imunisasi dapat dilakukan secara aktif maupun pasif, dengan tujuan mencegah penyakit tertentu. Faktor-faktor seperti status kekebalan tubuh, genetik, dan kualitas vaksin dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi untuk mencegah berbagai penyakit seperti difteri, pertusis, tetanus, TBC, campak, polio dan hepatitis B. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin seperti BCG, TT, DT, polio, campak dan hepatitis B secara berkala sesuai jadwal yang ditetapkan. Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan pada tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit yang dapat
1. Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, tuberkulosis, dan hepatitis B.
2. Juga membahas tentang jenis kekebalan, baik kekebalan pasif maupun aktif, serta jadwal dan cara pemberian berbagai vaksin imunisasi anak dan dewasa.
3. Termasuk penjelasan singkat mengenai karakteristik
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan imunitas khususnya penyakit polio. Polio disebabkan oleh virus polio yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Vaksinasi polio merupakan cara pencegahan utama dengan memberikan vaksin oral polio vaccine atau inactivated polio vaccine sejak bayi.
Dokumen tersebut membahas tentang program imunisasi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1956 untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan jenis penyakit yang dicakup dalam program imunisasi beserta gejala, penyebab, dan cara pencegahannya melalui vaksinasi.
Program imunisasi bertujuan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi rutin untuk bayi dan anak, serta strategi untuk mencapai target vaksinasi universal dan eliminasi penyakit tertentu seperti tetanus dan polio.
Vaksinasi dasar untuk bayi dan anak meliputi vaksin BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B, dan Hib yang diberikan secara bertahap pada usia 0-12 bulan untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B, dan meningitis. Imunisasi boster juga diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun untuk memperkuat kekebalan.
Dokumen tersebut menjelaskan pentingnya imunisasi bagi bayi dan anak, termasuk jenis imunisasi wajib seperti polio, DPT, campak, BCG, dan hepatitis B yang diberikan pada usia tertentu untuk mencegah penyakit berbahaya dan meningkatkan kekebalan tubuh. Imunisasi memberikan manfaat perlindungan dari penyakit serta mencegah penularan kepada orang lain.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, termasuk pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, sasaran program imunisasi, manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi, dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti tuberkulosis, difteri, tetanus, pertusis, campak, polio, dan hepatitis B.
Vaksinasi polio dan BCG merupakan program imunisasi rutin yang dilaksanakan di Indonesia untuk mencegah penyakit poliomielitis dan tuberkulosis. Vaksin oral polio (OPV) diberikan sejak bayi baru lahir sebagai dosis awal, kemudian diulangi pada usia 2-3 bulan, sedangkan vaksin BCG diberikan untuk mencegah tuberkulosis. Kedua program imunisasi ini telah membantu menurunkan angka kejadian kedua penyakit
Sebuah produsen obat di Karanganyar ditutup karena menyalurkan vaksin palsu yang tidak sesuai aturan. Vaksin tersebut dibeli dari perusahaan tidak resmi. Kepala BP POM menyebutkan bahwa kasus obat palsu yang masuk pasar meningkat saat ini.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Pelatihan kader pin polio 2016
1.
2. KEBIJAKAN IMUNISASI
DAN
STRATEGI ERADIKASI POLIO
PROGRAM IMUNISASI
P U S K E S M A S S U R A D E
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKABUMI
KOORDINATOR IMUNISASI
A N G G A, AM.Kep.
3. MENJADI SEHAT ADALAH “HAK ANAK”
“ANAK SEHAT” ADALAH INVESTASI
UU Perlindungan Anak No.23 tahun 2002
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.”
UUD 1945
Pasal 28B ayat 2 : Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh &
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
Pasal 28 H ayat 1 :Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat
tinggal & mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan
LANDASAN HUKUM
UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009
•Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dg ketentuan utk mencegah
terjadinya penyakit yg dapat dihindari melalui imunisasi
•Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak
4. Tujuan Program
Imunisasi
Menurunkan
kesakitan &
kematian akibat
Penyakit-penyakit
yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi
(PD3I)
MENGAPA
IMUNISASI?
Upaya Pencegahan
Paling Cost Effective
Menggunakan vaksin
produksi dlm negeri sesuai
standar keamanan WHO
5. Penyelenggaraan dilaksanakan oleh pemerintah, swasta
dan masyarakat, dengan prinsip keterpaduan
Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui
perencanaan program dan anggaran terpadu (APBN,
APBD, LSM dan masyarakat
Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial,
rawan penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit secara
geografis
Melaksanakan kesepakatan global: Eradikasi Polio,
Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal, Eliminasi
Campak dan Pengendalian Rubella serta Mutu Pelayanan
Sesuai Standar
6. 1. Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan
merata serta terjangkau melalui :
– Tersedianya pelayanan imunisasi stasioner yang
terjangkau masyarakat
– Tersedianya pelayanan imunisasi yang menjangkau
masyarakat di daerah sulit
2. Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui;
- Petugas yang terampil
- Coldchain dan vaksin yang berkualitas
- Pemberian imunisasi yang benar
3. Penggerakan Masyarakat untuk Mau dan Mampu
menjangkau pelayanan imunisasi
15. 25 TAHUN
Status TT1 s.d TT5 :
Dihitung Sejak Imunisasi
Dasar Pada Bayi
4 MINGGU
6 BULAN
1 TAHUN
1 TAHUN
X
TT WUS
16.
17. PENYAKIT YG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
Tuberculosis
Polio Tetanus
Pertusis
Campak
Difteri
Hepatitis B
P D 3 I
18. Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Gejala dapat tidak ada atau ringan sekali berupa membran dalam
rongga hidung sampai sangat berat dan menyebabkan kematian,
yang sering dijumpai adalah dengan pembengkakan kelenjar sekitar
leher
Golongan umur penderita biasanya dibawah 15 tahun.
Untuk perlindungan kelompok umur tersebut dengan memberikan
Imunisasi DPT terhadap Bayi dan DT pada murid SD Kls I .
Cara penularan melalui partikel percikan ludah yang tercemar.
19. 19
Penyebabnya bakteri Bordetella pertussis
Gejala awal berupa pilek dan batuk, mulai hari ke 10 batuk
bertambah , batuk keras berturut-turut dan penderita baru
dapat melakukan inspirasi dalam yang terdengar sebagai
whoop kadang-kadang sampai muntah.Komplikasi
umumnya adalah Pneumonia yang paling banyak
menimbulkan kematian, Kematian lebih sering dijumpai
pada usia kurang 1 tahun.
Cara penularan melalui droplet biasanya dari saudara
serumah.
Pencegahan dengan Imunisasi DPT
20. 20
Penyebabnya kuman Clostridium tetani
Spora tetanus yang masuk ke dalam luka berkembang biak
dalam suasana anaerobik dan membentuk toxin.Pada
neonatus (penyakit ini dikenal dgn Tetanus Neonatorum)
kuman masuk melalui tali pusat. Gejala khas berupa kejang
rangsang atau kejang spontan, muka tampak menyeringai,
pada bayi mulut terkancing. Keluhan awal Tetanus
Neonatorum adalah bayi tidak mau menetek dan mulut
mencucut seperti ikan bila tidak diobati bayi akan
menderita kejang sehingga bayi tampak biru hal ini dapat
menyebabkan kematian.
Reservoir adalah usus manusia dan hewan serta tanah
yang terkontaminasi kotoran hewan atau
manusia.Pertolongan persalinan dan perawatan tali pusat
yang kurang steril masih merupakan masalah
Pencegahan dengan Imunisasi TT Ibu Hamil & WUS
21. Penyebabnya Virus Polio
Gejala awal tidak spesifik,
seperti infeksi saluran nafas bagian atas dan demam
ringan. Paralisis yang bersifat flaksid . Dan harus
dibedakan dengan penyakit lumpuh layu akut dan dikenal
dengan AFP
Penularan virus Polio secara droplet dan sangat cepat.
Reservoir hanya manusia
Pencegahan dengan Imunisasi Polio .
22. Penyebabnya Mycobacterium Tuberculosis
Penyakit ini masih merupakan masalah di
kelompok masyarakat dengan sosial
ekonomi rendah, menyerang berbagai
golongan umur dan merupakan penyakit
dalam keluarga.
Pencegahan dengan Imunisasi BCG
terhadap Bayi
23. Penyebabnya Virus Morbilli / Virus Rubeola, ditularkan
melalui batuk , bersin dan tangan yang kotor oleh cairan
hidung.
Gejala awal menyerupai selesma disertai kunjungtivitis ,
sedang tanda khas berupa bintik koplik, timbul dimulai
dari dahi dan belakang telinga kemudian menyebar ke
muka, badan dan anggota badan, pada kulit gelap sulit
dilihat. Komplikasi terjadi pada 30 % penderita berupa
kunjungtivitis berat dan Pneumonia.
Pencegahan dengan Imunisasi Campak
24. Penyebabnya Virus Hepatitis type B
Gejalanya tidak khas
Kelompok Resiko tinggi adalah secara vertikal bayi dari
ibu pengidap , secara horisontal pecandu narkotika ,
tenaga medis , pekerja laboratorium atau petugas
akupungtur.
Untuk memutuskan rantai penularan secara vertikal ,
maka diperlukan pemberian imunisasi Hepatitis B
secara dini (0–7 hari) . Untuk memudahkan
operasional dilapangan dibutuhkan teknologi tepat
guna yang saat ini telah digunakan Uniject HB yang
merupakan alat suntik dan vaksin siap pakai.
25.
26. P O L I O
Koordinator P2PL Imunisasi
Puskesmas Surade
A N G G A, AM.Kep.
27. APA ITU PILIOMYLITIS (POLIO) ?
Polio merupakan penyakit yang
disebabkan virus polio yang tergolong
dalam Picornavirus
(Suatu mikro organisme berukuran kecil,
namun menyebabkan kelumpuhan).
28. ETIOLOGI
Penyakit polio disebabkan oleh
infeksi virus yang berasal dari
genus enterovirus dan famili
picorna viridae.
Virus ini menular melalui kotoran
atau sekret tenggorokan orang
yang terinfeksi serta melalui
benda benda yang
terkontaminasi.
30. POLIO NON-PARALISIS
Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang berarti
poliovirus telah mencapai selaput otak (meningitis
aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit
punggung dan lehera
Polio Paralisis
Polio Bulbar
POLIO JENIS INI DISEBABKAN OLEH TIDAK ADANYA
KEKEBALAN ALAMI SEHINGGA BATANG OTAK IKUT TERSERANG
SPINALSTRAIN POLIOVIRUS INI MENYERANG SARAF TULANG BELAKANG,
MENGHANCURKAN SEL TANDUK ANTERIOR YANG MENGONTROL
PERGERAKAN PADA BATANG TUBUH DAN OTOT TUNGKAI
31. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Poliomielitis asimtomatis
(Setelah masa inkubasi 7-10 hari), tidak terdapat gejala karena daya
tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
Poliomielitis abortif :
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,
muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri
abdomen.
Poliomielitis non paralitik :
Gejala klinik hampIr sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri
kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian
remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot.
Poliomielitis paralitik :
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu
atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada
bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
32. PATOFISIOLOGI
Mulut (makan/minuman yang terkontaminasi virus) DAN
melalui percikan ludah
Berkembang biak di saluran cerna (tenggorokan dan usus)
Menyebar ke getah bening ,darah dan seluruh tubuh
Menyerang otak, sumsum t.belakang, dan simpul saraf
Biasanya menyerang saraf penggerak otot tungkai/kaki dan
kadang-kadang tangan
menyebabkan kelumpuhan dengan mengecilnya tungkai,
P O L I O
33.
34. RESIKO TERJADINYA POLIO:
Belum mendapatkan imunisasi polio
Bepergian ke daerah yang masih sering
ditemukan polio
Kehamilan
Usia sangat lanjut atau sangat muda
Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya
baru menjalani pengangkatan amandel atau
pencabutan gigi)
Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa
(karena stres emosi dan fisik dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh).
35. Poliovirus lebih sering menyerang bayi dan anak
balita, daripada orang dewasa, karena
kekebalannya masih lemah.
36. APA UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN
UNTUK MEMBERANTAS POLIO ?
Pertama, memberi imunisasi polio pada semua anak
sebanyak empat kali sebelum usia satu tahun sebagai
bagian imunisasi rutin untuk mencegah tujuh penyakit
utama anak (tuberkulosis/meningitis, polio, dipteri,
pertusis, tetanus, campak, hepatitis B).
Kedua, lewat Pekan Imunisasi Nasional semua anak di
bawah usia lima tahun diberi dua dosis vaksin polio
dengan tenggang waktu satu bulan.
Ketiga, sistem pengamatan dibuat sedemikian rupa
sehingga tak ada kasus polio yang tak
teridentifikasi.
Keempat, mengirim tim untuk melakukan imunisasi
dari rumah ke rumah di wilayah virus polio dicurigai
masih beredar.
37.
38. PIN Polio
Validasi
Introduksi IPV
• Minimal I dosis
IPV ke dalam
imunisasi rutin
Penggantian
• tOPV ke
bOPV
Penarikan dan
Pemusnahan
tOPV
Penguatan imunisasi rutin tetap dilakukan
40. LATAR BELAKANG
Sidang World Health Assembly (2012) pencapaian
eradikasi polio merupakan kedaruratan kesehatan
masyarakat global
Dokumen Rencana Strategis 2013-2018 dan Inisiatif
Pencapaian Eradikasi Polio Global dibutuhkan komitmen
global dimana setiap negara perlu melaksanakan tahapan-
tahapan :
Pemberian imunisasi tambahan polio (tOPV)
nasional
Penggantian dari trivalent oral polio vaccine (tOPV)
ke bivalent oral polio vaccine (bOPV)
Introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Penarikan seluruh vaksin polio oral (OPV)
41. •Tercapainya eradikasi polio
di dunia pada akhir tahun
2020
UMUM
•Memastikan tingkat imunitas
terhadap polio di populasi (herd
immunity) cukup tinggi dengan
cakupan > 95 %.
•Memberikan perlindungan secara
optimal dan merata pada kelompok
umur 0 – 59 bulan terhadap
kemungkinan munculnya kasus polio
yang disebabkan oleh virus polio
Sabin.
KHUSUS
T U J U A N
43. Menetapkan dan menghitung Jumlah
sasaran
Menetapkan kebutuhan
logistik
Menyusun rencana
anggaran
Tenaga
Pelaksana
Tempat dan waktu
pelayanan
Tempat dan mekanisme
Rujukan KIPI
1
2
3
4
5
6
44. MENETAPKAN DAN MENGHITUNG JUMLAH
SASARAN
1
DATA Puskesmas Surade
Jml Posyandu/Pos PIN
Jml Sasaran 0-59 Bln
Laki-laki
Perempuan
63
3311
1701
1610
45. Menginventarisi Cold chain yang
tersedia, jml yang masih
berfungsi/dapat digunakan :
- Refrigerator : 2
- Vaccine carrier : 11
- Thermos : 63
Vaksin Polio :
MENETAPKAN KEBUTUHAN LOGISTIK2
46. Kebutuhan Tenaga Kesehatan (Supervisor)
= Jumlah Pos PIN / 3
= 63 / 3
= 21 (23) org
TENAGA KESEHATAN (MONITORING) = 3 org
Kebutuhan Tenaga Kader
= Jumlah Pos PIN x 3 orang
= 63 x 3 = 189 (315) org
TENAGA PELAKSANA4
47. Puskesmas menghitung tenaga pelaksana berdasarkan jumlah sasaran,
pos pelayanan dan hari pelayanan
Setiap pos pelayanan dibantu oleh 3 orang kader dgn tugas :
a. Menggerakan masyarakat untuk datang ke Pos PIN
b. Mengatur alur pelayanan imunisasi di Pos PIN
c. Mencatat hasil Imunisasi
d. Memberikan tanda/marker pada kuku jari kelingking kiri anak
Setiap 3-5 Pos PIN dikoordinir oleh 1 (satu) orang supervisor, tugas :
a. Memastikan pelaksanaan PIN berjalan dgn baik
b. Memantau kecukupan logistik dan KIPI
TENAGA PELAKSANA4
Lanjutan
48. TENAGA PELAKSANA
Lanjutan
Perlu diinventarisasi tenaga yang dapat membantu
pelaksanaan di pos PIN :
a. Tenaga kesehatan (Dokter, Perawat dan Bidan)
serta tenaga terlatih lainnya.
b. Dalam hal tenaga kesehatan tidak mencukupi,
maka kader terlatih dapat membantu
memberikan pelayanan saat PIN ini.
(juknis PIN Polio Tahun 2016)
49. Tempat Pelayanan
Posyandu, Polindes, Poskesdes
Puskesmas, Puskesmas Pembantu
Klinik Swasta
Rumah Sakit
Serta Pos pelayanan imunisasi lainnya di bawah
koordinasi Dinas Kesehatan Setempat.
Bila Tidak Hadir pada hari H” dianjurkan
ke Puskesmas
Waktu Pelayanan
Pelayanan dimulai Jam 8 s/d selesai
Pelaksanaan pelayanan PIN 8 – 15 Maret 2016
TEMPAT DAN WAKTU
PELAYANAN
5
50. Bila terjadi KIPI berat /
sedang berdasarkan
ketersediaan sarana dan
Prasarana rujukan yang
tersedia yang di tentukan
oleh Dinkes Kab/Kota atau
Puskesmas terdekat
TEMPAT DAN MEKANISME RUJUKAN
KIPI
6
52. Advokasi dan diseminasi informasi
Sebelum pelaksanaan PIN, perlu dilakukan advokasi
kepada Pemerintah daerah, DPRD, Lintas sektor seperti :
Tokoh agama/masyarakat, LSM, PKK, Koramil, Polsek,
BKKBN, Organisasi Profesi, Keagamaan, Masyarakat,
Dunia Usaha, Media Massa, Media sosial.
Mempersiapkan Jadwal Pelaksanaan
Mendata sasaran 0 – 59 bulan
Mempersiapkan obat-obatan Penanganan Syok
anapilaksis dan mempersiapkan tempat dan
mekanisme rujukan bila terjadi KIPI
Memastikan Jumlah Vaksin dan Logistik yang diterima
cukup
TAHAP PERSIAPANA
53. Penggerakan Masyarakat
Evaluasi persiapan H – 14 sampai H – I menggunakan
checklist meliputi :
a. Sasaran proyeksi dan atau sasaran hasil pendataan harus
sudah tersedia.
b. Logistik : kecukupan vaksin, Vaccine Carrier, Cool Pack, Kit
Anafilaktik, gentian violet 5%, Format KIPI, Format RR.
c. Ketersediaan Anggaran
d. Tenaga : mengecek jml tenaga pelaksana dan supervisor
serta tenaga kader yg dilatih.
e. Mengecek pemetaan dan jadwal pelaksanaan di seluruh
Puskesmas.
f. Mengecek rencana dan jadwal penggerakan masyarakat.
TAHAP PERSIAPANLanjutan
54. Distribusi Vaksin & Logistik
Pelaksanaan Penetesan
Pengelolaan Limbah Imunisasi
Pengelolaan sisa Vaksin dan
Logistik
Pencatatan dan Pelaporan
TAHAP PELAKSANAANB
55. Mematau Pemberian Imunisasi pada
semua sasaran adalah aman dan Efektif
Verifikasi antara Kualitas pelayanan dan
keberhasilan dalam memberikan
imunisasi pada anak umur 0 – 59 Bulan
Dapat memberikan masukan untuk
perbaikan segera dan untuk kegiatan
dimasa mendatang
TAHAP PEMANTAUANC
56. Tahapan ini akan menilai performance / kinerja
yang terlibat pada kegiatan tersebut :
o Kepala Puskesmas
o Petugas Kesehatan
o Kader
oLP/LS
Dilakukan oleh Petugas Tk.Kota Ke
Puskesmas
Hanya beberapa Puskesmas yang dipilih
secara Acak
Menggunakan Daftar Tilik yg telah tersedia
Pelaporan hasil pelaksanaan PIN dilaporkan
tiap hari
60. • Introduksi IPV dilaksanakan pada bulan
Juli 2016
• Jadwal pemberian : 1 dosis, diberikan pada
usia 4 bulan bersamaan dengan DPT-HB-
Hib dan OPV
• Vaksin IPV kemasan 5 dosis per vial
• Vaksin IPV tidak menggantikan vaksin
OPV, namun menambah
62. Suntikan, intramuskular
(IM), 0.5 ml
Bersamaan dengan
pemberian DPT-HB-Hib
dan OPV
IPV : paha kiri
Pentavalent (DPT-HB-Hib)
: paha kanan
63.
64. Vaksin Oral Polio hidup adalah vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus poliomyelitis tipe1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah
dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan
dengan sukrosa.
Tujuan/Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Kemasan :
1 box vaksin terdiri dari 10 Vial
10 Vial berisi 10 dosis
Vaksin Polio adalah vaksin berbentuk cairan
Setiap vial Vaksin Polio disertai 1 buah penates (dropper) terbuat dari
bahan plastik
Alat/Sarana :
Penetes (dropper) plastik
VAKSIN POLIO ORAL
65. Prosedur/Tatalaksana :
Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian dengan interval setiap dosis
minimal 4 minggu
Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
yang baru
Di Unit pelayanan statis, vaksin Polio yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 2 minggu, dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa,
2. Vaksin disimpan dala suhu +20C s/d +80C
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
6. Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh
digunakan lagi untuk hari berikutnya
66. Kontaindikasi :
Pada individu yang menderita “immune deficiency”
tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun
jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare,
makadosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
Efek Samping :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek
samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin
sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000;
Bull WHO 66 : 1988)
67. Pemeliharaan cold chain selama pelaksanaan
pelayanan imunisasi
Vaksin Polio adalah vaksin sensitif panas. Oleh karena itu
di Pos pelayanan vaksin harus tetap disimpan pada suhu 2-
80C, dengan menggunakan vaccine carrier yang berisi
minimal 2-4 buah cool pack (tergantung pada jenis vaccine
carrier yang digunakan)
Vaccine carrier jangan terpapar sinar matahari langsung.
Vaksin yang sudah dipakai ditempatkan pada spons atau
busa penutup vaccine carrier, sedangkan vaksin yang belum
dipakai tetap disimpan di dalam vaccine carrier.
Selalu perhatikan kondisi VVM setiap akan menggunakan
vaksin. Vaksin yang bisa digunakan adalah kondisi VVM A
atau B.
68.
69. 1. BUKA TUTUP VAKSIN DGN
MENGGUNAKAN PINSET,
GUNTING, GUNTING KUKU
2. PASANGKAN DROPPER PD
VAKSIN YANG TELAH DIBUKA
70.
71. INGAT!!!
JANGAN MENYIMPAN BARANG LAIN SELAIN VAKSIN DI DALAM
VACCINE CARRIER
Gambar Cara meletakkan vaksin polio yang sudah dipakai
1. Buatlah 2 spons
2. Masukkan 1
spons pada dasar
termos
3. Simpan Vaksin
dan cool pack
4. Tutup dengan
spons yang tersisa
5. Tutup dengan
penutup termos
72. PENCATATAN HASIL PELAKSANAAN PIN POLIO
TAHUN 2016
POS PIN
:
……………………………………………………………………………
DESA/KELURAHAN
:
……………………………………………………………………………
PUSKESMAS
:
……………………………………………………………………………
KECAMATAN
:
……………………………………………………………………………
KABUPATEN/KOTA
:
……………………………………………………………………………
NO.
H A S I L P E N D A T A A N
HASIL IMUNISASI
(TGL)
KETERANGAN
NAMA BALITA
UMUR
NAMA ORANG TUA ALAMAT0 - 11 Bln 12 - 59 Bln
L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T O T A L
Ket. * Beri umur pada kolom umur sasaran imunisasi
* Beri tangggal pada kolom hasil imunisasi anak yang telah di imunisasi
* Beri keterangan/alasan kenapa belum di imunisasi
Surade, Maret 2016
Penanggung Jawab POS Imunisasi
………………………………………………………………….
73. KESIMPULAN
Pelaksanaan PIN adalah salah satu kedaruratan
kesehatan masyarakat dalam rangka mencapai
Eradikasi Polio
Hasil cakupan PIN harus mencapai minimal 95 %
PIN adalah kegiatan yang sangat efektif dan
efisien untuk meningkatkan imunitas terhadap
virus polio liar.
Dosis Penetesan Imunisasi Polio adalah 2 TETES
(tidak boleh KURANG atau LEBIH)
PIN Polio 2016 hanya diberikan kepada ANAK
yang SEHAT