Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Implikatur muflihana dwi faiqoh c1011031
1. Resume Pragmatik – Implikatur
Muflihana Dwi Faiqoh
C1011031
Dosen Pembimbing : Muhammad Ridwan, S.S., M.A
Jurusan Sastra Arab
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Niat, Maksud dan Tujuan
Kata “niat” dan “keinginan” merupakan salah satu bentuk sinonim. Hanya saja
terkadang niat hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh orang yang berniat. Niat juga dapat
diartikan dengan keinginan yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang atau akan
dilakukan. Atas dasar ini, maka setiap perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berakal,
dalam keadaan sadar dan atas inisiatif sendiri, pasti disertai dengan niat, baik perbuatan
tersebut berkenaan dengan ibadah, perbuatan, adat kebiasaan atau perbuatan lainnya. Niat
secara bahasa adalah suatu bentuk dari keinginan. Kata Niat dalam bahasa Arab berarti
menginginkan sesuatu dan bertekad hati untuk mendapatkannya. Dalam hal ini, niat dapat
kita jelaskan sebagai sesuatu hal yang terdapat di dalam hati seseorang sebagai suatu bentuk
keinginan terhadap suatu hal, baik yang sedang di lakukan ataupun yang akan di lakukan.
Niat bersifat halus, karena memiliki makna yang tersembunyi. Dan niat, sebagaimana yang
dikatakan Al-Qaraafy adalah “Maksud manusia dengan hatinya akan apa yang ia inginkan
untuk melakukannya. Niat juga bisa merupakan azzam hati terhadap amalan atau perbuatan
yang bersifat wajib atau yang lainnya.
Sedangkan maksud dan tujuan memiliki makna yang saling berdekatan. Maksud dan
tujuan dapat di definisikan sebagai keinginan yang tertuju pada suatu perbuatan. Dapat kita
ketahui dari penjelasan di atas, bahwa maksud atau tujuan terkait dengan perbuatan yang
sedang di lakukan. Maksud dan tujuan tidak akan ada kecuali dengan suatu perbuatan yang
mampu di lakukan. Tujuan (a goal) merupakan hasil akhir yang ingin dicapai individu
ataupun kelompok yang sedang bekerja, merupakan hasil yang diharapkan menurut nilai
orang-orang.
2. Perbedaan antara maksud dan tujuan
Maksud memiliki pengertian atau makna secara luas, sedangkan tujuan adalah bagian
secara terperinci dari maksud yang ada. Maka dari itu, dapat kita simpulkan bahwa antara
niat, maksud dan tujuan pada hakikatnya memiliki makna yang berdekatan dan berhubungan,
namun tetap ada perbedaan yang membatasinya.
Niat berasal dari hati, bersifat halus, tertuju pada perbuatan yang akan dilakukan atau
yang sedang dilakukan. Selain itu, niat bisa dilakukan hanya di dalam hati saja. Maksud
adalah keinginan yang tertuju pada suatu perbuatan. Maksud juga terkait dengan perbuatan
yang sedang dilakukan, memiliki makna yang luas, dan perbuatannya sudah jelas. Sedang
tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai dalam suatu perbuatan. Tujuan juga bagian dari
maksud, bersifat khusus, merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan, dan
merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.
IMPLIKATUR
Gagasan dari implikatur (percakapan dan konvensional) diprakarsai oleh seorang filsuf
Universitas Oxford, H.P. Grice.
Teori pragmatik Grice
A. Teori Implikatur Percakapan Klasik Grice
Dalam artikel umum Grice tentang makna dan komunikasi, ada dua teori: Teori makna
tidak alamiah (makna nn) dan teori implikatur percakapan.
Teori Makna Non-Alamiah Grice
Penutur mengutarakan pendapatnya dengan berujar kepada mitra tutur, jika dan hanya
jika penutur bermaksud:
(i) Mitra tutur memikirkan masalah,
(ii) Mitra tutur mengakui bahwa penutur mempunyai maksud bahwa mitra tutur
memikirkan masalah itu,
(iii) Pengakuan mitra tutur tentang maksud dari penutur menjadi alasan utama bahwa
mitra tutur memikirkan masalah itu.
3. Esensi dari maknann adalah komunikasi yang dimaksudkan untuk mengenali apa yang
menjadi maksud.
1. Prinsip Kerja Sama dan Maksim-maksim dalam Percakapan
Menurut Grice, prinsip kerja sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada
umumnya, dan rasionalitas percakapan pada khususnya. Prinsip kerja sama itu dibagi menjadi
sembilan maksim percakapan, yang dikategorikan dalam empat kategori: kualitas, kuantitas,
relevansi, dan cara/ pelaksanaan. Prinsip kerja sama dan komponen-komponennya itu,
menetapkan apa yang harus dilakukan oleh para partisipan agar dapat bercakap-cakap dengan
cara yang efisien, rasional, dan penuh kerja sama semaksimal mungkin: mereka harus
bertutur dengan tulus, relevan dan jelas, sembari memberikan informasi yang memadai.
Teori Implikatur Percakapan Grice
a. Prinsip kerja sama
Bekerjasama: Buatlah kontribusi percakapan anda sesuai dengan yang diperlukan
pada tahap terjadinya kontribusi itu, berdasarkan tujuan atau arah yang diterima
dalam pertukaran percakapan yang anda lakukan.
b. Maksim-maksim percakapan
Maksim Kualitas : Usahakan memberikan kontribusi yang benar.
(i) Katakan hal yang sebenarnya.
(ii) Jangan mengatakan sesuatu yang anda tahu bahwa sesuatu itu tidak benar, jangan
katakan sesuatu tanpa bukti yang cukup.
Maksim Kuantitas :
(i) Berikan informasi anda secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh mitra tutur.
(ii) Bicaralah seperlunya saja, jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu.
Maksim Relasi : katakan yang relevan, bicara sesuai dengan permasalahan.
Maksim cara : bersikaplah agar mudah dipahami, dan khususnya:
(i) Hindari ketidakjelasan
(ii) Hindari ketaksaan
(iii) Jangan berbelit-belit
(iv) Berkatalah teratur
2. Hubungan antara Penutur dan Maksim
4. Hubungan antara penutur dapat dilihat sebagaimana berikut: pertama, penutur secara
terang-terangan mematuhi maksim. Yang kedua, penutur melanggar maksim. Contohnya,
penutur melakukan pelanggaran submaksim yang pertama dalam hal kualitas dengan sengaja
memberitahukan sebuah kebohongan. Yang ketiga, penutur memilih keluar dari maksim.
Yang keempat, penutur secara terang-terangan berlagak mengeksploitasi sebuah maksim.
3. Implikatur Percakapan0 dan Implikatur PercakapanF
Implikatur percakapan0 adalah implikatur percakapan yang mematuhi maksim, sedang
implikatur percakapanF adalah implikatur percakapan yang berlagak mengeksploitasi
maksim.
Implikatur percakapan0
a. Kualitas :
Tim Berners-Lee menemukan World Wide Web pada tahun 1989.
+ Penutur percaya bahwa Tim Berners-Lee menemukan World Wide Web pada tahun 1989,
dan sudah ada bukti cukup.
b. Kuantitas :
John memiliki enam kartu kredit.
+ John memiliki paling banyak enam kartu kredit.
c. Relasi :
John : Jam berapa sekarang ?
Mary : Museum belum buka.
+ Waktu pada saat itu adalah pada saat museum belum buka seperti biasanya.
d. Cara :
John pergi ke McDonald dan membeli dua hamburger.
+ Pertama-tama, John pergi ke McDonald dan kemudian ia membeli dua hamburger
Submaksim kedua dari kualitas adalah, ketika seorang penutur membuat pernyataan,
dia menyatakan secara tidak langsung bahwa dia percaya hal itu, maka implikatur percakapan
yang relevan ada di contoh (a). Submaksim kualitas dapat juga merupakan 'Moore paradoks'.
Paradoks berkaitan dengan pertanyaan mengapa ujaran seperti (a.1) merupakan pragmatis
yang menyimpang. Jawabannya sederhana: (a.1) merupakan pelanggaran terhadap komitmen
yang penutur tegaskan.
a.1 Tim Berners-Lee menemukan World Wide Web pada tahun 1989, akan tetapi, aku tidak
percaya dia melakukannya.
5. Submaksim dari kuantitas, dimana hanya memberikan informasi sebanyak yang
dihasilkan penutur, pada contoh (b), penutur menyiratkan bahwa John hanya memiliki kartu
kredit sejumlah enam buah.
Pada contoh (c), jawaban Mary bisa dianggap tidak relevan. Dia tidak memberi
jawaban langsung, tapi dia berpikir bahwa jawaban tersebut mungkin membuat John
mengerti.
Contoh (d) menyiratkan bahwa penutur –sedang bersikap teratur- dalam menyajikan
peristiwa-peristiwa dalam suatu rangkaian terjadinya peristiwa-peristiwa itu.
Implikatur percakapanF
a. Kualitas
Chomsky adalah sosiolinguis yang hebat.
+ Chomsky sama sekali bukan sosiolinguis
b. Kuantitas
Perang adalah perang.
+ Hal-hal yang buruk selalu terjadi dalam perang.
c. Relasi
John : Susan kadang-kadang bisa seperti sapi.
Mary : hari yang indah!
+ Seseorang tidak seharusnya mengatakan aib orang lain di belakangnya.
d. Cara
John tersenyum.
Sudut bibir John sedikit ke atas.
+ John tidak benar-benar tersenyum
Pada contoh – contoh di atas, penutur telah dengan sengaja melanggar maksim kualitas
dengan tujuan untuk mencapai efek komunikasi tertentu.
4. Ciri – ciri Implikatur
Implikatur percakapan memilki ciri-ciri sebagai berikut:
Suatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu.
Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih
mempertahankan implikatur yang bersangkutan.
Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu akan arti
konvensional dari kalimat yang dipakai.
6. Kebenaran dari isi sesuatu implikatur percakapan bukanlah tergantung pada kebenaran
ujaran.
B. Dua Teori Implikatur Percakapan Baru Grice
Dua teori tersebut adalah dua teori yang paling berpengaruh, yaitu “dua prinsip Horn”
dan “tiga prinsip Levinson”.
1. Sistem Horn
Menurut Horn, semua maksim Grice (kecuali maksim kualitas) dapat diganti dengan
dua prinsip : prinsip kuantitas dan prinsip relasi.
Prinsip Kuantitas Horn :
Buatlah kontribusi secukupnya;
Katakanlah sebanyak yang anda bisa.
Prinsip Relasi Horn :
Buatlah kontribusi sesuai yang diperlukan;
Katakanlah sesuatu tidak lebih dari yang seharusnya.
2. Sistem Levinson
Menurut Levinson, Horn gagal dalam menjelaskan perbedaan antara “minimal
semantik” (ekspresi umum yang lebih disukai daripada ekspresi khusus) dengan “minimal
ekspresi” (ekspresi pendek yang lebih disukai daripada ekspresi panjang). Akibatnya, yang
ada hanyalah ketidakkonsistenan penggunaan prinsip kuantitas dan relasi Horn.
Prinsip Kuantitas Levinson :
Penutur : Jangan katakan sesuatu yang lebih sedikit dari yang diperlukan.
Mitra tutur : Apa yang tidak dikatakan, berarti bukan yang dimaksudkan.
Prinsip Informatif Levinson :
Penutur : Katakan secukupnya, jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu
Mitra tutur : Apa yang dikatakan secara khusus telah dicontohkan.
Prinsip Cara/ Pelaksanaan Levinson :
Penutur : Jangan memasang ekspresi yang mencolok tanpa alasan.
Mitra tutur : Apa yang dikatakan dalam sebuah kenyataan adalah tidak nyata.
7. C. Implikatur Konvensional
Implikatur konvensional adalah makna suatu ujaran yang secara konvensional atau
secara umum diterima oleh masyarakat (Rohmadi, 2004). Implikatur konvensional tidak
didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak
harus terjadi dalam percakapan, dan tidak langsung pada konteks khusus untuk
menginterpretasikannya. Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan
menghasilkan maksud tambahan apabila kata-kata itu digunakan. Kata-kata tersebut salah
satunya adalah kata hubung “tetapi”.
Persamaan Implikatur Konvensional dan Implikatur Percakapan
Kedua implikatur ini sama-sama membuat kontribusi tentang keadaan yang sebenarnya.
Keduanya juga sama-sama berhubungan dengan penutur dan mitra tutur.
Perbedaan Implikatur Konvensional dan Implikatur Percakapan
Pertama, implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau
maksim-maksim, tapi dihubungkan dengan kata penghubung khusus. Sedangkan implikatur
percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama dan maksim-maksim. Kedua, implikatur
konvensional tidak diperoleh melalui proses penalaran atau penghitungan. Sedang implikatur
percakapan diperoleh melalui penghitungan, karena mitra tutur harus saling menghubungkan
maksim-maksim dan prinsip kerja sama dalam suatu proses penalaran yang rumit. Ketiga,
implikatur konvensional tidak dapat dibatalkan, atau lebih tepatnya susah untuk dibatalkan
karena akan menyebabkan ujaran yang jelas, dan tidak ada lagi maksud tersirat. Sedang
implikatur percakapan dapat dibatalkan. Keempat, implikatur konvensional dapat dipisahkan
dari ujaran dengan mengubah bentuk linguistik ujaran tersebut, sedang implikatur percakapan
tidak dapat dipisahkan dari sebuah ujaran hanya dengan mengubah bentuk linguistik ujaran
tersebut. Kelima, implikatur konvensional cenderung tidak universal/ menyeluruh, sedang
implikatur percakapan cenderung menyeluruh.
Daftar Pustaka
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
8. Yan, Huang. 2007. Pragmatics. New York : Oxford University Press.
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media